CRS Hernia
CRS Hernia
Oleh :
Putri Rahmawati 1310311032
Preseptor :
dr. Syafrudin, Sp. B
2018
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital
dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai
dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis,
femoralis, dll. Sekitar 80-90% ditemukan pada laki-laki dan 10% pada
perempuan.1 Hampir 75% dari hernia abdominalis merupakan hernia ingunalis. 2
Sebesar 60% hernia terjadi pada sisi kanan, sebesar 20-25% di sisi kiri, dan
sebesar 15% terjadi bilateral.3 Tahun 2004 di Indonesia, hernia inguinalis
menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus.4 Menurut data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, jumlah kasus hernia inguinalis yang dirawat
inap pada tahun 2010 - 2011 yaitu 410 kasus. Ini merupakan jumlah dari kasus
hernia inguinalis yang terjadi di 6 rumah sakit yang ada di Sulawesi Tengah.
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu merupakan rumah sakit yang memiliki
jumlah kasus hernia inguinalis yang dirawat inap periode 2010 – 2011 terbanyak
yaitu 269 kasus.5
Pada hernia inguinalis keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat
paha yang timbul pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat beban berat dan
menghilang waktu istirahat baring.6 Hernia inguinalis inkarserata dan strangulata
merupakan kasus akut abdomen yang harus segera ditangani oleh karena dapat
memengaruhi morbiditas (19-30%) dan juga mortalitas (1,4-13,4%).7
2
1.3 Batasan Masalah
Batasan penulisan case report ini membahas mengenai anatomi, definisi,
epidemiologi, etiologi dan patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis
banding, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis hernia skrotalis.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan case report ini menggunakan metode penulisan tinjauan
kepustakaan merujuk pada berbagai literatur.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
Gambar 2. Lokasi terjadinya hernia
Secara umum, hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Semua hernia terjadi melalui
celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang
dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau
berkelanjutan.10 Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai lokasi
anatominya, seperti hernia inguinal, diafragma, umbilikalis, femoralis, dan lain-
lain. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan
defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.8, 11Hernia
inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis.12
5
Tipe Deskripsi Hubungan Dibungkus Onset biasanya pada
dengan oleh fascia waktu
vasa spermatica
epigastrica interna
inferior
Hernia Penojolan melewati Lateral Ya Kongenital
ingunalis cincin inguinal dan dan bisa pada waktu
lateralis biasanya merupakan dewasa.
kegagalan penutupan
cincin ingunalis interna
pada waktu embrio
setelah penurunan testis
Hernia Keluarnya langsung Medial Tidak Dewasa
ingunalis menembus fascia dinding
medialis abdomen
Tabel 1. Perbandingan Antara HIL dan HIM
6
Gambar 3 Hernia Inguinalis Lateralis
Hernia directa tidak begitu sering seperti hernia indirecta; kurang lebih 15
% dari seluruh hernia inguinalis dan biasanya bilateral. Biasanya terjadi pada laki-
laki berusia lebih dari 40 tahun, jarang terjadi pada wanita dan terjadi sebagai
akibat kelemahan otot-otot abdomen bagian depan, yang disertai peninggian
tekanan intraabdominal. Kantong hernia terdiri dari peritoneum dan fascia
transversalis.
7
Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kandung kemih.
Kadang ditemukan defek kecil di m. oblikus internus abdominis, pada segala usia,
dengan cincin yang kaku dan tajam yang sering menyebabkan strangulasi.
Kantung hernia inguinalis direk berasal dari dasar kanalis inguinalis, yaitu
segitiga Hesselbach; menonjol secara langsung; dan kantung hernia ini tidak
mengandung aponeurosis otot obliqus ekstemus. Hanya pada keadaan yang
jarang, hernia ini sedemikian besarnya sehingga mendesak keluar melalui anulus
superfisialis dan turun ke dalam skrotum. Kandung kemih sering menjadi
komponen sliding dari kantung hernia direk.
2.3 Epidemiologi
Hernia lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan rasio
4-8:1. Tidak terdapat predileksi ras pada hernia inguinalis. 13 Hampir 75% dari
hernia abdominalis merupakan hernia ingunalis.2, 12
Sebesar 60% hernia terjadi
pada sisi kanan, sebesar 20-25% di sisi kiri, dan sebesar 15% terjadi bilateral.3
Tahun 2004 di Indonesia, hernia inguinalis menempati urutan ke-8 dengan jumlah
18.145 kasus.4
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado Periode Agustus 2012 – Juli 2014 didapatkan pasien hernia
8
inguinalis lateralis sebanyak 146 pasien dengan distribusi pada bulan Agustus-
Desember tahun 2012 sebanyak 35 pasien (24,0%), tahun 2013 sebanyak 59
pasien (40,4%) dan bulan Januari-Juli tahun 2014 sebanyak 52 pasien (35,6%).1
9
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di
anulus internus yang cukup lebar, sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Pada orang sehat, ada tiga
mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis antara lain, kanalis
inguinalis yang berjalan miring, struktur otot oblikus internus abdominis yang
menutup anulus inguinalis ketika berkontraksi, dan fasia transversa kuat yang
menutupi trigonum Hesselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan
mekanisme ini menyebabkan terjadinya hernia. Faktor yang dipandang berperan
adalah peninggian tekanan di dalam rongga abdomen, adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, dan kelemahan dinding abdomen karena usia.10,16
10
Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Ukuran defek dapat
bervariasi, mungkin sangat kecil atau sangat luas. Defek kecil dengan dinding
yang kaku akan membuat isi hernia terperangkap, sehingga mencegah pergerakan
isi hernia keluar masuk secara bebas dan meningkatkan risiko komplikasi.
11
dikatakan hernia telah mengalami strangulasi. Dinding usus akan perforasi,
melepaskan agen infeksius, meracuni usus ke dalam jaringan dan kembali ke
rongga peritoneal, sehingga menimbulkan nekrosis/ gangren. Risiko strangulasi
tinggi pada hernia yang memiliki leher kecil dan kaku. Istilah inkarserata tidak
didefinisikan secara jelas dan digunakan untuk menggambarkan hernia yang
irreducible/ irreponibel yang berkembang ke arah strangulasi.20
2.6 Diagnosis
12
Pada hernia reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di
lipat paha yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan
menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada
biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri
viseral karena renggangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus
halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual muntah
baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena
nekrosis atau gangren.10
2.6.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Adanya benjolan pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam
posisi berdiri dan posisi berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk
sehingga benjolan dapat dilihat.10 Pembengkakan yang timbul mulai dari
regio inguinalis dan mencapai labium majus atau sampai dasar skrotum,
selalu merupakan hernia inguinalis lateralis. Kalau pembengkakan yang
terlihat kemudian berada di atas lipatan inguinal dan berjalan miring dan
lateral atas menuju ke medial bawah, maka pembengkakan tersebut adalah
hernia inguinalis lateralis. Tetapi kalau pembengkakan itu kelihatannya
langsung muncul ke depan, maka kita berhadapan dengan hernia inguinalis
medialis.19,17
b. Palpasi
Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi.
Untuk menentukan jenis hernianya, ada beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan, diantaranya:
Finger test
Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri untuk
hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan,
jari tersebut digeser sampai kuku berada diatas spermatic cord dan
permukaan volar jari menghadap ke dinding ventral scrotum. Dengan
menyusuri spermatic cord kearah proksimal maka akan terasa jari
tersebut masuk melalui annulus eksternus, dengan demikian dapat
dipastikan selanjutnya akan berada dalam kanalis inguinalis. Bila
13
terdapat hernia inguinalis lateralis, terasa impuls pada ujung jari, bila
hernia inguinalis medialis maka teraba dorongan pada bagian samping
jari.
Silk Glove Sign
Jika dilakukan perabaan pada kantong hernia dengan cara menggesek
dua lapis kantong hernia, maka akan terasa seperti sensasi gesekan dua
permukaan sutera.
Tes Visibel
Pasien disuruh untuk mengedan, dan perhatikan benjolan yang keluar.
Dikatakan hernia inguinalis lateralis apabila benjolan keluar dari
lateral dan berbentuk lonjong. Apabila benjolan yang keluar langsung
ke bagian depan dan berbentuk bulat, maka itu disebut hernia
inguinalis medial.
c. Auskultasi
Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi
hernia berupa omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui derajat
obstruksi usus.17
d. Perkusi
Jika isi kantung hernia adalah gas, maka akan terdengar bunyi timpani.17
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk penilaian pasien
dengan suspek hernia inguinal dan atau hidrokel. Pemeriksaan pencitraan
umumnya juga tidak dibutuhkan untuk pemeriksaan hernia inguinal.8,9
Meskipun begitu, ultrasonografi (USG) dapat bermanfaat pada pasien
tertentu.8 Penggunaan USG dapat dilakukan untuk membedakan antara
hidrokel dan hernia inguinal. Pada hidrokel, akan ditemukan gambaran
kantong yang terisi cairan. Namun, pada hernia inguinal inkarserata, USG
tidak lagi sensitif untuk membedakan dua kondisi tersebut.8
Selain USG, herniografi juga dapat digunakan dengan cara
menyuntikkan kontras larut air ke dalam kavum peritoneum melalui
injeksi infraumbilikal dengan bantuan fluoroskopi. Kontras yang
dimasukkan akan menuju ke kantung hernia dengan bantuan gravitasi.
Selanjutnya, dilakukan foto inguinal pada menit ke-5, 10, dan 45 secara
serial. Herniografi dapat dilakukan untuk memeriksa hidrokel, hernia
14
inguinalis kontralateral, dan membedakan antara hernia inguinalis dengan
hernia femoralis.22
2.7 Diagnosis Banding
Diagnosis banding hernia inguinalis adalah:23
1. Encysted hydrocele of the cord,
2. Spermatokel,
3. Hernia Femoralis,
4. Lipoma of the cord
5. Orkitis
2.8 Penatalaksanaan
a. Konservatif
Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan definitif sehingga
dapat kambuh lagi. Reposisi adalah suatu usaha atau tindakan untuk
memasukkan atau mengembalikan isi hernia ke dalam cavum peritoneum
atau abdomen secara hati-hati dan dengan tekanan yang lembut dan pasti.
Reposisi ini dilakukan pada hernia inguinalis yang reponibel dengan cara
memakai kedua tangan. Tangan yang satu memegang lekuk yang sesuai
dengan pintunya (leher hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan),
sedangkan tangan yang lainnya memasukkan isi hernia melalui pintu
tersebut.10
b. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. 10
Pada herniotomi, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka, dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
Pada hernioplasti, dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti
lebih penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan
herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti, seperti memperkecil
anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan
15
memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan otot transversus
internus abdominis dan otot oblikus internus abdominis, yang dikenal
dengan nama conjoint tendon, ke ligamentum inguinale Pouparti menurut
metode Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, otot transversus
abdominis, dan otot oblikus internus abdominis ke ligamentum Cooper
pada metode Lotheissen-Mc Vay.
Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama diperkenalkan
tahun 1887. Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi
dasar lipat paha dengan cara mendekatkan muskulus oblikus internus
abdominis, muskulus transversus abdominis, dan fasia transversalis ke
traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Teknik ini dapat diterapkan
baik pada hernia direk maupun indirek.
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik
herniotomi Bassini adalah terdapatnya renggangan berlebihan pada otot-
otot yang dijahit.
Pada tahun 1980-an dikenalkan suatu teknik operasi bebas regangan, yaitu
teknik hernioplasti bebas renggangan menggunakan mesh, dan sekarang
teknik ini banyak dipakai. Pada teknik ini digunakan mesh prostesis untuk
memperkuat fasia transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis
tanpa menjahitkan otot-otot ke ligamentum inguinale.10
2.9 Komplikasi
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel, ini dapat
terjadi kalau isi hernia terlalu besar atau terdiri dan omenturn, organ ekstra
peritoneal (hernia geser atau hernia akreta). Disini tidak timbul gejala klinik
kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia
sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang
sederhana.
Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter. Jepitan
cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
pemulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur
didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem
16
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong
hernia akan berisi transudat berupa serosanguinus. Kalau isi hernis terdiri dari
usus, dapat terjadi perforasi yang dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.10
2.10 Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi
kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani.
Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi
hernia umumnya dapat diatasi.25
17
18
BAB 3
ILUSTRASI KASUS
3.2 Anamnesa
Keluhan Utama
Benjolan pada skrotum kiri dan kanan sejak 4 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Benjolan pada skrotum kiri dan kanan sejak 4 bulan yang lalu, tidak
nyeri
- Benjolan pertama kali dirasakan pasien pada skrotum kiri sejak 8 bulan
yang lalu setelah pasien mengangkat beban berat
- Benjolan timbul saat pasien berdiri, batuk dan mengedan dan hilang
jika pasien berbaring
- BAB ada, flatus (+)
- Mual (-), Muntah (-)
- Demam (-)
- BAK tak ada keluhan
19
- Nafas : 21 kali/menit
- Suhu : Afebris
Status Internus
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
- Kulit dan kuku : Turgor kulit baik, tidak sianosis
- Kelenjer Getah Bening : Tidak ditemukan pembesaran
- Kepala : Tidak ditemukan kelainan
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
- Hidung : Tidak ditemukan kelainan
- Telinga : Tidak ditemukan kelainan
- Leher : JVP 5-2 cmH2O
- Paru :
Inspeksi : Simetris, kiri = kanan
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
- Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial línea mid
clavicula sinistra RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-),
Gallop (-)
- Regio Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), DC (-), DS (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
20
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), muscle
rigid(-)
Status Lokalis
- Inspeksi : Massa di skrotum kiri dan kanan (+)
- Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
- Perkusi : Tidak dilakukan
- Auskultasi : Tidak dilakukan
3.6 Tatalaksana
- Pasien direncanakan dilakukan Hernioraphy +MESH.
21
- Insisi skin area inguinal (ds. Buka atap canal, cari kantong, herniotomi.
Hernioplasti dengan pasang MESH. Rawat perdarahan. Jahit luka lapis
demi lapis.
Komplikasi operasi : -
BAB 4
DISKUSI
22
macam, yaitu hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar-masuk rongga perut dan
hernia irreponibel bila hernia tidak bisa direposisi lagi ke dalam rongga perut.
Hernia disebut inkarserata atau strangulata apabila isi hernia terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Benjolan
pada skrotum kiri dan kanan sudah ada sejak 3 bulan yang lalu, benjolan timbul
saat berdiri, batuk dan mengedan dan hilang jika pasien berbaring.
Pasien tidak ada keluhan buang air besar, flatus (+) mual (-), muntah (-)
demam (-), nyeri (-). Tidak buang air besar, tidak ada flatus, mual dan muntah
merupakan suatu pertanda adanya gangguan pasase. Secara klinis, istilah hernia
reponible dimaksudkan untuk kasus hernia yang tidak disertai dengan adanya
gangguan pasase. Sedangkan apabila secara klinis pasien mengeluhkan nyeri, ini
adalah sebuah tanda dari hernia strangulata.
Pada pemeriksaaan fisik, keadaan fisik umum dalam batas normal, status
internus dalam batas normal, pada regio abdomen didapatkan distensi (-), DC (-),
DS (-) dan pada palpasi tidak ditemukan muscle rigid, nyeri tekan dan nyeri
lepas. Pemeriksaan status lokalis di regio skrotalis didapatkan massa di skrotum
kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri lepas. Dari status lokalis
didapatkan bahwa terdapat kelainan pada pasien ini, yang mengindikasikan
adanya sebuah benjolan di skrotum kiri dan kanan , yang disebut dengan hernia
skrotalis bilateral.
23
inguinalis. Sedangkan hernioplasti adalah gabungan dari teknik herniotomi
dengan hernioplasti yang lebih penting dalam mencegah terjadinya residif pada
kasus hernia.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-
317
18. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal
348-356
19. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery.
Edisi I. Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-58
20. Petroze RT, Groen RS, Niyonkuru F. Estimating operative disease
prevalence in low income country results of nationwide population
survey surgery. 2012.
21. American College of Surgeons. Pediatric hernia inguinal and femoral
repair. Tersedia dari: http://www.facs.com. Diunduh pada 25
September 2016.
22. Glick, P.L., & Boulanger, S.C. Inguinal Hernias and Hydroceles. In
A.G. Coran, N.S. Adzick, & T.M. Krummel, Pediatric Surgery .2012.
(pp. 985-1001). Philadelphia, USA: Elsevier Saunders.
23. Bailey and love’s: Short Practice of Surgery 25th ed. Hal. 968-90.
2008. London: Edward Arnold Ltd.
24. Sabiston and Lyerly, Text Book of Surgery The Biological Basis of
Modern Surgical Practice, 15nd ed, 1.219- 1.232, W. B, Saunders
Company, London.1997.
25. Cameron, J. L, Terapi Bedah Mutakhir, edisi IV, 709- 713, Binarupa
Aksara, Jakarta. 1997.
26