PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sagu
Sagu (Metroxylon spp) termasuk tumbuhan monokotil dari famili Palmae, marga
Metroxylon dan ordo Spadiciflorae. Metroxylon berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari
dua suku kata, yaitu Metra berarti isi batang atau empelur dan xylon yang berarti xylem.
Sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat di Maluku dan Papua yang tinggal
di pesisir. Sagu dimakan dalam bentuk papeda, semacam bubur, atau dalam bentuk-bentuk
yang lain. Sagu sendiri dijual sebagai tepung curah maupun yang dipadatkan dan dikemas
dengan daun pisang. Selain itu, saat ini sagu juga diolah menjadi mi dan mutiara.
Pati sagu kaya dengan karbohidrat namun sangat miskin gizi lainnya. Ini terjadi akibat
kandungan tinggi pati di dalam teras batang maupun proses pemanenannya. Seratus gram
pati sagu kering setara dengan 355 kalori. Di dalamnya rata-rata terkandung 94 gram
karbohidrat, 0,2 gram protein, 0,5 gram serat, 10mg kalsium, 1,2mg besi, dan lemak,
karoten, tiamin, dan asam askorbat dalam jumlah sangat kecil.
2.2 Papeda
Papeda adalah salah satu makanan khas masyarakat Papua yang dihasilkan dari tepung
sagu. Papeda berwarna putih dan bertekstur lengket menyerupai lem dengan rasa yang
tawar. Papeda merupakan makanan yang kaya serat, rendah kolesterol dan cukup bernutrisi.
Kandungan gizi papeda khas papua dalam setiap 100 gram mengandung energy 209 kkal,
protein 0,3 gram, karbohidrat 51,6 gram, lemak 0,2 gram, kalsium 27 mg, fosfor 13 mg, zat
besi 0,6 mg, vitamin B 0,02 mg.
2.3 Fortifikasi
Fortifikasi pada pangan dengan zat gizi mikro secara teknologi, program dan ekonomi
merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan asupan gizi mikro masyarakat.
Fortifikasi didefinisikan menurut Codex Alimetarius adalah penambahan satu atau lebih zat
gizi esensial kedalam makanan atau bahan pangan, meskipun dalam makanan atau bahan
makanan tersebut telah mengandung zat gizi tersebut, tujuannya adalah untuk mencegah dan
memperbaiki kekurangan satu atau lebih zat gizi mikro di masyarakat atau sekelompok
masyarakat secara spesifik.
Fortifikasi pangan umumnya digunakan untuk mengatasi masalah gizi mikro pada
jangka menengah dan panjang. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan konsumsi zat
gizi yang ditambahankan, untuk meningkatkan status gizi populasi atau masyarakat. Peran
pokok dari fortifikasi pangan adalah pencegahan defisiensi, dengan demikian menghindari
terjadinya gangguan yang membawa kepada penderitaan manusia dan kerugian sosio
ekonomis. Namun, fortifikasi pangan juga digunakan untuk menghapus dan mengendalikan
defisiensi zat gizi dan gangguan yang diakibatkannya.
Biji kacang merah (Phaseolus vulgaris) merupakan bahan makanan yang mempunyai
energi tinggi dan sekaligus sumber protein nabati yang potensial, karena itu peranannya
dalam usaha perbaikan gizi sangatlah penting. Di samping kaya akan protein, biji kacang
merah juga merupakan sumber karbohidrat, mineral dan vitamin. Kandungan vitamin per
100 gram biji adalah vitamin A 30 SI, thiamin/vitamin B1 0,5 mg, riboflavin/vitamin B2 0,2
mg, serta niasin 2,2 mg (Astawan, 2009). Komposisi Zat Gizi Kacang Merah per 100 gram
Zat Gizi Kacang Merah energy 314 kkal, Protein 22,1 g, Lemak 1,1 g, Karbohidrat 56,2 g,
Serat 4 g, Kalsium 502 mg, Fosfor 429 mg, Besi 10,3 mg.
BAB III
METODOLOGI
3.2 Prosedur
Pohon Sagu
(Chips)
Digiling
Tepung Sagu
3.2.2 Proses Pembuatan Tepung Kacang Merah
Barcode Tersedia
Website : www.papedainstant.co.id
e-mail : papedainstant@gmail.com
Layanan Konsumen
Telepon : 0251-9865425
c. Desain Kemasan
(Tampak Depan) (Tampak Belakang)
3.4 Analisis Klaim
Klaim adalah segala bentuk uraian yang menyatakan, menyarankan atau secara tidak
langsung menyatakan perihal karakteristik tertentu suatu pangan yang berkenaan dengan
asal usul, kandungan gizi, sifat, produksi, pengolahan, komposisi atau faktor mutu lainnya.
Berdasarkan kandungan gizi yang tertera pada Informasi Nilai Gizi, produk
PapaMama Papeda memiliki beberapa klaim sebagai berikut;
No. Klaim Regulasi Tertera Di Label
1. Tinggi Serat ≥ 6 g per 100 g 6 gram
2. Sumber Fosfor ≥ 15% ALG per 100g 20%