Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Aspek Ekonomis

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Studyi Kelayakan Bisnis Oleh
Dosen Dr. S. Marten Yogaswara, MM

Disusun Oleh :

Kelompok 10

Irpan Rizkika 165020055

Nita Rafiqoh Utami 165020070

Devi Yulia Kamayanthy 165020077

Shafa Chaerima 165020084

Foresti Febri Shafira 165020087

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sistem Ekonomis
ini dengan baik.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah
ini. Akhir kata saya berharap semoga makalah sistem ekonomis ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, 19 April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1. Pentingnya SKB bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi .................... 1
1.2. Materi penyajian kelompok dan daftar nama kelompok ............................................ 2
BAB II MATERI EKSPOSE ................................................................................................. 3
2.1 Analisis Ekonomi dan Analisis Keuangan .................................................................. 3
2.2 Konsep Consumer Surplus Dan Producer Surplus...................................................... 5
2.3 Pendekatan Yang Dipergunakan ................................................................................. 7
2.4 Manfaat Ekonomi dan Sosial .................................................................................... 10
2.5 Kriteria Investasi Tambahan ..................................................................................... 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Pentingnya SKB bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi
Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam
tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak
atau tidak usaha tersebut dijalankan. Studi kelayakan bisnis sudah dikenal luas oleh
banyak orang terutam masyarakat yang akan memulai usahanya. Mereka mempelajari
studi kelayakan bisnis untuk mempersiapkan keberlangsungan usaha yang akan
dilaksanakan kedepannya.
Pada saat ini ketika seseorang akan memulai suatu usaha harus dilakukannya studi
kelayakan bisnis yang akan mempermudah ketika memulai suatu usaha. Studi kelayakan
bisnis juga merupakan suatu rangkaian kegiatana penelitian atau analisis terhadap suatu
usaha yang akan diciptakan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu kegiatan atau
usaha di selenggarakan.
Terlebih saat ini banyak mahasiswa yang akan memulai usaha menjadi seorang
enterpreneurship. Bermacam macam peluang dan kesempatan yang ada pada dunia
usaha menuntut perlu adanya penilaian tentang seberapa besar kesempatan usaha tersebut
dapat memberikan manfaat. Oleh karena itu perlu di adakannya studi untuk menilai suatu
usaha tersebut agar tidak terlanjur menginvestasikan dana dan terutama proyek atau
usaha yang di jalankan tidak menguntungkan.
Tujuan dari melaksanakan suatu studi kelayakan bisnis adalah untuk menghindari dari
keterlanjutan investasi pada kegiatan atau usaha yang tidak menguntungkan. Tentu saja
studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil apabila
dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam
jumlah yang sangat besar.
Adapun dalam studi kelayakan bisnis terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
diataranya yaitu :
1. Aspek hukum
Dalam aspek hukum ini menjekaskan tentang bentuk badan usaha yang akan
dibentuk, serta berbagai perizinan untuk mendirikan usaha.
2. Aspek manajemen
Aspek ini untuk menentukan analisis manajemen apa yang akan dipakai.
3. Aspek pasar dan pemasaran

1
Aspek ini merupakan aspek terpenting dalam studi kelayakan bisnis yang
dilakukan untuk menentukan produk yang akan dipasarkan serta bagaimana
permintaan dan penawran produknya.
4. Aspek ekonomi dan sosial
Aspek ini untuk menentukan usaha yang dijalankan bisa memberikan manfaat
atau tidak bagi perekonomian negara dan lingkungan sosial sekitar tempat usaha
5. Aspek teknis dan produksi
Aspek ini dilakukan untuk menentukan bagaimanna pengelolaan sumber daya
dan bagaimana cara kerja produksi.
6. Aspek keuangan
Aspek ini untuk menentukan dari mana dana didapatkan dan bagaimana
sumber pembelanjaan yang akan diperlukan
7. Aspek lingkungan
Aspek ini merupakan suatu analisis terhadap lingkungan yang ada di sekitar
masyarakat atau tempat usaha yang akan didirikan

1.2.Materi penyajian kelompok dan daftar nama kelompok


METODE
NO NPM NAMA MATERI EKSPOSE SKOR
PEMBELAJARAN

Analisis Ekonomi dan


1 165020084 Shafa Chaerima Ceramah
Analisis Keuangan.

Konsep Consumer
Foresti Febri
2 165020087 Surplus dan Producer Ceramah
Shafira
Surplus

Nita Rafiqoh Pendekatan yang


3 165020070 Ceramah
Utami digunakan

Manfaat Ekonomi dan


4 165020055 Irpan Rizkika Ceramah
Sosial

Devi Yulia Kriteria Investasi


5 155020077 Ceramah
Kamayanthy Tambahan

2
BAB II
MATERI EKSPOSE
2.1 Analisis Ekonomi dan Analisis Keuangan
Dalam ilmu evaluasi proyek, biasanya ditekankan hanya 2 macam analisa, yaitu
Analisa ekonomis, dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian sebagai
keseluruhan.Analisa finansial, dimana proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-
orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam
proyek.
Analisis ekonomi suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati
dan pengorbanan yang ditanggung oleh perusahaan, tetapi oleh semua pihak dalam
perekonomian. Sedangkan analisis yang hanya membatasi manfaat dan pengorbanan dari
sudut pandang perusahaan disebut sebagai analisis keuangan atau analisis financial.
Analisis ekonomi terutama penting dilakukan untuk proyek-proyek yang berskala
besar, yang seringkali menimbulkan perubahan dalam penambahan supply dan demand
akan produk-produk tertentu-, karena dampak yang ditimbulkan pada ekonomi nasional
akan cukup berarti. dengan demikian kalau kita misalnya akan mendirikan usaha jasa
persewaan komputer untuk melayani para mahasiswa, mungkin sekali kita tidak perlu
berpayah-payah melakukan analasis ekonomi proyek tersebut. Secara rinci analisis
ekonomi dilakukan dengan alasan karena adanya:
1. Ketidaksempurnaan pasar (termasuk di dalamnya berbagai distorsi yang timbul
karena peraturan pemerintah).
Contoh : Adanya pengendalian harga (termasuk pengendalian suku bunga kredit),
proteksi, kedudukan monopoli, dan sebagainya.
2. Adanya pajak dan subsidi.
Pajak berarti pendistribusian sebagian kekayaan konsumen (dalam hal pajak
penjualan) atau perusahaan (dalam pajak penghasilan) ke pemerintah. adanya pajak
penghasilan akan mengurangi profitabilitas proyek di mata perusahaan, tetapi
meningkatkan kekayaan pemerintah.
3. Berlakunya konsep consumers surplus dan producers surplus.
Pada saat terjadi penambahan supply karena adanya suatu proyek, maka
mungkin sekali terjadi penurunan harga. Bagi perusahaan yang melaksanakan
proyek tersebut, harga yang relevan tentu saja adalah harga yang baru. Dari sisi

3
konsumen, sebaliknya, mereka diuntungkan dalam hal bisa memperoleh barang yang
sama dengan harga yang lebih murah.

Demikian pula kalau terjadi kenaikan demand karena adanya suatu proyek (misal
demand akan bahan baku meningkat) sehingga terjadi kenaikan harga. perusahaan
sponsor proyek tersebut harus membayar harga yang lebih mahal, tetapi bukanlah
kenaikan harga tersebut sekarang dinikmati oleh produsen bahan baku.

Sedangkan analisis biaya dan manfaat sosial (SCBA) melakukan analisis dengan
memperhatikan tambahan faktor-faktor berikut:

1. Masalah externalities.

2. Perhatian akan pendistribusian penghasilan yang lebih merata

3. Perhatian akan peningkatan savings yang diharapkan akan meningkatkan investasi.

4. Pertimbangan akan merit wants.

Perbedaan Aspek analisis, Dalam evaluasi proyek ada dua macam analisis, yaitu:

1. Analisis FinansiaL
Dalam analisis ini, proyek dapat dilihat dari aspek investornya (pihak yang
berkepentingan langsung dengan proyek tsb) dan menjadi focus perhatian adalah hasil
untuk modal saham (equity capital) yang diinvestasikan dalam proyek.Private return
merupakan ukuran untuk melaksanakan investasi, dan investasi tidak akan terjadi
tanpa ada keuntungan financial ang layak.
2. Analisis EkonomI
Dalam analisis ini, proyek dilihat dari aspek perekonomian secara makro dan
menjadi focus perhatian adalah hasil total produksi dan keseluruhan manfaat yang
diperoleh dari semua sumber-sumber yang dipergunakan dalam proyek untuk
masyarakat/perekonomian, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber dan siapa
yang menerima hasilnya ( The social return and The income return)

4
2.2 Konsep Consumer Surplus Dan Producer Surplus
1. Consumer Surplus
Konsep consumer surplus (surplus konsumen) berkaitan erat dengan konsep
consumers willingnes to pay (kesediaan membayar) yang berguna untuk menghitung
harga yang relevan pada analisis ekonomi.
Surplus konsumen adalah selisih antara kesediaan konsumen membyar dengan nilai
yang sesunggunnya ia bayarkan. Sedangkan kesediaan membayar adalah jumlah
maksimum yang mau dibayarkan oleh konsumen untuk memperoleh suatu barang
2. Producer Surplus
Surplus produsen adalah jumlah produsen yang menguntungkan dengan menjual pada
mekanisme harga pasar yang lebih tinggi daripada harga mereka yang bersedia untuk
menjual.

Gambar Consumer dan Producer Surplus


0
Pada gambar diatas, garis DD’ menunjukkan kurva permintaan dan garis SS’
menunjukkan kurva penawaran. Titik E menunjukkan titik ekulibrium, 0Q
menunjukkan kuantitas yang dibeli dan 0P menunjukkan harga per unit yang dibayar
oleh konsumen. Kalau kita mengamati kurva permintaan tersebut, maka kurva
tersebut menjelaskan bahwa unit yang pertama bersedia dibayar oleh konsumen
dengan harga per unit sebesar 0D. Sedangkan unit terakhir bersedia dibayar oleh
konsumen dengan harga 0P. Willing nes to pay dari para konsumen ditunjukkan oleh
garis DE. Dengan demikian keseluruhan kesediaan membayar dari konsumen
ditunjukkan dari area 0DEQ. Sedangkan harga yang dibayar oleh para konsumen
tersebut hanyalah 0PEQ. Selisihnya (yaitu area PED) disebut consumer surplus.

5
Dari sisi supply menunjukkan bahwa produsen menerima revenue sebesar 0PEC,
tetapi total biaya yang ditanggung adalah hanya 0SEQ. Selisihnya (yaitu SPE) disebut
sebagai producer surplus.

3. Penerapan Konsep Consumer dan Producer Surplus untuk Analisis Ekonomi


Misalkan :
 Fungsi permintaan ditunjukan oleh persamaan Qd = 20 – 3p
 Fungsi penawarannya adalah Qs = -5 + 2p
Dengan demikian dapat dihitung :

1. Harga Keseimbangan (Pekuilibrium) = Rp.1

dengan perhitungan : 20 – 3 p = -5 + 2p
-5p = -25
p = 5

2. Kuantitas Keseimbangan (Qekuilibrium) = 5 unit

dengan perhitungan : Qd = 20 – 3p Qs = -5 + 2p
atau
Qd = 20 – 3(5) Qs = -5 + 2(5)

Qd = 5 Qs = 5

3. Harga dan unit keseimbangan pasar adalah E ( 5,5 )


Keadaan ini dapat digambarkan seperti pada gambar berikut :

Gambar Demand dan Supply Suatu Produk

6
2.3 Pendekatan Yang Dipergunakan
Pendekatan yang dipergunakan untuk melakukan analisis ekonomi suatu
proyek pada dasarnya mendasarkan diri atas pendekatan UNINDO Guide to Praticial
Project Appraisal. Metode yang dipergunakan di sini memulai analisis dengan
melakukan analisis profitabilitas finansial berdasarkan atas harga pasar ( dengan kata
lain melakukan analisis NPV dari sudut pandang perusahaan). Setelah itu baru
dilakukan penyesuaian untuk meng-estimate manfaat bersih proyek sesuai dengan
harga ekonomi.Dimaksud dengan harga ekonomi adalah harga seandainya tidak
terdapat distorsi apa pun. Penentuan harga ekonomi tersebut (disebut juga sebagai
Shadow prince atau harga bayangan atau opportunity cost) perlu dilakukan untuk
setiap input dan output.

Apabila dilakukan analisis dari sisi biaya dan manfaat sosial (SCBA), UNINDO
meneruskan langkah-langkah diatas dengan :

1. Melakukan penyesuaian dampak proyek tersebut terhadap tabungan dan investasi


2. Melakukan penyesuaian dampak proyek tersebut terhadap tabungan dapatan
(income distribution).
3. Melakukan penyesuaian dampak proyek tersebut sesuai dengan pertimbangan
akan merit wants.

Karena di sini analisis hanya dibatasi terhadap analisis ekonomi, maka langkah-
langkah tersebut tidak kita bicarakan di sisni. Kita hanya membicarakan tentang
bagaimana mengubah analisis profitabilitas finansial menjadi profitabilitas ekonomi.

Harga Bayangan untuk Resources

1. Input dan output yang diperdagangkan (tradeable). Suatu produk dikatakan


diperdagangkan apabila kita bisa memperoleh di pasar dunia. Untuk jenis
produk ini harga internasional (atau border price) yang dinyatakan dalam satuan
moneter setempat pada kurs pasar merupakan harga bayangannya.
2. Input dan output yang tidak diperdagangkan (non-tradeable). Suatu produk
dikatakan tidak diperdagangkan apabila, (i) harga impornya (harga CIF) lebih
besar dari biaya produksi domestic, dan (ii) harga ekspornya (harga FOB)
kurang dari biaya produksi domestik. Nilai barang yang tidak diperdagangkan
seharusnya diukur sesuai dengan biaya produksi marjinalnya (apabila adanya

7
proyek menimbulkan tambahan produksi atau adanya proyek mengakibatkan
berkurangnya produksi perusahaan lain). Untuk output, kita perlu
memperhatikan consumers willingness to pay.
3. Tenaga kerja. Apabila proyek memperkerjakan tenaga kerja, maka akan terdapat
tiga kemungkinan. Proyek tersebut mungkin menarik tenaga kerja dari sector
lain, atau proyek tersebut akan mengurangi pengangguran atau akan mengimpor
tenaga kerja dari luar negeri. Apabila proyek menarik karyawan dari sektor lain,
maka harga bayangannya adalah berapa sektor lain yang tersedia membayar
untuk tenaga kerja tersebut. Kalau proyek tersebut menciptakan lapangan kerja
(employment), dan memperkerjakan mereka yang sebelumnya menganggur,
maka mungkin sekali harga bayangan tenaga kerja jauh lebih rendah
dibandingkan dengan upah yang dibayarkan perusahaan kepada mereka.
Apabila proyek mengimpor tenaga kerja, maka harga bayangannya adalah upah
yang dikirimkan ke Negara asal mereka (wage remittance).
4. Modal. Kadang-kadang suatu Negara mengambil kebijakan untuk membantu
mengenbangkan suatu sektor dengan jalan memberikan kredit murah. Bagi
perusahaan yang memperoleh kredit tersebut, cost of debt yang ditanggung
tentu saja sesuai dengan bunga yang dibayar (lebih murah dari seharusnya).
Meskipun demikian, dalam perhitungan harga bayangan dari modal tersebut
kita perlu memperhatikan opportunity cost dari modal tersebut. Opportunity cost
inilah (dengan memperhatikan unsur risiko) yang merupakan harga bayangan
dari modal tersebut.
5. Valuta asing. Mungkin kita menjumpai adanya dua kurs valuta asing, yaitu kurs
resmi dan kurs pasar. Di berbagai Negara yang sedang berkembang kurs resmi
jauh lebih rendah dari kurs pasar. Dalam keadaan itu harga bayangan yang
relevan untuk valuta asing adalah pasar.

Ilustrasi Analisis Ekonomi

1. Suatu proyek investasi direncanakan akan menghasilkan 1.000.000 unit produk


pertahun. Sebagai akibat penambahan supply tersebut harga produk diperkirakan
akan turun dari RP. 600 menjadi Rp. 500 per unit.
2. Biaya bahan baku yang diperlukan dalam satu tahun sebesar Rp. 50jt. Empat puluh
persen dari nilai bahan baku tersebut diimpor, dan tariff pajak impor adalah 20%.

8
3. Tenaga kerja terlatih dibayar Rp. 50juta pertahun. Sebagaimana di Negara yang
sedang berkembang, ditaksir tenaga kerja terlatih tersebut underpaid 50%.
4. Tenaga kerja tidak terlatih dibayar juga sebesar Rp. 50juta pertahun. Berlawanan
dengan tenaga kerja terlatih, tenaga kerja tidak terlatih ditaksir hanya mempunyai
opportunity cost sebesar 62,5% dari upah yang mereka terima. Hal ini disebabkan
karena mereka termasuk tidak bekerja penuh sebelum ada proyek tersebut.
5. Aktiva tetap disusuh 10% pertahun tanpa nilai sisa. Aktiva tetap yang diusut
(termasuk mesin-mesin) dibeli dengan harga Rp. 500 juta. Mesin-mesin senilai
Rp. 200 juta diimpor dengan harga Rp. 80 juta. Diperkirakan tanah tersebut bisa
dijual dengan harga Rp. 140 juta. Dinilai tanah tersebut sesuai dengan harga
pasarnya.
6. Perusahaan memperoleh kredit sebesar Rp. 250 juta dengan suku bunga yang
umum berlaku, yaitu sebesar 20%.
7. Biaya-biaya lain sebesar Rp. 60 juta pertahun. Biaya-biaya ini sesuai dengan harga
pasarnya.
8. Perusahaan membayar pajak penghasilan dengan tarif sebesar 25%.
Sesuai dengan informasi tersebut dapat ditaksir Operation cash flow dari sisi
perusahaan (untuk analisis finansial) sebagai berikut.

Penghasilan Rp. 500,0 juta


Biaya-biaya
Bahan baku Rp. 50,0 juta
Tenaga keja
- Terlatih Rp. 50,0 juta
- Tidak terlatih Rp. 50,0 juta
Penyusunan Rp. 50,0 juta
Biaya lain Rp. 60,0 juta
Jumlah biaya Rp. 360,0 juta
Laba operasi Rp. 140,0 juta
Bunga Rp. 50,0 juta
Laba sebelum pajak Rp. 90,0 juta
Pajak (=25%) Rp. 22,5 juta
Laba setelah pajak Rp. 67, 5 juta

9
Operational cash flow = 67,5 + 50 + 50 + (1-0,25)
= Rp. 155 juta

Penyesuaian yang dilakukan untuk analisi ekonomi adalah sebagai berikut (dalam
jutaan rupiah).

Penyesuaian Rp. 500,0


Consumers surplus Rp. 50,0 Rp 550,00
Biaya-biaya
Bahan baku Rp. 150, 0
Bea impor Rp. 50,0 Rp. 140,0
Tenaga kerja
- Terlatih Rp. 50,0
Underpaid 50% Rp. 25,0 Rp. 75,00
- Tidak terlatih
Opportunity cost 62,5% Rp. 31,25
Penyusutan Rp. 48, 20
Lainnya Rp. 60,00
Total Biaya Rp. 354,45
Laba operasi Rp. 195,55
Bunga Rp. 50.00
Laba sebelum pajak Rp. 135,55
Operational cash flow ekonominya = 135,55+48,20+60
= Rp. 243,75 juta

2.4 Manfaat Ekonomi dan Sosial


Pengukuran manfaat lebih sulit dibanding pengukuran biaya ekonomi, karena
disamping manfaat ekonomi yang diterima secara langsung berupa output proyek yang
dapat diukur dengan satuan proyek, terdapat manfaat sekunder dan manfaat intangiable
yang sulit diukur dengan satuan moneter.

Pengukuran manfaat ekonomi utama (primair) yang berupa output utama dan
penentuan manfaatnya dilakukan dengan penghasilan devisa, maka perlu juga
mendapatkan penyesuaian dengan konsep harga bayangan.

10
Beberapa manfaat sekunder dari suatu proyek yang kadang-kadang sulit diukur dalam
satuan moneter adalah :

1. Menaiknya tingkat konsumsi


2. Membantu proses pemerataan pendapatan
3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
4. Mengurangi ketergantungan (menambah swadaya negara)
5. Mengurangi pengangguran (menambah kesempatan kerja)
6. Manfaat sosial budaya dan lain-lain
Dari beberapa manfaat tersebut jika misalnya suatu proyek lebih menekankan pada
efek sosial dan distributif, maka manfaat tersebut hendaknya diusahakan dinyatakan
dalam satua ukuran yang jelas, terkecuali jika memang proyek ini menekankan pada
aspek finansial.ini tidak berarti bahwa dalam analisa ekonomi tidak terdapat statement
(laporan) biaya dan manfaat secara jelas dan dari laporan ini setelah dilakukan
penyesusaian biaya dan manfaat seperti yang di bahas terdahulu diterapkan kriteria
investasi yang lazim berlaku.

Sebagai contoh lain untuk manfaat proyek pengangkutan biasanya adalah :

1. berkurangnya biaya eksploitasi para pemakai proyek tersebut.


2. Mendorong pembangunan
3. Menghemat waktu bagi penumpang dan angkutan barang
4. Bertambahnya kenyamanan dan perasaan menyenangkan.
Dari keseluruhan uraian di atas dapat dilihat bahwa pengukuran manfaat ekonomi
lebih sulit dibanding biaya ekonomi, antara lain disebabkan :

1. Beberapa manfaat kendatipun bersifat langsung (primair) sulit diukur. Dengan uang,
karena biasanya tidak dinyatakan dalam harga pasar, melainkan harga bayangan.
2. Kebanyakan manfaat memerlukan perkiraan jangka panjang.
3. Banyak manfaat yang bersifat tidak langsung dan dalam perwujudannya perlu
proyek tambahan.
4. Adanya manfaat-manfaat yang dinikmati oleh pihak-pihak yang berkepentingan
secara tidak seimbang. Artinya kadang-kadang sulit untuk tercapainya efek
distributif yang seimbang.

11
2.5 Kriteria Investasi Tambahan
Dewasa ini hampir dapat dipastikan bahwa kebanyakan negara sedang berkembang
berusaha untuk menarik penghasilan devisa, karenanya usaha mendorong terciptanya
barang subsitusi impor atau mendorong produk ekspor mendapat perhatian.

Dalam kegiatan usaha ini, yakni proyek produk dalam perdagangan internasional
(tradeabel goods) dikenal dua kriteria investasi tambahan disamping kriteria investasi
yang telah dibahas, yakni Unit Domestic Resourch Cost (UDRC) dan Effective Rate of
Protection (ERP). Dengan kata lain dua kriteria investasi ini hanya berlaku untuk
proyek yang menghasilkan produk yang bersifat tradeable yakni suatu jenis barang dan
jasa yang :

1. Sekarang di impor dan di ekspor


2. Bersifat pengganti yang erat hubungannya dengan jenis lain yang di impor atau di
ekspor
3. Jenis barang dan jasa yang tidak memenuhi syarat (a) dan atau (b) tadi, karena
adanya kebijakan pihak pemerintah untuk menghindari di impor atau di ekspornya
barang atau jasa tersebut.
Kriteria UDRC dan ERP ini bertitik tolak dari anggapan bahwa efisiensi tingkat
produksi jenis baeang dan jasa tradeable tergantung pada daya saing produk tersebut di
pasaran dunia.

Daya saing ini ditunjukan oleh perbandingna biaya produksi riil yang terdiri dari
pemakaian sumber-sumber nasional (real local input cost) sehingga harga jualnya
(setelah diptotong segala macam pajak) tidak melebihi tingkat border price yang
relevan.

Berbagai cara telah dikembangkan untuk menghitung UDRC namun yang cukup
dikenal adalah cara BRUNO, sehingga sering disebut kriterium UDRC sebagai
BRUNO ratio.

Rumus perhitungan UDRC adalah sebagai berikut :

Biaya dalam negeri (Rp)


DRC/satuan devisa = Nilai output ($)−Nilai Input luar negeri

Nilai output – nilai input luar negeri = pengehematan / penerimaan devisa yang
diciptakan oleh proyek yang bersangkutan, dan jika dilihat secara keseluruhan rumus

12
diatas menunjukan berapa nilai rupiah yang harus di korbankan (diinvestasikan) untuk
menghemat atau menghasilkan suatu satuan devisa dalam hal ini dolar.

Hal yang perlu dicatat untuk perhitungan biaya yang digunakan dalam proyek
adalah jika input yang digunakan ini barang impor atau substitusi impor, maka
digunakan harga CIF (Cost, Insurance, Freight) dan jika barang yang digunakan adalah
barang yang selama ini diekspor digunakan harga FOB (Free in Board).

Ketentuan yang digunakan dalam penerimaan atau pendekatan proyek dengan


kriteria UDRC ini adalah membandingkan antara UDRC dengan nilai tukar resmi
(Official Exchange Rate = OER) atau membandingkan dengan nilai tukar riil (Shadow
Exchange Rate = SER), walaupun yang belakangan disebut lebih sering digunakan.

Secara sederhana adalah sebagai berikut :

UDRC ≤ OER : Proyek diterima

UDRC ≥ OER : Proyek ditolak, atau

UDRC ≤ SER : Proyek diterima

UDRC ≥ SER : Proyek ditolak, atau

Jika dinyatakan dalam bentuk SER

UDRC
≤1 : Proyek diterima
SER

UDRC
≥1 : Proyek ditolak
SER

Hal yang perlu dicatat adalah karena biasanya SER > OER, maka suatu proyek
yang diterima karena perbandingannya dengan OER maka pasti diterima jika
dibandingkan dengan SER, tetapi tidak berarti penggunaan perbandingan OER lebih
baik.

ERP atau tingkat produksi efektif berusaha melihat daya saing barang dalam
negeri. Rumus ERP yang digunakan disini adalah :

UDRC
ERP = -1
R

r = SER

13
Rumus diatas menyerupai kriteria penerimaan/penolakan proyek, pada perhitungan
UDRC yang dinyatakan dengan rasio, karenanya kriteria penolakan/penerimaan dari
ERP ini adalah :

Jika ERP positif : proyek ditolak

ERP negatif atau nol : proyek diterima

Kalau diingat telah banyak kriteria investasi yang lain tetapi kriteria investasi
UDRC dan ERP juga perlu di pelajari, hal ini menunjuk pada adanya beberapa
kelebihan yang ada pada kriteria ini

Pertama, kriteria ini secara eksplisit memerlukan data Border Price dan Shadow
price dalam exchange rate, karenanya kriteria ini berusaha menggambarkan real cost
dan real revenue.

Keuda, keputusan feasibilitas yang diambil oleh kedua kriteria ini terhadap suatu
proyek tertentu sama, jika suatu proyek dinyatakan feasible oleh UDRC, maka akan
dinyatakan feasible juga oleh ERP demikian sebaliknya. Ini juga sekaligus menunjukan
bahwa kriteria ini mempunyai hubungan satu sama lain. Yakni UDRC = SER, maka
ERP = 0, jika UDRC lebih besar SER maka ERP lebih besar dari nol dan sebaliknya.

Ketiga, dengan menggunakan kriteria ERP, mungkin kita dapat mengatahui secara
persis daya saing kita di pasar internasional, dan dari padanya dapat digunakan dasar
pengambilan keputusan tindakan lebih lanjut.

Disamping beberapa kebaikan tersebut, kedua kriteria ini juga memiliki kelemahan
yakni: pertama kedua alat ini hanya dapat digunakan untuk proyek yang menghasilkan
produk tradeable. Kedua, sukarnya mendapatkan data Shadow price. Ketiga, biasanya
alat ini lebih cenderung digunakan untuk menilai tingkat efisiensi proyek-proyek yang
telah berjalan.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam ilmu evaluasi proyek, biasanya ditekankan hanya 2 macam analisa, yaitu
Analisa ekonomis, dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian sebagai
keseluruhan.Analisa finansial, Analisis ekonomi suatu proyek tidak hanya
memperhatikan manfaat yang dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh
perusahaan, tetapi oleh semua pihak dalam perekonomian. Sedangkan analisis yang
hanya membatasi manfaat dan pengorbanan dari sudut pandang perusahaan disebut
sebagai analisis keuangan atau analisis financial.
Konsep consumer surplus berkaitan dengan konsep Kerelaan untuk membayar
(Consumers Willingness to pay) adalah jumlah maksimum yang akan dibayar oleh
seorang pembeli untuk sebuah barang. Surplus Konsumen adalah kerelaan pembeli
untuk membayar dikurangi dengan jumlah yang sebenarnya dibayar pembeli. Selain
konsep yang digunakan ada juga pendekatan yang dipergunakan untuk melakukan
analisis ekonomi suatu proyek pada dasarnya mendasarkan diri atas pendekatan
UNINDO Guide to Praticial Project Appraisal. Metode yang dipergunakan di sini
memulai analisis dengan melakukan analisis profitabilitas finansial berdasarkan atas
harga pasar ( dengan kata lain melakukan analisis NPV dari sudut pandang
perusahaan).
Manfaat dari melakukan aspek ekonomis yaitu ada manfaat ekonomi dan sosial
salah satu manfaat nya yaitu pengukuran manfaat ekonomi utama (primair) yang berupa
output utama dan penentuan manfaatnya dilakukan dengan penghasilan devisa, maka
perlu juga mendapatkan penyesuaian dengan konsep harga bayangan. Selain itu juga
dapat dilakukan kriteria investasi tambahan yang dapat digunakan oleh suatu
perusahaan apabila membutuhkan investasi tambahan. Yaitu dengan menggunakan
metode Unit Domestic Resourch Cost (UDRC) dan Effective Rate of Protection (ERP).
Dengan kata lain dua kriteria investasi ini hanya berlaku untuk proyek yang
15
menghasilkan produk yang bersifat tradeable. Kriteria UDRC dan ERP ini bertitik
tolak dari anggapan bahwa efisiensi tingkat produksi jenis baeang dan jasa tradeable
tergantung pada daya saing produk tersebut di pasaran dunia.

3.2 Saran
Saran dari kami bahwa suatu perusahaan yang telah berjalan harus tetap melakukan
suatu studi kelayakan bisnis. Supaya perusahaan tersebut dapat meminimalisir suatu
kerugian yang akan terjadi. Dalam aspek eknomis perusahaan harus mampu melakukan
analisis ekonomi dan analisis keuangan yang akan mempengaruhi arus keuangan
perusahaan tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Internet :

Tefanus, C. (2012, Juli 13). Analisis Ekonomi Dan Sosial. Retrieved from id.scribd:
https://id.scribd.com/doc/99972321/Analisis-Ekonomi-Dan-Sosial

Daftar Buku :

Husnan, S., & Muhammad, S. (2000). Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: Unit Penerbit
dan Percetakan.

17
LAMPIRAN
1. Diagram/skema Materi

18
2. Soal tes kelompok dan Kunci Jawaban
Soal menjodohkan :
1. Suatu proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanam
modalnya dalam proyek.
2. Tambahan faktor melakukan analisis biaya dan manfaat sosial
3. Jumlah maksimum yang mau dibayarkan oleh konsumen untuk memperoleh suatu
barang
4. Jumlah produsen yang menguntungkan dengan penjual dengan mekanisme harga
pasar yang lebih tinggi dari pada harga mereka yang bersedia untuk menjual.
5. Organisasi pengembangan industri PBB di negara berkembang
6. Shadow Price
7. Manfaat sekunder
8. Pengukuran manfaat ekonomi lebih sulit dibanding biaya ekonomi
9. Dua kriteria investasi tambahan
10. Kriteria investasi tambahan hanya berlaku untuk barang yang

Jawaban

1. Analisis finansial
2. Masalah Externalities
3. Kesediaan membayar ( Willingnes to Pay )
4. Surplus produsen
5. UNINDO
6. Harga Bayangan
7. Naiknya tingkat konsumsi
8. Kebanyakan manfaat memerlukan perkiraan jangka panjang.
9. UDRC & ERP
10. Sekarang di impor dan di ekspor.

19

Anda mungkin juga menyukai