Makalah Sistem Ekonomi Islam
Makalah Sistem Ekonomi Islam
Dosen Pengampu:
Sulistyowati, SHI., M.HI.
Nama Kelompok:
1. Abdul Majid C03212001
2. Achmad Fathoni C03212002
3. Agus Winarko C03212004
4. Ahmad Khoiruddin C03212005
PEMBAHASAN
Pada definisi tersebut terdapat dua hal pokok yang menjadi landasan
hukum sistem ekonomi islam, yaitu Al-Quran dan Sunah Rasulullah. Hukum-
hukum yang diambil dari kedua landasan pokok tersebut secara konsep dan
prinsip adalah tetap (tidak dapat berubah kapan pun dan dimana saja), tetapi
pada praktiknya untuk hal-hal dan situasi serta kondisi tertentu bisa saja
berlaku luwes atau murunah dan ada pula yang tidak mengalami perubahan.1
1
Izzan, Ahmad, Referensi Ekonomi Syariah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 32.
2
Nawawi, Ismail, Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem dan Aspek Hukum, (Surabaya: ITS
Press, 2009), hlm42
1
Islam. Atau Sistem Ekonomi Islam adalah pengaruh yang dipancarkan
oleh ajaran-ajaran Islam terhadap prinsip ekonomi yang menjadi
pedoman bagi setiap kegiatan ekonomi, yang bertujuan menciptakan alat-
alat untuk memuaskan berbagai keperluan manusia.3
1.1.3 Dr. Muhammad Abdullah al-‘Arabi, ekonomi syariah merupakan
sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang yang kita simpulkan dari
itlaf, Al-Quran dan As-Sunnah, dan merupakan bangunan
perekonomian yang kita dirikan di atas landasan dasar-dasar tersebut
sesuai tiap lingkungan dan masa.4
1.1.4 Prof. Dr. Zainuddin Ali, ekonomi syariah adalah kumpulan norma
hukum yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits yang mengatur
perekonomian umat manusia.5
1.1.5 Menurut M.A Manan, ekonomi syariah adalah ilmu pengetahuan sosial
yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh
nilai-nilai Islam.6
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik benang merah bahwa ekonomi
syariah merupakan sistem ekonomi yang bersumber dari wahyu yang
transendental (Al-Quran dan As-Sunnah/ Al-Hadits) dan sumber interpretasi
dari wahyu yang disebut dengan ijtihad. Hukum-hukum yang diambil dari
sumber nash Al-Quran dan Al-Hadits yang merupakan nash qath’i itu secara
konsep dan prinsip adalah tetap (tidak dapat berubah kapan pun dan dimana
pun), tetapi dalam hal yang berhubungan dengan nash yang bersifat zhanni,
itu dapat berubah yang dipengaruhi oleh waktu, tempat dan keadaan.
3
Syarifuddin Prawiranegara, Apa yang dimaksud Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: Publicita, 1976),
hlm. 27.
4
Ahmad Muhammad al-‘Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip-
prinsip dan Tujuan-tujuannya (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1980), hlm. 11.
5
Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 4.
6
M.A Manan, Ekonomi Syariah: Dari Teori ke Praktek, Penerjemah Potan Arif Harahap, (Jakarta:
PT. Intermasa, 1992), hlm. 19.
7
Dr. Mardani, Hukum Ekonomi Syariah Di Indonesia, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011), hlm.
2-5.
2
Bila kita perhatikan cukup bab dab pasal Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah, maka ruang lingkup Ekonomi Syariah meliputi aspek ekonomi sebagai
berikut: ba;i, akad-akad jual beli, syirkah mudharabah, murabahah, muzara’ah,
dan musaqah, khiyar, istisna, ijarah, kafalah, hawalah, rahn, wadi’ah, gashb,
dan itlaf, wakalah, sulhu, pelepasan hak, ta’min, obligasi, syariah mudharabah,
pasar modalreksanada syariah, sertifikat bank Indonesia syariah, pembiayaan
multi jasa, qard, pembiayaan rekening koran syariah, dana pensiun syariah,
zakat dan hibah, dan akuntansi syariah. Bila kita perhatikan UU No. 3 Tahun
2006 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun
1989 tentang Peradilan agama, maka dapat kita ketahui bahwa rung lingkup
Ekonomi Syariah meliputi bank syariah, lembaga keuangan mikro syariah,
asuransi syariah, reasuransi syariah, reksadana syariah, obligasi syariah, dan
surat berjangka menengah syariah, sekuritas syariah, pembiayaan syariah,
pengadaian syariah, dana pensiun lembaga keuangan syariah, bisnis syariah.
Perlu penulis jelaskan istilah-istilah diatas sebagai berikut:
1) Ba’i adalah jual-beli antara benda dengan benda atau pertukaran benda
dengan uang.
2) Akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antar dua pihak atau lebih
untuk melakukan dan atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu.
3) Syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal
pemodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentudengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.
4) Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam modal
dengan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.
5) Muzaraah adalah kerjasama antara pemilik lahan dengan penggarap untuk
memanfaatkan lahan.
6) Musaqah adalah kerjasama antara pihak-pihak dalam pemeliharaan
tanaman dengan pembagian hasil antara pemilik dengan pemelihara
tanaman dengan nisbah yang disepakati oleh para pihak.
3
7) Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan
oleh shahib al-maal (pemilik harta) dengan pihak yang membutuhkan
melaui transaksi jual-beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan
barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan
atau laba bagi shahib al-maal dan pengembaliannya dilakukan secara
tunai atau angsur.
8) Khiyar adalah hak pilih bagi penjual dan pembeli untuk melanjutkan atau
membatalkan akad jual-beli yang dilakukan.
9) Ijarah adalah sewa barang dalam jangka waktu tertentu dengan
pembayaran.
10) Istishna’ adalah jual-beli barang atau jasa dalam bentuk pemesanan
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pihak
pemesan dan pihak penjual.
11) Kafalah adalah jaminan atau garansi yang diberikan oleh penjamin
kepada pihak ketiga / pemberi pinjaman untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua/ peminjam.
12) Hawalah adalah pengalihan utang dan muhil al-ashil kepada muhal
‘alaih.
13) Rahn/gadai adalah penguasaan barang milik peminjam oleh pemberi
pinjaman sebagai jaminan.
14) Ghasb adalah pengambilan hak milik orang lain tanpa izin dan tanpa niat
untuk memilikinya.
15) Itlaf/perusakan adalah pengurangan kualitas nilai suatu barang.
16) Wadi’ah adalah penitipan dana antara pihak pemilik dana dengan pihak
penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut.
17) Ju’alah adalah perjanjian imbalan tertentu dari pihak pertama kepada
pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas/ pelayanan yang dilakukan oleh
pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama.
18) Wakalah adalah pemberian kuasa kepada pihak lain untuk mengerjakan
sesuatu.
4
19) Obligasi syariah adalah surat berharga yang diterbitkan berdasarkan
prinsip syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset surat
berharga baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
20) Reksadana syariah adalah lembaga jasa keuangan non-bank yang
kegiatannya berorientasi pada investasi di sektor portofolio atau nilai
kolektif dari surat berharga.
21) Efek beragun aset syariah adalah efek yang diterbitkan oleh akad
investasi kolektif efek beragun aset syariah yang portofolionya terdiri atas
aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial,
tagihan yangtimbul dikemudian hari, jual beli aset kepemilikan aset fisik
oleh pemerintah, sarana peningkatan investasi/arus kas serta aset
keuangan setara, yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
22) Surat berharga komersial syariah adalah surat pengakuan atas suatu
pembiayaan dalam janka waktu tertentu yang sesuai dengan prinsip- prensip
syariah.
23) Ta’min/asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, yang pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima
premi ta’min untuk menerima penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerysakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
24) Syuuq maaliyah/pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengn efek.
25) Waraqah Tijariah/surat berharga syariah adalah surat bukti berinvestasi
berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar dan pasar
modal, antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikat reksadana syariah dan
surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah.
26) Salam adalah jasa pembiayaan yang bergantian dengan jual beli yang
pembayaranya dilakukan bersama dengan pemesanan barang.
5
27) Qardh adalah penyediaan dana atau tagihan antara lembaga keuangan
syariah dengan pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara
tunai atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.
28) Sunduq mu’asyat taqa’udil/dana pensiun syariah adalah badan usaha
yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat
pensiun berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
29) Hisabat jariyat/ rekening koran syariah adalah pembiayaan yang dananya
ijarah pada setiap saat dapat ditarik atau disetor oleh pemiliknya yang
dijalankan berdasarkan prinsip syariah.
30) Ba’i al-wafa/ jual-beli dengan hak membeli kembali adalah jual-beli yang
dilangsungkan dengan syarat bahwa barang yang dijual tersebut dapat
dibeli kembali oleh penjual apabila tenggang waktu yang disepakati telah
tiba.
Ekonomi syariah yang merupakan bagian dari sistem perekonomian, memiliki nilai-
nilai yang berfokus kepada ‘amar ma’ruf dan nahi mungkar (memerintahkan atau
mengerjakan yang benar dan meninggalkan yang dilarang). Karena itu, ekonomi
syariah dapat dilihat dari empat sudut pandang sebagai berikut:
6
a) Ekonomi Ilahiyah (ketuhanan)
Ekonomi ilahiyah mengandung arti manusia diciptakan oleh Allah untuk
memenuhi perintah-Nya, yakni beribadah, dan dalam mencari kebutuhan
hidupnya, manusia harus berdasarkan aturan-aturan (syariah) dengan
tujuan untuk mendapatkan ridha Allah.
b) Ekonomi Akhlak
Ekonomi akhlak mengandung arti kesatuan antara ekonomi dan akhlak harus
berkaitan dengan sektor produksi, distribusi, dan konsumsi. Dengan
demikian seorang muslim tidak mengerjakan apa saja yang diinginkan
atau yang menguntungkan tanpa mempedulikan orang lain.
c) Ekonomi Kemanusiaan
Ekonomi kemanusiaan mengandung arti Allah memberikan predikat
“khalifah” hanya kepada manusia, karena manusia diberi kemampuan dan
perasaan yang memungkinkan ia melaksanakan tugasnya. Melalui
peranannya sebagai “khalifah” manusia wajib beramal, bekerja keras,
berkreasi, dan berinovasi.
d) Ekonomi Keseimbangan
Ekonomi keseimbangan adalah pandangan islam terhadap hak individu
dan masyarakat diletakkan dalam neraca keseimbangan yang adil tentang
dunia dan akhirat, jiwa dan raga, akal dan hati, perumpamaan dan kenyataan,
iman dan kekuasaan. Ekonomi yang moderat tidak mendzalimi masyarakat,
khususnya kaum lemah sebagaimana yang terjadi pada masyarakat kapitalis.
Di samping itu, Islam juga tidak menzhalimi hak individu sebagaimana yang
dilakukan oleh kaum sosialis, tetapi islam mengakui hak individu dan
masyarakat secara berimbang. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa sistem
ekonomi syariah mempunyai konsep yang lengkap dan seimbang dalam
segala hal kehidupan, namun penganut ajaran islam sendiri seringkali tidak
menyadari hal tersebut. Hal ini terjadi karena mereka masih berfikir dengan
kerangka ekonomi kapitalis, karena berabad-abad dijajah oleh bangsa barat,
dan juga bahwa pandangan dari barat selalu dianggap lebih hebat. Padahal
tanpa disadari ternyata didunia
7
barat sendiri sudah banyak negara yang mulai mendalami dan
mempraktikkan sistem perekonomian yang berbasis syariah.
1.3 Sumber Ekonomi Syariah
a. Al-Quran
Al-Quran adalah sumber pertama dan utama bagi ekonomi syariah, di
dalamnya dapat kita temui hal ihwal yang berkaitan dengan ekonomi dan
juga terdapat hukum-hukum dan undang-undang diharamkannya riba, dan
diperbolehkannya jual-beli yang tertera pada surat Al-Baqarah ayat 275:
“...padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba) maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya, (terserah)
kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba) maka orang itu
penghuni-penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.”
b. As-Sunnah an-Nabawiyah
As-Sunnah adalah sumber kedua dalam perundang undangan Islam.
Didalamnya dapat kita jumpai khazanah aturan perekonomiann syariah.
Diantaranya seperti sebuah hadis yang isinya memerintahkan untuk
menjaga dan melindungi harta, baik milik pribadi maupun umum serta tidak
boleh mengambil yang bukan miliknya, “sesungguhnya (menumpahkan)
darah kalian, (mengambil) harta kalian, (mengganggu) kehormatan kalian
haram sebagaimana haramnya hari kalian saat ini, di bulan ini, di negeri
ini,..”(HR. Bukhari).
c. Ijtihad
Menurut alSyaukani dalam kitabnya Irsyad al-Fuhuli, ijtihad adalah
mengerahkan kemampuan dalam memperoleh hukum syar’i yang bersifat
‘amali melalui cara Istinbath. Menurut Ibnu Syubki, ijtihad adalah
pengerahan kemampuan seorang faqih untuk menghasilkan dugaan kuat
tentang hukum syar’i, sedangkan al-amidi memberikan definisi ijtihad
sebagai pengerahan kemampuan dalam memperoleh dugaan kuat tentang
8
hukum syara’ dalam bentuk yang dirinya merasa tidak mampu berbuat
seperti itu.
1.4 Eksistensi Ekonomi Islam
Ekonomi Islam yang telah terbukti ampuh dan lebih resisten dimasa
krisis. Sistem Ekonomi Islam yang diwakili lembaga keuangan syariah telah
8
Abdul ghofur anshori , Penerapan prinsip syariah dalam lembaga keuangan, lembaga
pembiayaan dan perusahaan bembiayaan,( Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2008 ), hlm. 9
9
heri sudarsono, Bank dan lembaga keuangan syariah, ( Yogyakarta : Ekonisia, 2003) hlm 31
10
Abdul Ghofur Anshori, Peradilan Agama di Indonesia pasca UU. No 3 tahun 2006, (Yogyakarta :
UII press, 2007 ) halm 57.
9
menunjukkan ketangguhkan bisa bertahan karena menggunakan Sistem bagi
hasil
Sedangkan sumber karakteristik ekonomi islam adalah islam itu sendiri yang
meliputi tiga asas pokok :
1. Asas akidah
2. akhlak
11
Edwin Nasution, Mustofa, Pengenalan eksklusif Ekonomi Islam,( Jakarta : Kencana 2006) , hlm
17
10
a) Pertama, Semua harta baik benda maupun alat produksi adalah
milik ( Kepunyaan allah ) ,
12
Edwin Nasution, Mustofa, Pengenalan eksklusif Ekonomi Islam,( Jakarta : Kencana 2006) , hlm
22
11
akhirat apa yang kita lakukan didunia ini hakikatya adalah untuk mencapai tujuan
akhirat .
Arti keseimbangan dalam sistem sosial islam adalah , islam tidak mengakui hak
mutlak dan kebebasan mutlak, tetapi mempunyai batasan batsan tertentu ,
termasuk dalam bidang hak milik. hanya keadilan yang dapat melindungi
keseimbangan antara batasan batasan yang ditetapkan dalam sistem islam untuk
kepimilikan individu dan umum.
7. Bimbingan konsumsi.
13
Ahmad Izzan dan Syahri Tanjung, Referensi ekonomi Syariah : Ayat ayat al quran yang
berdimensi ekonomi , ( Bandung : Rosdakarya , 2007 ) , hlm 33
12
8. Petunjuk investasi
Ada lima kriteria yang sesuai dengan islam untuk dijadikan pedoman dalam menilai
proyek investasi yaitu :
9. Zakat
Zakat adalah salah satu karakteristik islam mengenai harta yang tidak terdapat dalam
perekonomian lain . sistem perekonomian di luar islam tidak mengenal yuntutan
Allah kepada pemilik harta, agar menyisihkan sebagian harta tertentu sebagai
pembersih jiwa dari sifat kikir, dengki, dan dendam.
14
veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Ekonomics, ( Jakarta : Bima Aksara , 2009 ) 2009 ),
hlm 168
13
merupakan penggerak utama bagi perkembangan peradaban dan perekonomian
masyarakat. Dalam ekonomi islam terdapat dielektika antara nilai nilai
spritualisme dan materialisme. Berbagai kegiatan ekonomi , khususnya transaksi
harus berdasarkan keseimbangan dari kedua nilai tersebut.
b) Kebebasan Berekonomi
c) Dualisme kepemilikan
Hkikatnya, pemilik alam semesta serta isinya hanyalah allah semata. manusia hanya
wakil allah dalam rangka memakmurkan dan mensejahterakan alam semesta.
kepemilikan manusia merupakan derivasi kepemilikan Allah yang hakiki. untuk
itu, setiap langkah dan kebijakan ekonomi yang diambil oleh manusia untuk
memakmurkan alam semesta tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang di
gariskan oleh Allah yang maha memiliki.
14
wewenang untuk mengatur tataletak kegiatan ekonomi, juga diwajibkan untuk
menyediakan fasilitas kegiatan ekonomi demi kemaslahatan bersama.
Sistem ekonomi syariah mengakui hak seseorang untuk memiliki apa saja yang
dia inginkan dari barang barang produksi. Dalam hal ini ekonomi syariah
memajukan antara maslahat individu dan maslahat umum.
15
anak-anak laki-laki hingga mandiri, anak perempuan hingga menikah,
dan juga keluarga dekat
15
Abdul Ghofur Ansori, Aspek Hukum Reksa Dana Syariah di Indonesia, (bandung: Refika Adi
Tama, 2008), hlm, 46.
16
1. Haram zatnya yaitu transaksi karena objeknya (barang dan/ jasa) bertentangan
(haram) dari sudut pandang islam, misalnya transaksi miras, daging babi dan
sebagainya
2. Haram selain zatnya yaitu transaksi yang melanggar prisip “an taradhin
minkum”, artinya adalah prinsip-prinsip kerelaan antara kedua pihak
(sama-sama ridha) yang didasarkan pada informasi yang sama (complete
information), atau dengan kata lain tidak didasarkan pada informasi yang
tidak sama (assyimetrikk)
3. Tidak sah atau tidak lengkap akadnya ketika syarat dan rukunnya tidak
terpenuhi dikarenakan ta’alluq (adanya dua akad yang saling dikaitkan,
dimana berlakunya akad satu tergantung pada akad kedua)
Dengan demikian system ekonomi Islam tidak menghemdaki adanya riba (usuri dan
interest), gharar (uncertainty), masyir (spekulatif/judi), ryswah (suap- menyuap),
serta kebathilan yang sering di sebut al-magrib.
Prinsip ekonomi syariah yang dijadikan pedoman oleh setiap muslim dalam
bekerja untuk menghidupi dirinya dan keluarganya, yaitu menerima resiko yang
terkait dengan pkerjaanya itu.
16
Adi Warman , Bank Islam: Analisis fiqih dan keuangan (Jakarta: Raja Gafindo, 2004), hlm. 27
17
c. Tidak monopoli
Ada orang yang berpendapat bahwa AL-Quran hanya melarang riba dalam bentuk
bunga berbunga dan bunga yang di praktekkan oleh bank konfensional bukan riba.
Namun jumhur (mayoritas) ulam’ mengatakan bahwa bunga bank adalah riba.
e. Solidaritas sosial
Solidaritas sosial muslim tehadap sesamanya dapat diibaratkan dalam satu tubuh.
Jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit juga. Jika
seoarang muslim mengalami problem kemiskinan, maka tugas kaum muslimin
lainya untuk menolong orang muslim itu.
17
M.Zaid Abdad, Lembaga Prekonomian Ummat di Dunia Islam, (Bandung: Angkasa, 2003),
hlm. 59
18
2. Menerapkan dan mengamalkan ekonomi syaiah melaui bank syariah.
2. Berfungsi sosial
4. Harus halal.
19
KESIMPULAN
Masalah ekonomi merupakan masalah yang umum. Oleh karena itu, seluruh dunia
menaruh perhatian yang besar terhadap permasalahan ekonomi. Dalam pandangan
Islam, permasalahan ini tidak dapat diselesaikan hanya melalui perubahan secara
instan, diperlukan perubahan yang bersifat mendasar mulai dari tatanan filosofi
yang akan membentuk teori ekonomi Islam, yang kemudian akan membentuk
prinsip-prinsip sistem ekonomi Islam sehingga pada akhirnya akan terbentuk
secara otomatis perilaku Islami dalam ekonomi.
Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh
sendi kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga
diatur dalam Islam dengan prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya
bukan milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah SWT agar dimanfaatkan
sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua
akan kembali kepada Allah SWT untuk dipertanggungjawabkan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Muhammad al-‘Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, 1980 Sistem Ekonomi
Islam: Prinsip-prinsip dan Tujuan-tujuannya, PT. Bina Ilmu, Surabaya.
M.A Manan, 1992 Ekonomi Syariah: Dari Teori ke Praktek, Penerjemah Potan
Arif Harahap, PT. Intermasa, Jakarta.
Dr. Mardani, 2011. Hukum Ekonomi Syariah Di Indonesia, PT. Refika Aditama,
Bandung
M.Zaid Abdad, 2003. Lembaga Prekonomian Ummat di Dunia Islam, Angkasa, Bandung.
Abdul Ghofur Ansori, 2008. Aspek Hukum Reksa Dana Syariah di Indonesia,
Refika Adi Tama, Bandung.
Adi Warman , 2004 Analisis fiqih dan keuangan. Bank Islam. Raja Gafindo, Jakarta
21