LAPORAN PENDAHULUAN SC KPD
LAPORAN PENDAHULUAN SC KPD
2. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks, sedangkan tekanan intrauterin yang meningkat berlebihan/over
distensi uterus dapat disebabkan oleh trauma, kehamilan ganda, dan
hidramnion. Trauma yang menyebabkan KPD misalnya hubungan seksual
(kasar atau terlalu sering) dan pemeriksaan dalam (Morgan & Hamilton,
2009). Penyebab lainnya adalah sebagai berikut:
a. Faktor parietas: peningkatan paritas akan menyebabkan kerusakan pada
serviks selama pelahiran bayi sebelumnya sehingga mengakibatkan
kerusakan pada selaput ketuban (Norma, 2013).
b. Kelainan letak: kelainan letak sungsang atau lintang mengakibatkan
tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang
dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah (Nugroho,
2012).
c. Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban
sehingga memudahkan ketuban pecah (Amnionitis/Korioamnionitis).
d. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik).
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan KPD tergantung ada atau tidaknya infeksi dan usia
gestasi janin. Penatalaksanaan KPD menurut Hamilton (2009):
a. Istirahat Total (Bedrest)
Ibu harus istirahat total untuk mencegah keluarnya air ketuban dalam
jumlah yang banyak. Dalam keadaan seperti ini, air ketuban dapat terus
dibentuk sehingga bayi dapat tumbuh lebih matang lagi sampai saatnya
dilahirkan.
b. Batasi pemeriksaan dalam (VT): meminimalkan infeksi
c. Farmakologi
- Kortikosteroid: menambah reseptor pematangan paru, menambah
maturitas paru janin
- Tokolitik: mengurangi kontraksi uterus. Diberikan bila sudah
dipastikan tidak terjadi infeksi korioamnionitis.
- Antibiotik: air ketuban yang pecah sebelum waktunya akan
membuka rahim dan memudahkan masuknya bakteri dari vagina,
infeksi akan terjadi pada ibu hamil dan juga bayi dalam kandungan.
d. Percepat persalinan (induksi). Indikasi induksi adalah sebagai berikut:
- Usia kehamilan >34 minggu: untuk memperkecil kemungkinan
infeksi.
- Usia kehamilan <34 minggu namun berat janin >2000 gram
- Tanda infeksi intrauterin (suhu >380C dengan pengukuran rektal,
hasil laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban menunjukkan
infeksi).
e. Sectio Caesaria
Sectio caesaria dianjurkan jika induksi gagal, presentasi bokong, letak
lintang, atau gawat janin (fetal distress).
B. Sectio caesarea
1. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu
histerotomiuntuk melahirkan janin dari dalam Rahim (Mansjoer, 2001).
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding depan perut atau vagina, atau suatu
histerotomy untuk melahirkan janin dari dalam rahim (mochtar,1998).
2. Etiologi
Penyebab dilakukannya sectio caesarea antara lain adalah:
a. Chepalopelvic disproportion atau panggul sempit
b. Gawat janin
c. Plasenta previa
d. Pernah sectio caesarea sebelumnya
e. Kelainan letak incoordinate uterine action
f. Eklampsia, hipertensi
3. Patofisiologi
Amnion terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang
didalamnya adalah bakterostatik untuk mencegah infeksi pada janin atau
disebut juga sawar mekanik. Setelah amnion terinfeksi oleh bakteri dan
terjadi kolonisasi bakteri maka janin akan berpotensi untuk terinfeksi juga
pada 25% klien cukup bulan terkena infeksi amnion. Persalinan kurang
bulan terkena indikasi ketuban pecah dini pada 10% persalinan cukup bulan.
Indikasi ketuban pecah dini akan menjadi karidaminoritas (sepsis, infeksi
menyeluruh). Keadaan serviks yang baik pada kontraksi uterus yang baik,
maka persalinan pervaginam dianjurkan tetapi apabila terjadi gagal indikasi
pada serviks atau indikasi serviks yang tidak baik maka tindakan section
caesarea dapat dilakukan secepat mungkin untuk menghindari kecacatan
atau terinfeksinya janin lebuh parah
4. Jenis-Jenis Seksio Sesarea
a. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
1) Sectio caesarea transperitonealis:
a) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus
uteri). Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kira – kira 10 centimeter. Jenis ini mempunyai
kelebihan:
Mengeluarkan janin lebih cepat
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
Sayatan bisa di perpanjang proksimal atau distal
Sedang kekurangannya adalah :
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal
Untuk persalinan selanjutnya sering terjadi rupture uteri
spontan
b) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada
segmen bawah rahim). Dilakukan dengan melakukan sayatan
melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical
transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan:
Penjahitan luka lebih mudah.
Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk
menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
Perdarahan tidak begitu banyak.
Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih
kecil.
Kekurangan:
Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga
dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga
mengakibatkan perdarahan banyak.
Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
c) SC ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum
parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal.
b. Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai
berikut:
1) Sayatan memanjang (longitudinal)
2) Sayatan melintang (transversal)
3) Sayatan huruf T (T insicion)
10. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
a. Ibu:
1) Infeksi puerperal
Kenaikan suhu beberapa hari merupakan infeksi ringan, kenaikan
suhu yang disertai dehidrasi serta perut kembung termasuk infeksi
sedang.Sedangkan peritonitis, sepsis serta ileus paralitik merupakan
infeksi berat.
2) Perdarahan
Perdarahan dapat disebabkan karena pembuluh darah banyak yang
terputus atau dapat juga karena atonia uteri
3) Luka pada kandung kencing, embolisme paru-paru
Emboli paru dan terluka kandung kemih bila repertonial terlalu
tinggi
4) Ruftur uteri
Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang
b. Bayi: kematian perinatal
11. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas klien meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, identitas penanggung jawab, no RM.
2) Riwayat keperawatan
a) Keluhan utama: keluhan yang diungkapkan klien sehingga
mendatangi pelayanan kesehatan.
b) Keluhan saat dikaji: keluhan yang diungkapkan klien saat
dilakukan pengkajian.
3) Riwayat obstetric
a) Riwayat menstruasi
b) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
c) Genogram
d) Post partum sekarang
e) Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi
f) Riwayat lingkungan meliputi kebersihan dan bahaya yang
terdapat di lingkungan tempat tinggal klien.
g) Aspek psikososial meliputi persepsi ibu setelah bersalin,
perubahan kehidupan sehari-hari, orang terpenting bagi ibu,
sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini dan kesiapan
mental menjadi ibu.
4) Kebutuhan dasar khusus meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola
personal hygiene, pola istirahat tidur, pola aktivitas dan latihan, pola
kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
5) Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda
vital, dan pengkajian head to toe meliputi:
a) Kepala dan rambut: kaji kebersihan,distribusi dan adanya lesi
b) Mata: kaji kelopakmata, gerakan, konjungtiva dan sclera klien
c) Hidung: kaji kesulitan pernafasan, nafas cuping hidung dan
reaksi alergi
d) Mulut dan tenggorokan: kaji mukosa bibir, kebersihan gigi,
mulut dan tonsil
e) Telinga: kaji adanya lesi ataupun nyeri tekan
f) Leher: kaji ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
serta bendungan vena jugularis
g) Dada dan axila: kaji kesimetrisan, mammae membesar atau
tidak, papilla menonjol atau tidak, adanya hiperpigmentasi, dan
pengeluaran ASI
h) Pernafasan: kaji jalan nafas, suara nafas serta ada atau tidaknya
otot bantu pernafasan
i) Sirkulasi jantung: kaji irama dan kelainan bunyi jantung
j) Abdomen: kaji bentuk abdomen, adanya linea dan striae, luka
bekas operasi, tanda-tanda infeksi, ukur TFU, kontraksi bagus
atau tidak, turgor kulit, nyeritekan pada abdomen, kebersihan,
distensi kandung kemih.
k) Genitourinary: kaji adanya ruftur dan efisiotomy, edema,
keadaan genitalia, warna dan bau lochea
l) Ekstremitas: kaji adanya oedema, kelemahan otot, turgorkulit
dan adanya varises
b. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit Volume Cairan b.d perdarahan
2) Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3) Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi
4) Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi
c. Intervensi Keperawatan
1) Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan
Tujuan:
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake
danoutput baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi:
a) Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional:Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih
merupakan faktor utama masalah.
b) Ukur pengeluaran harian.
Rasional:Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian
ditambah dengan jumlah cairan yang hilang selama masa post
operasi dan harian.
c) Berikan sejumlah cairan pengganti harian.
Rasional :Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan
masif.
d) Evaluasi status hemodinamika.
Rasional:Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui
pemeriksaan fisik.