Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ANDRAGOGI

Pendekatan Proyektif dalam Andragogi

Dosen Pengampu : Sungkono, M.Pd.

Disusun Oleh :
Afif Garin Nugroho 16105241001
Nopri Prianto 16105244008

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................ 1


BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................ 3
A. Pengertian pendekatan proyeksi ............................................................. 3
B. Penerapan pendekatan proyeksi ............................................................. 4
BAB III. PENUTUP ................................................................................... 8
Kesimpulan ................................................................................................... 8
Saran .............................................................................................................. 8
Daftar Pustaka ............................................................................................ 9

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendekatan pendidikan orang dewasa dilakukan melalui situasi, bukan subjek.
Dalam pendidikan konvensional, para pelajar perlu melakukan menyesuaikan dirinya
terhadap kurikulum yang telah mapan dan materi belajar yang ditentukan terlebih
dahulu (subject matter centered orientation), sedangkan dalam pendidikan orang
dewasa, kurikulum dibangun berdasarkan kebutuhan dan minat pelajar. Hal ini karena
setiap orang dewasa berada dalam situasi spesifik dengan penghargaannya terhadap
pekerjaan, hiburan, kehidupan keluarga, kehidupan masyarakat dan lainnya, sehingga
situasilah yang menjadi alasan untuk melakukan penyesuaian. Dari situasi ini
pendidikan orang dewasa dimulai, sedangkan mata pelajaran dibawa masuk ke dalam
situasi ini, dan diletakkan dalam kerangka pekerjaan apabila diperlukan. Buku
pelajaran dan guru memainkan peran baru dan bersifat sekunder dalam pendidikan
jenis ini, mereka harus mengutamakan pentingnya pelajar. Pendekatan situasi dalam
pendidikan berarti bahwa proses belajar berlangsung dalam setting realitas, sedangkan
performa intelegensi merupakan fungsi dari hubungan terhadap keadaan
sesungguhnya, bukan abstraksi. Orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki
orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi
(Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa
merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial
orang dewasa
Oleh karena itu, pendidikan tidak lagi dapat ditekankan pada kepentingan
penyelenggara dalam menebarkan misinya di tengah masyarakat. Sebaliknya,
pendidikan dituntut untuk mempertimbangkan posisi dirinya sebagai fasilitator
masyarakat dalam mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan masyarakat untuk
mengembangkan diri. Pendidikan dituntut untuk memenuhi apa yang dibutuhkan
pasar, dan bukan apa yang hendak ditebar di tengah masyarakat. Apa yang hendak
diberikan kepada masyarakat bukan terletak pada kebutuhan lembaga untuk
menyuguhkannya. Artinya, materi yang diajarkan dalam lembaga pendidikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Untuk menghadapi kecenderungan sifat yang ada pada orang dewasa tersebut,
tentu saja diperlukan adanya pendekatan – pendekatan yang penting untuk kelancaran
dalam proses pendidikan. Maka pada makalah ini kami akan membahas mengenai
salah satu pendekatan dalam pembelajaran orang dewasa yaitu pendekatan proyeksi.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dikaji dalam makalah pendekatan proyeksi
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan proyeksi?
2. Bagaimana penerapan pendekatan proyeksi?

3
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, tujuan penulisan


makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian pendekatan proyeksi
2. Mengetahui penerapan pendekatan proyeksi

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Proyeksi

Foto atau gambar yang menggambarkan suatu masalah kadang dirasa kurang
memadai untuk menggali dimensi-dimensi permasalahan yang ada pada pebelajar/warga
belajar. Oleh karenanya, diperlukan alternatif lain yang dapat digunakan untuk mendapatkan
permasalahan yang lekat dengan kehidupan warga belajar, salah satunya dengan
menggunakan pendekatan proyektif.
Pendekatan proyektif yaitu membelajarkan warga belajar melalui cerita pendek dan
sandiwara. Setelah cerita dimainkan, warga belajar berdiskusi tentang perilaku beberapa
tokoh dalam cerita pendek atau sandiwara tersebut. Radio dapat juga dipakai didalam
kegiatan pembelajaran pada orang dewasa. Berita yang disampaikan melalui siaran radio
dapat merangsang warga belajar untuk memberikan komentar berdasarkan pengalamannya
sendiri. Pendekatan proyektif cakupanya luas untuk menilai individu, yang semuanya itu
menuntut usaha menetapkan struktur dan atau pemaknaan di atas stimulus yang mendua.
Karena itu metode proyektif mewakili cara tak langsung untuk menilai seseorang.
Karakteristik kepribadian akan kelihatan ketika seseorang sedang melakukan hal-hal lain.
misalnya, mendeskripsikan suatu gambar, melengkapi gambar atau menggolongkan obyek.
Metode proyektif melibatkan hal-hal di luar informasi yang diberikan dan mengisi
kesenjangan di dalam keterangan yang tersedia. Konsep proyeksi diperkenalkan oleh Freud
(1964) Konsep ini pertama kali muncul mengacu pada sifat defensif darl karakteristik yang
tak dapat diterima secara pribadi oleh obyek atau orang lain.
Proyeksi juga bisa diibaratkan sebagai proses defensif yang dapat dikendalikan oleh
berbagai jenis prinsip kenikamatan, dimana di dalamnya terdapat ego yang berpegangan pda
dunia luar, namun akan merasa bermasalah apabila keinginan dan juga ide yang dilakukan
saat tidak sadar dapat muncul ke dalam kesadaran.

B. Penerapan Pendekatan Proyeksi


Pendekatan proyektif dilakukan dengan memaparkan suatu objek/permasalahan secara
tidak langsung, dengan menggunakan sarana belajar atau alat proyeksi seperti cerita pendek
yang disajikan melalui radio, TV atau cerita bergambar. Cerita tersebut disajikan untuk dapat

5
merangsang diskusi kelompok. Cerita disusun dalam lakon yang diperankan oleh tokoh yang
kebutuhannya sangat mirip dengan kebutuhan keluarga atau masyarakat.
Cerita tersebut menggambarkan suatu masalah nyata yang tidak diberikan
penyelesaiannya. Warga belajar harus memikirkan penyelesaian masalah tersebut. Setiap
cerita hanya membutuhkan waktu yang singkat, terpusat pada satu masalah pokok saja yang
memiliki cukup banyak pertentangan (kontroversi) untuk selanjutnya menjadi topik bahasan
daam diskusi.
Pendekatan secara tidak langsung ini tidak menyinggung perasaan warga belajar.
Cerita memberikan rasa aman karena warga belajar seakan-akan hanya menafsirkan tindakan
dari tokoh-tokoh pemeran dalam lakon. Tiap warga belajar dapat mengambil amanat dan
mereka bebas untuk memberikan pendapatnya.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan proyektif dilakukan dengan memaparkan suatu objek/permasalahan secara


tidak langsung, dengan menggunakan sarana belajar atau alat proyeksi guna menggali
kemungkinan masalah yang relevan dengan warga belajar. Pendekatan secara tidak langsung
ini tidak menyinggung perasaan warga belajar. Pendekatan proyektif cakupanya luas untuk
menilai individu, yang semuanya itu menuntut usaha menetapkan struktur dan atau
pemaknaan di atas stimulus yang mendua. Karena itu metode proyektif mewakili cara tak
langsung untuk menilai seseorang. Karakteristik kepribadian akan kelihatan ketika
seseorang sedang melakukan hal-hal lain.
Pendekatan proyektif dilakukan dengan memaparkan suatu objek/permasalahan secara
tidak langsung, dengan menggunakan sarana belajar atau alat proyeksi seperti cerita pendek
yang disajikan melalui radio, TV atau cerita bergambar. Cerita tersebut disajikan untuk dapat
merangsang diskusi kelompok. Cerita disusun dalam lakon yang diperankan oleh tokoh yang
kebutuhannya sangat mirip dengan kebutuhan keluarga atau masyarakat. Cerita tersebut
menggambarkan suatu masalah nyata yang tidak diberikan penyelesaiannya. Warga belajar
harus memikirkan penyelesaian masalah tersebut. Setiap cerita hanya membutuhkan waktu
yang singkat, terpusat pada satu masalah pokok saja yang memiliki cukup banyak
pertentangan (kontroversi) untuk selanjutnya menjadi topik bahasan daam diskusi.

B. Saran

1. Pendekatan proyektif amat baik apabila digunakan dalam pelatihan yang berbasis
peningkatan softskill berdasarkan masalah.
2. Penerapan pendekatan proyektif harus diimbangi dengan sarana prasarana
pendukung untuk menjalankan file multimedia.
3. Pendekatan proyektif masih relevan untuk digunakan di Indoensia yang
masyarakatnya masih memegang budaya bertutur lisan.
4. Kajian mengenai pendekatan proyektif masih terbilang maka perlu diperbanyak
kajian/penelitian di bidang tersebut.

7
DAFTAR PUSTAKA

Basleman, Anisah dan Syamsu Mappa. 2011. Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sudjana, Djudju. 1995. Strategi Pembelajaran Luar Sekolah. Bandung: Nusantara
Press.
http://teomokole.blogspot.com/2010/10/pendekatan-pendidikan-orang-dewasa.html

Anda mungkin juga menyukai