Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ISU PENDIDIKAN
“PERMASALAHAN KURIKULUM 2013”

DISUSUN OLEH:

NAMA : ATIKA SASKIA PUTRI

STAMBUK : A 241 16 003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
BAB I
PENDAHULUAN

Dari tahun ke tahun, berbagai hal yang dilakukan pemerintah dan


rakyaknya untuk menjadi lebih baik. Tidak terkecuali di bidang pendidikan. Di
bidang ini semenjak Indonesia berdiri sudah Sepuluh kali perubahan kurikulum.
Hal tersebut dilakukan dengan tujuan memperbaiki pendidikan di
Indonesia ini yang diopinikan semakin lama semakin rendah dibandingkan dengan
Negara tetangga lain (Wiyono dalam Okezone TV, jumat, 19 Juli 2013).
Menurut muhtar, (2014). Mengatakan bahwa Kurikulum 2013
mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran
langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Ia mengatakan Proses
pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik
mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan
psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang
dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran, sedangkan
pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses
pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus yang
berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap.
Ada asumsi setiap pergantian pemerintahan atau pejabat eksekutif,
bersama itu juga ada pergantian system pendidikan yang baru. Berbagai
tanggapan yang dilontarkan oleh masyarakat tentang perubahan tersebut. Baik
tanggapan positif ataupun negative mungkin sering kita dengar. Hal itu diawali
dengan munculnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat
Satuan Pelajran (KTSP), dan Kurikulum 2013 (Wiyono dalam Okezone TV,
jumat, 19 Juli 2013).
Sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar, kurikulum
menjadi instrumen penting dalam mengarahkan perkembangan kompetensi siswa.
Sementara itu untuk mengikuti perkembangan yang ada, kurikulum pun harus
dikembangkan. Penerapan kurikulum 2013 yang salah satu alasannya untuk
menjawab tantangan masa depan terkait kemajuan teknologi informasi dan
konvergensi ilmu dan teknologi perlu mendapat perhatian dari semua komponen
di sekolah (Maisyaroh, Zulkarnain, dan Setyowati, 2014).
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun
tidak langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orangtua,
masyarakat dan pihak siswa itu sendiri, dalam mengimplementasikan kurikulum
2013 sangat berbeda dengan kurikulum sebelumnya, masih banyak kendala yang
kita ketahui sangat mempengaruhi hasil belajar, baik dari segi media yang di
gunakan, penilaian pada kurikulum 2013 lebih rumit dibandingkan dengan
kurikulum sebelumnya kemudian metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi pembelajaran yang ingin diajarkan belum efektif atau bahkan tidak sesuai
dengan materi yang ingin disampaikan (Kurniaman dan Noviana, 2017).
Sehingga kurikulum merupakan sebuah komponen dalam proses belajar
mengajar yang menjadi pedoman atau acuan pendidikan di sekolah, yang harus
mengikuti perkembangan yang ada. Dalam pengamplikasiaannya dibutuhkan
sosialisasi agar seorang guru dapat memahaminya serta sesuai dengan situasi dan
kondisi dari sekolah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

Maisyaroh, dkk (2013), mengatakan Ditinjau dari perubahan yang terjadi


bila dibandingkan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka
di dalam Kurikulum 2013 lingkup standar nasional pendidikan pada standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian menjadi
perhatian utama dalam perubahan kurikulum tersebut. Dalam sosialisasi dan
rencana implementasinya masih banyak yang pro dan kontra terkait dengan
implementasi kurikulum 2013. Yang kontra misalnya Driana, E., “Gawat Darurat
Pendidikan” (Kompas 12 Desember 2012) yang mengharapkan sebelum
Kurikulum 2013 disahkan baiknya dilakukan evaluasi terhadap kurikulum
sebelumnya. Sementara yang pro misalnya Abduhzen, M. (Kompas 21 Pebruari
2013) “Urgensi Kurikulum 2013” dan (Kompas 6 Maret 2013) “Implementasi
Pendidikan”, mengatakan dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi, tak
tepat jika ada yang mengatakan bahwa Pemerintah salah sasaran saat
merencanakan perubahan karena yang perlu diperbaiki sebenarnya metodologi
pembelajaran, bukan kurikulum.
Dalam beberapa penelitian juga dijelaskan kendala-kendala yang dialami
guru, yaitu seperti dalam penelitiannya tentang Survey Permasalahan
Implementasi Kurikulum Nasional 2013 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
SMP di Jawa Timur, Ruja dan Sukamto (2015: 196) menyatakan “Berdasarkan
hasil Focus Group Discussion dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi
kendala atau masalah-masalah bagi guru dalam impelmentasi Kurikulum Nasional
2013 antara lain: pertama belum siapnya guru di lapangan dalam penerapan
kurikulum 2013 hal tersebut ditandai oleh beberapa indikator berikut, yaitu; (a)
nama Ilmu Pengetahuan Sosial menjadikan guru Ilmu Pengetahua Sosial harus
menguasi banyak materi dari Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi, dan padahal
mereka berasal dari lulusan salah satu disiplin ilmu saja, sehingga mereka belum
siap dalam penguasaan isi/materi; (b) jarak antara pembekalan dengan
pelaksanaan terlalu singkat, dan ditambah dengan fasilitas di sekolah yang sangat
jauh dari apa yang dituntut oleh Kurikulum Nasional 2013; (c) keterampilan
teknologi guru juga masih kurang, apalgi guru yang sudah senior; (d) karena
belum siap maka dalam praktek hanya menjiplak saja dan contoh contohnya
belum diubah.
Ruja dan Sukamto mengatakan masalah atau kendala kedua yaitu guru
masih mengalami kesulitan dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajran,
walaupun sudah ada silabus dan buku guru; Masalah atau kendala yang ketiga
yaitu terkait penilaian dan Kriteria Ketuntasan Minimun; Masalah atau kendala
yang keempat adalah terkait materi Ilmu Pengetahuan Sosial yang harus
dipadukan.
Ruja dan Sukamto juga mengatakan dalam hasil diskusi juga ditemukan
bahwa Kurikulum Nasional 2013 mempunyai nilai positif yaitu dengan adanya
Kompetensi Inti 1 sampai dengan Kompetensi Inti 4 sebenarnya telah
mempersiapkan siswa untuk berfikir logis terutama Komptensi Inti 4
(keterampilan). Melalui pendekatan saintifik siswa akan lebih aktif dalam
pembelajaran, sehingga ketika terjun ke masyarakat mereka merasa siap dan
tampil percaya diri.
Berdasarkan gambaran dari persepsi masyarakat tersebut, maka profil
tentang kemampuan dan kesulitan dalam mengimplementasikan kurikulum 2013
secara menyeluruh perlu digali lebih lanjut. Kemampuan mengajar guru perlu
senantiasa ditingkatkan. Pertumbuhan dan peningkatan kemampuan mengajar
guru perlu terus dikembangkan. Salah satu sarana utama untuk meningkatkan
kemampuan mengajar guru adalah melalui kegiatan supervisi. Supervisi
pengajaran adalah proses pemberian bantuan kepada guru dengan jalan
memberikan dorongan, rangsangan atau bimbingan untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar mengajar. Pemberian bantuan tersebut, bisa
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui wawancara, seminar,
lokakarya, diskusi, rapat, demonstrasi mengajar, dan observasi kelas.
Namun, walaupun telah mengikuti pelatihan kurikulum 2013 para guru
masih kebingungan dalam pelaksanaannya. Misalnya Gunawan, “Ini Keluhan
Guru Terhadap Kurikulum 2013” (Kompas 07 Desember 2017) mengatakan para
guru masih kebingungan meski sudah mendapat pelatihan K13 karena pada
pelatihan itu hanya berbentuk forum seminar dimana instrukturnya hanya
bermodalkan satu flashdisk yang berisi powerpoint, kemudian kamipara guru
disuruh buat RPP sendiri terus dipresentasikan secara sampel.
Perkembangan ilmu dan teknologi semakin pesat menuntut guru untuk
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan yang ada. Guru dituntut
memiliki sejumlah kompetensi sebagaimana dalam Permendiknas Nomor 16
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Sedangkan pada siswa sendiri untuk implementasi dari kurikulum 2013
menurut yudi,. “ini yang dihadapi murud dalam kurikulum 2013” ( kompas, 10
desember 2014), siswa mengalami beberapa perbedaan pada kurikulum baru.
Diantaranya, jam sekolah yang lebih lama dan meneggunakan pola diskusi serta
siswa dituntut lebih aktif dikelas dibandingkan guru.
Berdasarkan hasil wawancara Robertus Belarminus kepada kepala sekolah
SMK PGRI 14 Jakarta Selatan, dalam “ini yang dihadapi murud dalam kurikulum
2013” ( kompas, 10 desember 2014). Sabari mengatakan perilaku siswa merupaka
penyebab kurikulum baru belum berjalan dengan maksimal. Ia mengatakan masih
rendahnya minat baca siswanya. Walaupun demikian menurut sabari kurikulum
2013 ini sangat baik untuk anak, sehingga membuat anak atau siswa lebih aktif.
Susanto mengatakan ada beberapa respon siswa dari pelaksanaan
kurikulum 2013 itu, mereka mendapat banyak tugas rumah sehingga anak menjadi
tidak punya ruang untuk kegiatan lain seperti bermain ( DetikNews, 06 Desember
2014). Di beberapa berita lainnya mengatakan hal yang sama misalnya, dinda
dalam HamizanBlog, (2104). Mengatakan mengapa anak di Singapura dengan
pelajaran yang sedikit, lebih pintar daripada anak di Indonesia.
Baswedan mengatakan dalam DetikNews bahwa dari 208.00 sekolah baru
6.221 sekolah yang diminta menerapkan kurikulum 2013 sebagai sekolah
percontohan dan akan didampingi langsung oleh Kemendikbud.
Nurfaudah, (Okezone, 2014) menuliskan bahwa 1. Tidak ada kajian
terhadap penerapan Kurikulum 2006 yang berujung pada kesimpulan urgensi
perpindahan kepada Kurikulum 2013; 2. Tidak ada evaluasi menyeluruh terhadap
uji coba penerapan Kurikulum 2013 setelah setahun penerapan di sekolah-sekolah
yang ditunjuk; 3. Kurikulum sudah diterapkan di seluruh sekolah di bulan Juli
2014, sementara instruksi untuk melakukan evaluasi baru dibuat 14 Oktober 2014,
yaitu enam hari sebelum pelantikan presiden baru (Peraturan Menteri no 159); 4.
Penyeragaman tema di seluruh kelas, sampai metode, isi pembelajaran dan buku
yang bersifat wajib sehingga terindikasi bertentangan dengan UU Sisdiknas; 5.
Penyusunan konten Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tidak seksama
sehingga menyebabkan ketidakselarasan; 6. Kompetensi Spiritual dan Sikap
terlalu dipaksakan sehingga menganggu substansi keilmuan dan menimbulkan
kebingungan dan beban administratif berlebihan bagi para guru; 7. Metode
penilaian sangat kompleks dan menyita waktu sehingga membingungkan guru dan
mengalihkan fokus dari memberi perhatian sepenuhnya pada siswa; 8.
Ketidaksiapan guru menerapkan metode pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang
menyebabkan beban juga tertumpuk pada siswa sehingga menghabiskan waktu
siswa di sekolah dan di luar sekolah; 9. Ketergesa-gesaan penerapan
menyebabkan ketidaksiapan penulisan, pencetakan dan peredaran buku sehingga
menyebabkan berbagai permasalahan di ribuan sekolah akibat keterlambatan atau
ketiadaan buku; 10. Berganti-gantinya regulasi kementerian akibat revisi yang
berulang.
Baswedan Dalam KBR Nusantara, (2014). Mengatakan isi kurikulum
2013 akan diperbaiki dan sekolah yang menjadi uji coba akan memberi masukan
tetang kelebihan serta kekurangannya, sebelum sekolah-sekolah tersebut memberi
masukan, kurikulum 2013 sudah langsung diterapkan di 218 ribu sekolah di
Indonesia.
Belum selesai dengan permasalahan kurikulum 2013 bagi sekolah
khususnya untuk para guru dan siswanya, pengamat pendidikan Indra
Charismiadji dalam JPNN.COM, (2018). Mengatakan bahwa kurikulum 2013
harus diubah oleh pemerintah karena dinilai sudah ketinggalan zaman dan tidak
bias meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Ia juga mengatakan isi K-13
hanya mengajarkan siswa mengenai HOTS ( Higher Order Thingking Skills),
sedangkan pendidikan dunia internasional sudah menerapkan STEAM ( Science,
Technology, Engineering, Art, Mathematics) sejak tahun 2009.
BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan

Penerapan kurikulum 2013 sudah berjalan dengan, meskipun dengan


berbagai kendala yang dialami. Kendala-kendala tersebut seperti saraana dan
prasaranatidak mendukung untuk menerapkan K-13, para guru kurang paham
terhadap isi K-13, guru masih bingung terhadap cara penilainnya, beberapa guru
belum menguasi penggunaan teknologi informasi. Sehingga hal tersebut
berdampak pada siswa.

Bagi siswa sendiri penerapan K-13 ini, memberatkan buat mereka dengan
berbagai tugas yang diberikan oleh guru. Serta menuntut siswa yang aktif dalam
pembelajaran, bukan lagi guru yang harus berperan penting. Kurikulum ini
menuntut siswa banyak membaca. Sebenarnya dari berbagai pendapat diatas
kurikulum 2013 sangatlah baik, dengan mengharapkan siswa aktif dalam
pembelajaran serta dapat membentuk karakter siswa.

Terlepas dari hal tersebut pemerintah yang menyusun atau membuat


kurikulum telah mempertimbangkan berbgai hal yaitu, siswa; materi pembelajran;
pendidika atau guru; dan pendekatan yang digunakan.

 Saran

Sebelum menerapkan kurikulum, pemerintah seharusnya melakukan


pelatihan secara merata terhadap para guru. Bukan hanya sekedar pelatihan
dengan hanya menapilkan slide presentasi, tetapi pelatihan yang benar-benar
dapat memahamkan para guru. Karena merekalah yang nantinya menerapkan
kerikulum tersebut kepada siswa. Sebagai seorang guru juga harus mengikuti
perkembangan IPTEK. Yang terakhir meratakan terlebih dahulu pendidikan di
indonesia, setidaknya mereka yang di daerah terpencil dan mereka yang tak
mampu dapat merasakan pedidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Abduhzen, M. (2013, 21 Februari). Urgensi Kurikulum 2013. Kompas [online],


halaman 1. Tersedia: https://mcdens13.wordpress.com/2013/02/24/urgensi-
kurikulum-2013/. [24 Maret 2019]

Anonym, (2013). Keluhan guru dan siswa tentang kurikulum 2013. [online]. Tersedia:
http://hamizann.blogspot.com/2014/12/keluhan-guru-dan-siswa-
tentang.html. [24 Maret 2019]

Belarminus, R. (2014, 10 Desember). Ini yang dihadapi murid dengan kurikulum 2013.
Kompas [online], halaman1. Tersedia:
htps://edukasi.kompas.com/read/2014/12/10/13381611/Ini.yang.Dihadapi.M
urid.dengan.Kurikulum.2013. [23 Maret 2019]

Driana, E. (2012, 14 Desember). Gawat Darurat Pendidikan. Kompas [online],


halaman 1. Tersedia:
https://nasional.kompas.com/read/2012/12/14/02344589/gawat.darurat.pend
idikan. [24Maret 2019]

Hermawan.(2014, 25 November). Kurikulum 2013 membertakan siswa. KBR Nusantara,


[online], halaman 1. Tersedia: https://kbr.id/nusantara/11-
2014/kurikulum_2013_memberatkan_siswa/58945.html. [24 Maret 2019]

Maisyaroh, Zulkarnain, W., Setyowati, A. J. (2014). Masalah Guru Dalam


Implementasi Kurikulum 2013 Dan Kerangka Model Supervisi Pengajaran.
Manajemen Pendidikan UNM, Semarang. 24 (3), 213-220.

Muhtar, T. (2013). Analisis Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Aspek Nilai Karakter
Bangsa. Mimbar Sekolah Dasar UPI, Semudang. 1 (2) ,168-175

Nurfaudah, R. N. (2014, 11 Desember). 10 masalah utama kurikulum 2013. Okezone


[online], halaman 1. Tersedia:
https://news.okezone.com/read/2014/12/11/65/1077829/10-masalah-utama-
kurikulum-2013. [24 maret 2014]

Susanto, (2014, 06 Desember). KPAI; kurikulum 2013 bikin guru bingung dan siswa
terbebani. Detiknews [online], halaman 1. Tersedia:
https://news.detik.com/berita/2769476/kpai-kurikulum-2013-bikin-guru-
bingung-dan-siswa-terbebani. [24 Maret 2019]

Wiyono, (2013, 19 Juli). Kurikulum 2013 bagaimana kita guru menyikapinya.


Okezone [online], halaman 1. Tersedia:
https://news.okezone.com/read/2013/07/19/95/839431/kurikulum-2013-
bagaimana-kita-guru-menyikapinya. [24 Maret 2019]

Anda mungkin juga menyukai