Proposal Pus Di Puskesmas
Proposal Pus Di Puskesmas
Disusun Oleh:
Pembimbing :
Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners
Disusun Oleh:
MAHASISWA KELOMPOK I
TINGKAT II B
Pembimbing :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan karunia-Nya lah kami selaku penulis laporan kegiatan yang berjudul
“Metode Kalender KB Alamiah Pada Pasangan Usia Subur (PUS) di
Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya” yang mana laporan kegiatan ini
sebagai salah satu untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II
untuk Mahasiswa STIKES Eka Harap Palangka Raya.
Saat penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia,S.pd.,M.Kes Selaku ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina,Ners,M.Kep Selaku Ketua S1 Keperawatan.
3. Rimba Aprianti,S.Kep.,Ners. Selaku PJMK mata kuliah Keperawatan
Maternitas II.
4. Serta teman-teman atas kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna.
Maka dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak.
Akhir kata, semoga penyuluhan ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu
keperawatan dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat
dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.
Palangka Raya, Maret 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode Kalender Keluarga Berencana dilakukan dengan wanita
mendeteksi kapan masa suburnya berlangsung, yang biasanya dekat dengan
pertengahan siklus menstruasi (biasanya hari ke 10-15), atau terdapat tanda-tanda
kesuburan dan kemungkinan besar terjadi konsepsi. Senggama dihindari pada
masa subur yaitu pada fase siklus menstruasi dimana kemungkinan terjadinya
konsepsi. Program Metode Kalender KB tidak hanya bertujuan untuk
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, melainkan juga untuk memenuhi
permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (KR) yang
berkualitas, menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk membentuk
keluarga kecil berkualitas (Yuhedi dan Kurniawati, 2013). Kenyataannya sampai
saat ini tingkat tindakan Keluarga Berencana Indonesia masih rendah. Dan
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, terlihat masih banyak Keluarga yang
tidak menggunakan program KB sehingga pertumbuhan penduduk selalu
meningkat.
Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan
kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan
Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna
kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990
menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional, proporsi pasangan usia subur
15-49 tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat
minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah
meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%, sedangkan Amerika latin dan Karibia naik
sedikit dari 66,7% menjadi 67,0%. Diperkiraan 225 juta perempuan di negara-
negara berkembang ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak
menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut: terbatas
pilihan metode kontrasepsi dan pengalaman efek samping. Kebutuhan yang belum
terpenuhi untuk kontrasepsi masih terlalu tinggi. Ketidakadilan didorong oleh
pertumbuhan populasi (WHO, 2014). Menurut BKKBN peserta KB di Indonesia
pada tahun 2014 sebanyak 4.509.850 peserta. Pencapaian didominasi oleh peserta
KB menggunakan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), yaitu
sebesar 69,99% dari seluruh peserta KB baru. Sedangkan peserta KB baru yang
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang hanya sebesar 30,01%.
Sedangkan akseptor KB suntikan sebanyak 2.196,506 peserta (50,97%). Menurut
Angka prevalensi pemakaian alat kontrasepsi di Balikpapan mengalami
peningkatan. Dari 65,50 persen pada tahun 2016 lalu menjadi 65,67 persen pada
2017. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga
Berencana (DP3AKB) Sri Wahyuningsih menuturkan, angka prevalensi tahun
2017 terhitung sejak Januari hingga November. Meski kenaikan tidak terlalu
signifikan, namun pemakaian alat kontrasepsi tersebut bisa menekan angka
kelahiran tersebut.
Salah satu faktor penyebab timbulnya masalah laju pertumbuhan karna
faktor kelahiran dan kematian dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan
menyebabkan tingkat kematian rendah, sedangkan tingkat kelahiran tetap tinggi
hal ini penyebab utama ledakan penduduk. Menekan jumlah penduduk dengan
menggalakan program Keluarga Berencana (KB) (BPS, 2013).
Salah satu sasaran dari penyuluhan diharapkan dengan adanya perencanaan
keluarga yang matang, kehamilan merupakan sesuatu hal yang memang sangat
diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan
dengan aborsi (Suratun, 2008). Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur
(PUS) yang lebih dititkberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang
berada pada kisaran usia 15-49 tahun. Dengan diberikannya penyuluhan tentang
Program Keluarga Berencana tersebut Pasangan Usia Subur dapat mengerti untuk
melakukan Program Berencana agar tetap mengontrol kehamilan yang diinginkan.
Masalah-masalah tersebut timbul karena kurangnya pengetahuan tentang Program
Keluarga Berancana. Berdasarkan permasalahan tersebut, kelompok tertarik untuk
memberikan pendidikan kesehatan tentang Program Keluarga Berencana di
Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Metode Kalender Keluarga Berencana?
2. Apa Saja Macam-macam Metode Kalender Keluarga Berencana alamiah?
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara atau metode kontrasepsi
sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan
senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi. Metode kalender
ini merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang paling tua
pencetus KBA system kalender adalah dr.Knaus (ahli kebidanan dari Vienna) dan
dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada
siklus haid/ menstruasi wanita.
Metode Kalender Keluarga Berencana dilakukan dengan wanita
mendeteksi kapan masa suburnya berlangsung, yang biasanya dekat dengan
pertengahan siklus menstruasi (biasanya hari ke 10-15), atau terdapat tanda-tanda
kesuburan dan kemungkinan besar terjadi konsepsi. Senggama dihindari pada
masa subur yaitu pada fase siklus menstruasi dimana kemungkinan terjadinya
konsepsi.
Jadi, metode kalender keluarga berencana adalah sangat penting karena
dengan dilakukannya oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan
senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi.
2.1.2 Pasangan Usia Subur
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang terikat
dalam perkawinan yang sah, yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49
tahun, dan secara operasional termasuk pula pasangan suami istri yang istrinya
berumur kurang dari 15 tahun dan telah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun
tetapi masih haid. Berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang
membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan usia subur (PUS) yang aktif
melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun
tidak menghendaki kehamilan.
PUS yang menggunakan alat kontrasepsi disebut peserta/akseptor KB.
Peserta KB adalah PUS yang sedang menggunakan salah satu metode kontrasepsi.
Sedangkan peserta KB aktif adalah peserta KB yang sedang menggunakan salah
satu metode kontrasepsi secara terus-menerus tanpa diselingi kehamilan. Adapula
yang disebut peserta KB baru yaitu PUS yang baru pertama kali menggunakan
alat/cara kontrasepsi dan atau PUS yang kembali menggunakan metode
kontrasepsi setelah melahirkan/keguguran (BKKBN, 2009).
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari/ mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Suratun, 2008). Jenis
metode Kontrasepsi ada beberapa macam diantaranya :
1. Metoda kontrasepsi alamiah, antara lain:
1) Coitus Interuptus.
Metode coitus interuptus juga dikenal dengan metode senggamam
terputus. Teknik ini dapat mencegah kehamilan dengan cara sebelum
terjadi ejakulasi pada pria, seorang pria harus menarik penisnya dari
vagina sehingga tidak setetespun sperma masuk ke dalam rahim wanita.
2) KB alami ( metoda kalender, suhu basal, dan lendir serviks).
1. Metoda Kalender
Metode kalender dilakukan dengan wanita mendeteksi masa suburnya,
yang biasanya 12-16 hari sebelum hari pertama masa menstruasi
berikutnya. Metode ini didasarkan pada perhitungan mundur siklus
menstruasi wanita selama metode 6-12 bulan siklus yang tercatat.
2. Metoda Suhu Basal
Metode suhu tubuh/ basal tubuh dilakukan dengan wanita mengukur
suhu tubuhnya setiap hari untuk mengetahui suhu tubuh basalnya.
3. Metoda Lendir Serviks
Metoda lendir serviks dilakukan dengan wanita mengamati lendir
serviksnya setiap hati. Lendir serviks bervariasi selama siklus. Setelah
menstruasi, ada sedikit lendir serviks dan ini sering kali disebut
sebagai “kering”.
3) Diafragma.
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menutup serviks
dari bawah sehingga sel mani tidak dapat memasuki saluran serviks,
biasanya dipakai dengan spermicida.
4) kontrasepsi kimiawi/ spermicide.
Spermatisida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan
atau menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam
vagina, sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Gerakan-gerakan
senggama akan mengubah spermicida menjadi busa yang akan meliputi
serviks, sehingga secara mekanis menutupi ostium uteri aksternum dan
mencegah masuknya sperma ke dalam kanalis servikalis.
BAB 3
H. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Aprianto Untung
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Leader : Oski Ria Anggraini
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
3) Fasilitator : Nuning Pratiwie
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
4. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan
5. Membagikan konsumsi
5) Dokumentator : Septya Florensa
1. Mendokumentasikan setiap kegiatan
I. TEMPAT
1. Setting Tempat :
Keterangan:
:Peserta
:Fasilitator
:Demonstrator
J. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
1. Peserta hadir di tempat penyuluhan.
2. Penyelenggaraan di Puskesmas Bukit Hindu.
3. Pengorganisasian penyelenggaraan di lakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
1. Peserta antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang Metode
Kalender KB.
2. Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan.
3. Peserta menjawab pertanyaan secara benar tentang materi
penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
1. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang Metode Kalender
KB.
2. Peserta hadir dalam penyuluhan.