Anda di halaman 1dari 31

PEMBAHASAN KISI – KISI PKN

1. Nilai – Nilai pancasila dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan negara


a. Nilai Ketuhanan
 Hidup rukun dan damai dalam setiap antraumat beragama
 Tidak memaksakan agama atau kepercayaan terhadap Tuhan YME kepada orang lain
 Memberikan kebebasan dan juga kesempatan dalam beribadah sesuai agamanya
 Tidak membedakan agama atau kepercayaan dalam bergaul
 Sikap percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Nilai Kemanusiaan
 Mengakui persamaan derajat antara sesama manusia
 Senang melakukan kegiatan yang sifatnya kemanusiaan
 Memiliki sikap dan perilaku berani dalam membela kebenaran dan keadilan
 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
 Menghormati orang lain
 Tidak bersikap diskriminatif terhadap orang lain
c. Nilai Persatuan
 Cinta tanah air dan bangsa
 Memiliki sikap yang rela berkorban demi tanah air
 Mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
 Persatuan dengan berdasar Bhineka Tunggal Ika
 Memelihara ketertiban dunia yang berdasar kepada kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial
d. Nilai Kerakyatan
 Ikut serta dalam pemilu
 Menjalankan musyawarah mufakat
 Mendahulukan kepentingan umum
 Mengembangkan sikap hidup yang demokratis
 Tidak memaksakan kehendak individu terhadap individu lainnya
e. Nilai Keadilan
 Memiliki perilaku yang suka bekerja keras
 Berperilaku adil terhadap sesama
 Hidup sederhana
 Mengembangkan budaya menabun
 Memiliki sikap yang menghargai karya orang lain yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia
 Tidak memeras orang lain
 Selalu membantu orang lain

2. Perbedaan kewenangan presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan


a. Wewenang Presiden sebagai Kepala Negara
-Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara
(Pasal 10).
-Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR (Pasal 11 Ayat 1).
-Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR (Pasal 11 Ayat 2).
-Menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12).
-Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan
DPR (Pasal 13 Ayat 1 dan 2).
-Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 13
Ayat 3).
-Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung (Pasal 14
Ayat 1).
-Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 14 ayat 2).
-Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang
(Pasal 15).

b. Wewenang Presiden sebagai Kepala Pemerintahan


-Memegang kekuasaan pemerintahan (Pasal 4 ayat 1).
-Mengajukan Rancangan Undang Undang kepada DPR (Pasal 5 ayat 1).
-Menetapkan peraturan pemerintah (Pasal 5 ayat 2).
-Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan
kepada presiden (Pasal 16).
-Mengangkat dan memberhentikan menterimenteri (Pasal 17 ayat 2).
-Membahas dan memberi persetujuan atas RUU bersama DPR serta mengesahkan RUU (Pasal 20
ayat 2 dan 4).
-Menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang dalam kegentingan yang
memaksa (Pasal 22 ayat 1).
-Mengajukan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan
DPD (Pasal 23 ayat 2).
-Meresmikan keanggotaan BPK yang dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD
(Pasal 23F ayat 1).
-Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan Komisi Yudisial dan disetujui DPR (Pasal
24A ayat 3).
-Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR (Pasal 24 B
ayat 3).
-Mengajukan tiga orang calon hakim konstitusi dan menetapkan sembilan orang hakim
konstitusi (Pasal 24 C ayat 3).

3. Asas kewarganegaraan
Menurut penjelasan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam penentuan kewarganegaraan menganut
asas-asas sebagai berikut.
a. Asas ius sanguinis, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
keturunan, bukan bersasarkan negara tempat dilahirkan.
b. Asasiussolisecaraterbatas,yaituasasyangmenentukankewarganegaraan seseorang
berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan
ketentuan yang diatur undang-undang.
c. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap
orang.
d. Asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan ganda
bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.

Istilah-istilah lain yang berkaitan dengan Kewarganegaraan :


– Apatride yaitu adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak mempunyai kewarganegaraan.
– Bipatride, yaitu adanya seorang penduduk yang mempunyai dua macamkewarganegaraan
sekaligus (kewarganegaraan rangkap).
– Stelsel aktif yaitu seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu secara aktif untuk
menjadi warga negara (naturalisasi biasa)
– Stelsel pasif yaitu seseorang dengan sendirinya dianggap menjadi warga negara tanpa
melakukan sutu tindakan hukum tertentu (naturalisasi Istimewa)
– Hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
– Hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (stelsel pasif)
– Naturalisai, yaitu proses permohonan seseorang untuk menjadi warga negara suatu negara

4. Cara memperoleh dan Penyebab kehilangan kewarganegaraan di Indonesia


Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan:
a. Memenuhi persyaratan perwarganegaraan RI
b. Pemohon mengajukan permohonan pewarganegaraan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
dengan materai secukupnya kepada presiden melalui menteri disampaikan kepada pejabat.
c. Jika dikabulkan maka pemohon akan memperoleh keppres (keputusan Presiden) kemudian
paling lambat 3 bulan setelah dikeluarkan keppres, pemohon mengucapkan sumpah dan janji
setia.
d. Jika pemohon tidak mengucapkan sumpah dan janji setia pada waktu yang ditentukan,
keppres batal demi hukum.
e. Pemohon wajib menyerahkan dokumen atau surat-surat keimigrasian atas namanya pada
kantor imigrasi dalam waktu 14 hari kerja.
Kehilangan Kewarganegaraan :
1. Memilih kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri
2. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu.
3. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh presiden atas permohonannya sendiri dan yang
bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri, tidak
menghilangkan kewarganegaraan lainnya.
4. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin Presiden.
5. Masuk dinas negara asing.
6. Mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia pada negara asing
7. Turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing.
8. Bertempat tinggal diluar wilayah RI selama 5 tahun berturut-turut bukan dalam rangka dinas
negara, dan setiap 5 tahun berikutnya tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi warga
negara RI pada perwakilan yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan.
9. Punya paspor atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih
berlaku dari negara lain atas namanya.

5. Perbedaan suprastruktur politik dan infrastruktur politik

6. Keanggotaan MPR
MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum.
Keanggotaan MPR diresmikan dengan keputusan Presiden. Sebelum reformasi, MPR terdiri atas
anggota DPR, utusan daerah, dan utusan golongan, menurut aturan yang ditetapkan undang-
undang. Jumlah anggota MPR periode 2009–2014 adalah 692 orang yang terdiri atas 560
Anggota DPR dan 132 anggota DPD. Masa jabatan anggota MPR adalah 5 tahun, dan berakhir
bersamaan pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji.
Anggota MPR sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama
yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR. Anggota MPR yang
berhalangan mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama, mengucapkan sumpah/janji
yang dipandu oleh pimpinan MPR.
7. Pengertian dan salah satu perwujudan partisipasi politik
Pengertian partisipasi politik adalah kegiatan warganegara yang bertujuan untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan politik.Partisipasi politik dilakukan orang dalam
posisinya sebagai warganegara, bukan politikus ataupun pegawai negeri dan sifat partisipasi
politik ini adalah sukarela, bukan dimobilisasi oleh negara ataupun partai yang berkuasa.
bentuk-bentuk partisipasi politik
-Kegiatan Pemilihan – yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan umum, mencari dana
partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan
lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu;
-Lobby – yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik dengan maksud
mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu isu;
Kegiatan Organisasi – yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik selaku anggota
maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah;
-Contacting – yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun jaringan dengan pejabat-
pejabat pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka, dan
-Tindakan Kekerasan (violence) – yaitu tindakan individu atau kelompok guna mempengaruhi
keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik manusia atau harta benda,
termasuk di sini adalah huru-hara, teror, kudeta, pembutuhan politik (assassination), revolusi
dan pemberontakan.

8. Kewenangan pemerintah pusat terkait dengan otonomi daerah


Pemerintah pusat dalam pelaksanaan otonomi daerah, memiliki 3 (tiga) fungsi.
a. Fungsi Layanan (Servicing Function)
Fungsi pelayanan dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dengan cara tidak
diskriminatif dan tidak memberatkan serta dengan kualitas yang sama.Dalam pelaksanaan fungsi
ini pemerintah tidak pilih kasih, melainkan semua orang memiliki hak sama, yaitu hak untuk
dilayaani, dihormati, diakui, diberi kesempatan (kepercayaan), dan sebagainya.

b. Fungsi Pengaturan (Regulating Function)


Fungsi ini memberikan penekanan bahwa pengaturan tidak hanya kepada rakyat tetapi kepada
pemerintah sendiri.Artinya, dalam membuat kebijakan lebih dinamis yang mengatur kehidupan
masyarakat dan sekaligus meminimalkan intervensi negara dalam kehidupan masyarakat.Jadi,
fungsi pemerintah adalah mengatur dan memberikan perlindungan kepada masyarakat dalam
menjalankan hidupnya sebagai warga negara. Sementara itu ada enam fungsi pengaturan yang
dimiliki pemerintah.
1) Menyediakan infrastruktur ekonomi
Pemerintah menyediakan institusi dasar dan peraturan-peraturan yang diperlukan bagi
berlangsungnya sistem ekonomi modern, seperti perlindungan terhadap hak milik, hak ciipta,
hak paten, dan sebagainya.
2) Menyediakan barang dan jasa kolektif
Fungsi ini dijalankan pemerintah karena masih terdapat beberapa public goods yang tersedia
bagi umum, ternyata masih sulit dijangkau oleh beberapa individu untuk memperolehnya.
3) Menjembatani konflik dalam masyarakat
Fungsi ini dijalankan untuk meminimalkan konflik sehingga menjamin ketertiban dan stabilitas
di masyarakat.
4) Menjaga kompetisi
Peran pemerintah diperlukan untuk menjamin agar kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan
kompetisi yang sehat.Tanpa pengawasan pemerintah akan berakibat kompetisi dalam
perdagangan tidak terkontrol dan dapat merusak kompetisi tersebut.
5) Menjamin akses minimal setiap individu kepada barang dan jasa
Kehadiran pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan kepada masyarakat miskin
melalui program-program khusus.
6). Menjaga stabilitas ekonomi
Melalui fungsi ini pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan moneter apabila terjadi sesuatu
yang mengganggu stabilitas ekonomi.
c. Fungsi Pemberdayaan
Fungsi ini dijalankan pemerintah dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Masyarakat tahu,
menyadari diri, dan mampu memilih alternatif yang baik untuk mengatasi atau menyelesaikan
persoalan yang dihadapinya.
Pemerintah dalam fungsi ini hanya sebagai fasilitator dan motivator untuk membantu
masyarakat menemukan jalan keluar dalam menghadapi setiap persoalan hidup.
Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan menjadi urusan pemerintah
pusat.
Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat meliputi politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, agama, serta norma.Selain
kewenangan tersebut di atas, pemerintah pusat memiliki kewenangan lain sebagai berikut
1) Perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro.
2) Dana perimbangan keuangan.
3) Sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara.
4) Pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia.Pendayagunaan sumber daya alam
dan pemberdayaan sumber daya strategis.
5) Konservasi dan standarisasi nasional.

9. Faktor pembentuk dan penghambat integrasi nasional


a. Faktor pembentuk integrasi nasional
 Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah.
 Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara yaitu Garuda Pancasila dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
 Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia seperti yang
dinyatakan dalam Sumpah Pemuda.
 Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan munculnya semangat nasionalisme di
kalangan bangsa Indonesia.
 Penggunaan bahasa Indonesia.
 Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam bangsa, bahasa, dan tanah air Indonesia.
 Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yaitu Pancasila.
 Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi keagamaan yang kuat.
 Adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penderitaan penjajahan.
 Adanya rasa cinta tanah air dan mencintai produk dalam negeri.

b. Faktor penghambat integrasi nasional


 Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen.
 Kurangnya toleransi antargolongan.
 Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan gangguan dari luar.
 Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan hasil-hasil
pembangunan.
Ctt : analisis sendiri aja internal sama eksternalnya yaa sobat!!!

10. Bentuk ancaman sesuai bidang ipoleksosbudhankam


A. Ancaman di Bidang Ideologi
Secara umum Indonesia menolak dengan tegas paham komunis dan zionis. Akibat dari
penolakan tersebut, tentu saja pengaruh dari negara-negara komunis dapat dikatakan tidak
dirasakan oleh bangsa Indonesia, kalaupun ada pengaruh tersebut sangat kecil ukurannya. Akan
tetapi, meskipun demikian bukan berarti bangsa Indonesia terbebas dari pengaruh paham
lainnya, misalnya pengaruh liberalisme. Saat ini kehidupan masyarakat Indonesia cenderung
mengarah pada kehidupan liberal yang menekankan pada aspek kebebasan individual.
Sebenarnya liberalisme yang didukung oleh negara-negara barat tidak hanya mempengaruhi
bangsa Indonesia, akan tetapi hampir semua negara di dunia. Hal ini sebagai akibat dari era
globalisasi. Globalisasi ternyata mampu meyakinkan kepada masyarakat Indonesia bahwa
liberalisme dapat membawa manusia ke arah kemajuan dan kemakmuran. Tidak jarang hal ini
mempengaruhi pikiran masyarakat Indonesia untuk tertarik pada ideologi tersebut. Akan tetapi,
pada umumnya pengaruh yang diambil justru yang bernilai negatif, misalnya dalam gaya hidup
yang diliputi kemewahan, pergaulan bebas yang cenderung mengarah pada dilakukannya
perilaku seks bebas dan perbuatan dekadensi moral lainnya. Hal tesebut apabila tidak segera
diatasi akan menjadi ancaman bagi kepribadian bangsa Indonesia yang sesungguhnya.
B. Ancaman di Bidang Politik
Ancaman di bidang politik dapat bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari luar
negeri, ancaman di bidang politik dilakukan oleh suatu negara dengan melakukan tekanan
politik terhadap Indonesia. Intimidasi, provokasi, atau blokade politik merupakan bentuk
ancaman non-militer berdimensi politik yang seringkali digunakan oleh pihak-pihak lain untuk
menekan negara lain. Ke depan, bentuk ancaman yang berasal dari luar negeri diperkirakan
masih berpotensi terhadap Indonesia, yang memerlukan peran dari fungsi pertahanan non-
militer untuk menghadapinya. Ancaman yang berdimensi politik yang bersumber dari dalam
negeri dapat berupa penggunaan kekuatan berupa pengerahan massa untuk menumbangkan
suatu pemerintahan yang berkuasa, atau menggalang kekuatan politik untuk melemahkan
kekuasaan pemerintah. Selain itu, ancaman separatisme merupakan bentuk lain dari ancaman
politik yang timbul di dalam negeri. Sebagai bentuk ancaman politik, separatisme dapat
menempuh pola perjuangan politik tanpa senjata dan perjuangan bersenjata. Pola perjuangan
tidak bersenjata sering ditempuh untuk menarik simpati masyarakat internasional. Oleh karena
itu, separatisme sulit dihadapi dengan menggunakan kekuatan militer. Hal ini membuktikan
bahwa ancaman di bidang politik memiliki tingkat resiko yang besar yang dapat mengancam
kedaulatan, keutuhan, dan keselamatan bangsa.

C. Ancaman di Bidang Ekonomi


Pada saat ini ekonomi suatu negara tidak bisa berdiri sendiri. Hal tersebut merupakan bukti
nyata dari pengaruh globalisasi. Dapat dikatakan, saat ini tidak ada lagi negara yang mempunyai
kebijakan ekonomi yang tertutup dari pengaruh negara lainnya. Pengaruh globalisasi
perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan di mana negara-
negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi tanpa rintangan
batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan
dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-
batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan
perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan
membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif,
sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.
Hal tersebut tentu saja selain menjadi keuntungan, juga menjadi ancaman bagi kedaulatan
ekonomi suatu negara.Ancaman kedaulatan Indonesia dalam bidang ekonomi, di antaranya
adalah sebagai berikut.
a. Indonesia akan kedatangan oleh barang-barang dari luar dengan adanya perdagangan bebas
yang tidak mengenal adanya batas-batas negara. Hal ini mengakibatkan semakin terdesaknya
barang-barang lokal terutama yang tradisional karena kalah bersaing dengan barang-barang dari
luar negeri.
b. Perekonomian negara kita akan dikuasai oleh pihak asing, seiring dengan semakin mudahnya
orang asing menanamkan modalnya di Indonesia. Pada akhirnya mereka dapat menekan
pemerintah atau bangsa kita. Dengan demikian bangsa kita akan dijajah secara ekonomi oleh
negara investor.
c. Persaingan bebas akan menimbulkan adanya pelaku ekonomi yang kalah dan menang. Pihak
yang menang secara leluasa memonopoli pasar, sedangkan yang kalah akan menjadi penonton
yang senantiasa tertindas. Akibatnya, timbulnya kesenjangan sosial yang tajam sebagai akibat
dari adanya persaingan bebas tersebut.
d. Sektor-sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi semakin berkurang, koperasi semakin
sulit berkembang dan penyerapan tenaga kerja dengan pola padat karya semakin ditinggalkan
sehingga angka pengangguran dan kemiskinan susah dikendalikan.
e. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Apabila hal-hal yang
dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dalam jangka pendek pertumbuhan
ekonominya menjadi tidak stabil.
Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan
ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya
dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk.

D. Ancaman di Bidang Sosial Budaya


Ancaman di bidang sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari dalam dan dari luar.
Ancaman dari dalam ditimbulkan oleh isu-isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan
ketidakadilan. Isu tersebut menjadi titik pangkal timbulnya permasalahan, seperti premanisme,
separatisme, terorisme, kekerasan, dan bencana akibat perbuatan manusia. Isu tersebut akan
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme, dan patriotisme. Adapun ancaman
dari luar timbul sebagai akibat dari pengaruh negatif globalisasi, di antaranya adalah sebagai
berikut.
a. Munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu mengkonsumsi barangbarang dari luar negeri.
b. Munculnya sifat hedonisme, yaitu kenikmatan pribadi dianggap sebagai suatu nilai hidup
tertinggi.Hal ini membuat manusia suka memaksakan diri untuk mencapai kepuasan dan
kenikmatan pribadinya tersebut, meskipun harus melanggar norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Seperti mabuk-mabukan, pergaulan bebas, foya-foya dan sebagainya.
c. Adanya sikap individualisme, yaitu sikap selalu mementingkan diri sendiri serta memandang
orang lain itu tidak ada dan tidak bermakna. Sikap seperti ini dapat menimbulkan
ketidakpedulian terhadap orang lain, misalnya sikap selalu menghardik pengemis, pengamen,
dan sebagainya.
d. Munculnya gejala westernisasi, yaitu gaya hidup yang selalu berorientasi kepada budaya barat
tanpa diseleksi terlebih dahulu, seperti meniru model pakain yang biasa dipakai orang-orang
barat yang sebenarnya bertentangan dengan nilai dan norma-norma yang berlaku, misalnya
memakai rok mini, lelaki memakai anting-anting dan sebagainya.
e. Semakin memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian dan kesetiakawanan
sosial.
f. Semakin lunturnya nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat.

E. Ancaman di Bidang Pertahanan dan Keamanan


Seiring dengan berjalannya waktu, proses penegakan pertahanan dan keamanan dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia tidak semudah yang dibayangkan atau semudah dalam
pembicaraan yang bersifat teoritis semata. Masih adanya masalah teror dan konflik SARA yang
terjadi pada suatu wilayah memiliki tujuan yang sama yaitu tidak ingin bangsa Indonesia hidup
damai dan tentram. Oleh karena itu, lemahnya penerapan dan penegakan hukum dan keadilan
harus terus ditingkatkan. Semakin bermunculan masalah di suatu wilayah mengakibatkan
hilangnya tingkat kewibawaan hukum dan kemerosotan wibawa para penegaknya. Dengan
demikian,kita harus mengantisipasi ancaman sedini mungkin di bidang pertahanan dan
keamanan, baik secara militer maupun non-militer.

11. Perbedaan aspek trigatra dan pancagatra dalam wawasan nusantara


Trigatra.
Aspek yang melekat pada negara, contohnya geografi, sumber kekayaan alam, dan demografi.
Karena trigatra adalah aspek yang melekat pada negara maka trigatra juga disebut dengan aspek
alamiah.Trigatra ini adalah aspek yang bersifat statis.Tidak berhadapan dengan TAHG.
Pancagatra.
Pancagatra adalah aspek yang melekat pada kehidupan sosial, contohnya ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan & keamanan.Karena pancagatra adalah aspek yang melekat
pada kehidupan sosial maka pancagatra disebut juga dengan aspek sosial.Pancagatra adalah
aspek yang bersifat dinamis.Selalu berhadapan dengan aspek TAHG.

12. CIRI CIRI HAM


 HAM bersifat hakiki
Hak asasi manusia bersifat hakiki. Hal ini menjadi salah satu ciri-ciri pokok HAM yang paling
utama. Artinya hak asasi dimiliki oleh semua manusia dan sudah dimiliki secara otomatis sejak
lahir.
 HAM bersifat universal
Ciri-ciri hak asasi manusia berikutnya adalah universal. HAM bersifat universal dan menjangkau
semua orang. Artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang di dunia tanpa terkecuali
dan tidak memandang status, suku, agama, jenis kelamin, usia dan golongan.
 Tetap (tidak dapat dicabut)
Ciri pokok hakikat HAM selanjutnya adalah tetap. Hak asasi manusia dari seseorang sifatnya
adalah tetap atau tidak dapat dicabut. Artinya hak asasi manusia tidak dapat dihilangkan atau
diambil oleh pihak lain secara sepihak. Hak asasi manusia akan selalu ada sejak lahir sampai ia
meninggal.
 Utuh (tidak dapat dibagi)
Selain tetap atau tidak dapat dicabut, hak asasi manusia juga bersifat utuh atau tidak dapat
dibagi. Artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak yang ada secara utuh seperti hak
hidup, hak sipil, hak berpendidikan, hak politik dan hak-hak lainnya.
13. Upaya penegakan HAM
 Membentuk Peraturan Undang-Undang Tentang HAM
 Membentuk Komisi Nasional
 Membentuk Pengadilan HAM

14. Bentuk bentuk demokrasi


Macam Demokrasi Berdasarkan Titik Perhatiannya
Dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Demokrasi Material adalah demokrasi yang dititikberatkan pada upaya-upaya menghilangkan
perbedaan di bidang ekonomi, sedangkan persamaan di bidang politik kurang diperhatikan,
bahkan cenderung dihilangkan. Pada masa perang dingin(sebelum runtuhnya Uni Sovyet),
demokrasi material dianut oleh banyak negara-negara komunis.
2. Demokrasi Formal adalah demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan dalam bidang politik,
tanpa disertai dengan upaya untuk mengurangi dan menghilangkan kesenjangan dalam bidang
ekonomi. Demokrasi formal merupakan paham yang dianut oleh negara-negara barat seperti
Amerika serikat, Inggris dan Perancis.
3. Demokrasi Gabungan adalah demokrasi yang menggabungkan kebaikan-kebaikan sistem
demokrasi formal dan material serta menghilangkan keburukan dan keduanya. Demokrasi yang
diterapkan di Indonesia dapat dikatakan sebagai demokrasi Gabungan.

Berdasarkan ideologi yang menjadi landasannya, demokrasi dapat dibedakan ke dalam dua bentuk.
√) Demokrasi konstitusional atau demokrasi liberal, yaitu demokrasi yang didasarkan pada
kebebasan atau individualisme. Ciri khas pemerintahan demokrasi konstitusional adalah
kekuasaan pemerintahannya terbatas dan tidak diperkenankan banyak melakukan campur
tangan dan bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Kekuasaan pemerintah dibatasi
oleh konstitusi.
√) Demokrasi rakyat atau demokrasi proletar; yaitu demokrasi yang didasarkan pada paham
marxisme-komunisme. Demokrasi rakyat mencitacitakan kehidupan yang tidak mengenal kelas
sosial. Manusia dibebaskan dari keterikatannya kepada pemilikan pribadi tanpa ada penindasan
serta paksaan. Akan tetapi, untuk mencapai masyarakat tersebut, apabila diperlukan, dapat
dilakukan dengan cara paksa atau kekerasan. Menurut Mr. Kranenburg demokrasi rakyat lebih
mendewakan pemimpin. Sementara menurut pandangan Miriam Budiardjo, komunisme tidak
hanya merupakan sistem politik, tetapi juga mencerminkan gaya hidup yang berdasarkan nilai-
nilai tertentu. Negara merupakan alat untuk mencapai komunisme dan kekerasaan dipandang
sebagai alat yang sah.

Berdasarkan proses penyaluran kehendak rakyat


√). Demokrasi langsung, yaitu paham demokrasi yang mengikutsertakan setiap warga
negaranya dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum negara atau
undang-undang secara langsung.
√) Demokrasi tidak langsung, yaitu paham demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem
perwakilan. Penerapan demokrasi seperti ini berkaitan dengan kenyataan suatu negara yang
jumlah penduduknya semakin banyak, wilayahnya semakin luas, dan permasalahan yang
dihadapinya semakin rumit dan kompleks. Demokrasi tidak langsung atau demokrasi
perwakilan biasanya dilaksanakan melalui pemilihan umum.

15. 10 pilar demokrasi


1.Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.
2.Demokrasi dengan Kecerdasan
3.Demokrasi yang berkedaulatan Rakyat
4.Demokrasi dengan Rule of Low
5.Demokrasi dengan Pembagian Kekuasaan Negara
6.Demokrasi dengan HAM
7.Demokrasi dengan Pengadilan yang Merdeka
8.Demokrasi dengan Otonomi Daerah
9.Demokrasi dengan Kemakmuran
10.Demokrasi yang Berkeadilan Sosial

16. Penggolongan hukum


Penggolongan hukum berdasarkan sumbernya
A) Hukum undang-undang, yakni hukum yang terletak di dalam peraturan perundangundangan.
B) Hukum kebiasaan, yakni hukum yang berlaku di dalam peraturan- peraturan atau kebiasaan
C) Hukum traktat, yakni hukum yang ditetapkan oleh negara-negara melalui suatu perjanjian
antar negara (traktat)
D) Hukum yurisprudensi, yakni hukum yang muncul karena adanya keputusan hakim.

Penggolongan hukum berdasarkan tempat berlakunya


a)Hukum nasional, yakni hukum yang berlaku di dalam wilayah negara tertentu.
b)Hukum internasional, yakni hukum yang berguna untuk mengatur hubungan hukum antar
negara di dalam hubungan internasional. Hukum internasional ini berlaku secara universal.
Artinya, dapat berlaku secara keseluruhan terhadap negara-negara yang mengikatkan diri
dalam perjanjian internasional (traktat) tertentu dan dapat juga mengikat negara lain yang
tidak termasuk dalam perjanjian tersebut.
c)Hukum asing, yakni hukum yang berlakunya di dalam wilayah negara lain.
d)Hukum gereja, yakni sekumpulan norma yang ditetapkan oleh gereja dan berlaku untuk para
anggotanya.

Penggolongan hukum berdasarkan bentuknya


a) Hukum tertulis, di bedakan ke dalam dua macam yakni :
*Hukum tertulis yang dikodifikasikan. Yakni hukum yang disusun lengkap, sistematis, teratur
serta dibukukukan, sehingga tidak lagi diperlukan peraturan pelaksanaan. Contoh hukum
tertulis yang dikodifikasikan misalnya KUH Pidana, KUH Perdata dan KUH Dagang.
*Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan yakni hukum yang walaupun tertulis, akan tapi
tidak disusun dengan sistematis, tidak lengkap, dan masih terpisah-pisah. Karenanya hukum
ini sering masih memerlukan peraturan pelaksanaan di dalam penerapannya. Contoh undang-
undang, peraturan pemerintah dan keputusan presiden.
b)Hukum tidak tertulis, adalah hukum yang berlaku serta diyakini oleh masyarakat dan dipatuhi,
akan tetapi tidak dibentuk menurut prosedur yang formal, melainkan lahir dan tumbuh di
kalangan masyarakat tersebut.

Penggolongan hukum berdasarkan waktu berlakunya


a) Ius Constitutum (hukum positif), adalah hukum yang berlaku sekarang dan hanya bagi suatu
masyarakat tertentu saja di dalam daerah tertentu. Contohnya Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia 1945, Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia
b) Ius Constituendum (hukum negatif), adalah hukum yang diharapkan dapat berlaku pada
waktu yang akan datang. Misalnya rancangan undang-undang (RUU).

Penggolongan hukum berdasarkan cara mempertahankanya


a. Hukum material, adalah hukum yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat yang
berlaku secara umum mengenai hal-hal yang dilarang serta hal –hal yang dibolehkan untuk
dilakukan. Contohnya hukum pidana, hukum perdata, hukum dagang dan sebagainya.
b. Hukum formal, adalah hukum yang mengatur tentang bagaimana cara mempertahankan dan
melaksanakan hukum meterial. Contohnya Hukum Acara Pidana (KUHAP), Hukum Acara
Perdata dan sebagainya

Penggolongan hukum berdasarkan sifatnya


a. Hukum yang memaksa, adalah hukum yang bila diterapkan untuk keadaan bagaimana pun,
harus dan mempunyai paksaan yang mutlak. Contoh, hukuman bagi orang yang melakukan
pembunuhan, maka sanksinya secara paksa wajib untuk dilaksanakan.
b. Hukum yang mengatur, adalah hukum yang dapat dikesampingkan ketika pihak-pihak yang
bersangkutan telah membuat peraturan tersendiri berupa suatu perjanjian. Dengan kata lain,
hukum ini mengatur hubungan antar individu yang baru dapat diberlakukan bila yang
bersangkutan tidak menggunakan alternatif lain yang dimungkinkan oleh hukum (undang-
undang). Contoh ketentuan dalam pewarisan ab-intesto (pewarisan berdasarkan undang-
undang), yang baru memungkinkan untuk dilaksanakan jika tidak terdapat surat wasiat
(testamen)

Penggolongan hukum berdasarkan wujudnya


a. Hukum objektif, adalah hukum yang mengatur tentang hubungan antar dua orang atau lebih
yang berlaku umum. Dalam artian, hukum di dalam suatu negara ini berlaku secara umum dan
tidak mengenai terhadap orang atau golongan tertentu saja.
b. Hukum subjektif, yakni hukum yang muncul dari hukum objektif dan berlaku terhadap
seorang atau lebih. Hukum subjektif ini juga sering disebut sebagai hak.

Penggolongan hukum berdasarkan isinya


a)Hukum publik, adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan individu atau
warga negaranya, yang menyangkut tentang kepentingan umum atau publik. Hukum publik
dapat dibagi lagi ke dalam :
• Hukum Pidana, yang mengatur terkait pelanggaran dan kejahatan, serta memuat larangan dan
sanksi.
• Hukum Tata Negara, yang mengatur terkait hubungan antara negara dengan bagian -
bagiannya.
• Hukum Tata Usaha Negara (administratif), yang mengatur tentang tugas dan kewajiban para
pejabat negara.
• Hukum Internasional, yang mengatur terkait hubungan antar negara, seperti hukum
perjanjian internasional, hukum perang internasional, dan sejenisnya.
b)Hukum privat (sipil), yakni hukum yang berguna untuk mengatur hubungan antara individu
satu dengan individu lainnya, termasuk negara sebagai pribadi. Hukum privat dapat dibagi lagi
dalam:
• Hukum Perdata, yakni hukum yang mengatur hubungan antar individu secara umum. Contoh
hukum perdata seperti hukum keluarga, hukum perjanjian hukum kekayaan, hukum waris, ,
dan hukum perkawinan.
• Hukum Perniagaan (dagang), yakni hukum yang mengatur hubungan antar individu di dalam
kegiatan perdagangan. Contoh hukum dagang yakni hukum tentang jual beli, hutang piutang,
hukum untuk mendirikan perusahaan dagang dan sebagainya.

17. Tingkatan lembaga peradilan

1. Mahkamah Agung atau MA


Mahkamah Agung merupakan lembaga pengadilan tertinggi dari makna kemerdekaan
Indonesia dan semua peradilan di Indonesia. Mahkamah Agung sendiri dalam melaksanakan
tugasnya bebas dari campur tangan pemerintah dan pihak lainnya. Mahkamah Agung (MA)
terdiri dari pimpinan, hakim anggota atau yang biasa dikenal hakin agung , panitera dan
sektretaris.Adapun tugas dan peranan dari Mahkamah Agung sendiri adalah :
 Mahkamah Agung berwenang untuk memutuskan permohonan kasasi.
 Mahkamah Agung berwenang untuk memeriksa hasil sengketa tenyang dan mempunyai
kewenangan untuk mengadili.
 Mahkamah Agung berhak untuk memeriksa permohonan peninjauan keputusan
pengadilan, meskipun keputusan tersebut memiliki kekuatan hukum.
 Menjalankan perannya sebagai pengadilan tertinggi di Indonesia.
 Mahkamah Agung berhak untuk memberikan nasihat hukum kepada presiden dan wakil
presiden dalam menentukan keputusan.
 Mahkamah Agung berhak juga menguji dan mengkaji ulang peraturan undang-undang
secara materi.

2. Mahkamah Konstitusi atau MK


Tujuan pelaksanaan otonomi daerah sebagai Peranan Mahkamah Konstitusi atau MK menurut
Undang-Undang No. 24 tahun 2003 sebagai berikut :
 Mahkamah Konstitusi mempunyai wewenang untuk menguji Undang-Undang terhadap
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).
 Mahkamah Konstitusi berhak memutus sengketa kewenangan lembaga negara uang
kewenanganya diberikan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
 Mahkamah Konstitusi berperan untuk memutuskan pembubaran partai politik.
 Mahkamah Konstitusi berhak untuk memutuskan perselisihan mengenai hasil pemilihan
umum
 Mahkamah Konstitusi juga berhak atas pendapat dari Dewan Perwakilan Rakyat yang
mengatakan Presiden dan Wakil Presiden melakukan pelanggaranBerdasarkan penjelasan diatas
prinsip kerja dari Mahkamah Konstitusi adalah mengecek kesimbangan antara lembaga satu dan
lembaga lainnya agar berada dalam posisi yang sejajar.

3. Komisi Yudisial atau KY


Komisi Yudisal merupakan salah satu lembaga peradilan di Indonesia pada masa penyimpangan
terhadap konstitusi yang memiliki sifat mandiri. Dalam pelaksanaannya sendiri, Komisi Yudisial
bebas dari pengaruh kekuasaan lain. Komisi Yudisial sendiri terdiri dari 7 anggota yang terdiri
dari pejabat negara, praktisi hukum, akademis hukum dan anggota perwakilan
masyrakat.Adapun peranan dari Komisi Yudisial atau KY sendiri adalah :
 Komisi Yudisial mempunyai peranan dalam memberi usulan atas pengangkatan Hakim
Agung kepada Dewan Perwakilan Rakyat
 Selain mengangkat Hakim Agung, Komisi Yudisial juga mempunyai peranan untuk
menegakkan dan menjaga gerak-gerik hakim di lingkungan peradilan
Selain peranan diatas, Komisi Yudisial juga mempunyai beberapa tugas untuk mengawasi hakim.
Tugas-tugas Komisi Yudisial seperti :
 Sebagai pihak yang menerima saran, kritik atau laporan masyrakat mengenai tugas
seorang hakim
Komisi Yudisial wajib meminta laporan secara berkala kepada badan peradilan mengenai tugas
dan hal-hal apa saja yang telah dilakukan hakim di lingkungan peradilan.
 Komisi Yudisial wajib memeriksa setiap pelanggaran hukum yang dilakukan hakim
 Komisi Yudisial juga berhak dan wajib untuk memanggil hakim yang telah terbukti
melakukan pelanggaran hukum.
 Setelah melakukan rangkaian pemeriksaan kepada hakim yang bersalah, Komisi Yudisial
juga wajib membuat laporan hasil pemeriksaan yang nantinya akan diserahkan kepada MA, MK
dan pada akhirnya akan disampaikan juga kepada presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat

4. Pengadilan Negeri
Sistem pemerintahan presidensial dan Peranan dari Pengadilan Negeri adalah sebagai pihak
yang memeriksa, memutuskan perkara pidana di tingkat pertama. Berdasarkan golongan sendiri
hukum terbagi menjadi beberapa seperti : hukum berdasarkan bentuk (hukum tertulis dan tidak
tertulis), hukum berdasarkan wilayah (hukum lokal, hukum nasional dan hukum internasional),
hukum berdasarkan fungsi (hukum marerial dan hukum formal), hukum berdasarkan waktu
(hukum positif yang berlaku di masa sekarang dan masa yang akan datang dan hukum trasitor),
hukum berdasarkan pokok permasalahan (hukum sipil dan hukum negara) dan hukum
berdasarkan sumber (undang-undang, kebiasaana atau adat istiadat atau hukum adat, hukum
traktat dan hukum yurisprudensi).
5. Pengadilan Tinggi
Peranan lembaga peradilan dalam Pengadilan tinggi merupakan lembaga peradilan yang
mempunyai posisi di ibu kota provinsi. Adapun dari peranan pengadilan tinggi adalah :
 Mengadili pidana di tingkat banding atau provinsi
 Pengadilan tinggi mempunyai peran sebagai pihak yang menjaga jalannya peradilan di
tingkat pertam
 Pengadilan negeri juga mempunyai peran untuk memberikan pertimbangan dan nasehat
hukum kepada pemerintah

6. Peradilan Agama
Peradilan agama adalah lembaga pengadilan lembaga yang ada di setiap daerah
kabupaten. Peranan peradilan agama ini adalah untuk memeriksa, memutuskan dan
menyelesaikan beberapa perkara seperti pernikahan, warisan, hak asuh anak dan wakaf.
Peradilan Agama sendiri identik dengan memberikan nasehat tentang hukum islam, namun
nasehat itu sendiri dikeluarkan peradilan Agama ketika instansi pemerintah memintanya.

7. Peradilan Militer
lembaga peradilan milter adalah sebuah lembaga peradilan yang melaksanakan dan
menegakkan hukum di lingkungan angkatan bersenjata. Selain itu, ketika sebuah lembaga
peradilan militer memutuskan hukum harus mempertimbangkan juga kepentingan pertahanan
keamanan negara.

8. Lembaga Peradilan Militer Tinggi


Ternyata lembaga peradilan di bidang militer mempunyai sistem peradilan di Indonesia dibagi
menjadi 2, pertama lembaga peradilan militer dan lembaga peradilan militer tinggi. Keduanya
mempunyai fungsi yang sama. Perbedaannya adalah lembaga peradilan militer berfungsi untuk
memeriksa dan memutuskan perkara pidana tingkat pertama, dan dalam hal ini terdakwanya
adalah prajurit atau berpangkat dibawah kapten. Sedangkan lembaga peradilan militer tinggi
berperan sebagai pihak yang menyelesaikan, memutuskan dan memeriksa suatau perkara
pidana di bidang militer di tingkat banding.

9. Lembaga Peradilan Tata Usaha Negara


Pernah mendengar mengenai lembaga peradilan tata usaha negara? Lembaga peradilan tata
usaha negara merupakan sebuah lembaga peradilan yang melaksanakan hukum sesuai undang-
undang yang berlaku. Umumnya lembaga peradilan tata usaha negara berperan sebagai pihak
yang menyelesaikan sengketa usaha ditingkat pertama (kotamadya atau kabupaten)

10. Lembaga Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara


Lembaga pengadilan tinggi tata usaha negara mempunyai peran yang hampir sama dengan
lembaga peradilan tata usaha negara hanya saja yang membedakannya adalah lembaga
pengadilan tinggi tata usaha negara berperan untuk memeriksa, memutuskan sengketa tata
usaha di tingkat banding atau provinsi.

18. Peran indonesia dalam menciptakan pedamaian dunia


1. Peran Serta Dalam Organisasi Internasional
Contoh peran Indonesia dalam Hubungan Internasional yang terjalin diantara negara Indonesia
dengan negara lain ditujukan semata-mata demi memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia di
berbagai aspek dan bidang, terutama pada bidang ekonomi yang memang sangat berpengaruh
bagi kehidupan masyarakat Indonesia itu sendiri.Adapun beberapa organisasi yang diikuti oleh
Indonesia antara lain:
 ASEAN (Association of South East Asian Nation)
 GNB (Gerakan Non Blok)
 PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa)
 APEC (Asia Pacific Economic Cooperation)
 UNESCO (United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization)

2. Peran Serta Dalam MEA


Tahun 2015 adalah awal tahun dimana MEA diberlakukan. MEA sendiri merupakan Masyarakat
Ekonomi ASEAN yang lebih dikenal dengan sebutan Pasar Bebas Asia Tenggara. Era MEA
merupakan salah satu kebijakan yang ditetapkan oleh negara-negara di Asia Tenggara dalam
menghadapi era globaliasi. Indonesia sendiri ikut andil dalam pelaksanaan MEA itu sendiri.
Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN dikhusukan pada timbulnya dampak globalisasi pada
sektor ekonomi yang dapat membuat keadaan ekonomi di negara-negara ASEAN menjadi tidak
stabil dan kurang dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya, sebagai berikut dampak
timbulnya:
 Indonesia merupakan negara yang dirasa memiliki posisi paling strategis dalam
berlakunya MEA ini. Peran serta Indonesia dalam menghadapi MEA khususnya bagi
kelangsungan kehidupan secara ekonomi bagi masyarakat mulai ditekankan pada sektor industri
rumahan.
 Industri rumahan yang ditekankan oleh pemerintah Indonesia berpusat ada UMKM atau
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan oleh masyarakat daerah.
 Berlakunya otonomi daerah di setiap wilayah di Indonesia dirasa sudah tepat karena
pemerintah daerah dapat memaksimalkan potensi daerahnya untuk mengembangkan industri
UMKM sebagai bentuk langkah yang tepat dalam menyikapi MEA. (baca juga: Dampak
Globalisasi)
Melalui tujuan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, diharapkan daerah-daerah di
Indonesia dapat menghasilkan sesuatu yang merupakan kekhasan daerahnya guna
meningkatkan daya saing masyarakat dalam era MEA khususnya dalam bidang ekonomi melalui
sektor industri rumahan maupun pariwisata. Harapannya, dengan meningkatkan daya saing
masyarakat terhadap produk-produk luar negeri yang masuk ke Indonesia dalam era MEA,
produk-produk dalam negeri dapat bersaing secara sehat dengan produk-produk asing yang
beredar di dalam masyarakat

3. Ikut Serta Dalam Pemeliharan Perdamaian Dunia


Era globalisasi yang berkembang di seluruh negara-negara di dunia tidak berati secara terus-
menerus memberikan dampak yang positif terhadap keberlangsungan perdamaian dunia.
Melalui ciri-ciri globalisasi di dunia berserta pengaruhnya terhadap perdamaian dunia,
Indonesia ikut andil dalam memelihara perdamaian dunia. Peran serta negara Indonesia dalam
memelihara perdamaian dunia merupakan salah satu penerapan peran Indonesia di dunia
internasional. Peran serta Indonesia dalam menjaga dan memelihara perdamaian di tingkat
dunia merupakan salah satu tujuan Indonesia yang tercantum pada pembukaan UUD 1945.
Bentuk peran serta Indonesia dalam memelihara perdamaian dunia di era globalisasi yang telah
dilakukan antara lain:
 Keikutsertaan dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menjaga perdamaian dunia.
 Memprakarsai berdirinya Gerakan Non Blok dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi
dalam taraf Internasional.
 Contoh peran Indonesia dalam hubungan Internasional dalam Pengutusan pasukan
kontingen Garuda sebagai pasukan perdamaian ke dalam negara-negara yang sedang terlibat
konflik.

4. Ikut Serta Dalam Kegiatan-Kegiatan Bertaraf Internasional


Dalam perkembangan globalisasi di seluruh dunia yang mencakup di berbagai bidang, Indonesia
ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang bertaraf internasional seperti dalam forum
internasional maupun kompetisi di tingkat internasional. Beberapa kali Indonesia telah
mengirimkan putra dan putri terbaiknya di kancah internasional di berbagai kegiatan
Internasional.
Pengiriman delegasi Indonesia di kancah kegiatan internasional dilandaskan pada arti penting
dan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia agar setiap delegasi yang
dikirimkan oleh Indonesia tidak melupakan nilai-nilai Pancasila sekalipun delegasi tersebut
bersaing secara global. Keiikut sertaan Indonesia dalam kegiatan-kegiatan bertaraf Internasional
telah beberapa kali mengharumkan nama bangsa Indonesia. Beberapa kegiatan-kegiatan
bertaraf internasional yang diikuti oleh negara Indonesia sebagai bentuk peran serta dalam
hubungan internasional di era global diantaranya:
 Pengiriman delegasi Indonesia dalam kompetisi olahraga internasional
 Pengiriman delegasi Indonesia dalam forum internasional
 Pengiriman delegasi Indonesia dalam olimpiade mata pelajaran tingkat internasional

5. Melakukan Kerjasama Dengan Negara Lain


Kerjasama yang dilakukan Indonesia guna menjalankan perannya dalam hubungan internasional
di era global adalah melalui kerjasama dengan negara lain di luar organisasi internasional.
Beberapa kali Indonesia telah sukses menjalin kerjasama dengan negara lain terutama dengan
negara tetangga guna mengantisipasi dampak globalisasi yang dapat muncul di berbagai aspek
dan bidang.
Manfaat yang terjalin dalam negara bila melakukan suatu hubungan kerja sama yang baik
sebagai berikut:
 Melalui kerjasama yang terjalin di antara negara Indonesia dengan negara lain di luar
organisasi internasional dapat menigkatkan peran globalisasi di Indonesia dalam berbagai
bidang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
 Selain itu, kerjasama yang terjalin dengan negara lain merupakan bentuk kepedulian
negara Indonesia untuk membentuk hubungan yang saling menguntungkan diantara negara
yang menjalin kerjasama dengan negara Indonesia.

19. Peran Indonesia dalam Menciptakan Perdamaian Dunia melalui Organisasi


Internasional
1. Peran Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa
PBB dibentuk pada tanggal 24 Oktober 1945, dan mempunyai struktur Organisasi sebagai
berikut; Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Perwalian,
Mahkamah Internasional, serta
Sekertaris. sebagai negara anggota PBB, Indonesia terdaftar dalam beberapa lembaga
di bawah naungan PBB. Misalnya, ECOSOC (Dewan Ekonomi dan Sosial), ILO
(Organisasi Buruh Internasional), maupun FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian).
Salah satu prestasi Indonesia di PBB adalah saat Menteri Luar Negeri
Adam Malik menjabat sebagai ketua sidang Majelis Umum PBB untuk masa sidang tahun
1974.Indonesia
juga terlibat langsung dalam pasukan perdamaian PBB. Dalam hal ini Indonesia mengirimk
an Pasukan Garuda untuk mengemban misi perdamaian PBB di berbagai negara
yang mengalami konflik. Pencapaian Indonesia di Dewan Keamanan
adalah ketika pertama kali terpilih sebagai anggota tidak tetap DK PBB periode 1974-1975.
Indonesia terpilih untuk kedua kalinya menjadi anggota tidak tetap DK PBB untuk periode 1995-
1996.
Dalam keanggotaan Indonesia di DK PBB pada periode tersebut, Wakil Tetap RI Nugroho
Wisnumurti tercatat dua kali menjadi Presiden DK-PBB. Terakhir, Indonesia terpilih untuk
ketiga kalinya sebagai anggota tidak tetap DK PBB untuk masa bakti 2007-
2009. Indonesia merupakan salah satu anggota pertama Dewan HAM dari 47 negara
anggota PBB lainnya yang dipilih pada tahun 2006. Indonesia kemudian terpilih kembali menjadi
anggota Dewan HAM untuk periode 2007-2010 melalui dukungan 165 suara negara anggota
PBB.

2. Peran Indonesia dalam Asean (Association of South East Asian Nation )


Peran Indonesia dalam ASEAN hingga saat ini tidak pernah surut. Bahkan,
ASEAN menjadi prioritas utama dalam politik luar negeri Indonesia. Indonesia selalu aktif
berpartisipasi dalam setiap penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) atau
pertemuan-pertemuan ASEAN. Indonesia sering menjadi tuan rumah dalam acara-acara penting
ASEAN. Di antaranya adalah sebagai berikut .
A. KTT ASEAN PertamaKTT ini diselenggarakan di Bali pada tanggal 24 Februari 1976. Dalam
KTT ini dihasilkan dua dokumen penting ASEAN.
1). Deklarasi ASEAN Bali Concord I, berisi berbagai program yang akan menjadi
kerangka kerja sama ASEAN selanjutnya. Kerja sama ini meliputi bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan keamanan.
2). Perjanjian persahabatan dan kerja sama. Dalam perjanjian ini disepakati prinsip-prinsip
dasar dalam hubungan satu sama lain.
B.Pertemuan Informal pemimpin Negara ASEAN pertama.Pertemuan ini diselenggarakan di
Jakarta pada tanggal 30 November 1996.
C. KTT ASEAN kesembilan
KTT kesembilan diselenggarakan di Bali tanggal 7 Oktober 2003. Dalam KTT ini dihasilkan
Deklarasi ASEAN Bali Concord II, sebagai kelanjutan dari Bali Concord I 1976. Bali Concord II
berfungsi memperkuat Visi ASEAN 2020.
3. Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok
GNB mempunyai arti yang khusus bagi bangsa Indonesia yang dapat dikatakan lahir
sebagai negara netral, yang tidak memihak. Hal tersebut tercermin dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa kemerdekaan
adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusi
aan dan
perikeadilan. Sesuai dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif, Indonesia memilih
untuk menentukan jalannya sendiri dalam upaya membantu tercapainya perdamaian d
unia dengan mengadakan persahabatan dengan segala bangsa, Indonesia juga senantiasa se
tia dan memegang teguhprinsip-prinsip dan aspirasi GNB. Sikap ini secara konsisten
ditunjukkan
Indonesia dalam kiprahnya pada masa kepemimpinan Indonesia pada tahun 1992–1995.

20. Bentuk ancaman terhadap integrai nasional


Berdasarkan asalnya ancaman terdiri atas:
1. Ancaman dari dalam negeri, contoh adalah pemberontakan dan subversi yang berasal
atau terbentuk dari masyarakat indonesia.
2. Ancaman dari luar negeri, contohnya infiltrasi, subversi, dan intervensi dari kekuatan
kolonialisme dan imperialisme serta invasi dari darat, udara, dnan laut oleh musuh dari luar
negeri.
Menurut bentuknya, ancaman berupa :
1. Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan senjata yang terorganisasi
yang mempunyai kemampuan membahayakan kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan
segenap bangsa. Ancaman militen mencakup :
a. Agresi militer : serangan militer terhadap suatu negara
b. Pelanggaran wilayah
c. Spionase : memata- matai negara lain
d. Sabotase : tindakan perusakan terencana terhadap kelengkapan negara
e. Aksi teror : serangan- seranga tersembunyi untuk membuat perasaan takut warga setempat
2. Ancaman non militer adalah ancaman tanpa kekuatan senjata. Dalam menghadapi ancaman
non militer, sistem pertahanan negara menempatkan lembaga negara di luar pertahanan sebagai
unsur utama sesuai dengan bentuk ancaman yang dihadapi di dukung oleh unsur-unsur lain.

21. Hakikat hak dan kewajiban warga negara


Hak merupakan semua hal yang harus kalian peroleh atau dapatkan. Hak bisa
berbentukkewenangan atau kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Hak yang diperoleh
merupakan akibatdari dilaksanakannya kewajiban. Hak warganegara merupakan seperangkat
hak yang melekat dalam diri manusia dalam kedudukannyasebagai anggota dari sebuah negara.
Hak asasi sifatnya universal, tidak terpengaruh statuskewarganegaraan seseorang. Akan tetapi,
hak warga negara dibatasi oleh statuskewarganegaraannya.
Kewajiban secara sederhana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
harusdilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian kewajiban warga negara
dapatdiartikan sebagai tindakan atau perbuatan yang harus dilakukan oleh seorang warga
negarasebagaimana sudah diatur dalam perundang-undangan yang sudah berlaku.
Hak dan kewajiban warga negara merupakan dua hal yang saling berkaitan.
Keduanyamemiliki hubungankausalitas atau hubungan sebab akibat, hak yang yang di dapatkan
seseorangsebagai akibat dari kewajiban yang dipenuhi oleh warga lain.

22.Substansi hak dan kewajiban warga negara dalam nilai dasar pancasila.

23.Substansi hak dan kewajiban warga negara dalam nilai praksis pancasila
Nilai Dasar Pancasila atau Nilai Ideal Pancasila adalah nilai – nilai dasar yang bersifat tetap dan
tidak bisa diubah
Nilai Instrumental Pancasila adalah penjabaran dari nilai dasar / ideal dimana nilai ini bersifat
dinamis dankreatif serta tertuang dalam UUD 1945 danperaturan perundang – undangan
lainnya.
Nilai Praxis Pancasila adalah nilaiyang diterapkan / dilaksanakan dalam kehidupan sehari – hari

 Sila Pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa “


1. Nilai Dasar Pancasila = Ketuhanan
2. Nilai Instrumental :
a. Pasal 28 E Ayat ( 1 ), “ Setiap orang bebas memeluk agama dan
beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilihpekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali. “
b. Pasal 29 Ayat (1), “ Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa “
3. Nilai Praxis :
a. Hak dalam kebebasan melaksanakan peribadahan.
b. Hak dalam mendapat penghormatan dari umat beragama yang lain.
c. Kewajiban dalam memberikan kebebasan orang lain dalam
melaksanakan peribadahannya.
d. Kewajiban dalam memberikan penghormatan antar umat beragama.

 Sila Kedua “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab “


1. Nilai Dasar = Kemanusiaan
2. Nilai Instrumental =
a. Pasal 28G “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya,serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi.”
b. Pasal 28J “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”
3. Nilai Praxis =
a.Hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak
b. Hak untuk mendapatkan pekerjaan.
c. Kewajiban dalam memberikan gaji sesuai dengan kinerja karyawan.
d.Kewajiban dalam memberikan kemudahan penghidupan bagi orang
lain.

 Sila Ketiga “Persatuan Indonesia “


1. Nilai Dasar = Persatuan
2. Nilai Instrumental =
a.Pasal 25A “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah
negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan
hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.”
b. Pasal 36A “Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.”
3. Nilai Praxis =
a. Hak untuk ikut serta dalam bela negara.
b. Hak untuk menjadi abdi negara.
c. Kewajiban dalam upaya bela negara.
d. Kewajiban dalam membela kesatuan dan persatuan Indonesia.

 Sila Keempat “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan”
1. Nilai Dasar = Kerakyatan
2. Nilai Instrumental =
a. Pasal 2 ayat (1), “Majelis Permusyawaratan rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan
Perwakilan rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari Daerah-daerah dan golongan-golongan,
menurut aturan yang ditetapkan dengan Undang-Undang.”
b. Pasal 6 ayat 2 “Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan rakyat
dengan suara yang terbanyak”
3. Nilai Praxis =
a. Hak dalam bersuara dan berpendapat.
b.Hak dalam mengikuti pemilu
c. Kewajiban dalam mendengarkan pendapat serta kritikan orang lain.
d. Kewajiban dalam menghormati dan menghargai pilihan orang lain
dalam pemilu.

 Sila Kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”


1. Nilai Dasar = Keadilan
2. Nilai Instrumental =
a. Pasal 33 (3), “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”
b. Pasal 34, “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.”
3.Nilai Praxis =
a.Hak mendapat naungan dan pengayoman dari orang lain dan
pemerintah.
b.Hak mendapatkan kesejahteraan diberbagai bidang.
c. Kewajiban dalam ikut serta kegiatan negara dalam rangka
mewujudkan keadilan sosial.
d.Kewajiban dalam ikut serta kegiatan gotong royong di masyarakat.

24. Faktor faktor penyebab kasus pelanggaran hak warga negara


Pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara disebabkan oleh faktor-faktor
berikut:
a. Faktor internal, yaitu dorongan untuk melakukan pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajiban warga negara yang berasal dari diri pelaku, di antaranya adalah:
1) Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri.
2) Rendahnya kesadaran hukum warga negara, dan
3) Sikap tidak toleran.
b. Faktor Eksternal, yaitu faktor-faktor di luar diri manusia yang mendorong seseorang atau
sekelompok orang melakukan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara,
diantaranya sebagai berikut:
1) Penyalahgunaan kekuasaan,
2) Ketidaktegasan aparat penegak hukum,
3) Penyalahgunaan teknologi, dan
4) Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi

25. 43 essay. Contoh kasus pengikaran kewajiban warga negara


kasus pengingkaran kewajiban warga negara.
1. Tidak atau Menghindari Membayar Pajak
2. Melanggar Hak Asasi Manusia Lain
3. Pelanggaran terhadap Kewajiban Pendidikan Dasar
4. Tidak Ikut Serta dalam Pembelaan Negara
5. Tidak Ikut Serta dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Nasional
6. Tidak Menaati Peraturan Lalu Lintas
7. Merusak Fasilitas Umum dan Membuang Sampah Sembarangan
8. Tidak Berpartisipasi dalam Kegiatan Lingkungan

26. Upaya penanganan pelangkaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara
upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai kasus pelanggaran
hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.
Supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan. Pendekatan hukum dan pendekatan
dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Para pejabat penegak hukum harus memenuhi kewajiban dengan
memberikan pelayanan yang baik dan adil kepada masyarakat, memberikan perlindungan
kepada setiap orang dari perbuatan melawan hukum, dan menghindari tindakan kekerasan yang
melawan hukum dalam rangka menegakkan hukum.
 Mengoptimalkan peran lembaga-lembaga selain lembaga tinggi negara yang berwenang
dalam penegakan hak dan kewajiban warga negara seperti Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), Lembaga Ombudsman Republik Indonesia, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan).
 Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara oleh pemerintah.
 Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga-lembaga politik terhadap setiap
upaya penegakan hak dan kewajiban warga negara.
 Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip kesadaran bernegara kepada masyarakat
melalui lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun non-formal
(kegiatankegiatan keagamaan dan kursuskursus).
 Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.
 Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan dalam masyarakat
agar mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan pendapat masingmasing
27.Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pencegahan terjadinya pelanggaran hak
dan pengingkaran kewajiban warga negara
a. Keluarga
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajiban di lingkungan keluarga sebagai berikut.
1. Menaati nasihat orang tua
2. Berperilaku baik kepada semua anggota keluarga
3. Mengerjakan tugas rumah dengan baik
4. Membuat daftar kegiatan sehari-hari
5. Makan bersama keluarga di ruang makan
b. Sekolah
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban di
likungan sekolah sebagai berikut.
1. Menegrjakan tugas sekolah dengan baik
2. Menegrjakan ujian tanpa nyontek
3. Membantu teman yang kesulitan dalam belajar
4. Datang kesekolah tepat waktu
5. Melaksanakan piket kelas
c. Masyarakat
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban di
likungan masyarakat sebagai berikut.
1. Membina kerukunan dengan tetangga
2. Membantu tetangga yang terkena musibah
3. Tidak mengganggu ketenangan lingkungan
4. Melaksanakan piket ronda
5. Menaati jam belajar masyarakat
d. Bangsa dan Negara
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban di
likungan bangsa dan negara sebagai berikut.
1. Mematuhi hokum yang berlaku
2. Menggunakan helm saat berkendara bermotor
3. Membayar pajak
4. Menggunakan fasilitas umum dengan baik
5. Kritis terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak dengan rakyat

28. Konsep perlindungan dan penegakan hukum


Perlindungan hukum dimaknai sebagai daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh
setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan,
penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-hak asasi yang ada.
Makna tersebut tidak terlepas dari fungsi hukum itu sendiri, yaitu untuk melindungi kepentingan
manusia. Dengan kata lain hukum memberikan perlindungan kepada manusia dalam memenuhi
berbagai macam kepentingannya, dengan syarat manusia juga harus melindungi kepentingan
orang lain.
Penegakan hukum merupakan syarat terwujudnya perlindungan hukum. Kepentingan
setiap orang akan terlindungi apabila hukum yang mengaturnya dilaksanakan baik oleh
masyarakat ataupun aparat penegak hukum. Misalnya, perlindungan hukum konsumen akan
terwujud, apabila undang-undang perlindungan konsumen dilaksanakan, hak cipta yang dimiliki
oleh seseorang juga akan terlindungi apabila ketentuan mengenai hak cipta juga dilaksanakan.
Begitu pula dengan kehidupan di sekolah, keluarga dan masyarakat akan tertib, aman dan
tenteram apabila norma-norma berlaku di lingkungan tersebut dilaksanakan.

29. Pentingnya perlindungan dan penegakan hukum


Perlindungan dan penegakan hukum sangat penting dilakukan, karena dapat
mewujudkan hal-hal berikut ini:
a. Tegaknya supremasi hukum
Supremasi hukum bermakna bahwa hukum mempunyai kekuasaan mutlak dalam mengatur
pergaulan manusia dalam berbagai macam kehidupan. Dengan kata lain, semua tindakan warga
negara maupun pemerintahan selalu berlandaskan pada hukum yang berlaku. Tegaknya
supremasi hukum tidak akan terwujud apabila aturan-aturan yang berlaku tidak ditegakkan baik
oleh masyarakat maupun aparat penegak hukum.
b. Tegaknya keadilan
Tujuan utama hukum adalah mewujudkan keadilan bagi setiap warga negara. Setiap warga
negara dapat menikmati haknya dan melaksanakan kewajibannya merupakan wujud dari
keadilan tersebut. Hal itu dapat terwujud apabila aturan-aturan ditegakkan.
c. Mewujudkan perdamaian dalam kehidupan di masyarakat
Kehidupan yang diwarnai suasana yang damai merupakan harapan setiap orang. Perdamaian
akan terwjud apabila setiap orang merasa dilindungi dalam segala bidang kehidupan. Hal itu
akan terwujud apabila aturan-aturan yang berlaku dilaksanakan.

30. Peran penegak hukum dalam menjamin keadilan dan kedamaian


Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia
Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang sering disingkat dengan Polri merupakan
lembaga negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Selain itu, dalam bidang
penegakan hukum khususnya yang berkaitan dengan penanganan tindak pidana sebagaimana
yang di atur dalam KUHAP, Polri sebagai penyidik utama yang menangani setiap kejahatan
secara umum dalam rangka menciptakan keamanan dalam negeri, Pasal 16 Undang- Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, telah
menetapkan kewenangan sebagai berikut:
 melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
 melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk
kepentingan penyidikan;
 membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;
 menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal
diri;
 melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
 memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
 mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan;
 menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
 mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di
tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah
atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
 memberikan petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta
menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada
penuntut umum; dan
 mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab, yaitu tindakan
penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan dengan syarat sebagai berikut:
1) tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
2) selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;
3) harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;
4) pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa;
5) menghormati hak asasi manusia.

Peran Kejaksaan Republik Indonesia


Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara,
khususnya di bidang penuntutan. Penuntutan merupakan tindakan Jaksa untuk melimpahkan
perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang- undang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
Pengadilan. Pelaku pelanggaran pidana yang akan dituntut adalah yang benar – benar bersalah
dan telah memenuhi unsur- unsur tindak pidana yang disangkakan dengan didukung oleh
barang bukti yang cukup dan didukung oleh mininimal 2 (dua) orang saksi.
Keberadaan Kejaksaan Republik Indonesia diatur dalam Undang- Undang Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Berdasarkan undang-undang
tersebut, kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan
dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi
manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Kejaksaan Republik
Indonesia sebagai lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan
harus melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya. Adapun yang menjadi tugas dan
wewenang Kejaksaan dikelompokkan menjadi tiga bidang, yaitu:
a. Di bidang pidana :
1) melakukan penuntutan;
2) melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap;
3) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana
pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
4) melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang;
5) melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan
sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan
penyidik.

b. Di bidang perdata dan tata usaha negara


Kejaksaan dengan kuasa khusus, dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk
dan atas nama negara atau pemerintah menyelenggarakan kegiatan:
1) peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
2) pengamanan kebijakan penegakan hukum;
3) 3) pengawasan peredaran barang cetakan;
4) pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;
5) pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
6) penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.
Untuk mengefektifkan perannya, lembaga kejaksaan di Indonesia memiliki tiga tingkatan, yaitu:
1. Kejaksaan Agung di tingkat pusat yang dipimpin oleh seorang Jaksa Agung.
2. Kejaksaan Tinggi di tingkat provinsi yang dipimpin oleh seorang Kepala Kejaksaan Tinggi
(Kajati).
3. Kejaksaan Negeri yang berada di tingkat kabupaten/kota yang dipimpin oleh seorang Kepala
Kejaksaan Negeri (Kajari).

Peran Hakim sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman


Di Indonesia, perwujudan kekuasaan kehakiman ini diatur sepenuhnya dalam Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang merupakan
penyempurnaan dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman. Berdasarkan undang-undang tersebut, kekuasaan kehakiman di
Indonesia dilakukan oleh Mahkamah Agung, badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah
Agung meliputi badan peradilan yang berada di lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama,
Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara, serta oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Lembaga-lembaga tersebut berperan sebagai penegak keadilan, dan dibersihkan dari setiap
intervensi baik dari lembaga legislatif, eksekutif maupun lembaga lainnya. Kekuasaan kehakiman
yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga tersebut dilaksanakan oleh hakim.
Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang untuk oleh undang-
undang untuk mengadili. Mengadili merupakan serangkaian tindakan hakim untuk menerima,
memerikswa, dan memutuskan perkara hukum berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak
memihak di sebuah sidang pengadilan berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Dalam
upaya menegakkan hukum dan keadilan serta kebenaran, hakim diberi kekuasaan yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan. Dengan kata lain, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh
kekuasaan-kekuasaan lain dalam memutuskan perkara
Menurut ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, hakim berdasarkan jenis lembaga peradilannya dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok
Pengadilan secara umum mempunyai tugas untuk mengadili perkara menurut hukum dengan
tidak membeda-bedakan orang. Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili
dan memutus suatu perkara yang diajukukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau
kurang, akan tetapi pengadilan wajib memeriksa dan mengadili setiap perkara peradilan yang
masuk.

Peran Advokat
Advokat disebut juga penasihat hukum adalah orang yang diberi kuasa untuk memberi bantuan
di bidang hukum baik perdata atau pidana kepada yang memerlukannya, baik berupa nasehat
(konsultasi) maupun bantuan hukum aktif baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan jalan
mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentigan
hukum para pengguna jasanya. Melalui jasa hukum yang diberikan, advokat menjalankan tugas
profesi demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat pencari
keadilan, termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak fundamental
mereka di depan hukum.
Keberadaan advokat sebagai salah satu penegak hukum diatur dalam Undang- Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Setiap orang yang memenuhi persyaratan,
dapat menjadi seorang advokat. Adapun persyaratan untuk menjadi advokat di Indonesia diatur
dalam Pasal 3 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat,
yaitu:
1. warga negara Republik Indonesia;
2. bertempat tinggal di Indonesia;
3. tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat negara;
4. berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun;
5. berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum;
6. lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat;
7. magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada kantor advokat;
8. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
9. berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas yang tinggi.

Adapun tugas dari advokat secara khusus adalah membuat dan mengajukan gugatan,
jawaban, tangkisan, sangkalan, memberi pembuktian, mendesak segera disidangkan atau
diputuskan perkaranya dan sebagainya. Di samping itu, pengacara bertugas membantu hakim
dalam mencari kebenaran dan tidak boleh memutar balikkan peristiwa demi kepentingan
kliennya agar kliennya menang dan bebas. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugasnya
berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003, seorang advokat
mempunyai hak dan kewajiban. Adapun yang menjadi hak advokat adalah:
a. Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada kode etik
profesi dan peraturan perundang-undangan.
b. Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi
tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-
undangan.
c. Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas
profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan klien dalam sidang pengadilan. d.
Advokat berhak memperoleh informasi, data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi
Pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan tersebut yang diperlukan
untuk pembelaan kepentingan kliennya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
d. Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk perlindungan atas
berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan terhadap
penyadapan atas komunikasi elektronik advokat.
e. Advokat tidak dapat diidentikkan dengan kliennya dalam membela perkara klien oleh
pihak yang berwenang dan/atau masyarakat.
Sedangkan yang menjadi kewajiban yang harus dipatuhi oleh seorang advokat diantaranya
adalah:
a) Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuan terhadap
klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial dan
budaya.
b) Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari kliennya
karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
c) Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dengan kepentingan tugas dan
martabat profesinya.
d) Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta pengabdian sedemikian rupa
sehingga merugikan profesi advokat atau mengurangi kebebasan dan kemerdekaan dalam
menjalankan tugas profesinya.
e) Advokat yang menjadi pejabat negara, tidak melaksanakan tugas profesi advokat selama
memangku jabatan
31. Macam macam sanksi dalam pelanggaran hukum
1.Sanksi Hukum Pidana
Sanksi Hukum Pidana diatur dalam Pasal 10 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), yaitu
sebagai berikut :
a.Hukuman Pokok
Hukuman Pokok terdiri dari :
1. Hukuman Mati
2. Hukuman Penjara, yang terdiri dari hukuman seumur hidup, dan hukuman sementara
waktu (setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya 1 tahun)
3. Hukuman Kurungan (setinggi-tingginya 1 tahun dan sekurang-kurangnya 1 hari)
b.Hukuman Tambahan
Hukuman Tambahan terdiri dari :
1. Pencabutan hak-hak tertentu
2. Perampasan/Penyitaan barang-barang tertentu
3. Pengumuman keputusan hakim

2.Sanksi Hukum Perdata


Dalam hukum perdata, ada 3 macam putusan yang dapat dijatuhkan oleh hakim, yaitu :
1. Putusan Condemnatoir : Merupakan putusan yang memiliki sifat membuat pihak yang
dikalahkan melaksanakan prestasi (kewajiban). Contoh : Pihak yang kalah harus membayar
kerugian
2. Putusan Declatoir : Merupakan putusan yang perintahnya menciptakan suatu keadaan
yang sah menurut hukum. Putusan ini hanya bersifat menerangkan dan menegaskan suatu
keadaan hukum semata-mata. Contoh : Putusan yang menyatakan bahwa penggugat merupakan
pemilik sah tanah sengketa.
3. Putusan Constitutif : Merupakan putusan yang menghilangkan suatu keadaan hukum dan
menimbulkan keadaan hukum yang baru. Contoh : Putusan yang memutuskan ikatan
perkawinan
Jadi, dalam hukum perdata sanksi yang diberikan dapat berupa :
1. Pihak yang kalah harus melakukan prestasi/kewajiban
2. Menghilangkan suatu keadaan hukum diikuti dengan timbulnya keadaan hukum yang
baru.

3.Sanksi Administratif
Sanksi administratif merupakan sanksi yang diberikan untuk pelanggaran terhadap administrasi
ataupun undang-undang yang bersifat administratif. Sanksi yang diberikan dapat berupa :
1. Denda
2. Pembekuan hingga pencabutan sertifikat/izin
3. Penghentian sementara pelayanan administrasi hingga pengurangan jatah produksi
4. Tindakan administratif

32. 44 essay. Peran masyarakat dalam perlindungan dan penegakan hukum


Lingkungan keluarga:
 Mematuhi perintah orangtua
 Ibadah tepat waktu
 Menghormati anggota keluarga
 Melaksanakan aturan yang dibuat dan disepakati keluarga
Lingkungan sekolah:
 Menghormati kepaa sekolah,guru dan staf lainnya
 Memakai seragam yang telah ditentukan
 Tidak mencotek ketika ulangan
 Memperhatikan guru
Lingkungan masyarakat
 Melaksanakan setiap norma yang berlaku dalam masyarakat
 Melaksanakan tugas ronda
 Ikut serta dalam kegiatan kerjabakti
 Menghormati keberadaan tetangga
Lingkungan berbangsa dan bernegara
 Bersikap tertib ketika berlalu lintas
 Memiliki SIM dan KTP
 Ikut dalam pemilu
 Membayar pajak

33. Kasus pelanggaran hukum di masyarakat


1. Dalam lingkungan keluarga, diantaranya:
 mengabaikan perintah orang tua;
 mengganggu kakak atau adik yang sedang belajar;
 ibadah tidak tepat waktu;
 menonton tayangan yang tidak boleh ditonton oleh anak-anak;
 nonton tv sampai larut malam;
 bangun kesiangan.
2. Dalam lingkungan sekolah, diantaranya
 mencontek ketika ulangan;
 datang ke sekolah terlambat;
 bolos mengikuti pelajaran;
 tidak memperhatikan penjelasan guru;
3. Dalam lingkungan masyarakat, diantaranya:
 mangkir dari tugas ronda malam;
 tidak mengikuti kerja bakti dengan alasan yang tidak jelas;
 main hakim sendiri;
 mengkonsumsi obat-obat terlarang;
 melakukan tindakan diskriminasi kepada orang lain;
 melakukan perjudian;
 membuang sampah sembarangan.
4. Dalam lingkungan bangsa dan negara, diantaranya:
 tidak memiliki KTP;
 tidak memiliki SIM;
 tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas;
 melakukan tindak pidana seperti pembunuhan, perampokan, penggelapan,
 pengedaran uang palsu, pembajakan karya orang lain dan sebagainya;
 melakukan aksi teror terhadap alat-alat kelengkapan negara;
 tidak berpartisipasi pada kegiatan Pemilihan Umum;
 merusak fasilitas negara dengan sengaja.

34. Pengaruh positif kemajuan IPTEK dalam berbagai aspek kehidupan


a. Aspek Politik
Seiring berjalan waktu, kini iptek berhasil masuk kedalam bidang politik Indonesia.
Kemajuan iptek, menjadikan nilai-nilai seperti keterbukaan, kebebasan, dan demokrasi
berpengaruh kuat terhadap pikiran maupun kemauan bangsa Indonesia. Dengan adanya
pemerintahan yang demokratis, sangat dimungkinkan akan meningkatkan kualitas dan kuantitas
partisipasi politik rakyat dalam penentuan kebijakan publik oleh pemerintah. Selain itu dengan
adanya kebebasan yang bertanggung jawab, diharapkan setiap orang akan meningkatkan
kualitas dalam pribadinya masing-masing. Apabila nilai-nilai positif muncul dalam pemerintahan
Indonesia, tentu akan tercipta pemerintahan yang bersih, jujur, adil, dan aspiratif.

b. Aspek Ekonomi
Pengaruh positif iptek bagi kehidupan ekonomi yang dapat kita lihat diantaranya:
1) Semakin meningkatnya investasi asing atau penanaman modal asing di Indonesia.
2) Semakin terbukanya pasar internasional bagi hasil produksi dalam negeri
3) Mendorong para pengusaha-pengusaha untuk meningkatkan efisiensi dan menghilangkan
biaya tinggi.
4) Meningkatkan kesempatan kerja dan devisa negara
5) Meningkatkan kemakmuran masyarakat
6) Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi Indonesia

c. Aspek Sosial Budaya


Dengan majunya iptek dapat mempermudah kita dalam memperoleh informasi sosial-
budaya diseluruh penjuru bumi. Kita dapat mempelajari budaya orang lain yang kita anggap baik
dan patut kita contoh. Baik itu cara hidup, pola pikir yang baik, tata nilai sosial budaya, maupun
ilmu pengetahuan dan teknologi, supaya kita tidak dikatakan sebagai orang yang ketinggalan.
d. Aspek Hukum, Pertahanan, dan Keamanan
Pengaruh positif iptek dalam bidang hukum, pertahanan, dan keamanan yang dapat kita
perhatikan dan lihat sebagai berikut:
1) Semakin menguatnya supermasi hukum, demokratisasi, dan tuntutan terhadap
dilaksanakannya hak asasi manusia.
2) Menguatnya regulasi hukum dan pembuatan peraturan perundang-undangan yang memihak
dan bermanfaat untuk kepentingan rakyat banyak.
3) Semakin menguatnya tuntutan terhadap tugas-tugas penegak hukum, seperti: Polisi, Jaksa,
dan Hakim yang diharapkan dapat lebih profesional, transparan, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
4) Menguatnya supermasi sipil dengan mendudukan tentara dan polisi sebatas penjaga
keamanan, kedaulatan, dan ketertiban negara.

35. Pengaruh negatif kemajuan IPTEK dalam berbagai aspek kehidupan


a. Aspek Politik
Nilai-nilai yang dibawa iptek seperti keterbukaan, kebebasan, dan demokratisasi tidak
menutup kemungkinan akan disalahartikan oleh masyarakat Indonesia. Akibatnya akan
menimbulkan terganggunya stabilitas politik nasional seiring dengan terjadinya tindakan-
tindakan anarki sebagai reaksi terhadap sikap pemerintah yang menurut mereka tidak terbuka,
tidak memberikan kebebasan, dan tidak demokratis kepada rakyatnya.
Pengaruh negatif lainnya dari kemajuan iptek adalah munculnya gerakan-gerakan radikalisme
dan terorisme. Pada umumnya para pelaku gerakan tersebut adalah orang-orang yang terampil
dalam memanfaatkan teknologi. Mereka terampil dalam merakit senjata, merakit bom dan
sebagainya. Hanya saja, keterampilan tersebut disalahgunakan untuk memperoleh apa yang
mereka inginkan.

b. Aspek Ekonomi
Terdapat beberapa pengaruh dalam bidang ekonomi, sebagai berikut:
1) Akan banyaknya barang-barang dari luar negeri yang masuk ke Indonesia akibat berjalannya
perdagangan bebas. Hal ini membuat barang lokal yang kalah saing dengan barang luar negeri.
2) Perekonomian kita akan dikuasai oleh pihak asing, akibat banyaknya pihak luar negeri yang
akan menanamkan modal atau saha di Indonesia.
3) Sektor ekonomi rakyat yang disubsidi pemerintah akan semakin berkurang dan organisasi
seperti Koperasi secara perlahan akan ditinggalkan.

c. Aspek Sosial Budaya


Terdapat beberapa pengaruh negatif iptek dalam bidang Sosial Budaya, yaitu:
1) Masyarakat akan cenderung bersifat konsumtif karena adanya barang-brang dari luar negeri
yang masuk ke Indonesia.
2) Akan muncul sifat hedonisme atau pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan
menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin
menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.
3) Adanya sikap individualisme atau sikap yang mementingkan diri sendiri (egois). Sehingga
tidak ada lagi interkasi antara sesama seperti dahulu kala
4) Adanya kesenjangan sosial yang membuat orang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin miskin
5) Munculnya gejala westernisasi atau gaya hidup yang berorientasi kepada budaya Barat tanpa
memilahnya terlebih dahulu

d. Aspek Hukum, Pertahanan, dan Keamanan


Dengan kemajuan iptek akan membuat terjadinya tindakan anarkis dikalangan
masyarakat yang dapat mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional serta persatuan dan
kesatuan bangsa.

36. 45 Essay. Sikap seleketif dalam menghadapi berbagai pengaruh kemajuan IPTEK
Terdapat beberapa sikap selektif dalam menghadapi pengaruh kemajuan iptek, yaitu:
1. Sikap Tanggung Jawab dalam Pengembangan Iptek
Bagi bangsa Indonesia, dalam mengembangkan dan menerapkan iptek perlu ada landasan
idealnya, yaitu Pancasila dan UUD NKRI Tahun 1945. Dalam kaitannya dengan isi Pancasila
terutama sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengingatkan kita bahwa semua ilmu yang ada saat ini
berasal dari Tuhan.
Iptek harus dikembangkan dan diterapkan untuk kemaslahatan manusia, bukan untuk menyiksa
dan mencelakakan manusia. Sementara itu, UUD NKRI 1945 mengamanatkan bahwa tujuan
nasional adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehudupan bangsa.
Untuk itu, upaya dalam memanfaatkan, mengembangkan serta menguasai iptek diarahkan agar
senantiasa meningkatkan kecerdasan manusia, meningkatkan pertambahan nilai barang dan jasa,
serta meningkatkan kesejahteraan masyrakat Indonesia.
Usaha pengembangan dan pemanfaatan iptek di Indonesia perlu berpegang pada prinsip moral.
Dengan demikian, pemanfaatan iptek dalam kegiatan pembangunan tidak akan merusak
lingkungan hidup.
Dalam mengembangkan dan menerapkan iptek sudah selayaknya manusia disertai dengan etika
dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Etika dalam hal ini, menyangkut pengertian luas, baik etika
keilmuan maupun etika sosial.
Pada segi agama, atika dan tujuan pengembangan iptek secara sistematis dapat dibagi menjadi
dua. Pertama, untuk membantu manusia dalam mendekatkan diri kepada Tuhan. Kedua, untuk
membantu manusia dalam menjalankan tugasnya untuk membangun alam semesta ciptaan
Tuhan.
Pada intinya, seorang pengguna iptek harus sadar bahwa iptek yang dipergunakan itu dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain itu, rasa tanggung jawab juga mengandung arti
bahwa dalam menggunakan iptek, kita tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi.

2. Sikap Selektif terhadap Pengaruh Kemajuan Iptek


Terdapat tiga sikap alternatif yang bisa dilakukan oleh bangsa kita dalam
menghadapi kemajuan iptek, sebagai berikut:
a) Menolak pengaruh kemajuan iptek yang bersifat negatif dalam kehidupan
b) Menerima sepenuhnya pengaruh iptek tanpa menyaringnya terlebih dahulu
c) Bersifat selektif terhadap pengaruh iptek. Dengan cara mengambil hal positif
Dalam sikap selektif ini, perlu adanya Pancasila sebagai penyaring sikap kita. Karena nilai
Pancasila merupakan cerminan dari nilai budaya bangsa.
a. Sikap Selektif terhadap Pengaruh Kemajuan Iptek di Bidang Politik
Terdapat beberapa hal yang perlu diutamakan dalam bidang politik, yaitu demokratisasi,
kebebasan, keterbukaan, dan hak asasi manusia. Keempat hal tersebut dijadikan negara adidaya
sebagai acuan bagi negara-negara lainnya yang tergolong sebagai negara berkembang.
Disisi lain, kini segala sesuatu peristiwa selalu dikaitkan dengan demokratisasi. Akan tetapi,
demokratisasi yang diusung adalah demokrasi yang dikehendaki oleh negara-negara adidaya
yang digunakan untuk menekan negara-negara berkembang yang bukan sekutunya. Sehingga
selalau terjadi konflik kepentingan yang pada akhirnya menimbulkan pertikaian.
Permasalah global seperti diatas dapat ditaati oleh Indonesia apabila tegas menerapkan
demokrasi Pancasila yang ada. Melalui paham inilah akan tercipta pemerintahan yang kuat,
mandiri, dan tahan uji serta mampu mengantisipasi konflik yang ingin menghancurkan
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Dalam mewujudkan hal itu, bangsa Indonesia perlu
mewujudkan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengembangkan demokratisasi dalam semua bidang
2) Mengaktifkan masyarakat sipil dalam arena politik
3) Mengadakan reformasi lembaga-lembaga politik
4) Memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
5) Menegaskan supermasi hukum

b. Sikap Selektif terhadap Pengaruh Kemajuan Iptek di Bidang Ekonomi


Sejak digulirkannya liberalisme oleh Adam Smith sekitar abad ke-15, telah melahirkan
perusahaan-perusahaan multinasional yang melakukan aktivitas perdagangannya ke berbagai
negara. Pada abad ke-20, pahak liberal semakin banyak dianut oleh negara-negara didunia
terutama negara maju. Hal inilah yang membuat globlasiasi ekonomi semakin berjalan cepat.
Keberadaan lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti IMF, Bank Dunia, dan WTO belum
sepenuhnya memihak kepentingan negara berkembang seperti Indonesia. Dengan kata lain,
negara berkembang hanya mendapatkan sedikit manfaatnya. Hal tersebut karena ketiga lembaga
diatas selama ini selalu berada dibawah pengawasan pemerintahan negara maju.
Sistem ekonomi kerakyatan merupakan senjata ampuh untuk melumpuhkan pengaruh negatif
dari kemajuan iptek. Untuk mewujudkan hak tersebut, perlu dilakukan dengan segera:
1) Sistem ekonomi dikembangkan guna memperkuat produksi dalam negeri untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia
2) Menjadikan pertanian sebagai prioritas utama, karena mayoritas penduduk
Indonesia bermatapencaharian sebagai petani
3) Industri-industri perlu menggunakan bahan baku dari dalam negeri
4) Mempererat kerjasama dengan negara berkembang lainnnya, untuk bersama-sama
menghadapi kepentingan negara-negara maju.

c. Sikap Selektif terhadap Pengaruh Kemajuan Iptek di Bidang Sosial Budaya


Pengaruh yang cenderung terjadi seperti gaya hidup, gaya pakaian, dasar ikatan hidup
bermasyarakat, dan semakin mudahnya mendafat informasi dan ilmu pengetahuan. Tiga hal
yang disebutkan pertama, cenderung memberikan pengaruh ngatif bagi kita. Oleh karena itu, kita
perlu membentengi diri dengan nilai-nilai Pancasila. Kemajuan iptek paling ditandai dengan
adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar hal tersebut bersifat positif, maka kita
perlu merubah nilai dan perilaku, sebagai berikut:
1) Terbuka terhadap inovasi dan perubahan yang baru
2) Berorientasi pada masa depan
3) Dapat menggunakan kegunaan iptek dengan baik
4) Menghargai pekerjaan sesuai dengan prestasi
5) Menghormati dan menghargai hak asasi manusia.

37. Konsep negara kesatuan


Negara kesatuan adalah negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan
tunggal, di mana pemerintah pusat adalah yang tertinggi dan satuan-satuan subnasionalnya
hanya menjalankan kekuasaan-kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah pusat untuk
didelegasikan. Bentuk pemerintahan kesatuan diterapkan oleh banyak negara di dunia.Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara merdeka dengan aneka corak
keragaman dan warna-warni kebudayaan. NKRI adalah kesatuan wilayah dari Sabang di Nangroe
Aceh Darussalam (NAD) sampai Merauke di Irian Jaya (Papua). Indonesia terdiri dari berbagai
suku, bahasa, dan agama yang berbeda. Semboyan nasional Indonesia, ”Bhinneka Tunggal
Ika”, yang mempunyai arti berbeda-beda tetapi tetap satu. Selain memiliki populasi padat dan
wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman
hayati terbesar kedua di dunia.
Konsep Negara Kesatuan (Unitarisme)
Istilah negara kesatuan sudah sangat sering Anda dengar sebab nama negara kita adalah Negara
Kesatuan RepublikIndonesia. Jadi, istilah negara kesatuan sudah tertanam dalam pola pikir
kita selaku warga negara Indonesia. Akan tetapi, tahukah Anda makna dan karakteristik negara
kesatuan?
Menurut C.F Strong dalam bukunya A History of Modern Political Constitution (1963:84),
negara kesatuan adalah bentuk negara dimana wewenang legislatif tertinggi dipusatkan
dalam suatu badan legislatif nasional. Kekuasaan negara dipegang oleh pemerintah pusat.
Pemerintah pusat dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada daerah berdasarkan hak
otonomi, tetapi pada tahap terakhir kekuasaan tetap berada di tangan pemerintah pusat.
Pendapat C.F Strong tersebut dapat dimaknai bahwa negara kesatuan adalah negara bersusun
tunggal, yakni kekuasaan untuk mengatur seluruh daerahnya ada di tangan pemerintah pusat.
Pemerintah pusat memegang kedaulatan sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke luar. Hubungan
antara pemerintah pusat dengan rakyat dan daerahnya dapat dijalankan secara langsung. Dalam
negara kesatuan hanya ada satu konstitusi, satu kepala negara, satu dewan menteri (kabinet),
dan satu parlemen. Demikian pula dengan pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang
memegang wewenang tertinggi dalam segala aspek pemerintahan.
Negara kesatuan mempunyai dua sistem, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Dalam negara
kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh pemerintah pusat, sedangkan
daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturan-peraturan dari pemerintah pusat.
Daerah tidak berwewenang membuat peraturan-peraturan sendiri atau mengurus rumah
tangganya sendiri. Akan tetapi, dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi
kekuasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Untuk menampung
aspirasi rakyat di daerah, terdapat parlemen daerah. Meskipun demikian, pemerintah pusat
tetap memegang kekuasaan tertinggi. Bagaimana dengan NKRI?
Pada saat ini, Indonesia merupakan negara kesatuan yang menganut sistem desentralisasi
melalui mekanisme otonomi daerah. Dengan sistem ini, pemerintah pusat memberikan sebagian
kewenangan pemerintahan kepada daerah otonom (provinsi dan kabupaten kota). Akan tetapi,
ada kewenangan yang tidak diberikan kepada daerah otonom, yaitu kewenangan dalam bidang
politik luar negeri, agama, yustisi, pertahanan, keamanan, moneter dan fiskal nasional.

38. Karakteristik NKRI


 Unitarisme sudah merupakan cita-cita gerakan kemerdekaan Indonesia.
 Negara tidak memberikan tempat hidup bagi provinsialisme.
 Tenaga-tenaga terpelajar kebanyakan berada di Pulau Jawa sehingga tidak ada tenaga di
daerah untuk membentuk negara federal.
 Wilayah-wilayah di Indonesia tidak sama potensi dan kekayaannya.
 Dari sudut geopolitik, dunia internasional akan melihat Indonesia kuat apabila sebagai
negara kesatuan.

39. Persatuan dan kesatuan bangsa pada masa revolusi kemerdekaan ( 18 Agustus 1946 -
27 Desember 1949)
Pada periode ini, bentuk NRI adalah kesatuan, dengan bentuk pemerintahan adalah
republik yang mana presiden berkedudukan sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai
kepala negara. Sistem pemerintahan yang dipakai adalah sistem pemerintahan presidensial.
Dalam periode ini, yang dipakai sebagai pegangan adalah Undang-Undang Dasar 1945.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya belum dapat dijalankan secara murni dan konsekuen. Hal ini
dikarenakan bangsa Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya. Pada waktu itu,
semua kekuatan negara difokuskan pada upaya mempertahankan kemerdekaan yang baru saja
diraih dari rongrongan kekuatan asing yang ingin kembali menjajah Indonesia. Dengan
demikian, walaupun Undang-Undang Dasar 1945 telah berlaku, namun yang baru dapat
dibentuk hanya presiden, wakil presiden, serta para menteri dan gubernur yang merupakan
perpanjangan tanggan pemerintah pusat. Adapun departemen yang dibentuk untuk pertama
kalinya di Indonesia terdiri atas 12 departemen. Provinsi yang baru dibentuk terdiri atas
delapan wilayah yang terdiri atas Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Borneo,
Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil.
Kondisi di atas didasarkan pada Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyatakan bahwa untuk pertama kalinya presiden dan wakil presiden dipilih oleh PPKI. Dengan
demikian, tidaklah menyalahi apabila MPR/DPR RI belum dimanfaatkan karena pemilihan umum
belum diselenggarakan. Lembaga-lembaga tinggi negara lain yang disebutkan dalam Undang-
Undang Dasar 1945 seperti MPR, DPR, DPA, BPK, dan MA belum dapat diwujudkan sehubungan
dengan keadaan darurat dan harus dibentuk berdasarkan undang-undang. Untuk mengatasi hal
tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 melalui ketentuan dalam pasal IV Aturan Peralihan
menyatakan bahwa sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan pertimbangan Agung dibentuk menurut undang-undang dasar ini, segala kekuasaanya
dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah Komite Nasional.
Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 secara langsung memberikan kekuasaan yang
teramat luas kepada presiden. Dengan kata lain, kekuasaan presiden meliputi kekuasaan
pemerintahan negara (eksekutif), menjalan kekuasaan MPR dan DPR (legislatif) serta
menjalankan tugas DPA. Kekuasaan yang teramat besar itu diberikan kepada presiden hanya
untuk sementara waktu, supaya penyelenggaraan negara dapat berjalan. Oleh karena itu PPKI
dalam Undang-Undang Dasar 1945 mencantumkan dua ayat Aturan Tambahan yang
menegaskan bahwa:
a. Dalam enam bulan sesudah berakhirnya peperangan Asia Timur Raya, Presiden Indonesia
mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar ini.
b. Dalam enam bulan setelah Majelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk, majelis itu bersidang
untuk menetapkan undang-undang dasar.

Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 dijadikan dalih oleh Belanda untuk menuduh Indonesia
sebagai negara diktator karena kekuasaan negara terpusat kepada presiden. Untuk melawan
propaganda Belanda pada dunia internasional, maka pemerintah RI mengeluarkan tiga buah
maklumat.
a. Maklumat Wakil Presiden Nomor X (baca eks) tanggal 16 Oktober 1945 yang menghentikan
kekuasaan luar bisa dari Presiden sebelum masa waktunya berakhir (seharusnya berlaku selam
enam bulan). Kemudian, maklumat tersebut memberikan kekuasaan MPR dan DPR yang semula
dipegang oleh Presiden kepada Komite Nasional Indonesia Pusat. Pada dasarnya, maklumat ini
adalah penyimpangan terhadap ketentuan UUD 1945
b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945, tentang pembentukan partai politik yang
sebanyak-banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai akibat dari anggapan pada saat itu bahwa salah
satu ciri demokrasi adalah multipartai. Maklumat tersebut juga sebagai upaya agar Dunia Barat
menilai bahwa Indonesia adalah negara yang menganut asas demokrasi.
c. Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945, yang intinya mengubah sistem
pemerintahan presidensial menjadi sistem pemerintahan parlementer. Maklumat tersebut
kembali menyalahi ketentuan UUD RI 1945 yang menetapkan sistem pemerintahan presidensial
sebagai sistem pemerintah Indonesia.

Ketiga maklumat di atas memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap sistem
ketatanegaraan Indonesia. Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 telah membawa
perubahan total dalam sistem pemerintahan negara kita. Pada tanggal tersebut, Indonesia
memulai kehidupan baru sebagai penganut sistem pemerintahan parlementer. Dengan
sistem ini, presiden tidak lagi mempunyai rangkap jabatan, presiden hanya sebagai kepala
negara, sedangkan kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri. Kabinet dalam hal ini
para menteri tidak bertanggung jawab kepada presiden, tetapi kepada DPR yang kekuasaannya
dipegang oleh BP KNIP.
Secara konseptual, perubahan ini diharapkan akan mampu mengakomodasi semua
kekuatan yang ada dalam negara ini. Akan tetapi, pada kenyataannya, sistem ini justru membawa
bangsa Indonesia ke dalam keadaan yang tidak stabil. Kabinet-kabinet parlementer yang
dibentuk gampang sekali dijatuhkan dengan mosi tidak percaya dari DPR.
Sistem pemerintahan parlementer tidak berjalan lama. Sistem tersebut berlaku mulai
tanggal 14 November 1945 dan berakhir pada tanggal 27 Desember 1949. Dalam rentang waktu
itu, terjadi beberapa kali pergantian kabinet. Kabinet yang pertama dipimpin oleh Sutan Syahrir
yang dilanjutkan dengan kabinet Syahrir II dan III. Sewaktu bubarnya kabinet
Syahrir III, sebagai akibat meruncingnya pertikaian antara Indonesia-Belanda, pemerintah
membentuk Kabinet Presidensial kembali (27 Juni 1947–3 Juli 1947). Namun atas desakan dari
beberapa partai politik, Presiden Soekarno kembali membentuk Kabinet Parlementer, seperti
berikut:
a. Kabinet Amir Syarifudin I: 3 Juli 1947-11 November 1947
b. Kabinet Amir Syarifudin II: 11 November 1947-29 Januari 1948
c. Kabinet Hatta I: 29 Januari 1948-4 Agustus 1949
d. Kabinet Darurat (Mr. Sjafruddin Prawiranegara): 19 Desember 1948-13 Juli 1949
e. Kabinet Hatta II: 4 Agustus 1949-20 Desember 1949
Kondisi pemerintahan tidak stabil karena kabinet yang dibentuk tidak bertahan lama serta
rongrongan kolonial Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Pemberontakan tersebut
menambah catatan kelam sejarah bangsa ini dan rakyat makin menderita. Periode Negara
Kesatuan Republik Indonesia berakhir seiring dengan hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar
yang mengubah bentuk negara kita menjadi negara serikat pada tanggal 27 Desember 1949.
Periode ini juga ditandai dengan munculnya gerakan-gerakan separatis dengan tujuan
mendirikan negara baru yang memisahkan diri dari NKRI. Adapun gerakan-gerakan tersebut di
antaranya sebagai berikut.

a. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun 1948 Pemberontakan ini terjadi pada
tanggal 18 September 1948 yang
dipimpin oleh Muso. Tujuan dari pemberontakan PKI Madiun adalah ingin mengganti dasar
negara Pancasila dengan komunis serta ingin mendirikan Soviet Republik Indonesia.
Pemberontakan PKI Madiun melakukan aksinya dengan menguasai seluruh karesidenan Pati.
PKI juga melakukan pembunuhan dan penculikan ini secara besar-besaran. Pada tanggal 30
September 1948, pemberontakan PKI Madiun berhasil ditumpas oleh TNI yang dibantu oleh
rakyat. Di bawah pimpinan Kolonel Gatot Subroto (Panglima Divisi H Jawa Tengah bagian timur)
dan Kolonel Sungkono (Panglima Divisi Jawa Timur) mengerahkan kekuatan TNI dan polisi
untuk melakukan pengejaran dan pembersihan di daerah-daerah sehingga Muso dan Amir
Syarifuddin berhasil ditembak mati.

b. Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Daerah Jawa Barat


Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan (SM) Kartosuwiryo
yang memiliki cita-cita untuk mendirikan Negara Islam Indonesia. Cita-citanya membentuk
Negara Islam Indonesia (NII) diwujudkan melalui Proklamasi yang dikumAndangkan pada
tanggal 7 Agustus 1949 di Desa Cisayong, Jawa Barat. Untuk mengatasi pemberontakan yang
dilakukan oleh Kartosuwiryo, Pasukan TNI dan rakyat menggunakan Operasi Pagar Betis di
Gunung Geber. Akhirnya, pada tanggal 4 Juni 1962 Kantosuwiryo berhasil ditangkap dan dijatuhi
hukuman mati.

40. Persatuan dan kesatuan bangsa pada masa ORBA (11maret 1966-21 mei 1988)
Kepemimpinan Presiden Soekarno dengan demokrasi terpimpinnya, akhir-nya jatuh
pada tahun 1966. Jatuhnya Soekarno menandai berakhirnya masa Orde Lama dan digantikan
oleh kekuatan baru, yang dikenal dengan sebutan Orde Baru yang dipimpin Soeharto. Ia muncul
sebagai pemimpin Orde Baru yang siap untuk membangun kembali pemerintahan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.
Prioritas utama yang dilakukan oleh Pemerintahan Orde Baru bertumpu pada
pembangunan ekonomi dan stabilitas nasional yang mantap. Ekses dari kebijakan tersebut
adalah digunakannya pendekatan keamanan dalam rangka mengamankan pembangunan
nasional. Oleh karena itu jika terdapat pihak-pihak yang dinilai mengganggu stabilitas nasional,
aparat keamanan akan menindaknya dengan tegas. Sebab jika stabilitas keamanan terganggu
maka pembangunan ekonomi akan terganggu. Jika pembangunan ekonomi terganggu maka
pembangunan nasional tidak akan berhasil.
Selama memegang kekuasaan negara, pemerintahan Orde Baru tetap menerapkan sistem
pemerintahan presidensial. Adapun kelebihan dari sistem pemerintahan Orde Baru:
a. Perkembangan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia yang pada tahun 1968 hanya 70
dolar Amerika Serikat dan pada 1996 telah mencapai lebih dari 1.000 dolar Amerika Serikat.
b. Suksesnya program transmigrasi.
c. Suksesnya program Keluarga Berencana.
d. Sukses memerangi buta huruf.
Akan tetapi dalam perjalanan pemerintahannya, Orde Baru melakukan
beberapa penyimpangan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Beberapa
penyimpangan konstitusional yang paling menonjol pada masa Pemerintahan Orde Baru
sekaligus menjadi kelemahan sistem pemerintahan Orde Baru adalah sebagai berikut:
a. Bidang ekonomi: Penyelengaraan ekonomi tidak didasarkan pada pasal 33 Undang-Undang
Dasar 1945. Terjadinya praktik monopoli ekonomi. Pembangunan ekonomi bersifat sentralistik,
sehingga terjadi jurang pemisah antara pusat dan daerah. Pembangunan ekonomi dilandasi oleh
tekad untuk kepentingan individu.

b. Bidang Politik: Kekuasaan berada di tangan lembaga eksekutif. Presiden sebagai pelaksana
undang-undang kedudukannya lebih dominan dibandingkan dengan lembaga legislatif.
Pemerintahan bersifat sentralistik, berbagai keputusan disosialisasikan dengan sistem komando.
Tidak ada kebebasan untuk mengkritik jalannya pemerintahan. Praktik kolusi, korupsi, dan
nepotisme (KKN) biasa terjadi yang tentunya merugikan perekonomian negara dan kepercayaan
masyarakat.

c. Bidang hukum: Perundang-undangan yang mempunyai fungsi untuk membatasi kekuasaan


presiden kurang memadai, sehingga kesempatan ini memberi peluang terjadinya praktik KKN
dalam pemerintahan. Supremasi hukum tidak dapat ditegakan karena banyaknya oknum
penegak hukum yang cenderung memihak pada orang tertentu sesuai kepentingan. Hukum
bersifat kebal terhadap penguasa dan konglomerat yang dekat dengan penguasa.

Segala penyimpangan yang disebutkan di atas mengakibatkan negara Indonesia terjerembab


pada suatu keadaan krisis multidimensional. Kondisi yang mencemaskan ini telah
membangkitkan gerakan reformasi menumbangkan rezim otoriter. Maka pada tanggal 21 Mei
1998, Presiden Soeharto menyatakan mengundurkan diri. Sebagai gantinya, B.J Habibie yang
ketika itu menjabat sebagai wakil presiden, dilantik sebagai Presiden RI yang ketiga. Masa
jabatan Presiden B.J Habibie berakhir setelah pertanggungjawabannya ditolak oleh sidang
Umum MPR pada tanggal 20 Oktober 1999.
41 Essay. Keunggulan dan kelemahan esksistensi(keberadaan) wilayah NKRI
keuntungan wilayah NKRI :
1.stategia dijalur pedagang dunia
2.kekayaan alam melimpah dan beraneragam
3.kekayaan dan keindah laut yang luas
4.keanekaragam budaya yang unik disetiap daerah
5.peluang kerjasama ekonomi diwilayah perbatasan laut maupun darat dengan negara tetangga
Ada pula kelemahan/kerugian wilayah NKRI :
1.Banyak lokasi rawan penyelundupan
2.Banyak kawasan rawan bencana
3.transportasi relatif sulit dan mahal
4.penyebaran pendudukan yang kurang merata
5.Akses informasi yang minim menyebabkan masyarakat di wilayah tertentu

42 Essay. Strategi berbagai ancaman pada bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM


Strategi Indonesia menghadapi ancaman di bidang ideologi
1. Ideologi sebagai pemersatu sekaligus perekat bangsa harus ditanamkan dalam pendidikan
seluruh warga negara indonesia.
2. Ideologi harus dijadikan tombak bangsa dalam menghadapi unsur yang masuk dari luar.
3. Ideologi harus diaktualisasikan kepada seluruh bidang kenegaraan.
4. Ideologi Indonesia haruslah mengarah pada arah yang dinamis dan aktual.
5. Dengan menerapkan ideologi, maka rakyat percaya akan keanegaraman dalam menjalankan
hidup berbagnsa dan bernegara.
6. Pemerintah harus mengedepankan kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia diatas
kepentingan sendiri.
7. Pentingnya ideologi pancasila disosialisasikan kepada masyarakat sebagai bentuk menghadapi
ancaman di bidang ideologi dan politik.
8. Menumbukan pemikiran serta sikap positif sebagai warga negara, hal ini dapat meningkatkan
motivasi untuk mewujudkan segenap cita cita bangsa Indonesia.
Strategi indonesia menghadapi ancaman di bidang politik
1. Sistem pemerintahan tidak boleh bersifat absolut melainkan harus pegang teguh pada
kedaulatan rakyat yang berdasarkan hukum.
2. Dalam berpolitik tentunya akan terjadi silang pendapat, untuk menyikapi perbedaan pendapat
tidak boleh menjurus ke arah konflik.
3. Pemerintah dan pemimpin harus mampu mengakomodasi aspirasi hidup yang muncul dari
masyarakat.
4. Terjalinnya komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah, antara golongan dengan
kelompok kepentingan yang disertai dengan timbal balik positif untuk mewujudkan tujuan
bangsa.
Strategi Indonesia untuk menghadapi ancaman ekonomi
1. Menciptakan lapangan kerja baru dalam skala yang besar dengan tujuan memberantas
kemiskinan.
2. Melakukan pembngunan infrastruktur dalam negeri.
3. Menciptakan sebuah iklim usaha secara kondusif.
4. Memanfaatkan teknogoli secara tepat guna untuk pemerataan lapangan kerja.
5. Tidak terlalu bergantung pada import produk dari luar negeri.
Strategi Indonesia untuk menghadapi ancaman sosial dan budaya
1. Memelihara keselarasan dan keseimbangan fundamental.
2. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya bertoleransi.
3. Menghargai adanya perbedaan.
Strategi Indonesia untuk menghadapi ancaman Hankam
Meningkatkan Kemandirian kemampuan sarana dan prasarana pertahanan. Khususnya
perlengkapan militer yang harus di usahakan untuk di buat sendiri di dalam negeri dan
penumbuhan kesadaran rakyat dalam konteks pertahanan nasional. Hakekat ancaman
keberadaan bangsa dan potensi-potensi ancaman tersebut khususnya bentuk, asal dan tujuannya
dari ancaman-ancaman tersebut harus dibina dan ditanamkan pada seluruh rakyat.

Anda mungkin juga menyukai