Anda di halaman 1dari 1

Perdebatan antara Pithecantropus ke homo erectus

Tahun 1920-an merupakan periode yang luar biasa bagi teori evolusi manusia. Teori itu terus menjadi
perdebatan, para ahli paleontologi berbicara tentang ontogenesa dan heterokronis. Seorang teman
Dubois, Bolk melakukan formulasi teori foetalisasi yang sangat terkenal. Dubois telah melakukan
penemuan fosil missing-link. Sementara Bolk menemukan modalitas evolusi dengan menafsirkan bahwa
peralihan dari kera ke manusia terjadi melalui perpanjangan perkembangan fetus. Dubois dan Bolk
kemudian bertemu dalam jalur evolutif dari Heackle yang sangat terkenal, bahwa filogenesa dan
ontogenesa sama sekali tidak dapat dipisahkan. Penemuan-penemuan kemudian bertambah gencar
sejak tahun 1927. Penemuan situs Zhoukoudian di dekat Beijing, menghasilkan sejumlah besar fosil-fosil
manusia, yang diberi nama Sinanthropus pekinensis. Tengkorak-tengkorak fosil beserta tulang paha
tersebut menunjukkan ciri-ciri yang sama dengan Pithecanthropus erectus.

Seorang ahli biologi menyatakan bahwa standar zoologis tidak dimungkinkan memisahkan
Pithecantropus erectus dan Sinanthropus pekinensis dengan genus yang berbeda dengan manusia
modern. Pithecanthropus adalah satu tahapan dalam proses evolusi ke arah Homo sapiens dengan
kapasitas tengkorak yang kecil. Karena itulah perbedaan itu hanya perbedaan species bukan perbedaan
genus. Dalam pandangan ini maka Pithecanthrotus erectus harus diletakan dalam genus Homo, dan
untuk mempertahankan species aslinya, dinamakan Homo erectus. Maka berakhirlah debat pandang
mengenai Pithecanthropus dari Dubois dalam sejarah perkembangan manusia yang berjalan puluhan
tahun. Saat ini Pithecanthropus diterima sebagai hominid dari Jawa, bagian dari Homo erectus.

Anda mungkin juga menyukai