Anda di halaman 1dari 327

TUGAS ILMU GULMA

(RINGKASAN)

Dosen :
Iqbal Erdiansyah, SP. MP
Ir. Ninik Purhatiningsih
Teknisi : 1. Kaidi, SP
2. Sisca Andriani, A. Md

Penyusun:
Golongan A

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN


PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2018
BAB Materi Nama (Absen)
1 Pendahuluan Isna Nur Rafida (01)
2 Tinjaun Pustaka Dodi Satriyo Wibisono (02)
3 Jenis Gulma Indi Ayunda (03)
Novia Riska L (15)
Perkembangbiakan Gulma Raudatus Tri Wulandari (04)
M. Jibran Lazuardi (16)
Allelopaty Ahmad Khoirul Fahmi (05)
Ihza Inafa Ulyana (17)
Arti Gulma secara Umum dan Khusus Isna Nur Rafida (01)

Konsep Ilmu Gulma Dodi Satriyo Wibisono (02)


Biologi Gulma Indi Ayunda (03)
Ekologi Gulma Raudatus Tri Wulandari (04)
Fisiologi Gulma Ahmad Khoirul Fahmi (05)
Macam-macam Gulma di Lahan Pertanian M.Syafrie Firdaus (06)

Pengendalian Gulma Dwi Ayuk A (07)


Sifat, Karakteristik dan Klasifikasi Gulma Risa Yuniar (08)

Terminologi Gulma Safilla Dzikra N (09)


Konsep dan Batasan Gulma Fina Dinda Sari (10)
4 Pengenalan dan Identifikasi Gulma M. Syafrie Firdaus (06)
Allifianton Primadani (18)
Organ Perkembangbiakan dan Penyebaran Dwi Ayuk A (07)
Gulma M.Hibatul Wafi (19)
Penanaman Benih Kedelai Risa Yuniar (08)
Yofta Bagus Nusantara Aji (20)
Analisis Vegetasi Gulma Safilla Dzikra N (09)
Septian Dani H (21)
Pengamatan Parameter Pertumbuhan Fina Dinda Sari (10)
Tanaman Septianti Agita (22)
Dormansi Biji Gulma M. Tabah Aji (12)
Qoruta A'yun (24)
Penentuan Luas Plot Minimum Kurniawan Syahroni (13)
Devinda Mardhalita Chomayaroh (25)
Perhitungan Kerapatan, Frekuensi Gulma Mustain Romly (14)
Achmad Romadhoni (26)
Herbarium Gulma Felina Elisa Putri (11)
Sofyan Rofiur Rohman (23)
5 Kesimpulan Ardina Maya S (27)
Lampiran
Penanaman Benih Kedelai Kelompok 4 (21-27)
Organ Perkembangbiakan dan Penyebaran Sofyan Rofiur Rohman (23)
Gulma
Identifikasi Gulma Felina Elisa Putri (11)
Herbarium Gulma Felina Elisa Putri (11)
Penentuan Luas Plot Minimum Yofta Bagus Nusantara Aji (20)
Dormansi Biji Gulma Kelompok 4 (21-27)
Editor Devinda Mardhalita Chomayaroh (25)
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.1.1 Jenis – jenis gulma

Pada umumnya dipandang dari manfaatnya yang didapat, tumbuhan dibagi menjadi dua
yaitu, tanaman yakni tumbuhan yang menguntungkan dan dibudidayakan dan tumbuhan
yang merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan yaitu tumbuhan yang dibudidayakan
oleh manusia atau sengaja untuk ditanam karena mempunyai nilai ekonomis yang
menjanjikan. Sedangkan tumbuhan yang merugikan atau tumbuhan yang tidak kehendaki
dalam dunia pertanian disebut gulma (Weed). Pengertian gulma yang lain adalah
tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya secara pasti sehingga kebanyakan orang juga
menganggap bahwa gulma mempunyai nilai negatif yang lebih besar daripada nilai
ekonomisnya. Sehingga gulma tersebut harus dimusnahkan dari lingkungan tanaman,
agar tidak menimbulkan kerugian pada tanaman tersebut yang nantinya dapat
mengganggu kegiatan pertanian. Baik secara teknis, produksi, maupun secara ekonomis
. Kehadiran gulma pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat
menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang
ditimbulkan gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok adalah sebagai
berikut.
1. Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman
budidaya) dalam hal: penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di dalam
tanah, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh.
2. Sebagian besar tumbuhan gulma dapat mengeluarkan zat atau cairan yang
bersifat toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan
menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut
dikenal dengan istilah allelopati.
3. Sebagai tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan
kecil, insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat
berkembang biak dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan
memakan tanaman pokok ataupun tanaman budidaya.
4. Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.
5. Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya,
misalnya dengan tercampurnya biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji
tanaman budidaya.

1.1.2 Pengenalan dan identifikasi gulma

Gulma adalah tumbuhan yang merugikan manusia dari aspek ekonomi , kesehatan dan
sebagainya . gulma mempunyai keanekaragaman yang cukup tinggi antara lain jenis
banyak ,sifat pertumbuhan dan perkembangbiakan yang beragam , daya adaptasi tinggi ,
penyebaran luas , dan sebagainya . spesies gulma yang sering dijumpai pada areal
pertanian . untuk memudahkan pemahaman terhadap sifat sifat gulma , maka jenis jenis
gulma yang ada tersebut dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu
1. Gulma golongan rumput dengan ciri batang berbentuk silinder dan berluas
, dau berbentuk pita dan tulang dau sejajar , dan bunga berbentuk malai .
2. Golongan teki dengan ciri utama pertumbuhan daun pada pangkal batang ,
daun berbentuk pita dan tulang daun sejajar , dan tangkai dau berbentuk segitiga ,
segi enpat , atau silinder .
3. Gulma golongan daun lebar . dengan ciri yang sangat beragam tergantung
familinya .

1.1.3 Alat perkembangbiakan gulma


Gulma merupakan tumbuhan yang sangat mudah tumbuh pada bermaca-macam areal dan
lokasi tanaman budidaya, hal itu yang menyebabkan gulma lebih unggul bersaing dengan
tanaman budidaya. Faktor tersebut didukung pula oleh cara perkembangbiakan
(reproduksi) gulma yang bermacam-macam seperti berikut :
1. Dengan biji
Sebagian besar gulma berkembangbiak dengan biji dan menghasilkan jumlah biji yang
sangat banyak seperti biji pada Amaranthus spinosus, Cynodon dactylon, Eragrostis
amabilis. Biji-biji gulma dapat tersebar jauh karena ukurannya kecil sehingga dapat
terbawa angin, air, hewan dan sebagainya dengan demikian penyebarannya juga lebih
luas. Adapula terdapat bulu-bulu (rambut halus) yang menempel pada biji, sehingga biji
ini mudah diterbangkan oleh angina, seperti pada biji Emilia sonchifolia, Vernonia sp,
dll. Disamping itu biji-biji gulma dapat bertahan lama di dalam tanah (masa dormansi
yang panjang) bila situasi lahan tanahnya tidak memungkinkan untuk tumbuh, kemudian
pada saatnya dapat tumbuh bila situasi sudah memungkinkan.
2. Stolon
Adapula gulma yang dapat membentuk individu baru dengan stolon yaitu bagian batang
menyerupai akar yang menjalar di atas permukaan tanah. Dimana batang ini terdiri dari
nodus (buku) dan internodus (ruas), pada setiap nodus dapat keluar serabut-serabut akar
dan tunas sehingga dapat mebentuk individu baru. Contoh gulma ini adalah: Paspalum
conjugatum, Cynodon dactylon, dll
3.Rhizome (akar rimpang)
Yaitu batang beserta bagian-bagiannya yang manjalar di dalam tanah, bercabang-cabang,
tumbuh mendatar dan pada ujungnya atau pada buku dapat muncul tunas yang
membentuk individu baru.

4. Tuber (umbi)
Umbi merupakan pembengkakan dari batang atupun akar yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan atau penimbun makanan cadangan, sehingga umbi tersebut bisa membesar.
Pada beberapa bagian dari umbi tersebut terdapat titik (mata) yang pada saatnya nanti
bisa muncul atau keluar tunas yang merupakan individu baru dari gulma tersebut. Contoh
gulma ini adalah dari keluarga Cyperaceae, seperti: Cyperus rotundus, Cyperus irinaria,
dst.

5. Bulbus (umbi lapis)


Bulbus juga termasuk umbi yang merupakan tempat menyimpan makanan cadangan
tetapi bentuknya berlapis-lapis. Gulma golongan ini dapat ditemukan pada keluarga
Allium, contoh: Allium veneale (bawang-bawang).
6. Dengan daun
Pada beberapa jenis gulma juga dapat berkembangbiak dengan daunnya yang telah
dewasa. Daun ini berbentuk membulat ataupun oval, pada pinggir daun bergerigi atau
terdapat lekukan yang nantinya tempat muncul tunas menjadi individu baru. Contohnya:
Calanchoe sp (cocor bebek), Ranunculus bulbasus.
7. Runner (Sulur)
Stolon yang keluar dari ketiak daun dimana internodianya (ruas) sangat panjang,
membentuk tunas pada bagian ujung. Contoh: Eichornia crassipes.

8. Spora.
Ada juga beberapa gulma yang dapat berkembang biak dengan spora, dimana spora ini
bila telah matang dapat diterbangkan oleh angina. Contoh gulma ini kebanyakan dari
keluarga paku-pakuan seperti: Nephrolepsis bisserata, Lygopodiu sp, dll.
1.1.4 Allelopati
Gulma juga mengeluarkan zat racun yang disebut Allelopati “ Allelopati adalah produksi
substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain. Permasalahannya
adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang sangat luas yang bersifat toksik dan
beberapa percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh alelopati dengan
memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-biji atau pun bibit tanaman lainnya.
Terlepas dari suatu kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan
, karena tidak terdapat di alam. Ekstrak tersebut sering sekali tidak steril sehingga
transformasi bakteri barang kali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman
tersebut tidak memiliki hubungan ekologis.
Penelitian seperti ini sulit ditafsirkan. Pertanyaannya adalah apakah beberapa tanaman
mempunyai suatu pegaruh toksik pada tanaman lainnya yang tumbuh di lapangan dan ini
harus terpisah dari setiap kompetisi untuk cahaya, air dan hara.
”Menurut Sukman (1991 : 231 ) menyatakan bahwa “ Tumbuhan dapat menghasilkan
senyawa alelokimia yang merupakan metabolit sekunder di bagian akar, rizoma, daun,
serbuk sari, bunga, batang, dan biji. Fungsi dari senyawa alelokimia tersebut belum
diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai
pertahanan terhadap herbivora dan patogen tanaman. Tanaman yang rentan terhadap
senyawa alelokimia dari tanaman lainnya dapat mengalami gangguan pada proses
perkecambahan, pertumbuhan, serta perkembangannya. Perubahan morfologis yang
sering terjadi akibat paparan senyawa alelokimia adalah perlambatan atau penghambatan
perkecambahan biji, perpanjangan koleoptil, radikula, tunas, dan akar
“Menurut Soerjani (2001 : 1978) menyatakan bahwa “Sebagai allelopat, substansi
kimiawi itu terkandung dalam tubuh tumbuhan, baik tanaman maupun gulma.
Bertindaknya allelopat tersebut setelah tumbuhan atau bagian tumbuhan mengalami
pelapukan, pembusuk, pencucian ataupun setelah dikeluarkan berupa eksudat maupun
penguapan. Tumbuhan yang suseptibel bila terkena substansi semacam itu akan
mengalami gangguan yang berupa penghambatan pertumbuhan atau penurunan hasil
“Menurut Odum, ( 1998 : 206 ).menyatakan bahwa “Dalam persaingan antara individu-
individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-
kehbutuhan yang sama terhadap faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis
tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari
anaknya sendiri. Peristiwa semacam ini disebut allelopati. Allelopati terjadi karena
adanya senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa
sekunder karena timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer
organisme organisme. Hambatan dan gangguan allelopati dapat terjadi pada
perbandingan dan perpanjangan sel, aktivitas giberelin dan IAA, penyerapan hara
mineral, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata, sistem protein, dan aktivitas
enzim tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya hambat senyawa kimia
penyebab allelopati dari tanaman antara lain jenis tanaman yang menghasilkan, macam
tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman mengalami perombakan
“Menurut Mc.Naughton and Wolf (1990; 132 ) menyatakan bahwa “Allelopati dapat
meningkatkan agresivitas gulma didalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman
melalui eksudat yang di keluarkannya, yang tercuci,yang teruapkan,atau melalui hasil
pembusukan bagian-bagian organ yang telah mati. Beberapa jenis tanaman yang
mempunyai efek allelopati adalah Pinus merkusii, Imperata silindrica, Musa spp, dan
Acacia mangium, dsb. Dalam pengaruhnya, Allelopati memiliki pengaruh yaitu antara
lain senyawa allelopati dapa menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan
kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan, beberapa allelopat menghambat
pembelahan sel-sel akar tumbuhan,mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan,
menghambat respirasi akar, menghambat sintesa protein, menurunkan daya pemeabilitas
membran pada sel tumbuhan dan dapat mengahambat aktivitas enzim “
1.1.5 Organ perkembangbiakan dan penyebaran gulma
Bioteknologi gulma menggambarkan peggaburan pemahaman antara sifat dan
lingkungan atau habitat yang dibutuhkannya . pemahaman tentang bioteknologi gulma
akan membantu kita dalam membentukan upaya pengelolaan dan pengendalian sehingga
kurugian yang ditimbulkan akibat kehadiran gulma tersebut dapat dieliminasi atau
dikurangi . gulma mempunyai kanekaragam yang cukup tinggi antara lain jenisnya
banyak sifat pertumbuhan dan perkembangbiakan yang beragam , daya adaptasi tinggi ,
penyebaran luas .
Secara langsung dan tidak langsung keragaman sifat yang dimiliki gulma akan
menentukan kondisi lingkungna tumbuh dan dipertumbukannya organ
perkembangbiakan gulma secara generative dapat berupa biji atau spora , sedangkan
secara vegetatif berupa umbi , rimpang, stolon , dan ruas ruas batang , organ
perkembangbikan gulma dapat menyebar dari tempat satu ke lainnya dengan alat bantu
pengkiat , duri , rambut , sayap atau sabut . Biji gulma yang memiliki alat bantu berupa
duri dan kait akan menyebar dengan bantuan binatang

1.1.6 Analisis vegetasi gulma


Gulma memiliki organ perkembangbikan ganda baik generative maupun vegetatif dan
memiliki alat bantu penyebaran , akan berpotensi sebagai gulma penting atau gulma yang
bersifat sangat merugikan .
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan dan biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu
sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup
dan tumbuh serta dinamis.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur)
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Ada berbagai metode yang dapat di
gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode
kuadran atau sering disebut dengan kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan
plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan
hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar
sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan
membutuhkan waktu yang sangat lama. Selain menggunakan metode kuadran, analisis
vegetasi juga dapat dilakukan dengan metode titik dan metode garis.

1.1.7 Dormansi biji gulma

Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma - gulma yang memiliki kemampuan
tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup. Dalam hal ini, penguasaan
sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulma tersebut penting atau tidak. Namun
dalam hal ini jenis tanaman memiliki peran penting, karena tanaman tertentu tidak akan
terlalu terpengaruh oleh adanya gulma tertentu, meski dalam jumlah yang banyak.
Dormansi merupakan strategi reproduksi gulma untuk dapat bertahan hidup. Dormansi
gulma diartikan sebagai suatu tahapan istirahat metabolisme gulma pada kondisi yang
tidak sesuai. Dengan sifat dormansi ini, gulma dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim
lalu tumbuh sewaktu-waktu saat kondisi lingkungan sudah sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Dormansi benih gulma dapat berlangsung selama beberapa hari,
semusim, beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun tergantung pada jenis tanaman,
tipe dari dormansinya, dan kondisi lingkungannya. Dormansi dapat diatasi dengan
perlakuan – perlakuan ; pemarutan atau penggoresan ( skarifikasi ) yaitu dengan cara
menghaluskan kulit benih ataupun menggores kulit benih agar dapat dilalui air dan udara
; melemaskan kulit benih dari sifat kerasnya ; memasukkan benih ke dalam botol yang
disumbat dan secara periodik mengguncang – guncangnya ; stratifikasi terhadap benih
dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi ; perubahan suhu ; dan penggunaan zat kimia.
(Kartasapoetra, 2003)
Menurut Muhammad Salim Saleh (2004), pada dasarnya dormansi dapat diperpendek
dengan berbagai perlakuan sebelum dikecambahkan, baik secara fisik, kimia dan biologi.
Benih yang cepat berkecambah berarti memiliki kesempatan tumbuh axis embrio lebih
panjang sehingga memungkinkan terjadi pembekakan pada bagian ujungnya sebagai
tempat pertumbuhan akar dan plumula sehingga akar menjadi lebih panjang.
Pertumbuhan embrio ditahan pada saat benih masak, tetapi mulai lagi pada
perkecambahan. Benih membutuhkan air untuk berkecambah, oksigen, dan temperatur
dimana suhunya antara 5o – 45oC. Benih yang berkecambah memerlukan tiga faktor yang
dibuat perkecambahan masak. Benih yang baru saja dipanen, walaupun tidak mengalami
perkecambahan, tetapi memasuki tahap dormansi dan gagal merespon kondisi
berkecambah.
Istilah yang pernah digunakan untuk menjelaskan dormansi dan yang paling lazim adalah
istilah istirahat dan pasif. Lebih banyak istilah yang menyertakan kata dormansi di
belakang kata keadaan (adjektif), misalnya primer, sekunder, bawaan, dan sebagainya.
Secara logis menjelaskan pentingnya kesatuan istilah dan menganjurkan tiga istilah baru
saja, yakni endodormansi, ekodormansi, dan paradormansi. Di laboratorium dan di
bidang pertanian (bila perlu) digunakan alkohol atau pelarut lemak (yang menghilangkan
bahan berlilin) yang kadang mengahalangi masuknya air / asam pekat (Salisbury dan
Ross, 1992).
Gejala dormansi dapat dijumpai pada biji dan organ tumbuhan lainnya seperti tunas,
rhizome, dan umbi lapis (bulb). Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji
dapat dikelompokkan dalam:
a. Faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air,
b. Faktor internal, seperti kulit biji, kematangan embrio,
c. Faktor waktu, seperti waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor.

Lamanya dormansi dapat diperpanjang dengan merendahkan suhu penyimpanan. Pada


penelitiannya dengan menggunakan benih barley, oats, dan sorghum yang berbeda-beda.
Brown mendapatkan bahwa dormansi pada hampir semua kultivar benih yang banyak
terjadi dapat dipatahkan dengan menyimpannya pada suhu 40o C. Robert mendapatkan
bahwa dormansi pada beberapa kultivar Thai Chu 65 sampai lebih dari 100 hari (waktu
100 hari untuk mematahkan 50% benih dorman) pada kultivar Masalaci. Hull
mematahkan dormansi pada benih kacang tanah jalar Florida dengan menyimpannya pada
suhu 20o – 25o C dan 40o C. Justice mendapatkan bahwa satu-satunya cara mematahkan
dormansi benih Cyperus rotundus adalah dengan menempatkannya pada lapisan basah
pada suhu 40o C selama tiga hingga enam minggu (Justice dan Bass, 1990).
1.1.8 Penanaman benih kedelai

Kompetisi berhasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar sesuatu yang
secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu pencari . persaingan (kompetisi ) pada
tanamna menerangkan kejadian yang menjurus pada hambatan pertumbuhan tanaman
yang timbul pada asesoris lebih dari satu tanaman dan tumbuhan lain . persaingan terjadi
bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama . sedangkan
lingkungan tidak menediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup .
Persaingan ini akan berakibat negative atau menghambat pertumbuhan individu yang
terlibat . kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan
kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas , sehingga membatasi kemampuan
bertahan.
Komposisi dapat terjadi antar individu dan antar individu pada satu spesies yang sama .
gulma adalah suatu komponen jasad penggganggu yang dapat menurunkan produksi
tanaman budidaya .ada beberapa cara sehingga menurunkan hasil budidaya yaitu :
1. Menekan pertumbuhan dan mereduksi hasil dengan jalan bersaing dengan tanaman
budidaya . kopetesi ini bersaing dalam air , unsur hara , cahaya , dan CO2
2. Apabila engendalikan gulma , terkadang cara pengendaliaan yang dipilih dapat
merusak tanaman budidaya
3. Mengganggu aktivita panen sehingga akan meningkatkan biaya produksi
4. Merendahkan kualitas hasil dan membantu panen tidak serentak
5. Memungkinkan sebagai inang dari jasad pengganggu lain sehinggga dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas produksi.

1.1.9 Herbarium
Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700) untuk
tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-1550) seorang
Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang mengeringkan
tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai
koleksi ilmiah (Arber, 1938). Pada awalnya banyak spesimen herbarium disimpan di
dalam buku sebagai koleksi pribadi tetapi pada abad ke-17 Ramadhanil dan Gradstein –
Herbarium Celebense 39 praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa
(Ramadhanil, 2003).
Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan
penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian objek tersebut.
Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan.
Pengawetan dapat dilakukan terhadap objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat
dengan cara basah ataupun kering. Cara dan bahan pengawet nya bervariasi, tergantung
sifat objeknya. Untuk organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan
dengan awetan basah. Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan
kering berupa herbarium (Suyitno, 2004).
Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama, penyakit atau
kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak disertakan ujung batang,
daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan berbentuk herba disertakan seluruh habitus.
Herbarium kering digunakan untuk spesimen yang mudah dikeringkan, misalnya daun,
batang, bunga dan akar, sedangkan herbarium basah digunakan untuk spesimen yang
berair dan lembek, misalnya buah (Setyawan dkk, 2004).
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek
pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberikan
informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata lain,
suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus
ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak nampak
spesimen herbarium (Aththorick dan Siregar, 2006).
Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan selain
berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis pohon. Istilah Herbarium
adalah pengawetan specimen tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi
dan ilmu pengetahuan. Koleksi specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat
yang diberi perlakuan khusus pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para
ahli-ahli botani menyimpan koleksi herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium di
masing-masing Negara. Di Indonesia pusat herbarium terbesar terdapat di Herbarium
Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di wilayah Cibinong Jawa Barat.
Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang berasal dari
berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan dari berbagai Negara di dunia. (Balai Diklat
Kehutanan Makassar, 2011).
Cyrtococcum acrescens adalah rumput tahunan menjalar yang tumbuh pada tanah yang
tidak terlalu lembab, sering terdapat pada tempat-tempat ternaung, penyebarannya
meliputi 0-1300 m dpl, berbunga sepanjang tahun. Merupakan gulma yang dominan,
dijumpai pada areal TBM maupun TM, karena toleransinya terhadap suasana ternaung.
Gulma ini dipandang tidak berbahaya dalam persaingan dengan tanaman budidaya.
Tumbuhan ini bermanfaat sebagai pelindung permukaan tanah terutama pada lokasi
yang curam (Nasution, 1986).

1.1.10 Penentuan luas plot

Gulma sering kali menimbulkan berbagai masalah pada lahan pertanian. Kerusakan
tanaman atau penurunan produksi pertanian akibat gulma pada umumnya memiliki
korelasi yang searah dengan populasi gulma itu sendiri. Dalam hal ini faktor yang paling
tampak adalah perebutan penguasaan sarana tumbuh, ruang gerak dan nutrisi antara
tanaman dan gulma (Andrixinata, 2010). Posisi gulma sebagai tumbuhan yang tidak
diinginkan menyebabkan pengendalian gulma mendapat perhatian lebih. Salah satu cara
untuk mengetahui cara tepat dalam pengendalian gulma adalah dengan analisis vegetasi.
Vegetasi dapat diartikan sebagai komunitas tumbuhan yang menempati suatu ekosistem
(Lestari, 2013). Komposisi vegetasi sering kali berubah seiring dengan berjalannya
waktu, perubahan iklim, dan aktivitas manusia. Perubahan vegetasi ini mendorong perlu
dilakukannya analisi vegetasi. Analisis vegetasi merupakan suatu cara untuk menemukan
komposisi jenis vegetasi dari yang paling dominan hingga tidak dominan (Sriyani, dkk).
Keadaan vegetasi yang diamati berupa bentuk vegetasi seperti rumput, semak rendah,
tumbuhan menjalar, herba, maupun tumbuhan dalam hamparan yang luas.
Dalam kaitannya dengan gulma, analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma-
gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang
hidup. Penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulmatersebut penting
atau tidak. Populasi gulma yang bersifat dominan ini nantinya dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengendalian gulma.
Metode analisa vegetasi yang lazim digunakan ada 4 macam yaitu estimasi visual ,
metode kuadtar , metode gatis dan metode titik
1. Metode estimasi visual
Pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya , missal selalu
ditengah atau disalah satu sudut yang tetap pada petak contoh yang telah terbatas . besaran
yang dihitung berupa dominasi yang dinyatakan dalam presentase penyebaran
2. Metode kuadrat
Kuadrat adalah suatu ukuran luas yang dinyatakan dalam suatu kuadrat ( missal m2 ,cm2
dll) dalam pelaksanaan dilapang sering digunakan bujur sangkar .
3. Metode garis
Metode gatis atau rintisan petak contoh memanjang , diletakan diatas sebuah komunitas
vegetasi.
4. Metode titik
Jika sebuah kuadrat diperkecil sampai titik tidak terhingga , akan menjadi titik .

1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengidentifikasi jenis jenis gulma yang ada diareal tanaman pangan
2. Mengklasifikasi berbagai jenis gulma yang ada diareal tanaman pangan
3. Mengetahui kemampuan berkembangbiak dari berbagai jenis gulma
melalui alat perkembangbikan vegetatif
4. Menelah factor factor yang mempengaruhi perkembangbiakan vegetatif
gulma
5. Melakukan tahapan kerja dalam menentukan luas plot minimum vegetasi
gulma
6. Menentukan luas plot minimum berdasarkan data yang diperoleh .
7. Mengetahui pentingnya herbarium gulma sebagai salah satu cara
menyimpan specimen gulma sebagai alat bantu identifikasi gulma .
8. Mengetahui cara –cara pembutan herbarium secara sederhana
9. Mengetahui berbagai macam dan sifat dormansi pada biji gulma
10. Mengetahui tahapan dalam menentukan luas plot minimum vegetasi gulma
serta data yang diperoleh
11. Mengetahui tahapan kerja dalam analisis gulma menghitung / menentukan
gulma dominan yang penting pada lahan .
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki yakni
tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung
merugikan tanaman budidaya. Gulma dapat merugikan tanaman budidaya karena
bersaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya matahari, dan air. Jenis gulma
yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan, misalnya pada
perkebuanan yang baru diolah, maka gulma yang dijumpai kebanyakan adalah
gulma semusim, sedang pada perkebunan yang telah lama ditanami gulma yang
banyak terdapat adalah jenis tahunan. Gulma yang terdapat pada dataran tinggi
relatif berbeda dengan yang tumbuh di daerah dataran rendah, Pada daerah yang
tinggi terlihat adanya kecenderungan bertambahnya keaneka-ragaman jenis,
sedangkan jumlah individu biasanya tidak begitu besar. Hal yang sebaliknya terjadi
pada daerah rendah yakni jumlah individu sangat melimpah, tetapi jenis yang ada
tidak begitu banyak (Soekisman, T. dkk. 1984).

Gulma dikenal sebagai tumbuhan yang mampu beradaptasi pada ritme


pertumbuhan tanaman budidaya. Pertumbuhan gulma cepat, daya regenerasinya
tinggi apabila terluka, dan mampu berbunga walaupun kondisinya dirugikan oleh
tanaman budidaya.Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya untuk
ruang, cahaya, dan secara kimiawi untuk air, nutrisi, gas-gas penting, dan dalam
peristiwa allelopati.Beberapa jenis gulma dapat memperbanyak diri dengan tuber
(modifikasi dari akar yang berisi cadangan makanan).
1. Perkembangbiakan Gulma

Gulma mampu berkembang biak secara vegetatif maupun generatif dengan biji
yang dihasilkan. Kemampuan yang dimiliki oleh jenis-jenis gulma menahun
untuk memperbanyak diri dari bagian-bagian vegetatif menyebabkan jenis-jenis
ini menjadi sangat kompetitif dan sukar untuk dikendalikan. Produksi organ
perbanyakan vegetatifjuga erat kaitannya dengan kandungan karbohidrat yang
tersimpan. Perbanyakan vegetatif ialah prinsip perkembangbiakan bagi sebagian
besar gulma tahunan.Gulma yang memperbanyak diri secara vegetatif sulit
untuk dikendalikan karena banyak memiliki organ vegetatif dorman di dalam
tanah.Beberapa bentuk organ vegetatif yang banyak ditemukan dalam
perbanyakan jenis-jenis gulma menahun yaitu

a. Rhizoma (Rimpang) merupakan batang yang menjalar di dalam tanah


yang dapat membentuk akar dan tunas daun

b. Stolon merupakan batang yang silindris dan menjalar di permukaan


tanah yang dapat membentuk akar dan tunas

c. Umbi batang merupakan pangkal batang yang membengkak yang


terletak di dalam tanah. Di bedakan dari umbi daun dengan adanya beberapa
mata tunas yang nyata terlihat dan bagian yang bengkak sangat pendek

d. Umbi akar merupakan bagian terminal dari rhizoma yang


membengkak dan merupakan jaringan makanan serta mempunyai tunas ujung
2. Penyebaran Gulma

Mekanisme perbanyakan gulma termasuk salah satu yang paling efisien di alam.
Efisiensi seperti ini diperoleh melalui seleksi alam dan adaptasi ekologi.
Perkembangbiakan dapat dilakukan dengan biji atau dengan organ vegetatif.
Pada gulma semusim, perkembangbiakan dilakukan melalui produksi biji. Biji
dihasilkan dalam jumlah banyak dan sebagian besar memiliki dormansi. Biji
didefinisikan sebagai sel telur yang masak yang telah dibuahi dan mempunyai
lembaga, persediaan makanan, dan lapisan perlindungan. Biji mengandung
semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memindahkan sifat-sifat keturunan
yang diperoleh dari tumbuhan induknya, mampu mempertahankan hidup
kecambahnya meskipun hanya sementara sehingga dapat menyerap
makanannya sendiri (Soetikno, 1990).

Menurut Soetikno (1990) biji gulma khususnya dari jenis-jenis yang semusim
memegang peranan penting dalam kaitannya dengan keberhasilan usaha-usaha
pencegahan atau pengendalian gulma. Jumlah biji yang mampu berkecambah
dan tahan akan usaha-usaha pengendalian akan menentukan kerugian yang
timbul pada tanaman pangan setiap musimnya. Banyaknya biji yang ada di
dalam tanah atau lebih dikenal sebagai simpanan bijidan yang jatuh ke
permukaan tanah dari gulma yang tumbuh pada musim berikutnya akan
menentukan apakah jenis gulma ini dapat hidup dan mempunyai potensi untuk
merugikan tanaman pangan yang akan tumbuh di tempat itu. Jumlah biji yang
ada dan berkecambah mungkin tidak cukup untuk melakukan persaingan
dengan tanaman pangannya akan tetapi masih menghasilkan biji-biji yang akan
mampu untuk bersaing untuk musim berikutnya.
Populasi biji gulma di dalam tanah sangat bervariasi jumlahnya tergantung dari
komposisi jenis gulma yang tumbuh di atasnya dan juga sejarah dari tanah itu
sendiri. Jika tanah semula digunakan untuk peternakan, maka sebagian besar
dari biji-biji yang ada merupakan biji gulma yang biasa dijumpai di daerah
peternakan, sedangkan lahan pertanian akan mempunyai populasi biji yang
berkaitan dengan gulma-gulma pertanian. Populasi biji gulma di lahan pertanian
pada umumnya terdiri dari beberapa jenis yang dominan dengan jumlah biji yang
cukup tinggi, beberapa jenis dengan jumlah yang cukupan, dan banyak jenis
yang mempunyai biji hanya sedikit saja. Pola-pola produksi biji, penyebaran,
dan penyimpanan pada setiap tahapan dalam suatu suksesi kita akan jumpai
bahwa jenis-jenis pemula mempunyai simpanan biji yang cukup besar jika
dibandingkan dengan jenis-jenis pertengahan atau jenis-jenis akhir. Ini
menunjukkan bahwa jenis-jenis pemula mampu menghasilkan biji dalam jumlah
yang cukup besar. Strategi semacam ini mempunyai potensi reproduksi yang
tinggi dikombinasikan dengan adanya dormansi menyebabkan adanya simpanan
biji di dalam tanah yang cukup besar dan tetap jumlahnya setiap waktu.

3. Propagul

Propagul merupakan biji, stolon,atau rimpang yang akan berkembang menjadi


individu gulma jika kondisi lingkungan mendukung (Fenner, 1995). Espinar et
al. (2005) mengatakan bahwaumumnya propagul banyak berada di
permukaan tanah, tetapi adanya retakan tanah dapat menyebabkan perubahan
ukuran menurut kedalaman tanah. Pada tanah tanpa gangguan, menurut Fenner
(1995) propagul berada pada kedalaman 2-5 cm dari permukaan tanah, tetapi
pada tanah pertanian, berada 12-16 cm dari permukaan tanah.
Kemelimpahan atau distribusi jenis-jenis gulma di lahan budidaya dipengaruhi
oleh jenis tanaman budidaya, kultur teknis dan pola tanam yang diterapkan, jenis
dan kelembaban tanah, lokasi, serta musim. Keberadaan gulma yang ada saat ini
ditentukan oleh simpanan biji gulma tanah. Sebagian gulma memulai siklus
hidupnya dari biji tunggal dalam tanah kemudian biji-biji tersebut tumbuh
hingga menghasilkan biji dalam jumlah banyak. Biji-biji tersebut kembali ke
tanah dan menjadi sebagai sumber populasi gulma untuk masa yang akan datang.
Sebagian besar (95%) biji yang tersimpan dalam tanah berasal dari gulma annual
(semusim atau setahun), sedangkan 4% dari gulma perennial atau tahunan.

4. Dormansi Gulma

Biji gulma berada pada permukaan tanah dan tersebar dalam profil tanah
yangterdiri dari biji gulma baru dan lama yang telah bertahan dalam tanah
selama bertahun-tahun.Pada tanah pertanian dapat berisi ribuan biji gulma/m2.
Bijigulma terkubur di dalam tanah dan di atas permukaan tanah. Sebesar 64-
99,6% bijigulma ditemukan 10 cm di atas lapisan tanah (Anderson, 1977).Biji
gulma dan bagian vegetatif, biasanya mempunyai periode istirahat yangdisebut
”dormansi”. Dormansi adalah suatu istilah fisiologis tumbuhan yang
dipergunakan untuk biji atau organ vegetatif yang tidak mau berkecambah
meskipunkeadaan lingkungannya menguntungkan. Dormansi merupakan
strategi reproduksigulma untuk tetap bertahan hidup dalam keadaan yang tidak
menguntungkan.Intensitas dormansi dipengaruhi oleh lingkungan selama
perkembangan biji. Dormansi pada jenis tertentu mengakibatkan biji tidak
berkecambah di dalamtanah bertahun-tahun. Hal ini menjelaskan keberadaan
gulma di lahan pertanian yangditanami secara kontinyu (Ilyas, 2012). Biji gulma
berada di dalam tanah mempunyai tingkat dormansi yang berbeda-beda,
sehingga perkecambahan dari suatu populasi bijigulma tidak terjadi secara
serentak. Keadaan ini mengakibatkan biji gulma di dalamtanah akan tetap
menjadi masalah selama biji masih ada.

Terdapat tiga macam dormansi secara luas yaitu: (1) bawaan (innate), (2)
rangsangan (induced), dan (3) paksaan (enforced). Dormansi bawaan atau
kadangkala juga disebut sebagai dormansi primer, biasanya dijumpai pada biji-
biji atau organ vegetatif sesaat setelah terlepas dari induknya. Dormansi
rangsangan yang kadangkala juga disebut sebagai dormansi sekunder
merupakan hasil pengaruh lingkungan di sekitar biji atau organ perbanyakan
vegetatif setelah dilepaskan induknya. Dormansi paksaan disebabkan oleh
adanya faktor lingkungan yang tidak menguntungkan untuk dimulainya
pertumbuhan, biasanya akibat kekurangan air, suhu yang tidak menguntungkan,
dan lain-lain ( Soetikno, S.S. 1990).

Dormansi dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu Dormansi primer,


walaupun faktor-faktor yang dibutuhkan untuk perkecambahan tersedia, namun
gulma tetap tidak tumbuh/berkecambah untuk waktu tertentu. Dormansi
sekunder, dormansi yang terjadi karena faktor lingkungan (seperti cahaya, gas,
dan lain-lain) biji tidak akan berkecambah walaupun sesungguhnya biji tersebut
tidak dalam keadaan dormansi. Dormansi paksaan(enforced), apabila beberapa
faktor untuk perkecambahan dihalangi, biji gulma tidak akan berkecambah
tetapi tetap hidup dan akan berkecambah apabila faktor-faktor tersebut tersedia.

5. Perkecambahan Gulma

Menurut (Soetikno, S.S. 1990) Perkecambahan didefinisikan sebagai awal dari


pertumbuhan suatu biji atau organ perbanyakan vegetatif. Perkecambahan biji
ditandai oleh adanya beberapa tahapan proses yang berupa yaitu:
(1) penyerapan air, (2) peningkatan respirasi, (3) mobilisasi simpanan makanan,
dan (4) penggunaan simpanan makanan. Bagi kebanyakan biji tanaman pangan
tahapan proses ini bermula segera setelah tanam dan berlanjut hingga kecambah
muda muncul dipermukaan tanah. Waktu yang dibutuhkan untuk semua proses
ini sangat bergantung pada kondisi tanah dan suhunya. Keadaan ini sangat
berbeda pada biji-biji dan organ perbanyakan vegetatif gulma karena pada gulma
perkecambahan biasanya tidak terjadi begitu sampai dipermukaan tanah atau
organ perbanyakan vegetatif terputus dengan induknya. Perkecambahan biji
adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji untuk tumbuh
secara normal menjadi tumbuhan baru. Dalam keadaan normal, semua jaringan
yang kompleks dan organ yang membentuk
bibit (seedling) dan menjadi tumbuh dewasa berasal dari sel telur yang dibuahi.
Tetapi tidak seluruh bagian biji berasal dari sel telur yang dibuahi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkecambahan biji ada dua macam yaitu faktor luar dan
faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan adalah tingkat
kemasakan biji, ukuran biji, dormansi, dan adanya penghambatan
perkecambahan. Sedangkan faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan
adalah air, temperatur, oksigen, dan cahaya.
Perkecambahan terjadi hanya pada waktu-waktu tertentu meskipun ada juga
waktu-waktu lain di akhir musim panas dan awal musim gugur yang mempunyai
kondisi kelembaban, suhu, dan cahaya yang sama seperti pada waktu musim
semi atau awal musim panas. Keadaan ini memberikan peluang yang sangat
menguntungkan bagi gulma karena jika biji-bijinya berkecambah pada akhir
musim semi atau awal musim gugur maka semua kecambah akan mati sebelum
dapat menghasilkan biji dan jenis-jenis ini akan punah.
Biji-biji sesama jenis maupun yang berlainan jenis mempunyai respon yang
berbeda-beda terhadap perubahan lingkungan mikro yang terjadi di
sekelilingnya. Ini mengakibatkan biji-biji itu tidak berkecambah secara serentak.

Dari semua faktor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan, kedalaman


biji berada di tanah memberikan pengaruh yang tetap. Yang pertama, tumbuhnya
biji-biji sebagian besar mempunyai hubungan yang negatif dengan kedalaman
lebih dari 1 cm. Semakin dalam biji tertanam kemungkinannya untuk
berkecambah dan tumbuh menjadi semakin kecil. Munculnya biji yang paling
baik jika biji-biji berada di permukaan tanah atau hanya beberapa milimeter
terbenamnya. Suhu sudah tentu memegang peranan penting dalam
perkecambahan tetapi kedalaman biji juga lebih penting lagi peranannya.
Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh dua faktor ini memberikan
kesimpulan mengenai pengaruh kedalaman terhadap perkecambahan yaitu:
a. Biji-biji semakin banyak yang tumbuh jika terbenam hanya
beberapa milimeter dari permukaan tanah

b. Setiap jenis mempunyai respon tumbuh yang berbeda-beda


terhadap kedalaman di mana biji berada

c. Beberapa biji dapat tumbuh meskipun terbenam pada


kedalaman yang melebihi kedalaman yang ideal ( 1 cm ).

6. Kerugian Akibat Gulma

Secara umum kerugian yang ditimbulkan gulma dapat dibagi menjadi dua
kategori yang langsung dan yang tidak langsung. Kerugian langsung terjadi
akibat kompetisi yang dapat mengurangi jumlah atau hasil panen.
Termasuk di dalamnya adalah penurunan hasil panen, baik secara kesulurhan
atau yang dipanennya saja dan penurunan kualitas hasil panenan sebagai akibat
pencemaran oleh biji-biji gulma. Kerugian yang tidak langsung terjadi akibat
kompetisi yang dapat menimbulkan kerugian kepada petani tetapi tidak secara
langsung dalam hasil panenannya. Contohnya, gulma dapat menjadi inang
sementara bagi hama penyakit tanaman, dan menimbulkan gangguan penyakit
seperti pada beberapa jenis gulma yang serbuk sari, getah, atau duri pada gulma
tersebut sehingga dapat menimbulkan alergi. Kerugian langsung yang
ditimbulkan akibat adanya gulma yang paling menjadikan masalah khusus
dalam bidang pertanian adalah dengan penurunan hasil panen. Gulma dapat
menurunkan hasil panenan dalam dua cara yaitu: 1) dengan mengurangi jumlah
hasil yang dapat di panen (biji-bijian, rumput, atau buah-buahan dan sebagainya)
dan 2) dengan mengurangi jumlah individu tanaman yang dipanen. Besarnya
penurunan hasil panen yang diakibatkan oleh gulma sangatlah bervariasi
bergantung dari jenis tanaman pokoknya, jenis gulma, dan faktor-faktor
pertumbuhan yang mempengaruhinya. Adanya gulma dalam jumlah yang
banyak pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan kehilangan hasil secara
total.

7. Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur
vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk
keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas tersebut. Dengan
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan.Vegetasi tidak hanya kumpulan dari
individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan dimana
individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang disebut sebagai suatu
komunitas tumbuh-tumbuhan Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan
vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya.Konsepsi dan
metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan
vegetasi itu sendiri dan tujuannya apakah ditujukan untuk mempelajari tingkat
suksesi, dan apakah untuk evaluasi hasil suatu pengendalian gulma (Soetikno S.
1990).

8. Kerapatan

Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada tiap-petak-


contoh. Untuk menghitung kerapatan dilakukan dengan mencabut setiap
populasi gulma yang ada pada media.

9. Frekuensi

Frekuensi merupakan jenis tumbuhan yang muncul pada area tertentu yang
dinyatakan dalam satuan persen (%) dari sejumlah petak-contoh yang dibuat.
Misalnya jika tumbuhan A ditemukan dalam 86 petak-contoh dari 200 petak
contoh yang dibuat, maka frekuensi A = 86/200 x 100% = 43%. Frekuensi
dipengaruhi beberapa faktor yaitu luas petak-contoh, distribusi tumbuhan, dan
ukuran jenis-jenis tumbuhannya.
10. Dominansi

Dominansi digunakan untuk menyatakan berapa luas area yang ditumbuhi oleh
sejenis tumbuhan, atau kemampuan sesuatu jenis tumbuhan dalam hal bersaing
terhadap jenis lainnya. Dominansi dapat dinyatakan dengan menghitung
biomassa yaitu dengan memotong tumbuhan di atas tanah dan dikeringkan
dalam pengeringan 100-1100C, kemudian ditimbang berat keringnya. Semakin
tinggi berat kering suatu gulma maka akan semakin besar luas area yang
ditumbuhi suatu gulma.
11. Summed Dominance Ratio (SDR)

SDR menunjukkan jumlah nilai penting dibagi jumlah besaran. SDR biasa
dipakai karena jumlahnya tidak pernah lebih dari 100%, sehingga mudah untuk
diinterpretasi. Semakin tinggi nilai SDR jenis gulma maka akan semakin tinggi
pengaruh gulma tersebut dalam mendominasi suatu area dari jenis gulma
lainnya.

B. Kedalaman Tanah
Tanah merupakan lapisan yang menyelimuti bumi dengan ketebalan yang
bervariasi dari beberapa centimeter hingga lebih dari 3 meter. Dibandingkan dengan
massa bumi, lapisan ini sebenarnya tidak berarti, namun dari tanah inilah segala
makhluk hidup yang berada di muka bumi, baik tumbuhan maupun hewan
memperoleh segala kebutuhan mineralnya.Selain itu, antara tanah dan makhluk
hidup ini membentuk suatu hubungan yang dinamis. Dari tanah diperoleh
kebutuhan mineral makhluk hidup dan kedalam tanah akan dikembalikan residu
dari makhluk tersebut (Subagyo,. dkk. 2004).
Tanah berkembang dari bahan mineral yang berasal dari batuan induknya dan bahan
organik yang berasal dari makhluk hidup yang terdapat di sekitarnya. Bahan-bahan
ini membentuk bagian padat tanah yang dinamakan dengan kerangka tanah. Di
antara partikel padat ini terdapat rongga yang dapat berisi udara atau berisi air.
Ruang pori ini meliputi sekitar setengah volume tanah pada horizon A, sedangkan
pada horizon B dan C ruang pori ini lebih sedikit jumlahnya. Bagian pori yang lebih
kecil biasanya diisi oleh air sedangkan udara mengisi bagian pori yang lebih
besar.Kedalaman efektif suatu tanah adalah kedalaman lapisan tanah yang dapat
ditembus oleh perakaran tanaman. Tanah memiliki kedalaman efektif yang tinggi
apabila perkembangan perakaran tanaman tidak terhambat oleh faktor fisik tanah,
seperti lapisan keras yang tidak tembus oleh akar atau oleh adanya lapisan air yang
tidak sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Kedalaman efektif suatu tanah
sangat ditentukan oleh tekstur tanah serta homogenei-tas antar lapisan tanah Isa
Darmawijaya, (1990).

Kedalaman tanah seringkali menjadi kendala utama dalam keberhasilan produksi


tanaman tahunan. Terhambatnya perkembangan perakaran sebagai akibat tipisnya
kedalaman tanah mengakibatkan tanaman tidak dapat memperoleh air serta hara
yang cukup bagi pertumbuhannya.Kedalaman tanah juga dapat mengakibatkan
dormansinya propagul gulma yang ada pada tiap-tiap kedalaman tanah. Sehingga
semakin dalam kedalaman tanah tersebut maka tingkat dormansi propagul gulma
akan semakin tinggi karena sebagian besar gulma yang tumbuh pada lingkungan
budidaya diakibatkan oleh faktor keberadaan propagul gulma yang masih berada
dikedalaman tanah Hardjowigeno, S. (1992).

C. Kondisi Lahan
Kondisi lahan merupakan keadaan bagaimana keadaan lahan tersebut berada dalam
kondisi basah, kering, atau setelah tanam. Lahan padi, jagung, kedelai, dan tebu
dalam kondisi setelah tanam akan memasuki masa tanam berikutnya sehingga akan
berpengaruh terhadap vegetasi yang ada pada kondisi tersebut. Kondisi lahan yang
selalu mengalami pengolahan dalam budidaya mempengaruhi jumlah vegetasi yang
tumbuh karena setiap vegetasi membutuhkan kondisi lingkungan yang sesuai agar
dapat hidup. Ada beberapa jenis gulma yang tumbuh pada setiap lahan yaitu pada
lahan sawah, terdapat 10 jenis dari golongan rerumputan, 7 teki-tekian, dan 16 jenis
dari golongan gulma berdaun lebar. Sepuluh jenis gulma yang dominannya adalah
sebagai berikut: Monochoria vaginalis,paspalum distichum, Fimbristylis milliacea,
Cyperus difformis, Scirpus juncoides, Marsilea creata, Echinochola crus-galli,
Jussiea repens, Spenocblea zeylanica, dan Cyperus Iria.
Sedangkan pada lahan bekas tanaman jagung terdapat 12 jenis rerumputan, 5 teki-
tekian, dan 26 jenis gulma berdaun lebar. Dengan jenis gulma yang dominan adalah
D. ciliaris, A. conyzoides, P. distichum, E. indica, B. alata, C. rotundus, P. niruri,
C. dactylon, Althernanthera philoxeroides, dan Synedrella nodiflora. Pada lahan
bekas tanaman kedelai 20 jenis gulma rerumputan, 6 teki-tekian, dan 30 jenis dari
golongan gulma berdaun lebar. Gulma jenis E. indica, A. conyzoides, C. iria,
Mimosa pudica, C. dactylon, dan Commelina nodiflora merupakan yang lebih
dominan. Kuntohartono (1984), melaporkan tentang komposisi jenis gulma yang
biasa tumbuh di kebu tebu di jawa. Jenis-jenis gulma yang tumbuh di pertanaman
tebu sangat ditentukan oleh cara pengolahan tanah dan macam tanaman
budidayanya. Pengolahan tanah sempurna dengan membajak akan mengurangi
kepadatan gulma jenis rerumputan, tetapi akan lebih meningkatkan pertumbuhan
jenis-jenis gulma dari golongan teki dan berdaun lebar.
BAB 3. MATERI
3.1 Jenis Gulma

1. GULMA BERDAUN SEMPIT (RUMPUT) :


Gulma daun sempit umumnya mencakup jenis gulma yang termasuk dalam
famili gramineae.Dicirikan dengan batang bulat atau agak pipih, kebanyakan
berongga. Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya
bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagianyaitu pelepah daun dan helaian daun.
Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata.Lidah-lidah daun sering
kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun. Selainmerupakan
komponen terbesar dari seluruh populasi gulma, gulma daun sempit ini
mempunyaidaya adaptasi yang cukup tinggi, distribusi amat luas dan mampu
tumbuh baik pada lahan keringmaupun tergenang
 Rumput grinting (CynodonDactylon)

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Cynodon
Spesies : Cynodon dactylon (L.) Pers.
Nama lokal : rumput grinting, rumput bermuda, suket grintingan(jawa), kakawatan
(sunda).
Habitatnya Cynodon dactylon adalah tumbuh paling bagus pada suhu di atas 24
°C. Jenis initoleran terhadap kekeringan. Tumbuh paling baik pada tanahberdrainase
baik tetapi toleran terhadap banjir yang berkepanjangan.Toleran terhadap kisaran pH
tanah yang luas, tetapi pH optimal adalahdi atas 5.5. Juga toleran terhadap kesuburan
tanah yang rendah tetapitidak toleran terhadap naungan. Penyebarannya selain dari
akar yang dapat membuat rimpang dengan cepat juga melalui buah.Penyebaran buah
ini yang dapat meluas. Rumput Cynodon dactylon, tumbuh di pinggir saluran irigasi.
Akarnya yang berkembang pesat dan menangkap lumpur yang ada disaluran. Sering
ditemui saluran irigasi menyempit karena ditumbuhi rumput ini. Mungkin banyak
dampak lainyang ditemui di berbagai tempat, dampak tersebut yang paling dirasakan
sangat merugikan.
 Echinochola colobna

Klasifikasi Rumput Bebek


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sunkingdom : Tracheophyta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Monocotyledonae (Berkeping satu)
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Echinochloa
Spesies : Echinochola colona
Nama lokal : rumput bebek
Rumput bebek (Echinochloa colona) adalal tumbuhan rumput yang tumbuh liar.
Rumput ini biasanya ditemukan di area sekitar pinggir jalan, rumah, atau di sekitar
sekolah. Rumput bebek atau Echinochloa colona merupakan jenis rumput yang
memiliki akar serabut. Rumput ini memiliki daun yang berwarna hijau. Rumput bebek
juga berkembangbiak menggunakan bunganya.
 Kaso (Saccharum spontaneum L.)

Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum spontaneum L
Nama lokal : Kaso, gelagah, glagah
Saccharum spontaneum mulai tumbuh dari daerah di atas permukaan laut hingga
ketinggian 1700 m dpl. Tumbuhan ini memerlukan lingkungan dengan curah hujan
tinggi yang biasanya dapat mencapai 1500 mm per tahun, dan tumbuhan ini juga dapat
tumbuh pada kisaran tipe tanah yang beragam, mulai dari tanah aluvial di tepi sungai
hingga tanah berpasir bekas daerah pertambangan.
 Leptochloa chinensis

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Leptochloa P. Beauv.
Species : Leptochloa chinensis (L.) Nees (Ferreira L, 2005)
Nama lokal : Bobontengan
Habitat Lahan basah, rawa, atau sungai di daerah dataran rendah terbuka. Dapat
tumbuh di tanah berat atau ringan, sepanjang sungai dan saluran air, di lahan sawah.

2. GULMA BERDAUN LEBAR


Gulma daun lebar merupakan macam gulma dari anggota Dicotyledoneae.
Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman
utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat
sensitif terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan
bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh
terletak di cabang.
1. Aeschynomene aspera

Aeschynomene aspera

Ditemukan di : sawah dataran rendah


Metode tanam : TK>TB
Kebiasaan tumbuh : ascending (menghadap ke atas) atau tegak, bercabang
banyak, tingginya sampai 2 meter
Kelembaban : berair, basah ke lembab
Daya saing : tidak dilaporkan
Kontaminasi benih : tidak diketahui
Pengendalian secara budidaya : pengolahan tanah, split aplikasi pupuk
Dilaporkan reisitensi terhadap (herbisisda): tidak ada
Berat benih : 36
Siklus hidup : sepanjang tahun
Metode berkembang biak : biji
Dormansi : pendek
Bunga : kunung muda sampai kuning, kecil
Ketinggian tempat : mencapai 1500 meter
Cahaya : cerah / banyak matahari
Catatan : tanaman C3 sering lebih besar daripada A.indica, lebih suka di tanah
subur, empulur digunakan sebagai insulasi/isolasi bebrapa produk di India,
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau atau tanaman penutup tanah.
Dilaporkan di : BAN, CAM, IDO, IND, MYA, NEP, PHI, SRI, THA, VIE

2. A.indica

Aeschynomene indica

Ditemukan di :dataran rendah, dataran tinggi


Metode tanam :DS>WS
Kebiasaan tumbuh :tegak, bercabang, tinggi mencapai 1,2 meter
Kelembaban :basah ke lembab
Daya saing :sedang/moderat
Kontaminasi benih :ya
Pengendalian secara budidaya :pemupukan tinggi, awal pencabutan dengan
penyiangan menggunakan tangan atau budidaya
Dilaporkan reisitensi terhadap (herbisisda):tidak ada
Berat benih :7,3
Siklus hidup :sepanjang tahun
Metode berkembang biak :biji
Dormansi :ya, jelas
Bunga :kuning, kerap ditutupi dengan warna ungu
Ketinggian tempat :mencapai 1000 meter
Cahaya : cerah/banyak matahari
Catatan :polong biji khas tanaman polong-polongan/legume, cahaya merah
menghambat perkecambahan, dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak
Dilaporkan di :BAN, CAM, CHN, IDO, IND, JPN, KOR, LAO, MAL, MYA,
NEP, PAK, SRI, THA, VIE

3. Ageratum conyzoides

Ageratum conyzoides dan Ageratum houstonianum

Ditemukan di :dataran tinggi


Metode tanam :TK
Kebiasaan tumbuh :tegak, sering rebah, tinggi 1,2 meter
Kelembaban :lembab sampai kering
Daya saing :moderat/sedang
Kontaminasi benih :tidak diketahui
Pengendalian secara budidaya :pemotongan atau penyiangan dengan tangan
dan shallow cultivation
Dilaporkan reisitensi terhadap (herbisisda):tidak ada
Berat benih :0,1
Siklus hidup :tahunan/annual
Metode berkembang biak :biji. Pembungaan cepat dan masa hidupnya
pendek, sedikitnya 2 bulan
Dormansi :50% biji dapat segera berkecambah, memerlukan cahaya untuk
perkecambahan
Bunga :putih sampai ungu pucat/biru
Ketinggian tempat :mencapai ketinggian 3000 meter
Cahaya :toleran naungan
Catatan :kebiasaan tumbuhnya sangat mudah dibentuk, dapat muncul
sepanjang seluruh musim, respon terhadap pemupukan, sangat menyukai tempat
yang berelevasi lebih tinggi, beracun bagi ternak.
Dilaporkan di :BAN, BHU, CHN, IDO, IND, LAO, MAL, MYA, NEP, PHI,
SRI, THA, VIE
Spesies yang mirip : Ageratum houstonianum Miller (gambar 10) daun persegi
di pangkalan, kepala bunga lebih besar, kuntum bunga panjangnya sekitar 6
mm dengan warna biru sedalam 2-3mm.

4. Alternanthera sessilis

Alternanthera sessilis dan Alternanthera philoxeroides

Ditemukan di :dataran rendah, dataran tinggi


Metode tanam :TK>TB
Kebiasaan tumbuh :prostrate (merunduk), merambat atau ascending
(menghadap ke atas), banyak cabang sub-erect, tinggi tanaman mencapai 1
meter
Kelembaban :basah ke lembab, lebih terrestrial dari pada akuatik (tanaman air)
Daya saing :moderat/sedang
Kontaminasi benih :tidak diketahui
Pengendalian secara budidaya :penggenangan, penyiangan dengan tangan
atau pengolahan tanah
Dilaporkan reisitensi terhadap (herbisisda):tidak ada
Berat benih :0,5
Siklus hidup :sepanjang tahun
Metode berkembang biak :biji, stolon, stek batang
Dormansi :tidak diketahui
Bunga :putih atau kemerah mudaan, sangat kecil
Ketinggian tempat :mencapai 2500 meter
Cahaya :cerah/banyak matahari
Catatan :tanaman C3, kadang-kadang dikonsumsi oleh manusia
Dilaporkan di :BAN, BHU, CAM, CHN, IDO, IDN, LAO, MAL, MYA, NEP,
PHI, SRI, THA, VIE
Spesies yang mirip :Alternanthera philoxeroides (Mart) Griseb. (gambar 14).
Kepala bunga aksiler dan panjang penduncles 10-45 mm

5. Amaranthus spinosus

Amaranthus spinosus dan Amaranthus viridis

Ditemukan di :dataran tinggi


Metode tanam :TK
Kebiasaan tumbuh :tegak, banyak cabang, duri aksilari tajam, tinggi tanaman
mencapai 1 meter
Kelembaban :lembab
Daya saing :moderat/ sedang sampai tinggi
Kontaminasi benih : tidak diketahui
pengendalian secara budidaya : penyiangan dengan tangan pada awal
(sebelum tumbuh duri) atau secara budidaya, menggenangan menekan
pertumbuhan
Dilaporkan reisitensi terhadap (herbisisda):tidak ada
Berat benih :0,2
Siklus hidup :tahunan
Metode berkembang biak :biji
Dormansi :bervariasi, tidak terjadi dormansi sampai 4 bulan, viabilitas/daya
hidupnya lama, tidak memerlukan cahaya untuk perkecambahannya.
Bunga :hijau pucat-semburat ungu
Ketinggian tempat :sampai 1800 meter
Cahaya :cerah/banyak matahari, sensitive naungan
Catatan :salah satu gulma terburuk di dunia, tanaman C4, menyukai tanah yang
subur dan bersuhu tinggi, kadang-kdang dikonsumsi oleh manusia, tanaman
muda beracun bagi ternak
Dilaporkan di :BAN, BHU, CHN, IDO, IND, LAO, MAL, MYA, NEP, PAK,
PHI, SRI, THA, VIE
Spesies yang mirip : Amaranthus viridis L. (gambar 17) Tegak, 0,8 meter
tingginya, tanpa duri, daun digunakan sebagai sayuran
6. Commelina benghalensis

Commelina benghalensis

Ditemukan di :dataran tinggi dan dataran rendah


Metode tanam :TK>>TB
Kebiasaan tumbuh :tanaman herbal, tingginya sampai 1 meter, prostrate
(merunduk) atau ascending (menghadap ke atas)
Kelembaban :lembab sampai basah, lebih kering dari pada C.diffusa
Waktu berkecambah : 10-12 hari
Daya saing :moderat/sedang
Kontaminasi benih :tidak diketahui
Pengendalian secara budidaya : penggenangan, penyiangan dengan tangan
dan mekanis memungkinkan potongan batang menjadi akar kembali
Dilaporkan reisitensi terhadap (herbisisda):tidak ada
Berat benih :2
Siklus hidup :sepanjang tahun
Metode berkembang biak :biji, stolen
Dormansi :ya
Bunga :ungu atau biru, bunga yang keluar dari batang di bawah tanah berwarna
keputihan
Ketinggian tempat : sampai ketinggian 2000 meter
Cahaya :cerah/banyak matahari sampai sedikit naungan
Catatan :berkecambah yang terbaik dicahaya yang penuh, agak toleran
terhadap herbisida, tanaman tahunan di daerah beriklim sedang, menyukai tanah
dengan tingkat kesuburan tinggi, satu tanaman dapat menutupi areal yang luas,
dapat digunakan sebagai hijauan dan makanan manusia.
Dilaporkan di :BAN, BHU, IDO, IND, JAP, KOR, MYA, NEP, PAK, PHI,
SRI, THA, VIE

3. GULMA TEKI-TEKIAN :
Gulma teki-tekian merupakan kelompok gulma yang memiliki daya tahan luar
biasa terhadapt pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah
yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur
fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam menguasai areal pertanian
secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segitiga
membulat dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam
tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh bersembunyi. Kelompok ini
mencakup semua anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang menjadi gulma.
.

Bolboschoenus maritimus

Bolboschoenus maritimus (L.) L. Palla


Ditemukan di : dataran rendah
Metode tanam : TB > TP > TK
Keadaan fisik pertumbuhan: tegak dan batangnya ramping yang muncul dari
dasar umbi, tingginya dapat mencapai 1,5m
Kelembaban : basah sampai tergenang
Waktu munculnya : dalam 7 hari dari pengolahan tanah terakhir
Daya saing : tinggi
Kontaminasi benih : ya
Pengendalian secara budidaya : rotasi, pengolahan tanah dalam
memungkinkan umbi-umbi terkubur, periode drainase yang panjang dan tanpa
oleh tanah secara bergantian
Dilaporkan resistensi : ALS inhibitor (KOR)
Siklus hidup : sepanjang tahun
Berat benih : 5,6
Metode reproduksi: umbi>stolon>biji
Dormansi : ya, dalam bentuk umbi
Ketinggian : tumbuh sampai ketinggian 3000m
Cahaya : cerah / banyak matahari sensitif naungan
Catatan : toleran kegaraman, produksi biji mungkin meningkat dengan
dalamnya air
Dilaporkan di : BAN, CAM, CHN, IDO, IND, KOR, LAO, MAL, MYA, PAK,
PHI, SRI, THA, VIE

2.Cyperus difformis L.

Ditemukan di : dataran rendah


Metode tanam : TB> TP > TK
Keadaan fisik pertumbuhan: tumbuh dalam rumpun dan tegak, tingginya
mencapai 1 m
Kelembaban : basah sampai lembab
Waktu munculnya : dalam waktu 7 hari, terus menerus sepanjang musim
Daya saing : sedang
Kontaminasi benih : ya
Pengendalian secara budidaya : penggenangan terus menerus lebih awal
Dilaporkan resistensi : ALS inhibitor (AUS, BRA, ITA, KOR, ESP, USA)
Siklus hidup : tahunan
Berat benih : 0,01
Metode reproduksi: biji
Dormansi : tidak ada
Ketinggian : tumbuh sampai ketinggian 1400 m
Cahaya : cerah / banyak matahari
Catatan : perkecambahan paling baik pada kondisi cahaya penuh
Dilaporkan di : BAN, , BHU, CAM, CHN, IDO, IND, LAO, JPN, KOR,
MAL, MYA, NEP,PAK, PHI, SRI, THA, VIE
3. Cyperus iria L.

Cyperus iria L

Ditemukan di : dataran rendah, dataran tinggi


Metode tanam : TK< TB >>TP
Keadaan fisik pertumbuhan: tumbuh dalam rumpun dan tegak, tingginya
mencapai 0,8 m
Kelembaban : lembab sampai basah
Waktu munculnya : dalam waktu 7 hari
Daya saing : sedang
Kontaminasi benih : ya
Pengendalian secara budidaya : penggenangan terus menerus lebih awal,
penyiangan dengan tangan
Dilaporkan resistensi : tidak ada
Siklus hidup : tahunan
Berat benih : 0,1
Metode reproduksi: biji
Dormansi : ya, dapat berkecambah setelah 75 hari biji ditumpahkan
Ketinggian : tumbuh sampai ketinggian 1200 m
Cahaya : cerah / banyak matahari
Catatan : perkecambahan paling baik pada kondisi cahaya penuh, tanaman C4,
dalam satu musim memungkinkan terdapat beberapa generasi, lebih menyukai
tumbuh di tempat dengan ketinggian rendah, digunakan sebagai makanan ternak
dan pembuatan tikar
Dilaporkan di : BAN, , BHU, CAM, CHN, IDO, IND, JPN, KOR, LAO, MAL,
MYA, NEP,PAK, PHI, SRI, THA, VIE

4. Cyperus rotundus L.

Cyperus rotundus L

Ditemukan di : dataran tinggi


Metode tanam : TK
Keadaan fisik pertumbuhan: tegak, umbi dalam rantai pada rimpang,
tingginya mencapai 0,7 m
Kelembaban : kering sampai lembab
Waktu munculnya : simultan dengan padi
Daya saing : sedang sampai rendah, tetapi bersaing pada awal
Kontaminasi benih : ya
Pengendalian secara budidaya : stale seedbed, supresive tanaman dengan
baris sempit, densitas tanaman tinggi, menekan pertumbuhan dengan
penggenangan tetapi tidak membunuh umbi, tanam dengan sistem interrow.
Dilaporkan resistensi : tidak ada
Siklus hidup : sepanjang tahun
Berat benih : 0,1
Metode reproduksi: umbi, rimpang
Dormansi : ya, dormansi apikal pada umbi
Ketinggian : tumbuh sampai ketinggian 1800 m
Cahaya : cerah / banyak matahari sensitif naungan
Catatan : gulma paling buruk di dunia, tanaman C4, sensitif keragaman, umbi
mungkin dapat berdaya tahan hidup hingga beberapa tahun, umbi dikonsumsi
oleh manusia, makanan ternak
Dilaporkan di : BAN, BHU, CHN, IDO, IND, JPN, KOR, LAO, MAL, MYA,
NEP,PAK, PHI, SRI, THA, VIE

5.Fimbristylis dichotoma ( L.) Vahl

Fimbristylis dichotoma

Ditemukan di : dataran tinggi, dataran rendah


Metode tanam : TK, TB
Keadaan fisik pertumbuhan: tegak, kebiasaan hidup dan ukuran bunga
bervariasi, tingginya mencapai 0,7 m
Kelembaban : kering sampai basah
Daya saing : sedang
Kontaminasi benih : ya
Pengendalian secara budidaya : penggenangan lebih awal, penyiangan
dengan tangan, pengolahan tanah.
Dilaporkan resistensi : tidak ada
Siklus hidup : sepanjang tahun
Berat benih : 0,1
Metode reproduksi: biji, rimpang
Dormansi : tidak diketahui
Ketinggian : tumbuh sampai ketinggian 2500 m
Cahaya : cerah / banyak matahari
Catatan : spesies yang sangat heterogen, tanaman C4, dapat beradaptasi lebih
baik pada tanah yang lebih kering, dapat dimanfaatkan dalam pembuatan tikar
Dilaporkan di : BAN, CHN, IDO, IND, JPN, KOR, LAO, MAL, MYA,
NEP,PAK, PHI, SRI, THA, VIE

6. Fimbristylis miliacea ( L.) Vahl

Fimbristylis miliacea

Ditemukan di : dataran tinggi, dataran rendah


Metode tanam : TK > TB >TP
Keadaan fisik pertumbuhan: tegak dan anakan kuat, tingginya mencapai 0,6
m
Kelembaban : lembab sampai basah
Waktu munculnya : dalam 7 hari
Daya saing : persaingan dengan akar yang kuat
Kontaminasi benih : ya
Pengendalian secara budidaya : penggenangan lebih awal, penyiangan
dengan tangan
Dilaporkan resistensi : ALS inhibitor (USA), auxin sinteis (MAL)
Siklus hidup : sepanjang tahun
Berat benih : 0,02
Metode reproduksi: biji
Masa berbunga : 30 hari
Dormansi : tidak, cahaya dibutuhkan untuk perkecambahan
Ketinggian : tumbuh sampai ketinggian 1000 m
Cahaya : cerah / banyak matahari
Catatan : toleran keragaman, mungkin muncul sepanjang musim, dapat
menghasilkan beberapa generasi dalam sekali musim, tanaman C4, dapat
beradaptasi lebih baik pada tanah yang lebih kering, dapat dimanfaatkan dalam
pembuatan tikar.
3.2 Alat Perkembangbiakan Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang sangat mudah tumbuh pada bermacam-


macam areal dan lokasi tanaman budidaya, hal itu menyebabkan gulma lebih unggul
bersaing dengan tanaman budidaya. Gulma mampu berkembangbiak baik secara
vegetatif maupun secara generatif yakni dengan biji: sebagian besar gulma
berkembangbiak dengan biji dan menghasilkan jumlah biji yang sangat banyak seperti
biji pada Amaranthus spinosus,Cynodon dactylon,Eragrostis amabilis. Biji- biji
gulma dapat tersebar jauh karena ukurannya kecil sehingga dapat terbawa angin,air,
hewan,dan sebagainya dengan demikian penyebarannya juga lebih luas. Adapula
terdapat bulu-bulu(rambut halus) yang menempel pada biji, sehingga biji ini mudah
diterbangkan oleh angin seperti pada biji Emilia sonchifolia,Vernonia sp, dan lainnya.
Disamping itu biji-biji gulma dapat bertahan lama didalam tanah(massa dormansi
yang panjang) bila situasi lahan tanahnya tidak memungkinkan untuk tumbuh.
Kemudian pada saatnya dapat tumbuh bila situasi sudah memungkinkan.
Biji gulma khususnya dari jenis semusim yang memegang peranan penting
dalam kaitannya dalam keberhasilan usaha pencegahan atau pengendalian gulma.
Jumlah biji yang mampu berkecambah dan tahan akan usaha pengendalian, akan
menetukan kerugian yang timbul pada tanaman pangan pada setiap musimnya.
Banyaknya biji yang berada didalam tanah atau yang lebih dikenal simpanan biji dan
jatuh kepermukaan tanah dari gulma yang tumbuh pada musim berikutnya, akan
menentukan apakah jenis gulma ini dapat hidup dan mempunyai potensi untuk
merugikan tanaman pangan yang akan tumbuh ditempat itu.
Oleh karenanya biji mempunyai peranan yang sangat penting dan bukan hanya
sebagai alat perbanyakan diri.
Empat peranan yang dimiliki biji dalam siklus hidup gulma adalah:
1. Sebagai alat penyebaran (dispersal)
2. Sebagai alat perlindungan terhadap keadaan yang tidak menguntungkan
untuk berkecambah dan tumbuh(dormansi).
3. Sebagai sumber makanan sementara bagi lembaga
4. Sebagai sumber untuk pemindahan sifat keturunan pada generasi
selanjutnya
Peranan-peranan tersebut secara bersamaan akan menentukan keberhasilan
gulma dalam menghadapi seleksi alam untuk menghasilkan berbagai jenis yang sesuai
untuk setiap habitat yang mempunyai faktor lingkungan yang berbeda.
1. Karakteristik biji
Biji didefinisikan sebagai sel telur masak yang telah dibuahi dan mempunyai
lembaga, persediaan makanan,dan lapisan pelindung. Biji mengandung semua
bahan yang dibutuhkan untuk memindahkan sifat keturunan yang diperoleh dari
keturunan indukny, dan mampu mempertahankan hidup kecambahnya
walaupun hanya untuk sementara sampai biji dapat menyerap makanannya
sendiri.
2. Ciri-ciri luar biji
Biji gulma memiliki ciri luar yang bervariasi dalam ukuran bentuk,warna,dan
detil bentuk permukaan
3. Ciri-ciri dalam biji
Ciri-ciri bagian dalam biji juga bervariasi seperti ciri-ciri bagian luar biji
perbedaan bagian dalam biji deapat berupa ciri-ciri dan letak lembaga, jumlah
persediaan makanan yang tersimpan dan komposisi kimiawi.
4. Jumlah biji
Setiap gulma mempunyai potensi untuk menghasilkan biji dengan jumlah yang
berbeda-beda tergantung keadaan lingkungan dimana gulma tersebut tumbuh.

Gulma merupakan tumbuhan yang sangat mudah tumbuh pada bermacam-


macam areal dan lokasi tanaman budidaya, hal itu yang menyebabkan gulma lebih
unggul bersaing dengan tanaman budidaya. Faktor tersebut didukung pula oleh cara
perkembangbiakan (reproduksi) gulma secara vegetatif yang bermacam-macam
seperti berikut :
1. Stolon

Adapula gulma yang dapat membentuk individu baru dengan stolon yaitu
bagian batang menyerupai akar yang menjalar di atas permukaan tanah. Dimana
batang ini terdiri dari nodus (buku) dan internodus (ruas), pada setiap nodus dapat
keluar serabut-serabut akar dan tunas sehingga dapat mebentuk individu baru. Contoh
gulma ini adalah: Paspalum conjugatum, Cynodon dactylon, dll.
2. Rhizome ( akar rimpang)
Yaitu batang beserta bagian-bagiannya yang manjalar di dalam tanah,
bercabang-cabang, tumbuh mendatar dan pada ujungnya atau pada buku dapat muncul
tunas yang membentuk individu baru.
3. Tuber (Umbi)

Umbi merupakan pembengkakan dari batang atupun akar yang digunakan


sebagai tempat penyimpanan atau penimbun makanan cadangan, sehingga umbi
tersebut bisa membesar. Pada beberapa bagian dari umbi tersebut terdapat titik (mata)
yang pada saatnya nanti bisa muncul atau keluar tunas yang merupakan individu baru
dari gulma tersebut. Contoh gulma ini adalah dari keluarga Cyperaceae, seperti:
Cyperus rotundus, Cyperus irinaria, dst.
4. Bulbus (Umbi Lapis)

Bulbus juga termasuk umbi yang merupakan tempat menyimpan makanan


cadangan tetapi bentuknya berlapis-lapis. Gulma golongan ini dapat ditemukan pada
keluarga Allium, contoh: Allium veneale (bawang-bawang).
5. Dengan Daun

Pada beberapa jenis gulma juga dapat berkembangbiak dengan daunnya yang
telah dewasa. Daun ini berbentuk membulat ataupun oval, pada pinggir daun bergerigi
atau terdapat lekukan yang nantinya tempat muncul tunas menjadi individu baru.
Contohnya: Calanchoe sp (cocor bebek), Ranunculus bulbasus.
6. Runner (Sulur)

Stolon yang keluar dari ketiak daun dimana internodianya (ruas) sangat
panjang, membentuk tunas pada bagian ujung. Contoh: Eichornia crassipes.
Sedangkan perkembangbiakan gulma secara generatif yaitu dengan:
1. Dengan Biji

Sebagian besar gulma berkembangbiak dengan biji dan menghasilkan jumlah


biji yang sangat banyak seperti biji pada Amaranthus spinosus, Cynodon dactylon,
Eragrostis amabilis. Biji-biji gulma dapat tersebar jauh karena ukurannya kecil
sehingga dapat terbawa angin, air, hewan dan sebagainya dengan demikian
penyebarannya juga lebih luas. Adapula terdapat bulu-bulu (rambut halus) yang
menempel pada biji, sehingga biji ini mudah diterbangkan oleh angina, seperti pada
biji Emilia sonchifolia, Vernonia sp, dll. Disamping itu biji-biji gulma dapat bertahan
lama di dalam tanah (masa dormansi yang panjang) bila situasi lahan tanahnya tidak
memungkinkan untuk tumbuh, kemudian pada saatnya dapat tumbuh bila situasi
sudah memungkinkan.
2. Spora

Ada juga beberapa gulma yang dapat berkembang biak dengan spora, dimana
spora ini bila telah matang dapat diterbangkan oleh angina. Contoh gulma ini
kebanyakan dari keluarga paku-pakuan seperti: Nephrolepsis bisserata, Lygopodiu sp,
dll.
Beberapa jenis gulma menahun mempunyai lebih dari satu organ perbanyakan
vegetatif. Contohnya: Cynodon dactylon(stolon dan rhizoma) dan Cyperus
rotundus(rhizom dan umbi). Areal pertanian yang didominasi oleh gulma parennial
yang mempunyai organ perbanyakan vegetatif relatif lebih sulit untuk dikendalikan.
Faktor yang mempengaruhi umur dan daya tahan hidup organ perbanyakan vegetatif:
kedalaman,temperatur,kekeringan,dan lain-lain.
o Peranan Reproduksi Vegetatif
1. Berperan penting dalam penyebaran dan perbanyakan jenis-jenis gulma menahun
tanpa adanya proses pembungaan.
2. Jenis-jenis gulma yang mempunyai organ perbanyakan vegetatif mampu bertahan
diri terhadap adanya gangguan yang berulang-ulang yang menghambat
pembungaan,pembentukan biji, dan pemancaraannya.
Gulma termasuk bijinya tidak dapat bergerak dengan kekuatannya sendiri
organ-organ reproduksi (generatif dan vegetatif) dapat disebarkan oleh
1. Manusia
2. Hewan
3. Angin
4. Air

1. Penyebaran oleh manusia.


Merupakan faktor utama penyebaran gulma dari stau tempat ke tempat lain
secara sengaja. Masuknya Eichornia crassipes mikania micrantha ke indonesia tidak
sengaja melalui hasil tanaman, benih, makan ternak, dan jerami.

2. Penyebaran oleh Angin

Terjadi pada biji gulma yang mempunyai organ khusus seperti


sayap,parasut,bulu-bulu halus. Contoh tempuyung dan alang-alang.
3. Penyebaran oleh Air
Organ reproduksi (biji atau bagian vegetatifnya) atau berupa tumbuhan utuh
dapat terbawa hanyut bersamaan dengan aliran air hujan,irigasi,sungai dsb. Biji
tersebut mempunyai organ khusus yang mudah terapung. Air irigas merupakan
sumber terpenting dari masuknya gulma ke suatu daerah.
Umumnya kebanyakan gulma bereproduksi dengan biji. Itu terjadi pada gulma
semusim Gulma semusim didefinisikan sebagai suatu gulma yang menghabiskan satu
siklus hidupnya dalam satu musim (umumnya satu tahun). Biji khususnya dari jenis-
jenis gulma semusim mempunyai peranan penting dalam kaitannya dengan
keberhasilan usaha-usaha pencegahan dan pengendalian gulma. Banyaknya biji yang
mampu berkecambah dan tahan terhadap pengendalian akan menentukan besarnya
penurunan produksi tanaman pada tanaman yang dibudidayakan (khususnya tanaman
semusim) pada tahun berikutnya.
Demikian juga banyaknya biji dalam tanah yang dikenal dengan ”simpanan biji”
(seed bank) dan banyaknya biji yang masuk ke dalam tanah akan menentukan
besarnya potensi gangguan di lahan tersebut. Dikarenakan gulma semusim merupakan
gulma berumur pendek, maka produksi biji dari gulma semusim biasanya sangat
banyak. Berbeda dengan jenis gulma menahun yang menggunakan organ-organ
vegetatifnya untuk bereproduksi. gulma setahun (gulma semusim, annual weeds)
merupakan jenis gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari
satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai memproduksi
biji dan kemudian mati). Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis gulma setahun,
contohnya Echinochloa crusgalli, Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis,
Limnocharis flava, Fimbristylis littoralis dan lain sebagainya.

Reproduksi Generatif Dan Vegetatif, Produksi, Simpanan Dan Pemecaran Biji


Keberhasilan suatu jenis organisme dalam berevolusi biasanya di ukur dari
banyaknya jumlah individu yang dihasilkan, luas daerah di permukaan bumi yang
dikuasainya,macam-macam habitat yang ditempati, dan potensi untuk menurunkan
sifat-sifat genetis yang sama ke generasi berikutnya
Ada tiga kriteria umum yang dapat digunakan untuk menjelaskan vegetasi
gulma dalam kaitanyya dengan hal yang di atas , yaitu:
1. mempunyai daya reproduksi yang tinggi
2. Pemencaran biji yang luas
3. Pertumbuhan yang cepat
Biji gulma khususnya dari jenis semusim yang memegang peranan penting
dalam kaitanyya dalam keberhasilan usaha pencegahan atau pengendalian gulma .
jumlah biji yang mampu berkecambah dan tahan akan usaha pengendalian, akan
menentukan kerugian yang timbul pada tanaman pangan pada setiap musimnya.
Banyaknya biji yang ada di dalam tanah atau yang lebih dikenal simpanan biji dan
jatuh kepermukaan tanah dari gulma yang tumbuh pada musim berikutnya,akan
menentukan apakah jenis gulma ini dapat hidup dan mempunyai potensi untuk
merugikan tanaman pangn yang akan tumbuh di tempat itu.Oleh karenanya biji
mempunyai peranan yang sangat penting dan bukan hanya sebagai alat perbanyakan
diri.
Empat peranan yang dimiliki biji dalam siklus hidup gulma adalah :
 Sebagai alat penyebaran ( dispersal)
 Sebagai alat perlindungan terhadap keadaan yang tidak menguntungkan
untuk berkecembah dan tumbuh ( dormansi)
 Sebagai sumber makanan sementara bagi lembaga
 Sebagai sumber untuk pemindahan sifat keturunan pada generasi
selanjutnya.

Peranan-peranan tersebut secara bersamaan akan menentukan keberhasilan


gulma dalam menghadapi seleksi alami untuk menghasilakn berbagai jenis yang
sesuai untuk setiap habita yang mempunyai faktor lingkungan yang berbeda .
1. Karakteristik biji
Biji di defenisikan sebagai sel telur masak yang telah dibuahi dan mempunyai
lembaga , persediaan makanan dan lapisan pelindung.Biji mengandung semua bahan
yang dibutuhkan untuk memindahkan sifat keturunan yang diperoleh dari tumbuhan
induknya, dan mampu mempertahankan hidup kecambahnya walaupun hanya untuk
sementara sampai biji dapat menyerap makanannya sendiri.
a. Ciri-ciri luar biji
Biji gulma mempunyai ciri luar yang sangat bervariasi dalam ukuran bentuk,
warna, dan detail bentuk permukaan..biji yang berukuran paling kecil adalah Striga
asiatica sedangkan biji yang berukuran paling besar yaitu Momordica charantia
b. Ciri-ciri dalam biji
Ciri-ciri bagian dalam biji juga bervariasi seperti ciri-ciri bagian luar biji.
Perbedaan bagian dalam biji dapat berupa ciri-ciri dan letak lembaga , jumlah
persediaan makanan yang tersimpan dan komposisi kimiawi.
Perbedaan yang paling jelas dari ciri-ciri pada lembaga adalah jumlah
kotiledon.pada lembaga tumbuhan monokotil terdapat satu buah kotiledon sedangkan
pada tumbuhan dikotil terdapat duah buah kotiledon.
c. Jumlah biji
Setiap jenis gulma mempunyai potensi untuk menghasilkan biji dengan jumlah
yang berdeda-beda.kemampuan ini bergantung pada keadaan lingkungan dimana
tanaman itu hidup.
Sebagai contohnya adalah bayam liar (Amaranthus viridis) yang menghasilkan
variasi jumlah biji dari hanya puluhan (pada tanah yang tandus) hingga ribuan (pada
tanah yang subur) .hampir semua gulma yang di anggap penting yang memiliki
potensi pembentukan biji yang tinggi.satu individu pada suatu jenis tumbuhan di
anggap mempunyai potensi untuk menghasilkan populasi yang mempunyai daya
kompetisi yang tinggi jika biji yang dihasilkannya menyebar secara merata pada suatu
daerah dan mempunyai tingkat perkecambahan yang tinggi di tiap musimnya.
Jumlah biji yang ada dan berkecambah mungkin tidak cukup untuk melakukan
persaingan dengan tanaman pangannya, akan tetapi,mereka masih dapat menghsilkan
biji yang mampu untuk bersaing pada musim berikutnya. Hampir semua jenis gulma
semusim mengalokasikan sumber daya yang ada guna pembentukan biji di mana
perilaku ini tidak terjadi pada gulma menahun.
1. Biji Bebas Hama dan Penyakit
Biji dari hampirsemua jenis gulma pada umumnya hanya mempunyai sedikit
hama dan penyakit yang dapat merusak,bila dibandingkan dengan biji tanaman bukan
gulma.Jenis gulma pemula tidak begitu di sukai oleh hama dan penyakit dibandingkan
dengan jeni gulma yang dijumpai pada fase pertengahan atau akhir dari suatu
suksesi.Walaupun demikian , ada juga beberapa penyakit dan hama yang hidupnya
bergantung pada adanya gulma sebagai tumbuhan inang sementara.Oleh karenanya,
jenis inang semusim biasanya di jumpai di setiap musim atau kadang kala di jumpai
setiap saat di sepanjang tahun yang mana menjdi inang sementara dari beberapa jenis
hama dan penyakit yang menyerang tanaman pangan.
2. Pemasukan Biji dari Luar
Kontaminasi benih di negara berkembang termasuk indonesia, dengan biji
gulma sebagai sumber utama yang menambah besarnya simpanan biji dalam
tanah,merupakan masalah yang sering di alami oleh petani.Pengguna biji berkualitas
tinggi (kemurniannya) akan dapat mengurangi masalah ini.Akan tetapi,pemanenan
yang dilakukan secara mekanis kadang kala juga menambah kesulitan untuk
mendapatkan benih murni,Jika dibandingkan dengan pemanenan secara tradisional .
Burung dan beberapa jenis hewan lain ,air dan angin merupakan alat untuk
penyebaran biji gulma dari suatu daerah ke daerah lainnya.Gulma dan bijinya
mempunyai sejumlah ciri yang dapat beradaptasi untuk mengatasi penyebaran
Beberapa jenis gulma mempunyai biji yang siap untuk melekat pada hewan atau
manusia sehingga dapat terbawa ketempat lain.populasi biji gulma dalam tanah sangat
bervariasi jumlahnya tergantung dari komposisi jenis gulma yang tumbuh diatasnya
dan sejarah dari tanah itu sendiri. Apabila tanah pada mulanya digunakan sebagai
peternakan, maka sebagian besar dari biji yang ada merupakan biji gulma yang
biasanya dijumpai pada daerah peternakan, dan begitu pula untuk daerah peternian
dan daerah lainnya. Dalam mempelajari pola produksi biji, penyebaran dan
penyimpanan,disetiap tahapan subtensi akan dijumpai jenis-jenis pemula yang
mempunyai simpanan biji cukup besar jika dibandingkan dengan jenis pertengahan
atau akhir.

A. Reproduksi Biji Gulma

Gulma mampu berkembangbiak secara vegetatif maupun generatif dengan biji


yang dihasilkan. Secara vegetatif antara lain dengan rhizoma, stolon,
tuber,bulbus,corn dan runner.

1. Reproduksi Generatif
Reproduksi generatif pada gulma dengan melalui spora dan
biji,perkembangbiakan secara spora terjadi pada golongan pakis-pakisan, misalnya
pada Cyclosorus aridus .Berdasarkan sifat botaninya gulma digolongkan ke dalam
golongan monocotyledone ( berkeping satu), golongan dicotyledone ( berkeping dua).
sedangkan pembiakan melalui biji banyak dilakukan oleh gulma semusim dan
beberapa gulma dwi tahunan.Pada kondisi yang tidak menguntungkan biji akan
mengalami dormansi yang merupakan sifat penting untuk mempertahankan dan
melestarikan hidup gulma Dalam keadaan dormansi, biji dapat bertahan untuk jangka
waktu yang cukup lama dengan melakukan aktifitas metabolisme yang minimal.
Peranan biji khususnya gulma semusim, biji berperan penting dalam kaitannya
dengan keberhasilan usaha-usaha pencegahan dan pengendalian.
Biji terdiri dari: embrio , Cadangan makanan dan Kulit biji. Dormansi dapat
dibedakan menjadikan 3 macam yaitu:
a. Innate dormancy
Dormansi ini bersifat genetik yang antara lain dpat disebabkan : kulit biji yang
hipermeable, hambatan kimiawi dalam kulit biji, dan embrio yang rudimenter
b. Induced dormancy
Dalam keadaan sempurna menguntungkan biji tumbuh sempurna, namun
menjadi dorman akibat karena keadaan kurang menguntungkan.
c. Enforced dormancy
Biji menjadi dorman karena faktor tidak menguntungkan dan kemudian akan
segera tumbuh normal, bila faktor penghambat dihilangkan. Biji gulma akan
berkecambah apabila faktor pertumbuhan seperti air, gas, temperatur dan cahaya
terpenuhi. Air diperlukan menjalankan aktifitas metabolisme dan perkembangan sel
tumbuhan . demikan juga dengan gas, temperatur dan cahaya memegang peranan
penting dalam memacu aktifitas metabolisme. aktifitas suatu gulma.
Gulma akan berkembang dengan cepat apabila faktor seperti cahaya, unsur hara,
air, gas dan tempat hidup dapat dipenuhi secara maksimal.didalam suatu ekosistem
gulma tidak hidup secara tunggal, melainkan hidup bersama-sama dengan tumbuhan
lain atau tanaman lain, sehingga untuk melakukan faktor tersebut harus melakukan
persaingan. Persaingan akan terjadi bila timbul interaksi antara lebih dari satu
tumbuhan . interaksi adalah peristiwa saling tindak antar tumbuhan tersebut.
3. Reproduksi Vegetatif
Perbanyakan vegetatif ialah prinsip perkembangbiakan bagi sebagian besar
gulma tahunan. Gulma yang memperbanyak diri secara vegetatif sulit untuk
dikendalikan karena banyak memiliki organ vegetatif dorman di dalam tanah.Seperti
juga perbanyakan sexual,perbanyakan secara vegetatif dapat dimulai selama fase
pertumbuhan awal tanaman. Selambat-lambatnya tiga minggu setelah umbi
Beberapa bentuk organ vegetatif yang banyak ditemukan dalam perbanyakan
jenis-jenis gulma menahun:
1. Rhizoma (Rimpang)
Batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah bercabang-cabang dan
tumbuh mendatar,dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang mucul di atas tanah dan
dapat merupakan tumbuhan baru. Rimpang di samping merupakan alat perkembiakan
juga merupakan tempat penimbunan zat makanan cadangan.dan termasuk batang
berbentuk tabung, mempunyai buku, ruas, tumbuh menjalar di bawah permukaan
tanah. Contoh: Alang-alang (Imperata cylindrica),Imperata
cylindrica (ilalang), Rumput kakawatan (Cynodon dactylon)
2. Stolon
Batang yang menjalar di atas permukaan tanah yang setiap nodia dapat
membentuk akar dan tunas untuk membentuk individu baru, dan mempunyai ciri-ciri
seperti Batang silindris, mempunyai buku dan ruas; menjalar di permukaan
tanah. Pada beberapa jenis gulma, stolon menjalar di permukaan air, misalnya
:Cynodon dactylon , Digitaria adcendens ,Axonopus compressus ab, Eichornia
crassipes
3. Runner
Stolon yang internodianya sangat panjang membentuk tunas pada ujung.Batang
yang tumbuh di ketiak daun pada dasar tajuk dan menjalar dipermukaan tanah.
Contoh: Tapak limau (Elephantopus scaber) dan Eichornia crassipes.

4. Umbi batang
Pangkal batang yang membengkak dan mempunyai mata
tunas. Contoh: Caladium sp.
5. Umbi akar
Ujung dari rhizoma yang membengkak dan merupakan cadangan makanan serta
mempunyai tunas ujung. Contoh: Cyperus rotundus dan Cyperus esculentus
6. Umbi lapis ( Bulbus)
Umbi ini memperlihatkan susunan yang berlapsi-lapis,yaitu terdiri atas daun-
daun yang telah menjadi tebal ,lunak, dan berdaging,merupakan bagian umbi yang
menyimpan zat makanan cadangan,sedangkan batangnya sendiri hanya merupakan
bagian yang kecil pada bagian bawah umbi lapis itu,di antara lapisan tersebut terdapat
tunas yang dapat tumbuh, atau Batang yang memendek, mempunyai lapisan-lapisan
berdaging. Misalnya: Allium veneale ( bawang –bawangan).

7. Corn
Batang yang gemuk, pendek berdaging dan terdapat dalam tanah yang
dilapisi daun yang mereduksi menjadi sisik dan terdapat tunas yang
tumbuh,misalnya : Ranumculus bulbasus.

Beberapa jenis gulma menahun mempunyai lebih dari satu organ perbanyakan
vegetatif.Contoh: Cynodon dactylon (stolon dan rhizoma) dan Cyperus
rotundus (rhizome dan umbi) Areal pertanian yang didominasi oleh gulma
perennial yang mempunyai organ perbanyakan vegetatif relatif lebih sulit untuk
dikendalikan.Faktor yang mempengaruhi umur dan daya tahan hidup organ
perbanyakan vegetatif
Kedalaman
 Pada Sorghum halepense, hanya pada kedalaman 20 cm Rhizomanya masih
bertahan hidup, pada kedalaman kurang dari ini semua mati akibat suhu rendah
dimusim dingin.
 Pada Agropyron repens dan Cyperus esculentus kedalaman lebih dari 2.0 – 2.5
cm berpengaruh nyata terhadap peningkatan daya tahan hidupnya.
·
Temperatur
 Pada suhu -4oC semua umbi Cyperus esculentus masih dapat bertahan hidup pada
-10oC semuanya mati.
·
Kekeringan
 Organ perbanyakan vegetatif lebih peka terhadap kekeringan dibandingkan
dengan organ generatif.
 Pada Sorghum halapense pengeringan hingga kandungan air tinggal 40% dapat
mematikan semua rhizoma.

Interaksi beberapa faktor


 Suhu dan kelembaban saling berinteraksi dalam mempengaruhi daya tahan hidup
organ perbanyakan vegetatif.

Peranan Reproduksi Vegetatif


Ø Berperan penting dalam penyebaran dan perbanyakan jenis-jenis gulma menahun
tanpa adanya proses pembungaan.
Ø Jenis-jenis gulma yang mempunyai organ perbanyakan vegetatif mampu bertahan
diri terhadap adanya gangguan yang berulang-ulang yang menghambat pembungaan,
pembentukan biji, dan pemencarannya. Imperata cylindrica, Cyperus rotundus, dan
Eichornia crassipes adalah jenis gulma berbahaya yang dominan di negara tropis

B. PRODUKSI BIJI GULMA


Pembungaan pada sebagian besar gulma semusim telah di mulai5 minggu
setelah tanam dan bersamaan dengan produksi anakan, tunas dan daun yang
cepat,lamanya periode perbanyakan cukup lama dan bunga dihasilkan terus-menerus
akibatnya masaknya biji juga terus menerus,suatu gambaran yang unik,tidak sama
dengan tanaman dimana masaknya biji pada waktu yang hamper bersamaan.
Biji gulma jarang ukuranya besar tetapi cukup mengagumkan bagaimana
efesiensinya biji mengsuplai makanan selama periode awal kritis pertumbuhan,suplai
pangan dilakukan sesegera dan sebanyak mungkin sehingga memaksa gulma segera
memasuki pertumbuhan mandiri,dan menjadi pesaing bagi tanaman disekitarnya.

Faktor utama yang mempengaruhi produksi biji


1. Pertumbuhan vegetative
 Besarnya pertumbuhan vegetative menetukan banyaknya produksi biji
 Pada gulma rerumputan ,tangkai bunga muncul secara terminal , dan jumlah
anakan dan cabang menentukan jumlah tangkai bunga yang dihasilkan.
 Pada tanaman dikotil, bunga mungkin muncul di ketiak daun,jumlah daun,
selanjutnya mempengaruhi jumlah bunga potensial,buah dan biji yang dihasilkan.
2. Ketersediaan unsur hara
 Ketersedian dan kecukupan sumber dari sarana pertumbuhan bagi gulma untuk
pertumbuhan vegetaif menjadi factor kritis yang mempengaruhi kapasitas
reproduksi.
 Pada kondisi persaingan yang berat terhadap unsure hara,air,cahaya,dan tempat
dengan tanaman,kapasitas reproduksi gulma akan menurun drastis.
3. Temperatur
Temperatur mempunyai pengaruh yang berbeda-beda pada perbanyakan sexsual
gulma,dan juga mempengaruhi proses fisiologi dan biokimia pada tubuh
gulma,pengaruh langsung dari tmperatur pada pembungaan dan produksi bii
terkait dengan respon proses penyerbukan akibat perubahan temperatur.
4. Zat pengatur pertumbuhan
Pengatur pertumbuhan mungkin mengurangi atau meningkatkan jumlah biji
tanaman yang dapat dihasilkan, dan ini bergantung pada jenis bahan
kimia,konsentrasi dan waktu aplikasi.

C. SIMPANAN BIJI GULMA

Ø Simpanan Biji dalam Tanah (Seed Bank)


Pada kebanyakan lahan pertanian terdapat biji-biji gulma yang sewaktu-waktu
dapat berkecambah dan tumbuh bila keadaan lingkungan menguntungkan.Seed bank
berasal dari:
gulma yang tumbuh sebelumnya Biji yang masuk dari luar Seed Bank
berkurang karena:
Biji yang mati , Biji yang berkecambah ,Terbawa ke luar , Banyaknya biji gulma
dalam tanah bervariasi antar habitat. Lahan pergunakan secara intensif umumnya
mempunyai simpanan biji gulma dalam tanah yang lebih besar dibandingkan dengan
lahan-lahan yang baru dibuka Faktor yang paling penting dalam suatu populasi gulma
di suatu daerah pertanian atau habitat-habitat lainnya adalah biji-biji gulma yang
berada dalam tanah yang dihasilkan oleh gulma yang tumbuh sebelumnya. Pada
kebanyakanlahan pertanian terdapat biji-biji gulma yang sewaktu-waktu dapat
berkecambahdan tumbuh bila keadaan lingkungan menguntungkan.

D. PEMENCARAN BIJI
Pemencaran Tumbuhan dengan Bantuan Faktor Luar Penyebaran biji pada
tumbuhan pada umumnya menggunakan bantuan angin, hewan, air dan udara.
Dengan adanya bantuan tersebut, tumbuhan dapat memperluas daerah tumbuhnya
dan menjaga kelestarian spesiesnya.

Cara pemencaran dengan bantuan factor luar:


a. Anemokori
Anemokori adalah pemencaran biji dengan bantuan angin. Hembusan angin
dapat membawa spora atau biji pergi meninggalkan induknya untuk menemukan
daerah baru yang cocok dan sesuai dengan habitat sebelumnya, untuk tumbuh menjadi
tumbuhan baru.
Ciri alat pemencaran pada cara ini:
1 Biji kecil dan ringan, contohnya biji anggrek (Orchidaceae) dan spora jamur.
2 Biji berbulu atau berambut, contohnhya alang-alang (Imperata cylindrical) dan
kapuk (Ceiba pentandra).
3 Biji bersayap, contohnya mahoni (Switenia sp) dan dammar (Agathis alba).
4 Buah bersayap, contohnya meranti dan tengkawang (famili Dipterocarpaceae).
5 Biji terpencar karena tangkainya tergoyang angin dan keluar lewat lubang atau
celah pada biji. Mekanisme ini disebut pendupaan, misalnya pada opium
(Papaver).
b. Hidrokori
Hidrokori adalah proses pemencaran menggunakan bantuan air. Hidrokori dapat
terjadi melalui air sungai maupun air laut. Proses ini dapat membawa biji yang
memiliki ciri pada umumnya ringan dan embrio/lembaga yang mempunyai pelindung
baik menjauh dari induknya. Tanaman yang disebarkan dengan cara ini biasanya
mempunyai struktur buah dengan 3 lapis kulit, yaitu eksokarp yang licin dan berkilat
sehingga kedap air, mesokarp yang tebal dan banyak rongga udara sehingga ringan,
dan endokarp yang keras dan kuat sebagai pelindung lembaga yang ada di dalamnya.
Contohnya kelapa (Cocosnucifera), nyamplung (Calophylum sp.), eceng gondok,
teratai, dan bakau.
c. Zookori
Zookori adalah pemencaran dengan bantuan hewan. Cara pemencaran ini dapat
dibedakan lagi sebagai berikut.
1. Ornitokori
Pemencaran ini terjadi dengan perantara burung. Biasanya biji tanaman ini tidak
dapat dicerna dan akan keluar berwama kotoran burung. Contohnya beringin
(Ficus benjamina), talok (Muntingia calabora, dan benalu (Loranthus sp.).
2. Kiropterokori
Kiropterokori merupakan pemencaran dengan perantara kelelawar (codot dan
kalong). Tumbuhan yang pemencarannya seperti ini buahnya berdaging dan dapat
dimakan oleh kelelawar, contohnya jambu biji (Psidium gunjava), dan papaya
(Papaya sp).
3. Entomokori
Pemencaran ini terjadi dengan perantara serangga. Biasanya terjadi pada
tumbuhan berbiji kecil dan berlemak, misalnya wijen (Sesamum) dan tembakau
(Nicotiana).
4. Mammokori
Pemencaran ini melalui bantuan hewan menyusui selain manusia. Pemencaran
mammokori dibagi 2, yaitu endozoik, cara pemencarannya melaui feses hewan yang
memakan buah tumbuhan tersebut. Misalnya pada biji kopi, arbei, jambu biji,
delima. Eksozoik, cara pemencarannya melalui biji yang melekat pada bulu-bulu
binatang.
d. Antropokori
Antropokori merupakan pemencaran dengan perantara manusia. Tumbuhan
yang memencar dengan cara ini dapat menyebar pada area yang sangat luas.
Pemencaran cara ini dapat dibedakan sebagai berikut.
1 Pemencaran secara sengaja
Pemencaran tumbuhan terjadi sesuai dengan kepentingan manusia terhadap
tumbuhan tersebut. Contohnya kopi dan kelapa sawit yang berasal dari Afrika
sekarang ada di Indonesia.
2. Pemencaran secara tidak sengaja
Pemencaran ini terjadi karena tanpa sengaja terbawa, misalnya biji rumput-
rumputan yang menempel di baju atau celana waktu melewatinya. Pemencaran
seperti ini disebut eksozoik.

Penyebaran Gulma
Tidak seperti hewan, tumbuhan termasuk bijinya tidak dapat bergerak dengan
kekuatannya sendiri. Organ-organ reproduksi (generatif dan vegetatif) dapat
disebarkan oleh
(1) manusia,
(2) hewan,
(3) angin dan
(4) air.

1. Penyebaran oleh manusia


Merupakan faktor utama dalam penyebaran gulma dari satu tempat ke tempat
lain.
Secara sengaja :masuknya Eichornia crassipesMikania micrantha ke Indonesia
Tidak sengaja :Melalui hasil tanaman, benih, makanan ternak, dan jerami
2. Penyebaran oleh angin
Terjadi pada biji gulma yang mempunyai organ khusus seperti sayap,
parasut, bulu-bulu halus . Contoh: tempuyung (Sonchus arvensis) dan alang-alang
(Imperata cylindrica).
Biji berukuran kecil seperti dari keluarga Orchidaceae, Orobanceae,
Striga spp juga dapat mudah terbawa angin ke tempat lain.
3. Penyebaran oleh air
Organ reproduksi (biji atau bagian vegetatifnya) atau berupa tumbuhan utuh
dapat terbawa hanyut bersamaan dengan aliran air hujan, irigasi, sungai dsb. Biji
tersebut mempunyai organ khusus sehingga mudah terapung. Air irigasi merupakan
sumber terpenting dari masuknya biji gulma ke suatu daerah.
4. Penyebaran melalui mekanisme pecahnya biji
Buah masak karena masak atau terkena air Kemudian terlempar ke luar
Umumnya dari famili leguminose, contoh: Mimosa pudica
Penyebaran oleh Manusia merupakan actor utama dalam penyebaran gulma dari
suatu tempat ke tempat lain. Dalam hal penyebaran ini manusia dapat melakukan
secara langsung dan secara sengaja atau tidak sengaja. Manusia sering kali
memasukkan jenis tumbuhan dari suatu tempat ke tempat lain untuk keperluan
penelitian, perdagangan, hobi dan tujuan lainnya. Penyebaran secara tidak sengaja
biasanya terjadi melalui hasil tanaman, benih, makanan ternak dan jerami. Penyebaran
gulma melalui benih tanaman yang terkontaminasi lebih sering terjadi. Pemanenan
secara mekanis lebih memperbesar kemungkinan terjadinya kontaminasi benih
dengan biji gulma Di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia kontaminasi
benih dengan biji-biji gulma merupakan sumber utama yang menambah
besarnyasimpanan biji dalam tanah. Penggunaan benih yang berkualitas dan
penerapan sertifikasi benih akan dapat mengurangi masalah ini. Makanan ternak juga
banyak mengandung organ-organ reproduksi gulma. Meskipun pencernaan hewan
dapat mematikan biji gulma, tetapi sebagian masih viabel. Jerami yang digunakan
untuk makanan ternak atau mulsa juga seringkali mengandung biji gulma. Perlu
diingat bahwa bila suatu lahan terinfestasi oleh gulma tertentu, penambahan biji jenis
gulma tersebut tidak memberikan pengaruh yang besar;tetapi bila lahan tersebut masih
belum terinvestasi maka masuknya beberapa butir biji saja sudah cukup untuk
menginvestasi lahan tersebut Penyebaran oleh Hewan Biji beberapa jenis gulma
mudah melekat pada bagian luar tubuh hewan maupun manusia; dan terbawa dari
suatu tempat ke tempat lain. Penyebaran melalui bagian luar hewan ini disebut
”epizoochory”. Penyebaran gulma oleh hewan juga dapat terjadi setelah melalui
bagian dalam atau pencernaannya (endozoochory) seperti telah dikemukakan tidak
semua biji gulma dapat matisetelah melalui pencernaan hewan. Penyebaran oleh
Angin Biji beberapa jenis gulma mempunyai organ khusus seperti sayap, parasut dan
sebagainya yang memudahkannya untuk terbang terbawa angindari satu tempat ke
tempat laun. Beberapa biji jenis gulma yang menyebar dengan cara ini antara lain
tempuyung (Souchus arvensis) dan alang-alang ( Imperata cylindrica).Biji-biji gulma
yang berukuran kecil seperti biji dari keluarga Orchidaceae, Orobancheae,Striga spp
dapat mudah terbawa angin dari satutempat ke tempat lain
Penyebaran oleh Air Organ reproduksi gulma berupa biji atau bagian
vegetatifnya atau berupa tumbuhan utuh dapat terbawa hanyut bersama-sama dengan
aliran air hujan,air irigasi, sungai dan sebagainya. Biji-biji beberapa jenis gulma
mempunyai organ khusus yang menyebabkannya mudah terapung sehingga mudah
terbawa aliran.Biji gulma mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap
perendaman.Sebagian diantaranya mempunyai ketahanan dalam air cukup lama.
Penyebaran gulma

 Penyebaran gulma biasanya tidak dikehendaki keberadaannya karena memiliki


pengaruh yang negatif terhadap tanaman pertanian.Tanaman gulma mempunyai daya
kompetisi yang sangat tinggi sehingga gulma dianggap sebagai tanaman yang
merugikan manusia karena daya kompetisinya tinggi yang dapat menurunkan hasil
panen.Kompetisi semacam ini dapat berupa kompetisi ruang, air, hara, maupun
cahaya.
 Gulma sebagai rumah inang sementara dari penyakit atau parasit tanaman
pertanian yang disebabkan oleh banyak penyakit, parasit, dan hama yang tidak hanya
hidup pada tanaman pertanian saja, tetapi juga pada gulma khususnya yang secara
taksonomi erat kaitannya. Penyebaran dan pengendalian gulma dapat menyebabkan
kurangnya mutu hasil pasca panen. Beberapa bagian dari gulma yang ikut terpanen
akan memberikan pengaruh negatif terhadap hasil panenan (pasca panen). Misalnya
dapat meracuni, mengotori, menurunkan kemurnian, ataupun memberikan rasa dan
bau yang tidak asli.
 Adanya tanaman gulma dalam jumlah populasi yang tinggi akan menyebabkan
kesulitan dalam melakukan kegiatan pertanian dan menghambat kelancaran aktivitas
pertanian. Misalnya pemupukan, pemanenan dengan alat-alat mekanis, dan lain-lain
(Nasution, 1986).

Penyebaran Gulma Berdasarkan Faktor Penyebab Terjadi Persebaran


Dibedakan Menjadi 5,Yaitu:

1. AUTOCORY
2. Merupakan kelompok gulma yang penyebarannya bisa terjadi secara mandiri
tanpa melibatkan faktor luar,
3. Termasuk gulma yang dalam familia Leguminosae,
4. Biji berada dalam polong,
5. Ketika polong tua, akan pecah dan biji terlempar keluar sehingga menyebar
6. Penyebaran tidak dapat jauh / terbatas
Contoh: Cleome aspera, Mimosa pudica, Crotalaria

2. HIDROCORY
1. Penyebaran gulma karena adanya bantuan air
2. Organ perkembangbiakan gulma yang jatuh ke tanah / air dapat berpindah
karena adanya pergerakan air ( aliran )
3. Biasanya organ mempunyai ukuran kecil, ringan dan terapung ( berat jenis < 1
)
4. Organ dapat berupa biji, spora atau massa /individu
5. Kelompok gulma ini terutama pada gulma air ( aquatic weed )
Contoh: Limnocharis flava, Echinochloa, C. iria, Marsilea, Salvinea, Pistia,
Eichornia crassipes

3. ANEMOCORY
1. Penyebaran gulma karena adanya bantuanangin ( “ diterbangkan “ )
2. Organ dapat berupa biji atau spora
3. Ukuran organ sangat kecil dan sangat ringansehingga mudah berpindah
4. Biasanya dibantu oleh adanya alat pendukung pada organ ( papus, parasut )
5. Kelompok gulma ini terutama pada gulma familia Asteraceae
Contoh: Imperata cylindrica, Sonchus arvensis,Eupatorium odoratum, Ageratum
conyzoides, Mikania micrantha, dll

4. ZOOCORY
1. Penyebaran gulma karena adanya bantuan hewan
2. Agensia dapat berbentuk ternak atau hewan liar
3. Dapat terjadi melalui pencernakan makanan atau menempel karena mempunyai
alat perekat atau pengait.
 Melalui pencernakan ( biasanya biji )
Contoh : Ageratum, Cynodon, Echinochloa,Eleusine, Paspalum dll
 Melalui penempelan karena perekat
Contoh: Thyumphita laputa, Loranthus sp
 Melalui penempelan karena pengait
Contoh: Eragrostis sp, Stachytarphita indica, Temeda arquens, dll
5. ANTHROPOCORY
1. Penyebaran gulma karena bantuan manusia
2. Aktifitas manusia sengaja atau tidak sengaja ikut menyebarkan gulma
3. Tumbuhan sengaja ditanam tetapi perkembangan dan penyebaran tidak
terkendali karena :
 Memiliki nilai keindahan,
Contoh: Eichornia , Lantana camara
 Sebagai penutup tanah,
Contoh: Eupatorium, Drimeria
 Secara tidak sengaja gulma terbawa bahan pangan ,
Contoh: ( Echinochloa , Crotalaria )

Faktor-faktor lingkungan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan


penyebarluasan gulma
Faktor lingkungan yang mempengaruhi antara lain :
a. Faktor klimatik, meliputi cahaya, temperatur, air dan angin.

b. Faktor edafik, meliputi kelembaban tanah, aerasi , ph tanah, hara.

c. Faktor biotik, meliputi tumbuhan (tingkat tinggi dan rendah), hewan (makro dan
mikro

Setiap jenis tumbuhan memperlihatkan reaksi yang berbeda-beda jika


lingkungan yang di tumbuhinya mengalami gangguan oleh manusia. Beberapa jenis
di antaranya dapat bertambah banyak dengan adanya gangguan, beberapa jenis
lainnya akan berpindah atau mati untuk kemudian digantikan oleh jenis-jenis
lainnya. Ada tiga kelompok vegetasi berdasarkan derajat asosiasinya dengan tingkat
gangguan atau kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia. Tumbuhan liar biasanya
tumbuh secara alami di tempat-tempat yang tidak mengalami gangguan. Jenis-jenis
ini merupakan penguasa segala tempat dengan cepat, dan jika tidak mengalami
gangguan jenis-jenis ini akan bermunculan silih berganti sehingga tercapainya
populasi yang stabil dan dalam keadaan seimbang. Jika habitat terusmenerus
mengalami gangguan, maka jenis-jenis yang berbeda dengan jenis-jenis di atas akan
bermunculan dan menetap. Jenis-jenis ini dapat dikelompokkan menjadi gulma dan
tanaman budidaya.
Dari semua jenis kelompok tumbuhan ini tidak satupun yang dapat
mengalahkan tumbuhan liar dalam penguasaan habitat. Gulma dapat masuk dan
tumbuh di daerah yang baru mengalami gangguan, tetapi pada umumnya akan
digantikan oleh tumbuhan liar jika daerah ini tidak mengalami gangguan lebih lanjut.
Tanaman budidaya dapat bersifat gulma dan sebaliknya gulma sering juga
ditanam sebagai tanaman pokoknya seperti menjadi tanaman hias, tanaman obat, dan
lain-lain. Perbedaannya ialah gulma tidak memerlukan perbanyakan secara buatan
seperti yang dilakukan pada tanaman budidaya. Oleh karena itu, gulma dapat tumbuh
dan menguasai habitat yang telah mengalami gangguan tanpa bantuan manusia
sedangkan pada tanaman budidaya dibutuhkan bantuan yang terus-menerus untuk
perbanyakan dan penyediaan habitatnya yakni dengan pengolahan tanah.
Gulma dapat muncul, tumbuh dan memberikan respons terhadap gangguan yang
ditimbulkan manusia dengan 3 cara:
1. dari tumbuhan liar yang telah beradaptasi dan mengalami seleksi pada habitat yang
mengalami gangguan terus-menerus,
2. merupakan turunan dari hasil hibridisasi tumbuhan yang liar dengan jenisjenis yang
telah dibudidayakan, dan
3. dari jenis-jenis yang semula dibudidayakan kemudian lama tidak digunakan atau
berpindah dari habitatnya yang semula.

Hampir semua jenis gulma berasal dari jenis-jenis yang liar kemudian masuk
habitat yang telah mengalami gangguan manusia. Sebagai buktinya, banyak sekali
jenis gulma yang penyebarannya di luar batas-batas penyebaran alaminya seperti
Imperata cylindrica, Digitaria sanguinalis, Taraxacum officinale, dan Panicum
repensi.
E. Seleksi C, S, Dan R
Konsep baru mengenai strategi tumbuhan dan alokasi sumberdaya dikemukakan
oleh J.P. Grime seorang ahli ekologi perbandingan tumbuhan, Universitas Sheffiield,
Inggris. Konsepnya merupakan perluasan seleksi r dan K di mana strategi semua jenis
tumbuhan mempunyai perpaduan antara strategi r dan K (Grime, 1979). Terdapat dua
faktor luar yang dapat membatasi jumlah bahan kering tumbuhan dalam suatu
lingkungan yang tertentu yaitu tekanan (stress) dan gangguan (disturbance). Grime
mendefinisikan tekanan sebagai fenomena luar yang membatasi produktivitas,
misalnya berkurangnya atau terbatasnya cahaya, air, zat hara, atau suhu yang
optimum. Gangguan merupakan kerusakan sebagian atau seluruhnya dari biomassa
tumbuhan yang ada sebagai akibat adanya kebakaran, pengolahan tanah,
pemangkasan, perumputan, dan lainlain. Seperti juga pada seleksi r dan K, luasan dari
kedua faktor itu sangat bervariasi. Jika kita anggap hanya ada dua luasan dari
gangguan dan tekanan yaitu yang tertinggi dan terendah makan akan terdapat empat
kombinasi tipe strategi tumbuh-tumbuhan yaitu:

Tabel 1. Respon Tumbuhan terhadap Tekanan dan Disturbance


Intensitas Disturbance Intensitas Tekanan

Tinggi Rendah

Tinggi Mortalitas Ruderal

Rendah Toleran terhadap Kompetitor


tekanan

Dari keempat kombinasi di atas, hanya tiga strategi evolusioner yang


mungkin dijumpai di alam yaitu ruderal, toleran terhadap tekanan dan kompetitor.
Kombinasi yang keempat yaitu yang mengalami gangguan dan tekanan yang tinggi
akan menyebabkan lingkungan menjadi tidak memungkinkan untuk dapat ditumbuhi
tumbuh-tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam masing-masing
kelompok strategi dapat ditandai dengan cara-cara beradaptasinya.vegetatif dan
reproduksi.
Jenis-jenis yang tahan terhadap tekanan akan mengurangi alokasi sumberdaya
yang ada untuk pertumbuhan vegetatif dan reproduksi. Jenis-jenis ini mempunyai
sifat-sifat yang mampu menumbuhkan individu-individu yang relatif dewasa pada
lingkungan yang terbatas dan tidak menguntungkan. Keterbatasan lingkungan dapat
ditimbulkan oleh faktor-faktor fisikal seperti timbulnya kekeringan atau banjir
ataupun faktor-faktor biotis seperti adanya tumbuhan jenis lain disekelilingnya yang
juga menggunakan sumberdaya yang ada. Jenis-jenis dengan strategi ini pada
umumnya dijumpai di lingkungan/habitat yang tidak produktif atau dapat juga pada
fase akhir dari suksesi yang terjadi di lingkungan yang produktif.
Jenis-jenis kompetitor mempunyai ciri-ciri mampu menggunakan sumberdaya
yang ada secara maksimum pada keadaan lingkungan yang produktif tanpa
mengalami gangguan. Jenis-jenis ini mempunyai fase pertumbuhan vegetatif yang
panjang dan sangat ekstensif. Banyak dijumpai selama fase awal dan pertengahan
suatu suksesi. Ruderal selalu dijumpai pada lingkungan yang mengalami gangguan
yang tinggi tetapi berpotensi produktif. Pada umumnya terdiri dari jenis herba yang
umumnya mempunyai umur yang pendek dengan produksi biji yang sangat tinggi.
Pengelompokkan yang berada dalam keadaan ekstrem. Mengingat bahwa hanya
beberapa jenis dari semua tumbuhan yang ada mempunyai sifat-sifat dari ketiga
pengelompokkan yang eksterm tadi. Pada tahun 1974 Grime telah menggunakan
teknik ordinasi segi tiga pada flora herba yang ada di Sheffield (Inggris). Meskipun
ada beberapa kendala yang dihadapinya, pola-pola yang konsisten bentuknya dari
penyebaran tumbuhan telah mempunyai afinitas yang sama dijumpai mengelompok
menjadi satu. Herba semusim (a) sering ditemukan pada sudut yang mendekati
ruderal, sedangkan lumut (e) dan beberapa perdu serta pohon (d) menduduki tempat
yang ekstrem dengan sumberdaya yang sangat terbatas (adanya tekanan dan
gangguan). Tidak ada bentuk hidup yang secara keseluruhan adalah kompetitor,
meskipun beberapa jenis herba menahun (c) dan beberapa pohon serta perdu tertentu
(d) yang menempati fase pertengahan suksesi mempunyai strategi yang mengarah ke
kompetitor.

E. Jenis- Jenis Ruderal yang Kompetitif

Jenis-jenis tumbuhan dengan adaptasi yang ruderal kompetitif biasanya


dijumpai pada habitat-habitat yang produktif di mana dominasi jenis-jenis kompetitor
telah dirusak oleh adanya gangguan. Gangguan yang sering kali terjadi dan sangat
berat dapat menyebabkan vegetasi yang ada hanya ditumbuhi oleh jenis-jenis ruderal.
Lingkungan yang dapat menguntungkan jenis-jenis ruderal kompetitif hanyalah yang
mengalami gangguan sekali atau dua kali dalam setahunnya atau selama siklus
hidupnya dan tidak mempengaruhi sebagian dari individu yang ada dalam komunitas.
Contoh dari habitat jenis ini adalah padang rumput yang mengalami kerusakan
musiman (misalnya rerumputan), daerah banjir, daerah yang sering mengalami erosi,
dan tepian sungai atau danau.
Daerah pertanian semusim juga termasuk ke dalam habitat seperti ini.
Tumbuhan yang mempunyai strategi ruderal kompetitif pada umumnya akan
mempunyai kecepatan pertumbuhan awal yang cepat, dan mempunyai masa kompetisi
yang terjadi sebelum waktu pembungaannya. Herba semusim seperti Ambrosia
artemisiifolia, Polygonum pensylvanicum merupakan beberapa contoh yang
mempunyai fase vegetatif yang relatif lama. Rumput-rumputan juga mampu
menghasilkan berat kering yang cepat dan tinggi. Pendayagunaan secara optimal dari
sumberdaya yang diserap dan produksi biji yang tinggi merupakan criteria utama bagi
jenis-jenis ruderal yang kompetitif. Banyak jenis tanaman pangan seperti gandum,
jagung, dan bunga matahari yang merupakan tumbuhan semusim yang mempunyai
kecepatan pertumbuhan awal dan menghasilkan indeks luas daun yang tinggi. Jenis-
jenis ini juga dapat dikelompokkan ke dalam ruderal yang kompetitif.

Jenis-jenis gulma semusim mempunyai peranan penting di dalam menurunkan


hasil produksi tanaman pertanian. Jenis-jenis ini pada umumnya dijumpai pada tanah-
tanah pertanian yang produktif dan mempunyai karakteristik yaitu pertumbuhan
vegetatifnya dengan plastisitas tinggi, kecepatan pertumbuhan awal yang tinggi dan
mempunyai fase pertumbuhan vegetatif yang lama baik sebelum maupun sesudah
masa pembungaan. Hampir semua jenis gulma ini mengalokasikan sebagian besar
sumberdayanya untuk menghasilkan biji. Ciri-ciri ini sesuai dengan karakteristik yang
dimiliki oleh jenis-jenis ruderal kompetitif. Meskipun banyak dari gulma yang
dikelompokkan ke dalam jenis ruderal kompetitif adalah gulma semusim, tetapi ada
beberapa jenis lainnya yang merupakan gulma menahun seperti Agropyron repens dan
Sorghum halepense. Jenis-jenis ini cenderung merupakan jenis tumbuhan yang
mempunyai stolon dan rizoma yang luas dan berkemampuan untuk pertumbuhan
secara vegetatif yang tinggi. Jenis-jenis ini mempunyai daya kompetisi yang tinggi
tetapi pada saat fase kecambahnya dapat dengan mudah digantikan oleh jenis-jenis
semusim yang lebih kompetitif terutama pada habitat yang sering mendapat gangguan.
Meskipun demikian, pengolahan tanah dapat mempercepat pertumbuhan dari bagian-
bagian vegetatifnya jika jenis-jenis ini sudah berada di daerah itu. Oleh karena itu,
adanya gangguan dapat mempercepat pertumbuhan dan penyebaran jenis-jenis ini.
Hampir semua jenis gulma yang sering ditemukan di lahan-lahan pertanian telah
beradaptasi guna memiliki ciri-ciri jenis ruderal kompetitif. Sebagai ruderal jenis-jenis
ini membutuhkan adanya gangguan yang berupa pengolahan tanah untuk
pertumbuhannya. Karena untuk memperoleh habitat yang selalu dalam keadaan
terganggu adalah tidak mungkin di samping adanya tanaman pangan yang tumbuh,
maka jenis-jenis gulma ini perlu juga untuk mengembangkan sifatsifat kompetitifnya.
Pada mulanya gulma pertanian adalah ruderal di habitat alaminya dan dengan
adanya pertanian yang dari skala evolusi manusia baru saja terjadi jenisjenis ini
kemudian mengembangkan sifat-sifat yang memungkinkan keberhasilanya pada
daerah-daerah yang mempunyai tingkat persaingan yang kuat dan sering kali
mendapat gangguan.

F. Kompetisi
Kompetisi dapat terjadi jika salah satu dari dua atau lebih organisme
yang hidup bersama-sama membutuhkan faktor lingkungan yang sangat terbatas
persediaannya dan tidak mencukupi bagi kebutuhan bersama. Dalam keadaan seperti
ini kedua organisme akan saling berinteraksi. Dengan membatasi definisi hanya
terhadap persaingan akan beberapa faktor lingkungan yang berasa dalam keadaan
terbatas jumlahnya, maka kompetisi dapat dibedakan dengan gangguan yang termasuk
di dalamnya alelopati yang akan dibahas terpisah. Konsep kompetisi selalu
disalahartikan sebagai hubungan antara gulma dan tanaman budidaya. Kompetisi
selalu diartikan sebagai periode di mana gulma tumbuh bersama-sama dengan
tanaman budidaya meskipun belum diketahui secara pasti apakah terjadi persaingan
di antara keduanya akan faktor-faktor pertumbuhan yang berada dalam jumlah yang
minimal. Sebagai akibatnya, kita cenderung untuk mengamati hanya pengaruh gulma
terhadap tanaman budidayanya dan tidak juga sebaliknya. Selanjutnya, kompetisi
akan diartikan sebagai interaksi yang terjadi sebagai akibat salah satu faktor
pertumbuhan berada dalam jumlah yang sangat terbatas bagi kebutuhan gulma
maupun tanaman budidaya.
3.3 Allelopaty

Sejarah Alelopati
Reaksi alelopati telah dikemukakan oleh Bapak Botani, Theophrastus, sejak
tahun 300 SM. Dia menuliskan tentang buncis yang dapat membunuh populasi gulma
di sekitarnya. Pada tahun 1 setelah Masehi, seorang cendikiawan dan naturalis Roma
bernama Gaius Plinius Secundus menuliskan tentang bagaiman buncis dan jelai dapat
berefek "menghanguskan" ladang. Selain itu, dia juga mengemukakan bahwa pohon
Walnut bersifat toksik (beracun) terhadap tumbuhan lain. Pada tahun 1832, Augustin
Pyramus De Candolle, seorang ahli botani dan naturalis mengemukakan bahwa tanah
dapat menderita "sakit" kemungkinan diakibatkan oleh senyawa kimia yang
dikeluarkan oleh tanaman. Penemuan mengenai alelopati semakin jelas ketika pada
tahun 1907-1909, dua orang ilmuwan bernama Schreiner dan Reed berhasil
mengisolasi senyawa fitotoksik kimia dari tanaman dan tanah. Konsep mengenai
alelopati dikemukakan pada tahun 1937 oleh Hans Molisch, seorang ahli fisiologi
tanaman asal Austria. Alelopati berasal dari bahasa Yunani, allelon yang berarti "satu
sama lain" dan pathos yang berarti "menderita"

Alelopati pada tanaman Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa alelokimia


yang merupakan metabolit sekunder di bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari, bunga,
batang, dan biji. Fungsi dari senyawa alelokimia tersebut belum diketahui secara pasti,
namun beberapa senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai pertahanan terhadap
herbivora dan patogen tanaman. Tanaman yang rentan terhadap senyawa alelokimia
dari tanaman lainnya dapat mengalami gangguan pada proses perkecambahan,
pertumbuhan, serta perkembangannya. Perubahan morfologis yang sering terjadi
akibat paparan senyawa alelokimia adalah perlambatan atau penghambatan
perkecambahan biji, perpanjangan koleoptil, radikula, tunas, dan akar.

Indikasi terjadinya fenomena alelopati dapat terlihat melalui beberapa bentuk,


di antaranya adalah autotoksisitas, efek residu, dan penghambatan gulma.
Autotoksisitas terjadi bila alelopati terjadi di antara individu dalam satu spesies yang
sama, contohnya spesies Medicago sativa (alfalfa), Trifolium spp. (semanggi), dan
Asparagus officinalis (asparagus). Hal ini diperkirakan menjadi salah satu penyebab
pertumbuhan tanaman yang tidak sama pada tahun-tahun berikutnya dalam pertanian.
Salah satu bentuk alelopati tanaman lainnya adalah residu dari beberapa tanaman
diketahui dapat mengurangi perkecambahan gulma. Beberapa tanaman yang dapat
menghambat pertumbuhan gulma melalui proses alelopati adalah Avena fatua (haver),
E. repens (semacam rumput), Cirsium arvense, dan Stellaria media.

Pengertian Alelopati
Alelopati berasal dari bahasa Yunani, allelon yang berarti "satu sama lain" dan
pathos yang berarti "menderita". Alelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena alam
dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul
(disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa tersebut memengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di sekitarnya.Alelopati didefinisikan
sebagai suatu fenomena alam dimana suatu organisme memproduksi dan
mengeluarkan suatu senyawa biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan
senyawa tersebut mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di
sekitarnya. Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu
menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di
sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini
menghasilkan zat yang bersifat toksik.

Bentuk Alelopati di Alam


Irwan (2007) menyatakan bahwa di alam dapat digolongkan dua bentuk
alelopati yaitu:

1. Alelopati yang sebenarnya. Alelopati merupakan pelepasan senyawa


beracun dari tumbuhan ke lingkungan sekitarnya dalam bentuk senyawa asli yang
dilepaskannya.
2. Alelopati yang fungsional. Golongan alelopati ini adalah senyawa kimia
yang dilepaskannya kemudian senyawa tersebut telah mengalami modifikasi oleh
mikroba tanah.

Mekanisme Alelopati
Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap
pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran melalui
serangkaian proses yang cukup kompleks, namun proses tersebut diawali di membran
plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran membran, atau
hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan
konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses
fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein,
pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau
seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan
pembesaran sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan sasaran.
Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan, antar
mikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme. Interaksi tersebut
meliputi penghambatan dan pemacuan secara langsung atau tidak langsung suatu
senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikroba)
terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang
berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat
selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap
organisme lain.
Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, mungkin di akar,
batang, daun, bunga dan atau biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat
spesifik pada setiap spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit
sekunder yang dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut air,
lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam sinamat
dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam
amino nonprotein, sulfida serta nukleosida. Pelepasan alelokimia pada umumnya
terjadi pada stadium perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres
biotik maupun abiotik.
Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme
sasaran melalui penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan atau dekomposisi. Setiap
jenis alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu tergantung pada organ
pembentuknya dan bentuk atau sifat.

1. Penguapan. Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan.


Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan
adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam
golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam
bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap
akar.
2. Eksudat akar. Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan
oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat,
sinamat, dan fenolat.
3. Pencucian. Alelopati yang dikeluarkan melalui pencucian aialah asam-
asam organik, gula, asam-asam amino, pektat, giberelin, terpenoid dan fenol.
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di
atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan
Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat
hidup di bawah naungan tumbuhan ini.
4. Pembusukan organ tumbuhan. Setelah tumbuhan atau bagian-bagian
organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat.
Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas
membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya
dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis
tanaman yang ditanam pada musim berikutnya

Alelopati tentunya menguntungkan bagi spesies yang menghasilkannya, namun


merugikan bagi tumbuhan sasaran. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang
menghasilkan alelokimia umumnya mendominasi daerah-daerah tertentu, sehingga
populasi hunian umumnya adalah populasi jenis tumbuhan penghasil alelokimia.
Dengan adanya proses interaksi ini, maka penyerapan nutrisi dan air dapat
terkonsenterasi pada tumbuhan penghasil alelokimia dan tumbuhan tertentu yang
toleran terhadap senyawa ini.

Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merupakan metabolit


sekunder di bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari, bunga, batang, dan biji. Fungsi
dari senyawa alelokimia tersebut belum diketahui secara pasti, namun beberapa
senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai pertahanan terhadap herbivora dan patogen
tanaman. Tanaman yang rentan terhadap senyawa alelokimia dari tanaman lainnya
dapat mengalami gangguan pada proses perkecambahan, pertumbuhan, serta
perkembangannya. Perubahan morfologis yang sering terjadi akibat paparan senyawa
alelokimia adalah perlambatan atau penghambatan perkecambahan biji, perpanjangan
koleoptil, radikula, tunas, dan akar. Senyawa allelokimia (senyawa penyebab
allelopati) berasal dari bagian yang berbeda pada tumbuhan penghasilnya; akan tetapi,
bagian terpenting sebagai sumber allelokimia adalah akar dan daun.
Pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut.

1. Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan


menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
2. Beberapa alelopati menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.
3. Beberapa alelopati dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan
mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.
4. Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat
respirasi akar.
5. Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.
6. Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas
membran pada sel tumbuhan.
7. Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
8. Menghambat suksesi tumbuhan.
9. Menghambat pembusukan biji dan perkecambahan.
10. Menghambat pola penyebaran tumbuhan.
11. Menghambat aktivitas fotosintesis.

Proses pembentukkan senyawa alelopati sungguh merupakan proses interaksi


antarspesies atau antarpopulasi yang menunjukkan suatu kemampuan suatu organisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan berkompetisi dengan organisme
lainnya, baik dalam hal makanan, habitat, atau dalam hal lainnya.

Senyawa Sumber Alelopati


Meskipun banyak data yang menunjang adanya peranan senyawa alelopati
dalam pertumbuhan gulma dan tanamn pangan di daerah-daerahpertumbuhan tetapi
peranannya terhadap perkecanbahan belumlah diketahuisecara mendalam.
Kebanyakan senyawa-senyawa alelopati adalah senyawa fenol. Mekanisme fisiologis
dari penghambatan oleh senyawa ini terhada perkecambahan belumlah banyak
diketahui. Penghambatan perkecambahan oleh senyawa oleh asam p-kumarat dan
turunannya kemungkinan dihasilkan dari pelepasan ion k yang menyebabkan sel-sel
lembaga tidak mampu berkembangdan memberikan tekanan yang menimbulkan
perluasan sel-sel kumarin yang pengruhnya berbeda tetapi mekanismenya belum
diketahui. Senyawa-senyawa yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukanpada
semua jaringan tumbuh-tumbuhan termasuk daun, batang, akar, rizoma,bunga, buah
dan biji. Senyawa-senyawa alelopati dapat dilepaskan dari jaringantumbuh-tumbuhan
dalam berbagai cara termasuk melalui penguapan, eksudatakar, pencucian dan
pembusukan bagian-bagian organ yang mati. Pengetahuan tentang jumlah senyawa
alelopati sangatlah penting dalam kaitannya dengan pemanfaatannya sebagai
bioherbisida.
Produksi senyawa-senyawa ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan termasuk diantaranya adalah:

1. Kualitas, intensitas dan lamanya penyinaran cahaya dapat


mempengaruhi produksi. Yang sangat penting untuk diketahui adalah senyawa
alelopati lebih banyak dihasilkan dengan kondisi cahaya ultraviolet dan periode
penyinaran yang panjang. Oleh karena itu tumbuh-tumbuhan yang berada di bawah
naungan tumbuh-tumbuhan lainnya akan menghasilkan senyawa alelopati dalam
jumlah yang kecil karena sebagian besar sinar ultraviole ttelah diserap oleh tumbuhan
yang menaunginya. Tumbuhan yang sedang berada pada keadaan optimum,
pertumbuhannya dapat menghasilkan senyawa alelopati dalam jumlah yang cukup
tinggi dibandingkan tumbuh-tumbuhan yang masih muda (dalam periode awal
pertumbuhan ) atausebaliknya yang telah tua.
2. Jumlah senyawa alelopati akan lebih banyak dihasilkan pada keadaan
dengan kondisi yang kekurangan hara. Perbedaannya dapat beberapa kali lipat.
Contohnya: Asam klorogenat merupakan senyawa alelopati yangditemukan pada
bunga matahari.
3. Senyawa alelopati lebih banyak dihasilkan dalam keadaan yang
mengalami kekeringan.
4. Senyawa alelopati jumlahnya lebih besar dalam keadaan dengan
suhuyang lebih rendah jika dibandingkan dengan suhu normal bagipertumbuhannya.
5. Penggunaan hormon seperti hidrasit maleat dapat meningkatkan
produksisenyawa alelopati.

JENIS SUMBER ALELOPATI


Alelopati dapat berasal dari beberapa sumber diantaranya adalah :

A. Alelopati dari Gulma


Banyak spesies gulma menimbulkan kerugian dalam budi daya tanaman yang
berakibat pada berkurangnya jumlah dan kualitas hasil panen. Rice (1984) mencatat
59 spesies gulma yang memiliki potensi alelopati. Inderjit dan Keating (1999)
melaporkan hingga 112 spesies, bahkan Qasem dan Foy (2001) menambahkannya
hingga 239 spesies. Selain itu, Qasem dan Foy (2001) mencatat 64 spesies gulma yang
bersifat alelopati terhadap gulma lain, 25 spesies gulma yang bersifat
autotoxic/autopathy, dan 51 spesies gulma aktif sebagai antifungi atau antibakteri.
Jenis gulma yang memberikan pengaruh negatif alelopati pada tanaman berkontribusi
pada berkurangnya jumlah dan kualitas panen tanaman melalui alelopati dan juga
kompetisi sarana tumbuh.

B. Alelopati dari Tanaman Semusim


Alelopati dari tanaman budi daya dapat menimbulkan efek negatif pada tanaman
budi daya yang lain maupun gulma (Rice 1995). Senyawa alelopati yang dikeluarkan
tanaman dapat berdampak pada tanaman yang ditanam berikutnya bahkan juga bisa
bersifat alelopati pada tanaman itu sendiri atau autotoxicity (Putnam & Weston 1986).
Inderjit dan Keating (1999) melaporkan 41 spesies tanaman semusim mengeluarkan
senyawa alelopati, termasuk padi, jagung, kedelai, buncis, dan ubi jalar. Batish et al.
(2001) melaporkan 56 spesies tanaman semusim bersifat alelopati terhadap tanaman
yang lain, 56 spesies tanaman semusim bersifat alelopati terhadap gulma, dan 31
spesies tanaman semusim bersifat autotoxic. Adanya senyawa alelopati dari tanaman
dapat memberikan dampak yang baik jika senyawa alelopati tersebut menyebabkan
penekanan terhadap pertumbuhan gulma, patogen, ataupun hama. Namun demikian,
keadaan ini perlu mendapatkan perhatian sebagai pertimbangan pola pertanaman
ganda dan menetapkan pola pergiliran tanaman.

C. Alelopati dari Tanaman Berkayu


Alelopati dari tanaman berkayu telah dilaporkan oleh Elakovich dan Wooten
(1995) berdasarkan studi literatur hingga 1994. Tanaman berkayu yang dilaporkan
bersifat alelopati antara lain: Acasia spp., Albizzia lebbeck, Eucalyptus spp., Grewia
optiva, Glirycidia sepium, Leucaena leucocephala, Moringa oleifera, Populus
deltoides, Abies balsamea, Picea mariana, Pinus divaricata, P. recinosa, dan Thuja
occidentalis (Rice 1995; Gill & Prasad 2000; Reigosa et al. 2000; Singh et al. 2001).
Adanya senyawa alelopati dari tanaman berkayu dapat dimanfaatkan dalam
pertanaman sistem wanatani (agroforestry) serta dalam pengendalian gulma, patogen,
ataupun hama. Alelopati dalam sistem wanatani dapat dimanfaatkan dalam strategi
pengurangan keragaman vegetasi di bawah tegakan.

D. Alelopati dari Residu Tanaman dan Gulma


Residu tanaman dan gulma dilaporkan menimbulkan efek alelopati pada spesies
yang ditanam kemudian. Inderjit dan Keating (1999) melaporkan pengaruh alelopati
dari residu tanaman jagung, buah persik (Prunus persica), gandum hitam (Secale
cereale), gandum (Triticum aesticum), dan seledri (Apium graveolens). Chung et al.
(2003) dan Jung et al. (2004) melaporkan pengaruh alelopati dari residu sekam,
batang, dan daun padi. Hong et al. (2004) melaporkan pengaruh alelopati dari
beberapa jenis tumbuhan yang dapat menekan pertumbuhan gulma sekaligus
meningkatkan hasil tanaman padi. Adanya senyawa alelopati dari residu tumbuhan
perlu menjadi pertimbangan dalam kegiatan persiapan tanam (pengolahan tanah),
pengendalian gulma, dan penggunaan serasah sebagai mulsa organik. Residu gulma
dan tanaman yang memiliki pengaruh negatif alelopati sebaiknya tidak dibiarkan
terdekomposisi di areal pertanaman dan tidak dipergunakan sebagai mulsa organik.

E. Alelopati dari Mikroorganisme


Alelopati dari mikroorganisme telah dilaporkan sejak tahun 1951, yaitu
identifikasi senyawa griseofulvin dari Penicillium griseofulvum yang menghambat
pertumbuhan tanaman gandum. Beberapa galur Fusarium equiseti juga dilaporkan
menghasilkan senyawa yang bersifat toksik terhadap tanaman kapri. Beberapa
Rhizobacteria juga dilaporkan menyebabkan penghambatan perkecambahan benih,
gangguan pertumbuhan akar dan menjadi peka terhadap serangan patogen pada
tanaman target. Selain pengaruhnya pada tanaman, alelopati dari mikroorganisme
juga dapat mempengaruhi mikroorganisme lain (Rice 1995). Pada pertanaman padi,
inokulasi sianobakteri yang dimaksud untuk meningkatkan ketersediaan N,
dilaporkan adanya potensi negatif alelopati dari senyawa metabolit sekunder yang
dihasilkannya (Inderjit & Keating 1999). Bakteri Streptomyces sagononensis, S.
hygroscopicus, dan Pseudomonas flourescens dilaporkan mengeluarkan senyawa
alelopati yang menghambat pertumbuhan beberapa tanaman (Singh et al. 2001).

F. Alelopati dari Tepung Sari


Tepung sari dari gulma Parthenium hysterophorus, Agrotis stolonifora,
Erigeron annuus, Melilotus alba, Phleum pretense, Vicia craca, dan Hieracium
aurantiacum dilaporkan memiliki pengaruh alelopati. Tepung sari tanaman jagung
juga dilaporkan memiliki pengaruh alelopati. Pengaruh alelopati tersebut dapat terjadi
pada perkecambahan, pertumbuhan, maupun pembuahan dari spesies target (Inderjit
& Keating 1999). Hal ini perlu mendapatkan perhatian karena alelopati dari tepung
sari kemungkinan menjadi penyebab rendahnya pembuahan pada spesies tertentu.

Pengaruh Alelopati terhadap Tanaman Budidaya


Pengaruh yang ditimbulkan oleh senyawa alelopati pada tanaman budidaya
adalah sebagai berikut:

1. Pengaruhnya terhadap penyerapan hara Senyawa-senyawa alelopati dapat


menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuh-tumbuhan. Sebagai contoh:
asam-asam salisilat danferulat keduanya merupakan senyawa penghambat
penyerapan K oleh akarterutama pada pH yang rendah.
2. Penghambat pembelahan selBeberapa jenis allelokimia menunjukkan pengaruh
yang menghambatpembelahan sel-sel akar tumbuhan. Sebagai contohnya, kumarin
dapatmenghambat pembelahan sel akar secara total pada bawang beberapa
lamasetelah perlakuan.
3. Penghambatan pertumbuhan Beberapa allelokimia diketahui mempengaruhi
aktivitas IAA oksidase,sedangkan asam 3,4-dihidroksi benzoat, dan asam ferulat
merupakansenyawa penghambatnya yang sangat kuat.
4. Penghambat aktivitas fotosintesis Einhellig dan kawan-kawan (1970)
memperoleh hasil dari pengamatannyabahwa segera setelah perlakuan dengan
skopoletin yang termasuk golongan kumarin, aktivitas fotosintesis pada bunga
matahari, tembakaudan bayam mejadi menurun, senyawa-senyawa ini juga
dapatmenyebabkan penutupan stomata atau mulut daun.
5. Pengaruh terhadap respirasi senyawa-senyawa kimia dapat menstimulir atau
menghambat respirasi.
6. Proses fosforilasi akan dihambat dan menyebabkan pembentukan ATP (energi)
menjadi berkurang. Juga ion yang termasuk golomgan senyawaasam aromatic,
fenolat, aldehid, flavonoid, dan kumarin jugamempengaruhi terjadinya fosforilsi.
7. Pengaruh terhadap sintesis protein, Penelitian untuk mengamati pengaruh
alelopati terhadap sintesis protein biasanya memerlukan penggunaan gula atau asam
amino yang ditandai dengan radioaktif (C) yang kemudian dimasukkan kedalam
protein. Asam ferulat dan kumarin.
Gulma yang Berpotensi sebagai Alelopati
Mekanisme penekanan pertumbuhan tanaman akibat adanya zat ekskresitertentu
dari tumbuhan lain disebut alelopati. Misalnya gembung ramba tmengeluarkan zat
ekskresi yang mengandung fenol dan flavon yang dapat mengakibatkan tertekannya
pertumbuhan tanaman karet. Selain tanaman ini, gulma lain yang diduga
menimbulkan efek alelopati terhadap tanaman karet adalah alang (Imperata cylindrica
L.), dan teki (Cyperus rotundus L.). Senyawa-senyawa kimia yang berpotensi
alelopati dapat ditemukan disetiap organ tumbuhan antara lain terdapat pada daun ,
akar, batang, rhizom,buah biji dan umbi serta bagian bagian tumbuhan yang
membusuk.Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol. Jenis-
jenis gulma yang berpotensi mengeluarkan senyawa alelopati adalahcukup besar
jumlahnya. Alelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma didalamhubungan
interaksi antara gulma dan tanaman pangan ataupun dalam pola-polapenguasaan di
habitat dalam melalui eksudat yang dikeluarkannya, yang tercuci, yang teruapkan,
atau melalui hasil pembusukan bagian-bagian organnya yang telah mati.
Meskipun telah banyak para ahli gulma yang mempelajari kompetisiantara
gulma dan tanaman budidaya, tetapi jarang sekali yang mempertimbangkan
kemungkinan alelopati sebagai salah satu mekanisme didalam proses interaksi ini.
Beberapa jenis gulma menahun yang sangat agresif termasuk Agropuran repens,
Cirsium arvense, Sorgum halepens, Ciperus rotundus, dan Imperata cylindrica.

Pemanfaatan Senyawa Alelopati Tanaman sebagai Herbisida

Penggunaan herbisida kimia secara berlebih dan kontinu dapat merusak


kesuburan tanah dan merusak lingkungan akibat residu kimia dan produksi pertanian
dapat menurun. Saat ini pertanian organik mulai menjadi perhatian masyarakat yang
salah satunya dengan menggunakan herbisida organik, yaitu dengan pemanfaatan
alelopati pada tanaman.

Alelopati merupakan senyawa biokimia yang dimiliki oleh tanaman yang


berpengaruh secara langsung atau tidak langsung ke lingkungan baik tanaman lain
maupun mikroorganisme. Senyawa biokimia yang dimaksud adalah senyawa organik
yang terkandung dalam alelopati, yaitu senyawa metabolit sekunder seperti fenolik,
terpenoid, alkaloid, steroid, poliasetilena, dan minyak esensial.
Herbisida yang berasal dari alelopati ini berefek menghambat pertumbuhan atau
penurunan hasil gulma. Gulma merupakan tumbuhan pengganggu tanaman budidaya
pertanian yang merugikan petani dan hasil pertumbuhan tanaman.

Alelopati memiliki berbagai cara untuk masuk kedalam tanah, yaitu secara
eksudasi atau ereksi dari akar melalui proses mengeluarkan air atau senyawa toksik
melalui akar. Selain itu dengan cara volatilasi dari daun, yaitu penguapan toksik
berupa gas melalui stomata serta secara leaching, yaitu larutnya toksis yang terdapat
pada daun akibat air hujan atau embun ke tanah dan seresah yang telah
terdekomposisi.

Alelopati dapat dihasilkan oleh gulma, tanaman semusim, tanaman berkayu dan
residu tanaman. Gulma umumnya hanya sebagai pengganggu tanaman yang pada
proses sanitasi dihilangkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya.
Namun senyawa alelopati pada beberapa gulma dapat memberikan dampak positif
terhadap tanaman budidaya. Contohnya adalah tumbuhan alang-alang. Menurut
Djazuli dalam jurnal “Potensi senyawa alelopati sebagai herbisida nabati alternatif
pada budidaya lada organik”, alang-alang memberi manfaat pada tanaman jagung
karena mampu menekan panjang tunas jagung, selain itu dapat menghambat
pertumbuhan gulma lain, namun penggunaannya harus diperhatikan karena dapat
berdampak pada tanaman semusim.

Ekstrak tumbuhan Legum cover crop (LCC), seperti Pueraria javanica


berpotensi menurunkan perkecambahan dan pertumbuhan serta meningkatkan
persentase kematian gulma Borreria alata pada konsentrasi 54% atau ekstrak dari 162
gram daun kering. Hal ini berdasarkan penelitian dari Murtini dkk tentang potensi
alelopati ekstrak daun Pueraria javanica.

Jagung merupakan tanaman semusim yang memiliki alelopati untuk


menghambat gulma, ekstrak akar jagung dapat digunakan sebagai penghambat gulma
dengan cara peningkatan aktivitas enzim katalase dan peroksidase. Sisa tanaman
jagung mengandung senyawa fenolat penyebab alelopati.

Tanaman semusim dapat mengeluarkan alelopati yang berdampak pada


tanaman semusim lainnya, oleh karena itu dilakukan pergiliran tanaman atau
pertanaman ganda untuk mengurangi dampak alelopati.
Selain pada tanaman jagung alelopati juga terdapat pada tanaman berkayu, yaitu
akasia. Akasia dimanfaatkan dalam sistem pertanaman wanatani (agroforestry) serta
dalam pengendalian gulma, patogen, ataupun hama. Alelopati tanaman akasia ditandai
dengan penurunan tinggi tanaman, penurunan panjang akar dan perubahan warna daun
pada gulma. Selain akasia tanaman pinus juga dapat memberikan efek alelopati
terhadap gulma.

Selanjutnya residu tanaman yang berupa sekam batang dan daun tanaman
setelah panen dapat memberikan efek alelopati pada komoditas yang akan ditanam
kemudian. Contohnya adalah residu tanaman jagung dapat menekan pertumbuhan
gulma dan meningkatkan hasil tanaman padi. Oleh karena itu residu tanaman dan
gulma perlu diperhatikan dalam proses pengolahan lahan sebelum penanaman.

Berdasarkan contoh di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa alelopati tidak


hanya zat toksik yang dapat memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan
tanaman sekitarnya tetapi juga dapat memberikan efek positif terhadap pertumbuhan
tanaman budidaya. Diharapkan dengan diketahui beberapa contoh dapat menambah
wawasan tentang pemanfaatan alelopati dan menemukan senyawa alelopati lain yang
lebih bermanfaat untuk budidaya pertanian, sehingga pertanian organik lebih mudah
diterima oleh masyarakat.

Interaksi Ekosistem Alelopati

Contoh simbiosis alelopati dapat dilihat dari berbagai fenomena saat suatu
organisme menghambat pertumbuhan organisme lain dengan menggunakan zat
alelopat. Alelopat yang dikenal dengan alelokimia adalah zat metabolit sekunder
berasal dari mahluk hidup untuk membunuh mahluk hidup lain. Zat ini berfungsi
layaknya herbisida, dimana mampu menghilangkan tanaman – tanaman disekitarnya.

Tanaman yang dianggap rival dalam perebutan penyerapan nutrisi akan


dihancurkan perlahan dengan zat tersebut. Alelopat tidak hanya dihasilkan tumbuhan
darat namun juga dihasilkan oleh tumbuhan tingkat rendah di air misalnya pada Alga
Dinoflagelata. Alelopat tidak hanya dimiliki oleh tumbuhan, pada hewan Invertebrata
dengan struktur tubuh porifera juga ditemukan zat tersebut. Sifat dari zat alelopat
tersebut adalah beracun atau toksik untuk organisme lain. Sifat racun tersebut yang
membentuk hubungan Alelopati diantara organisme. Berikut adalah beberapa peran
dari zat Alelopat:
1. Penghambat Penyerapan Unsur Hara

Alelopat bersifat toksik untuk organisme lain dengan cara menghambat


penyerapan unsur hara. Organisme yang terpapar alelopat akan kehilangan
kemampuan untuk penyerapan ion – ion pada fase pertumbuhan. Fase pertumbuhan
yang terhambat secara perlahan akan berakibat pada kematian.

2. Penghambat Pembesaran Sel Organisme

Alelopat akan menghambat perkembangan sel – sel, sehingga organisme yang


terpapar tidak dapat tumbuh dengan baik. Selnya kecil karena kekurangan nutrisi
hingga akhirnya mati.

3. Penghambat Pembelahan Sel

Perkembangan yang terhambat menyebabkan sel – sel tidak mampu untuk


membelah atau memperbanyak diri. Sel yang semakin sedikit membuat metabolisme
organisme berjalan tidak begitu baik. Jangka panjang dari pertumbuhan dan
perkembangan pada tumbuhan maupun organisme lain akan berakibat pada kematian.

4. Penghambat Respirasi

Organisme yang terpapar oleh zat Alelopat akan kesulitan respirasi.


Penghambatan terhadap laju respirasi akan berdampak pada penghambatan
metabolisme lain seperti transpirasi, proses fotosintesis, sistem transportasi dan lain –
lain. Jika metabolisme organisme terhambat maka pertumbuhan dan juga
perkembangan tidak akan berjalan dengan baik.

5. Penghambat Sintesis Protein

Sintesis protein sangat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan


perkembangan. Metabolisme protein dalam tubuh akan berjalan dengan baik jika
mendapat dukungan sintesis protein yang baik. Jika terhambat maka metabolisme
tubuh pun akan terhambat.

6. Penurun Daya Permeablitas Membran


Metabolisme yang berjalan tidak baik akan berdampak pada penurunan
kemampuan membran sel untuk dilewati berbagai partikel yang dibutuhkan oleh
tubuh. Jika ini terganggu maka perkembangan dan pertumbuhan sel akan terganggu
pula.

7. Penghambat Aktivitas Enzim

Enzim adalah salah stau contoh protein fungsional yang berperan dalam
terjadinya metabolisme tubuh. Jika fungsi dari enzim terus terganggu maka
metabolisme tubuh akan terganggu. Metabolisme tubuh yang berjalan tidak baik akan
berdampak pada kelangsungan hidup dari organisme tersebut.Peran dari Alelopat
yang merugikan harus diwaspadai terutama jika ingin menanam secara tumpang sari.
Berikut adalah beberapa contoh simbiosis alelopat yang terjalin antar organisme:

1. Dinoflagelata dengan Phytoplankton

Dinoflagelata adalah salah satu organisme kryptogamae atau tumbuhan tingkat


rendah yang memiliki kemampuan untuk berfotosintesis. Dinoflagelata adalah salah
satu jenis Alga uniseluler yang diketahui dari berbagai jenis – jenis Alga ini biasa
ditemui di perairan berwarna kuning coklat. Jika ingin melihat alga ini harus
menggunakan mikroskop karena merupaka mikroorganisme. Dinoflagelata bisa kita
ditemui di perairan asin.

Sekitar 20 species dari dinoflagelata memiliki racun yang berbeda – beda. Racun
yang dikeluarkan oleh Dinoflagelata berbahaya bagi fitoplanton, ikan, bahkan
manusia. Racun tersebut dapat terakumulasi dalam rantai makanan dan berdampak
negatif. Di perairan asin Teluk Jakarta yang telah terpapar berbagai limbah ditemukan
Diophysis spp, Alexandrium spp, dan Pseudonitschia spp. Racun yang terpapar pada
berbagai hasil laut seperti ikan, kerang, dapat berakibat fatal untuk kehidupan
manusia.

Berdasarkan penelitian Steiding r (1983), Steidinger dan Baden (1984), dan


Taylor (1985) diketahui bahwa Alexandrium spp seringkali menginfeksi kerang yang
beresiko kanker pada hati. Jenis racun saxitoxin diketahui membunuh 1100 lebih
efektif dibanding sianida. Pengujian pada tikus menyatakan racun ini juga lebih efektif
500 kali dibanding kobra. Racun dengan kemampuan membunuh tertinggi terdapat di
species Gambierdiscus toxicus. Sanitasi yang baik sangat dibutuhkan oleh masyarakat
sehingga tidak makanan tidak lagi terpapar zat beracun. Jika hal tersebut terus
diabaikan, dan kita memakan makanan laut berbahaya maka akan beresiko kematian.
Kelompok alga yang memiliki zat Alelopat tidak hanya Dinoflagelata namun juga
Sianobakteria dan Flagellata.

2. Porifera Plakortis halichondroides dan Koral Agaricia lamarcki

Porifera adalah salah satu invertebrata atau hewan yang tidak memiliki tulang
belakang. Menurut Porter dan Target (1988) ditemukan zat Alelopat pada pada hewan
spons Plakortis halichondroides yang dapat mengganggu pertumbuhan pada koral
salah satunya yaitu Agaricia lamarcki. Koral Agaricia lamarcki dapat menderita
nekrosis sebelum akhirnya mati. Zat alelopat yang dihasilkan oleh porifera tersebut
adalah cara untuk Porifera Plakortis halichondroides bertahan diri dan berebut nutrisi.

3. Jamur Penicillium sp dan Berbagai Mikroorganisme

Jamur Penicillium sp adalah salah satu jenis jamur yang memiliki habitat di
tanah, makanan basi, dan lain – lain. Jamur ini tergolong dalam mikrofungi atau jamur
yang hanya dapat dilihat dengan meggunak mikroskop. Beberapa jenis Jamur
Penicillium sp bisa dimanfaatkan sebagai antibiotik. Zat metabolit sekundernya bisa
membunuh mikroorganisme lain. Penggunaan jamur ini dalam dunia pengobatan
harus dengan dosis dan penanganan yang tepat. Beberapa zat antbiotik yang bisa
didapatkan dari jamur ini yaitu Ampisilin, Oksasilin, Azlozilin, Mezlosilin, Nafsilin,
dan lain – lain.

4. Kamboja (Plumeria sp) dan Gulma

Jika kita perhatikan pada tanaman Kamboja (Plumeria sp) di taman, bunga yang
memiliki wangi yang khas dan umumnya tumbuh jauh dari tanaman – tanaman lain.
Rumput liar atau tanaman liar lain tidak mampu tumbuh berdampingan dengan
tanaman bunga Kamboja (Plumeria sp). Zat alelopat yang dimilikinya bekerja
layaknya herbisida, yakni membasmi tanaman lainnya.

5. Alang – Alang (Imperata cylindrica) dan Gulma

Tanaman Alang – Alang banyak tumbuh liar secara rimbun tanpa memberi
satupun ruang untuk tanaman lain hidup. Alang – Alang (Imperata cylindrica)
mensekresikan senyawa fenol, asam valinik, dan karbolik untuk menghambat
pertumbuhan tanaman disekitarnya. Senyawa – senyawa tersebut akan meracuni
tanaman sekitar dan menghambat pertumbuhannya. Tanaman yang tumbuh akibatnya
tidak dapat bertahan hingga akhirnya mati.

6. Pinus (Pinus merkusi) dan Gulma

Jika kita pergi ke hutan pinus, kita hanya akan melihat pohon – pohon pinus
yang menjulang tinggi. Pinus adalah salah satu tumbuhan tinggi yang dikenal
memiliki zat alelopat. Zat tersebut akan akan mengakibatkan tanah yang ada di sekitar
kebun pinus memiliki pH asam. Keasaman tanah yang berlebih membuat tanaman lain
tidak dapat tumbuh bersama pinus.Hutan pinus hanya akan dipenuhi dengan cover
ground atau penutup tanah berupa buah pinus. Rumput liar atau tanaman yang
dianggap sebagai gulma tidak dapat hidup dengan baik, sehingga perebutan nutrisi
tidak terjadi. Nutrisi dalam tanah hanya akan diserap oleh Pinus (Pinus merkusi) tanpa
berbagi dengan tumbuhan lain. Hal tersebut memungkinkan Pinus untuk tumbuh lebih
optimal pada hutan – hutan di Indonesia.
3.4 Arti Gulma Secara Umum dan Khusus

Pengertian Gulma

Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang dapat menurunkan hasil tanaman


yang dibudidayakan bila tidak dikendalikan secara efektif. Selain itu juga gulma
merupakan salah satu faktor biotik yang menyebabkan kehilangan hasil panen.
Gulma menyaingi tanaman dalam pengambilan unsur hara, air, ruang dan cahaya. Di
lahan irigasi, persaingan gulma dengan padi dapat menurunkan hasil padi 10-40 %,
tergantung pada spesies dan kepadatan gulma, jenis tanah, pasokan air dan keadaan
iklim (Nantasomsaran dan Moody, 1993).
Perilaku gulma yang mengganggu tanaman dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman budidaya meneybabkan tanaman gulma dijadikan sebagai
musuh petani karena dengan adanya gulma secara otomatis menurunkan hasil dari
produksi pertanian. Persaingan antara gulma dengan tanaman budidaya dalam
mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya
matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi
baik kualitas maupun kuantitas. Cramer (1975) menyebutkan kerugian berupa
penurunan produksi dari beberapa tanaman dalah sebagai berikut : padi 10,8 %;
sorgum 17,8 %; jagung 13 %; tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan
kacang tanah 11,8 %. Menurut percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada
padi terdapat penurunan oleh persaingan gulma tersebut antara 25-50 %.
Selain itu juga gulma memiliki sifat mudah tumbuh pada setiap tempat yang
berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Sifat
inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan. Kemampuan
gulma mengadakan regenerasi besar sekali, khususnya pada gulma perennial. Gulma
perennial dapat menyebar dengan cara vegetatif. Luasnya penyebaran karena daun
dapat dimodifikasikan, demikian pula pada bagian-bagian lain, inilah yang
memungkinkan gulma unggul dalam persaingan dengan tanaman budidaya.
Disamping itu gulma juga dapat membentuk biji dalam jumlah banyak, ini pulalah
yang memungkinkan gulma dapat berkembang biak dengan cepat. Gulma juga ada
yang memberikan bau serta rasa yang kurang sedap, bahkan mengeluarkan zat di
sekitar tempat tumbuhnya yang dapat meracuni tumbuhan lain (peristiwa Allelopati).
Secara fisik, gulma
bersaing dengan tanaman budidaya untuk ruang, cahaya, dan secara kimiawi
untuk air, nutrisi, gas-gas penting, dan dalam peristiwa allelopati. Persaingan dapat
berlangsung bila komponen yang dibutuhkan oleh, baik gulma maupun tanaman
budidaya, berada pada jumlah yang patut diperebutkan.
3.5 Biologi Gulma

Klasifikasi Gulma Berdasarkan Morfologi dan Biotani

Berdasarkan morfologi dan biotaninya, gulma dikelompokkan menjadi


golongan yaitu golongan rumput (grasses) famili poaceae Gramineae), golongan teki
(sedges) famili Cyperaceae, dan golongan daun lebar (Broadleaves/herbaceous)
1). Gulma golongan rumput (Grasses)
Gulma golongan rumput (grasses) termasuk dalam
suku/famili Gramineae/Poaceae. Ciri-ciri umum gulma golongan rumput antara lain
memiliki batang bulat atau agak pipih dan rata-rata berongga. Daun-daun soliter pada
buku-buku (ruas), tersusun dalam dua deret, umumnya memiliki tulang daun sejajar.
Gulma terdiri atas dua bagian, yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun pada
umumnya berbentuk garus dengan tepi yang rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan
jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun.

Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat bertangkaiatau
tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil
(floret), di mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi olehsepasang daun
pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang
kecil disebut palea.Buah disebut caryopsis atau grain.Gulma dalam kelompok ini
berdaun sempit seperti teki tetapi menghasilkan stolon. Stolon ini di dalam tanah
berbentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contoh gulma golongan
rumput adalah sebagai berikut :

a). Cynodon dactylon (L.) Pers. (kakawatan, gigirintingan suket grinting)


b). Eleusine indica(L.) Gaena (rumput kelulang, cerulang jukut jampang)
c). Imperata cylindrica (L.) Beauv (alang-alang, carulang, jukut jampang)
d). Echinochloa crus-galli (L.) Cerv( jajagoan)
e). Echinochloa colanum (L.) Cerv (jajagoan leutik)
f). Panicum repens L. (lulampuyangan, jajahean)
g). Paspalum conjugatum Bergrn (jukut japang pait, jukut pait, rumput)

2). Gulma golongan teki (sedges)


Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae. Batangumumnya
berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga. Daun
tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun(ligula). Ibu tangkai
karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir,
biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung.Buahnya tidak membuka. Kelompok
teki – tekian memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanis, karena
memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan – bulan. Contoh
gulma golongan teki adalah sebagai berikut :
a). Cyperus bervifolius (jukut pendul)
b). Cyperus rotundus L (teki)
c). Cyperus difformia L. (jukut papayungan).
d). Cyperus halpan L. (papayungan)
e). Cyperus iria L. (jekeng, lingih alit).
f). Cyperus kyllingia Endl. (jukut pendul bodas, teki, teki bodot, teki pendul).
g). Fimbristylis littoralis geidlah (F. miliacea (L) cahl (panon munding,
tumbaran).
h). Scirpus grossius L.F (waligi, wlingen, lingi, mensing).

3). Golongan gulma daun lebar (Broadleaves)


Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae danPteridophyta.
Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir
masa budi daya. Kompetisi terhadap tanamanutama berupa kompetisi cahaya. Contoh
gulma berdaun lebar adalah sebagai berikut ;
a). Salvinia molesla D.S Mit het (kimbang, kayambang janji, lukut cai, lukut)
b). Marsilea crenala presl (semangi, samanggen).
c). Azolla pinnala R. Br (kaya apu dadak)
d). Limnocharis fIava (L. Buch (genjer, centong)
e). Ageratum conyzoides L. (bebadotan, wedusan).
f). Borreria alata (Aubl. (DC (kabumpang lemah, goletrak, letah hayam, rumput
setawar).
g). Stachyarpheta indica (L.) vahl (jarong, gajihan)
h). Amaranthus spinosus L. (bayam duri, bayem eri, senggang cucuk).
i). Synedrella nodiflora (L.) gaentn (babadotan lalakina, jotang, jotang kuda)
j). Physalis angulata (ciplukan)

Klasifikasi Gulma Berdasarkan Siklus Hidup

Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma semusim


(annual weeds), gulma dua musim (biannual weeds), dan gulma tahunan (perennial
weeds).

1). Gulma Semusim (Annual Weeds)


Siklus hidup gulma semusim mulai dari berkecambah, berproduksi, sampai
akhimya mati berlangsung selama satu tahun. Pada umumnya, gulma semusim mudah
dikendalikan, namun pertumbuhannya sangat cepat karena produksi biji sangat
banyak. Oleh karena itu, pengendalian gulma semusim memerlukan biaya yang lebih
besar. Contoh gulma semusim adalah sebagai berikut :
a). Amaranthus sp. (bayam duri)
b). Digitaria sp. (rumput jampang)
c). Eleusine indica (lulangan, rumput belulang)
d). Ipomoea purpurra
e). Setaria sp.

2). Gulma Dua Musim (Biannual Weeds)


Siklus hidup gulma dua musim lebih dari satu tahun, namun tidak lebih dari dua
tahun. Pada tahun pertama gulma ini menghasilkan bentuk roset, pada tahun kedua
berbunga, menghasilkan biji, dan akhimya mati. Pada periode roset, gulma jenis ini
pada umumnya sensitif terhadap herbisida. Contoh gulma dua musim adalah sebagai
berikut :
a). Aretium sp.
b). Circium vulgare
c). Verbascum thapsus
3). Gulma Tahunan (Perennial Weeds)
Siklus hidup gulma tahunan lebih dari dua tahun dan mungkin tidak terbatas
(menahun). Jenis gulma ini kebanyakan berkembang biak dengan biji, meskipun ada
juga yang berkembang biak secara vegetatif. Gulma tahunan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Misalnya, pada musim kemarau jenis gulma ini seolah-olah mati
karena ada bagian yang mengering, namun bila ketersediaan air cukup, gulma akan
segera bersemi kembali. Contoh gulma tahunan adalah sebagai berikut :
a). Cynodon dactylon
b). Cyperus rotundus
c). Imperata cylindrica

Klasifikasi Gulma Berdasarkan Habitat Tumbuh

Berdasarkan habitatnya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma air (aquatic


weeds) dan gulma daratan (terestrial weeds).

1). Gulma Air (Aquatic Weeds)


Pada umumnya, gulma air tumbuh di air, baik mengapung, tenggelam, ataupun
setengah tenggelam. Gulma air dapat berupa gulma berdaun sempit, berdaun lebar,
ataupun teki-tekian Contoh gulma air adalah sebagai berikut :
a). Cyperus difformis
b). Cyperus iria
c). Echinochloa colonum
d). Echinochloa crus-galli
e). Eichomia grassipes
f). Leersia hexandra
g). Leptochloa chinensis
h). Monochoria vaginalis
i). Salvinia molesia
j). Scirpus mucronatus

2). Gulma Daratan (Terestrial Weeds)


Gulma daratan tumbuh di darat, antara lain di tegalan dan perkebunan. Jenis
gulma daratan yang tumbuh di perkebunan sangat tergantung pada jenis tanaman
utama, jenis tanah, iklim, dan pola tanam Contoh jenis gulma daratan adalah sebagai
berikut :
a). Ageratum conyzoides
b). Axonopus compressus
c). Chromolaena odorata
d). Euphorbia sp.
e). Imperata cylindrica
f). Melastoma malabatricum
g). Mikania micrantha
h). Panicum repens
i). Stachytarpheta indica

PERKEMBANGBIAKAN GULMA

Gulma merupakan tumbuhan yang sangat mudah untuk tumbuh pada


bermacam-macam areal dan lokasi tanaman budidaya, hal ini yang menyebabkan
gulma lebihnunggul bersaing dengan tanaman budidaya. Faktor tersebut didukung
oleh cara perkembangbiakan(reproduksi) gulma yang bermacam-macam yaitu :
1. Biji
Sebagian gulma berkembangbiak dengan biji dan menghasilkan sejumlah biji
yang banyak seperti pada biji Amaranthus spinosus, Cynodon dactylon, Eragrostis
amabilis. Biji-biji gulma dapat tersebar jauh karena ukurannya kecil sehingga dapat
terbawa angin, air, hewan. Adapun bulu-bulu halus yang menempel pada biji,
sehingga biji ini mudah diterbangkan oleh angin seperti pada biji Emilia sonchifolia,
Vemonia sp,dll. Disamping itu biji-biji gulma dapat bertahan lama di dalam tanah
(masa dormansi yang panjang) bila situasi lahan tanahnya tidak memungkinkan untuk
tumbuh kemudian pada saatnya dapat tumbuh bila situasi sudah memungkinkan.
2. Stolon
Adapun gulma yang membentuk individu baru dengan stolon yaitu bagian
batang menyurapi akar yang menjalar diatas permukaan tanah. Dimana batang ini
berdiri dari nodus (buku) dan internodus (ruas), pada setiap nodus dapat keluar
serabut-serabut akar dan tunas sehingga dapat membentuk individu baru. Contohnya
Paspalum conjugatum, Cynodon dactylon,dll.
3. Rhizoma
Batang besertaa bagian-bagiannya menjalar didalam tanah, bercabang-cabang,
tumbuh mendatar dan pada bagian ujubg atau pada buku dapat muncul tunas yang
membentuk individu baru.
4. Umbi
Umbi merupakan pembengkakan dari batang ataupun akar yang digunakan
sebagai tempat penyimpanan atau penimbun makanan cadangan, sehingga umbi bisa
membesar. Pada beberapa umbi terdapat titik yang pada saatnya bisa muncul atau
tunas yang merupakan individu baru. Contohnya Cyperus rotundus, Cyperus iria,dll.
5. Umbi lapis
Umbi lapis juga termasuk tempat menyimpan cadangan makanan tetapi
bentuknya berlapis-lapis. Contoh Allium veneale
6. Daun
Pada beberapa gulma dapat berkembangbiak dengan daun yang telah dewasa.
Daun ini membentuk bulat ataupun oval, pinggir daun bergerigi atau terdapat lekukan
yang nantinya sebagai tempat munculnya tunas individu baru. Contohnya Calanchoe
sp, Ranunculus bulbasus.
7. Spora
Ada juga yang dengan spora, bila sporran telah matang dapat diterbangkan
angin. Contoh gulma ini dari paku-pakuan.
3.6 Ekologi Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah lama
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang telah
berkembang sejak timbulnya pertanian. Setiap kali manusia berusaha mengubah salah
satu atau seluruh faktor lingkungan alami, seperti pembukaan hutan, pengolahan
tanah, pengairan dan sebagainya, maka selalu akan berhadapan dengan masalah baru
karena tumbuhnya tumbuhan yang tidak diinginkan yang merupakan salah satu akibat
dari perubahan tersebut.

 Kerugian Akibat Gulma

a) Bidang Pertanian

Gulma dapat menyebabkan kerugian pada berbagai bidang kehidupan.


Pada bidang pertanian, gulma dapat menurunkan kuantitas hasil tanaman. Penurunan
kuantitas hasil tersebut disebabkan oleh adanya kompetisi gulma dengan tanaman
dalam memperebutkan air tanah, cahaya matahari, unsur hara, ruang tumbuh dan
udara yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Pertumbuhan tanaman
yang terhambat akan menyebabkan hasil menurun. Besarnya penurunan hasil
tanaman tergantung pada varietas tanaman, kesuburan tanah, jenis dan kerapatan
gulma, lamanya kompetisi dan tindakan budidaya. Di Indonesia penurunan hasil
akibat gulma diperkirakan mencapai 10-20%. Gulma juga dapat menurunkan kualitas
hasil pertanian akibat tercampurnya biji-biji gulma dengan hasil panen pada saat
panen maupun akibat tercampurnya biji-biji gulma sewaktu pengolahan hasil. Gulma
juga menyebabkan kesulitan dalam praktek budidaya, seperti dalam pengolahan
tanah, penyiangan, dan pemanenan yang menyebabkan peningkatan biaya produksi.
Gulma pada saluran irigasi menghambat aliran air sehingga pemberian air ke sawah
terhambat. Gulma dapat menjadi inang bagi hama atau patogen penyakit.

b) Bidang Peternakan

Pada bidang peternakan, gulma menyebabkan penurunan produksi pakan ternak


akibat adanya kompetisi ataupun alelopati gulma yang menyebabkan mutu hasil
ternak menurun. Sebagai contoh, gulma Allium sp., Hymenoxys odorata dan
Ambrosia trifida bila termakan sapi perah akan menyebabkan susu yang dihasilkan
berbau tidak enak dan mutu wol juga menurun. Terdapat spesies gulma tertentu
beracun dan menyebabkan kematian pada ternak. Gulma kirinyuh (Eupathorium sp.)
di Flores dilaporkan dapat mematikan sapi.

c) Bidang Perikanan

Pada bidang perikanan, gulma dapat menyebabkan beberapa kerugian. Gulma


air mempercepat hilangnya air (evapotranspirasi). Gulma Salvinia molesta
menyebabkan evapotranspirasi yang lebih besar dibandingkan dengan tanpa gulma
Salvinia molesta. Gulma Eichhornia crassipes juga menyebabkan evapotranspirasi
lebih besar, yaitu 3-5 kali dibandingkan dengan tanpa E. crassipes. Adanya gulma di
perairan juga menyebabkan menurunnya kapasitas waduk atau danau karena massa
gulma air. Gulma di permukaan air juga dapat menghambat penetrasi cahaya matahari
sehingga menyebabkan menurunnya pertumbuhan algae dan plankton yang berakibat
menurunnya produksi ikan. Gulma yang tumbuh lebat di dalam perariran
menyebabkan penurunan kadar oksigen sehingga menyebabkan pertumbuhan ikan
terganggu. Pada kegiatan penangkapan ikan, gulma yang hidup di permukaan maupun
di dalam air dapat menyulitkan penangkapan ikan.

 Penggolongan Gulma

A. Berdasarkan Habitat (ekologi)

Berdasarkan habitatnya, gulma digolongkan menjadi dua yaitu gulma obligat


dan fakultatif. Gulma obligat yaitu gulma yang hidup pada tempat yang sudah ada
campur tangan manusia, seperti pada daerah pemukiman dan pertanian. Sebagai
contoh, gulma babadotan (Ageratum conyzoides) dan gulma ceplukan (Physalis
angulata) hidup pada habitat pertanian. Gulma fakultatif adalah gulma yang hidup
pada tempat yang sudah ataupun belum ada campur tangan manusia. Sebagai contoh,
gulma bawang liar (Allium sp.), pakis-pakisan (Ceratoptoris sp.dan Nephrolepsis sp.).

B. Berdasarkan Sifat Hidup (umur)

Berdasarkan sifat atau umur hidupnya, gulma digolongkan menjadi gulma


semusim (annual), gulma tahunan (perennial), dan gulma dwitahunan (biannual).
Gulma semusim adalah gulma yang siklus hidupnya tidak lebih dari satu tahun
(annual), contohnya gulma gulma babadotan (Ageratum conyzoides). Gulma tahunan
adalah gulma yang dapat hidup lebih dari satu tahun hingga beberapa tahun
(perennial). Beberapa contoh gulma perennial adalah Chromolaena odorata, Lantana
camara dan Imperata cylindrica. Gulma dwitahunan adalah gulma yang memiliki
siklus hidup dua tahun, umumnya terdapat di daerah temperate, contoh: Cyperus iria.

C. Berdasarkan Daerah Asal

Berdasarkan daerah asal, gulma dibedakan menjadi gulma domestik dan gulma
eksotik. Gulma domestik adalah gulma asli di suatu tempat/daerah, contohnya gulma
alang-alang (Imperata cylindrica) di Indonesia. Gulma eksotik yaitu gulma yang
berasal dari daerah (negara) lain, contohnya gulma eceng gondok (Eichhornia
crassipes) dan gulma kiambang (Salvinia molesta) berasal dari negara lain.

D. Berdasarkan Kesamaan Respon terhadap Herbisida

Berdasarkan kesamaan respon terhadap herbisida, gulma dibedakan menjadi


tiga golongan yaitu gulma rumput-rumputan (grasses), gulma berdaun lebar
(broadleave), dan gulma teki (sedges). Gulma rumputan atau disebut sebagai gulma
berdaun pita merupakan gulma dari kelompok graminae yang memiliki ciri-ciri tulang
daun sejajar tulang daun utama, panjang dan lebar daun jelas berbeda. Contoh gulma
golongan rumput antara lain Cynodon dactylon, Axonopus compressus, Paspalum
conjugatum, dan masih banyak lagi. Gulma golongan teki merupakan gulma dari
famili Cyperaceae dengan ciri utama penampang batangnya segitiga. Gulma berdaun
lebar sebagian besar merupakan dikotil tetapi ada beberapa golongan monokotil,
seperti eceng gondok dan lidah buaya.
E. Berdasarkan Tempat Tumbuh

Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma digolongkan menjadi gulma


darat(terestrial) dan gulma air (aquatic). Gulma terrestrial adalah gulma yang tumbuh
di daratan, seperti Cyperus rotundus. Gulma aquatic adalah gulma yang tumbuh di
air/perairan, seperti eceng gondok (Eichornia crassipes), kayu apu (Pistia stratiotes).

F. Berdasarkan Sifat Gangguannya (Kompetisinya)

Berdasarkan sifat gangguannya, gulma digolongkan menjadi gulma biasa


(common weed) dan gulma ganas (noxius weed). Gulma biasa (common weed)
adalah gulma yang menyebabkan gangguan kurang nyata pada tanaman budidaya.
Gulma ganas (noxious weed) adalah golongan gulma yang gangguannya nyata.
Beberapa ciri gulma ganas antara lain : a) Menimbulkan kemerosotan hasil
secara nyata. Sebagai contoh, Scirpus supinus dengan populasi 200/m2 belum
menurunkan hasil tanaman padi. Scirpus maritimus dengan populasi 20/m2 telah
menurunkan hasil padi secara nyata; b) cara perbanyakan vegetatif dan ataupun
generatif berlangsung cepat; c) laju pertumbuhan vegetatif sangat tinggi; d) propagula
(alat perkembangbiakannya) mempunyai dormansi yang ekstrim; e) mampu bertahan
terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Beberapa spesies gulma
dapat bermodifikasi tertentu sesuai dengan keadaan lingkungan yang dihadapinya.
Contoh gulma Paspalum vaginatum pada air tawar habitusnya besar, pada air asin atau
keadaan kekurangan air habitusnya kecil. Gulma Portulaca sp. pada musim hujan
daunnya besar, pada musim kering daunnya kecil. Dengan adanya berbagai sifat
tersebut pada umumnya gulma ganas sukar dikendalikan.

G. Berdasarkan Jenis/Kelompok Tanaman Budidaya

Berdasarkan jenis tanaman budidaya yang menjadi tempat tumbuhnya, gulma


digolongkan menjadi gulma tanaman pangan, gulma tanaman perkebunan, dan gulma
tanaman padi sawah. Namun, penggolongan ini kurang jelas. Misalnya gulma
Borreria alata, dijumpai pada lahan tanaman perkebunan, tetapi juga dijumpai pada
lahan tanaman pangan.
H. Berdasarkan Kondisi (sifat) Lahan Tempat Tumbuh

Berdasarkan sifat lahan tempat tempat tumbuhnya, gulma dapat digolongkan


menjadi gulma pada pH tinggi atau pH rendah, gulma pada tanah berlengas tinggi atau
rendah, gulma yang tahan pada kadar garam tinggi, dan gulma yang tumbuh baik pada
tempat terlindung cahaya atau sebaliknya. Sebagai contoh, gulma Imperata cylindrica
mampu tumbuh dengan baik pada tanah sangat masam selama kondisi cahaya terbuka
penuh. Gulma harendong (Melastoma malabathricum) merupakan indikator gulma di
tanah masam.

Gulma dari golongan pakis akan tumbuh subur pada areal yang lembab dan
ternaungi. Seringkali gulma golongan pakis ini mendominasi areal perkebunan yang
telah menghasilkan, karena kondisi ekologinya yang cocok.
 Sifat Umum Gulma Dibandingkan dengan Tanaman

Gulma memiliki sifat umum yang dapat membedakan dengan tanaman


budidaya antara lain : adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan terganggu, jumlah biji
yang dihasilkan banyak sekali, daya kompetisi tinggi, dormansi biji lama sekali,
kesanggupan bertahan hidup pada keadaan lingkungan tumbuh yang tidak
menguntungkan lebih besar, sanggup menyebar luas/berkembang biak secara
vegetatif disamping pembiakan generatif. Dengan sifat-sifat tersebut, maka gulma
sering mendapat julukan The Strong Competitor, The Exellent Travellers/The Silent
Travellers, One Year of Seed Gives Seven Years of Weeds.
3.7 Fisiologi Gulma

Gulma dapat dibedakan menjadi beberapa golongan atau kelompok


berdasarkan kepada: bentuk daun, daerah tempat hidup (habitat), daur atau siklus
hidup, sifat botani dan morfologi, dan cara perkembangbiakan.
1. Penggolongan berdasarkan bentuk daun
Penggolongan berdasarkan bentuk daun ini berpatokan atas lebar atau
sempitnya daun. Gulma berdaun lebar yaitu apabila lebar dari helaian daunnya lebih
dari setengah ukuran panjangnya. Helaian daun tersebut dapat berbentuk oval, bulat,
segita, lonjong, membulat atau seperti bentuk ginjal. Pertulangan daun (nervatio) dari
golongan ini umumnya bentuk menyirip. Golongan gulma berdaun lebar ini umumnya
didominasi oleh kelompok tumbuhan dari klas Dicotyledoneae.
Sedangkan gulma berdaun sempit yaitu apabila helaian daun atau
laminanya berbentuk memanjang dan ukuran lebarnya helaian daun kecil atau sempit.
Helaian daun dari golongan ini umumnya terdiri dari kelampok daun yang berbentuk
pita, linearis, jarum dan yang berbentuk panjang-panjang. Pertulangan daun dari
golongan ini umumnya berbentuk lurus-lurus atau linearis yang umumnya didominasi
oleh kelompok tumbuhan dari klas Monocotyledoneae.
Dengan demikian berdasarkan bentuk daun ini maka gulma dapat dibagi
dua yaitu gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit.
Gulma berdaun lebar
Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun yang lebar dan luas dan umumnya:
- mempunyai lintasan C3
- nervatio (pertulangan daun) menyirip
- dari kelompok Dicotyledoneae
- bentuk helaian membulat, bulat, oval, lonjong, segitiga, bentuk ginjal,
dll.
Contoh:
- Amaranthus spinosus L.
- Ageratum conyzoides (bandotan)
- Portulaca oleracea
- Melastoma malabathricum
- Eupatorium odoratum
- Euphorbia hirta
- Centella asiatica
b. Gulma berdaun sempit

Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun sempit dan memanjang;


- mempunyai lintasan C4
- nervatio (pertulangan daun) linearis atau garis-garis memanjang.
- dari kelompok monocotyledoneae
- bentuk daun memanjang seperti pita, jarum, garis dll
contoh:
- Leersea hexandra
- Sprobolus poiretii
- Cyperus rotundus
- Imperata cylindrica
2. Penggolongan gulma berdasarkan habitat
Berdasarkan habitat atau tempat hidup maka gulma dapat
dikelompokkan menjadi beberapa golongan yaitu:
1. Gulma darat (terristerial weed) yaitu semua tumbuhan gulma yang hidup dan
tumbuhnya di darat, seperti: Imperata cylindrical, Melastoma malabathricum, dsb.
Pada gulma darat ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan
lahan atau arealnya seperti:

2. Gulma sawah tanaman palawija, contoh: - Portulaca oleracea


- Cyperus rotundus, dll
3. Gulma ladang, contoh: - Leersea hexandra
- Imperata cylindrical

4. Gulma kebun, contoh: - Ageratum conyzoides


- Stachytarpita sp
5. Gulma hutan, contoh: - Melastoma malabathricum
- Crotalaria sp
6. Gulma Padang rumput, contoh: - Sprobolus poiretii
- Andropogon sp
7. Gulma air yaitu semua tumbuhan gulma yang hidup, tumbuh dan berkembang
biaknya terjadi di dalam air, di daerah perairan atau ditempat yang basah dan
tergenang, Contoh dari gulma ini adalah: Eichornia crassipes, Hydrilla verticilata,
Pistia stratiotes, Nymphaea sp.
3. Penggolongan berdasarkan daur hidup
Menurut Ashton (1991), berdasarkan daur hidup (siklus hidup), maka
gulma dapat dikelompokkan pada beberapa golongan yaitu.
1. Annual (semusim)
Adalah tumbuhan gulma yang mempunyai daur hidup hanya satu musim atau
satutahunan, mulai dari tumbuh, anakan, dewasa dan berkembang biak. Contoh gulma
semusim adalah: Ageratum conyzoides, Stachytarpita sp.
2.Biennial (dua musim)
Yaitu tumbuhan gulma yang mempunyai daur hidup mulai dari
tumbuh,anakan,dewasa dan berkembang biak selama dua musim tetapi kurang dari
dua tahun. Contoh gulma ini adalah: Lactuca canadensis L.

3.Perinnial (gulma musiman atau tahunan)


Adalah tumbuhan gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau lama
berkelanjutan bila kondisi memungkinkan. Contoh gulma ini adalah kebanyakan dari
klas monocotyledoneae seperti; Cyperus rotundus, Imperata cylindrical, dll

PERKEMBANGBIAKAN GULMA

Gulma merupakan tumbuhan yang sangat mudah tumbuh pada bermaca-macam


areal dan lokasi tanaman budidaya, hal itu yang menyebabkan gulma lebih unggul
bersaing dengan tanaman budidaya. Faktor tersebut didukung pula oleh cara
perkembangbiakan (reproduksi) gulma yang bermacam-macam seperti berikut:

1. Dengan biji
Sebagian besar gulma berkembangbiak dengan biji dan menghasilkan jumlah
biji yang sangat banyak seperti biji pada Amaranthus spinosus, Cynodon dactylon,
Eragrostis amabilis.
Biji-biji gulma dapat tersebar jauh karena ukurannya kecil sehingga dapat
terbawa angin, air, hewan dan sebagainya dengan demikian penyebarannya juga lebih
luas. Adapula terdapat bulu-bulu (rambut halus) yang menempel pada biji, sehingga
biji ini mudah diterbangkan oleh angina, seperti pada biji Emilia sonchifolia, Vernonia
sp, dll.
Disamping itu biji-biji gulma dapat bertahan lama di dalam tanah (masa
dormansi yang panjang) bila situasi lahan tanahnya tidak memungkinkan untuk
tumbuh, kemudian pada saatnya dapat tumbuh bila situasi sudah memungkinkan.

2. Stolon
Adapula gulma yang dapat membentuk individu baru dengan stolon yaitu
bagian batang menyerupai akar yang menjalar di atas permukaan tanah. Dimana
batang ini terdiri dari nodus (buku) dan internodus (ruas), pada setiap nodus dapat
keluar serabut-serabut akar dan tunas sehingga dapat mebentuk individu baru. Contoh
gulma ini adalah: Paspalum conjugatum, Cynodon dactylon, dll.

3. Rhizome (akar rimpang)


Yaitu batang beserta bagian-bagiannya yang manjalar di dalam tanah,
bercabang-cabang, tumbuh mendatar dan pada ujungnya atau pada buku dapat muncul
tunas yang membentuk individu baru.

4. Tuber (umbi)
Umbi merupakan pembengkakan dari batang atupun akar yang digunakan
sebagai tempat penyimpanan atau penimbun makanan cadangan, sehingga umbi
tersebut bisa membesar. Pada beberapa bagian dari umbi tersebut terdapat titik (mata)
yang pada saatnya nanti bisa muncul atau keluar tunas yang merupakan individu baru
dari gulma tersebut. Contoh gulma ini adalah dari keluarga Cyperaceae, seperti:
Cyperus rotundus, Cyperus irinaria, dst.

5. Bulbus (umbi lapis)


Bulbus juga termasuk umbi yang merupakan tempat menyimpan makanan
cadangan tetapi bentuknya berlapis-lapis. Gulma golongan ini dapat ditemukan pada
keluarga Allium, contoh: Allium veneale (bawang-bawang).

6. Dengan daun
Pada beberapa jenis gulma juga dapat berkembangbiak dengan daunnya yang
telah dewasa. Daun ini berbentuk membulat ataupun oval, pada pinggir daun bergerigi
atau terdapat lekukan yang nantinya tempat muncul tunas menjadi individu baru.
Contohnya: Calanchoe sp (cocor bebek), Ranunculus bulbasus.

7. Runner (Sulur)
Stolon yang keluar dari ketiak daun dimana internodianya (ruas) sangat panjang,
membentuk tunas pada bagian ujung. Contoh: Eichornia crassipes.

8. Spora.
Ada juga beberapa gulma yang dapat berkembang biak dengan spora, dimana
spora ini bila telah matang dapat diterbangkan oleh angina. Contoh gulma ini
kebanyakan dari keluarga paku-pakuan seperti: Nephrolepsis bisserata, Lygopodiu sp,
dll.
3.8 Macam-macam Gulma dilahan pertanian

Gulma merupakan salah satu kendala utama dalam usaha pembudidayaan suatu
tanaman. Gulma dapat tumbuh dan berkembang dengan pesat di lahan tanaman
budidaya sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta dapat
mengakibatkan turunnya hasil panen baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Menurut
morfologinya biasanya orang membedakan gulma ke dalam tiga kelompok. Ketiga
kelompok gulma memiliki karakteristik tersendiri yang memerlukan strategi khusus
untuk mengendalikannya.

a. Gulma teki-tekian

Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik
karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan.
Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat
efisien dalam ‘menguasai’ areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang
lintang batang berbentuk segi tiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang
berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik
tumbuh tersembunyi. Kelompok ini mencakup semua anggota Cyperaceae (suku teki-
tekian) yang menjadi gulma. Berikut merupakan beberapa kecil contoh gulma teki :

 Teki ladang

Teki ladang atau Cyperus rotundus adalah gulma pertanian yang biasa
dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud
adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan
mirip.
Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit
dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang)
dan geragih(stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu
menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru
dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu
bertahan pada kondisi kekeringan.

Ia termasuk dalam tumbuhan berfotosintesis melalui jalur C4.

 Teki udel-udelan

Teki udel-udelan atau Cyperus kyllingia merupakan sebagian besar dari


keluarga Cyperus, Akar rimpang yang dimiliki oleh teki ini adalah berwarna merah.
Teki udel-udelan merupakan rimpang pendek yang beruas teratur yang memiliki
percabangan yang merayap. Akarnya merupakan sistem percabangan serabut.vBatang
Teki udel-udelan ini berbentuk segitika yang tajam dengan tinggi batang 0,1-0,5 m.

Daun Teki udel-udelan ini memiliki panjang 20-35 cm dengan bentuk garis
sempi. Lebar daun ini sekitar 2-4 mm, dan juga terdapat daun pembalut yang menutupi
pelepah dan bangkol semu yang berbentuk kerucut. Tepi daunnya beringgit dengan
pangkal daun yang agak lancip dan ujung daun agak runcing.

 Kumbuh

Kumbuh atau kercut (Schoenoplectiella mucronata) adalah


sejenis rumput yang hidup di rawa-rawa, termasuk
anggota suku Cyperaceae. Tumbuhan yang menyebar luas di wilayah hangat Dunia
Lama (Eropa, Asia, Australia) ini merupakan gulma sekaligus penghasil bahan
anyaman dan tali.

Rumput yang menahun, sangat berubah-ubah. Rimpangnya sangat


pendek. Batangkokoh, tegak, merumpun, menyegitiga dengan sisi-sisi yang kurang-
lebih mencekung, halus, ½-1 m × (2-)3-8 mm. Daun-daun menyusut menjadi
semacam seludang yang serupa membran, tanpa helaian daun, berwarna jerami hingga
kecokelatan.

Perbungaan seolah terletak di samping (pseudolateral); serupa bongkol, dengan


4-25 spikelet (terkadang beberapa di antaranya bertangkai pendek, ramping), diameter
bongkol hingga 4 cm; daun pelindung seolah-olah menjadi kelanjutan batang,
menyegitiga, 1-10 cm, awalnya tegak, kemudian dapat saja rebah atau melengkung ke
bawah. Spikelet duduk berjejal-jejal dalam berkas, bulat telur hingga bentuk
gelendong sempit mengerucut, 10-20 × 4-6 mm, dengan banyak bunga yang tersusun
padat, berwarna jerami hingga kecokelatan.[7][8]
b. Gulma rumput-rumputan

Gulma dalam kelompok ini mempunyai ciri-ciri seperti daun sempit seperti teki-
tekian tetapi memiliki stolon, alih-alih umbi. Stolon ini di dalam tanah membentuk
jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Daun-daun soliter pada buku-buku,
tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu
pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata.
Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian
daun. Berikut beberapa gulma rumput – rumputan yang ada di lahan :

 Alang-alang ( Imperata cylindrica ( Linn. ) Beauv. )

Akarnya memiliki tunas yang merayap di dalam tanah, panjang dan bersisik.
Biasanya sistem perakarannya serabut dan banyak memiliki rambut akar yang lebat
dan ujungnya meruncing.
Batang alang-alang ini memiliki tinggi 1,2-1,5 m. Permukaan batang alang-
alang ini beruas-ruas. Ruas tersebut sebagai tempat duduknya daun. Arah tumbuhnyya
batang alang-alang ini ke atas.

Daun alang-alang berbentuk garis lanset dengan pangkal menjepit dan


berbentuk talang. Panjangnya sekitar 15-80 cm. Tepi daunnya juga sangat kasar, pada
pangkal berambut panjang, dengan tulang daun tengah yang lebar dan pucat. Alang-
alang juga memiliki malai yang panjangnya 10-20cm.

 Digitaria sanguinalis
Digitaria sanguinalis adalah spesies rumput yang dikenal dengan beberapa nama
umum, termasuk crabgrass berbulu, rumput jari kepiting. Ini adalah salah satu spesies
yang lebih dikenal dari genus Digitaria, dan yang hampir dikenal di seluruh dunia
sebagai gulma biasa. Ini digunakan sebagai pakan ternak, dan bijinya dapat dimakan
dan telah digunakan sebagai biji-bijian di Jerman dan terutama Polandia, di mana
kadang-kadang dibudidayakan membuatnya menjadi millet Polandia.

Crabgrass merupakan rumput tahunan dengan perbungaan hingga sembilan


cabang yang sangat panjang, sangat tipis, memancar di atas batangnya. Setiap cabang
dilapisi dengan sepasang spikelet yang sangat kecil. Perbungaannya bisa kemerahan
atau keunguan.

 Cynodon dactylon

Cynodon dactylon, juga dikenal sebagai Vilfa stellata, wiregrass dan rumput
belanda, adalah grassthat yang berasal dari Afrika. Bilahnya berwarna abu-abu-hijau
dan pendek, biasanya 2–15 cm panjang dengan tepi kasar. Batang yang tegak dapat
tumbuh setinggi 1–30 cm. Batangnya agak pipih, sering berwarna ungu.Kepala biji
diproduksi dalam kelompok dua hingga enam paku bersamaan di bagian atas batang,
masing-masing panjangnya 2-5 cm.
Tumbuhan ini memiliki sistem perakaran yang dalam; dalam situasi kekeringan
dengan tanah yang dapat ditembus, sistem akar dapat tumbuh hingga lebih dari 2
meter, meskipun sebagian besar massa akar kurang dari 60 sentimeter di bawah
permukaan. Rumput merayap di sepanjang tanah dan akar di mana simpul menyentuh
tanah, membentuk tikar padat. C. dactylon mereproduksi melalui biji, pelari, dan
rimpang.

 Rumput Belulang

Rumput Belulang (Eleusine indica L.) merupakan salah satu gulma tanaman
budidaya yang mempunyai daya saing yang tinggi dan keluarga Poaceae atau
termasuk dalam keluarga rumput-rumputan. rumput belulang berkembang biak
dengan menggunakan biji. Rumput belulang mudah ditemui di dataran tinggi bahkan
disebuah artikel menyebutkan rumput belulang atau jukut jampang dapat hidup dalam
ketinggian 2000mdpl. namun rumput belulang juga mampu hidup ditarang sedang
ataupun dataran rendah.

Rumput belulang mempunyai siklus hidup yang menahun dan mampu


berbungan di umur 30 hari. pematang bunga tumbuhan rumput belulang 4-6 bulan.
rumput belulang biasanya tumbuh baik di dataran yang tidak terlalu basah. Rumput
belulang atau jukut jampang mempunyai ciri-ciri pada tumbuhannya yaitu akar dari
rumput belulang atau jukut jampang ini termasuk dalam tumbuhan yang mempunyai
akar serabut.ciri daun dari rumput belulang yaitu memanjang, mempunyai lebar 1 cm
dan mempunyai panjang rumput belulang sekitar 10-15cm. dan mempunyai tinggi
tanaman sekitar 60-80 cm.

c. Gulma daun lebar

Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok


ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap
tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan
sangat sensitif terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada
permukaan bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta
titik tumbuh terletak di cabang. Contoh dari gulma daun lebar yaitu :

 Ciplukan (Physalis angulata L.)

Ciplukan adalah tumbuhan herba anual (tahunan) dengan tinggi 0,1-1 m.


Batang pokoknya tidak jelas, percabangan menggarpu, bersegi tajam, berusuk,
berongga, bagian yang hijau berambut pendek atau boleh dikatakan gundul. Daunnya
tunggal, bertangkai, bagian bawah tersebar, di atas berpasangan, helaian berbentuk
bulat telur-bulat memanjang-lanset dengan ujung runcing, ujung tidak sama (runcing-
tumpul-membulat-meruncing), bertepi rata atau bergelombang-bergigi, 5-15 x 2,5-
10,5 cm.

Bunga tunggal, di ujung atau ketiak daun, simetri banyak, tangkai bunga tegak
dengan ujung yang mengangguk, langsing, lembayung, 8-23 mm, kemudian tumbuh
sampai 3 cm. Kelopak berbentuk genta, 5 cuping runcing, berbagi, hijau dengan rusuk
yang lembayung. Mahkota berbentuk lonceng lebar, tinggi 6-10 mm, kuning terang
dengan noda-noda coklat atau kuning coklat, di bawah tiap noda terdapat kelompokan
rambut-rambut pendek yang berbentuk V.

 Bandotan

Bandotan tergolong ke dalam tumbuhan gulma terna semusim, tumbuh


berbaring dipermukaan tanah dan ada pula yang tegak, tingginya kurang lebih 30-90
cm, dan bercabang. Batang tumbuhan bandotan berbentuk bulat dan berambut
panjang, jika batang menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daun berwarna hijau,
bertangkai, letaknya saling berhadapan dan ada pula yang bersilang, bentuk daun bulat
telur dengan pangkal membulat dan ujung meruncing, tepi daun bergerigi, panjang
daun kurang lebih 1-10 cm, lebar 0,5-6 cm, terdapat rambut pada permukaan daun dan
kelenjar yang berada di permukaan bawah daun.

 MIKANIA ( MIKANIA MICRANTHA )


Mikania micrantha merupakan gulma tahunan yang tumbuh merambat dengan
cepat. Mikania termasuk dalam gulma penting pada kelapa sawit yang dapat tumbuh
hingga ketinggian 700 mdpl. Mikania umumnya tumbuh dominan pada areal kelapa
sawit belum menghasilkan (TBM) hingga dapat meimbelit/menutupi seluruh
pelepah/tajuk kelapa sawit
Mikania juga menghasilkan senyawa alelopati berupa phenol dan flavon.
Mudah berkembang biak melalui potongan batang dan biji. Viabilitas biji mencapai
lebih dari 60%, sedangkan daya tumbuh stek dapat mencapai 95%.
Batang M. micrantha tumbuh menjalar berwarna hijau muda, bercabang dan
ditumbuhi rambut-rambut halus. Panjang batang dapat mencapai 3-6m. Pada tiap ruas
terdapat dua helai daun yang saling berhadapan, tunas baru dan bunga.
Helai daun berbentuk segitiga menyerupai hati dengan panjang daun 4-13cm
dan lebar daun 2-9cm. Permukaan daun menyerupai mangkok dengan tepi daun
bergerigi.

 Putri malu (Mimosa spundica)

Putri malu atau Mimosa pudica adalah perdu pendek anggota suku polong-
polongan yang mudah dikenal karena daun-daunnya yang dapat secara cepat
menutup/layu dengan sendirinya saat disentuh. Walaupun sejumlah anggota polong-
polongan dapat melakukan hal yang sama, putri malu bereaksi lebih cepat daripada
jenis lainnya. Kelayuan ini bersifat sementara karena setelah beberapa menit
keadaannya akan pulih seperti semula.
Seluruh bagian tanaman putri malu meliputi batang dan cabang berduri, bunga,
bunga kering, polong biji, serta daun yang terbuka dan tertutup.

 Bayam duri (Amaranthus spinosus)

Herba berumur 1 tahun, tegak atau condong kemudian tegak, tinggi 0,4-1 m,
kerapkali bercabang banyak dan berduri. Daun bulat telur memanjang, lanset, panjang
5-8 cm, ujung tumpul dan pangkal runcing, Bunga dalam tukal yang rapat, yang
bawah duduk di ketiak, yang akan berkumpul menjadi karangan bunga di ujung dan
duduk di ketiak, bentuk bulir atau bercabang pada pangkalnya. Bulir ujung besar
jantan, tidak berduri, tidak berduri tempel. Daun pelindung dan anak daun pelindung
runcing, sama dengan tenda bunga. Daun tenda bunga 5, panjang 2-3 mm, gundul,
hijau, atau ungu dengan tepi trasparan.
3.9 Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara :


1. Preventif ( pencegahan)
Cara pencegahan anatar lain :
a. Dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji
gulma
b. Pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang.
c. Pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput
makanan ternak
d. Pemberantasan ternak yang akan diangkut
e. Pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahanya dan lain
sebagainya

2. Pengendalian gulma secara fisik

Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan cara :


a. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, traktor yang
berfungsi untuk memberantas gulma. Efektifitas alat-alat pengolah tanah di dalam
memberantas gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup dari gulma,
penyebaran gulma, umur dan ukuran infestasi.
b. Pembabatan (pemangkasan, mowing)
Pembabatan umumnya hanya efektif untuk mematikan gulma setahun dan
relative kurang efektif untuk gulma tahunan. Efektivitas cara ini tergantung pada
waktu pemangkasan, interval (ulangan) pembabatan sebaiknya dilakukan pada
wakyu gulma menjelang berbunga atau pada waktu daunnya sedang tumbuh dengan
hebat.
c. Penggenangan
Penggenangan efektif untuk memberantas gulma dengan menggenangi
sedalam 15-25 cm selama 3-8 minggu. Harus cukup terendam sehingga
pertumbuhan gulma tertekan.
d. Pembakaran
Sushu kritis yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45-55
derajat celcius, kematian dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh
koagulasi pada protoplasmiannya. Pembakaran secara terbatas masih sering
dilakukan untuk membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah
dipangkas. Pembakaran juga dapat mematikan insecta dan hama lain serta penyakit
seperti cendawan, bakteri kekurangan dari system ini dapat menguramgi kandungan
humus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi.
e. Mulsa
Pengunaan mulsa untuk mencegah cahaya matahari tidak sampai ke gulma,
sehingga gulma tidak dapat melakukan fotosintesis, akhirnya akan mati dan
perumbuhan baru (perkecambahan) dapat dicegah.
3. Pengendalian gulma secara biologis
Pengendalian gulma secara biologis dengan menggunakan organisme lain,
seperti insekta, fungi, bakteri, dan sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif
dengan insekta atau fungi dapat berpotensi mengendalikan gulma secara biologis.
4. Pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan
menggunakan herbisida. Yang dimaksut dengan herbisida adalah senyawa kimia
yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik
secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak
maupun sistemik , dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau
pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan
efektif , terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya
keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap pencemaran lingkungan.
Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus
merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak
berhasil.
3.10 Sifat Karakteristik dan Klasifikasi Gulma

Klasifikasi Gulma Berdasarkan Morfologi dan Biotani

Berdasarkan morfologi dan biotaninya, gulma dikelompokkan menjadi


golongan yaitu golongan rumput (grasses) famili poaceae Gramineae), golongan teki
(sedges) famili Cyperaceae, dan golongan daun lebar (Broadleaves/herbaceous)
a. Gulma golongan rumput (Grasses)
Gulma golongan rumput (grasses) termasuk dalam suku/famili
Gramineae/Poaceae. Ciri-ciri umum gulma golongan rumput antara lain memiliki
batang bulat atau agak pipih dan rata-rata berongga. Daun-daun soliter pada buku-
buku (ruas), tersusun dalam dua deret, umumnya memiliki tulang daun sejajar.
Gulma terdiri atas dua bagian, yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun pada
umumnya berbentuk garus dengan tepi yang rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan
jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun.
Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat
bertangkaiatau tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau
lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi
olehsepasang daun pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar
disebut lemna dan yang kecil disebut palea.Buah disebut caryopsis atau grain.Gulma
dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki tetapi menghasilkan stolon. Stolon
ini di dalam tanah berbentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik.
Contoh gulma golongan rumput adalah sebagai berikut :
a). Cynodon dactylon (L.) Pers. (kakawatan, gigirintingan suket grinting)
b). Eleusine indica(L.) Gaena (rumput kelulang, cerulang jukut jampang)
c). Imperata cylindrica (L.) Beauv (alang-alang, carulang, jukut jampang)
d). Echinochloa crus-galli (L.) Cerv( jajagoan)
e). Echinochloa colanum (L.) Cerv (jajagoan leutik)
f). Panicum repens L. (lulampuyangan, jajahean)
g). Paspalum conjugatum Bergrn (jukut japang pait, jukut pait, rumput)

b. Gulma golongan teki (sedges)

Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae. Batangumumnya


berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga. Daun
tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun(ligula). Ibu tangkai
karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak
bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung.Buahnya tidak membuka.
Kelompok teki – tekian memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian
mekanis, karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan
berbulan – bulan.
Contoh gulma golongan teki adalah sebagai berikut :
a). Cyperus bervifolius (jukut pendul)
b). Cyperus rotundus L (teki)
c). Cyperus difformia L. (jukut papayungan).
d). Cyperus halpan L. (papayungan)
e). Cyperus iria L. (jekeng, lingih alit).
f). Cyperus kyllingia Endl. (jukut pendul bodas, teki, teki bodot, teki pendul).
g). Fimbristylis littoralis geidlah (F. miliacea (L) cahl (panon munding,
tumbaran).
h). Scirpus grossius L.F (waligi, wlingen, lingi, mensing).

4. Golongan gulma daun lebar (Broadleaves)


Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae danPteridophyta.
Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala. Gulma ini biasanya tumbuh pada
akhir masa budi daya. Kompetisi terhadap tanamanutama berupa kompetisi cahaya.
Contoh gulma berdaun lebar adalah sebagai berikut ;
a). Salvinia molesla D.S Mit het (kimbang, kayambang janji, lukut cai, lukut)
b). Marsilea crenala presl (semangi, samanggen).
c). Azolla pinnala R. Br (kaya apu dadak)
d). Limnocharis fIava (L. Buch (genjer, centong)
e). Ageratum conyzoides L. (bebadotan, wedusan).
f). Borreria alata (Aubl. (DC (kabumpang lemah, goletrak, letah hayam,
rumput setawar).
g). Stachyarpheta indica (L.) vahl (jarong, gajihan)
h). Amaranthus spinosus L. (bayam duri, bayem eri, senggang cucuk).
i). Synedrella nodiflora (L.) gaentn (babadotan lalakina, jotang, jotang kuda)
j). Physalis angulata (ciplukan)
c. Klasifikasi Gulma Berdasarkan Siklus Hidup
Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma semusim
(annual weeds), gulma dua musim (biannual weeds), dan gulma tahunan (perennial
weeds).
1. Gulma Semusim (Annual Weeds)
Siklus hidup gulma semusim mulai dari berkecambah, berproduksi, sampai
akhimya mati berlangsung selama satu tahun. Pada umumnya, gulma semusim
mudah dikendalikan, namun pertumbuhannya sangat cepat karena produksi biji
sangat banyak. Oleh karena itu, pengendalian gulma semusim memerlukan biaya
yang lebih besar.
Contoh gulma semusim adalah sebagai berikut :
a). Amaranthus sp. (bayam duri)
b). Digitaria sp. (rumput jampang)
c). Eleusine indica (lulangan, rumput belulang)
d). Ipomoea purpurra
e). Setaria sp.

2. Gulma Dua Musim (Biannual Weeds)


Siklus hidup gulma dua musim lebih dari satu tahun, namun tidak lebih dari
dua tahun. Pada tahun pertama gulma ini menghasilkan bentuk roset, pada tahun
kedua berbunga, menghasilkan biji, dan akhimya mati. Pada periode roset, gulma
jenis ini pada umumnya sensitif terhadap herbisida.
Contoh gulma dua musim adalah sebagai berikut :
a). Aretium sp.
b). Circium vulgare
c). Verbascum thapsus

3. Gulma Tahunan (Perennial Weeds)


Siklus hidup gulma tahunan lebih dari dua tahun dan mungkin tidak terbatas
(menahun). Jenis gulma ini kebanyakan berkembang biak dengan biji, meskipun ada
juga yang berkembang biak secara vegetatif. Gulma tahunan dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan. Misalnya, pada musim kemarau jenis gulma ini seolah-olah
mati karena ada bagian yang mengering, namun bila ketersediaan air cukup, gulma
akan segera bersemi kembali.
Contoh gulma tahunan adalah sebagai berikut :
a). Cynodon dactylon
b). Cyperus rotundus
c). Imperata cylindrica

d. Klasifikasi Gulma Berdasarkan Habitat Tumbuh


Berdasarkan habitatnya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma air (aquatic
weeds) dan gulma daratan (terestrial weeds).
1. Gulma Air (Aquatic Weeds)
Pada umumnya, gulma air tumbuh di air, baik mengapung, tenggelam, ataupun
setengah tenggelam. Gulma air dapat berupa gulma berdaun sempit, berdaun lebar,
ataupun teki-tekian
Contoh gulma air adalah sebagai berikut :
a). Cyperus difformis
b). Cyperus iria
c). Echinochloa colonum
d). Echinochloa crus-galli
e). Eichomia grassipes
f). Leersia hexandra
g). Leptochloa chinensis
h). Monochoria vaginalis
i). Salvinia molesia
j). Scirpus mucronatus
2. Gulma Daratan (Terestrial Weeds)
Gulma daratan tumbuh di darat, antara lain di tegalan dan perkebunan. Jenis
gulma daratan yang tumbuh di perkebunan sangat tergantung pada jenis tanaman
utama, jenis tanah, iklim, dan pola tanam
Contoh jenis gulma daratan adalah sebagai berikut :
a). Ageratum conyzoides
b). Axonopus compressus
c). Chromolaena odorata
d). Euphorbia sp.
e). Imperata cylindrica
f). Melastoma malabatricum
g). Mikania micrantha
h). Panicum repens
i). Stachytarpheta indica

e. Klasifikasi Gulma Berdasarkan Pengaruhnya Terhadap Tanaman


Perkebunan
Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan, gulma dibedakan
menjadi gulma kelas A, B, C, D, dan E.

1. Gulma Kelas A
Gulma yang digolongkan ke dalam kelas A adalah jenis-jenis gulma yang
sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan sehingga harus diberantas secara tuntas
Contoh jenis gulma kelas A adalah sebagai berikut :
a). Imperata cylindrica
b). Mikania sp.
c). Mimosa sp.

2. Gulma Kelas B
Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas B adalah jenis-jenis gulma yang
merugikan tanaman perkebunan sehingga perlu dilakukan tindakan pemberantasan
atau pengendalian.
Contoh jenis gulma kelas B adalah sebagai berikut :
a). Brachiaria mutica
b). Gleichenia liniearis
c). Lantana camara
d). Melastoma malabathricum
e). Scleria sumatrensis

3. Gulma Kelas C
Gulma yang digolongkan ke dalam gulma kelas C adalah jenis-jenis gulma
atau tumbuhan yang merugikan tanaman perkebunan dan me- merlukan tindakan
pengendalian, namun tindakan pengendalian tersebut tergantung pada keadaan,
misalnya ketersediaan biaya, atau mempertim- bangkan segi estetika (kebersihan
kebun).
Contoh jenis gulma kelas C adalah sebagai berikut :
a) Axonopus compressus
b). Boreria latifolia
c). Cyclocorus aridus
d). Cynodon dactylon
e) Cyperus sp.
f) Echinochloa colonum
g). Eleusine indica
h). Nephrolepsis bisserata
i). Ottochloa nodosa
j). Paspalum conjugatum
k). Sporolobus sp.

4. Gulma Kelas D
Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas D adalah jenis-jenis gulma yang
kurang merugikan tanaman perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan
pengendalian.
Contoh jenis gulma kelas D adalah sebagai berikut :
a). Ageratum conyzoides
c). Cyrtococcum sp.
d). Digitaria sp.

5. Gulma Kelas E
Gulma yang digolongkan ke dalam gulma kelas E adalah jenis-jenis gulma
yang pada umumnya bermanfaat bagi tanaman perkebunan karena dapat berfungsi
sebagai pupuk hijau. Gulma kelas E dibiarkan tumbuh menutupi gawangan tanaman,
namun tetap memerlukan tindakan pengen- dalian jika pertumbuhannya sudah
menutupi piringan atau jalur tanaman.
Contoh jenis gulma kelas E adalah sebagai berikut :
a). Calopogonium caereleum
b). Calopogonium mucunoides
c). Centrosema pubescens
d). Pueraria javanica
e). Pueraria phaseoloides
Karakteristik Gulma
Sifat-sifat Gulma :
 Gulma agresif/merugikan ( Noxious Weed )
 Gulma lunak ( Soft Weed )

Gulma agresif/merugikan ( Noxious Weed)


ü Pertumbuhan vegetatif cepat
ü Menghasilkan organ perkembangbiakan (biji) cepat & efisien
ü Kemampuan hidup besar (karena toleran pada keadaan yang minimal dan
atau menghasilkan substansi beracun/alelopati)
ü Memiliki organ perkembangbiakan yang dorman atau didorong menjadi
dorman (istirahat)
ü Menekan pertumbuhan tanaman meskipun pada kerapatan rendah

Dormansi (masa istirahat)


► Penyebab : Fisiologis & Fisik
► Masa/waktu dormansi biji berbeda-beda
► Mematahkan dormansi :
ü Penyiangan berkali-kali
ü Perlakuan fisik (biji digosok/dilukai, direndam air panas/kemikalia,
menghilangkan pulp/lendir dll)

Alelopati
► Pengertian :
§ Bonner (1950) ð substansi beracun
§ Tukey (1969) dan Numata (1977) ð Allelopathy
§ Eussen (1977), Wani Djatmiko (1978) ð zat penghambat pertumbuhan
► Karakter :
Leopold & Kriedmann (1975) ð sebagian besar tidak dikenal atau sukar
diisolasi
► Zat yang sudah terdeteksi :
§ Asam absisi
§ Coumarin (menghalangi pembelahan sel akar)
§ Senyawa cyanogen
§ Asam phenol (mendorong ketidakaktifan hormon pertumbuhan ð menekan
pertumbuhan)
§ Terpen
§ Flavinium
§ Asam cinamis
§ Glycosida

► Cara berpengaruh :
§ Memperlambat penyerapan hara
§ Menghambat pembelahan sel
§ Menghambat aktifitas fotosintesa
§ Berpengaruh terhadap respirasi
► Pelepasannya :
§ Pencucian selama hujan
§ Pembusukan
§ Penguapan
Alelopati pada Chromolaena odorata :
► Bunga dan daun
§ Asam palmitat
§ Asam linoleat
§ 2,6-dimetosi fenol
► Batang & akar
§ Etilhidrazin oksalat
§ Asam palmitat

Penyebaran spesies gulma:


► Tanah baru diolah/dikerjakan : Didominasi gulma semusim
► Tanah lama ditanami : Didominasi gulma tahunan
► Dataran tinggi : beraneka ragam jenisnya & jumlah individunya sedikit
► Dataran rendah : jenis tidak banyak dan jumlah individu melimpah
3.11 Terminologi Gulma Konsep dan Batasan Gulma

1. Gulma adalaha tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki,
tumbuh pada areal pertanaman.
2. Alelopati adalah hubungan atau interaksi antarorganisme, yang mana
keberadaan satu organisme dapat menghambat pertumbuhan atau
perkembangan organisme lainya melalui pelepasan toksin atau racun.
3. Annual weeds, yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu
kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah
sampai memproduksi biji dan kemudian mati).
4. Biennial weeds, yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari
satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun.
5. Perennial weeds, yaitu gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau
mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun).
6. Simple perennial, yaitu gulma yang sebenarnya hanya berkembang biak
dengan biji, akan tetapi apabila bagian tubuhnya terpotong maka potongannya
akan dapat tumbuh menjadi individu baru. Sebagai contoh Taraxacum sp. dan
Rumex sp.
7. Creeping perennial, yaitu gulma yang dapat berkembang biak dengan akar
yang menjalar (root creeping), batang yang menjalar di atas tanah (stolon) atau
batang yang menjalar di dalam tanah (rhizoma). contohnya Cynodon dactylon,
Sorgum helepense, Agropyron repens, Circium vulgare.
8. Terrestial weeds, yaitu gulma yang tumbuh pada habitat tanah atau darat.
Contoh Cyperus rotundus, Imperata cylindrica, Cynodon dactylon,
Amaranthus spinosus, Mimosa sp. ,
9. Aquatic weeds, yaitu gulma yang tumbuh di habitat air.
10. Marine weeds, yaitu gulma yang hidup pada kondisi air seperti air laut, di
hutan-hutan bakau. Sebagai contoh Enchalus acoroides dan Acrosticum
aureum.
11. fresh water weeds, yaitu gulma yang tumbuh di habitat air tawar.
12. Floating weeds gulma yang tumbuh memgapung
13. Submerged weeds gulma yang tumbuh tenggelam
14. Emerged weeds adalah gulma yang sebagian tubuhnya tenggelam dan
sebagian mengapung.
15. Marginal weeds adalah gulma yang tumbuh di tepian, contohnya Panicum
repens, Scleria poaeformis, Rhychospora corymbosa, Polygonum sp.,
Ludwigia sp., Leersia hexandra, Cyperus elatus.
16. Monocotyledoneae, gulma berakar serabut, susunan tulang daun sejajar atau
melengkung, jumlah bagian-bagian bunga tiga atau kelipatannya, dan biji
berkeping satu. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus
dactylon, Echinochloa crusgalli, Panicum repens.
17. Dicotyledoneae, gulma berakar tunggang, susunan tulang daun menyirip atau
menjari, jumlah bagian-bagian bunga 4 atau 5 atau kelipatannya, dan biji
berkeping dua. Contohnya Amaranthus spinosus, Mimosa sp., Euphatorium
odoratum.
18. Pteridophyta gulma yang berkembangbiak secara generatif dengan spora.
Sebagai contoh Salvinia sp., Marsilea crenata.
19. Gulma obligat (obligate weeds) adalah gulma yang tidak pernah dijumpai
hidup secara liar dan hanya dapat tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola
oleh manusia. Contoh Convolvulus arvensis, Monochoria vaginalis,
Limnocharis flava.
20. Gulma fakultatif (facultative weeds) adalah gulma yang tumbuh secara liar
dan dapat pula tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia.
Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus Opuntia sp.
21. Gulma parasit sejati adalah gulma yanh tidak mempunyai daun, tidak
mempunyai klorofil, tidak dapat melakukan asimilasi sendiri, kebutuhan akan
makannya diambil langsung dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya
(haustarium) memasuki sampai ke jaringan floem. Contoh Cuscuta australis
(tali putri).
22. Gulma semi parasit adalah gulma yang mempunyai daun, mempunyai klorofil,
dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan unsur hara
lainnya diambil dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya masuk sampai
ke jaringan silem.
23. Gulma hiper parasit adalah mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat
melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan dan hara lainnya diambil
dari gulma semi parasit, dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan
silem.
24. Gulma kelas A adalah Gulma yang digolongkan ke dalam kelas A adalah
jenis-jenis gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan sehingga
harus diberantas secara tuntas. Contoh Imperata cylindric, Mikania sp,
Mimosa sp.
25. Gulma kelas B adalah Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas B adalah
jenis-jenis gulma yang merugikan tanaman perkebunan sehingga perlu
dilakukan tindakan pemberantasan atau pengendalian. Contoh Brachiaria
mutica, Gleichenia liniearis .
26. Gulma kelas C adalah jenis-jenis gulma atau tumbuhan yang merugikan
tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan
pengendalian. Contoh Eleusine indica, Sapolbus sp.
27. Gulma kelas D adalah jenis-jenis gulma yang kurang merugikan tanaman
perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian. Contoh
Ageratum conyzoides, Cyrtococcum sp, Digitaria sp.
28. Gulma kelas E adalah jenis-jenis gulma yang pada umumnya bermanfaat bagi
tanaman perkebunan karena dapat berfungsi sebagai pupuk hijau. Contoh
Calopogonium caereleum, Calopogonium mucunoides.
3.12 Konsep dan Batasan Gulma

Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses
produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena
mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena
batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman
berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma
dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela
pertanaman monokultur jagungdapat dianggap sebagai gulma, namun pada
sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian,
beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang.

A. KOMPETISI GULMA DAN TANAMAN BUDIDAYA

Kompetisi adalah hubungan interaksi antara dua individu tumbuhan baik yang
sesama jenis maupun berlainan jenis yang dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi
keduanya sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya yang ada dalam keadaan
terbatas secara bersama . Kompetisi yang terjadi di alam meliputi kompetisi
intraspesifik yaitu interaksi negatif antar sesama jenis, dan kompetisi interspesifik
yaitu interaksi negatif yang terjadi pada tumbuhan berbeda jenis. Tanamna budidaya
mempunyai kemampuan untuk bersaing dengan gulma sampai batas populasi gulma
tertentu. Setelah batas populasi tersebut, tanaman budidaya akan kalah bersaing
sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman budidaya akan menurun. Kompetisi
gulma akan menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen. Penurunan
kuantitas hasil panen terjadi melalui dua cara yaitu pengurangan jumlah hasil yang
dapat dipanen dan penurunan jumlah individu tanaman yang dipanen. Kompetisi
antara gulma dan tanaman terjadi karena faktor tumbuh yang terbatas. Faktor yang
dikompetisikan antara lain, hara, cahaya, CO2, cahaya dan ruang tumbuh. Besarnya
daya kompetisi gulma tergantung pada beberapa faktor antara lain jumlah individu
gulma dan berat gulma, siklus hidup gulma, periode gulma pada tanaman, dan jenis
gulma.
BAB 4. PRAKTIKUM

4.1 Pengenalan dan Identifikasi Gulma

A.PENGENALAN GULMA

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan


kondisi yang tidak diinginkan
manusia.Berdasarkan definisi subjektifnya, gulma dapat diartikan sebagai
tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia karena tumbuh di tempat
yang tidak diinginkan dan mempunyai pengaruh negatif terhadap
manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Keberadaan gulma tidak dikehendaki karena gulma mempunyai daya
kompetisi yang tinggi (ruang, air, udara, unsur hara) terhadap tanaman
yang dibudidayakan, sehingga mengganggu pertumbuhan dan
menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen tanaman budidaya. Selain
itu, gulma sering menjadi inang sementara dari penyakit dan parasit
tanaman dan menghambat kelancaran aktivitas pertanian (Sukman dan
Yakub, 1995).
Gulma mempengaruhi banyak fase pengusahaan tanaman dan
menyebabkan kerugian-kerugian yang serius dalam hasil dan kualitas dan
meningkatkan biaya produksinya.Kerusakan yang langsung disebabkan
karena adanya gulma di dalam dan dekat lahan yang ditanamai berupa
gulma dalam lahan tanaman yang mengurangi hasil dan kualitas oleh
persaingan kebutuhan tumbuh, seperti hara, air, dan cahaya. Gulma
mengurangi efisiensi panen dan mesin-mesin, karena gulma yang
membentang di tanah, membelit ke dalam mesin dan yang berdiri tegak
menumpang pada panen (Sastroutomo, 1990).
Gulma merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya
pada lahan budidaya pertanian dan dapat berkompetisi dengan tanaman
budidaya sehingga berpotensi untuk menurunkan hasil tanaman budidaya
tersebut. Tanaman budidaya yang tumbuh secara liar di lahan produksi
yang diperuntukkan untuk jenis tanaman lainnya juga digolongkan sebagai
gulma. Kompetisi antara gulma dan tanaman dapat berupa kompetisi
antara tajuk dalam memanfaatkan cahaya matahari dan/atau kompetisi
antara sistem perakarannya dalam memanfaatkan air dan unsur hara
(Barus, 2003).
Daun-daun gulma berdaun lebar dibentuk pada meristem apikal dan
sangat sensitif terhadap bahan kimia. Permukaan daun terutama
permukaan bawah terdapat stomata yang memungkinkan cairan masuk.
Gulma ini mempunyai tunas-tunas pada nodus atau titik memencarnya
daun. Tunas-tunas ini juga sensitif terhadap herbisida. Meristem apikal
dari gulma berdaun lebar adalah bagian batang yang berbentuk sebagai
bagian terbuka yang sensitif terhadap perlakuan kimia. Oleh karena itu
herbisida pengendali daun lebar lebih banyak daripada pengendali rumput
(Sukman dan Yakub, 1995).
Gulma mampu berkembangbiak secara vegetatif maupun generatif
dan biji yang dihasilkan secara vegetatif maupun generatif adalah
denganrhizoma,stolon, dan lain-lain. Pembiakan melalui spora umumnya
dilakukan oleh bangsa pakisan sedangkan pembiakan biji dilakukan oleh
bangsa gulma semusim atau tahunan (Sukman dan Yakub, 1995).
Gulma berdasarkan sifat morfologinya dibedakan atas, gulma
rumputan (grasses), gulma tekian (sedges), dan gulma daun lebar
(broadleaf weeds). Gulma rumputan (grasses) yaitu gulma yang termasuk
family gramineae, seperti : Panicum repens, Paspalum
conjugatum, Imperata cylindrica. Gulma tekian (sedges) yaitu gulma yang
termasuk kedalam family cyperaceae, seperti : Cypers kyllingia, Cyperus
rotundus. Gulma daun lebar (broadleaf weeds) yaitu gulma selain gulma
tekian dan rumputan, seperti : Borreria alata,Amaranthus spinosus.
Gulma berdasarkan habitatnya dibedakan atas gulma darat
(terrestrial weeds), gulma air (aquatic weeds), dan aerial weeds. Gulma
darat adalah gulma yang tidak tahan terhadap genangan air, seperti
: Cyperus rotundus,Imperata cylindrica, Eupatorium odoratum. Gulma air
adalah gulma yang sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di air,
seperti : Polygonum barbatum, Eichhornia crassipes. Gulma aerial
weeds adalah gulma yang hidupnya menumpang pada tanaman lain,
seperti : Loranthus sp. dan Cuscutasp.
gulma seperti Eceng gondok (Euchornia crassipes) hidup
mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya
sekitar 0,4-0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan
berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun
menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya
termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung.
Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga
dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Kayapu (Pistia stratiotes) merupakan jenis gulma air (aquatic
weeds) yang tumbuh mengapung (floating weeds) dan banyak ditemukan
di area persawahan, baik yang masih tergenang maupun sawah yang
padinya telah dipanen. Kayapu juga membuat pupuk yang diberikan oleh
petani tidak dapat sampai ke tanah karena terhalang oleh daun kayu apu
yang cukup lebar. Akibatnya, pupuk yang diberikan oleh petani tidak dapat
terserap secara efektif oleh tanaman budidaya. Kayapu ini tidak memiliki
nilai ekonomi tinggi, dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
kayu apu mengandung bahan organik yang cukup tinggi sehingga bisa
dimanfaatkan sebagai alternatif pupuk organik.
Kayambang (Salvinia natans) adalah tanaman apung yang bebas di
air. Tanaman ini mempunyai rimpang horizontal (yang terletak di bawah
permukaan air) dan dua jenis daun palem (apung dan tenggelam).
Tanaman dewasa menghasilkan kantung spora berbentuk telur yang
mengandung spora subur. Tidak memiliki akar sejati sehingga daun ke
permukaan berfungsi sebagai akar. Daunnya adalah bergelung dari tiga
(dua mengambang dan satu terendam). Di bagian atas permukaan mereka
memiliki baris papila silinder. Masing-masing papilla memiliki empat
rambut pada ujung distal nya (masing terdiri dari satu baris sel) yang
bergabung bersama-sama di ujung untuk membentuk seperti pemukul-
telur terbalik. Struktur kandang-seperti dari ujung rambut merupakan
perangkap udara yang efektif memberikan daya apung tanaman di dalam
air. Papila rambut akhir, dan permukaan atas tanaman adalah anti air
dibandingkan dengan di bawah permukaan daun, yang menarik air. Ini
adalah perbedaan dalam atraksi air yang mempertahankan orientasi yang
baik tanaman di permukaan air.
Bandotan (Agerotum conyzoides, L) merupakan tumbuhan
liar,biasanya ditemukan di pekarangan rumah, tepi jalan atau selokan,
bahkan di kebun atau di ladang. Bandotan termasuk tumbuhan terna
semusim, tumbuhnya tegak dan bercabang. Tinggi bandotan mencapai 30-
90 cm. Batangnya bulat berambut panjang dan jika menyentuh tanah akan
mengeluarkan akar. Daunnya bertangkai dengan letak saling berhadapan.
Helaian daun berbentuk bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung
runcing, tepi bergerigi, berambut dan warnanya hijau. Bunga bandotan
termasuk bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, yang keluar dari ujung
tangkai dan berwarna putih. Buahnya berwarna hitam dan berukuran kecil.
Teki (Cyperus rotundus) merupakan gulma pertanian yang biasa
dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang
dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya
yang berpenampilan mirip. Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi
gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya
adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang mampu
mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari
kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia,
tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu
bertahan pada kondisi kekeringan.
Rumput belulang (Eleusin indica) atau yang sering disebut rumput
yang mempunyai batang lembut, licin, liat, dan bercabang, dengan
ketinggian sebanyak 5-60 sentimeter. Daunnya berwarna hijau kebiruan,
berkilat, dan rimbun di pangkal atau lamina daunnya 5-20 sm panjangnya
dan sempit, bulu halus bertaburan di permukaan atas dan bawah
daun, perantaraan daun dan upih daun berambut halus pada bahagian
pinggir. Jambak bunga terdiri dari satu hingga enam spika. Anak spika
tersusun dalam dua barisan dan terlekat berselang-seli pada satu paksi;
dwiseks, stigma berbulu dan berwarna ungu, terdapat 3-5 floret yang
dilindungi oleh kelopak sekam yang berwarna putih malap. Biji
berwarna perang kemerahan atau hitam, berbentuk oblong-oval dan
berbatas.

Semanggi (Marsilea crenata) adalah sekelompok

paku air (Salviniales) dari marga Marsilea. Semanggi merupakan gulma

yang biasanya ditemukan pada pematang sawah atau tepi saluran

irigasi. Semanggi merah memiliki jenis akar tunggang, dengan serabut-

serabut akar yang berada di sekitar akar tunggang tersebut. Cabang

batangnya berwarna kemerah-merahan mengkilat dengan dikelilingi

serabut yang berwarna keputih-putihan.


Paku-pakuan merupakan jenis golongan gulma yang memiliki akar
serabut, perkembangbiakan melalui spora yang terdapat pada daun yang
sudah tua, menggunakan biji untuk berkembangbiak dan biji tersebut
mempunyai bulir biji seperti padi, memiliki tulang daun menyirip serta
daun yang berselang-seling.

1. KERUGIAN AKIBAT GULMA


Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk
pertanian rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa
faktor antara lain hama, penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma
terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya,
iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor
lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang
disebabkan oleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda 4
% dari kerugian total. Di negara yang sedang berkembang, kerugian
karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan
pangan duniaTanaman perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma,
terutama sewaktu masih muda.Apabila pengendalian gulma diabaikan
sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu akan
rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan
tanaman perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum
panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain
(misalnya Imperata cyndrica), yang dengan demikian menyebabkan
kerugian yang lebih besar.
Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam
mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan
cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-
kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas. Cramer (1975)
menyebutkan kerugian berupa penurunan produksi dari beberapa tanaman
dalah sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum 17,8 %; jagung 13 %; tebu
15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang tanah 11,8 %. Menurut
percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada padi terdapat penurunan
oleh persaingan gulma tersebut antara 25-50 %.
Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain
disebabkan oleh :
1. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi
kemampuan berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air,
unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.
2. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran
benih oleh biji-biji gulma.
3. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang
beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
4. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya
duri-duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang
diusahakan.
5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman,
misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan
inang hama ganjur pada padi.
6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang
tepung sarinya menyebabkan alergi.
7. Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah
tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan
dari gulma yang menyumbat air irigasi.
8. Gulma air mngurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling
mengganggu dan tersebar luas ialah eceng gondok (Eichhornia crssipes).
Terjadi pemborosan air karena penguapan dan juga mengurangi aliran air.
Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8 kali lebih banyak dibandingkan
dengan air terbuka. Di Rawa Pening gulma air dapat menimbulkan pulau
terapung yang mengganggu penetrasi sinar matahari ke permukaan air,
mengurangi zat oksigen dalam air dan menurunkan produktivitas air.
Dalam kurun waktu yang panjang kerugian akibat gulma dapat lebih
besar daripada kerugian akibat hama atau penyakit. Di negara-negara
sedang berkembang (Indonesia, India, Filipina, Thailand) kerugian akibat
gulma sama besarnya dengan kerugian akibat hama.

2. KOMPETISI
A. Kompetisi Gulma terhadap Tanaman
Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman
untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman
yang kita usahakan di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam
tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis,
menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas dan
kuantitas.
1. Persaingan memperebutkan hara
Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung pertumbuhan
berbagai pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya.
Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun
kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh karena itu jika gulma tidak
diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa gulma.
Hal ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan,
tetapi tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan kata
lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk.
Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah
unsur nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang
banyak, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak
unsur hara daripada pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma
mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung; fosfat
1,5 kali lebih banyak; kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih
banyak dan magnesium lebih dari 3 kali. Dapat dikatakan bahwa gulma
lebih banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang dikelola
manusia.

2. Persaingan memperebutkan air


Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan
banyak air untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan
menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi parah. Air diserap dari
dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan hanya
sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk tiap
kilogram bahan organik, gulma membutuhkan 330 – 1900 liter air.
Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali lipat kebutuhan
pertanaman. Contoh gulma Helianthus annus membutuhkan air sebesar
2,5 kali tanaman jagung. Persaingan memperebutkan air terjadi serius pada
pertanian lahan kering atau tegalan.
3. Persaingan memperebutkan cahaya
Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan
berbagai tumbuhan subur , maka faktor pembatas berikutnyaa adalah
cahaya matahari yang redup (di musim penghujan) berbagai pertanaman
berebut untuk memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan yang berhasil
bersaing mendapatkan cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh
karena itu tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya.
Tumbuhan lain yang lebih pendek, muda dan kurang tajuknya, dinaungi
oleh tumbuhannya yang terdahulu serta pertumbuhannya akan terhambat.
Tumbuhan yang berjalur fotosintesis C4 lebih efisien menggunakan
air, suhu dan sinar sehingga lebih kuat bersaing berebut cahaya pada
keadaan cuaca mendung. Oleh karena itu penting untuk memberantas
gulma dari familia Cyperaceae dan Gramineae (Poaceae) di sekitar
rumpun-rumpun padi yang berjalur C3.
4. Lama keberadaan gulma
Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman pokok,
semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin
terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara lama
keberadaan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan
suatu korelasi negatif. Perlakuan lama keberadaan gulma 0, 15, 30, 45, 60,
75, dan 90 hari setelah tanam masing-masing memberikan bobot biji
kedelai sebesar 353,37; 314,34; 271,45; 257,34; 256,64; 250,56 dan
166,22 g/petak (Erida dan Hasanuddin, 1996).
5. Kecepatan tumbuh gulma
Semakin cepat gulma tumbuh, semakin hebat persaingannya,
pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin
menurun.
6. Habitus gulma
Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta lebih luas dan
dalam sistem perakarannya memiliki kemampuan bersaing yang lebih,
sehingga akan lebih menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil
tanaman pokok
7. Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)
Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4 lebih efisien, sehingga
persaingannya lebih hebat, pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat,
dan hasilnya semakin menurun.
8. Allelopati
Beberapa species gulma menyaingi tanaman dengan mengeluarkan
senyawa dan zat-zat beracun dari akarnya (root exudates atau lechates)
atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Bagi gulma yang
mengeluarkan allelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat
sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya
semakin menurun.
Di samping itu kemiripan gulma dengan tanaman juga mempunyai
arti penting. Masing-masing pertanaman memiliki asosiasi gulma tertentu
dan gulma yang lebih berbahaya adalah yang mirip dengan
pertanamannnya. Sebagai contoh Echinochloa crusgalli lebih mampu
bersaing terhadap padi jika dibandingkan dengan gulma lainnya.

B. Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik


Gulma dan pertanaman yang diusahakan manusia adalah sama-sama
tumbuhan yang mempunyai kebutuhan yang serupa untuk pertumbuhan
normalnya. Kedua tumbuhan ini sama-sama membutuhkan cahaya, air,
hara gas CO2 dan gas lainnya, ruang, dan lain sebagainya. Apabila dua
tumbuhan tumbuh berdekatan, maka akan perakaran kedua tumbuhan itu
akan terjalin rapat satu sama lain dan tajuk kedua tumbuhan akan saling
menaungi, dengan akibat tumbuhan yang memiliki sistem perakaran yang
lebih luas, lebih dalam dan lebih besar volumenya serta lebih tinggi dan
rimbun tajuknya akan lebih menguasai (mendominasi) tumbuhan lainnya.
Dengan demikian perbedaan sifat dan habitus tumbuhanlah yang
merupakan penyebab terjadinya persaingan antara individu-individu
dalam spesies tumbuhan yang sama (intra spesific competition atau
kompetisi intra spesifik) dan persaingan antara individu-individu dalam
spesies tumbuhan yang berbeda (inter spesific competitionatau kompetisi
inter spesifik). Persaingan gulma terhadap pertanaman disebabkan antara
lain oleh karena gulma lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya, serta lebih
luas dan dalam sistem perakarannya, sehingga pertanaman kalah bersaing
dengan gulma tersebut.
Periode Kritis
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu dimana
tanaman sangat peka terhadap persaingan gulma. Keberadaan atau
munculnya gulma pada periode waktu tersebut dengan kepadatan tertentu
yaitu tingkat ambang kritis akan menyebabkan penurunan hasil secara
nyata. Periode waktu dimana tanaman peka terhadap persaingan dengan
gulma dikenal sebagai periode kritis tanaman. Periode kritis adalah
periode maksimum dimana setelah periode tersebut dilalui maka
keberadaan gulma selanjutnya tidak terpengaruh terhadap hasil akhir.
Dalam periode kritis, adanya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus
dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan dan hasil akhir tanaman tersebut.
Periode kritis adalah periode dimana tanaman pokok sangat peka
atau sensitif terhadap persaingan gulma, sehingga pada periode tersebut
perlu dilakukan pengendalian, dan jika tidak dilakukan maka hasil
tanaman pokok akan menurun. Pada umumnya persaingan gulma terhadap
pertanaman terjadi dan terparah pada saat 25 – 33 % pertama pada siklus
hidupnya atau ¼ – 1/3 pertama dari umur pertanaman. Persaingan gulma
pada awal pertumbuhan tanaman akan mengurangi kuantitas hasil
panenan, sedangkan gangguan persaingan gulma menjelang panen
berpengaruh lebih besar terhadap kualitas hasil panenan. Waktu
pemunculan (emergence) gulma terhadap pertanaman merupakan faktor
penting di dalam persaingan. Gulma yang muncul atau berkecambah lebih
dahulu atau bersamaan dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar
terhadap pertumbuhan dan hasil panenan. Sedangkan gulma yang
berkecambah (2-4 minggu) setelah pemunculan pertanaman sedikit
pengaruhnya.
Dengan diketahuinya periode kritis suatu tanaman, maka saat
penyiangan yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan atau pengendalian
yang dilakukan pada saat periode kritis mempunyai beberapa keuntungan.
Misalnya frekuensi pengendalian menjadi berkurang karena terbatas di
antara periode kritis tersebut dan tidak harus dalam seluruh siklus
hidupnya. Dengan demikian biaya, tenaga dan waktu dapat ditekan sekecil
mungkin dan efektifitas kerja menjadi meningkat.
Gulma dan pertanaman adalah sama-sama tumbuhan yang
mempunyai kebutuhan serupa untuk pertumbuhan normalnya. Perbedaan
sifat dan habitus tumbuhan merupakan penyebab terjadinya kompetisi
intra spesifik dan kompetisi inter spesifik.
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu di mana
tanaman sangat peka atau sensitif terhadap persaingan gulma, sehingga
pada periode tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan jika tidak maka
hasil tanaman akan menurun. Pada umumnya periode kritis terjadi pada
saat 25 – 33 % pertama pada siklus hidupnya atau pada saat ¼ – 1/3 pertama
dari umur pertanaman. Dengan diketahui periode kritis suatu tanaman
maka saat penyiangan yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan gulma
dilakukan pada saat periode kritis.

3. ALLELOPATI
Tumbuh-tumbuhan juga dapat bersaing antar sesamanya secara
interaksi biokimiawi, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa
beracun ke lingkungan sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan tumbuhan yang ada di dekatnya. Interaksi biokimiawi antara
gulma dan pertanamanan antara lain menyebabkan gangguan
perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal, pertumbuhan memanjang
akar terhambat, perubahan susunan sel-sel akar dan lain sebagainya.
Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan
mengeluarkan senyawa beracun dari akarnya (root exudates atau lechates)
atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Persaingan yang timbul akibat
dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut alelopati dan zat
kimianya disebut alelopat. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah
dari golongan fenol.
Tidak semua gulma mengeluarkan senyawa beracun. Spesies gulma
yang diketahui mengeluarkan senyawa racun adalah alang-alang
(Imperata cylinarica), grinting (Cynodon dactylon), teki (Cyperus
rotundus), Agropyron intermedium, Salvia lenocophyela dan lain-lain.
2. Gulma Yang Berpotensi Alelopati
Alelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma di dalam hubungan
interaksi antara gulma dan tanaman melalui eksudat yang dikeluarkannya,
yang tercuci, yang teruapkan, atau melalui hasil pembusukan bagian-
bagian organnya yang telah mati.
Beberapa jenis gulma yang telah diketahui mempunyai potensi
mengeluarkan senyawa alelopati dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Jenis gulma yang mempunyai aktivitas alelopati
Jenis gulma Jenis tanaman pertanian
yang peka
Abutilon beberapa jenis
theoprasti
Agropyron berbagai jenis
repens
Agrostemma Gandum
githago
Allium vineale Oat
Amaranthus Kopi
spinosus
Ambrosia berbagai jenis
artemisifolia
A. trifida kacang pea, gandum
Artemisia Mentimun
vulgaris
Asclepias syriaca Sorgum
Avena fatua berbagai jenis
Celosia argentea Bajra
Chenopodium mentimun, oat, jagung
album
Cynodon Kopi
dactylon
Cyperus Jagung
esculentus
C. rotundus sorgum, kedelai
Euporbia esula kacang pea, gandum
Holcus mollis Barli
Imperata berbagai jenis
cylindrica
Poa spp. Tomat
Polygonum Kentang
persicaria
Rumex crisparus jagung, sorgum
Setaria faberii Jagung
Stellaria media Barli
(Sumber : Putnam, 1995)
Telah banyak bukti yang dikumpulkan menunjukkan bahwa
beberapa jenis gulma menahun yang sangat agresif termasuk Agropyron
repens, Cirsium arvense, Sorgum halepense, Cyperus
rotundus dan Imperata cylindrica mempunyai pengaruh alelopati,
khususnya melalui senyawa beracun yang dikeluarkan dari bagian-bagian
yang organnya telah mati.
Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa senyawa alelopati
dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Laporan yang paling awal
diketahui mengenai hal ini ialah bahwa pada tanah-tanah bekas
ditumbuhi Agropyron repens, pertumbuhan gandum, oat, alfalfa, dan barli
sangat terhambat.
Alang-alang menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan ini
telah dibuktikan dengan menggunakan percobaan pot-pot bertingkat di
rumah kaca di Bogor. Mengingat unsur hara, air dan cahaya bukan
merupakan pembatas utama, maka diduga bahwa alang-alang merupakan
senyawa beracun yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung.
Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa tumbuhan yang dibenamkan ke
dalam tanah juga dapat menghambat pertumbuhan jagung. Lamid dkk.
(1994) memperlihatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstraks organ
tubuh alang-alang, semakin besar pengaruh negatifnya terhadap
pertumbuhan kecambah padi gogo.
Penelitian semacam ini juga telah banyak dilakukan misalnya pada
teki (Cyperus rotundus). Pengaruh teki terhadap pertumbuhan jagung,
kedelai dan kacang tanah juga telah dipelajari dengan metode tidak
langsung. Ekstrak umbi dari teki dalam berbagai konsentrasi telah
digunakan dalam percobaan. Sutarto (1990) memperlihatkan bahwa
tekanan ekstrak teki segar 200 dan 300 g/250 ml air menyebabkan
pertumbuhan tanaman kacang tanah menjadi kerdil dan kurus, serta
potensi hasilnya menurun.
Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh
gulma dipengaruhi oleh kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan
gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma, kecepatan tumbuh gulma
dan jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4).
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat
ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang, akar
rizoma, umbi, bunga, buah dan biji. Senyawa-senyawa alelopati dapat
dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk
melalui penguapan, eksudat akar, pencucian dan pembusukan organ
tumbuhan. Beberapa gulma yang berpotensi alelopati baik yang masih
hidup atau yang sudah mati sama-sama dapat melepaskan senyawa
alelopati melalui organ yang berada dia atas tanah maupun yang di bawah
tanah.
Beberapa jenis gulma yang berpotensi mengeluarkan senyawa
alelopati ialah Abutilon theoprasti, Agropyron repens, Agrostemma
githago, Allium vineale, Amaranthus spinosus, Ambrosia artemisifolia, A.
trifidia, Artemisia vulgaris, Asclepias syriaca, Avena fatua, Celosia
argentea, Chenopodium album, Cynodon dactylon, Cyperus esculentus, C.
rotundus, Euphorbia esula, Holcus mollis, Imperata cylindrica, Poa spp.
,Polygonum persicaria, Rumex crispus, Setaria faberii, Stellaria media.
Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara, pembelahan
sel-sel akar, pertumbuhan tanaman, fotosintesis, respirasi, sitesis protein,
menurunkan daya permeabilitas membran sel dan menghambat aktivitas
enzim.
Alelopati menghambat pertumbuhan tanaman. Agropyron
repensmenghambat pertumbuhan gandum, oat, alfalfa dan barli. Alang-
alang dan teki baik yang masih hidup maupun yang sudah mati
menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman budidaya.

2.4 Peran Positif Gulma bagi Lingkungan


Gulma juga mempunyai pengaruh positif dalam lingkungan
yaitu bermanfaat untuk:
Ø Melindunngi tanah dari erosi
Imperata cylindrica, paspalum, conjugatan, axonopus
Gulma – gulma tersebut menjalar pada perakaran tanah sehingga
dapat menahan air sehingga tidak terjadi erosi.
Ø Menyuburkan tanah
Ø Gulma yang dapat menyuburkan tanah yaitu Centrocema
pubescens, Rureuria Javanica.
Ø Sebagai Inang Pengganti
Gulma juga dapat berpperan sebagai predator serangga hama atau
pathogen
Ø Sebagai Musuh Alami
Contoh gulma sebagai musuh alami yaitu Cytrohynus lividevenis,
Diadema Ecerophaga
Ø Sebagai Trop Crop
Gulma yang berfungsi sebagai Trop Crop yaitu Tripascum laxum
pada teh, Platylenchus Titonia Diversipolia
Ø Sebagai Tanaman Penghalang
Contohnya Tagetes patula, Meloidgyne Hapla.
Ø Sebagai Herbalium

B. IDENTIFIKASI GULMA
Gulma dibagi menjadi 3 jenis yaitu gulma rumput – rumputan, teki
– tekian, dan daun lebar. Banyak dari kita yang terkadang salah dalam
menganggap bahwa gulma rumput dan teki itu sama, yang kenyataannya
sangat berbeda. Berikut akan dijelaskan beberapa jenis gulma yang ada di
sekitar kita :

1. Themede arguens (L) Hack


Nama ilmiah : Themede arguens (L) Hack.
Nama umum : Lesser Tassel Grass
Nama lokal : Memerakan
Familia : Poaceae

 Deskripsi :
- Akar : memiliki akar serabut.
Batang : batang pada tanaman ini kaku dan ramping, ketinggian + 30-
90cm.
- Daun : daunnya runcing ke ujung (acutus), umumnya berambut,
seludang jarang yang berambut, panjang 5-20 cm, lebar 2-8 mm
berbentuk garis atau benang (folium linearum) dengan tulang daun
sejajar (paralel nervis).
- Bunga : bunga dapat berupa karangan panicula di akhirr pucuk, panjang
10-20 cm, warna kemerahan atau keunguan, bercabang halus dan
menyebar, spikelet tertutup oleh rambut tipis, tangkainya ramping dan
beberapa rambut halus dan panjang di ujung, tiap skelet terdiri dari dua
floret yang lebih rendah, steril dan sekamnya berjanggut, yang lebih atas
inseksual dan sekamnya kosong.
- Buah : memiliki buah majemuk, jumlahnya relatif banyak.
Habitat : tempat hidupnya di tempat terbuka, tanah yang mengandung
garam, ladang, padang rumput, pinggir jalan dan lahan pertanian.
Perbanyakan : perbanyakan secara generatif dengan biji, seacra vegetatif
dengan stolon
- Pengendalian : secara kimiawi yaitu Rubf H 500 Hsb, Unhnex sp,
Esteron 4 sp.

2. Ageratum conyzoides L.
Nama umum : Chick weed , bandotan
Nama lokal : Babadotan (Sunda), Wedusan (J)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Gymnospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Asteracae
Marga : ageratum
Spesies : Ageratum Conyzoides L.
 Deskripsi :
- Akar : tanaman ini mempunyai akar tunggang.
- Batang : batangnya berbentuk bulat bercabang, tumbuh tegak, dapat
mencapai ketinggian 60-120 cm. berbulu pada buku-bukunya dan bagian
rendah
- Daun : pada daun, berbentuk bulat telur dimana pada bagian tepinya
bergerigi dan berbulu. Daun bertangkai cukup panjang. Duduk daun
bawah berhadapan, sedangkan bagian atas bertangkai pendek
- Bunga : bunga pada tanaman ini berkelompok seperti cawan, warna
biru muda, putih dan violet, mahkota bergantung sempit seperti lonceng
terbalik berbentuk lima.
- Buah : buah yang terdapat pada tanaman ini berwarna putih, keras,
bergerigi lima, runcing dan rambut sisik ada lima.
Habitat : pada daerah tropis berada pada tempat yang tak tergenang air
dan pada daerah subtropis berada pada ketinggian 1-1200 m dpl. Suhu
optimal untuk tumbuh 16-24 ˚C. intensitas cahaya tinggi yang dibituhkan
gulma ini sehingga pertumbuhan direduksi bila ternaungi. Dapat tumbuh
berasosiasi dengan padi gogo, palawija, kopi, tembakau, kelapa sawit dan
cengkeh.
- Perbanyakan : perbanyakan tanaman ini secara generatif dengan biji
dan akar.

- Pengendalian : dengan cara kimiawi yaitu secara umum dapat


diberantas dengan menggunakan Dalapon, Gliturat dan Paraquat tapi bila
terasosiasi dengan jagung, kacang tanah dan kedelai dapat digunakan
Alachor

3. Oxalis corniculata L.
Nama ilmiah : Oxalis corniculata L.
Nama umum : Schavenclever
Nama local : Cacalincingan
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Poales
Famili : Oxalidaceae
Marga : Oxalis
Spesies : Oxalis corniculata

 Deskripsi :
- Akar : memiliki akar tunggang.
- Batang : batang tegak merayap dengan panjang 0,1-1,4 cm.
- Daun : tangkai daun panjang 1,5-10 cm, pada pangkalnya melebar
menjadi pelepah dan anak daun berbentuk jantung.
- Bunga : dalam payung tunggal di ketiak dengan 2-8 bunga, daun
mahkota kuning dengan pangkal hijau, panjang 3-8 mm, benang sari di
depan mahkota daun lebih pendek dari pada lima lainnya, tangkai putik
berambut.
- Buah : tangkai buah bengkok, buah tegak berbentuk garis dengan ujung
menyempit, panjang ± 2 cm dengan celah membujur, elastis membuka
menutup ruang.
- Habitat : tempat tumbuhnya tumbuh di tegalan, kebun sepanjang
tembok dan pagar, tanggul kecil dan jalan setapak di hutan, tumbuh baik
pada ketinggian mencapai 1300 m dpl.
- Perbanyakan : perbanyakan dilakukan secara generatif, dengan biji
- Pengendalian : secara kimiawi dengan cara pemberian herbisida.
trifuralin dengan dosis 2-8 kg bahan aktif/ha. Bila terdapat dalam jumlah
banyak maka yang digunakan adalah velapon 50 EC. Sementara metil
Bromida Rofan dan daramut setelah fangasi terhadap media tumbuh.

4. Richardia brasiliensis Gomez


Nama ilmiah : Richardia brasiliensis Gomez
Nama umum : Brood leaf, Button weed
Nama local : Goletrak beuti
Familia : Rubiaceae

 Deskripsi :
- Akar : memiliki akar tunggang.
- Batang : batangnya berbentuk segiempat, merupakan tanaman
berbatang herba, berbulu dengan tinggi + 6cm.
- Daun : daun berbentuk elips dimana pada bagian tengah agak melebar
dan ujungnya pendek dan tajam. Tangkai daun tanaman/ gulma ini
pendek, dimana pangkal daun bersatu dengan stipula yang berbentuk
mangkok. Letak daun berhadapan.
- Bunga : pada bunga, mempunyai kelopak yang berambut dengan 4
sepal, mahkota berbentuk tabung, berwarna putih serta memiliki benang
sari dan putik yang bercabang.
- Buah : buahnya mempunyai rambut dan terbagi dalam dua pasang.
- Habitat : Tumbuh di tanah yang berpasir,tempat terbuka yang
memperoleh penyinaran yang cukup.
- Perbanyakan : berkembang biak secara vegetatif dengan stolon dan
generatif dengan biji.
- Pengendalian : pengendalian yang dilakukan 2 kali aplikasi dalam 3
pont (1 pont = 0,566 lb) Sardox HL ditambah 1 pont 2,4-D dalam 40
gallon air dengan interval 5 minggu.

5. Eleusine indica (L) Gaertn


Nama ilmiah : Eleusine indica (L) Gaertn.
Nama umum : Wire grass, Goose grass, Crawfoot grass
Nama local : Carulang
Familia : Gramineae

 Deskripsi :
- Akar : memiliki akar serabut.
- Batang : batangnya berbentuk cekungan, menempelpipih. Peklepah
menempel kuat. Lidah daun pendek, seperti selaput dan tumbuh dalam
rumpun. Batang seringkali bercabang.
- Daun : daun terdiri dari dua baris, tapi kasar pada tiap ujung. Pada
pangkal helai daun berambut.
- Bunga : bunga, bulir menjari 3-5, merkumpul pada sisi poros bersayap
dan bertunas. Anak bulir berseling-seling, tersusun seperti genting
- Habitat : tanaman ini cepat tumbuh dan berkembang bila memperoleh
cahaya cukup banyak dan air berlimpah. Bila kondisi tidak
menguntungkan gulma ini akan cepat mati, missal menderita penaungan.
Pertumbuhan vegetatif sngat teredusir pada musim kemarau/ bila RH
tanah sangat rendah. Hidup juga pada tanaman kacang-kacangan.
- Perbanyakan : perbanyakan yang dilakukan secara generatif, dengan
biji.
- Pengendalian : untuk pengendalian gulma yang tidak begitu luas,
dilakukan secara manual. Pada tempat seperti sepanjang tepi jalan,
saluran air dan sebagainya pemberantasannya menggunakan herbisida.

6. Euphorbia hirta L.
Nama umum : Hairy spunge
Nama lokal : Kirinyuh, nanangkaan
Familia : Euphorbiaceae
 Deskripsi :
- Akar : memiliki akar tunggang, besar dan dalam.
- Batang : pada batang, tegak, dengan tinggi sekitar 0,1-0,6 m dan
berbulu pada ujungnya, bercabang bila semakin dekat dengan pangkal.
- Daun : daun yang ada memanjang dengan pangkal miring dan pinggir
bergerigi, pada bagian sisi bawah berbulu, panjang 0,5-5 cm.
- Bunga : bunga yang terdapat pada tanman ini berkumpul menjadi
karangan bunga yang pendek.
- Buah : buahnya berbentuk kapsul dengan tiap-tiap bunga terdiri-dari
tiga kapsul.
- Habitat : tempat hidup tanaman ini adalah tegalan, tanah berpasir dan
tanah pertanian diketinggian 1-1400 m dpl.
- Perbanyakan : perbanyakan dilakukan secara generatif dengan biji.
- Pengendalian : pengendalian dilakukan secara mekanik dengan cara
dicabut dan secara kimiawi dengan menggunakan 2,5 lb MSMA + 5 lb
Sodium Chlorate dalam 4 gallon air dengan penyemprotan dilakukan
setiap lima minggu

7. Mimosa invisa Maert ex colla


Nama umum : Touch-Me-Not
Nama local : Putri malu
Familia : Leguminoceae
Deskripsi :
- Akar : Serabut.
- Batang : Berbentuk silindris, berbulu banyak dan terdapat duri. Dapat
mencapai ketinggian sampai 1,5 m. Termasuk tanaman tahunan
(perennial).
- Daun : Sangat sensitif oleh sentuhan, merupakan daun majemuk (folium
compositium).
- Bunga : Aktinomorphik, poligamus.
- Buah : Tidak ada.
- Habitat : Majemuk, berupa polong yang lonjong, bilasudah tua akan
rontok dan biji akan keluar.
- Perbanyakan : Generatif dengan biji.
- Pengendalian : Dengan penyemprotan 1,1 kg MSMA + 0,45 kg 2,4-D +
2,2 kg Sodium klorat + 0,61 Surfactant pada 182 liter air dengan jangka
waktu 5 minggu.
4.2 Organ Perkembangbiakan dan Penyebaran Gulma

Permukaan bumi yang dikuasainya,macam-macam habitat yang


ditempati, dan potensi untuk menurunkan sifat-sifat genetis yang sama ke
generasi berikutnya
Ada tiga kriteria umum yang dapat digunakan untuk menjelaskan
vegetasi gulma dalam kaitanyya dengan hal yang di atas , yaitu:

· mempunyai daya reproduksi yang tingggi


· Pemencaran bii yang luas
· Pertumbuhan yang cepat
Bii gulma khususnya dari jenis semusim yang memegang peranan
penting dalam kaitanyya dalam keberhasilan usaha pencegahan atau
pengendalian gulma . jumlah biji yang mampu berkecambah dan tahan
akan usaha pengendalian, akan menentukan kerugian yang timbul pada
tanaman pangan pada setiap musimnya. Banyaknya biji yang ada di
dalam tanah atau yang lebih dikenal simpanan biji dan jatuh
kepermukaan tanah dari gulma yang tumbuh pada musim
berikutnya,akan menentukan apakah jenis gulma ini dapat hidup dan
mempunyai potensi untuk merugikan tanaman pangn yang akan tumbuh
di tempat itu.
Oleh karenanya biji mempunyai peranan yang sangat penting dan
bukan hanya sebagai alat perbanyakan diri.
Empat peranan yang dimiliki biji dalam siklus hidup gulma adalah :
1. Sebagai alat penyebaran ( dispersal)
2. Sebagai alat perlindungan terhadap keadaan yang tidak
menguntungkan untuk berkecembah dan tumbuh ( dormansi)
3. Sebagai sumber makanan sementara bagi lembaga
4. Sebagai sumber untuk pemindahan sifat keturunan pada
generasi selanjutnya.
Peranan-peranan tersebut secara bersamaan akan menentukan
keberhasilan gulma dalam menghadapi seleksi alami untuk
menghasilakn berbagai jenis yang sesuai untuk setiap habita yang
mempunyai faktor lingkungan yang berbeda .
1. Karakteristik biji
Biji di defenisikan sebagai sel telur masak yang telah dibuahi dan
mempunyai lembaga , persediaan makanan dan lapisan pelindung.Biji
mengandung semua bahan yang dibutuhkan untuk memindahkan sifat
keturunan yang diperoleh dari tumbuhan induknya, dan mampu
mempertahankan hidup kecambahnya walaupun hanya untuk sementara
sampai biji dapat menyerap makanannya sendiri.
a. Ciri-ciri luar biji
Biji gulma mempunyai ciri luar yang sangat bervariasi dalam
ukuran bentuk, warna, dan detail bentuk permukaan..biji yang berukuran
paling kecil adalah Striga asiatica sedangkan biji yang berukuran paling
besar yaitu Momordica charantia
b. Ciri-ciri dalam biji
Ciri-ciri bagian dalam biji juga bervariasi seperti ciri-ciri bagian
luar biji. Perbedaan bagian dalam biji dapat berupa ciri-ciri dan letak
lembaga , jumlah persediaan makanan yang tersimpan dan komposisi
kimiawi.
Perbedaan yang paling jelas dari ciri-ciri pada lembaga adalah
jumlah kotiledon.pada lembaga tumbuhan monokotil terdapat satu buah
kotiledon sedangkan pada tumbuhan dikotil terdapat duah buah
kotiledon.
c. Jumlah biji
Setiap jenis gulma mempunyai potensi untuk menghasilkan biji
dengan jumlah yang berdeda-beda.kemampuan ini bergantung pada
keadaan lingkungan dimana tanaman itu hidup.
Sebagai contohnya adalah bayam liar (Amaranthus viridis) yang
menghasilkan variasi jumlah biji dari hanya puluhan (pada tanah yang
tandus) hingga ribuan (pada tanah yang subur) .hampir semua gulma
yang di anggap penting yang memiliki potensi pembentukan biji yang
tinggi.satu individu pada suatu jenis tumbuhan di anggap mempunyai
potensi untuk menghasilkan populasi yang mempunyai daya kompetisi
yang tinggi jika biji yang dihasilkannya menyebar secara merata pada
suatu daerah dan mempunyai tingkat perkecambahan yang tinggi di tiap
musimnya.
Jumlah biji yang ada dan berkecambah mungkin tidak cukup untuk
melakukan persaingan dengan tanaman pangannya, akan tetapi,mereka
masih dapat menghsilkan biji yang mampu untuk bersaing pada musim
berikutnya. Hampir semua jenis gulma semusim mengalokasikan sumber
daya yang ada guna pembentukan biji di mana perilaku ini tidak terjadi
pada gulma menahun.
1. Biji Bebas Hama dan Penyakit
Biji dari hampirsemua jenis gulma pada umumnya hanya
mempunyai sedikit hama dan penyakit yang dapat merusak,bila
dibandingkan dengan biji tanaman bukan gulma.Jenis gulma pemula
tidak begitu di sukai oleh hama dan penyakit dibandingkan dengan jeni
gulma yang dijumpai pada fase pertengahan atau akhir dari suatu
suksesi.Walaupun demikian , ada juga beberapa penyakit dan hama yang
hidupnya bergantung pada adanya gulma sebagai tumbuhan inang
sementara.Oleh karenanya, jenis inang semusim biasanya di jumpai di
setiap musim atau kadang kala di jumpai setiap saat di sepanjang tahun
yang mana menjdi inang sementara dari beberapa jenis hama dan
penyakit yang menyerang tanaman pangan.
2. Pemasukan Biji dari Luar
Kontaminasi benih di negara berkembang termasuk indonesia,
dengan biji gulma sebagai sumber utama yang menambah besarnya
simpanan biji dalam tanah,merupakan masalah yang sering di alami oleh
petani.Pengguna biji berkualitas tinggi (kemurniannya) akan dapat
mengurangi masalah ini.Akan tetapi,pemanenan yang dilakukan secara
mekanis kadang kala juga menambah kesulitan untuk mendapatkan benih
murni,Jika dibandingkan dengan pemanenan secara tradisional .
Burung dan beberapa jenis hewan lain ,air dan angin merupakan
alat untuk penyebaran biji gulma dari suatu daerah ke daerah
lainnya.Gulma dan bijinya mempunyai sejumlah ciri yang dapat
beradaptasi untuk mengatasi penyebaran .
Beberapa jenis gulma mempunyai biji yang siap untuk melekat
pada hewan atau manusia sehingga dapat terbawa ketempat lain.populasi
biji gulma dalam tanah sangat bervariasi jumlahnya tergantung dari
komposisi jenis gulma yang tumbuh diatasnya dan sejarah dari tanah itu
sendiri. Apabila tanah pada mulanya digunakan sebagai peternakan,
maka sebagian besar dari biji yang ada merupakan biji gulma yang
biasanya dijumpai pada daerah peternakan, dan begitu pula untuk daerah
peternian dan daerah lainnya. Dalam mempelajari pola produksi biji,
penyebaran dan penyimpanan,disetiap tahapan subtensi akan dijumpai
jenis-jenis pemula yang mempunyai simpanan biji cukup besar jika
dibandingkan dengan jenis pertengahan atau akhir.
A. REPRODUKSI BIJI GULMA
Gulma mampu berkembangbiak secara vegetatif maupun generatif
dengan biji yang dihasilkan. Secara vegetatif antara lain dengan rhizoma,
stolon, tuber,bulbus,corn dan runner.
1. Reproduksi Generatif
Reproduksi generatif pada gulma dengan melalui spora dan
biji,perkembangbiakan secara spora terjadi pada golongan pakis-pakisan,
misalnya pada Cyclosorus aridus .Berdasarkan sifat botaninya gulma
digolongkan ke dalam golongan monocotyledone ( berkeping satu),
golongan dicotyledone ( berkeping dua). sedangkan pembiakan melalui
biji banyak dilakukan oleh gulma semusim dan beberapa gulma dwi
tahunan.Pada kondisi yang tidak menguntungkan biji akan mengalami
dormansi yang merupakan sifat penting untuk mempertahankan dan
melestarikan hidup gulma Dalam keadaan dormansi, biji dapat bertahan
untuk jangka waktu yang cukup lama dengan melakukan aktifitas
metabolisme yang minimal. Peranan biji khususnya gulma semusim, biji
berperan penting dalam kaitannya dengan keberhasilan usaha-usaha
pencegahan dan pengendalian.
Biji terdiri dari: embrio , Cadangan makanan dan Kulit biji.
Dormansi dapat dibedakan menjadikan 3 macam yaitu:

a. Innate dormancy
Dormansi ini bersifat genetik yang antara lain dpat disebabkan :
kulit biji yang hipermeable, hambatan kimiawi dalam kulit biji, dan
embrio yang rudimenter
b. Induced dormancy
Dalam keadaan sempurna menguntungkan biji tumbuh sempurna,
namun menjadi dorman akibat karena keadaan kurang menguntungkan.
c. Enforced dormancy
Biji menjadi dorman karena faktor tidak menguntungkan dan
kemudian akan segera tumbuh normal, bila faktor penghambat
dihilangkan. Biji gulma akan berkecambah apabila faktor pertumbuhan
seperti air, gas, temperatur dan cahaya terpenuhi. Air diperlukan
menjalankan aktifitas metabolisme dan perkembangan sel tumbuhan .
demikan juga dengan gas, temperatur dan cahaya memegang peranan
penting dalam memacu aktifitas metabolisme. aktifitas suatu gulma.
Gulma akan berkembang dengan cepat apabila faktor seperti
cahaya, unsur hara, air, gas dan tempat hidup dapat dipenuhi secara
maksimal.didalam suatu ekosistem gulma tidak hidup secara tunggal,
melainkan hidup bersama-sama dengan tumbuhan lain atau tanaman
lain, sehingga untuk melakukan faktor tersebut harus melakukan
persaingan. Persaingan akan terjadi bila timbul interaksi antara lebih
dari satu tumbuhan . interaksi adalah peristiwa saling tindak antar
tumbuhan tersebut.
2. Reproduksi Vegetatif
Perbanyakan vegetatif ialah prinsip perkembangbiakan bagi
sebagian besar gulma tahunan. Gulma yang memperbanyak diri secara
vegetatif sulit untuk dikendalikan karena banyak memiliki organ
vegetatif dorman di dalam tanah.Seperti juga perbanyakan
sexual,perbanyakan secara vegetatif dapat dimulai selama fase
pertumbuhan awal tanaman. Selambat-lambatnya tiga minggu setelah
umbi
Beberapa bentuk organ vegetatif yang banyak ditemukan dalam
perbanyakan jenis-jenis gulma menahun:
1. Rhizoma (Rimpang)
Batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah bercabang-
cabang dan tumbuh mendatar,dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas
yang mucul di atas tanah dan dapat merupakan tumbuhan baru. Rimpang
di samping merupakan alat perkembiakan juga merupakan tempat
penimbunan zat makanan cadangan.dan termasuk batang berbentuk
tabung, mempunyai buku, ruas, tumbuh menjalar di bawah permukaan
tanah. Contoh: Alang-alang (Imperata cylindrica),Imperata cylindrica
(ilalang), Rumput kakawatan (Cynodon dactylon)
2. Stolon
Batang yang menjalar di atas permukaan tanah yang setiap nodia
dapat membentuk akar dan tunas untuk membentuk individu baru, dan
mempunyai ciri-ciri seperti Batang silindris, mempunyai buku dan ruas;
menjalar di permukaan tanah. Pada beberapa jenis gulma, stolon menjalar
di permukaan air, misalnya :Cynodon dactylon , Digitaria adcendens
,Axonopus compressus ab, Eichornia crassipes
3. Runner
Stolon yang internodianya sangat panjang membentuk tunas pada
ujung.
Batang yang tumbuh di ketiak daun pada dasar tajuk dan menjalar
dipermukaan tanah. Contoh: Tapak limau (Elephantopus scaber) dan
Eichornia crassipes
4. Umbi batang
Pangkal batang yang membengkak dan mempunyai mata tunas.
Contoh: Caladium sp.
5. Umbi akar
Ujung dari rhizoma yang membengkak dan merupakan cadangan
makanan serta mempunyai tunas ujung. Contoh: Cyperus rotundus dan
Cyperus esculentus
6. Umbi lapis ( Bulbus)
Umbi ini memperlihatkan susunan yang berlapsi-lapis,yaitu terdiri
atas daun-daun yang telah menjadi tebal ,lunak, dan
berdaging,merupakan bagian umbi yang menyimpan zat makanan
cadangan,sedangkan batangnya sendiri hanya merupakan bagian yang
kecil pada bagian bawah umbi lapis itu,di antara lapisan tersebut terdapat
tunas yang dapat tumbuh, atau Batang yang memendek, mempunyai
lapisan-lapisan berdaging. Misalnya: Allium veneale ( bawang –
bawangan).
7. Corn
Batang yang gemuk, pendek berdaging dan terdapat dalam tanah
yang dilapisi daun yang mereduksi menjadi sisik dan terdapat tunas yang
tumbuh,misalnya : Ranumculus bulbasus.

Beberapa jenis gulma menahun mempunyai lebih dari satu organ


perbanyakan vegetatif.
Contoh: Cynodon dactylon (stolon dan rhizoma) dan Cyperus
rotundus (rhizome dan umbi)
Areal pertanian yang didominasi oleh gulma perennial yang
mempunyai organ perbanyakan vegetatif relatif lebih sulit untuk
dikendalikan.Faktor yang mempengaruhi umur dan daya tahan hidup
organ perbanyakan vegetatif:
· Kedalaman
- Pada Sorghum halepense, hanya pada kedalaman 20 cm
Rhizomanya masih bertahan hidup, pada kedalaman kurang dari ini
semua mati akibat suhu rendah dimusim dingin.
- Pada Agropyron repens dan Cyperus esculentus kedalaman
lebih dari 2.0 – 2.5 cm berpengaruh nyata terhadap peningkatan daya
tahan hidupnya.
· Temperatur
- Pada suhu -4oC semua umbi Cyperus esculentus masih
dapat bertahan hidup pada -10oC semuanya mati.
· Kekeringan
- Organ perbanyakan vegetatif lebih peka terhadap
kekeringan dibandingkan dengan organ generatif.
- Pada Sorghum halapense pengeringan hingga kandungan air
tinggal 40% dapat mematikan semua rhizoma.

Interaksi beberapa faktor


Suhu dan kelembaban saling berinteraksi dalam mempengaruhi
daya tahan hidup organ perbanyakan vegetatif.

Peranan Reproduksi Vegetatif


Ø Berperan penting dalam penyebaran dan perbanyakan jenis-jenis
gulma menahun tanpa adanya proses pembungaan.
Ø Jenis-jenis gulma yang mempunyai organ perbanyakan vegetatif
mampu bertahan diri terhadap adanya gangguan yang berulang-ulang
yang menghambat pembungaan, pembentukan biji, dan pemencarannya.
Imperata cylindrica, Cyperus rotundus, dan Eichornia crassipes adalah
jenis gulma berbahaya yang dominan di negara tropis

B. PRODUKSI BIJI GULMA


Pembungaan pada sebagian besar gulma semusim telah di mulai5
minggu setelah tanam dan bersamaan dengan produksi anakan, tunas dan
daun yang cepat,lamanya periode perbanyakan cukup lama dan bunga
dihasilkan terus-menerus akibatnya masaknya biji juga terus
menerus,suatu gambaran yang unik,tidak sama dengan tanaman dimana
masaknya biji pada waktu yang hamper bersamaan.
Biji gulma jarang ukuranya besar tetapi cukup mengagumkan
bagaimana efesiensinya biji mengsuplai makanan selama periode awal
kritis pertumbuhan,suplai pangan dilakukan sesegera dan sebanyak
mungkin sehingga memaksa gulma segera memasuki pertumbuhan
mandiri,dan menjadi pesaing bagi tanaman disekitarnya.
Faktor utama yang mempengaruhi produksi biji
Pertumbuhan vegetative
- Besarnya pertumbuhan vegetative menetukan banyaknya
produksi biji
- Pada gulma rerumputan ,tangkai bunga muncul secara
terminal , dan jumlah anakan dan cabang menentukan jumlah tangkai
bunga yang dihasilkan.
- Pada tanaman dikotil, bunga mungkin muncul di ketiak
daun,jumlah daun, selanjutnya mempengaruhi jumlah bunga
potensial,buah dan biji yang dihasilkan.
Ketersediaan unsur hara
- Ketersedian dan kecukupan sumber dari sarana
pertumbuhan bagi gulma untuk pertumbuhan vegetaif menjadi factor
kritis yang mempengaruhi kapasitas reproduksi.
- Pada kondisi persaingan yang berat terhadap unsure
hara,air,cahaya,dan tempat dengan tanaman,kapasitas reproduksi gulma
akan menurun drastis.
Temperatur
Temperatur mempunyai pengaruh yang berbeda-beda pada
perbanyakan sexsual gulma,dan juga mempengaruhi proses fisiologi dan
biokimia pada tubuh gulma,pengaruh langsung dari tmperatur pada
pembungaan dan produksi bii terkait dengan respon proses penyerbukan
akibat perubahan temperatur.
Zat pengatur pertumbuhan
Pengatur pertumbuhan mungkin mengurangi atau meningkatkan
jumlah biji tanaman yang dapat dihasilkan, dan ini bergantung pada jenis
bahan kimia,konsentrasi dan waktu aplikasi.
C. SIMPANAN BIJI GULMA
Ø Simpanan Biji dalam Tanah (Seed Bank)
Pada kebanyakan lahan pertanian terdapat biji-biji gulma yang
sewaktu-waktu dapat berkecambah dan tumbuh bila keadaan lingkungan
menguntungkan.Seed bank berasal dari:
gulma yang tumbuh sebelumnya Biji yang masuk dari luar Seed
Bank berkurang karena:
Biji yang mati , Biji yang berkecambah ,Terbawa ke luar ,
Banyaknya biji gulma dalam tanah bervariasi antar habitat. Lahan
pergunakan secara intensif umumnya mempunyai simpanan biji gulma
dalam tanah yang lebih besar dibandingkan dengan lahan-lahan yang
baru dibuka Faktor yang paling penting dalam suatu populasi gulma di
suatu daerah pertanian atau habitat-habitat lainnya adalah biji-biji gulma
yang berada dalam tanah yang dihasilkan oleh gulma yang tumbuh
sebelumnya. Pada kebanyakanlahan pertanian terdapat biji-biji gulma
yang sewaktu-waktu dapat berkecambahdan tumbuh bila keadaan
lingkungan menguntungkan.

D. PEMENCARAN BIJI
Pemencaran Tumbuhan dengan Bantuan Faktor Luar Penyebaran
biji pada tumbuhan pada umumnya menggunakan bantuan angin, hewan,
air dan udara. Dengan adanya bantuan tersebut, tumbuhan dapat
memperluas daerah tumbuhnya dan menjaga kelestarian spesiesnya.
Cara pemencaran dengan bantuan factor luar:
a. Anemokori
Anemokori adalah pemencaran biji dengan bantuan angin.
Hembusan angin dapat membawa spora atau biji pergi meninggalkan
induknya untuk menemukan daerah baru yang cocok dan sesuai dengan
habitat sebelumnya, untuk tumbuh menjadi tumbuhan baru. Ciri alat
pemencaran pada cara ini:
1. Biji kecil dan ringan, contohnya biji anggrek (Orchidaceae) dan
spora jamur.
2. Biji berbulu atau berambut, contohnhya alang-alang (Imperata
cylindrical) dan kapuk (Ceiba pentandra).
3. Biji bersayap, contohnya mahoni (Switenia sp) dan dammar
(Agathis alba).
4. Buah bersayap, contohnya meranti dan tengkawang (famili
Dipterocarpaceae).
5. Biji terpencar karena tangkainya tergoyang angin dan keluar
lewat lubang atau celah pada biji. Mekanisme ini disebut pendupaan,
misalnya pada opium (Papaver).
b. Hidrokori
Hidrokori adalah proses pemencaran menggunakan bantuan air.
Hidrokori dapat terjadi melalui air sungai maupun air laut. Proses ini
dapat membawa biji yang memiliki ciri pada umumnya ringan dan
embrio/lembaga yang mempunyai pelindung baik menjauh dari
induknya. Tanaman yang disebarkan dengan cara ini biasanya
mempunyai struktur buah dengan 3 lapis kulit, yaitu eksokarp yang licin
dan berkilat sehingga kedap air, mesokarp yang tebal dan banyak rongga
udara sehingga ringan, dan endokarp yang keras dan kuat sebagai
pelindung lembaga yang ada di dalamnya. Contohnya kelapa (Cocos
nucifera), nyamplung (Calophylum sp.), eceng gondok, teratai, dan
bakau.

c. Zookori
Zookori adalah pemencaran dengan bantuan hewan. Cara
pemencaran ini dapat dibedakan lagi sebagai berikut.
1. Ornitokori
Pemencaran ini terjadi dengan perantara burung. Biasanya biji
tanaman ini tidak dapat dicerna dan akan keluar berwama kotoran
burung. Contohnya beringin (Ficus benjamina), talok (Muntingia
calabora, dan benalu (Loranthus sp.).
2. Kiropterokori
Kiropterokori merupakan pemencaran dengan perantara kelelawar
(codot dan kalong). Tumbuhan yang pemencarannya seperti ini buahnya
berdaging dan dapat dimakan oleh kelelawar, contohnya jambu biji
(Psidium gunjava), dan papaya (Papaya sp).
3. Entomokori
Pemencaran ini terjadi dengan perantara serangga. Biasanya terjadi
pada tumbuhan berbiji kecil dan berlemak, misalnya wijen (Sesamum)
dan tembakau (Nicotiana).
4. Mammokori
Pemencaran ini melalui bantuan hewan menyusui selain manusia.
Pemencaran mammokori dibagi 2, yaitu endozoik, cara pemencarannya
melaui feses hewan yang memakan buah tumbuhan tersebut. Misalnya
pada biji kopi, arbei, jambu biji, delima. Eksozoik, cara pemencarannya
melalui biji yang melekat pada bulu-bulu binatang.
d. Antropokori
Antropokori merupakan pemencaran dengan perantara manusia.
Tumbuhan yang memencar dengan cara ini dapat menyebar pada area
yang sangat luas. Pemencaran cara ini dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Pemencaran secara sengaja
Pemencaran tumbuhan terjadi sesuai dengan kepentingan manusia
terhadap tumbuhan tersebut. Contohnya kopi dan kelapa sawit yang
berasal dari Afrika sekarang ada di Indonesia.
2. Pemencaran secara tidak sengaja
Pemencaran ini terjadi karena tanpa sengaja terbawa, misalnya biji
rumput-rumputan yang menempel di baju atau celana waktu
melewatinya. Pemencaran seperti ini disebut eksozoik
Penyebaran Gulma
Tidak seperti hewan, tumbuhan termasuk bijinya tidak dapat
bergerak dengan kekuatannya sendiri. Organ-organ reproduksi (generatif
dan vegetatif) dapat disebarkan oleh
(1) manusia,
(2) hewan,
(3) angin dan
(4) air.

1. Penyebaran oleh manusia


Merupakan faktor utama dalam penyebaran gulma dari satu
tempat ke tempat lain.
Secara sengaja :masuknya Eichornia crassipesMikania micrantha
ke Indonesia
Tidak sengaja :Melalui hasil tanaman, benih, makanan ternak, dan
jerami
2. Penyebaran oleh angin
Terjadi pada biji gulma yang mempunyai organ khusus
seperti sayap, parasut, bulu-bulu halus . Contoh: tempuyung (Sonchus
arvensis) dan alang-alang (Imperata cylindrica).
Biji berukuran kecil seperti dari keluarga Orchidaceae,
Orobanceae, Striga spp juga dapat mudah terbawa angin ke tempat lain.
3. Penyebaran oleh air
Organ reproduksi (biji atau bagian vegetatifnya) atau berupa
tumbuhan utuh dapat terbawa hanyut bersamaan dengan aliran air hujan,
irigasi, sungai dsb. Biji tersebut mempunyai organ khusus sehingga
mudah terapung. Air irigasi merupakan sumber terpenting dari
masuknya biji gulma ke suatu daerah.
4. Penyebaran melalui mekanisme pecahnya biji
Buah masak karena masak atau terkena air Kemudian terlempar ke
luar Umumnya dari famili leguminose, contoh: Mimosa pudica
Penyebaran oleh Manusia merupakan actor utama dalam
penyebaran gulma dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam hal
penyebaran ini manusia dapat melakukan secara langsung dan secara
sengaja atau tidak sengaja. Manusia sering kali memasukkan jenis
tumbuhan dari suatu tempat ke tempat lain untuk keperluan penelitian,
perdagangan, hobi dan tujuan lainnya. Penyebaran secara tidak sengaja
biasanya terjadi melalui hasil tanaman, benih, makanan ternak dan
jerami. Penyebaran gulma melalui benih tanaman yang terkontaminasi
lebih sering terjadi. Pemanenan secara mekanis lebih memperbesar
kemungkinan terjadinya kontaminasi benih dengan biji gulma Di Negara-
negara berkembang termasuk Indonesia kontaminasi benih dengan biji-
biji gulma merupakan sumber utama yang menambah besarnyasimpanan
biji dalam tanah. Penggunaan benih yang berkualitas dan penerapan
sertifikasi benih akan dapat mengurangi masalah ini. Makanan ternak
juga banyak mengandung organ-organ reproduksi gulma. Meskipun
pencernaan hewan dapat mematikan biji gulma, tetapi sebagian masih
viabel. Jerami yang digunakan untuk makanan ternak atau mulsa juga
seringkali mengandung biji gulma. Perlu diingat bahwa bila suatu lahan
terinfestasi oleh gulma tertentu, penambahan biji jenis gulma tersebut
tidak memberikan pengaruh yang besar;tetapi bila lahan tersebut masih
belum terinvestasi maka masuknya beberapa butir biji saja sudah cukup
untuk menginvestasi lahan tersebut Penyebaran oleh Hewan Biji
beberapa jenis gulma mudah melekat pada bagian luar tubuh hewan
maupun manusia; dan terbawa dari suatu tempat ke tempat lain.
Penyebaran melalui bagian luar hewan ini disebut ”epizoochory”.
Penyebaran gulma oleh hewan juga dapat terjadi setelah melalui bagian
dalam atau pencernaannya (endozoochory) seperti telah dikemukakan
tidak semua biji gulma dapat matisetelah melalui pencernaan hewan.
Penyebaran oleh Angin Biji beberapa jenis gulma mempunyai organ
khusus seperti sayap, parasut dan sebagainya yang memudahkannya
untuk terbang terbawa angindari satu tempat ke tempat laun. Beberapa
biji jenis gulma yang menyebar dengan cara ini antara lain tempuyung
(Souchus arvensis) dan alang-alang ( Imperata cylindrica).Biji-biji gulma
yang berukuran kecil seperti biji dari keluarga Orchidaceae,
Orobancheae,Striga spp dapat mudah terbawa angin dari satutempat ke
tempat lain
Penyebaran oleh Air Organ reproduksi gulma berupa biji atau
bagian vegetatifnya atau berupa tumbuhan utuh dapat terbawa hanyut
bersama-sama dengan aliran air hujan,air irigasi, sungai dan sebagainya.
Biji-biji beberapa jenis gulma mempunyai organ khusus yang
menyebabkannya mudah terapung sehingga mudah terbawa aliran.Biji
gulma mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap
perendaman.Sebagian diantaranya mempunyai ketahanan dalam air
cukup lama.

Tumbuhan sangat penting bagi mahluk hidup, selain sebagai pengu


atstruktur tanah dan sumber makanan tumbuhan juga memiliki nilai
kegunaan dankeindahan.
Tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan sedangkan gulmamerupa
kan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah lama
menyesuaikandiri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang
telah berkembang sejak timbulnya pertanian.Masalah gulma timbul pada
saat suatu jenis tumbuhan atau
sekelompok tumbuhan mulai mengganggu aktivitas manusia baik kesehat
annya maupunkesenangannya.Istilah gulma bukanlah istilah yang ilmiah,
melainkan istilahsederhana yang sudah merupakan milik masyarakat. M
asyarakat secarakeseluruhan mempunyai konsepsi yang sangat luas akan
apa yang dikenal sebagaigulma atau tumbuhan pengganggu. Yang
termasuk dalam kelompok gulma tidak saja tumbuhan yang merugikan
manusia dalam beberapa hal, tetapi juga semuatumbuhan yang tidak
bermanfaat atau yang belum diketahui manfaatnya
.penyebaran gulma biasanya tidak dikehendaki keberadaannya karename
miliki pengaruh yang
negatif terhadap tanaman pertanian.Tanaman gulmamem punyai daya
kompetisi yang sangat tinggi sehingga gulma dianggap sebagaitanaman
yang merugikan manusia karena daya kompetisinya tinggi yang dapat
menurunkan hasil panen.Berdasarkan pemaparan diatas megenai gulma
dan penyebaran biji gulmayang keberadaannya sangat merugikan
kalangan masyarakat terlebih di kalangan. Para petani, maka sangatlah
penting untuk membuat makalah tentang.Penyebaran Biji gulma, guna
mengetahui apa saja yang mejadi penyebab
terjadinya penyebaran biji gulma yang menyebabkan makin bertambahny
a pertumbuhan gulma.

Gulma didefinisikan sebagai kelompok jenis tumbuhan yang


hidupnya atau tumbuhnya tidak dikehendaki oleh manusia karena
dianggap mengganggu
dan bisa merugikan hasil tanaman yang dibudidayakan bersifat kuantitati
f (kerugiandalam bentuk jumlah atau dapat di'ujudkan dengan angka) dan
bersifat kualitatif (kerugian dalam bentuk kualitas hasil pertanian yang
tidak dapat
di'ujudkandengan angka). !ulma juga dapat diartikan sebagai Tumbuhan
PenggangguTanaman Budidaya .
didalam komoditas suatu tanaman selalu ada persaingan dalam penyerapa
n makanan yang terjadi. Terutama persaingan antara tanaman yangdibudi
dayakan dan gulma yang memperebutkan unsure hara.Populasi gulma
dalam kurun 'aktu tertentu selalu mengalami perubahan.Perubahan terjadi
akibat faktor- faktor yang disengaja maupun secara alami dihabitat
hidupnya. Penggunaan herbisida di suatu lahan pertanian misalnya juga
menyebabkan terjadinya dinamika populasi gulma.

konsekuensi dari pemakaianherbisida yang sama-


sama jenis bahan aktif atau sama cara kerja secara berulang-
ulang dalam periode yang lama pada suatu areal maka ada dua
kemungkinan masalah yang timbul pada areal tersebut yaitu terjadi
dominansi populasi gulma resisten herbisida atau dominansi gulma
toleran herbisida.Dinamika yang terjadi menyebabkan komposisi dan
penyusun gulma disuatu populasi juga mengalami perubahan. Komposisi
populasi gulma ditentukanoleh seleksi tumbuhan dalam penyesuaian
terhadap factor lingkungan serta gulma

juga mempunyai kemampuan adaptasi yang berbeda-


beda. Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara
generatif maupun secara vegetative sehingga membuat penyebaran
gulma semakin mudah karena dibantu dengan aktifitas manusia, hewan,
angin dan air.
Penyebaran gulma biasanya tidak dikehendaki keberadaannya karename
miliki pengaruh yang
negatif terhadap tanaman pertanian.Tanaman gulmamempunyai daya
kompetisi yang sangat tinggi sehingga gulma dianggap sebagaitanaman
yang merugikan manusia karena daya kompetisinya tinggi yang
dapatmenurunkan hasil panen. +ompetisi semacam ini
dapat berupa kompetisi ruang,air, hara, maupun cahaya.!ulma sebagai
rumah inang sementara dari penyakit atau parasit
tanaman pertanian yang disebabkan oleh banyak penyakit, parasit, dan ha
ma yang tidak hanya hidup pada tanaman pertanian saja, tetapi juga pada
gulma khususnya
yangsecara taksonomi erat kaitannya. Penyebaran dan pengendalian gulm
a dapatmenyebabkan kurangnya mutu hasil pasca panen. Beberapa
bagian dari gulmayang ikut terpanen akan memberikan pengaruh negatif
terhadap hasil panenan(pasca panen). Misalnya dapat
meracuni, mengotori, menurunkan kemurnian,ataupun memberikan rasa
dan bau yang tidak asli.
Adanya tanaman gulma dalam jumlah populasi yang tinggiakanmenyeba
bkan kesulitan dalam melakukan kegiatan pertanian dan menghambat
kelancaran aktivitas pertanian. Misalnya pemupukan, pemanenan dengan
alat-alat mekanis, dan lain-lain.
Struktur dan bentuk biji adalah kunci penetuan penyebaran gulma danseb
agian besar spesies gulma memiliki kedua sifat yang memang telah
terancang
agar penyebarannya paling efisien. Struktur adaptasi dan mudah beradapt
asi bersama dengan aktifitas manusia sangat mendukung penyebaran
gulma ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran gulma
Gulma dapat berkembangbiak dan dapat berpindah-pindah tempat
bahkan gulma dapat berpindah tempat dari daerah satu ke daerah yang
lain. Hal ini dapat terjadi karena adanya penyebaran biji gulma yang
menyebabkan gulma tersebutdapat berkembangbiak dengan cepatnya.
Penyebaran gulma dari tempat satu ketempat yang lain dapat terjadi
melalui aktivitas sendiri, dengan bantuan alam,maupun dengan bantuan
makhluk hidup.
4.3 Penanaman Benih Kedelai

Varietas dan Benih


Varietas kedelai yang dianjurkan untuk lahan bekas tanaman padi
adalah varietas yang berumur genjah (kurang dari 80 hari) dan berumur
sedang (81 89 hari). Tiga belas varietas yang dianjurkan, yaitu : Lokon,
Guntur, Tidar, Wilis, Kerinci, Merbabu, Raung, Rinjani, Lompo-batang,
Lawu, Tengger, Dieng dan Jayawijaya. Sedangkan varietas local yang
dianjurkan antara lain : Gajah, Slawi, TK-5, Loka Brebes dan Lumajang
Brewok.

Hal yang perlu diperhatikan secara khusus untuk


mendapatkan benih bermutu tinggi adalah sortasi dan penyimpanan
benih. Biji terpilih adalah yang sehat, utuh/ bernas dan memiliki daya
tumbuh tinggi. Syarat-syarat benih bermutu, yaitu:
a. Murni dan diketahui nama varietasnya.
b. Berdaya kecambah tinggi, yaitu 80 % atau lebih.
c. Memiliki vigor yang baik : tumbuh cepat dan serempak,
kecambahnya sehat.
d. Bersih, tidak tercampur dengan biji rumput, kotoran dan biji
tanaman lainnya.
e. Sehat, tidak menularkan penyakit, serta tidak terinfeksi
cendawan yang menyebabkan busuk.
f. Bernas, tidak keriput dan utuh serta kering.
Keperluan benih per hektarberkisar antara 30 - 50 kg, tergantung
pada :
a. Jarak tanam yang digunakan.
b. Ukuran biji ( berat 100 biji)
c. Daya tumbuh benih

Inokulasi Rhizobium

Untuk lahan sawah yang baru pertama kali ditanami


kedelai, sebaiknya dilakukan inokulasi Rhizobium, dengan tujuan untuk
menumbuhkan bintil pada akar kedelai yang dapat mengikat unsur N dari
udara. Caranya :
a. Ambil tanah bekas pertanaman kedelai.
b. Keringkan dan tumbuk sampai halus.
c. Benih kedelai yang akan ditanam dibasahi dulu.
d. Campurkan tanah halus tersebut dengan benih yang sudah
dibasahi, dengan takaran 1 kg tanah untuk 10 kg benih, aduk sampai
merata.
Saat ini ada Inokulum Rhizobium yang sudah jadi, dijual
dipasaran, yang disebut legin, campurkan benih kedelai yang sudah
dibasahi dengan 7,5 gram legin/1kg benih

Teknik Budidaya
Teknik budidaya kedelai yang dilakukan sebagian besar
petani umumnya masih sangat sederhana, baik dalam hal pengolahan
tanah, pemupukan dan pemberantasan hama/penyakitnya, sehingga
produksinya masih relatif rendah.Sebagian besar petani tidak melakukan
pengolahan tanah (TOT = tanpa olah tanah), terutama tanah bekas padi
atau tebu. Tanah hanya dibersihkan dari je-rami padi dan daun tebu, yang
selanjutnya bibit kedelai ditebar atau ditugal terlebih dahulu untuk lubang
untuk penanaman biji kedelai. Selain itu kualitas bibitnya kurang baik,
sehingga produksinya relatif rendah.
Dalam hal pemupukan, sebagian besar petani belum melakukannya
secara intensif atau semi intensif. Tidak menggunakan pupuk sama sekali
atau minim sekali jumlahnya. Demikian juga dalam hal pemberantasan
hama penyakit dapat dikatakan kurang sekali, sehingga banyak kerugian
atau rendahnya produksi akibat serangan hama penyakit.
Tanaman kedelai dapat tumbuh di berbagai agroekosistem
dengan jenis tanah, kesuburan tanah, iklim, dan pola tanam yang
berbeda sehingga kendala satu agroekosistem akan berbeda dengan
agroekosistem yang lain. Hal ini akan mengindikasikan adanya
spesifikasi cara bertanam kedelai.
Persiapan Areal
Areal yang digunakan untuk sebagai tempat penanaman
terlebih dahulu dibersihkan dari vegetasi dan dicangkul sedalam 30 cm
lalu digemburkan dan diratakan. Setelah areal bersih dan rata maka
dibentuk plot – plot. Dan dibuat parit drainase untuk mencegah terjadi
penggenangan air bila terjadi hujan.
Pemilihan Benih
Bibit yang baik adalah berukuran besar, tidak cacat, berwarna
seragam (putih, kekuning-kuningan).Kualitas benih sangat menentukan
keberhasilan usaha tani kedelai. Pada penanaman kedelai, biji atau
benih ditanam secara langsung, sehingga apabila kemampuan
tumbuhnya rendah, jumlah populasi persatuan luas akan berkurang.
Di samping itu, kedelai tidak dapat membentuk anakan sehingga
apabila benih tidak tumbuh, tidak dapatditutup oleh tanaman yang
ada. Oleh karena itu, agar dapat memberikan hasil yang memuaskan,
harus dipilih varietas kedelai yang sesuai dengan kebutuhan, mampu
beradaptasi dengan kondisi lapang, dan memenuhi standar mutu benih
yang baik. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
varietas yaitu umur panen, ukuran dan warna biji, serta tingkat
adaptasi terhadap lingkungan tumbuh yang tinggi. Umur panen, varietas
yang akan ditanam harus mempunyai umur panen yang cocok dalam
pola tanam pada agroekosistem yang ada. Hal ini menjadi penting
untuk menghindari terjadinya pergeseran waktu tanam setelah kedelai
dipanen. Ukuran dan warna biji, varietas yang ditanam harus sesuai
dengan permintaan pasar di daerah sekitar sehingga setelah panen
tidak sulit dalam menjual hasilnya. Bersifat aditif, untuk daerah sentra
pertanaman tertentu, misalnya di tanah masam, hendaknya memilih
varietas kedelai unggul yang mempunyai tingkat adaptasi tinggi terhadap
tanah masam sehingga akan diperoleh hasil optimal, contohnya varietas
Tanggamus.

Persiapan Lahan
Di lahan kering dengan tanaman tumpang sari, tanah diolah dua
kali dengan alat bajak dan luku, sedangkan di sawah dengan tanaman
monokultur, tanah dibersihkan dari jerami, kemudian tanah diolah satu
kali.Untuk tanah yang pH-nya rendah, diberi kapur atau dolomit antara
200 – 300 Kg per ha. Pada saat ini juga tanah diberi pupuk dasar, yaitu
pupuk SP-36 sebanyak 100 Kg untuk monokultur, sedangkan bila tumpang
sari dengan jagung dosisnya adalah sebanyak 200 kg – 250 kg per ha.
Tanaman kedelai biasanya ditanam pada tanah kering (tegalan) atau
tanah persawahan. Pengolahan tanah bagi pertanaman kedelai di lahan
kering sebaiknya dilakukan pada akhir musim kemarau, sedangkan
pada lahan sawah, umumnya dilakukan pada musim kemarau. Persiapan
lahan penanaman kedelai di areal persawahan dapat dilakukan secara
sederhana. Mula-mula jerami padi yang tersisa dibersihkan, kemudian
dikumpulkan, dan dibiarkan mengering. Selanjutnya, dibuat petak-petak
penanaman dengan lebar 3 m- 10 m, yang panjangnya disesuaikan
dengan kondisi lahan. Diantara petak penanaman dibuat saluran
drainase selebar 25 cm - 30 cm, dengan kedalaman 30 cm. Setelah
didiamkan selama 7-10 hari, tanah siap ditanami. Jika areal penanaman
kedelai yang digunakan berupa lahan kering atau tegalan, sebaiknya
dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Tanah dicangkul atau
dibajak sedalam 15 cm – 20 cm. Di sekeliling lahan dibuat parit
selebar 40 cm dengan kedalaman 30 cm. Selanjutnya, dibuat petakan-
petakan dengan panjang antara 10 cm – 15 cm, lebar antara 3 cm –
10 cm, dan tinggi 20 cm – 30 cm. Antara petakan yang satu dengan
yang lain (kanan dan kiri) dibuat parit selebar dan sedalam 25 cm.
Antara petakan satu dengan petakan di belakangnya dibuat parit
selebar 30 cm dengan kedalaman 25 cm. Selanjutnya, lahan siap ditanami
benih.

Penanaman
Cara tanam yang terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi
yaitu dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman
antara 1,5– 2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 3 – 4 biji dan
diupayakan 2 biji yang bisa tumbuh. Observasi di lapangan dijumpai
bahwa setiap lubang tanam diisi 5 biji, bahkan ada yang sampai 7 –
9 biji sehingga terjadi pemborosan benih yang cukup banyak. Di sisi
lain, pertumbuhan tanaman mengalami etiolisasisehingga dapat
mengakibatkan tanaman menjadi mudah roboh. Kebutuhan benih yang
optimal dengan daya tumbuh lebih dari 90% yaitu 50 – 60 kg/ha.
Penanaman ini dilakukan dengan jarak tanam 40 cm x 10 – 15 cm.
Pada lahan subur, jarak dalam barisan dapat diperjarang menjadi 15
– 20 cm. Populasi tanaman yang optimal berkisar 400.000 – 500.000
tanaman per hektar. Penempatan arah tanam di daerah tropik tidak
menunjukkan perbedaan antara ditanam arah timur-barat dengan utara-
selatan. Hal yang terpenting yaitu arah tanam harus sejajar dengan arah
saluran irigasi atau pematusan sehingga air tidak menggenang dalam
petakan.

Pembuatan Plot
Tanah yang telah dicangkul dan digemburan dibuat plot –
plot dengan ukuran 400 cm x 300 cm dengan jarak antara plot 50 cm, jark
diberi paretan antar plot. Plot dibuat arah utara.

Pembuatan Jarak Tanam


Tanah yang telah dibentuk plot, kemudian tanah diratakan
dengan ukuran jarak tanam 35cm x 25 cm, dan jarak dari garis 20 cm.
Pengairan/Drainase
Untuk memperoleh pertumbuhan yang baik, maka bila
kekurangan air, tanaman perlu diberi pengairan, terutama pada umur 1 –
50 hari. Demikian pula bila tanahnya terlalu banyak air, perlu adanya
drainase.

Penyiraman
Penyiraman dilakukan di areal plot sebelum biji kedelai
ditanam. Kemudian penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan
sore hari dengan menggunakan gembor. Bila turun hujan dan keadaan
tanah cukup basah maka penyiraman tidak dilakukan. Kedelai
menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi
seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat
menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering.

Penyisipan
Penyisipan dilakukan bila ada tanaman yang mati atau
pertumbuhan nya abnormal, setiap tanaman berlubang 2 biji. Penyisipan
dilakukan 7 – 14 hari setelah tanam.

Penyiangan
Penyiangan pertama umur 2-3 minggu, ke-2 pada saat tanaman
selesai berbunga (sekitar 6 minggu setelah tanam). Penyiangan ke-2 ini
dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2.
Pemupukan
Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempumnyai daya dukung
terbatas sebagai sumber unsur hara maupun sebagai penampung tambahan
input hara berupa pupuk. Oleh karena itu tanaman perlu di pupuk agar
memperoleh prodiksi yanG maksimal. Pemupukan dilakukan dengan cara
tunggal. Dengan kedalaman 3 cm dan jarak dari tanaman 5 cm. Letak kan
pupuk di lubang dan tutup dengan tanah kembali. Dan langsung di lakukan
penyiraman. Pupuk yang di gunakan adalah pupuk Urea, Kcl, SP36.
Waktu dan cara pemupukan, pupuk diberikan tiga kali, yaitu :
a Pupuk dasar : diberikan pada saat tugal, dengan cara
ditugalkan disamping tugalan biji, dengan dosis sepertiga dari total dosis.
b Pupuk susulan I : umur 25 hari setelah tanam, dosis
sepertiganya dengan cara dienclo disamping tanaman.
c Pupuk susulan II : umur 40 - 45 hari setelah tanam, dosis
sepertiganya dengan cara dienclo disamping tanaman.
Apabila air tersedia pada musim kemarau, tanaman kedelai
perlu diairi, dengan cara membendung saluran drainase antar bedengan
hingga air menggenangi bedengan, kemudian dibuka lagi. Drainase
penting, sebab tanaman kedelai tidak tahan terhadap genangan air.
Penggenangan dapat dilakukan tiap minggu, atau 5 kali pada umur 0, 14,
28, 42 dan 56 hari setelah tugal, atau 3 kali pada umur 0, 14 dan 28 hari
setelah tugal.

Pembumbunan
Pembumbunan biasanya dilakukan bersamaan dengan
penyiangan. Selain untuk mengendalikan gulma, pembumbunan bertujuan
untuk menggemburkan tanah sehingga mendorong perkembangan akar
dan mencegah rebah nya tanaman. Pembumbunan dilakukan setelah
tanaman berumur 3 – 4 minggu.

Panen
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun
sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu
gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan
dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna
kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan merugikan,
karena banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polong
retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan. Disamping itu,
buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari
cabangnya. Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen Perlu
diperhatikan, kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi
dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipetik
pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betul-betul sempurna
dan merata.
Untuk tahap pemupukan pada tanaman kedelai, para ahli dan
peneliti sendiri masih berbeda pendapat tentang pemberian pupuk nitrogen
terhadap tanaman kedelai. Ada yang berpendapat perlu diberikan ada juga
yang sebaliknya tidak perlu. Namun demikian pemupukan nitrogen
tergantung kepada ketersediaan nitrogen itu sendiri. Apabila tanaman
memperlihatkan gejala kekurangan, maka perlu diberikan. Rhizobium
adalah bakteri penambat N simbiotik yang dapat mencukupi hampir
seluruh kebutuhan N tanaman kedelai (Shutsrirung et al. 2002). Akan
tetapi perlu diketahui untuk terbentuknya bintil akar diperlukan nitrogen
secukupnya sebagai stater. Menurut Tim Balai Penelitian Tanah Bogor,
pupuk N untuk tanaman kedelai pada tegalan, diperlukan 25 kg urea/ha
sebagai starter pertumbuhan. Kebutuhan N tanaman bisa dipenuhi dari
hasil fiksasi N dari udara oleh bakteri Rhizobium. Untuk meyakinkan
proses tersebut terjadi dengan baik, diperlukan inokulasi Rhizobium
dengan dosis 200 g untuk 40 kg benih. Produk inokulum yang baik adalah
inokulum yang juga mengandung bakteri pelarut fosfat, kalium dan
hormon pertumbuhan, selain bakteri pengikat N udara. Pemakaian
inokulum yang baik dapat menekan 100% kebutuhan N dan 50%
kebutuhan pupuk P dan K.
Pengendalian Gulma Hama dan Penyakit
Teknik pengendalian dengan teknik budidaya merupakan
teknik pengendalian yang murah, tidak menyebabkan pencemaran
lingkungan dan mudah dikerjakan oleh petani perseorangan atau
kelompok. Untuk mengembangkan teknik pengendalian ini diperlukan
pengetahuan sifat-sifat ekosistem setempat, khususnya tentang ekologi
dan perilaku hama, seperti bagaimana hama memperoleh berbagai
persyaratan bagi kehidupannya termasuk makanan, perkawinan, dan
tempat persembunyian untuk menghindari dari cuaca buruk dan musuh
alami. Pengetahuan tentang biologi dan ekologi hama dapat membantu
memahami titik lemah hama, sehingga dapat diketahui fase hidup hama
yang paling tepat untuk dilakukan pengendalian.
Upaya pengendalian hama kedelai dengan teknik budidaya dapat
dilakukan dengan cara Beberapa jenis hama yang sering merusak tanaman
kedelai, antara lain, lalat kacang, ulat pemakan daun (grayak, jengkal), ulat
heliothis, penggulung daun, pengisap polong, penggerek polong, kutu
kebul, dan kutu daun.

Pengendalian hama bisa dilakukan secara terpadu sebagai berikut:


1. Pengendalian secara kultur teknis.

Pengendalian secara kultur teknis lebih ditekankan sebagai


upayapengendalian hama yang sifatnya preventif dan biasanya upaya
pengendalian sebelum terjadi serangan hama. Tujuannya agar populasi
hama tidak meningkat melebihi nilai ambang pengendaliannya.
2. Pengendalian secara hayati ( biologis )

Pada dasarnya, pengendalian hama secara hayati ( biologis ) adalah


menggunakan musuh alami yang terdiri dari parasitosid, predator, dan
patogen. Mekanisme kerja dalam pengendalian hama terpadu
menggunakan musuh alami dilakukan dengan memanfaatkan populasi
musuh alami yang ada ( density dependent ) sehingga tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama yang
dikendalikan.
3. Pengendalian dengan pestisida

Penggunaan pestisida merupakan salah satu pilihan alternatif yang


dapat dilakukan, terutama bila cara pengendalian lain belum mampu
menekan populasi hama dan penyakit. Hal ini perlu ditekankan karena
pengunaan pestisida perlu dilakukan secara bijaksana dengan tujuan
musuh alami dari hama tersebut tetap hidup sehingga proses pengendalian
hama dan penyakit secara alamiah tetap bisa berlangsung. Pemilihan jenis
pestisida pada umumnya tergantung pada umur dan hama yang akan
disemprot serta tergantung pada tujuan utama pengendalian hama
dilakukan. Untuk pengendalian hama lalat bibit, umumnya menggunakan
insektisida yang diberikan dengan cara dioleskan pada biji kedelai.
Sementara insektisida untuk hama ulat daun umumnya dilakukan saat
hama berada pada awal ( I – II ) dengan menggunakan insektisida kontak.

Beberapa jenis gulma yang merugikan pada tanaman kedelai:


1. Eleusine indica
2. Cyperus sp.
3. Cynodon dactylon
4. Digitaria ciliaris
5. Amaranthus sp.
6. Ageratum conyoides
7. Echinocloa colonum
8. Hedyotis corymbosa
9. Cleome rutidosperma
10. Boreria alata
11. Ludwigia sp.
12. Cyanotis cristata
13. Polytrias amaura
14. Digitaria sp.
15. Imperata cylindrica

Macam-macam hama yang ada di tanaman kedelai:


1. Aphis glycine.

Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik


Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga
dan polong. Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian: (1)
Jangan tanam tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau
kacang-kacangan, (2) buang bagian tanaman terserang dan bakar, (3)
gunakan musuh alami (predator maupun parasit), (4) semprot Natural
BVR atau PESTONA dilakukan pada permukaan daun bagian bawah.
2. Kumbang daun tembukur (Phaedonia inclusa).

Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan


daun. Gejala: larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong
muda, bahkan seluruh tanaman. Pengendalian: penyemprotan PESTONA.
3. Ulat polong (Ettiela zinchenella).

Gejala: pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau,
polong bagian luar berubah warna, didalam polong terdapat ulat gemuk
hijau dan kotorannya. Pengendalian : tanam tepat waktu.
4. Kepik polong (Riptortis lincearis).

Gejala: polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.


5. Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli).

Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh. Pengendalian : Saat


benih ditanam, tanah diberi POC NASA, kemudian setelah benih ditanam,
tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi
kecambah dilakukan penyemprotan dengan PESTONA. Penyemprotan
diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.
6. Kepik hijau (Nezara viridula).

Pagi hari berada diatas daun, saat matahari bersinar turun ke


polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga
dewasa antara 1 sampai 6 bulan. Gejala: polong dan biji mengempis serta
kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik coklat.
7. Ulat grayak (Spodoptera litura).

Gejala : kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan


daun, dan berpencar mencari rumpun lain. Pengendalian : (1) dengan cara
sanitas, (2) disemprotkan pada sore/malam hari saat ulat menyerang
tanaman beberapa Natural VITURA.
8. Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii).

Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara


lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek. Gejala : daun sedikit demi
sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi.
Pengendalian; tanam varietas tahan dan tebarkan Natural GLIO di awal.
9. Anthracnose (Colletotrichum glycine ).

Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun


yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi
kosong dan isi polong tua menjadi kerdil. Pengendalian : (1) perhatikan
pola pergiliran tanam yang tepat, (2) Pencegahan diawal dengan Natural
GLIO.
10. Penyakit karat (Cendawan Phakospora phachyrizi).

Gejala: daun tampak bercak dan bintik coklat. Pengendalian: (1)


cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit, (2) semprotkan
Natural GLIO + gula pasir.
11. Busuk batang (Cendawan Phytium Sp).
Gejala : batang menguning kecoklat-coklatan dan basah,
kemudian membusuk dan mati. Pengendalian : (1) memperbaiki drainase
lahan, (2) Tebarkan Natural GLIO di awal.
Upaya pengendalian hama kedelai dengan teknik budidaya dapat
dilakukan dengan cara :
1. Penanaman kedelai umur genjah seperti varietas Grobogan,
Malabar, dan Tidar (umur 74-78 hari) merupakan salah satu usaha untuk
memper- pendek akumulasi tanaman terserang hama, mengurangi
kesesuaian ekosistem dan mengganggu penyediaan makanan atau
keperluan hidup hama.
2. Penggunaan varietas tahan hama, seperti Lumajang Bewok,
Gumitir, Tidar, Kerinci, dan Agropuro yang tahan hama lalat bibit.
Varietas Ijen, Panderman dan Argopuro tahan ulat grayak. Varietas
Gumitir dan Ar gopuro tahan hama penghisap polong. Penanaman varietas
tahan merupakan teknik budidaya untuk mengurangi dampak kerusakan
tanaman dan mengurangi kesesuaian ekosistem hama.
3. Penggunaan tanaman perangkap jagung dengan berbagai umur
(genjah sedang dan dalam) yang ditanam di sekeliling pematang areal
pertanaman kedelai dapat mengurangi serangan hama ulat polong kedelai.
Penanaman tanaman perangkap Sesbania rostata di pematang dapat
mengurangi serangan hama penghisap polong.

4. Rotasi atau pergiliran tanaman antara kedelai, padi, atau


dengan tanaman bukan kacang-kacangan dapat memutus siklus hama dan
menekan populasi hama kedelai seperti lalat kacang, kutu kedelai (Bemisia
tabaci), ulat jengkal, kumbang kedelai, kepik polong dan penggerek
polong.
Hama tanaman kedelai umumnya banyak menye-rang bagian
batang tanaman muda, daun dan polong. Ham utama tanaman kedelai
setelah padi gadu yaitu tikus, ulat grayak dan hama penggerek polong.
a. Pengendalian hama tanaman yang masih muda.
Hama yang biasa menyerang yaitu lalat kacang atau
lalat bibit. Lalat bibit meletakan telurnya pada keeping biji atau daun
muda, menetas dan menggerak batang. Penggunaan insektisida Larvin
pada benih dapat menekan serangan hama ini, dengan dosis 20 gram/kg
benih.
b. Pengendalian hama daun.
Hama daun terdiri dari berbagai jenis ulat, terutama ulat
grayak, aphis dan lalat putih. Pengamatan intensif disertai pencegahan dini
sangat diperlukan. Apabila tidak bisa diatasi dengan pencegahan, maka
dapat dilakukan penyemprotan dengan Atabron 50 EC, Matador 25 EC,
Bayrusil 250 EC dengan dosis 2 cc/liter air.
c. Pengendalian hama polong.
Hama polong terdiri dari penggerek polong dan pengisap polong.
Pengendaliannya secara preventif dilakukan penyemprotan insektisida
pada satu minggu setelah berbunga, dan diulang setiap dua minggu jika
terdapat serangan, penyemprotan dihentikan dua minggu sebelum
dipanen. Insektisida yang dapat digunakan yaitu : Trebon50 EC,
Tamaron 200 LC dan Lannate dengan dosis 2 cc/liter air.
d. Pengendalian hama tikus
Sebelum tanam kedelai, yaitu menjelang panen padi, adakan
gerakan pengendalian tikus secara intensif dengan cara gropyokan dan
emposan. Lingkungan sekitar tanaman harus bersih, untuk meng- hindari
tikus bersarang. Adakan pengemposan dan pengumpanan tikus terus
menerus selama pertanaman kedelai.
e. Pengendalian penyakit
Untuk pengendalian penyakit karat daun dan sclerotium, dapat
digunakan fungsidida, seperti Dithane M-45 dengan dosisi 2 gram / liter
air. Sedangkan penyakit-penyakit tanaman kedelai yang disebabkan oleh
bakteri dan virus masih sulit pengendaliannya, oleh sebab itu sebaiknya
dilakukan iradikasi (tanaman yang terserang dicabut dan dibakar) atau
memberantas serangga yang merupakan penularnya (vektor).

Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman (cm)
Untuk tinggi tanaman kedelai ini sendiri, tidak ada pengaruh nyata
terhadap satu varietas. Ini disebabkan karena perawatan dilakukan dengan
serius seperti pemupukan, penyiraman, pemberantasan hama dengan
menggunakan insektisida, berpengaruh terhadap tinggi suatu tanaman,
dimana dari hari kehari tinggi tanamannya terus bertambah tinggi .
Jumlah Daun (Helai)
Untuk jumlah daun atau helai daun perlakuan terhadap
varietas kacang kedelai juga menunjukkan tidak berpengaruhnya nyata.
Hal ini kemungkinan besar diduga karena perawatanya yang kurang serius
selama fase pertumbuhan dari tanaman kacang kedelai, sehingga tidak
dapat tumbuh dengan baik.
Tanaman kedelai dapat tumbuh di berbagai agroekosistem
dengan jenis tanah, kesuburan tanah, iklim, dan pola tanam yang
berbeda sehingga kendala satu agroekosistem akan berbeda dengan
agroekosistem yang lain. Hal ini akan mengindikasikan adanya
spesifikasi cara bertanam kedelai. Oleh karena itu, langkah-langkah
utama yang harus diperhatikan dalam bertanam kedelai yaitu pemilihan
benih, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan.
Secara umum permasalahan mendasar yang dihadapi sektor
pertanian adalah meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan
iklim global, terbatasnya ketersediaan infra struktur, sarana prasarana,
lahan dan air; sedikitnya status dan sempitnya kepemilikan lahan;
lemahnya system perbenihan; keterbatasan akses petani terhadap
permodalan, lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani dan penyuluh,
masih rawannya ketahanan pangan dan energi; belum berjalannya
diversifikasi pangan; rendahnya nilai tukar petani dan belum padunya
antarsektor dalam menunjang pembangunan (Kementerian Pertanian,
2010). Permasalahan-permasalahan tersebut juga berpengaruh terhadap
upaya peningkatan produksi kedelai nasional.
Selain itu kurangnya benih kedelai bermutu merupakan masalah
yang sulit dipecahkan dalam upaya meningkatkan produksi kedelai
nasional. Benih yang digunakan oleh petani pada umumnya merupakan
benih yang berkualitas rendah sehingga berpengaruh terhadap hasil
produksi kedelai, sehingga produksi kedelai yang dihasilkan tidak mempu
mencukupi kebutuahan nasional. Serangan hama dan penyakit pada
tanaman menjadi masalah kedua, dimana OPT pada kedelai lebih banayak
dibanding palawija lain pada umumnya merupakan sahabat petani dalam
budidaya kedelai. ledakan hama sekunder merupakan ledakan hama yang
mengalami resistensi terhadap pestisida kimia, sehingga menyebabkan
hama tidak dapat dikendalikan. Hal tersebut terjadi karena pengguanaan
bahan kimia sisntetik (pestisida) dalam budidaya tanaman kedelai sangat
tinggi.
4.4 Analisis Vegetasi Gulma

Analisis vegetasi merupakan sebuah cara untuk mempelajari komposisi jenis


dan struktur vegetasi atau kelompok tumbuh-tumbuhan. Konsepsi dari metode
analisa vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan vegetasi itu
sendiri dan tujuannya misalnya untuk mengevaluasi hasil pengendalian gulma.
Metode yang digunakan untuk analisa vegetasi harus disesuaikan dengan struktur
dan komposisi. Ada empat metode yang lazim digunakan dalam analisa vegetasi
yaitu metode estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan metode titik.
1. Metode estimasi visual
Setelah meletakkan luas petak contoh yng akan diamati ditentukan,
lazimnya berbentuk lingkaran, pengamatan dilakukan pada titik tertentu
yang selalu tetap letaknya, misalnya selalu di tengah atau di salah satu sudut
yang tetap pada petak contoh yang telah terbatas. Besaran yang dihitung
berupa dominasi yang dinyatakan dalam persentase penyebaran. Karena
nilai penyebaran tiap jenis dalam area dihitung dalam persen, maka bila
dijumlah akan diperoleh 100% (termasuk % daerah kosong jika ada). Dapat
juga dominansi dihitung berdasar suatu skala abudansi (scale abundance)
yang bernilai 1 – 5 (Braun- Blannquat Weaver), 1 – 10 (Domin) atau 1 – 3
Cara ini sangat berguna bila mana populasi vegetasi cukup merata dan tidak
banyak waktu tersedia. Tetapi mmiliki kelemahan yaitu tedapat
kecenderungan untuk menkasir lebih besar jenis-jenis yang sulit dan kurang
menarik perhatian. Juga sulit untuk dapat mewakili keadaan populasi
vegetasi seluruhnya, dan penaksiran luas penyebaran masing-masing
komponen tidak terjamin ketepatannya.
2. Metode kuadrat
Yang dimaksud dari metode ini adalah ukuran luas dalam satu kuadrat (m2,
cm2, dan sebagainya), tetapi bentuk petak-contoh dapat berupa segi empat,
segi-panjang, ataupun lingkaran. Untuk vegetasi yang pendek/rendah,
bentuk lingkaran lebih menguntungkan karena ukrannya dapat diperluas
dengan cepat dan teliti dengan menggunakan seutas tali yang dikaitkan pada
titik pusat petak. Untuk gulma berbentuk herba rendah lebih efisien
menggunakan metode kuadrat segi panjang dari pada kuadrat segi empat,
karena kelompok tumbuh-tumbuhan berkembang membentuk sebuah
lingkaran. Dengan kuadrat segi panjang akan lebih memungkinkan
memotong kelompok tumbuhan dan lebih banyak kelompok yang bisa
diamati. Jika yang ditinjau untuk distribusi suatu kelompok tumbuhan,
kuadrat lingkaran kurang efisien dibanding semua bentuk geometri lainnya
karena lingkaran mempunyai perbandingan terkecil antara tepi dan luasnya.
Bentuk lingkaran juga paling cocok untuk evaluasi asosiasi gulma di daerah
yang luas dan bila menggunakan sampling estimasi visual.
3. Metode titik
Metode titik merupakan suatu variasi metode kuadrat. Jika sebuah kuadrat
diperkecil sampai titik tidak terhingga, akan menjadi titik. Konsepsi dan
metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung
keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya apakah ditujukan
untuk mempelajari tingkat sukses, apakah untuk evaluasi hasil suatu
pengendalian gulma. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan
struktur dan komposisi vegetasi. Untuk areal yang luas dengan vegetasi
semak rendah misalnya, digunakan metode garis (line intersept), untuk
pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetasi “tumbuh menjalar”
(cpeeping) digunakan metode titik (poin intercept) dan untuk suatu survei
daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual
estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneliti yang sudah
berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi,
dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya semuanya untuk
memeproleh efesiensi. Pengamatan gulma dilakukan dengan analisis
vegetasi untuk penentuan nilai NJD atau SDR (Nisbah Jumlah Dominasi),
dengan perhitungan analisis vegetasi.
4. Metode Garis
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa
garis. Penggunaan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada
vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam
hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin
pendek. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu
komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang
ilalang, semak belukar, dan lain-lain. Untuk hutan, biasanya panjang garis
yang digunakan sekitar 50m – 100m. Sedangkan untuk vegetasi semak
belukar. Garis yang digunakan cukup 5m -10m. Apabila metode ini
digunakan pada vegetasi yang lebih baik sederhana, maka garis yang
digunakan cukup 1m. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai
metode untuk menganalisis suatu vegetasiyang snagat membantu dlam
mendiskripsikan uatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu
metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan
dalam bidang-bidang pengetahua lainnya tetapi harus diperhitungkan
berbagai kendala yang ada.
Analisa vegetasi penting untuk mengetahui vegetasi tumbuhan
dimasa sekaang dan menduga-duga kemungkinan perkembangan dimasa
depan. Unsur unsur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi, dan
penutupan tajuk. Analisis data memerlukan data-data jenis, diameter, dan
tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas
hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Pada
suatu wilayah yang berukuran luas atau besar, vegetasinya terdiri dari
bebrapa bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol. Hal ini
menyebabkan adanya berbagai tipe vegetasi. Vegetasi terdiri dari semua
spesies tumbuhan dalam suatu wilayah dan memperlihatkan pola distribusi
menurut ruang dan waktu. Tipe-tipe vegetasi sendiri dicirikan oleh bentuk
pertumbuhan tumbuhan dominan atau paling besar atau paling melimpah
dan tumbuhan yang memiliki karakteristik yang paling khas.
Dengan adanya vegetasi akan memberikan dampak positif bagi
keseimbangan ekosistem dalam sekala yang lebih luas. Umumnya peranan
vegetasi pada suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan
karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan
biologi tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara
umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif,
namun pengaruh ini berbeda-beda tergantung dari struktur dan komposisi
vegetasi yang tumbuh pada daerah tersebut. Mengenai vegetasi kita tidak
terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen
tersebut yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen
tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :
1. Belukar (Shrub)
Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai
yang terbagi menjadi banyak sub tangkai.
2. Epifit (Epiphyte)
Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan
palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.

3. Paku-pakuan (Fern)
Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti
akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
4. Palma (Palm)
Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi,
tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1m dan
biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5. Pemanjat (Climber)
Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun
merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.
6. Terna (Herb)
Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput.
Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok,
tingginya tidak lebih dari 2m dan memiliki tangkai lembut yang kadang-
kadang keras.
7. Pohon (Tree)
Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau
tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm. Untuk tingkat
pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
o Semai (Seeding)
Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1,5 m.
o Pancang (Sapling)
Permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang
dari 10 cm.
o Tiang (Poles)
Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
Parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah :
1. Nama jenis (lokal atau botanis)
2. Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan
3. Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap
lahan
4. Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk
menghitung volume pohon.
5. Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC),
penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat
diketahui ditaksir ukuran volume pohon.
Pada dasarnya vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di
suatu wilayah atau daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah
dari segi penyebaran tumbuhan yang ada baik secara ruang dan waktu. Konsep
dan metode analisa vegetasi sesungguhnya sangat beragam tergantung kepada
keadaan vegetatif itu sendiri dan tujuannya. Dalam analisis vegetasi terdapat
parameter kualitatif dan parameter kuantitatif , yang terdiri dari
o Parameter kualitatif
1. Fisiognomi
Fisiognomi adalah penampakan luar dari suatu komunitas tumbuhan
yang dapat dideskripsikan berdasarkan kepada penampakan spesies
tumbuhan dominan, penampakan tinggi tumbuhan dan warna tumbuhan
yang tampak oleh mata
2. Fenologi
Fenologi adalah perwujudtan spesies pada setiap fase dalam siklus
hidupnya. Bentuk dari pertumbuhan berubah-ubah sesuai dengan
umurnya, sehingga spesies yang sama dengan tingkat umur yang
berbeda akan membentuk struktur komunitas yang berbeda. Demikian
juga spesies yang berbeda pasti memiliki fenologi yang berbeda,
sehingga keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas tumbuhan
akan menentukan struktur komunitas tersebut.
3. Periodesitas
Periodesitas adalah kejadian musiman dari berbagai proses dalam
kehidupan tumbuhan. Kejadian musiman pada tumbuhan dapat
ditunjukkan oleh perwujudtan bentuk daun, ukuran daun, masa
penggabungan, masa bertunas dan peluruhan buah atau biji.
4. Statifikasi
Statifikasi adalah distribusi tetumbuhan dalam ruang vertikal. Semua
spesies tumbuhan dalam komunitas tidak sama ukurannya, serta secara
vertikal tidak menempati ruang yang sama. Sratifikasi tetumbuhan
dibagian atas tanah berhubungan dengan sifat spesies tumbuhan untuk
memanfaatkan radiasi matahari yang diterima, dan memanfaatkan
ruangan menurut keperluan yang berbeda-beda.
5. Kelimpahan
Kelimpahan adalah parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi
relatif spesies organisme dalam komunitas. Kelimpahan pada umumnya
berhubungan dengan densitas berdasarkan penaksiran kualitatif,
kelimpahan dapat dikelompokkan menjadi lima :
o Sangat jarang
o Kadang-kadang atau jarang
o Sering atau tidak banyak
o Banyak atau berlimpah-limpah
o Sangat banyak atau berlimpah-limpah
6. Penyebaran
Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan
keberadaan spesies organisme pada ruang secara horizontal. Penyebaran
itu dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu random, seragam, dan
kelompok.
7. Daya hidup
Daya hidup atau vitalitas adalah tingkat keberhasilan tumbuhan untuk
hidup dan tumbuh normal, serta kemampuan untuk bereproduksi. Daya
hidup akan menentukan setiap spesies organisme untuk memelihara
kedudukannya dalam komunitas. Daya hidup juga sangat membantu
dalam meningkatkan kemampuan setiap spesies tumbuhan dalam
beradaptasi. Terhadap kondisi tempat tumbuhnya. Daya tumbuh antara
lain :
V1 : Tumbuhan yang berkecambah, tetapi segera mati
V2 : Tumbuhan yang dapat hidup setelah berkecambah, tetapi tidak
dapat bereproduksi
V3 : Tumbuhan sedang bereproduksi tetapi hanya secara vegetatif saja
V4 : Tumbuhan sedang bereproduksi secra seksual, tetapi sangat kurang
V5 : Tumbuhan sedang bereproduksi sangat baik secara seksual.
o Parameter kuantitatif
1. Densitas
Densitas adalah jumlah individu per unit luas atau per unit volume. Dengan
kata lain, densitas merupakan jumlah individu organisme per satuan ruang.
Istilah lain yang mempunyai arti sama dengan densitas dan sering
digunakan yaitu kerapan diberi notasi K.
2. Frekuensi
Frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang
berisi suatu spesies tertentu terhadap jumlah total sampel. Frekuensi
tumbuhan adalah jumlah petak contoh ditemukannya suatu spesies dari
sejumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi merupakan besarnya
keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem. Semakin banyak
spesies tertentu ditemukan dalam petak-petak contoh berarti semakin besar
frekuensi tumbuhan tersebut.
3. Luas penutupan
Luas penutupan (coverage) adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi
oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Luas penutupan dapat
dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas bidang
datar.
4. Indeks nilai penting
Indeks nilai penting (importance value index) adalah parameter kuantitatif
yang dapat digunakan untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat
penguasaan) spesies-spesies yang dominan dalam suatu komunitas
tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang besar. Indeks niai
penting dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut
INP = KR + FR + CR
INP-i = KR-i + FR-i + CR-i
5. Summed dominance ratio
Summed dominance ratio (perbandingan nilai penting) adalah parameter
yang identik dengan indeks nilai penting. Oleh karena itu SDR juga dipakai
untuk menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam suatu
komunitas tumbuhan. Spesies-spesies yang dominan dalam satu komunitas
akan memiliki SDR yang paling besar. Summed dominance ratio menjadi
parameter yang lebih sederhana karena besaran tersebut diperoleh dengan
cara membagi nilai indeks nilai penting dengan jumlah parameter yang
menyusunnya.
6. Indeks dominal
Indeks dominansi (index of dominance) adalah parameter yang menyatakan
tingkat terpusatnya dominansi dalam suatu komunitas. Penguasaan atau
dominansi dalam suatu komunitas bisa terpusat pada suatu spesies, beberapa
spesies atau banyak spesies yang dapat diprakirakan dari tinggi rendahnya
indeks dominansi (ID).
7. Indeks keanekaragaman
Keanekaragaman spesies merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan
organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk
mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk
menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen-
komponennya. Keanekaragaman spesies yang tinggi mrnunjukkan bahwa
satu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang
terjadi dalam komuntas itu sangat tinggi.
Suatu komunitas dapat dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang
tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies yang rendah jika
komunitas itu disusun oleh sedikit spesies dn jika hanya ada sedikit saja
spesies yang dominan. Untuk memperkirakan keanekaragaman spesies ada
beberapa indeks keanekaragaman yang dapat dipilih untuk dipakai dalam
komunitas diantaranya, indeks shannon (Shannon index of general
diversity), indeks margalef, indeks Simpson of diversity
8. Indeks kesamaan
Indeks kesamaan (Index of similarity) kadang-kadang diperlukan untuk
mengetahui tngkat kesamaan antara beberapa unit sampling, atau antara
beberapa komunitas yang dipelajari dan dibandingkan komposisi dan
struktur komunitasnya. Oleh karena itu, besar kecilnya indeks kesamaan
tersebut menggambarkannya tingkat kesamaan komposisi spesies dan
struktur dari dua komunitas atau tegakan, atau unit sampling yang
dibandingkan.
9. Homogenitas suatu komunitas
Homogen tidaknya suatu komunitas tumbuhan dapat ditentukan dengan
menggunakan “hukum frekuensi” (laws of frequency). Frekuensi dapat
menunjukkan homogenitas suatu komunitas, nilai tiap spesies
dikelompokkan kedalam lima kelas berikut:
a. Kelas A, yaitu spesies yang mempunyai frekuensi 1-20%
b. Kelas B, yaitu spesies yang mempunya frekuensi 21-40%
c. Kelas C, yaitu spesies yang mempunyai frekuensi 41-60%
d. Kelas D, yaitu spesies yang mempunyai frekuensi 61-80%
e. Kelas E, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi 81-100%.

4.5 Pengamatan Parameter Pertumbuhan Tanaman

1. PERTUMBUHAN DAN DINAMIKA POPULASI DAN KOMUNITAS


GULMA

Infestasi gulma pada sepetak lahan ditentukan oleh jumlah spesies


yang ada, kepadatan tiap spesies, dan distribusi seluruh spesies gulma di
lapangan. Jumlah spesies gulma yang terdapat pada sepetak lahan biasanya
relatif tidak berubah, tetapi kepadatan dan distribusinya selalu berubah
sebagai tanggapan terhadap keadaan lingkungan, praktik budidaya, dan
tindakan pengendalian gulma yang dilakukan. Perubahan kepadatan
dandistribusi satu spesies gulma merupakan cerminan dinamika populasi,
sedangkan perubahan kepadatan dan distribusi seluruh spesies gulma yang
ada pada petak lahan tersebut merupakan cerminan dinamika komunitas.
Dalam hal ini, komunitas gulma pada petak lahan tersebut merupakan
gabungan dari seluruh populasi gulma yang saling bersaing satu sama lain
dan dengan tanaman. Dalam kaitan dengan gulma, populasi dan komunitas
tidak dapat dipisahkan karena tidak seperti dalam hal binatang hama atau
penyakit yang berfokus pada binatang hama dan penyakit tertentu, dalam
menghadapi gulma perhatian perlu diberikan pada seluruh populasi gulma
yang ada. Petani tidak pernah memilih jenis gulma dalam menyiang,
melainkan seluruh jenis gulma semuanya disiang.
Kepadatan (density) atau lengkapnya kepadatan populasi atau padat
populasi (population density) menyatakan jumlah individu jenis tertentu,
dalam hal ini jenis gulma, yang tumbuh pada satu satuan luas lahan,
dinyatakan dalam individu/satuan luas (misalnya individu per m2). Padat
populasi relatif mudah diukur, tetapi untuk spesies tumbuhan pada
umumnya dan gulma pada khususnya yang mempunyai ukuran individu
yang berbeda, dan dengan demikian mempunyai kemampuan yang
berbeda untuk menyaingi tanaman, padat populasi akan menjadi belum
cukup. Misalkan dua petak lahan jagung yang masing-masing berukuran 1
are dan keduanya diinvestasi oleh 20 individu Chromolaena odorata, tetapi
petak yang satu dengan individu yang berukuran yang besar sedangkan
petak yang lain dengan individu yang kecil. Chromolaena odorata dengan
padat populasi yang sama pada kedua petak ini akan menyaingi tanaman
jagung dengan daya saing yang berbeda antara pada petak yang satu
dengan pada petak yang lain. Belum lagi bila pada petak yang satu
Chromolaena odorata tersebut tumbuh menyebar sedangkan pada petak
yang lain tumbuh mengelompok, kemampuannya untuk menyaingi
tanaman jagung tentu akan semakin berbeda. Untuk mengatasi
permasalahan ini maka dalam mempelajari dinamika populasi dan
komunitas gulma digunakan dua ukuran lain, yaitu abundansi (abundance)
atau frekuensi (frequency) dan penutupan (cover).
Frekuensi menyatakan berapa kali satu spesies gulma terdapat di
dalam kuadrat dari seluruh kuadrat yang digunakan untuk melakukan
penyampelan, dinyatakan dalam proporsi atau persen. Konsep frekuensi
menyatakan peluang untuk menemukan jenis gulma tertentu yang menjadi
perhatian. Frekuensi juga dapat menyatakan distribusi suatu spesies gulma
tertentu di dalam komunitas. Dalam hal ini, gulma dengan nilai frekuensi
tinggi menunukkan distribusi yang lebih luas daripada gulma dengan nilai
frekuensi yang lebih kecil. Pada pihak lain, penutupan menyatakan area
permukaan lahan yang ditutupi oleh individu suatu spesies gulma,
dinyatakan dalam proporsi atau persen. Terdapat tiga katedori penutupan
yang berbeda, yaitu penutupan basal (basal cover), penutupan tajuk
(canopy cover), dan penutupan daun (foliar cover), yang berturut-turut
diukur sebagai area yang digunakan oleh gulma untuk masuk ke dalam
tanah, area yang ditutupi oleh tajuk, dan area yang ditutupi oleh daun pada
bagian terluar. Penutupan menyatakan jenis gulma apa yang mendominasi
pada areal lahan pertanian tertentu. Jenis dominan mengendalikan
sumberdaya setempat yang tersedia terhadap spesies lainnya. Jenis
dominan akan mendesak spesies lain yang sudah ada dan menghalangi
masuknya spesies lain. Oleh karena itu, penutupan merupakan ukuran
yang sangat relevan untuk menyatakan dinamika populasi dan dinamika
komunitas gulma.
Untuk mengetahui dinamika populasi dan dinamika komunitas
gulma pada satu areal lahan pertanian maka perlu dilakukan pengukuran
kepadatan, frekuensi, dan penutupan. Untuk maksud tersebut diperlukan
penyampelan dengan menggunakan satuan sampel tertentu. Satuan sampel
yang paling lazim digunakan adalah kuadrat (quadrat), yaitu suatu petak
sampel berbentuk bujur sangkar, persegi panjang atau lingkaran yang
ditempatkan secara acak atau sistematik pada areal lahan yang
bersangkutan. Penggunaan kuadrat mempunyai kelemahan karena
hasilnya sangat tergantung pada ukuran kuadrat dan jumlah kuadrat
sampel. Oleh karena itu, selain untuk pengukuran frekuensi, terdapat
alternatif pengukuran lain. Untuk pengukuran kepadatan, dapat digunakan
teknik jarak (distance) yang terdiri atas perempat berpusat titik (point-
centered quarter), tetangga sebelah (nearest neighbor), dan individu
terdekat (closest individual). Untuk pengukuran penutupan, sebagai
alternatif teknik kuadrat dapat digunakan teknik terkena titik (point
intercept) dan teknik terkena garis (line intercept).
Pertumbuhan dan dinamila populasi dan komunitas gulma berlaku
terhadap bank biji, kecambah gulma, maupun gulma dewasa. Untuk
maksud tersebut, perlu dipilih ukuran populasi yang tepat, misalnya untuk
bank biji dan kecambah gulma cukup digunakan kepadatan. Dinamika
populasi dan komunitas bank biji gulma akan memberikan gambaran
mengenai ke mana ‘transfer’ biji terjadi dan untuk mempelajari pengaruh
predasi biji. Dinamika populasi dan komunitas kecambah gulma akan
memberikan gambaran mengenai jenis-jenis gulma mana yang
berkecambah dini dan jenis-jenis mana yang berkecambah lambat karena
setiap jenis gulma mempunyai profil perkecambahan masing-masing,
yaitu kapan mulai berkecambah, lama waktu gulma berkecambag, dan
distribusi perkecambahan selama lama waktu berkecambah. Untuk gulma
dewasa, dinamika populasi dan komunitas dapat memberikan gambaran
mengenai berbagai hal, bergantung pada ukuran populasi yang digunakan,
sebagaimana telah diuraikan di atas.
Perumbuhan dan dinamika populasi dan komunitas gulma
dipengaruhi oleh banyakfaktor yang dapat dikelompokkan menjadi faktor
abiotik, faktor biotik, dan faktor manusia. Faktor abiotik berpengaruh
karena perkecambahan, pertumbuhan, dan reproduksi gulma dipengaruhi
oleh suhu, kelembaban, dan sinar matahari, sedangkan pemencaran
dipengaruhi oleh angin, hujan, pengairan, dan karantina. Setiap jenis
gulma mempunyai titik kardinal, yaitu titik-titik minimum, optimum, dan
maksimum untuk melangsungkan daur hidupnya. Terhadap proses yang
berlangsung dalam daur hidup gulma, satu faktor abiotik bertindak sebagai
faktor pembatas bagi faktor abiotik lainnya, yaitu faktor abiotik yang
paling kurang akan membatasi pemanfaatan faktor abiotik lain yang
tersedia memadai. Peluang biji dapat berkecambah dan kecambah dapat
tumbuh menjadi gulma dewasa dan bereproduksi dipengaruhi oleh faktor
biotik melalui interferensi memperoleh sumberdaya, predasi, dan
interferensi langsung. Interferensi dalam memperoleh sumberdaya terjadi
antar gulma sejenis maupun berlainan jenis. Predasi dapat terjadi terhadap
biji, kecambah, maupun gulma dewasa oleh binatang maupun oleh
mikroba patogenik. Interferensi langsung terjadi karena perubahan PH
tanah yang disebabkan oleh jenis gulma lain atau alelopati oleh jenis gulma
lain.
Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan dinamika populasi dan komunitas gulma, pengaruh yang paling nyata
ditimbulkan justeru oleh manusia. Manusia dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan dinamika populasi dan komunitas gulma melalui sistem
pertanian yang dikembangkan, pola pertanaman yang dilakukan, teknik
budidaya yang diterapkan, dan tindakan pengendalian gulma yang
dilaksanakan. Sistem pertanian tradisional yang mengkombinasikan
tanaman setahun dan tanaman tahunan dapat menghambat pertumbuhan
dan dinamika populasi dan komunitas gulma, sebaliknya sistem
perladangan tebas bakar justeru dapat mendorong dinamika populasi dan
komunitas gulma ke arah dominansi jenis-jenis gulma yang tahan api.
Demikian juga dengan pola pertanaman dan teknik budidaya yang
diterapkan, pergiliran tanaman dan teknik budidaya tertentu dapat
mendorong dinamika populasi dan komunitas gulma mengarah pada
dominansi jenis-jenis gulma tertentu. Tindakan perlindungan tanaman
tertentu, misalnya penggunaan herbisida secara terus menerus, dapat
mendorong dinamika populasi dan komunitas gulma mengarah pada
dominansi jenis-jenis gulma yang resisten terhadap jenis jerbisida yang
digunakan.

2. PENYEBARAN GULMA
 Penyebaran gulma biasanya tidak dikehendaki
keberadaannya karena memiliki pengaruh yang negatif terhadap tanaman
pertanian.Tanaman gulma mempunyai daya kompetisi yang sangat tinggi
sehingga gulma dianggap sebagai tanaman yang merugikan manusia
karena daya kompetisinya tinggi yang dapat menurunkan hasil
panen.Kompetisi semacam ini dapat berupa kompetisi ruang, air, hara,
maupun cahaya.
 Gulma sebagai rumah inang sementara dari penyakit atau
parasit tanaman pertanian yang disebabkan oleh banyak penyakit, parasit,
dan hama yang tidak hanya hidup pada tanaman pertanian saja, tetapi juga
pada gulma khususnya yang secara taksonomi erat kaitannya. Penyebaran
dan pengendalian gulma dapat menyebabkan kurangnya mutu hasil pasca
panen. Beberapa bagian dari gulma yang ikut terpanen akan memberikan
pengaruh negatif terhadap hasil panenan (pasca panen). Misalnya dapat
meracuni, mengotori, menurunkan kemurnian, ataupun memberikan rasa
dan bau yang tidak asli.
 Adanya tanaman gulma dalam jumlah populasi yang tinggi
akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan kegiatan pertanian dan
menghambat kelancaran aktivitas pertanian. Misalnya pemupukan,
pemanenan dengan alat-alat mekanis, dan lain-lain (Nasution, 1986).

3. Faktor-faktor lingkungan mempengaruhi


pertumbuhan, perkembangan, dan penyebarluasan gulma

Faktor lingkungan yang mempengaruhi antara lain :

a. Faktor klimatik, meliputi cahaya, temperatur, air dan angin.

b. Faktor edafik, meliputi kelembaban tanah, aerasi , ph tanah, hara.

c. Faktor biotik, meliputi tumbuhan (tingkat tinggi dan rendah),


hewan (makro dan mikro).
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Gulma adalah tumbuhan yang peranan fungsi serta
manfaatnya belum sepenuhnya diketahui. Gulma digolongkan menjadi
tiga yaitu rumput-rumputan (Grasses) contohnya seperti Echinochloa crus-
galli, Imperata cylindrica, Axonopus compressus dan Cynodon dactylon.
Gulma berdaun lebar (broad leaf), contohnya Chromolaena odorata,
Ageratum conyzoides, dan Amaranthus spinosus. Dan gulma teki-tekian
(sedges), contohnya Cyperus rotundus, Cyperus iria, Fimbristylis
miliaceae, dan Cyperus difformis.
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu,
tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Keberadaan gulma
tidak dikehendaki karena gulma mempunyai daya kompetisi yang tinggi
(ruang, air, udara, unsur hara) terhadap tanaman yang dibudidayakan,
sehingga mengganggu pertumbuhan dan menurunkan kualitas dan
kuantitas hasil panen tanaman budidaya (Sukman dan Yakub, 2002).
Gulma juga mempunyai karakteristik, yaitu kecepatan
tumbuhnya tinggi, berkembang biak lebih awal dan efisien, memiliki
kemampuan menyesuaikan diri dan dapat hidup dalam lingkungan yang
merugikan, serta menyebabkan kerusakan yang nyata pada densitas yang
rendah.

1.2. Tujuan praktikum


Tujuan praktikum adalah untuk mengetahui jenis gulma serta
pertumbuhan gulma tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan.


Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan
ternak atau sebagai bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies
tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi.
Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma
dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara
teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005).
Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang dinilai negatif
apabila tumbuhan tersebut merugikan manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung dan sebaliknya tumbuhan dikatakan memiliki nilai
positif apabila mempunyai daya guna manusia. Gulma adalah tumbuhan
yang tumbuh tidak sesuai dengan tempatnya dan tidak dikehendaki serta
mempunyai nilai negatif (Moenandir, 1993).
Keberadaan gulma juga menjadi salah satu faktor yang bisa
menurunkan hasil tanaman. Gulma ialah tumbuhan yang ada pada suatu
areal tanaman yang meng-ganggu tanaman utama dan tidak dikehendaki
keberadaannya. Kehadiran gulma di antara tanaman budidaya dapat
menyebabkan persaingan dalam mempere-butkan unsur hara, air, cahaya
dan ruang tumbuh. Gulma menyerap hara dan air lebih cepat dibanding
tanaman pokok. Tingkat persaingan antara tanaman dengan gulma
bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma,
lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma
mulai bersaing (Jatmiko et al., 2002).
Gulma dapat menyebabkan kerugian pada berbagai bidang
kehidupan. Pada bidang pertanian,gulma dapat menurunkan kuantitas
hasil tanaman. Penurunan kuantitas hasil tersebut disebabkan olehadanya
kompetisi gulma dengan tanaman dalam memperebutkan air tanah, cahaya
matahari, unsurhara, ruang tumbuh dan udara yang menyebabkan
pertumbuhan tanaman terhambat. Pertumbuhantanaman yang terhambat
akan menyebabkan hasil menurun. Besarnya penurunan hasil
tanamantergantung pada varietas tanaman, kesuburan tanah, jenis dan
kerapatan gulma, lamanya kompetisi dantindakan budidaya. Di Indonesia
penurunan hasil akibat gulma diperkirakan mencapai 10-20%. Gulma juga
dapat menurunkan kualitas hasil pertanian akibat tercampurnya biji-biji
gulma dengan hasil panenpada saat panen maupun akibat tercampurnya
biji-biji gulma sewaktu pengolahan hasil. Sebagaicontoh, biji gulma
Ambrosia sp., Brassica sp.,dan Agrostemma githag bila tercampur
sewaktupengolahan biji gandum akan menyebabkan bau dan rasa tepung
tidak enak dan tidak disukai sehingga menyebabkan harga menurun
(Byako, 2015).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan waktu


Adapun praktikum “Penanaman gulma” dilakukan pada hari
selasa, 6 Oktober 2015 pada pukul 14.00 WIB dan dilaksanakan di
Laboratorium Ilmu Gulma Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.

3.2. Alat dan bahan


A. Alat
- Cup aqua gelas
- Kertas label
- Tempat pembibitan

B. Bahan
- Benih gulma Amaranthus spinosus, Chloris barbata,
Cyperus rotundus dan Cyperus iria.
- Tanah, pasir dan kompos (1:1:1)

3.3. Prosedur kerja


1. Media tanam di persiapkan : tanah, pasir dan kompos
dicampurkan dengan perbandingan 1:1:1.
2. Penanaman dilakukan ditempat pembibitan yang
disediakan, dengan cara menyusun benih gulma di bak pembibitan
secara teratur.
3. Daun gulma setelah tumbuh sebanyak 5 daun, dipindah
tanamkan ke dalam cup aqua gelas yang telah diberikan tanah,
pasir dan kompos dengan perbandingan (1:1:1).
4. Perhitungan parameter : parameter yang dihitung berupa
tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun. Dihitung pada 2
minggu setelah pindah tanam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Gulma rumput-rumputan (Chloris


barbata) 1 Minggu Setelah tanam.
Tinggi
Tanaman Jumlah
No. (cm) Daun (cm)
1 11,3 3
2 1,3 2
3 6,3 3
4 10,5 3
5 10,8 3
6 7,6 2
7 23,4 4
8 18,7 3
9 20,3 4
10 8,2 3
11 4 3
12 9 3
13 7,2 3
14 10,5 3
15 5 2
Tabel 2. Hasil Pengamatan Gulma rumput-rumputan (Chloris
barbata) 2 Minggu Setelah tanam.

Tinggi
Tanaman Jumlah
No. (cm) Daun (cm)
1 22,6 4
2 2,8 2
3 12,6 4
4 21 5
5 20 5
6 15,4 3
7 11,8 3
8 9,4 3
9 10,8 3
10 18 4
11 6,2 3
12 18,2 4
13 17 3
14 23 4
15 13,3 3

Tabel 3. Hasil Pengamatan Gulma rumput-rumputan (Chloris


barbata) 3 Minggu Setelah tanam.
Tinggi
Tanaman Jumlah
No. (cm) Daun (cm)
1 34 6
2 4,5 4
3 19 5
4 31,5 5
5 30,5 5
6 23 4
7 33 5
8 27 4
9 32 6
10 25,5 4
11 21,3 4
12 28 4
13 26,5 4
14 31,5 5
15 18 4

4.2. Pembahasan
Chloris barbata adalah salah satu tanaman berumpun yang
bersal dari Amerika tengah yang termasuk ke dalam famili Poaceae. Jenis
rumput-rumputan ini tingginya hampir 90 cm. Rumput ini dikenal dengan
rumput kembang goyang yang umurnya hampir mencapai tahunan. Selain
dikatakan sebagai gulma, rumput ini sangat bermanfaat sebagai pencegah
atau penghambat terjadinya erosi karena mempunyai akar yang menjerat
ke dalam tanah dengan rapat. Jenis rumputan ini juga banyak dijumpai di
lapangan dengan banyak ternak di sekitarnya.
Sesuai dengan kriteria gulma yaitu pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat cepat, dalam praktikum didapatkan tinggi
tanaman yang hampir mencapai 40 cm pada 3 minggu setelah tanam yaitu
pada nomor 4 dan 14 dengan tinggi tanaman 31,5 cm. Mungkin di minggu
selanjutnya tumbuhan ini akan bertambah tinggi 2 kali lipat dari tinggi
sebelumnya. Pada pengamatan yang sudah dilakukan, dapat dipahami juga
bahwa gulma dapat tumbuh di kondisi yang ekstrim seperti halnya di
minggu 1 setelah tanam, teriknya matahari yang begitu panas sehingga
tanah menjadi mengering tidak mempengaruhi rumputan ini terus tumbuh
dan berkembang. Pada minggu ke 3 pula dengan kondisi cuaca yang
minim akan cahaya dikarenakan mendung, chloris barbata juga tumbuh
seperti biasanya walaupun tanah dalam keadaan yang sangat lembab.
Maka dari itu gulma ini sangat berbahaya apabila hidup di sekitar tanaman
budidaya karena dapat mempengaruhi persaingan-persaingan sehingga
harus dilakukan penanggulangan secepatnya.
BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum yang sudah


dilakukan adalah :
1. Gulma merupakan tumbuhan yang peranan, fungsi dan manfaatnya
belum diketahui secara pasti.
2. Gulma tergolong menjadi tiga yaitu, teki-tekian, berdaun lebar, dan
rumput-rumputan.
3. Benih gulma yang digunakan adalah Chloris barbata yaitu jenis
rumput-rumputan yang berasal dari Amerika tengah.
4. Dari hasil pengamatan, Chloris barbata memiliki kecepatan tumbuh
yang tinggi yaitu 2 kali lipat dari pengukuran yang telah dilakukan.
5. Selain dikatakan sebagai tanaman pengganggu gulma juga banyak
di manfaatkan di berbagai hal seperti pertanian dan herbal.
4.6 Herbarium Gulma

A. Pengertian

Herbarium adalah suatu koleksi spesimen tumbuhan yang


diawetkan dan data terkait yang digunakan untuk penelitian ilmiah. Istilah
ini dapat juga merujuk pada bangunan atau ruangan di mana spesimen-
spesimen tersebut disimpan, atau pada lembaga ilmiah yang tidak hanya
menyimpan namun menggunakannya untuk penelitian. Spesimen-
spesimen tersebut bisa berupa tumbuhan utuh atau bagian tumbuhan;
biasanya tumbuhan ini dalam bentuk kering yang dilekatkan pada
selembar kertas, namun tergantung pada bahannya, dapat juga disimpan
dalam kotak atau disimpan dalam alkohol atau bahan pengawet lainnya.
Spesimen-spesimen dalam sebuah herbarium sering digunakan sebagai
bahan referensi dalam menjelaskan takson tumbuhan, beberapa spesimen
mungkin merupakan tipe. Istilah yang sama sering digunakan dalam
mikologi untuk menjelaskan koleksi serupa dari fungi yang diawetkan,
atau jika tidak, dikenal sebagai fungarium. Xylarium adalah sebuah
herbarium yang mengkhususkan diri pada spesimen kayu. Istilah
hortorium (seperti pada Hortorium Liberty Hyde Bailey) kadang-kadang
telah dipergunakan sebagai sebuah herbarium yang mengkhususkan diri
dalam mengawetkan bahan sumber hortikultura.

Herbarium juga dapat disebut sebagai istilah yang pertama kali


digunakan oleh Turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan
sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-1550) seorang Professor Botani di
Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang mengeringkan
tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas serta
mencatatnya sebagai koleksi ilmiah.
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun
botani yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium
adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun
berdasarkan sistem klasifikasi.
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang
telah dimatikan dan diawetkan melalui metode tertentu. Sebuah herbarium
dapat memberikan empat layanan utama yaitu:
1. Mengidentifikasi bahan percobaan
2. Dasar untuk penelitian dan persiapan flora, monogafi dan
revisi
3. Pengajaran
4. Pengamatan bahan bukti percobaan. Spesimen yang di
herbarium sering digunakan sebagai bahan referensi dalam
menggambarkan taksonomi tanaman.

B. Manfaat

Material herbarium sangat penting artinya sebagai kelengkapan


koleksi untuk kepentingan penelitian dan identifikasi, hal ini
dimungkinkan karena pendokumentasian tanaman dengan cara diawetkan
dapat bertahan lebih lama, kegunaan herbarium lainnya yaitu sebagai
berikut :

1. Material peraga pelajaran botani


2. Material penelitian
3. Alat pembantu identifikasi tanaman
4. Material pertukaran antar herbarium di seluruh dunia
5. Bukti keanekaragaman
6. Spesimen acuan untuk publikasi spesies baru.

C. Jenis Herbarium
Herbarium terbagi atas herbarium kering dan herbarium basah
(Ardiawan,1990 dalam http://marktambunan.wordpress.com, 2011).
Dijelaskan lebih lanjut bahwa herbarium kering adalah herbarium yang
dibuat dengan cara pengeringan, namun tetap terlihat ciri-ciri
morfologinya sehingga masih bisa diamati dan dijadikan perbandingan
pada saat determinasi selanjutnya. Herbarium basah adalah Spesiesmen
tumbuhan yang telah diawetkan disimpan dalam suatu larutan yang di buat
dari komponen macam zat dengan komposisi yang berbeda-beda.

D. Cara Pembuatan Herbarium

Bahan :
1. Rumput Belulang (Eleusine indica)
2. Teki Tumbaran (Fimbristilis littoralis)
3. Selotip untuk menempel tanaman yang sudah dikeringkan
4. Label untuk menandai tanaman yang sudah di keringkan
tersebut serta
5. Double Tip atau lem untuk menempel label.
6. Kertas Lipat atau kertas biasa

Alat :
1. Triplek untuk mengepres
2. Kertas koran untuk alas bahan dan mempercepat
pengeringan,
3. Pemberat untuk mengepres
4. Kertas Karton atau Sterofoam untuk menempel hasil
tanaman yang sudah dikeringkan
5. Gunting untuk menggunting bahan herbarium yang terlalu
besar.
6. Cutter

Cara membuat :
1. Mengambil sampel Rumput Belulang (Eleusine indica) dan
Teki Tumbaran (Fimbristilis littoralis) berupa akar, daun, batang, bunga
dan buahnya.
2. Meletakkan sampel diatas triplek yang sudah diberi alas
kertas koran.

3. Menata sampel dengan baik, kemudian ditutup dengan kertas


koran, kemudian di tutup dengan triplek lagi

4. Mengepress triplek dengan pemberat selama 1 minggu.


Agar tekanan yang dihasilkan lebih kuat dan tanaman menjadi lebih cepat
kering.
5. Mengganti alas koran agar herbarium tidak lembab dan
berjamur serta mempercepat proses pengeringan.
6. Tanaman dikatakan kering kalau dirasakan tidak dingin lagi
dan juga terasa kaku.
7. Menempel Tanaman pada kertas karton.
8. Menuliskan nama pada kertas dengan kertas label. Label
tersebut berisi data mengenai tanggal, tempat ditemukan, tempat mereka
tumbuh, nama penemu, catatan khusus, nama familia dan nama spesies
E. Waktu Pembuatan Herbarium
Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan herbarium adalah lebih
kurang selama 2 minggu pada suhu kamar. Hal ini sesuai dengan pendapat
Meynyeng (2010) yang menyatakan bahwa pembuatan herbarium
biasanya membutuhkan waktu lebih kurang 2 minggu dan suhu yang
digunakan pada pembuatan herbarium adalah suhu kamar berkisar 30–35°
C.

F. Ciri-Ciri Herbarium yang Baik dan Benar

Hasil herbarium tidak terjadi kerusakan atau terserang jamur. Hal


ini berarti proses pengeringan berjalan baik. Herbarium yang sudah jadi
tersebut kemudian diberi label atau deskripsi singkat yang
menggambarkan ciri-ciri setiap spesies tumbuhan yang ada. Hal ini sesuai
dengan http://umairacumay.blogspot.com (2011) yang menyatakan bahwa
herbarium biasanya dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan yang
diawetkan, baik data taksonomi, morfologi, ekologi, maupun geografinya.
Selain itu dalam herbarium juga memuat waktu dan nama pengkoleksi.
Herbarium yang baik adalah herbarium yang memiliki data, lengkap
dengan bagian-bagiannya. Bagian ini berupa akar, batang, bunga bulir, dan
buah. Dijelaskan lebih lanjut bahwa herbarium yang baik adalah yang
memuat bagian-bagian tumbuhan yang representatif, yaitu organ-organ
yang penting untuk identifikasi.
G. Keterangan dalam Herbarium
1. Gambar

Dalam hal ini gambar merupakan obyek atau tanaman yang


digunakan sebagai herbarium.

2. Taksonomi

Taksonomi disini berisi tentang klasifikasi dari gulma yang


digunakan itu sendiri. Misalkan pada Rumput Belulang (Eleusine indica)
dan Teki Tumbaran (Fimbristylis littoralis) adalah sebagai berikut :
a. Rumput Belulang (Eleusine indica)

Eleusine indica merupakan tumbuhan gulma berumpun tergolong ke


dalam famili Poaceae. Gulma ini dapat tumbuh dengan baik pada tanah
yang lembab atau tidak terlalu kering dan terbuka atau sedikit ternaungi.
Dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-1600 mdpl.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Eleusine

Spesies : E. Indica
b. Teki Tumbaran (Fimbristylis littoralis)

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Class : Angiospermae
Ordo : Poales
Famili : Commelinids
Genus : Fimbristylis
Spesies : Fimbristylis littoralis
3. Morfologi
a. Rumput Belulang (Eleusine indica)

Akar : Eleusine indica merupakan salah satu tumbuhan gulma


berumpun dengan sistem perakaran serabut dan berserat. Perakarannya
tidak dalam namun lebat dan kokoh merekat kuat pada tanah sehingga sulit
untuk mencabutnya.

Daun : Permukaan daun pada tumbuhan ini berwarna hijau,


sedangkan pada bagian dasarnya seperti perak. Bentuk daun seperti pita
memanjang dan memiliki helaian daun yang berlipat, bagian permukaan
daun hampir tidak memiliki bulu.

Bunga : Bunga berbentuk malai yang tampak bergerigi. Biji-biji


tersusun seperti tandan pada tangkai bunga. Permalai memiliki 3-7 tandan
pada ujung batang dan lebih dari 50.000 biji.

b. Teki Tumbaran (Fimbristylis littoralis)

Akar : serabut
Batang : berwarna hijau tetapi ada sebagian yang berwarna
kemerahan
Daun : berbentuk lanset atau lanset sempit, sampai ovate sempit,
atau agak ovate, ukuran 2–14 × 0.5–4 cm
Bunga : berwarna ungu
Herbarium
 Herbarium: koleksi spesimen yang telah dikeringkan,
/diawetkan biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi
 Fungsi: membantu identifikasi tumbuhan lainnya yang
sekiranya memiliki persamaan cirri-ciri morfologinya.
 herbarium yang baik tumbuhan yang diawetkan utuh
maksudnya lengkap organ vegetatif dan generatif.
 Organ vegetatif terdiri dari akar, batang, daun sedangkan
organ generatif terdiri dari bunga, buah dan biji.
 Biasanya herbarium dibuat untuk tumbuhan yang berukuran
kecil hingga sedang
Pembelajaran berbasis lingkungan termasuk pemanfaatan
lingkungan seperti pengamatan objek organisme langsung di lingkungan
atau melalui pengawetan dan preparasi objek organisme sebagai bahan
belajar cukup mendukung untuk tercapainya kompetensi dan tujuan
pembelajaran yang optimal khususnya dalam bidang biologi. Salah satu
bentuk media pembelajaran berbasis lingkungan tersebut yaitu dengan
teknik pengawetan tumbuhan atau yang disebut herbarium (Murni et al.,
2015).
Herbarium kering merupakan material tumbuhan yang telah
diawetkan dengan cara dikeringkan atau disebut juga spesimen herbarium
kering (Dasuki, 1992; Kartawinata, 1977; Rifai, 1976). Spesimen tersebut
bermanfaat sebagai bahan penunjang pembelajaran dan penelitian,
misalnya sebagai sumber informasi pada materi biologi yang membahas
flora dan ekologi tumbuhan (Tjitrosopemomo, 1998; Partomihardjo dan
Rahajoe, 2004; Rugayah et al., 2004).
Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor
(1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-
1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang
pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di
atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Arber, 1938). Pada awalnya
banyak spesimen herbarium disimpan di dalam buku sebagai koleksi pribadi
tetapi pada abad ke-17 Ramadhanil dan Gradstein – Herbarium Celebense 39
praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa (Ramadhanil, 2003).
Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya,
pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula
kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Salah
satunya dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat dilakukan terhadap
objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun
kering. Cara dan bahan pengawet nya bervariasi, tergantung sifat objeknya. Untuk
organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan awetan
basah. Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan kering
berupa herbarium (Suyitno, 2004).
Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama,
penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak
disertakan ujung batang, daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan berbentuk
herba disertakan seluruh habitus. Herbarium kering digunakan untuk spesimen
yang mudah dikeringkan, misalnya daun, batang, bunga dan akar, sedangkan
herbarium basah digunakan untuk spesimen yang berair dan lembek, misalnya
buah (Setyawan dkk, 2004).
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam
praktek
pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberika
n informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan
kata lain, suatu koleksi
tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada
keterangan
yang memberikan seluruh informasi yang tidak nampak spesimen
herbarium
(Aththorick dan Siregar, 2006).
Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-
tumbuhan selain berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis
pohon. Istilah Herbarium adalah pengawetan specimen tumbuhan dengan
berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan. Koleksi specimen
herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi perlakuan khusus
pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para ahli-ahli botani
menyimpan koleksi herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium di masing-
masing Negara. Di Indonesia pusat herbarium terbesar terdapat di Herbarium
Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di wilayah Cibinong Jawa
Barat. Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang
berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan dari berbagai Negara di
dunia. (Balai Diklat Kehutanan Makassar, 2011).
Cyrtococcum acrescens adalah rumput tahunan menjalar yang tumbuh pada
tanah yang tidak terlalu lembab, sering terdapat pada tempat-tempat ternaung,
penyebarannya meliputi 0-1300 m dpl, berbunga sepanjang tahun. Merupakan
gulma yang dominan, dijumpai pada areal TBM maupun TM, karena toleransinya
terhadap suasana ternaung. Gulma ini dipandang tidak berbahaya dalam
persaingan dengan tanaman budidaya. Tumbuhan
ini bermanfaat sebagai pelindung permukaan tanah terutama pada lokasi
yang curam (Nasution, 1986).

Botani Tumbuhan
Menurut Nasution (1986) Rumput telur ikan dalam taksonomi
tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Cyrtococcum
Spesies : Cyrtococcum acrescens ( Trin.) Stapf
Akar berbentuk serabut, berasal dari buku-buku batang dan cabang akar
sedikit. Akar berwarna kecoklat-coklatan, panjang akar bisa mencapai hingga 20
cm, pda ujung akar terdapat bulu-bulu akar yang halus. (Nasution, 1986).
Batang berbentuk bulat tidak beronnga, bagian pangkal tumbuh menjalar
dan membentuk akar yang memanjang dan tunas baru pada buku-bukunya; bagian
ujung tumbuh tegak, miring atau memanjang bila menjumpai sandaran, bagian
yang tumbuh tegak tingginya 20-165 cm. Bagian yang menjalar membentuk akar
memanjang dan tunas baru dari buku-bukunya (Nasution, 1986).
Helai daun berbentuk lanset meruncing berukuran panjang 3-18 cm dan
lebar 4-27 mm, kedua permukaan daun ditumbuhi bulu-bulu halus semasa daun
masih muda, dan bila daun semakin tua bulunya semakin jarang, permukaan daun
terasa kasar. Bila diraba, pangkalnya sering tidak simetris. Upih daun 3.5-5.5 cm
panjangnya, ditumbuhi bulu-bulu halus, pada bagian tepinya bulu-
bulu yang tumbuh lebih panjang, pertautan upih daun
dan helai dan berbulu. Lidah daun merupakan membran yang ti
dak jelas tampak (Tjitrosoepomo, 2009)
Bunga berbentuk malai besar tapi longgar, berukuran panjang 30 cm dan
lebar 15 cm atau lebih, cabang-cabang tumbuh tersebar sepanjang tangkai dan
membentuk cabang-cabang yang halus, pada cabang-cabang yang halus tersebut
tumbuh buliran yang jarang pada tangkai yang lebih panjang dari buliran.
Buliran jumlahnya banyak, bentuknya bulat tertekan ke arah lateral,
penampangnya tidak simetris, ukuran pangjang 1.4 mm, tidak berbulu, warnyanya
coklat keungu-unguan, tangkainya agak panjang bentuk berombak, benang
sari 1mm panjangnya dan kepala sari tiga (Nasution, 1986).

Habitat, Penyebaran dan Status


Cyrtococcum acrescens (Trin.) Stapf tumbuh pada tanah yang tidak terlalu
lembab, sering terdapat pada tempat-tempat ternaung, penyebarannya meliputi 0-
1300 m dpl, berbunga sepanjang tahun. Cyrtococcum acrescens(Trin.)
Stapf merupakan gulma yang dominan, dijumpai pada areal TBM maupun TM
karena toleransinya terhadap suasana ternaung. Gulma ini dipandang tidak
berbahaya dalam persaingan dengan tanaman budidaya. Tumbuhan
ini bermanfaat sebagai pelindung permukaan tanah terutama pada lokasi
yang curam (Nasution, 1986).
Pengendalian
· Secara Mekanis, dapat dilakukan dengan pembabatan dan
pendongkelan hingga ke akar gulma
· Secara Kultur teknis, dapat dilakukan dengan dengan menentukan
jarak tanam lebih rapat dan rotasi tanaman
· Secara Fisik, dapat dilakukan dengan mencabuti kemudian dibakar
· Secara Biologis, dapat dilakukan dengan meggunakan jasad hidup
sebagai penutup tanah seperti kacang-kacangan
· Secara Kimiawi, dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida
seperti paraquat dan glyphosate, dalapon, glufosinate-ammonium dan fluazfop-
butyl.

Pengertian Herbarium
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani
yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi
spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi
(Onrizal, 2005).
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah
dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-
data mengenai tumbuhan tersebut. Membuat herbarium yaitu pengumpulan
tanaman kering untuk keperluan studi maupun pengertian, tidaklah boleh
diabaikan. Yaitu melalui pengumpulan, pengeringan, pengawetan, dan dilakukan
pembuatan herbarium (Steenis, 2003).
Herbarium merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan hanya
untuk mendefinisikan suatu pohon, namun segala sesuatu dari pohon. Mereka
memegang bagian yang sebenarnya dari bagian mereka itu. Nama latin untuk
koleksi ini ataupun Herbarium adalah Siccus Hortus, yang secara harfiah berarti
taman kering, dan setiap specimen menekan yang terpasang pada selembar kertas
yang diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu, kapan dan dimana
ditemukannya (Stacey, 2004).
Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi spesiemen
tanaman atau tumbuhan yaitu herbarium kering dan herbarium basah. Herbarium
yang baik selalu disertai identitas, pengumpul (nama pengumpul atau kolektor
dan nomor koleksi). Serta dilengkapi keterangan lokasi asal material dan
keterangan tumbuhan tersebut untuk kepentingan penelitian
dan identifikasi. Pengendalian inanditatif dengan penggunaan semaca
m cendawan
Pathogen dengan pelaksanaan herbisida jangka pendek, agar gulma
yang dapat diberantas (Moenandir, 1996).
Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen yag
diawetkan tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani
tertentu, sebagai sumber informai dasar untuk para ahli taksonomi dan sekaligus
berperan sebagai pusat penelitian dan pengajaran , juga pusat informasi bagi
masyarakat umum. Herbarium diartikan juga sebagai bank data dengan sejumlah
data mentah yang belum diolah. Masing-masing specimen dapat memberikan
bermacam-macam informasi, tergantung kelengkapan spesimen, data dan asal-
usul materialnya. (Balai Taman Nasional Baluran, 2004)
Kelebihan dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah
adalah dapat bertahan lama hingga ratusan tahun. Terdapat beberapa kelemahan
pada herbarium yaitu; spesimen mudah mengalami kerusakan akibat perawatan
yang kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi
untuk identifikasi dan pengecekan data secara manual, tidak bisa diakses secara
bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar,tidak bisa diakses sewaktu-
waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh (Wibobo dan Abdullah, 2007)
Herbarium kering yang baik adalah herbarium yang lengkap organ vegetatif
dan organ generatifnya. Selain itu kerapian herbarium juga akan menentukan nilai
estetikanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah
lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti
suhu (Subrahmanyam, 2002).

Kegunaan Herbarium
Kegunaan herbarium secara umum antara lain: 1. Sebagai pusat referensi :
Merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi,
ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para
petugas yang bergerak dalam konservasi alam. 2. Sebagai lembaga dokumentasi
: Merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru,
contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain lain.3.
Sebagai pusat penyimpanan data : Ahli kimia memanfaatkannya untuk
mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan
untuk obat kanker, dan sebagainya (Onrizal, 2005).

Pembagian Herbarium
Herbarium basah, setelah material herbarium diberi label gantung dan
dirapikan, kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan
kertas koran untuk satu specimen (contoh). Tidak benar digabungkan beberapa
specimen di dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi
material herbarium tersebut ditumpuk satu diatas lainnya. Tebal tumpukan
disesuaikan dengan dengan daya muat kantong plastik (40 × 60) yang akan
digunakan. Tumpukkan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
disiram alcohol 70 % atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram
secara merata, kemudian kantong plastic ditutup rapat dengan isolatip atau hekter
supaya alcohol atau spiritus tidak menguap keluar dari kantong plastik (Onrizal,
2005).
Herbarium kering, cara kering menggunakan dua macam proses yaitu: a.
Pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu
tebal di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yng optimum sebaiknya di
pres dalam waktu dua minggu kemudian dikeringkan diatas tungku pengeringan
dengan panas yang diatur di dalam oven. Pengeringan harus segera dilakukan
karena jika terlambat akan mengakibatkan material herbarium rontok daunnya
dan cepat menjadi busuk. b. Pengeringan bertahap, yakni material herbarium
dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan
lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya, ditempuk dan dipres,
dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan. Selama proses pengeringan
material herbarium itu harus sering diperiksa dan diupayakan agar pengeringan
nya merata. Setelah kering, material herbarium dirapikan kembali dan kertas
koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas baru. Kemudian material
herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi (Onrizal, 2005).

Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah


dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-
data mengenai tumbuhan tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Steenis (2003)
yang menyatakan bahwa Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan
tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan
dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan tersebut.
Kegunaan herbarium secara umum antara lain: 1. Sebagai pusat referensi 2.
Sebagai lembaga dokumentasi 3. Sebagai pusat penyimpanan data, hal ini sesuai
dengan literatur Onrizal (2005) yang menyatakan bahwa Kegunaan herbarium
secara umum antara lain: 1. Sebagai pusat referensi : Merupakan sumber utama
untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang
menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak
dalam konservasi alam. 2. Sebagai lembaga dokumentasi : Merupakan koleksi
yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru,
tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain lain.3. Sebagai pusat
penyimpanan data : Ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid,
ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan
sebagainya.
Kelebihan dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah
adalah dapat bertahan lama hingga ratusan tahun, namun herbarium kering juga
memiliki kelemahan yaitu spesimen mudah mengalami kerusakan akibat
perawatan yang kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang
cukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan data secara manual, tidak bisa
diakses secara bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar,tidak bisa diakses
sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh, hal ini sesuai dengan
literatur Wibobo dan Abdullah (2007) yang menyatakan bahwa Kelebihan dari
Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah adalah dapat bertahan
lama hingga ratusan tahun. Terdapat beberapa kelemahan pada herbarium yaitu;
spesimen mudah mengalami kerusakan akibat perawatan yang kurang memadai
maupun karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi untuk identifikasi dan
pengecekan data secara manual, tidak bisa diakses secara bersama-sama oleh
berberapa orang, biaya besar,tidak bisa diakses sewaktu-waktu dan tidak dapat
diakses dari jarak jauh.
Untuk mendapatkan hasil yang optimum sebaiknya bahan yang akan
diherbariumkan dipres selam dua minggu hal ini sesuai dengan litertur Onrizal
(2005) yang menyatakan bahwa Herbarium kering, cara kering menggunakan dua
macam proses yaitu: a. Pengeringan langsung, yakni tumpukan material
herbarium yang tidak terlalu tebal di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil
yng optimum sebaiknya di pres dalam waktu dua minggu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama
pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu
hal ini sesuai dengan literatur Subrahmanyam (2002) yang menyatakan
bahwa herbarium kering yang baik adalah herbarium yang lengkap organ
vegetatif dan organ generatifnya. Selain itu kerapian herbarium juga akan
menentukan nilai estetikanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi
herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor
lingkungan seperti suhu.

Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor


(1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-
1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang
pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di
atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Arber, 1938). Pada awalnya
banyak spesimen herbarium disimpan di dalam buku sebagai koleksi pribadi
tetapi pada abad ke-17 Ramadhanil dan Gradstein – Herbarium Celebense 39
praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa (Ramadhanil, 2003).
Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya,
pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula
kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Salah
satunya dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat dilakukan terhadap
objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun
kering. Cara dan bahan pengawet nya bervariasi, tergantung sifat objeknya. Untuk
organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan awetan
basah. Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan kering
berupa herbarium (Suyitno, 2004).
Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama,
penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak
disertakan ujung batang, daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan berbentuk
herba disertakan seluruh habitus. Herbarium kering digunakan untuk spesimen
yang mudah dikeringkan, misalnya daun, batang, bunga dan akar, sedangkan
herbarium basah digunakan untuk spesimen yang berair dan lembek, misalnya
buah (Setyawan dkk, 2004).
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam
praktek
pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberika
n informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan
kata lain, suatu koleksi
tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada
keterangan
yang memberikan seluruh informasi yang tidak nampak spesimen
herbarium
(Aththorick dan Siregar, 2006).
Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-
tumbuhan selain berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis
pohon. Istilah Herbarium adalah pengawetan specimen tumbuhan dengan
berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan. Koleksi specimen
herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi perlakuan khusus
pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para ahli-ahli botani
menyimpan koleksi herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium di masing-
masing Negara. Di Indonesia pusat herbarium terbesar terdapat di Herbarium
Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di wilayah Cibinong Jawa
Barat. Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang
berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan dari berbagai Negara di
dunia. (Balai Diklat Kehutanan Makassar, 2011).
Cyrtococcum acrescens adalah rumput tahunan menjalar yang tumbuh pada
tanah yang tidak terlalu lembab, sering terdapat pada tempat-tempat ternaung,
penyebarannya meliputi 0-1300 m dpl, berbunga sepanjang tahun. Merupakan
gulma yang dominan, dijumpai pada areal TBM maupun TM, karena toleransinya
terhadap suasana ternaung. Gulma ini dipandang tidak berbahaya dalam
persaingan dengan tanaman budidaya. Tumbuhan
ini bermanfaat sebagai pelindung permukaan tanah terutama pada lokasi
yang curam (Nasution, 1986).

Botani Tumbuhan
Menurut Nasution (1986) Rumput telur ikan dalam taksonomi
tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Cyrtococcum
Spesies : Cyrtococcum acrescens ( Trin.) Stapf
Akar berbentuk serabut, berasal dari buku-buku batang dan cabang akar
sedikit. Akar berwarna kecoklat-coklatan, panjang akar bisa mencapai hingga 20
cm, pda ujung akar terdapat bulu-bulu akar yang halus. (Nasution, 1986).
Batang berbentuk bulat tidak beronnga, bagian pangkal tumbuh menjalar
dan membentuk akar yang memanjang dan tunas baru pada buku-bukunya; bagian
ujung tumbuh tegak, miring atau memanjang bila menjumpai sandaran, bagian
yang tumbuh tegak tingginya 20-165 cm. Bagian yang menjalar membentuk akar
memanjang dan tunas baru dari buku-bukunya (Nasution, 1986).
Helai daun berbentuk lanset meruncing berukuran panjang 3-18 cm dan
lebar 4-27 mm, kedua permukaan daun ditumbuhi bulu-bulu halus semasa daun
masih muda, dan bila daun semakin tua bulunya semakin jarang, permukaan daun
terasa kasar. Bila diraba, pangkalnya sering tidak simetris. Upih daun 3.5-5.5 cm
panjangnya, ditumbuhi bulu-bulu halus, pada bagian tepinya bulu-
bulu yang tumbuh lebih panjang, pertautan upih daun
dan helai dan berbulu. Lidah daun merupakan membran yang ti
dak jelas tampak (Tjitrosoepomo, 2009)
Bunga berbentuk malai besar tapi longgar, berukuran panjang 30 cm dan
lebar 15 cm atau lebih, cabang-cabang tumbuh tersebar sepanjang tangkai dan
membentuk cabang-cabang yang halus, pada cabang-cabang yang halus tersebut
tumbuh buliran yang jarang pada tangkai yang lebih panjang dari buliran.
Buliran jumlahnya banyak, bentuknya bulat tertekan ke arah lateral,
penampangnya tidak simetris, ukuran pangjang 1.4 mm, tidak berbulu, warnyanya
coklat keungu-unguan, tangkainya agak panjang bentuk berombak, benang
sari 1mm panjangnya dan kepala sari tiga (Nasution, 1986).

Habitat, Penyebaran dan Status


Cyrtococcum acrescens (Trin.) Stapf tumbuh pada tanah yang tidak terlalu
lembab, sering terdapat pada tempat-tempat ternaung, penyebarannya meliputi 0-
1300 m dpl, berbunga sepanjang tahun. Cyrtococcum acrescens(Trin.)
Stapf merupakan gulma yang dominan, dijumpai pada areal TBM maupun TM
karena toleransinya terhadap suasana ternaung. Gulma ini dipandang tidak
berbahaya dalam persaingan dengan tanaman budidaya. Tumbuhan
ini bermanfaat sebagai pelindung permukaan tanah terutama pada lokasi
yang curam (Nasution, 1986).

Pengendalian
Secara Mekanis, dapat dilakukan dengan pembabatan dan
pendongkelan hingga ke akar gulma
Secara Kultur teknis, dapat dilakukan dengan dengan menentukan
jarak tanam lebih rapat dan rotasi tanaman
Secara Fisik, dapat dilakukan dengan mencabuti kemudian dibakar
Secara Biologis, dapat dilakukan dengan meggunakan jasad hidup
sebagai penutup tanah seperti kacang-kacangan
Secara Kimiawi, dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida
seperti paraquat dan glyphosate, dalapon, glufosinate-ammonium dan fluazfop-
butyl.

Pengertian Herbarium
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani
yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi
spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi
(Onrizal, 2005).
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah
dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-
data mengenai tumbuhan tersebut. Membuat herbarium yaitu pengumpulan
tanaman kering untuk keperluan studi maupun pengertian, tidaklah boleh
diabaikan. Yaitu melalui pengumpulan, pengeringan, pengawetan, dan dilakukan
pembuatan herbarium (Steenis, 2003).
Herbarium merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan hanya
untuk mendefinisikan suatu pohon, namun segala sesuatu dari pohon. Mereka
memegang bagian yang sebenarnya dari bagian mereka itu. Nama latin untuk
koleksi ini ataupun Herbarium adalah Siccus Hortus, yang secara harfiah berarti
taman kering, dan setiap specimen menekan yang terpasang pada selembar kertas
yang diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu, kapan dan dimana
ditemukannya (Stacey, 2004).
Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi spesiemen
tanaman atau tumbuhan yaitu herbarium kering dan herbarium basah. Herbarium
yang baik selalu disertai identitas, pengumpul (nama pengumpul atau kolektor
dan nomor koleksi). Serta dilengkapi keterangan lokasi asal material dan
keterangan tumbuhan tersebut untuk kepentingan penelitian
dan identifikasi. Pengendalian inanditatif dengan penggunaan semaca
m cendawan
Pathogen dengan pelaksanaan herbisida jangka pendek, agar gulma
yang dapat diberantas (Moenandir, 1996).
Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen yag
diawetkan tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani
tertentu, sebagai sumber informai dasar untuk para ahli taksonomi dan sekaligus
berperan sebagai pusat penelitian dan pengajaran , juga pusat informasi bagi
masyarakat umum. Herbarium diartikan juga sebagai bank data dengan sejumlah
data mentah yang belum diolah. Masing-masing specimen dapat memberikan
bermacam-macam informasi, tergantung kelengkapan spesimen, data dan asal-
usul materialnya. (Balai Taman Nasional Baluran, 2004)
Kelebihan dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah
adalah dapat bertahan lama hingga ratusan tahun. Terdapat beberapa kelemahan
pada herbarium yaitu; spesimen mudah mengalami kerusakan akibat perawatan
yang kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi
untuk identifikasi dan pengecekan data secara manual, tidak bisa diakses secara
bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar,tidak bisa diakses sewaktu-
waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh (Wibobo dan Abdullah, 2007)
Herbarium kering yang baik adalah herbarium yang lengkap organ vegetatif
dan organ generatifnya. Selain itu kerapian herbarium juga akan menentukan nilai
estetikanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah
lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti
suhu (Subrahmanyam, 2002).

Kegunaan Herbarium
Kegunaan herbarium secara umum antara lain: 1. Sebagai pusat referensi :
Merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi,
ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para
petugas yang bergerak dalam konservasi alam. 2. Sebagai lembaga dokumentasi
: Merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru,
contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain lain.3.
Sebagai pusat penyimpanan data : Ahli kimia memanfaatkannya untuk
mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan
untuk obat kanker, dan sebagainya (Onrizal, 2005).

Pembagian Herbarium
Herbarium basah, setelah material herbarium diberi label gantung dan
dirapikan, kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan
kertas koran untuk satu specimen (contoh). Tidak benar digabungkan beberapa
specimen di dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi
material herbarium tersebut ditumpuk satu diatas lainnya. Tebal tumpukan
disesuaikan dengan dengan daya muat kantong plastik (40 × 60) yang akan
digunakan. Tumpukkan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
disiram alcohol 70 % atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram
secara merata, kemudian kantong plastic ditutup rapat dengan isolatip atau hekter
supaya alcohol atau spiritus tidak menguap keluar dari kantong plastik (Onrizal,
2005).
Herbarium kering, cara kering menggunakan dua macam proses yaitu: a.
Pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu
tebal di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yng optimum sebaiknya di
pres dalam waktu dua minggu kemudian dikeringkan diatas tungku pengeringan
dengan panas yang diatur di dalam oven. Pengeringan harus segera dilakukan
karena jika terlambat akan mengakibatkan material herbarium rontok daunnya
dan cepat menjadi busuk. b. Pengeringan bertahap, yakni material herbarium
dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan
lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya, ditempuk dan dipres,
dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan. Selama proses pengeringan
material herbarium itu harus sering diperiksa dan diupayakan agar pengeringan
nya merata. Setelah kering, material herbarium dirapikan kembali dan kertas
koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas baru. Kemudian material
herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi (Onrizal, 2005).

Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah


dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-
data mengenai tumbuhan tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Steenis (2003)
yang menyatakan bahwa Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan
tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan
dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan tersebut.
Kegunaan herbarium secara umum antara lain: 1. Sebagai pusat referensi 2.
Sebagai lembaga dokumentasi 3. Sebagai pusat penyimpanan data, hal ini sesuai
dengan literatur Onrizal (2005) yang menyatakan bahwa Kegunaan herbarium
secara umum antara lain: 1. Sebagai pusat referensi : Merupakan sumber utama
untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang
menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak
dalam konservasi alam. 2. Sebagai lembaga dokumentasi : Merupakan koleksi
yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru,
tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain lain.3. Sebagai pusat
penyimpanan data : Ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid,
ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan
sebagainya.
Kelebihan dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah
adalah dapat bertahan lama hingga ratusan tahun, namun herbarium kering juga
memiliki kelemahan yaitu spesimen mudah mengalami kerusakan akibat
perawatan yang kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang
cukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan data secara manual, tidak bisa
diakses secara bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar,tidak bisa diakses
sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh, hal ini sesuai dengan
literatur Wibobo dan Abdullah (2007) yang menyatakan bahwa Kelebihan dari
Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah adalah dapat bertahan
lama hingga ratusan tahun. Terdapat beberapa kelemahan pada herbarium yaitu;
spesimen mudah mengalami kerusakan akibat perawatan yang kurang memadai
maupun karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi untuk identifikasi dan
pengecekan data secara manual, tidak bisa diakses secara bersama-sama oleh
berberapa orang, biaya besar,tidak bisa diakses sewaktu-waktu dan tidak dapat
diakses dari jarak jauh.
Untuk mendapatkan hasil yang optimum sebaiknya bahan yang akan
diherbariumkan dipres selam dua minggu hal ini sesuai dengan litertur Onrizal
(2005) yang menyatakan bahwa Herbarium kering, cara kering menggunakan dua
macam proses yaitu: a. Pengeringan langsung, yakni tumpukan material
herbarium yang tidak terlalu tebal di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil
yng optimum sebaiknya di pres dalam waktu dua minggu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama
pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu
hal ini sesuai dengan literatur Subrahmanyam (2002) yang menyatakan
bahwa herbarium kering yang baik adalah herbarium yang lengkap organ
vegetatif dan organ generatifnya. Selain itu kerapian herbarium juga akan
menentukan nilai estetikanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi
herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor
lingkungan seperti suhu.
4.7 Dormansi Biji Gulma
Biji khususnya dari jenis-jenis gulma semusim mempunyai peranan
pentingdalam kaitannya dengan keberhasilan usaha-usaha pencegahan
dan pengendalianngulma. Banyaknya biji yang mampu berkecambah dan
tahanterhadap pengendalian akan menentukan besarnya penurunan produksi
tanaman pada tanaman yang dibudidayakan (khususnya tanaman semusim) pada
tahun berikutnya.Dormansi merupakan strategi reproduksi gulma untuk tetap
bertahan hidupdalam keadaan yang tidak menguntungkan. Dengan cara
demikian, perkecambahan dapat terjadi beberapa waktu kemudian dan atau terjadi
di tempatlain yang berjauhan dengan induknya. Selain itu dormansi dapat
menjadikan biji - biji gulma tahan bertahun-tahun dalam tanah dan hanya akan
berkecambah dantumbuh bila keadaan lingkungannya menguntungkan. Biji-biji
gulma yang beradadalam tanah tersebut mempunyai tingkat dormansi yang
berbeda-beda, sehingga perkecambahan dari suatu populasi biji gulma tidak
terjadi secara serentak.Keadaan ini mengakibatkan biji-biji gulma dalam tanah
akan tetap menjadimasalah selama biji-biji tersebut masih ada.Dalam keadaan
dorman, biji-biji gulma sulit dikendalikan. Metode-metodeyang ada sekarang
pada umumnya masih belum efektif, dengan sterilisasi tanahsecara total.
Pemahaman biologi biji gulma akan memberikan sumbangan yangsangat besar
sebagai dasar untuk mengembangkan dan memperbaiki metode -metode
pengendalian yang telah ada. Oleh karena itu, dilakukan percobaandormansi
benih gulma ini untuk mengetahui dormansi pada benih gulma dengan beberapa
perlakuan normal, adanya naungan dan tanah kering.

Benih merupakan komponen teknologi kimiawi biologis pada setiap musim


tanamuntuk komoditas tanaman pangan. Benih dari segi teknologi diartikan
sebagai
organisme mini hidup yang dalam keadaan “istirahat” atau dorman yang
tersimpan dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi
.Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi
tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
telahmemenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan (Sutopo 2002).
Ketidakmampuan biji untuk berkecambah bergantung pada kondisi
fisik danfisiologis pada biji yang mencegah perkecambahan pada waktu yang
tidak tepat/sesuai. Dormansi bertujuan untuk mempertahankan diri terhadap
kondisi yangtidak sesuai (panas, dingin, kekeringan dll). Mekanisme biologis
untuk menjamin perkecambahan biji berlangsung pada kondisi dan waktu yang
tepat untukmendukung pertumbuhan dan kesintasan yang tepat (Salisbury
dan Ross, 1995).
Banyak cara untuk mematahkan dormansi benih padi selain cara diatas
antara lainyaitu dengan pemanasan 500 C sampai 7 hari, Co-aplikasi dalam
larutan KNO30,2% untuk membasahi substrat, kombinasi antara pemanasan 500
C selama 2hari dan perendaman KNO3 3% atau air selama 1 - 2 hari, dan
perendaman dalamlarutan KNO3 dengan konsentrasi 2% - 3% dan lama
perendaman 1 – 2 haritergantung pada. Misalnya pada varietas rojolele dapat
dipatahkan dormansinyadengan pemanasan 500 C dan perendaman pada air (suhu
27 – 280 C) selama 48 jam (Priadi et al. 2007).
Dormansi pada beberapa jenis buah disebabkan oleh: 1) struktur benih,
misalnyakulit benih, braktea, gluma, perikarp dan membran, yang mempersulit
keluar masuknya air dan udara; 2) kelainan fisiologis pada embrio; 3)
penghambat(inhibitor) perkecambahan atau penghalang lain-lainnya; atau 4)
gabungan darifaktor-faktor di atas (Justice 1979).Secara umum menurut Aldrich
(1984).
Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
a. Innate dormansi (dormansi primer) Dormansi primer adalah dormansi
yang paling sering terjadi, terdiri dari dua sifat: 1. Dormansi eksogenous yaitu
kondisi dimana komponen penting perkecambahan tidak tersedia bagi benih dan
menyebabkan kegagalan dalam perkecambahan. Tipe dormansi tersebut
berhubungan dengan sifat fisik darikulit benih serta faktor lingkungan selama
perkecambahan. 2. Dormansi endogenous yaitu dormansi yang disebabkan karena
sifat-sifattertentu yang melekat pada benih, seperti adanya kandungan inhibitor
yang berlebih pada benih, embrio benih yang rudimenter dan sensitivitas
terhadapsuhu dan cahaya.
b. Induced dormansi (dormansi sekunder) Dormansi sekunder adalah sifat
dormansi yang terjadi karena dihilangkannya satuatau lebih faktor penting
perkecambahan. Dormansi sekunder disini adalah benih- benih yang pada
keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu
keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapatmenjadi
kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadangdormansi
sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkanuntuk
berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih
yang membutuhkan cahaya. Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkanoleh
perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan
yang berlebihan sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih
terbatas.
c. Dormansi Paksaan (Enforced dormancy). Dormansi paksaan merupakan
istilah yang digunakan untuk biji-biji yang tidak berkecambah selama faktor
lingkungan (kelembaban, cahaya, oksigen) kurangmenguntungkan dan segera
akan berkecambah bila lingkungannya menguntungkan. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi dormansi antara lainsuhu, kelembaban, oksigen dan
cahaya.Metode pematahan dormansi eksogen yaitu:
1. Skarifikasi mekanis untuk menipiskan testa, pemanasan,
pendinginan(chilling), perendaman dalam air mendidih, pergantian suhu drastic,
namun tempertur tinggi jarang digunakan untuk memecahkan dormansi benih,
karena biasanya temperatur tinggi malah meningkatkan dormansi benih
daripadamemperbaiki perkecambahannya (Leopold & Kriedemann, 1975).
2. Skarifikasi kimia untuk mendegradasi testa, yaitu asam sulfat. Untuk
testayang mengandung senyawa tak larut air yang menghalangi masuknya
airkebenih, maka pelarut organic seperti alcohol dan aseton dapat digunakanuntuk
melarutkan dan memindahkan senyawa tersebut sehingga benih
dapat berkecambah (Soejadidan 2002).

Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman
budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang
sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang
tidak diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan
tanaman lain yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut. Biji gulma
memiliki waktu dormansi. Dormansi merupakan masa istirahat dari organ
tumbuhan dikarenakan keadaan organ atau lingkungan tidak mendukung untuk
pertumbuhan. Dormansi bagi gulma merupakan kekayaan yang dimiliki hampir
semua biji gulma yang memungkinkan untuk dapat bertahan dari keadaan
lingkungan yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhannya. Dormansi yang
terjadi pada gulma merupakan suatu kemampuan gulma untuk selalu dapat
tumbuh kapan saja apabila kondisi menguntungkan untuk pertumbuhannya.
Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan
sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya.
Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya,
atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut.
Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih
dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan
lingkungannya, baik musim maupun variasi – variasi yang kebetulan terjadi.
Sehingga secara tidak langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari
kemusnaan alam.

Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi


tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan. Dormansi pada
benih berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun
tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya (Sutopo, 2004).
Dormansi merupakan strategi benih-benih tumbuhan tertentu agar dapat
mengatasi lingkungan sub-optimum guna mempertahankan kelanjutan
spesiesnya. Terdapat berbagai penyebab dormansi benih yang pada garis besarnya
dapat digolongkan kedalam adanya hambatan dari kulit benih (misalnya pada
benih lamtoro karena kulit benih yang impermeabel terhadap air) atau bagian
dalam benihnya (misalnya pada benih melinjo karena embrio yang belum
dewasa). Benih yang mengalami dormansi organik ini tidak dapat berkecambah
dalam kondisi lingkungan perkecambahan yang optimum (Sadjad, 1993).
Substansi yang larut kemudian dapat membawa embrio dan respirasi,
dimana dormansi biji prosesnya tidak dapat dilihat dapat menunjukkan
kemampuan besar. Pada beberapa benih seperti beras, rumput, respirasi anaerob
memerlukan energi untuk pertumbuhan embrio, tetapi kebanyakan benih energi
disuplai dalam bentuk respirasi anaerob (Stern dkk, 2004).
Dormansi dapat diatasi dengan perlakuan – perlakuan ; pemarutan atau
penggoresan ( skarifikasi ) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih ataupun
menggores kulit benih agar dapat dilalui air dan udara ; melemaskan kulit benih
dari sifat kerasnya ; memasukkan benih ke dalam botol yang disumbat dan secara
periodik mengguncang – guncangnya ; stratifikasi terhadap benih dengan suhu
rendah ataupun suhu tinggi ; perubahan suhu ; dan penggunaan zat kimia
(Kartasapoetra, 2003).
Dormansi pada beberapa jenis benih disebabkan oleh:
1. Struktur benih, misalnya kulit benih, braktea, gulma, perikarp, dan membrane
yang mempersulit keluar masuknya air dan udara,
2. Kelainan fisiologis pada embrio,
3. Penghambat (inhibitor) perkecambahan atau penghalang lainnya,
4. Gabungan dari faktor-faktor di atas (Justice dan Bass, 1990).
Dormansi adalah tahap istirahat bagi benih dan merupakan mekanisme
benih untuk bertahan hidup guna mencegah agar benih tidak berkecambah
saatkondisi tidak memungkinkan untuk bertahan hidup. Dormansinya bersifat
innate, induced atau enforced (Bradbeer, 1989;Coppelad, 1980; Widaryanto,
2009).
Innate Dormansi Dormansi innate menghambat perkecambahan pada saat
benih terlepas daritanaman. Setelah benih terpisah dari tanaman induknya,
maka dibutuhkan waktu agar embrio yang belummatang bisa
berkembang, sehingga peng-hambat alami agar benih bisa terlepas,
atau perbedaan suhu yang ekstrim da-pat memecah lapisan kulit benih yang keras
sehinggamemungkinkan benih ber-kecambah
Induced Dormansi Induced Dormansi adalah dormansi sementara yang
terjadi saat benih mendapatkan suhu panas atau dingin atau dalam kondisi
lingkungan lainnya. Hal ini terus berlanjut setelah lingkungan mengalami
perubahan dan mence-gah perkecambahan pada waktu yang salah.Seringkali
dibutuhkan masa bagi benihuntuk berkecambah setelah masak. Embrionya
mungkin sudah berkembang sempurna tapi benih tidak akan
berkecambah meskipun lapisan kulitnya sudah mengelupas sehingga bisa
menyerap air dan oksigen dengan mudah. Ada tidaknya cahaya tidak berpengaruh
sama sekali. Terkadang suhu yang sejuk selama beberapa bulan akan mengakhiri
masa dormansi ini. Suhu panas mungkin bisa merangsang terjadinya dormansi
pada tanaman musim panas seperti Setaria pumila dan Amaranthus spp. Hal ini
dapat mencegah benihagar tidak berkecambah di musim gugur. Suhu dingin
selama musim gugur dan musim dingin akan menghentikan masa dormansi ini
sehingga benih bisa berkecambah dimusim semi saat kondisinya benar-benar
tepat. Proses ini terjadi secara terbalik pada tanaman tahunan musim dingin.

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di suatu tempat dan dalam waktu
tertentu yang tidak dikehendaki oleh manusia. Gulma dapat bersaing dengan
tanaman yang dibudidayakan sehingga menurunkan hasil serta menyerap biaya
pengendalian yang cukup besar yaitu sekitar 25-30% dari biaya produksi.
Persaingan dengan tanaman budidaya dapat berupa persaingan dalam hal
kebutuhan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh sehingga gulma dapat
menurunkan hasil dan kualitas hasil, meningkatkan biaya pengerjaan tanah, biaya
penyiangan, kebutuhan tenaga kerja, dan menjadi inang bagi hama dan penyakit
yang menyerang tanaman pokok. Gulma mampu bersaing efektif selama jangka
waktu kira-kira 1/4 – 1/3 dari daur hidup tanaman semusim (annual crops) sejak
awal pertumbuhannya hingga tanaman dalam usia menjelang panen.
Gulma seringkali menjadi masalah utama setelah faktor air dalam sistem
produksi tanaman terutama tanaman semusim seperti pangan, sayuran, obat, dan
hias. Dalam budidaya tanaman di lahan kering dan basah, beberapa spesies gulma
mempunyai sifat pertumbuhan yang cepat, berkembangbiak dengan biji maupun
stolon/rimpang, toleran terhadap kekeringan dan mampu menghambat
perkecambahan biji dan pertumbuhan awal tanaman yang dibudidayakan. Banyak
spesies gulma yang tumbuh di lahan kering, sehingga untuk mengenal dan
menentukan cara pengendaliannya perlu diketahui sifat-sifat dan biologi gulma
terutama cara berkembang biak.

Untuk dapat mempertahankan hidupnya, gulma harus dapat menjalankan


fungsi metabolisme serta mempertahankan dan mengembangkan keturunannya.
Gulma dapat memperbanyak diri secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan
secara generatif dilakukan dengan biji atau spora, sedangkan perbanyakan secara
vegetatif dengan bagian vegetatifnya seperti rhizom, stolon, umbi dan sebagainya.

Perbanyakan Generatif
Biji khususnya dari jenis-jenis gulma semusim mempunyai peranan penting
dalam kaitannya dengan keberhasilan usaha-usaha pencegahan dan pengendalian
gulma. Banyaknya biji yang mampu berkecambah dan tahan terhadap
pengendalian akan menentukan besarnya penurunan produksi tanaman pada
tanaman yang dibudidayakan (khususnya tanaman semusim) pada tahun
berikutnya. Demikian juga banyaknya biji dalam tanah yang dikenal dengan
”simpanan biji” (seed bank) dan banyaknya biji yang masuk ke dalam tanah akan
menentukan besarnya potensi gangguan di lahan tersebut.
Umumnya biji terdiri dari embryo, cadangan makanan, dan kulit biji. Biji
mengandung semua bahan-bahan yang diperlukan dari induknya. Selain itu
karena mempunyai cadangan makanan, biji mampu mempertahankan
kecambahnya meskipun hanya sementara. Ukuran biji gulma sangat bervariasi
dari yang sangat kecil seperti biji Striga asiatica hingga yang sangat besar seperti
biji Momordica charantia. Simpanan makanan ini menentukan daya hidupnya dan
kemampuan untuk muncul ke permukaan tanah (Seedling emergence). Demikian
juga bentuk, warna, dan detail bentuk permukaan kulit biji gulma beragam antar
jenis. Ukuran dan bentuk biji berkaitan dengan cara dan kemampuan
pemencarannya. Dengan memperhatikan hal tersebut, selain sebagai alat
perbanyakan, biji gulma mempunyai peranan lain, yaitu:
1. Sebagai alat pemencaran (dispersal)
2. Sebagai alat perlindungan pada keadaan yang tidak menguntungkan
untuk berkecambah (dormancy)
3. Sebagai sumber makanan sementara bagi lembaga
4. Sebagai sumber untuk pemindahan sifat-sifat keturunan kepada
generasinya (sifat hereditasi).

Perbanyakan Vegetatif
Perbanyakan vegetatif dari jenis-jenis gulma menahun dapat dilakukan
dengan cara menghasilkan beberapa tipe dan bentuk organ perbanyakan selain
biji. Beberapa bentuk organ vegetatif yang banyak ditemukan dalam perbanyakan
jenis-jenis gulma menahun adalah sebagai berikut :
1. Rizoma: Rizoma merupakan batang berbentuk tabung yang tumbuh
menjalar di bawah permukaan tanah. Pada rizoma ini terdapat buku dan ruas yang
menghasilkan tunas dan akar adventif. Pada umumnya organ ini cukup banyak
menyimpan cadangan makanan. Contoh : Alang-alang (Imperata cylindrica),
Rumput kakawatan (Cynodon dactylon)
2. Stolon: Stolon adalah batang silindris yang tumbuh menjalar di
permukaan tanah. Seperti pada rizoma, pada stolon terdapat buku dan ruas yang
dapat membentuk akar dan tunas. Pada beberapa jenis gulma, stolon menjalar di
permukaan air. Contoh : Cynodon dactylon, Digitaria sanguinalis, Axonopus
compressus, dan Eichornia crassipes
3. Runner: Runner adalah batang yang tumbuh dari ketiak daun pada
dasar tajuk dan menjalar di permukaan tanah. Runner membentuk tunas dari
rumpun baru yang dapat membentuk runner baru
4. Umbi batang: Umbi batang merupakan pangkal batang yang
membengkak. Umbi ini mempunyai mata tunas yang dapat tumbuh menjadi
tumbuhan baru. Contoh : Berbagai jenis talas (Caladium sp).
5. Umbi akar: Umbi akar merupakan bagian ujung dari rizoma yang
membengkok dan merupakan cadangan makanan serta mempunyai tunas
ujung.Contoh : Cyperus rotundus dan Cyperus esculentus
6. Umbi lapis: Umbi lapis merupakan batang yang memendek yang
mempunyai lapisanlapisan berdaging. Tunas baru akan tumbuh dan berkembang
di antara/di sela lapisan-lapisan tersebut. Contoh : Beberapa jenis bawang-
bawangan, Allium spp.

Penyebaran gulma dari tempat satu ke tempat yang lain dapat terjadi melalui
aktivitas sendiri, dengan bantuan alam, maupun dengan bantuan makhluk hidup.
1. Aktivitas atau kekuatan sendiri (Autochory)
· Letusan/ledakan buah, buah masak dan terlempar keluar. Contoh
:Euphorbia geniculta, Impatien balsamina.
· Polong tua pecah. Contoh : Calopogonium mucunoide, Crotalaria
incana, C. retusa (Leguminoceae).
2. Bantuan alam
· Anemochory (angin): bagian-bagian gulma yang ukurannya sangat
kecil yang terutama dari golongan epifit dan parasit dan biji gulma yang bersayap
· Hydrochory (air): biasanya hal ini terjadi untuk gulma air, baik ke
arah faktor aliran air, biji/bagian gulma yang mengapung ataupun sifat biji atau
bagian gulma yang toleran terhadap penyerapan air.
3. Bantuan makhluk hidup
· Hewan mamalia, biji gulma yang menempel pada bagian luar tubuh
binatang dapat menyebarkan gulma yang disebut Epizooctory. Misalnya
: Themeda arguens, Tryumphyta laputa.
· Burung, burung yang makan bagian biji yangberlendir menyebabkan
terangkutnya biji.
· Manusia, manusia sengaja membawa gulma karena adanya keperluan
lain, misalnya karena indahnya bunga dimaksud untuk tanaman hias.

Dormansi merupakan strategi reproduksi gulma untuk tetap bertahan hidup


dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Dengan cara demikian,
perkecambahan dapat terjadi beberapa waktu kemudian dan atau terjadi di tempat
lain yang berjauhan dengan induknya. Selain itu dormansi dapat menjadikan
bijibiji gulma tahan bertahun-tahun dalam tanah dan hanya akan berkecambah dan
tumbuh bila keadaan lingkungannya menguntungkan. Biji-biji gulma yang berada
dalam tanah tersebut mempunyai tingkat dormansi yang berbeda-beda, sehingga
perkecambahan dari suatu populasi biji gulma tidak terjadi secara serentak.
Keadaan ini mengakibatkan biji-biji gulma dalam tanah akan tetap menjadi
masalah selama biji-biji tersebut masih ada. Dalam keadaan dorman, biji-biji
gulma sulit dikendalikan. Metode-metode yang ada sekarang pada umumnya
masih belum efektif, dengan sterilisasi tanah secara total. Pemahaman biologi biji
gulma akan memberikan sumbangan yang sangat besar sebagai dasar untuk
mengembangkan dan memperbaiki metodemetode pengendalian yang telah
ada. Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3
tipe yaitu :
Innate dormancy (dormansi primer): walaupun faktor-faktor yang
dibutuhkan untuk perkecambahan tersedia, namun biji gulma tetap tidak
tumbuh/berkecambah untuk waktu tertentu.
Induced dormancy (dormansi sekunder): karena faktor lingkungan (seperti:
cahaya, gas, dll) biji tidak akan berkecambah walaupun sesungguhnya biji
tersebut tidak dalam keadaan dormansi
Enforced dormancy: apabila beberapa faktor penting untuk perkecambahan
dihalangi, biji gulma tidak akan berkecambah teteapi tetap hidup dan akan
berkecambah apabila faktor-faktor tersebut tersedia.
Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2
tipe yaitu :
Dormansi Fisik: disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap
perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
Dormansi Fisiologis: disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada
umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat
maupun perangsang tumbuh.

Fator-Faktor Yang Berpengaruh Pada Dormansi dan Perkecambahan


Gulma
1. Suhu
Suhu yang diperlukan biji gulma untuk dapat berkecambah beragam antar
jenis gulma. Batas suhu terendah disebut suhu minimum dan batas suhu tertinggi
disebut suhu maksimum. Gulma di daerah beriklim sedang digolongkan ke dalam
gulma musim dingin dan gulma musim panas. Gulma musim dingin memerlukan
suhu 5 – 15oC untuk perkecambahannya, sedangkan untuk gulma musim panas
berkisar antara 18 – 35oC. Untuk jenis-jenis gulma tropis mungkin juga
memerlukan batas suhu tertentu.
2. Kelembaban
Perkecambahan merupakan suatu periode dimana metabolisme dan
pembesaran sel-sel terjadi dengan suatu kecepatan yang tinggi. Hal ini akan dapat
berlangsung bila biji gulma dapat menyerap (imbibisi) air yang cukup. Ada tiga
faktor yang mempengaruhi kecepatan dan tingkat imbibisi air yang diperlukan
untuk perkecambahan biji dalam tanah yaitu :
a. Sifat-sifat dan struktur biji
b. Sifat-sifat dan struktur tanah, dan
c. Tingkat hubungan antara tanah dan biji.
3. Oksigen
Selain suhu dan kelembaban yang optimum, proses perkecambahan
tergantung dari kandungan oksigen dalam tanah. Persentasi oksigen di dalam
tanah bervariasi tergantung pada porositas tanah, kedalaman, dan banyaknya
organisme yang mempengaruhinya. Pada umumnya biji-biji gulma yang
berukuran kecil berkecambah pada lapisan tanah setebal kurang dari satu
sentimeter. Pada tanah pasir biji-biji gulma dapat berkecambah pada lapisan yang
lebih dalam dari pada tanah liat.
4. Cahaya
Telah umum diketahui bahwa kebanyakan biji-biji gulma memerlukan
cahaya untuk perkecambahannya. Selain itu pada umumnya mempunyai biji yang
berukuran relatif sangat kecil, sehingga mempunyai persediaan makanan yang
sangat sedikit. Kedua hal itu mengakibatkan biji-biji gulma harus dapat
berkecambah pada permukaan tanah antara pada kedalaman beberapa milimeter
saja sehingga kecambahnya dapat hidup dan tumbuh. Oleh karena itu, pada tanah-
tanah pertanian banyak jenis-jenis gulma yang bijinya terbenam cukup dalam
akibat pengolahan tanah dan hanya akan berkecambah jika biji-biji tersebut
dikecambahkan ke permukaan tanah akibat pengolahan tanah musim berikutnya.

Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang


dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan
yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi
merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu
dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.
Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini.
Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya
sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan
dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi
pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku
dorman adalah kuncup.

Penyebab Dormansi
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :
Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.
Proses respirasi tertekan / terhambat.
Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.
Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis
ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut
terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh
keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan
kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3
tipe yaitu :
Innate dormancy (dormansi primer)
Induced dormancy (dormansi sekunder)
Enforced dormancy
Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2
tipe yaitu :
Dormansi Fisik, dan
Dormansi Fisiologis

Dormansi Fisik
Dormansi Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap
perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.

Beberapa penyebab dormansi fisik adalah :


Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut sebagai "Benih
keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan
sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan
bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula.
Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio.
Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera.
Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas
Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau
jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih [apel] misalnya, suplai
oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk
kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada
daerah dengan temperatur hangat.

Dormansi Fisiologis
Dormansi Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi
pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa
penghambat maupun perangsang tumbuh

Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah :


Immaturity Embrio
Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan
sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda.
Sebaiknya benih ditempatkan pada tempe-ratur dan kelembapan tertentu agar
viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan
mampu berkecambah.
After ripening
Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu
simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka
waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada
kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi
mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa
hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya.
Dormansi Sekunder
Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal
maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak
menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilangan
kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder
ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah
kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang
membutuhkan cahaya.
Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik yang
terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan
sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas.
Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio.
Dormansi ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat
perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat perkecambahan yang
diketahui terdapat pada tanaman antara lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic
acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin) dll.
Counamin diketahui menghambat kerja enzim-enzim penting dalam
perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase.

Tipe Dormansi Lain


Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi
dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu
mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh kombinasi
dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan
keperluan akan perlakuan chilling.

Cara Menghambat Dormansi


Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang
tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu
dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya
tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana cara mengetahui
dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat.
Ada beberapa cara yang telah diketahui, seperti:
Dengan perlakuan mekanis
Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang
keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas. Diantaranya yaitu dengan
Skarifikasi.
Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji
dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji
maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat
gabus.
Dengan perlakuan kimia
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah
dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat
seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji
menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama
20 menit sebelum tanam.
Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam
hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan
hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
Dengan perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan
penyerapan air oleh benih.
Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu
60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu.
Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2
menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
Dengan perlakuan suhu
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada
keadaan lembap (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan
dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat
perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang
pertumbuhan.
Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar
varietas dalam satu famili.
Dengan perlakuan cahaya
Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju
perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya
yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.

Dormansi adalah suatu istilah fisiologis tumbuhan yang dipergunakan untuk


biji atau organ vegetatif yang tidak mau berkecambah meskipun keadaan
lingkungannya menguntungkan. Dormansi dapat menjadikan biji- biji gulma
tahan bertahun-tahun dalam tanah dan hanya akan berkecambah dan tumbuh bila
keadaan lingkungannya menguntungkan.
Biji-biji gulma yang berada dalam tanah tersebut mempunyai tingkat dormansi
yang berbeda-beda, sehingga perkecambahan dari suatu populasi biji gulma tidak
terjadi secara serentak. Keadaan ini mengakibatkan biji-biji gulma dalam tanah
akan tetap menjadi masalah selama biji-biji tersebut masih ada. Berdasarkan
karakter dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya, beberapa pakar biologi
membedakan dormansi menjadi 3 (tiga) macam (1) bawaan (innate), (2)
rangsangan dan (3) paksaan (enforced).

Oleh karena itu, pada praktikum dormansi biji gulma, praktikan akan
mengamati jenis dormansi, kemampuan biji gulma mengalami dormansi dan
pemecahan dormansi sehingga praktikan akan lebih paham mengenai dormansi
biji gulma dengan demikian harapannya setelah praktikum ini praktikan akan
dapat menemukan solusi dalam pengendalian gulma yang memiliki daya
dormansi tinggi secara efisien.

Dormansi dapat dikatakan sebagai suatu fase dimana kulit biji dalam
kondisi yang keras menghalangi penyerapan. Organisme hidup dapat memasuki
keadaan tetap hidup meskipun tidak tumbuh selama jangka waktu yang lama, dan
baru mulai tumbuh aktif bila kondisinya sudah sesuai. Kondisi penyimpanan
selalu mempengaruhi daya hidup biji. Meningkatnya kelembaban biasanya
mempercepat hilangnya daya hidup (Salisbury dan Ross, 1995).

Istilah yang pernah digunakan untuk menjelaskan dormansi dan yang paling
lazim adalah istilah istirahat dan pasif. Lebih banyak istilah yang menyertakan
kata dormansi di belakang kata keadaan (adjektif), misalnya primer, sekunder,
bawaan, dan sebagainya. Secara logis menjelaskan pentingnya kesatuan istilah
dan menganjurkan tiga istilah baru saja, yakni endodormansi, ekodormansi, dan
paradormansi. Di laboratorium dan di bidang pertanian (bila perlu) digunakan
alkohol atau pelarut lemak (yang menghilangkan bahan berlilin) yang kadang
mengahalangi masuknya air / asam pekat. Sebagai contoh, perkecambahan biji
kapas dan kacangan tropika dapat sangat dipacu dengan merendam biji terlebih
dahulu dengan asam sulfat selama beberapa menit sampai satu jam dan
selanjutnya dibilas untuk menghilangkan asam itu (Salisbury dan Ross, 1992).

Substansi yang larut kemudian dapat membawa embrio dan respirasi,


dimana dormansi biji prosesnya tidak dapat dilihat dapat menunjukkan
kemampuan besar. Pada beberapa benih seperti beras, rumput, respirasi anaerob
memerlukan energi untuk pertumbuhan embrio, tetapi kebanyakan benih energi
disuplai dalam bentuk respirasi anaerob (Stern dkk, 2004).

Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah :


1. Tidak sempurnanya embrio (rudimentary embryo),
2. Embrio yang belum matang secara fisiologis (physiological immature
embryo),
3. Kulit biji yang tebal (tahan terhadap pergerakkan mekanis),
4. Kulit biji impermeable (impermeable seed coat) dan
5. Adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (Abidin, 1987).

Menurut Muhammad Salim Saleh (2004), pada dasarnya dormansi dapat


diperpendek dengan berbagai perlakuan sebelum dikecambahkan, baik secara
fisik, kimia dan biologi. Benih yang cepat berkecambah berarti memiliki
kesempatan tumbuh axis embrio lebih panjang sehingga memungkinkan terjadi
pembekakan pada bagian ujungnya sebagai tempat pertumbuhan akar dan
plumula sehingga akar menjadi lebih panjang.

Dormansi Bawaan (primer) merupakan dormansi disebabkan oleh


beberapa faktor dan mekanisme yang bersifat genetis. Faktor dan mekanisme
penyebabnya antara lain ialah :1.Embrio yang belum matang. Pada bebepara
jenis gulma, biji yang terlihattelah sempurna dan terpisah dari induknya,
embryonya masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Biji-biji
tersebut akan berkecambah setelah pertumbuhan dan perkembangan
embryonyasempurna. Contoh : Welingi (Scorpus sp.) dan Cacaban (Polygonum
sp.).
2.Kulit biji yang keras. Kulit biji yang keras merupakan penghalang
perkecambahan, karena impermeable (tidak dapat ditembus) oleh gas, air atau
tahan terhadap tekanan. Meskipun air dan gas telah dapat menembus,tetapi bila
kulit biji keras (tahan tekanan) maka biji belum dapat berkecambah. Biji yang
mempunyai sifat seperti ini akan berkecambah bila kulit bijinya menipis karena
kerusakan mekanis seperti kebakaran,hewan dan mikroorganisme atau penyebab
fisik lain. Contohnya : jenis- jenis bayam (Amranthus spp.) dan jenis-jenis sawi
(Brasica spp.).
3. Hambatan kimiawi. Hambatan kimiawi dalam kulit biji atau buah, dalam
embryo atau endosperm dapat menyebabkan biji tidak dapat berkecambah. Biji-
biji yang mempunyai sifat dorman seperti ini biasanya dapat berkecambah setelah
hambatan tersebut hilang karena perlakuan pencucian, suhu atau cahaya.
Pada praktikum dormansi primer yang dilakukan oleh kelompok 4 awalnya
mengalami kegagalan karena biji gulma dan benih tanaman budidaya yang
ditanam pada cawan petri tidak ada yang tumbuh karena keteledoran praktikan
dalam pemeliharaannya yaitu kertas pada cawan tidak dalam keadaan
lembab/kekurangan air. Oleh sebab itu dilakukan penanaman ulang yang
akhirnya pada minggu pertama gulma Ruelia tuberosa tumbuh 96%, Fimbristylis
littoralistumbuh 18%, dan Eleusine indica 0% sedangkan untuk Brassica
rapa tumbuh 94%. Pada gulma Eleusine indica dari minggu pertama hingga akhir
kecambah tidak ada yang muncul meskipun kelembapan kertas pada cawan
terjaga, tidak munculnya kecambah ini diasumsikan karena biji gulma yang
diperoleh atau digunakan diduga tidak bagus dalam artian hampa atau sudah tidak
memiliki daya berkecambah atau memang kondisi tersebut belum sesuai yang
dikehendaki oleh gulma Eleusine indica.

Dormansi paksaan (Enforced dormancy) merupakanistilah yang digunakan


untuk biji-biji yang tidak berkecambah selama faktor lingkungan (kelembaban,
cahaya, oksigen) kurang menguntungkan dan segeraakan berkecambah bila
lingkungannya menguntungkan. Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan
dormansi: Keadaan suhu, kelembaban,Oksigen, cahaya, resistensi mekanis kulit
biji, embrio yang belum masak dan pematangan kemudian.
Pada dormansi paksaan, minggu pertama pada perlakuan tanah lembab
terbuka sempat tumbuh satu gulma tetapi pada minggu kedua gulma tersebut
patah sehingga kami belum mengetahui jenis gulma apa yang tumbuh tersebut
apakah dari golongan teki, rumput atau daun lebar sesuai gulma yang tumbuh
disekitar tanah yang digunakan sebagai media tanam. Namun umumnya area
yang kami ambil tanahnya banyak ditumbuhi gulma dari jenis daun lebar, salah
satunyaAsystasia gangetica. Sedangkan pada perlakuan tanah kering baik
terbuka maupun tertutup tidak ada gulma yang muncul kecambahnya, hal ini
diasumsikan biji-biji gulma yang berada dalam tanah tersebut dalam masa
dormansi karena lingkungan yang tidak mendukung/tidak adanya penyiraman
sehingga tanah dalam keadaan kurang air sehingga tidak ada proses imbibisi yang
mendorong tumbuhnya kecambah pada biji gulma.

4.8 Penentuan Luas Plot Minimum


1. Tujuan Instruksional Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan melakukan tahapan dalam
menentukan luas plot minimum vegetasi gulma serta data yang diperoleh.

2. Teori
Pada umumnya dipandang dari manfaat yang didapat, tumbuhan dibagi
menjadi dua yaitu, tanaman yaitu tumbuhan yang menguntungkan dan
dibudidayakan dan tumbuhan yang merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan
disebut tanaman yaitu tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia atau sengaja
untuk ditanam karena mempunyai nilai ekonomis yang menjanjikan. Sedangkan
tumbuhan yang merugikan adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki
keberadaannya. Dalam kegiatan budidaya atau dalam ilmu pertanian, tumbuhan
tersebut sering disebut dengan gulma (weed).
Pengertian gulma yang lain adalah tumbuhan yang belum diketahui
manfaatnya secara pasti sehingga kebanyakan orang juga menganggap bahwa
gulma mempunyai nilai negatif yang lebih besar daripada nilai ekonomisnya.
Sehingga gulma tersebut harus dimusnahkan dari, agar tidak menimbulkan
kerugian-kerugian yang lainnya, yang nantinya dapat mengganggu kegiatan
pertanian. Baik secara teknis, produksi, maupun secara ekonomis. Gulma adalah
suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya, tumbuhan yang
tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atau semua
tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh si penanam
sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau
disekitar tanaman pokok tersebut (Guntoro, 2010).
Gulma dibedakan menjadi tiga golongan yaitu rumput-rumputan
(grasses), teki (sedges) dan golongan berdaun lebar (broad leaves). Gulma
merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produksi dan
produktivitas pertanian. Gulma menjadi pesaing kuat bagi tanaman dalam
pemanfaatan sarana tumbuh seperti hara, air, dan cahaya.
Gulma sering menimbulkan berbagai masalah dalam lahan pertanian.
Kerusakan tanaman atau penurunan produksi pertanian akibat gulma, pada
umumnya, memiliki korelasi yang searah dengan populasi gulma itu sendiri. Dalam
hal ini, faktor yang paling tampak adalah perebutan penguasaan sarana tumbuh,
ruang gerak dan nutrisi anatara tanaman dan gulma. Posisi gulma sebagai tumbuhan
yang tidak diinginkan menyebabkan pengendalian gulma mendapat perhatian
lebih. Salah satu cara untuk mengetahui cara tepat dalam pengendalian gulma
adalah dengan analisis vegetasi.
Vegetasi dapat diartikan sebagai komunitas tumbuhan yang menempati
suatu ekosistem. Komposisi vegetasi sering kali berubah seiring kali berubah
seiring berjalannya waktu, perubahan iklim, dan aktivitas manusia. Perubahan
vegetasi ini mendorong perlunya dilakukan analisis vegetasi. Analisis vegetasi
merupakan suatu cara untuk menemukan komposisi jenis vegetasi dari yang paling
dominan hingga tidak dominan. Keadaan vegetasi yang diamati berupa bentuk
vegetasi seperti rumput, semak rendah, tumbuhan menjalar, herba, maupun
tumbuhan dalam hamparan yang luas.
Dalam kaitannya dengan gulma, analisis vegetasi digunakan untuk
mengetahui gulma-gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan
sarana tumbuh dan ruang hidup. Penguasaan sarana tumbuh pada umunya
menentukan gulma tersebut penting atau tidak. Populasi gulma yang bersifat
dominan ini nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan pengendalian gulma. Metode analisis vegetasi yang lazim digunakan ada
4 macam yaitu estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan metode titik
(Tjitrosoediro dkk. 1984) sebagai berikut :
1. Metode Estimasi Visual
Setelah letak letak dan kuas petak contoh yang akan diamati
ditentukan, lazimnya berbentuk lingkaran, pengamatan dilakukan pada
titik tertentu yang selalu tetap letaknya, m isalnya selalu di tengah atau
di salah satu sudut yang tetap pada petak contoh yang telah
terbatas. Besaran yang dihitung berupa dominasi yang dinyatakan
dalam persentse penyebaran. Karena nilai penyebaran tiap jenis dalam
area dihitung dalam persen, maka bila dijumlah akan diperoleh 100%
(termasuk % daerah kosong jika ada). Dapat juga dominansi dihitung
berdasar suatu skala abundansi (scale abundance) yang bernilai 1 – 5
(Braun-Blannquat; Weaver), 1 – 10 (Domin) atau 1 – 3 (Wirahardja &
Dekker). Cara ini sangat berguna bilamana populasi vegetasi cukup
merata dan tidak banyak waktu tersedia. Tetapi memiliki kelemahan
yaitu terdapat kecenderungan untuk menaksir lebih besar jenis-jenis
yang menyolok (warna maupun bentuknya), sebaliknya menaksir lebih
sedikit jenis-jenis yang sulit dan kurang menarik perhatian. Juga sulit
untuk dapat mewakili keadaan populasi vegetasi seluruhnya, dan
penaksiran luas penyebaran msing-masing komponen tidak terkamin
ketepatannya.
Pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selau tetap letaknya,
misalnya selalu di tengah atau di salah satu sudut yang tepat pada petak
contoh yang telah terbatas. Besaran yang dihitung berupa dominansi
yang dinyatakan dalam presentase penyebaran. Estimasi visual
dilakukan berdasarkan pengamatan visual atau dengan cara melihat dan
menduga parameter gulma yang diamati. Metode estimasi visual
memiliki kelemahan yaitu hanya layak dilakukan oleh orang yang
berpengalaman. Hal ini mengakibatkan pengunaan metode visual tidak
dapat diterapkan pada semua orang.

2. Metode Kuadrat
Yang dimaksud kuadrat disini adalah ukuran luas dalam satuan
kuadrat (m2, cm2, dsb), tetapi bentuk petak-contoh dapar berupa segi
empat, segi-panjang ataupun lingkaran. Untuk vegetasi yang
pendek/rendah, bentuk lingkaran lebih menguntungkan karena
ukurannya dapat diperluas dengan cepat dan teliti dengan menggunakan
seutas tali yang dikaitkan pada titik pusat petak. Untuk gulma berbebtuk
herba rendah lebih efisien menggunakan metode kuadrat segi-panjang
dari pada kuadrat segi-empat, karena kelompok tumbuhan berkembang
membentuk sebuah lingkaran. Dengan kuadrat segi panjang akan lebih
memungkinkan memotong kelompok tumbuhan dan lebih banyak
kelompok yang bisa diamati. Jika yang ditinjau distribusi suatu
kelompok tumbuhan, kuadrat lingkaran kurang efiasien dibanding
semua bentuk segi-empat, tetapi lingkaran mempunyai keuntungan
dibanding semua bentuk geometri lainnya karena lingkaran mempunyai
perbandingan terkecil antara tepi dan luasnya. Bentuk lingkaran juga
paling cocok untuk evaluasi asosiasi gulma di daerah yang luas dan bila
menggunakan sampling estimasi visual.
Karena luas dan keadaan vegetasi yang sangat bervariasi maka yang
selalu menimbulkan pertanyaan adalah berapa luas/jumlah petak contoh
yang memedai. Terutama bila kita hanya menggunakan petak contoh
tunggal , luas yang memadai harus kita tentukan. Luas/jumlah petak-
contoh minimal ini berbentuk kaudrat atau lingkaran, dapat ditentukan
dengan menyusun sebuah kurva-jenis (Syakir, 2008).
Kuadrat adalah suatu ukuran luas yang dinyatakan dalam satuan
kuadrat (misal m2,Cm2, dan sebagainya) tetapi bentuk petak contoh
dapat berupa segi empat (kuadrat), segi panjang, atau sebuah lingkaran.
Dalam pelaksanaan dilapangan sering digunakan bujur sangkar.

3. Metode Titik
1. Metode Titik Sentuh (Point Intercept Method)
Untuk komunitas tumbuhan bawah seperti rumput, herba dan
semak, metode yang dapat dipakai adalah Metode Titik Sentuh
(Point Intercept Method). Dalam pelaksanaannya di lapangan dapat
digunakan alat bantu seperti gambar dibawah ini..
Tumbuhan yang menyentuh pin yang terbuat dari kawat, akan
dicatat jenisnya sehingga dominansi dari jenis tersebut dapat
dihitung dengan rumus:
Dominasi suatu jenis (D)

Σ sentuhan suatu jenis x 100 %


Σ seluruh sentuhan

Dominansi relatif suatu jenis

. D x 100 %
Dominansi seluruh jenis

Rumus rumus lainnya sama dengan metode dengan petak .


Hal yang sama dapat dilakukan dengan alat b dengan cara
memindahkan lat tersebut pada plot contoh tiap 10 cm, sehingga
didapatkan dominansi dari jenis-jenis yang tersentuh.
Gambar. Alat kisi kawat (alat a) dan kayu berlobang (alat b)
yang digunakan dalam point intercept method

2. Metode Garis Sentuh (Line Intercept Method)


Metode Garis Sentuh digunakan untuk komunitas padang rumput
dan semak /belukar.
Prosedur pelaksanaan metode ini di lapangan adalah sebagai
berikut:

 Salah satu sisi areal dibuat garis dasar yang akan menjadi
tempat titik tolak garis intersep: dan
 Garis-garis intersep diletakkan secara acak atau sistematik
pada areal yang akan diteliti. Garis tersebut sebaiknya berupa :
 1 Pita ukur dengan panjang 50 - 100 kaki (1 kaki = 30,48 cm)
2 Tambang/tali
 Alat bantuan berupa pita ukur atau tambang/tali tersebut dibagi
ke dalam interval-interval jarak tertentu. Hanya tumbuh-
tumbuhan yang tersentuh, di atas atau di bawah garis intersep
yang diinventarisir

Jenis data yang diinventarisir adalah :

 Panjang garis yang tersentuh oleh setiap individu tumbuhan


 Panjang segmen garis yang berupa tanah kosong
 Jumlah interval yang diisi oleh setiap species
 Lebar maksimum tumbuhan yang disentuh garis intersep

Sebaiknya, kalau komunitas tumbuhan terdiri atas beberapa strata,


penarikan contoh dilaksanakan secara terpisalrpisah untuk setiap strata.
Besaran atau parameter vegetasi yang dihitung adalah :

 Jumlah individu setiap jenis (N)


 Total panjang intersep setiap jenis (I)
 Jumlah interval transek/garis ditemukannya suatu jenis (G)
 Total dari kebalikan dari lebar tumbuhan maksimum (Σ l/m)

Kerapatan suatu jenis

(Σ l/m = . Unit area .


Total panjang garis intersep

Kerapatan relatif suatu jenis (KR)

Kerapatan suatu jenis x 100 %


Kerapatan seluruh jenis

Dominansi suatu jenis

Total panjang garis intersep suatu jenis x 100 %


Total panjang garis intersep

Dominansi relaltif suatu jenis

Total panjang garis intersep suatu jenis x 100 %


Total panjang garis intersep semua jenis

Frekwensi suatu jenis

Σ interval ditemukannya suatu jenis


Σ semua interval transek

Frekwensi realtif suatu jenis

Frekwensi yang dipertimbangkan untuk suatu jenis x 100 %


Total frekwensi yang dipertimbangkan untuk semua jenis

Frekwensi yang dipertimbangkan adalah


F = (Σ l/m)
N

INP = KR + FR + DR
3. Organisasi
a. Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok, dengan anggota masing masing 5-6
orang mahasiswa.
b. Tiap kelompok diberi tugas melaksanakan tahapan kerja dalam menetukan luas
plot minimum vegetasi gulma dengan menggunakan metode kuadrat
4. Alat dan Bahan
alat yang digunakan antara lain
1. buku identifikasi gulma
2. roll meter (perkelompok)
3. hand counter (perkelompok)
4. tali rafia kurang lebih 10 meter
5. alat tulis
6. gunting

bahan yang digunakan antara lain


1. lahan tanaman
2. kertas
3. plastik

5. Prosedur Kerja
a. Menentukan titik (O) di lapangan (lahanan tanaman) yang kira kira memiliki
jumlah spesies yang paling banyak, sehingga dapat mewakili seluruh areal
dalam banyaknya spesies
b. Melalui titik tersebut disebut sumbu X dan Y yang masing masing saling tegak
lurus (dengan sumbu 900) arahnya dapat kesegenap penjuru angin.
c. Dengan sisi sumbu X dan Y, kemudian dibuat suatu bujur sangkar yang panjang
sisinya masing masing 1 meter.
d. Mencatat semua spesies gulma yang terdapat dalam plot bujur sangkar tersebut
kedalam data sheet (lembaran data)
e. Selanjutnya plot tersebut diperluas lagi menjadi dua kali lipat luas plot yan
pertama
f. Mencatat spesies yang terdapat dalam plot 2, tetapi yang belum terdapat dalam
plot 1.
g. Setiap kali luas plot dibuat dua kali lipat plot sebelumnya, setiap kali dicatat
nama dan jumlah spesies barunya, pertambahan plot di tambah dua kali lipatnya
terus menerus sampai pada plot yan sudah tidak ada lagi pertambahan spesies
yang baru.
h. Setelah semua spesies tersebut dicatat, susunlah sedemikian rupa sehingga dari
hasil pencatatan tersebut akan diperoleh suatu kurva luas plot minimum.

5
Dibawah ini disajikan contoh data sheet yang merupakan daftar jumlah spesies
gulma yang tercatat dalam suatu areal yang menggunakan metode kuadrat.
No Nama Spesies Plot Nomor
1 A 1 2 3 4 5 6
2 B X
3 C X
4 D X
5 E X
6 F X
7 G X X
8 H X

Dari data tersebut diatas, ternyata jumlah spesies yang ada di lapangan dan yang
akan dianalisis ada 8 spesies (Spesies A sampai dengan H). Dari daftar tersebut
diatas dapat dibuat sebuah kurva luas plot minimum.
4.9 Perhitungan Kerapatan, Frekuensi Gulma

Indonesia memiliki berbagai macam penggunaan lahan, mulai dari yang


paling ekstensif misalnya agroforestri kompleks yang menyerupai hutan, hingga
paling intensif seperti sistem pertanian semusim monokultur. Indonesia juga
merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati
yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia,
baik flora maupun fauna yang penyebarannya sangat luas (Heriyanto dan
Garsetiasih, 2004).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1994 menyatakan
bahwa potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tersebut perlu
dikembangkan dan dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat
melalui upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga
tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara
lestari. Keanekaragaman spesies, ekosistem dan sumberdaya genetik semakin
menurun pada tingkat yang membahayakan akibat kerusakan lingkungan.
Perkiraan tingkat kepunahan spesies di seluruh dunia berkisar antara 100.000
setiap tahun, atau beberapa ratus setiap hari. Kepunahan akibat beberapa jenis
tekanan dan kegiatan, terutama kerusakan habitat pada lingkungan alam yang
kaya dengan keanekaragam hayati, seperti hutan hujan tropik dataran rendah.
Bahkan dalam kurun waktu dua setengah abad yang akan datang diperkirakan
sebanyak 25% kehidupan akan hilang dari permukaan bumi. Hal tersebut
disebabkan oleh aktivitas manusia yang mengarah pada kerusakan habitat
maupun pengalihan fungsi lahan. Kondisi tersebut sangat
mengkhawatirkan karena kita ketahui keanekaragaman hayati mempunyai
peranan penting sebagai penyedia bahan makanan, obat-obatan dan berbagai
komoditi lain penghasil devisa negara, juga berperan dalam melindungi sumber
air, tanah serta berperan sebagai paru-paru dunia dan menjaga kestabilan
lingkungan (Budiman, 2004).
Kepunahan keanekaragaman hayati sebagian besar karena ulah manusia.
Kepunahan oleh alam, berdasarkan catatan para ahli hanya sekitar 9% dari seluruh
keanekaragaman hayati yang ada dalam kurun waktu sejuta tahun. Saat ini,
kepunahan keanekaragaman hayati di daerah tropis akibat ulah manusia mencapai
1.000 sampai 10.000 kali laju kepunahan yang terjadi secara alami (Alikodra dan
Syaukani, 2004 dalam Widhiastuti, 2008).
Dalam mencegah berbagai masalah- masalah negatif yang disebabkan oleh
manusia atau yang lainnya tersebut perlu adanya pemanfaatan ekologi tumbuhan
di seluruh indonesia, atau penelitian hutan – hutan, tanaman masa kini, tanaman
masa lampau dan tanaman masa akan datang, itu perlu di teliti dan di data secara
statistik berupa vitalitas, prioditas dan stratifikasi.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendeskripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang
ada.
Vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem yang dapat
menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi fakta lingkungan yang mudah di
ukur dan nyata. Dalam mendeskripsikan vegetasi harus di mulai dari suatu titik
padang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokkan dari suatu tumbuhan
yang hidup di suatu hidup tertentu yang mungkin di karakterisasi baik oleh spesies
sebagai komponennya maupun oleh kombinasi dan struktur serta fungsi sifat-
sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum.

Pengertian Metode Analisis Vegetasi


Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang
tumbuh bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu
penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan
maupun dengan hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan
tersebut. Dengan kata lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-individu
tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan di mana individu-individunya
saling tergantung satu sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-
tumbuhan (Soerianegara dan Indrawan, 1978).
Menurut Marsono (1977), Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-
tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada
suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi
yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun
dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan
tumbuh serta dinamis.
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat
mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda
dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor
lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu
berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Di Indonesia Perkembangan penelitian Vegetasi sampai tahun 1980 telah
dilaporkan oleh Kartawinata (1990), yang mengevaluasi pustaka yang ada
mengenai Vegetasi dan ekologi tumbuhan di Indonesia, menunjukkan bahwa
bidang ini belum banyak diteliti. Banyak dari informasi tentang ekologi tumbuhan
dalam berbagai pustaka seperti serie buku Ekologi Indonesia (misalnya
MacKinnon dkk., 1996 dan Whitten dkk.,1984) berdasarkan berbagai penelitian
di Malaysia.
Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari
ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor
lingkungn dari sejarah dan pada fackor-faktor itu mudah diukur dan nyata.
Dengan demikian analisis vegetasi secara hati-hati dipakai sebagai alat untuk
memperlihatkan informasi yang berguna tentang komponen-komponen lainnya
dari suatu ekosistem.
Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan menganalisa,
yang masing-masing menghasilkan berbagi konsep pendekatan yang berlainan.
Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan
tujuan kajian, luas atau sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian dalam
bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistimatik),
dan variasi vegetasi secara alami itu sendiri (Webb, 1954).
Pakar ekologi dalam pengetahuan yang memadai tentang sistematik
tumbuhan berkecenderungan untuk melakukan pendekatan secara floristika
dalam mengungkapkan sesuatu vegetasi, yaitu berupa komposisi dan struktur
tumbuhan pembentuk vegetasi tersebut. Pendekatan kajian pun sangat tergantung
pada permasalahan apakah bersifat autokelogi atau sinetologi, dan juga apakah
menyangkut masalah produktifitas atau hubungan sebab akibat. Pakar autekologi
biasannya memerlukan pengetahuan tentang kekerapan atau penampakan dari
suatu spesies tumbuhan, sedangkan pakar sinekologi berkepentingan dengan
komunitas yaitu problema yang dihadapi sehubungan dengan keterkaitan antara
alam dengan variasi vegetasi. Pakar ekologi produktifitas memerlukan data
tentang berat kering dan kandungan kalori yang dalam melakukannya sangat
menyita waktu dan juga bersifat destruktif.
Deskripsi vegetasi juga memerlukan bagian yang integral dengan kegiatan
survey sumber daya alam, misalnya sehubungan dengan inventarisasi kayu untuk
balok dihutan, dan menelaah kapasitas tampung suatu lahan untuk tujuan ternak
atau pengembalaan. Pakar tanah, dan sedikit banyak pakar geologi dan pakar
iklim tertarik dengan vegetasi sebagai ekspresi dari factor-faktor yang mereka
pelajari. Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik
pandang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan dari tumbuh-
tumbuhan yang hidup bersama didalam suatu tempat tertentu yang mungkin
dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya, maupun oleh kombinasi
dari struktur dan fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi
secara umum atau fisiognomi.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-
tumbuhan.Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan
penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,
diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun
komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Menurut Soerianegara dan Indrawan (1978) yang dimaksud analisis
vegetasi atau studi komunitas adalah suatu cara mempelajari susunan (komposisi
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Cain dan
Castro (1959) dalam Soerianegara dan Indrawan (1978) menyatakan bahwa
penelitian yang mengarah pada analisis vegetasi, titik berat penganalisisan
terletak pada komposisi jenis atau jenis. Struktur masyarakat hutan dapat
dipelajari dengan mengetahui sejumlah karakteristik tertentu diantaranya,
kepadatan, frekuensi, dominansi dan nilai penting.
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi
dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu :
1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis
dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu
pengamatan berbeda.
2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.
3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan
tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).
Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petak-
petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara
(1974) petak-petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun
berbentuk jalur atau dengan metode tanpa petak. Pola komunitas dianalisis dengan
metode ordinasi yang menurut Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan
sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau
faktor gradien lingkungan tertentu.
Dalam mengerjakan analisis vegetasi ada dua nilai yang di amati , yaitu nilai
ekonomi dan nilai bologi. Nilai ekonomi suatu vegetasi dapat dilihat dari potensi
vegetasi-vegetasi tersebut untuk mendatangkan devisa seperti vegetasi seperti
vegetasi yang berupa pohon yang diambil kayunya atau vegetasi padang rumput
yang dapat dijadikan padang penggembangan ternak dan lain-lain. Sedangkan
dalam istilah biologi suatu vegetasi dapat dilihat peranan vegetasi tersebut.,
seperti vegetasi hutan yang dapat dijadiakan sumber pakan , relung, ekologi (
tempat istirahat, bercengkrama, bermijah beberapa jenis hewan ), pengatur iklim,
pengatur tata aliran air dan indicator untuk beberapa unsur tanah dan lain-
lain. Dalam mempelajari vegetasi , dibedakan antara studi floristic dengan analisis
vegetasi, dibedakan antara studi floristic denan analisis vegetasi. Pada studi
floristic data yang diperoleh berupa data kualitatif, yaitu data yang menunjukan
bagaimana habtus dan penyebaran suatu jenis tanaman. Sedangkan analisis
vegetasi data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantiatif. Data kuantitatif
menyatakan jumlah , ukuran , berat kering , berat basah suatu jenis. Frekuensi
temuan dan luas daerah yang ditumbhinya. Data kuantitatif di dapat dari hasil
penjabaran pengamatan petak contoh lapangan, sedangkan data kualitatif didapat
dari hasil pengamatan dilapangan berdasarkan pengamatan yang luas. Parameter
kualitatif dalam pengamatan ini yaitu Fisiognomi, Fenologi, Periodisitas,
Stratifikasi, Kelimpahan, Penyebaran, Daya hidup, dan Bentuk Pertumbuhan.
Sedangkan Parameter kuantitatif dalam pengamatan atau analisis ini Densitas,
Luas penutupan,Indeks Nilai Penting (INP), Dominansi, Frekuensi, dan lain-lain.
Dengan sampling, seorang peneliti/surveyor dapat memperoleh
informasi/data yang diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan
tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metoda
sensus) pada anggota suatu populasi.
Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri
dari :
1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan
memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-
parasit.
3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya
memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar
tangkai daun.
4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan
biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1
meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak
berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu
atau belukar.
6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak
menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga
yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut
yang kadang-kadang keras.
7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki
satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.

Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu
:
a. Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan
kurang dari 1.5 m.
b. Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan
berdiameter kurang dari 10 cm.
c. Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20
cm.
Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah
:
1. Nama jenis (lokal atau botanis)
2. Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan
3. Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi
terhadap lahan
4. Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk
menghitung volume pohon.
5. Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC),
penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat
diketahui ditaksir ukuran volume pohon.

2.2 Macam-Macam Metode Analisis Vegetasi


Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada
(Syafei, 1990).
Macam-macam metode analisis vegetasi yaitu metode destruktif, metode
nondestruktif, metode floristik, dan metode nonfloristik.
1) Metode destruktif
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organik
yang dapat dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable yang dipakai bisa
diproduktivitas primer, maupun biomasa. Dengan demikian dalam pendekatan
selalu harus dilakukan penuain atau berarti melakukan perusakan terhadap
vegetasi tersebut.
Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk bentuk vegetasi yang sederhana,
dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter
persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat
keringnya.
Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu padang rumput
denan usaha pencairan lahan penggembalaan dan sekaligus menentukan kapasitas
tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara floristika,
yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.
2) Metode nondestruktif
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan
penelaahan organism hidup atau tumbuhan tidak didasarkan pada taksonominya,
sehingga dikenal dengan pendekatan non floristika. Pendekatan lainnya adalah
didasarkan pada penelaahan organism tumbuhan secara taksonomi atau
pendekatan floristika.
3) Metode non-floristica
Telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi. Seperti Du Rietz (1931),
Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951). Yang kemudian diekspresiakan oleh
Eiten (1968) dan Unesco (1973). Danserau membagi dunia tumbuhan berdasarkan
berbagai hal, yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun,
tekstur daun, dan penutupan. Untuk setiap karakteristika di bagi-bagi lagi dalam
sifat yang kebih rinci, yang pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol
huruf dan gambar.
Bentuk Hidup. Metode ini, klasifikasi bentuk vegetasi, biasanya dipergunakan
dalam pembuatan peta vegetasi dengan skalakecil sampai sedang, dengan tujuan
untuk menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya, dan juga
masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya (Syafei,1990).
Untuk memahami metode non floristika sebaiknya kita kaji dasar-dasar
pemikiran dari beberapa pakar tadi. Pada prinsipnya mereka berusaha
mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi pembagian dunia
tumbuhan secara taksonomi sama sekali diabaikan, mereka membuat klasifikasi
tersendiri dengan dasar-dasar tertentu.
4) Metode floristic
Metode ini didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara
taksonomi. Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau
keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap
semua populasi spesies pembentuk masyarakat tumbuhan
tersebut, sehinggapemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara taksonomi
adalah sangat dibutuhkan. Pelaksanaan metode floristic ini sangat ditunjang
dengan variable-variabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik struktur
maupun komposisi vegetasi, diantaranya adalah:
Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individu dari populasi sejenis.
Kerimbunan, variable yang menggambarkan luas penutupan suatu populasi
di suatu kawasan, dan bias juga menggambarkan luas daerah yang dikuasai oleh
populasi tertentu atau dominasinya.
Frekuensi, variable yang menggambarkan penyebaran dari populasi disuatu
kawasan.
Variabel-variabel merupakan salah satu dari beberapa macam variable yang
diperlukan untuk menjelaskan suatu bersifat kuantitatif, seperti statifikasi,
periodisitas, dan vitalitas. Berbagai metodelogi telah dikembangkan oleh para
pakar untuk sampai pada hasil seakurat mungkin, yang tentu disesuaikan dengan
tujuannya.

2.3 Teknik Pencuplikan


1) Kuadrat
Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan
petak contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang
berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut
lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter
tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m
sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta ( pancang ) dan mulai anakan
sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling ( anakan/semai ).
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk
mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini
mudah dan lebih cepat digunanakan untuk mengetahui komposisi, dominasi
pohon dan menksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot
less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan
hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup
tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu
persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini
digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk
populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam
menentukan struktur komunitas.
Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi
dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2.
Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran. Metode
kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran
yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan
bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang
menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung
jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam
petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi
persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk
memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies
dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi
merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman.
d. Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut
Pantograf. Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-
tepi vegetasi dan menentukan letak tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu
rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter.
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan
sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan
demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama,
kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur
komunitas (Michael, 1994).
Suatu contoh untuk suatu vegetasi hutan alami atau yang berbentuk seperti
hutan luas kuadrat minimal 200 m2, kemudian vegetasi semak belukar 2 – 5 m2,
dan vegetasi sederhana sperti rumput cukup dengan ukuran kuadrat seluas 1 meter
persegi.
Sistem Analisis dengan metode kuadrat:
Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis
tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan
daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan
berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel
(n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya
dalam persen (%) (Surasana, 1990).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam
suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu
dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric
sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu
komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya
bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan
nilai relative dari sejumlah variabel yangb telah diukur (kerapatan relative,
kerimbunan relative, dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus
maka akan diperoleh:
Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:
Kerapatan (K) = Jumlah individu
Luas petak ukur
Kerapatan relatif (KR) = Kerapatan satu jenis x 100%
Kerapatan seluruh jenis
Frekwensi (F) = Jumlah petak penemuan suatu jenis
Jumlah seluruh petak
Frekwensi relatif (FR) = Frekwensi suatu jenis x 100%
Frekwensi seluruh jenis
Dominansi (D) = Luas Bidang Dasar suatu jenis
Luas petak ukur
Dominansi relatif (DR) = Dominansi suatu jenis x 100%
Dominansi seluruh jenis
Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu
variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk
seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan
disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang
terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat
digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).
Berikut langkah-langkah kerja jika anda akan melakukan penelitian/analisis
vegetasi metode kudrat:
1. Menyebarkan 5 kuadrat ukuran 1 m2 secara acak di suatu vegetasi
tertentu.
2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi.
3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap
variabel untuk setiap tumbuhan.
4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap
jenis tumbuhan.
5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel
dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan
pada tempat teratas.
6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis /
spesies yang memiliki nilai penting terbesar (Anonymous, 2010).

2) Garis
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa
garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada
kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis
yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang
digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis
yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi
yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai
penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan
dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan
ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan
dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat
oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi
diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis
yang disebar (Rohman, 2001).
· Metode Garis
1. Menyebarkan 10 garis masing-masing sepanjang 1 meter secara acak
atau sistematis.
2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi.
3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap
variabel untuk setiap tumbuhan.
4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap
jenis tumbuhan.
5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel
dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan
pada tempat teratas.
6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis /
spesies yang memiliki nilai penting terbesar (Anonymous,2010).

3) Titik
Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan
menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat
dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang
disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam
menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan,
dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan
sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan
demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan
diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar
pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan
dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas
(Michael, 1994).
· Metode Intersepsi Titik
1. Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada
seutas tali raffia.
2. menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali raffia
tersebut secara acak atau sistematis.
3. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap kawat
atau lidi tersebut.
4. Melakukan 10 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik.
5. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap
variabel untuk setiap tumbuhan.
6. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap
jenis tumbuhan.
7. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel
dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan
pada tempat teratas.
8. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis /
spesies yang memiliki nilai penting terbesar

4) Kuarter
Analisa vegetasi dengan metode kuarter merupakan analisa vegetasi yang
mana dalam pelaksanaannya tidak menggunakan plot atau area sebagai alat bantu.
Akan tetapi cuplikan yang digunakan hanya berupa titik sehingga sering juga
metode tanpa plot. Hal ini karena pada metode ini tidak menggambarkan luas area
tertentu, sama halnya dengan metode kuadrat yaitu dalam memperoleh nilai
penting harus terlebih dahulu dihitung kerapatan, dominasi, dan frekuensinnya.
Metode ini sering dipakai untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks
lainnya (Kusmana, 1997).
Komunitas adalah sejumlah mahluk hidup dari berbagai macam jenis yang
hidup bersama pada suatu daerah. Komposisi suatu komonitas ditentukan dengan
tumbuhan dan hewan yang kebetulan mampu hidup di tempat tersebut. Anggota
komonitas ini tergantung pada penyesuaian diri setiap individu terhadap faktor-
faktor fisik dan biologis yang ada ditempat tersebut. Ada dua konsep yang
ditentukan dalam mengamati peta komonitas yaitu gradasi komonitas( populasi)
dan gradiasi lingkungan yaitu menyangkut jumlah factor lingkungantambak
secara bersama-sama. (Soedjiran,1989). Pada metode ini tumbuhan yang
dianalisa bisa berupa empat tumbuhan yang paling dekat dengan titik pengamatan
yang masing-masing tumbuhan berada pada empat sektor daerah dengan titik tadi
sebagai pusat.
· Daerah I adalah daerah barat – utara
· Daerah II adalah daerah utara – timur
· Daerah III adalah daerah timur – selatan
· Daerah IV adalah daerah selatan – barat
Tumbuhan yang dianalisis (dicuplik datanya) disetiap sektor daerah
pengamatan adalah hanya satu pohon yang paling dekat dengan pusat pengamatan
tadi (titik pusat). Data yang dikumpulkan adalah jarak pohon ke titik pusat,
diameter pohon.
Sistem Analisis dengan metode kuadran:
· Jarak pohon rata-rata (d)= jumlah semua jarak yang terukur
4 x jumlah titik pusat (n)
· Kerapatan relatif = jumlah individu sejenis x 100%
4xn
· Dominasi relatif = jumlah luas basal individu sejenis x
100%
jumlah total luas basal terukur
· Frekuensi relative=jumlah titik pusat yang mengandung suatu
tumbuhan x 100%
jumlah titik pusat dari seluruh jenis tumbuhan
· Luas rata-rata penguasaan area oleh suatu pohon = d2
· Jumlah individu pohon untuk luas tertentu (L) = L / d2
· Luas dari total = luas basal rata-rata x kerapatan
· Nilai penting = Kr + Dr + Fr

5) Teknik Ordinasi
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-
Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan
random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu.
Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi
dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan.
Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan
ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang
sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi
spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan,
sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan.Ordinasi dapat pula
digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan
faktor lingkungan.
Ordinasi mencoba untuk meringkas data sampling dalam suatu lebih
sederhana, lebih sedikit cara pemakaian ruang dibanding metoda tabel. Bahkan
suatu agak kecil perbedaan table Suatu ordinasi data yang sama bisa menjadi satu
grafik kecil yang menunjukan 19 poin-poin penyebaran ruang. Masing-Masing
titik mewakili suatu letak, dan jarak antara poin-poin mewakili derajat tingkat
perbedaan atau persamaannya. Sekilas, seseorang dapat melihat lihat jika ada pola
dalam hubungan.
Sasaran ordinasi bukanlah untuk menggambarkan bentuk di sekitar label
dan letak mereka yang sama bagian dari suatu asosiasi melainkan, untuk
menunjukkan suatu pola hubungan kontinue. Sungguh, sebagian besar informasi
memuat data asli yang hilang dalam ordinasi diagram, tetapi kehilangan ini akibat
banyak bentuk dari reduksi data, tidak hanya ordinasi (Anonymous, 2010).

2.4 Mengenal Macam-Macam Peta Vegetasi


Dalam mempelajari suatu komunitas tumbuhan sering diperlukan suatu
gambaran mengenai penyebaran dari suatu vegetasi jenis tertentu di suatu daerah.
Untuk tujuan ini perlu pengetahuan tentang pemetaan vegetasi, berikut ini
beberapa metode pemetaan vegetasi secara sederhana.
· Pemetaan Komunitas Tumbuhan Dari Satu Titik Konstan.
Pada metode ini kita harus menentukan suatu titik atau tempat yang
berkedudukan sedemikian rupa sehingga area vegetasi dapat terlihat. Titik ini
dipakai sebagai titik konstan dari mana arah dan jarak titik-titik lainnya akan
ditentukan. Kemudian menentukan titik-titik pada batas luar vegetasi dengan
kedudukan sedemikian rupa sehingga memberikan gambaran dari bentuk dan
penyebaran vegetasi. Selanjutnya menentukan kedudukan titik-titik ini terhadap
titik yang konstan tadi dengan kompas dan mengukur jarak dari titik-titik pada
vegetasi ke titik konstan
· Pemetaan Daerah Dengan Mencari Jarak Dan Sudut
Pada metode ini kita harus menyusun titik-titik pada daerah yang hendak
dibuat petanya. Susunan titik-titik ini memberikan gambaran bentuk dari daerah
tersebut. Kemudian menghitung jarak antara satu titik terhadap titik lainnya yang
berdekatan, selanjutnya menentukan pula dengan kompas kedudukan antar titik –
titik yang berdekatan tadi. Melakukan pekerjaan ini secara berurutan dari satu titik
ke titik yang lain sehingga kembali ke titik asal dimana pekerjaan dimulai.

2.5 Membuat kurva luas minimum


Pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan
daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan.
Jadi luas daerah ini disebut luas minimum. Cara menentukan luas minimum
sebagai berikut:
1. Dibuat petak contoh dengan ukuran misal (0,5 x 0,5) m2 ¾¾® petak 1.
2. Hitung jumlah spesies yang ada pada petak tersebut.
3. Petak tadi diperluas 2 kali luas petak 1, ini ¾¾® petak ke 2.
4. Dihitung jumlah spesies yang ada (penjumlahan komulatif).
5. Penambahan luas petak dihentikan kalau jumlah spesies tidak bertambah lagi.
Dari data yang telah diperoleh dibuat kurva :
1. Luas petak contoh sebagai absis (sb X)
2. Jumlah spesies sebagai ordinat (sb Y)
Kemudian dihitung 10% nya luas yang dicapai dan 10% jumlah spesies.
Kemudian ditarik garis resultansinya dari (dari 10% tadi). Setelah itu ditarik garis
singgung pada kurve yang sejajar resultante tersebut. Kemudian dari titik
singgungnya ditarik garis ke absis yang sejajar ordinat. Maka luas minimum petak
(plot) dapat diketahui (Anonima, 2010).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan
untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat).
Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling
area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat
tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat
dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh
yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat
persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum
yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam
analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Anonimb, 2010).
Ukuran kuadrat terbagus yang dipakai tergantung pada hal (item) yang harus
diukur. jika cover sendiri adalah penting, kemudian ukuran tidak merupakan suatu
faktor. kenyatannya kuadrat dapat menyusut menjadi garis dengan satu dimensi
atau menjadi titik tanpa dimensi. tetapi jumlah tumbuhan perunit area atau pola
dispersal harus diukur, kemudian ukuran kuadrat adalah sangat penting. Satu
ukuran bagus adalah memakai satu ukuran kuadrat paling sedikit dua kali luas
rata-rata luas kanopi spesies besar yang lain dengan memakai ukuran kuadrat yang
mengijinkan hanya satu atau dua spesies untuk hadir dalam semua kuadrat. Lain
halnya menggunakan ukuran kuadrat yang memungkinkan kebanyakan spesies
untuk hadir tak lebih daripada 80% semua kuadrat (Hardjosuarno, 1990).
Ukuran plot minimal dapat ditentukan dengan cara survey pendahuluan
untuk menentukan ukuran luas plot minimal. menentukan luas minimal plot dapat
dilakukan dengan cara membuat kurva luas minimal terlebih dahulu. untuk bentuk
plot persegi dimulai dengan membuat sebuah plot (bidang datar) persegi pada satu
tegakan dengan kuadrat (luas) terkecil, misalnya untuk lapangan rumput adalah
25 x 25 Cm2, selanjutnya dicatat spesies tumbuhan yang ada dalam kuadrat
terkecil. Kemudian kuadrat diperluas dua kali luas semula dan kemudian
penambahan spesies baru yang terdapat di dalam kuadrat luasan di catat
(Suprianto, 2001).

2.6 Menghitung kerapatan, frekuensi, penutupan (coverage), dominansi


danIndeks Nilai Penting
1. Densitas
Densitas adalah jumlah individu per unit luas atau per unit
volume.misalnya 100 individu/ha. Dengan kata lain, densitas merupakan jumlah
individu organisme persatuan ruang. Untuk kepentingan analisis komunitas
tumbuhan, istilah yang mempunyai arti sama dengan densitas dan sering
digunakan adalah kerapatan diberi notasi K.
K=
Dengan demikian, densitas spesies ke-idapat dihitung sebagai K-i,
dan densitas relative setiap spesies ke-i terhadap kerapatan total dapat dihitung
sebagai KR-i.
K-i=
KR - i = X 100 %
Dalam mengukur kerapatan biasanya muncul suatu masalah sehubungan
dengan efek tepi (side effect) dan life form (bentuk tumbuhan). Untuk mengukur
kerapatan pohon atau bentuk vegetasi lainnya yang mempunyai batang yang
mudah dibedakan antara satu dengan lainnya umumnya tidak menimbulkan
kesukaran yang berarti. Tetapi, bagi tumbuhan yang menjalar dengan tunas pada
buku-bukunya dan berrhizoma (berakar rimpang) akan timbul suatu kesukaran
dalam penghitungan individunya. Untuk mengatasi hal ini, maka kita harus
membuat suatu kriteria tersendiri tentang pengertian individu dari tipe tumbuhan
tersebut.
Masalah lain yang harus diatasi adalah efek tepi dari kuadrat sehubungan
dengan keberadaan sebagian suatu jenis tumbuhan yang berada di tepi kuadrat,
sehingga kita harus memutuskan apakah jenis tumbuhan tersebut dianggap berada
dalam kuadrat atau di luar kuadrat. Untuk mengatasi hal ini biasanya digunakan
perjanjian bahwa bila > 50% dari bagian tumbuhan tersebut berada dalam kuadrat,
maka dianggap tumbuhan tersebut berada dalam kuadrat dan tentunya barns
dihitung pengukuran kerapatannya.
2. Frekuensi
Didalam ekologi, frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara
jumlah sempel yang berisi suatu spesies tertentu terhadap jumlah total sampel.
Frekuensi spesies tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat ditemukannya
suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi merupakan
besarnya intensitas ditemukannya suatu spesies organisme dalam pengamatan
kberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem.
Apabila pengamatan dilakukan pada petak-petak contoh, makin
banyak petak contoh yang didalamnya ditemukan suatu spesies, berarti makin
besar frekuensi spesies tersebut. Sebaiknya, jika makin sedikit petak contoh yang
didalamnya ditemukan suatu spesies, makin kecil frekuensi spesies tersebut.
Dengan demikian, sesungguhnya frekuensi tersebut dapat menggambarkan
tingkat penyebaran spesies dalam habitat yang dipelajari, meskipun belum dapat
menggambarkan tentang pola penyebarannya. Spesies organisme yang
penyebarannya luas akan memiliki nilai frekuensi perjumpaan yang besar.
Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, frekuensi spesies
(F), frekuensi spesies ke – i (F – i) dalam frekuensi relatif spesies ke – i (FR-i)
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Frekwensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana
ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya
frekwensi dinyatakan dalam besaran persentase. Misalnya jenis Avicennia
marina (api-api) ditemukan dalam 50 petak contoh dari 100 petak contoh yang
dibuat, sehingga frekwensi jenis api-api tersebut adalah 50/100 x 100% = 50%.
Jadi dalam penentuan frekwensi ini tidak ada counting, tetapi hanya suatu
perisalahan mengenai keberadaan suatu jenis saja.

3. Penutupan (Coverage)
Kelindungan adalah proporsi permukaan tanah yang ditutupi oleh proyeksi
tajuk tumbuhan. Oleh karena itu, kelindungan selalu dinyatakan dalam satuan
persen. Misalnya, jenis Rhizophora apiculata (bakau) mempunyai proyeksi tajuk
seluas 10 mZ dalam suatu petak contoh seluas 100 m-, maka kelindungan jenis
bakau tersebut adalah 10/100 x 100% = 10%. Jumlah total kelindungan semua
jenis tumbuhan dalam suatu komunitas tumbuhan mungkin lebih dari 100%,
karena sering proyeksi tajuk dari satu tumbuhan dengan tumbuhan lainnya
bertumpang tindih (overlapping). Sebagai pengganti dari luasan areal tajuk,
kelindungan bisa juga mengimplikasikan proyeksi basal area pada suatu luasan
permukaan tanah. Untuk mengukur/menduga luasan tajuk dari vegetasi lapisan
pohon, biasanya dilakukan dengan menggunakan proyeksi tajuk dari pohon
tersebut terhadap permukaan tanah dan luasannya diukur dengan planimeter atau
sistem dotgrid dengan kertas grafik. Cara lain adalah dihitung dengan rumus :
Basal area ini merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang
dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal area diduga dengan mengukur
diameter batang. Dalam hal ini, pengukuran diameter umumnya dilakukaii pada
ketinggian 1.30 m dari permukaan tanah (diameter setinggi data atau diameter at
breast height, DBf). Dalam pengukuran diameter pohon setinggi dada terdapat
beberapa ketentuan yang umumnya ditaati oleh para peneliti, yaitu:
Bila pohon berada di lereng, diameter diukur pada ketinggian 4,5 kaki dari
permukaan tanah atau 1,3 m di atas permukaan tanah lereng sebelah atas pohon;
Bila pohon membentuk cabang tepat pada ketinggian 1,3 m dari tanah, maka
diameter diukur sedikit (di atas percabangan tersebut dan pohon tersebut dianggap
sebagai satu individu seperti halnya kalau percabangan terjadi di atas ketinggian
1,3 m di alas tanah). Tetapi bila percabangan terjadi dibawah 1,3 m dari atas tanah,
maka masing-masing batang diukur diametemya setinggi dada serta batang-
batang tersebut dianggap sebagai individu masing-masing;
Bila pohon berakar papan atau berbentuk tidak normal tepat pada atau
melebihi setinggi dada, maka pengukuran diameter dilakukan di atas batas batang
dari bentuk tidak normal; dan
Sesuai dengan informasi yang diinginkan, diameter pohon yang diukur bisa
merupakan diameter di luar kulit pohon atau diameter dekat kulit pohon.
Dengan asumsi bahwa penampang melintang batang suatu pohon berbentuk
lingkaran, basal area dari pohon tersebut dihitung dengan rumus:
BA : = π . R 2
= ¼ π. D2
dimana:
BA : Basal area
R : jari-jari lingkaran dari penampang
lintang batang
D : diameter batang pohon
Konsep basal area juga kadang-kadang diterapkan terhadap tumbuhan
penutup tanah seperti rumput, herba dan semak. Dalam hal ini basal area diukur
dad luasan areal pucuk dari tumbuhan tersebut dalam suatu luasan petak contoh
tertentu yang dibuat.

4. Indeks Nilai Penting (INP)


Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu
jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan
kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung
berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR)
dan Dominansi Relatif (DR), (Mueller-Dombois dan ellenberg, 1974;
Soerianegara dan Indrawan, 2005).

5. Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis adalah parameter yang sangat berguna untuk
membandingkan dua komunitas, terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan
biotik, untuk mengetahui tingkatan suksesi atau kestabilan suatu komunitas.
Keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan rumus Indeks
Keanekaragaman Shannon-Wiener :
dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
ni = Jumlah individu jenis ke-n
N = Total jumlah individu
6. Indeks Kekayaan Jenis dari Margallef (R1)
Dimana :
R1 = Indeks kekayaan Margallef
S = Jumlah jenis
N = Total jumlah individu

7. Indeks Kemerataan Jenis


Dimana :
E = Indeks kemerataan jenis
H’ = Indeks keanekaragaman jenis
S = Jumlah jenis
Berdasarkan Magurran (1988) besaran R1 < 3.5 menunjukkan kekayaan
jenis yang tergolong rendah, R1 = 3.5 – 5.0 menunjukkan kekayaan jenis
tergolong sedang dan R1 tergolong tinggi jika > 5.0.
Besaran H’ < 1.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong rendah, H’
= 1.5 – 3.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong sedang dan H’ > 3.5
menunjukkan keanekaragaman tergolong tinggi.
Besaran E’ < 0.3 menunjukkan kemerataan jenis tergolong rendah, E’ = 0.3
– 0.6 kemerataan jenis tergolong sedang dan E’ > 0.6 maka kemerataaan jenis
tergolong tinggi.
8. Koefisien Kesamaan Komunitas
Untuk mengetahui kesamaan relatif dari komposisi jenis dan struktur antara
dua tegakan yang dibandingkan dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Bray
dan Curtis, 1957 dalam Soerianegara dan Indrawan, 2005) :
Dimana :
IS = Koefisien masyarakat atau koefisien kesamaan komunitas
W = Jumlah nilai yang sama dan nilai terendah ( < ) dari jenis-jenis yang
terdapat dalam dua tegakan yang dibandingkan
a, b = Jumlah nilai kuantitatif dari semua jenis yang terdapat pada tegakan
pertama dan kedua
Nilai koefisien kesamaan komunitas berkisar antara 0-100 %. Semakin
mendekati nilai 100%, keadaan tegakan yang dibandingkan mempunyai
kesamaan yang tinggi. Dari nilai kesamaan komunitas (IS) dapat ditentukan
koefisien ketidaksamaan komunitas (ID) yang besarnya 100 – IS. Untuk
menghitung IS, dapat digunakan nilai kerapatan, biomassa, penutupan tajuk atau
INP.
Sebagai contoh, kita membandingkan tingkat permudaan semai hutan
primer dengan hutan setelah ditebang dan dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Nilai Kesamaan Kerapatan antara Hutan Primer dengan Hutan
setelah ditebang pada tingkat Semai
Maka nilai kesamaan komunitas (IS) = ((2 x 55) / (224 + 84)) x 100%
= 35.71%
Nilai diatas menunjukkan bahwa antara kondisi primer dan setelah ditebang
dari segi jumlah individu (kerapatan) hanya mempunyai tingkat kesamaan sekitar
35.71% artinya setelah dilakukan penebangan terjadi kehilangan jumlah individu
sekitar 64.29%.
9. Indeks Dominasi
Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran
jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai
indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi
secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah. Untuk menentukan
nilai indeks dominasi digunakan rumus Simpson (1949) dalam Misra (1973)
sebagai berikut :
Dimana :
C : Indeks dominasi
ni : Nilai penting masing-masing jenis ke-n
N : Total nilai penting dari seluruh jenis
BAB 5. PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
1. Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang dapat menurunkan hasil
tanaman yang dibudidayakan bila tidak dikendalikan secara efektif. Selain
itu juga gulma merupakan salah satu faktor biotik yang menyebabkan
kehilangan hasil panen. Gulma menyaingi tanaman dalam pengambilan
unsur hara, air, ruang dan cahaya. Di lahan irigasi, persaingan gulma dengan
padi dapat menurunkan hasil padi 10-40 %, tergantung pada spesies dan
kepadatan gulma, jenis tanah, pasokan air dan keadaan iklim
(Nantasomsaran dan Moody, 1993).
2. Herbarium adalah suatu koleksi spesimen tumbuhan yang diawetkan dan
data terkait yang digunakan untuk penelitian ilmiah. Istilah ini dapat juga
merujuk pada bangunan atau ruangan di mana spesimen-spesimen tersebut
disimpan, atau pada lembaga ilmiah yang tidak hanya menyimpan namun
menggunakannya untuk penelitian.
3. Berdasarkan karakteristiknya, gulma dibedakan menjadi berikut.
Rumput
Gulma style rumput punyai ciri berdaun sempit seperti teki namun
menghasilkan stolon. Stolon di dalam tanah punyai wujud jaringan rumit
yang susah diatasi secara mekanik. Kebanyakan golongan gulma
rerumputan berasal berasal dari famili gramineae (poaceae). Contoh gulma
rerumputan adalah Panicium repens, Eleusine indica, Axonopus
compressus.Gulma rerumputan punyai ukuran yang bervariasi. Mulai
berasal dari tegak, menjalar, hidup semusim, atau tahunan. Batang
rerumputan ini disebut bersama dengan culms, terbagi menjadi ruas
bersama dengan buku-buku yang terdapat antara ruas. Batang tumbuh
bergantian terhadap dua buku terhadap tiap-tiap antara ruas daun terdiri
berasal dari dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun.
Teki
Gulma yang satu ini mempunyai kekuatan tahan luar biasa terhadap
pengendalian mekanisme, gara-gara mempunyai umbu batang di dalam
tanah yang dapat bertahan selama berbulan-bulan. Contohnya adalah teki
ladang (Cyperus rotundus). Kebanyak golongan teki-tekian berasal berasal
dari famili Cyperaceae. Dilihat berasal dari penampakannya, style gulma
yang satu ini punyai wujud hampir mirip seperti golongan rerumputan.
Perbedaannya terdapat terhadap wujud batangnya. Golongan teki-tekian
punyai batang berupa segitiga. Selain itu golongan teki-tekian tidak
mempunyai umbi atau akar ramping di dalam tanah. Contoh golongan teki-
tekian adalah Cyprus rotundus, Cyprus compresus.
Gulma daun lebar
Kelompok gulma daun lebar antara lain adalah ordo Dicotyledoneae.
Umumnya gulam daun lebar tumbuh terhadap akhir masa budi daya.
Kompetisi terhadap tanaman utama berupa persaingan cahaya.Golongan
gulma yang satu ini antara lain adalah Mikania spp, Ageratum conyzoides,
Euparotum odorotum.
4. Berdasarkan habitat tumbuhnya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma
darat dan gulma air.
Gulma Darat
Gulma darat adalah gulma yang hidup di darat. Gulma darat merupakan
gulma yang dapat hidup setahun, dua tahun, dan tahunan (tidak terbatas).
Penyebaranya dapat melalui biji atau bersama dengan langkah vegetatif.
Contoh gulma darat antara lain adalah Agerathum conyzoides, Digitaria
spp, Imperata cylindrical, Amaranthus spinosus.
Gulma Air
Gulma air adalah gulma yang hidupnya di air. Gulma air dibedakan menjadi
3 jenis, yaitu gulma air yang hidupnya terapung dipermukaan air
(Eichhorina crassipes, Silvinia spp), gulma air yang tenggelam di dalam air
(Ceratophylium demersum), dan gulma air yang timbul ke permukaan
tumbuh berasal dari basic (Nymphae sp, Sagitaria spp).
5. Berikut merupakan langkah yang dapat digunakan untuk mengendalikan
gulma.
Pengendalian Gulma Secara Preventif
Berikut ini merupakan langkah pengendalian gulma secara preventif.
a. Membersihkan bibit-bibit pertanaman berasal dari kontaminasi biji-
biji gulma.
b. Mencegah pemanfaatan pupuk kandang yang belum matang.
c. Mencegah pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput
makanan ternak.
d. Memberantas gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran
pengairan.
e. Membersihkan ternak yang bakal diangkut.
f. Mencegah pengangkutan tanaman selanjutnya tanahnya dan lain
sebagainya.
Pengendalian Gulma Secara Fisik
Berikut ini merupakan pengendalian gulma secara fisik.
 Pengolahan tanah

Pengolahan tanah ini bermanfaat untuk memberantas gulma seperti


menggunanakan aalat cangkul, bajak, traktor, garu. Alat-alat ini efektif
terkecuali tergantung beberapa aspek seperti siklus hidup berasal dari
gulma, penyebaran akar, umur, dan ukuran infestasi.
 Pembabatan (Pemangkasan, Mowing)

Umumnya pembabatan (pemangkasan/mowing) cuma efektif guna


mematikan gulma setahun dan relatif kurang efektif untuk gulma tahunan.
Cara ini efektif jikalau tergantung terhadap pas pemangkasan, interval
(ulangan). Sebaiknya, pembabatan dijalankan terhadap pas gulma
menjelang berbunga atau terhadap pas daunnya tengah tumbuh bersama
dengan hebat.
 Penggenangan

Pemberantan gulma bersama dengan langkah ini dapat dijalankan bersama


dengan menggenangi sedalam 15 – 25 cm selama 3 – 8 minggu. mesti
memadai terendam supaya perkembangan gulma tertekan.
 Pembakaran
Suhu kronis yang sebabkan kematian terhadap biasanya sel adalah 45 – 550
C. Penyebab kematian berasal dari sel-sel yang hidup terhadap suhu di atas
adalah oleh koagulasi terhadap protoplasmianya. Pembakaran dapat
mematikan insekta dan hama lain serta penyakit seperti cendawan. Bakteri
kekurangan berasal dari proses ini dapat mengurangi takaran humus atau
mikroorganisme tanah serta dapat makin besar erosi.
 Mulsa (Mulching, Penutup Seresah)

Mulsa digunakan untuk menahan cahaya matahari masuk sampai gulma.


Gulma tidak jalankan fotosintesis gara-gara tidak terdapatnya cahaya
matahari yang masuk. Gulma selanjutnya pada akhirnya mati dan tumbuh
tumbuhan baru (perkecambahan) dapat dicegah. Bahan-bahan yang dapat
digunakan untuk mulsa adalah jerami, pupuk hijau, sekam, serbuk gergaji,
kertas dan plastik.
 Pengendalian Gulma Secara Biologis

Secara biologis (hayati) pengendalian gulma dapat dijalankan gunakan


organisme lain, bersama dengan gunakan organisme lain, seperti insekta,
fungi, bakteri, dan sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif bersama
dengan insekta atau fungi dapat erpotensi mengendalikan gulma secara
biologis.
 Pengendalian Gulma Secara Kimiawi

Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma bersama


dengan gunakan herbisida. Herbisida adalah senyawa kimia yang dapat
digunakan untuk mematikan atau menekan perkembangan gulma, baik
secara selektif maupun non selektif.
 Herbisida yang dipilih dapat berupa kontak maupun sistemik.
Penggunaan herbisida dapat digunakan terhadap pas pratanam, pratumbuh
atau pasca tumbuh. Penggunaan herbisida digunakan jikalau cara-cara
pengendalian gulma yang lainnya tidak berhasil.
 Pengendalian gulma secara kimiawi dapat memberi tambahan
keuntungan seperti cepat dan efektif, lebih-lebih untuk areal yang luas.
Dampak negatif pemanfaatan herbisida adalah keracunan tanaman,
mempunyai efek residu terhadap pencemaran lingkungan.

6. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau


komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat
tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan,
stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi
diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks
nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis
vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983).
7. Manfaat Analisis Vegetasi
Manfaat analisa vegetasi adalah sebagai berikut (Prawoto, dkk, 2008) :
1. Dapat mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan jenis yang
dominan. Biasanya hal ini dilakukan untuk keperluan perencanaan,
misalnya untuk memilih herbisida yang sesuai.
2. Dapat mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi.
Hal ini penting misalnya untuk membandingkan apakah terjadi perubahan
komposisi vegetasi gulma sebelum dan setelah dilakukan pengendalian
dengan cara tertentu.
3. Dapat mengetahui gulma - gulma yang memiliki kemampuan tinggi
dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup.
8. Gulma dan pertanaman mengadakan persaingan memperebutkan hara, air
dan cahaya, sehingga TCV = CVN + CVW + CVL. Besar kecilnya
persaingan gulma terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik
buruknya pertumbuhan tanaman pokok dan pada gilirannya akan
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Tinggi
rendahnya hasil tanaman pokok, jika dilihat dari segi gulmanya sangat
ditentukan oleh kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma,
kecepatan tumbuh gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma, jalur
fotosintesis gulma (C3 atau C4), dan ada tidaknya allelopati.
Gulma dan pertanaman adalah sama-sama tumbuhan yang mempunyai
kebutuhan serupa untuk pertumbuhan normalnya. Perbedaan sifat dan
habitus tumbuhan merupakan penyebab terjadinya kompetisi intra spesifik
dan kompetisi inter spesifik.
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu di mana
tanaman sangat peka atau sensitif terhadap persaingan gulma, sehingga
pada periode tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan jika tidak maka
hasil tanaman akan menurun. Pada umumnya periode kritis terjadi pada saat
25 – 33 % pertama pada siklus hidupnya atau pada saat ¼ – 1/3 pertama dari
umur pertanaman. Dengan diketahui periode kritis suatu tanaman maka saat
penyiangan yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan gulma dilakukan pada
saat periode kritis
DAFTAR PUSTAKA

(Ed.). Prosiding Seminar Nasional Membangun Sistem Produksi


Tanaman
Anwar, P., Abdul S. J., Adam P., Ahmad S., Azmi M. and Abdul H. 2011.Seeding
method and rate influence on weed suppression in aerobic rice. African
Journal of Biotechnology Vol. 10(68), pp. 15259-15271
Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius. Jakarta.
Byako. 2015. Pengertian Peranan Dan Manfaat Gulma Dalam
Pertanian. (https://www.scribd.com/doc/178592214/Pengertian-
Peranan-Dan-Manfaat-Gulma-Dalam-Pertanian). Diakses pada tanggal 30
Oktober 2015.
Dasar Ekologi Gulma. (n.d.). Retrieved Desember 20, 2018, from
https://drive.google.com:
https://drive.google.com/file/d/1ePwta1ardNdN9JtVdsJIFdGoCQ6Ddc8F/
view .Grasindo Persada. Jakarta.
http://apriseran.blogspot.com/2012/04/gulma.html
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-
content/uploads/2016/03/dele_12.budhi_.pdf
http://biosbetter.blogspot.com/2015/12/alelopati.html
http://blogmulkan.blogspot.com/2013/12/cyperus-kyllinga.html
http://carabrink.blogspot.com/2015/04/cara-budidaya-tanaman-kedelai.html
http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=193
http://cheater-kostrad.blogspot.com/2014/04/laporan-opt-3.html
http://eone87.wordpress.com/2008/11/13/gulma-tanaman/
http://husnulhotimah96.blogspot.com/2016/10/laporan-budidaya-tanaman-
kedelai.html
http://imamfauzirohman.blogspot.com/2012/01/metode-analisis-vegetasi.html

http://irmairmaagro01.blogspot.com/2014/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://kyoyusenta.blogspot.com/2014/08/dormansi-biji-gulma.html
http://laporanherbarium.blogspot.com/
http://laporanherbarium.blogspot.com/2013/04/laporan-herbarium.html
http://nurjaya-malik.blogspot.com/2013/06/makalah-gulma-quw.html
http://pengelolaangulma.blogspot.com/2016/09/gulma.html
http://rizkiero10.blogspot.com/2012/04/makalah-gulma.html
http://scienceofagricultur.blogspot.com/2014/03/gulma-mikania-mikania-
micrantha.html
http://shinju2306.blogspot.com/2013/08/laporan-praktikum-ilmu-teknik.html

http://taraduliandaovie.blogspot.com/2013/05/reproduksi-generatif-dan-
vegetatif.html
http://www.abimuda.com/2015/04/cara-membuat-awetan-kering-berupa-
herbarium-dan-insektarium.html
http://www.academia.edu/4637149/Dasar-dasar-mata-kuliah-gulma
http://www.academia.edu/9688462/Dormansi_Biji_Gulma
http://www.berbagimanfaat.gq/2012/11/laporan-praktikum-ekologi-
tumbuhan.html
https://agrotechnologymodern.blogspot.com/2018/04/analisis-vegetasi-gulma-
praktikum-ilmu.html
https://dosenbiologi.com/ekosistem/contoh-simbiosis-alelopati
https://en.wikipedia.org/wiki/Cynodon_dactylon
https://en.wikipedia.org/wiki/Digitaria_sanguinalis
https://evinlistariniblog.wordpress.com/2013/06/11/biologi-gulmab-dormansi-
biji-gulmalaporan-praktikum-ilmu-dan-teknik/
https://farming.id/pemanfaatan-senyawa-alelopati-pada-tanaman-sebagai-
herbisida/
https://id.wikipedia.org/wiki/Alelopati
https://id.wikipedia.org/wiki/Dormansi

https://id.wikipedia.org/wiki/Herbarium
https://id.wikipedia.org/wiki/Kumbuh
https://id.wikipedia.org/wiki/Putri_malu
https://id.wikipedia.org/wiki/Teki_ladang
https://materipengetahuanumum.blogspot.com/2017/04/klasifikasi-dan-
morfologi-bandotan.html
https://medium.com/@nikmah.ceusaria99/jenis-dan-cara-pengendalian-gulma-
619051bc9298
https://mitalom.com/pengelompokan-gulma-mengenal-jenis-jenis-gulma-dan-
nama-latinnya/
https://mitalom.com/pengelompokan-gulma-mengenal-jenis-jenis-gulma-dan-
nama-latinnya/
https://rivandipputra.wordpress.com/2013/05/07/gulma-semusim/
https://rubi77botani.wordpress.com/2017/10/31/deskripsi-dan-klasifikasi-
tanaman-bayam-duri/
https://www.academia.edu/19751881/LAPORAN_PRAKTIK_BUDIDAYA_T
ANAMAN_KEDELAI
https://www.atobasahona.com/2016/12/cara-perkembangbiakan-gulma-
beserta.html
https://www.atobasahona.com/2016/12/cara-perkembangbiakan-gulma-
beserta.html
https://www.britannica.com/science/herbarium-botany
https://www.dosenpengertian.com/pengertian-gulma/

https://www.sampulpertanian.com/2016/12/mengenal-gulma-rumput-belulang-
eleusine.html
https://www.scribd.com/doc/143546605/DORMANSI-BIJI-GULMA-SATU-
docx

https://www.scribd.com/document/334169780/Makalah-Budidaya-Tanaman-
Pangan-Budidaya-Tanaman-Kedelai
https://www.scribd.com/document/376944394/PERKEMBANGBIAKAN-
GULMA
Jatmiko, S.Y., Harsanti S., Sarwoto dan A.N. Ardiwinata. 2002. Apakah
herbisida
Mas’ud, hidayati. 2009. Komposisi dan efisiensi pengendalian gulma pada
pertanaman kedelai dengan penggunaan bokashi . Jurnal Agroland 16 (2) :
118 – 123.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Moenandir, j. 1993. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Fakultas
Pertanian
Pangan Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Persebaran Gulma. (2013, Juli 13). Retrieved Desember 20, 2018, from
https://prayudimarta.wordpress.com:
https://prayudimarta.wordpress.com/2013/07/13/rangkuman-mata-kuliah-
gulma-persebaran-gulma/

Ramadani S.2012.Macam – Macam


Gulma.(http://blog.ub.ac.id/danik/2012/05/18/macam-macam-
gulma/).diakses pada tanggal 22/12/2018
Sebayang, H. T., 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Unit
Sebayang, H. T., 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi.
UnitPenerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang
Sukman, Y dan Yakup. 1995. Alelopati Teknik Pengendaliannya. PT Raja
Syakir, Muhammad et al. 2008. Pemanfaatan limbah sagu sebagai pengendalian
gulma pada lada perdu. Jurnal Littri Vol. 14 No. 3 : 107 – 112.
Tanaman Pangan. Bogor. (3):337-348.
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo., 1984. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. PT Gramedia, Jakarta.
Universitas Brawijaya. Jakarta
LAMPIRAN

A. Penanaman Benih Kedelai

1. Data Kelompok
Berikut ini merupaka data hasil pengamatan yang dilakukan mulai tanaman
berumur 14 HST – 63 HST.
3.1.1 Pengamatan Pertama Umur 14 HST (10 Oktober 2018)

Tanaman Tinggi Jumlah Daun


1 13 cm 4
2 10,5 cm 5
3 11,5 cm 5
4 14,5 cm 6
5 14 cm 5
6 11,5 cm 7
7 12 cm 5
8 13 cm 5
9 12,5 cm 6
10 12,7 cm 5
11 12 cm 3
12 11,5 cm 5
13 10 cm 2
14 9,5 cm 2
15 13,5 cm 5

2. Pengamatan Kedua Umur 21 HST (17 Oktober 2018)

Tanaman Tinggi Jumlah Daun


1 17 cm 5
2 13,5 cm 3
3 20 cm 5
4 12,5 cm 5
5 14,5 cm 7
6 16,5 cm 6
7 17,5 cm 5
8 16,5 cm 5
9 14,5 cm 3
10 14,5 cm 6

11 14 cm 5
12 15 cm 5
13 11 cm 5
14 16 cm 3
15 15 m 3

3. Pengamatan Ketiga Umur 28 HST (24 Oktober 2018)

Tanaman Tinggi Jumlah Daun


1 17 cm 5
2 16 cm 4
3 24 cm 5
4 14,5 cm 2
5 27 cm 6
6 18 cm 4
7 19 cm 4
8 18,5 cm 4
9 22 cm 6
10 20,5 cm 8
11 22,5 cm 6
12 19 cm 5
13 14,5 cm 5
14 17 cm 4
15 16,5 cm 4

4. Pengamatan Keempat Umur 35 HST (31 Oktober 2018)

Tanaman Tinggi Jumlah Daun


1 20 cm 6
2 17 cm 4
3 28 cm 7
4 16 cm 4
5 28 cm 7
6 21 cm 5
7 19 cm 4
8 20 cm 5
9 23 cm 8
10 23 cm 10

11 24 cm 7
12 20 cm 5
13 16 cm 8
14 19 cm 6
15 19 M 5

5. Pengamatan Kelima Umur 42 HST (07 November 2018)

Tanaman Tinggi Jumlah Daun


1 20 cm 8
2 20 cm 6
3 28 cm 7
4 18 cm 5
5 29 cm 7
6 23 cm 5
7 21 cm 5
8 23 cm 6
9 24 cm 8
10 23 cm 10
11 25 cm 7
12 20 cm 5
13 16 cm 9
14 20 cm 6
15 20 m 5

6. Pengamatan Keenam Umur 49 HST (14 November 2018)

Tanaman Tinggi Jumlah Daun


1 22 cm 9
2 20 cm 7
3 28 cm 7
4 20 cm 6
5 29 cm 7
6 25 cm 6
7 23 cm 6
8 25 cm 6
9 24 cm 8
10 23 cm 10

11 25 cm 7
12 22 cm 6
13 20 cm 9
14 23 cm 7
15 21 M 5

7. Pengamatan Ketujuh Umur 56 HST (21 November 2018)

Tanaman Tinggi Jumlah Daun


1 24 cm 9
2 21 cm 7
3 28 cm 8
4 22 cm 7
5 29 cm 8
6 25 cm 7
7 25 cm 7
8 26 cm 8
9 24 cm 8
10 23 cm 10
11 25 cm 8
12 23 cm 7
13 22 cm 10
14 24 cm 8
15 22 m 7

8. Pengamatan Kelima Umur 63 HST (26 November 2018)

Tanaman Tinggi Jumlah Daun


1 24 cm 9
2 23 cm 8
3 28 cm 8
4 23 cm 7
5 29 cm 8
6 25 cm 7
7 25 cm 7
8 26 cm 8
9 24 cm 8
10 23 cm 10

11 25 cm 8
12 23 cm 7
13 23 cm 10
14 25 cm 8
15 24 cm 8

a. Data Golongan
Berikut ini merupakan data hasil rerataan dari setiap kelompok pengamatan
pada praktikum ini.
i. Pengamatan Tinggi Tanaman (Cm)

Minggu Ke-
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8
Kontrol 14,7 11,8 9 9,2 7,9 6,6 - -
1 Minggu Sekali 12 12,5 15,9 15,3 16,6 12,6 14,2 14,5
2 Miggu Sekali 12,2 15,5 16,4 17,1 20,7 27,2 23,3 20,8
Dipangkas 1 Minggu 11,9 19,2 14,6 14,9 16,5 15,2 14,5 14,5
Dipangkas 2 Minggu 15,7 15,2 15,5 26,2 21 26,2 25,9 22,1
Terus Menerus 12,1 13,3 19 20,8 22 23,7 24,2 24,6
ii. Pengamatan Jumlah Daun Tanaman

Minggu Ke-
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8
Kontrol 3 2 2 2 2 2 - -
1 Minggu Sekali 5 4 4 5 5 5 7 6
2 Miggu Sekali 3 3 4 5 7 8 10 9
Dipangkas 1 Minggu 4 5 7 5 5 8 7 6
Dipangkas 2 Minggu 6 4 4 7 5 7 8 6
Terus Menerus 5 5 5 6 7 7 8 9

iii. Pengamatan Jenis Gulma

Perlakuan Jenis Gulma

Kontrol Teki, Krokot, Kangkung, Bayam Duri, Rumput Belulang


1 Minggu Sekali Kangkung, Krokot, Ciplukan, Bayam Duri, Meniran, Teki
Kangkung, Krokot, Bayam Duri, Teki, Sola, Rumput
2 Miggu Sekali Belulang
Dipangkas 1
Minggu Krokot, Daun Lebar,Teki, Kangkung, Rumput
Dipangkas 2
Minggu Krokot, Bayam Duri, Teki, Rumput Belulang
Terus Menerus Rumput Belulang, Teki, Krokot
B. Organ Perkembangbiakan Gulma

BAK 1 (1 ml) BAK 2 (2 ml) BAK 3 (kontrol)


TANGGAL
UMBI STOLON RIZOME UMBI STOLON RIZOME UMBI STOLON RIZOME
19/09/2018
20/09/2018 1
21/09/2018 2 1
22/09/2018 2 2
23/09/2018 1 3 4 1
24/09/2018 1 3 4 2
25/09/2018 2 4 4 3
26/09/2018 2 4 4 3
27/09/2018 2 4 5 3
28/09/2018 2 5 5 3
29/09/2018 2 1 5 5 3
30/09/2018 2 1 5 5 3
01/10/2018 2 1 5 5 3
02/10/2018 2 1 5 5 3
03/10/2018 2 1 5 5 3

2 1
 BAK 1 UMBI 𝑥 100% = 40% BAK 1 STOLON 5 𝑥 100% = 20%
5
5
 BAK 2 UMBI 𝑥 100% = 100%
5
5 3
 BAK 3 UMBI 𝑥 100% = 100% BAK 3 STOLON 5 𝑥 100% = 60%
5

3.2 Pembahasan
Dari data diatas dapat diperoleh bahwa alat perkembangbiakan gulma umbi,stolon,dan
rizome % perkecambahan dan kematian berbeda-beda. Dengan menggunakan pengaplikasian
herbisida dengan knsentrasi yang berbeda yaitu 1 ml/liter dan 2 ml/liter maupun pengaplikasian
dengan hanya air biasa sangat terlibat jelas perbedaan perecambahan dan kematiannya.
Dari ketiga bak atau pengaplikasian tersebut yang cepat pertumbuhannya yaitu bak 3
(kontrol) yang menggunak naplikasi air biasa. Perkecambahannya umbi terbilang tercepat dari
stolon dan rizome dari ketiga bak tersebut.
Persentase perkecambahan alat perkembangbiakan bak 1 (1 ml/liter herbisida) yaitu
40% jadi persentase kematian alat perkembangbiakannya 60%, mulai berkecambah dihari ke 5
jumlah yang ditanam dibagi 100% . sedangkan stolon mulai berkecambah dihari ke 11, hanya
satu yang berkecambah dibagi 5 jumlah yang ditanam dikali 100%, jadi persentase
perkecambahan alat perkembangbiakannya adalah 20% dan persentase kematian alat
perkembangbiakannya 80%, rizome persentase kematiannya alat perkembangbiakannya 100%,
jadi persentase perkecambahan alat perkembangbiaknnya tidak ada.
Bak 2 (2 ml/liter hebisida) umbi berkecambah dihari ke 3 dengan data akhir 5 umbi
atau berkecambah semua jadi pesentase perckecambahan alat perkembangbiakannya 100% dan
persentase kematiannya alat perkembangbiaknya tidak ada, Untuk stolon dan rixome
persentase perkecambahannya 100% jadi persentase kmatiannya tidak ada.
Bak 3 (kontrol/air biasa) umbi sudah mulai berkecambah dihari ke 2 yaitu 1 dan data
terakhir 5, jadi persentase perkecambahanya 100% dan persentase kematianya tidak ada ,
stolon mulai berkecambah dihari ke 5, data akhirnya 3 dibagi 5 jumlah yang ditanam dikali
100%, persentase perkecambahnya jadi 60%, dan persentase kematianya 40%, sedangakan
rizome tidak ada yang berkecambah jadi persentase kematianya 100% dan pesentase
perkecambahannya tidak ada.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpilkan bahawa perkecambahan umbi sangat cepat
dibandingkan dengan stolon dan rizome, pengaplikasian mengunakan herbisida 1
ml/liter, 2 ml/liter dan kontrol. Alat perkembangbiakan rizome diketiga perlakuan
tersebut tidak ada yang hidup.

4.2 Saran
Dalam praktikum kali ini sebakinya penyiraman tidak boleh telat, agar kondisi
tanah tetap terjaga yaitu dalam keadaan lembab.
C. Identifikasi Morfologi Gulma

1. Golongan Gulma Rumput


a. Alang – Alang ( Imperata silindrica )

Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrica
Morfologi :
Alang-alang memiliki akar serabut, batang berbentuk pipih, daun menyirip, bunga
malai dengan bulir bunga tersusun rapat dengan alat perkembangbiakan rimpang
dan biji, habitatnya di persawahan.
b. Lulampuyangan ( Panicum respens L )
Taksonomi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Panicum
Spesies : Panicum repens L.
Morfologi :
Rumput tahunan dengan akar rimpang sepanjang 12-40 cm, menjalar di bawah permukaan tanah,
tebal rimpang hingga 20 mm, putih, berdaging. Daun berukuran 4-30 cm x 3-9 mm berbentuk
garis dengan kaki lebar dan ujung runcing. Bunga majemuk berupa malai agak jarang sepanjang
8-22 cm. Senang tumbuh di tempat yang lembab dan tidak menyukai kekeringan. Menghasilkan
daun yang sedikit, kebanyakan tumbuh sebagai gulma yang mengganggu tanaman pertanian.
Nilai gizi yang dikandung memuaskan dan herbivora gemar memakannya serta rimpang di
beberapa tempat.
Habitat : Tersebar di Nusantara, di Jawa, tumbuh sampai ketinggian sekitar 2.000 m dpl.
c. Rumput Belulang ( Eleusine indica )
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Eleusine
Spesies : Eleusine indica
Morfologi :
Gulma rumput belulang memiliki akar serabut, batang pipih dan berwarna hijau, daun ujungnya
meruncing, bunga tegak dan ada yang cenderung kesamping, alat perkembangbiakan biji
dengan habitat di persawahan.
2. Golongan Teki-Tekian
a. Teki Udel-Udelan ( Ciperus killinga )
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus killinga
Morfologi :
Memiliki akar rimpang, pendek dengan ruas teratur dan percabangannya serabut. Batang
berbentuk segitiga tajam dan tinggi. Tepi daun bergigit dengan pangkal daun agak lancip.
Ujung daun agak runcing. Bunga berbentuk bulat putih. Berkembangbiak dengan alat biji atau
umbi dengan habitat di daerah limbah atau tempat berumput.
b. Teki Ijem ( Cyperus cyperoides )
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus cyperoides
Morfologi :
Teki ijem memiliki akar rimpang. Daun berjejal 4-5 helai. Batang berbentuk segitiga tumpul.
Bunga 10-40 sekam dengan panggung hijau dan sisi cokelat. Panjang < 33 cm alat
perkembangbiakan berupa biji dengan habitat di tempat terbuka dengan sedikit paparan sinar
matahari.
c. Teki Papayungan ( Cyperus halpan )
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus halpan
Morfologi :
Gulma ini memiliki akar serabut. Batang segitiga tak berongga. Daun tersusun tiga deretan dan
tidak ada ibu tangkai. Bunga berada didalam bulir. Alat perkembangbiakan biji dengan habitat
persawahan.
3. Golongan Gulma Daun Lebar
a. Pegagan ( Centella asiatica L )
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Centell
Spesies : Centella asiatica L
Morfologi :
Berakar rimpang pendek. Lubang stolon melata. Daun berbentuk ginjal dan tepi bergigit.
Bunga berbentuk bulat telur dengan tajuk berwarna merah. Habitat di ladang.
b. Semanggi gunung ( Oxalis corniculata )
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Pterydophyta
Kelas : Pterydopsida
Ordo : Salvinales
Famili : Marsileaceae
Genus : Oxalis
Spesies : Oxalis corniculata
Morfologi :
Memiliki akar rimpang. Batang merambat berbulu halus. Daun majemuk bertangkai. Bunga
berbentuk bulat telur. Alat perkembangbiakan biji. Habitat di sawah
c. Bondotan ( Ageratum conyzoides )
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : magnoliopsida
Ordo : Astreales
Famili : Astreaceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides
Morfologi :
Memiliki akar rimpang. Batang bulat berambut dan berwarna hijau. Daun bertangkai dan saling
berhadapan satu sama lain. Bunga keci berwarna putih keunguan. Alat perkembangbiakan biji
dengan habitat di sawah.
D. Herbarium
E. Penentuan Luas Plot Dan Perhitngan Kerapatan,Frekuensi,Dan Dominasi Gulma

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Luas dari daerahdimana contoh vegetasi akan diambil datanya sangat bervariasi untuk
setiap bentuk vegetasi. Suatu syarat untuk daerah pengambilan contoh haruslah resprensif
bagi seluruh vegetasi yang hendak dianalisa. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat
umum suatu vegetasi ,yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh
populasi. Jadi peran individu suatu jenis tumbuhan disini memegang peranan yang sangat
penting. Sifat komunitas dapat ditentukan oleh keadaan individu-individu akan populasi dari
seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Dengan demikian suatu daearah
vegetasi umumnya akan terdapat suatu luasan tertuntu dimana daerah tadi sudah
memperlihatkan kekhususan dari suatu vegetasi secara keseluruhan. Luas ini biasanya
disebut luas minimum.
Berdasarkan hipotesis maka kami melakukan percobaan untuk memahami dan
mengetahui cara menentukan luas minimum. Pada percobaan ini kami akan menggunakan
metode plot bersarang dalam menetukan luas minimum, vegetasi pada suatu daerah.

1.2. Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu memahami,melakukan tahapan dalam menetukan luas
plot minimum vegetasi gulma serta data yang diperoleh.
BAB 2 METODELOGI
2.1. Waktu dan tempat
Pratikum ilmu gulma dilaksanakan pada pukul 13.00-15.00 WIB. Bertempat di
laboratorium perlintan dan lahan politeknik negeri jember.

2.2. Alat dan Bahan


2.2.1.Alat 2.2.2. Bahan
 Buku identifikasi gulma - lahan polije
 HP
 Tali rafia
 Plot

2.3. Prosedur Kerja


 Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat pratikum dilaksanakan.
 Memilih lahan yang akan digunakan sebagai sampel vegetasi gulma.
 Menempatkan alat plot pada lahan yang sudah ditentukan dan buat daerah plot 1-5
daerah untuk mengamati vegetasi gulma
 Mengamati gulma yang ada didaerah plot 1-5
 Memilah dan memilih gulma yang berbeda-bada
 Mengamati daerah plot vegetasi gulma dan hitung vegetasi gulma yang ada didaerah
masing-masing plot.
 Mencatat masing-masing vegetasi masing-masing nama gulma tersebut menurut
daerahnya.
 Menghitung jumlah masing-masing jenis/spesies gulma yang terdapat pada area plot.
 Mencatat data yang sudah ada untuk proses pembuatan laporan.

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
NO Nama spesies Plot
1 2 3 4 5
1 Putri malu X
2 Teki X
3 Rumput daun merah X
4 Bandotan X
5 Rumput X
6 Ageratum X
7 Semanggi gunung X
8 Rumput jawan ( gulma B) X
9 Kangkung X
3.1.1 Grafik gulma
Populasi gulma
5

2 Populasi gulma

0
plot 1 plot 2 plot 3 plot 4 plot 5

No Nama spesies Plot ∑ KM %KN FM FN DM DN


1 2 3 4 %
%
A Daun lebar

Putri malu 4 4 16 26 6,5 2.35 6.75 3.75 8.67 24.


54
Bandotan 4 4 1 4.25 0.25 12.5 4 11.
32
Semanggi gunung 26 21 15 62 15.5 65.95 0.75 37.5 20.6 58.
6 47
Kangkung 2 2 0.5 2.12 0.25 12.5 2
B Daun sempit 5.6
6
R.daun merah 19 7 8 34 78 19.5 100 1 100 19.5
C Teki-tekian 100
Rumput teki 3 9 6 6 24 6 100 1 100 6 100

A. Daun lebar

1. Putri malu
26 6,5
KM = = 6.5 % KN = 23,5 x 100% = 2.35
4

3 0,75
FM = 4 = 0.75 % FN = x 100% = 37.5
2

26 8,67
DM = = 8,67 % DN = 35.33 𝑥 100% = 24.54
3

2. Bandotan
4 1
KM = 4 = 1 % KN = 23.5 𝑥100% = 4.25%

1 0,25
FM = 4 = 0,25 % FN = 𝑥100% = 12.5
2
4 4
DM = 1 = 4 % DN = 35,33 𝑋100% = 11.32

3. Semanggi gunung
62 15.5
KM = 4 = 15.5 % KN =23.5 𝑋100% = 65.95%

3 0.75
FM =4 = 0.75 % FN = 𝑋100% = 37,5
2

62 20,66
DM = = 20,66 % DN =35.33 𝑋100% = 58.47
3

4. Kangkung
2 0.5
KM = 4 = 0.5 % KN =23.2 𝑋 100% = 2.12%

1 0.25
FM =4 = 𝑂. 25 % FN = 2
𝑋 100% = 12.5

2 2
DM = 1 = 2 % DN =35.33 𝑋 100% = 5.66

B. Daun sempit

1.rumput daun merah


78 19.5
KM = = 19.5 % KN = 𝑋 100% = 100%
4 19.5

4 1
FM = 4 = 1 % FN = 1 𝑥 100% = 100%

78 19.5
DM = = 19.5 % DN = 19.5 𝑥 100% = 100%
4

C. Teki-tekian

1. Rumput teki
24 6
KM = =6 % KN = 𝑥 100% = 100%
4 6

4 1
FM = 4 = 1 % FN 1 𝑥 100% = 100%

24 6
DM = =6 % DM = 6 𝑋 100% = 100
4

3.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas dalam sub bab hasil yang dapat diketahui bahwa terdapat
berbagai vegetasi gulma yang tumbuh, dimulai dari jenis gulma berdaun lebar, gulma berdaun
sempit atau teki-tekian. Pada pratikum kali ini melakukan pengamatan pada 5 plot yang dijadikan
sebagai sampel. Plot pertama berukuran 0.5cm x 0.5cm, plot kedua berukuran 0.5cm x 1m, plot
ketiga berukuran 1m x 1m, plot keempat berukuran 2 x1 m, plot kelima berukuran 2 x 2m. Dalam
mengukur luasan plot menggunakan alat yang bernaman plotsize dengan ukuran 0.5 x0.5 meter.
Pada lahan sampel ditemuakan banyak gulma yang tumbuh, gulma tersebut lebih banyak
didominasi oleh jenis gulma berdaun lebar misalkan putri malu,dan semanggi gunung.
Setelah mengetahui berbagai jenis vegetasi gulma yang tumbuh pada suatu lahan yang
dijadikan sampel maka perlu diadakan dan dilakukan perhitungan mengenai
kerapatan,frekuensi,dan dominasi gulma pada suatu lahan tersebut. Dalam proses perhitungan
dilakukan dengan contoh emapt titik degan luas masing-masing adalah 0.5 x 0.5 m. Perhitunag
mengenai kerapatan,frekuensi,dan dominasi gulma dapat berfungsi sebagai data acuan gulma
apakah yang paling banyak tumbuh pada area lahan tersebut. Setelah mengetahui vegetasi gulma
yang tumbuh dan jumlah populasi yang ada nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam
proses pengendaliannya. Berapa banyak jumlah dosis yang digunakan dan jenis pestisida apa
yang akan dipakai untuk mengendalikan gulma-gulma yang tumbuh pada lahan tersebut.
Dapat diketahui bahwasanya gulma yang paling dominasi dilahan tersebut yaitu gulma
berdaun lebar seperti putri malu, rumput teki dan gulma jenis rumput-rumputan lainya ,dimana
keberadaan mereka sangat mendominasi sehingga keberadaanya mampu menyaingi gulma-
gulma yang ada disekitar mereka.apalagi gulma semanggi gunung ,karna morfologi tumbuhnya
dapat dikatakan kecil menyebabkan gulma ini seakan-akan terlihat sedikit keberadaanya. Akan
tetapi pada kenyataanya jumlah vegetasi dan populasi semanggi gunung sangat banyak,semanggi
gunung tumbuh dengan cara menjalar yang menyebabkan tubuhnya dekat dengan tanah dan
tertutup oleh gulma lain yang memiliki morfologi tumbuh yang lebih tinggi.
BAB 4 PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari data yang telah diamati bahwa dapat disimpulkan gulma yang paling banyak
dan mudah tumbuh pada area tersebut adalah gulma berdaun lebar yaitu putri
malu,rumput teki, dan gulam berjenis rumput-
rumputan,dimana.keberadaanya.mereka.sangat mendominasi keberadaanya .
oleh sebab itu maka perlu dilakukan penyemprotan terhadap gulma tersebut.
Adapun penyemprot herbisida bisa menggunkan herbisida sistemik dan non
sistemik atau kontak.
F. DORMANSI BIJI GULMA

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan manusia, sehingga manusia
beruaha untuk mengendalikannya. Gulma secara langsung maupun tidak langsung
merugikan tanaman budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan
dengan melihat keadaan morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhanya.
Gulma mampu berkembangbiak secara generatif maupun vegetatif.
Perkembangbiakan gulma secara generatif dapat melalui biji, dimana biji-biji
gulma dapat tersebar jauh karena ukurannya kecil sehingga dapat terbawa angin,
air, hewan ataupun bulu-bulu (rambut halus) yang menempel pada biji.
Gulma memiliki 3 kriteria utama yakni: kompetitif, persisten, dan merugikan.
Yang menyebabkan guma memiliki keriteria diatas salah satunya adalah memiliki
dormansi yang tinggi. Dormansi merupakan masa istirahat dari organ tumbuhan
dikarenakan keadaan organ atau lingkungan tidak mendukung untuk pertumbuhan
atau keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhannya.
Dormansi pada benih gulma, tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari
dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa
dormansinya, atau sebelum dikenakansuatu perlakuan khusus terhadap benih
tersebut (soetopo, 2002).
Dormansi dapat menjadikan biji- biji gulma tahan bertahun-tahun dalam
tanah dan hanya akan berkecambah dan tumbuh bila keadaan lingkungannya
menguntungkan.Biji-biji gulma yang berada dalam tanah tersebut mempunyai
tingkat dormansi yang berbeda-beda, sehingga perkecambahan dari suatu populasi
biji gulma tidak terjadi secara serentak.Keadaan ini mengakibatkan biji-biji gulma
dalam tanah akan tetap menjadi masalah selama biji-biji tersebut masih ada.
Berdasarkan karakter dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya, beberapa
pakar biologi membedakan dormansi menjadi 3 macam yaitu: bawaan (innate),
rangsangan dan paksaan (enforced). Oleh karena itu, pada praktikum dormansibiji
gulma, praktikan akan mengamati jenis dormansi primer dan paksaan, kemampuan
biji gulma mengalami dormansi dan pemecahan dormansi sehingga praktikan akan
lebih paham mengenai dormansi biji gulma dengandemikian harapannyasetelah
praktikum ini praktikan akan dapat menemukan solusi dalam pengendalian gulma
yang memiliki daya dormansi tinggi secara efisien.

1.2 Tujuan
Berikut ini merupakan tujuan dari praktikum ilmu gulma mengenai dormansi
gulma.
1. Mengetahui jenis-jenis dormansi pada biji gulma.
2. Mengetahui kemampuan organ perbanyakan (biji) gulma mengalami
dormansi dan pemecahan dormansi.
BAB 2. METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Ilmu Gulma tentang Dormansi Biji Gulma dilaksanakan pada hari
Rabu, 21 November 2018 bertempat di Laboratorium Perlindungan Tanaman
Produksi Pertanian Politeknik Negeri Jember.

2.2 Alat dan Bahan


Berikut merupakan alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan pada
praktikum ini.
2.2.1 Alat :
a) Alat tulis
b) Bak perkecambahan
2.2.2 Bahan :
a) Lapisan tanah kedalaman 0-25 cm
b) Lapisan tanah kedalaman 50 cm
c) Lapisan tanah kedalaman 75 cm
d) Air

2.3 Prosedur Kerja


Berikut ini merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan ketika
melaksanakan praktikum ini.
1. Mengambil tanah secukupnya dari lahan dengan kedalaman lapisan tanah 0 –
25 cm,50 cm, dan 75 cm.
2. Mengeringanginkan tanah,selanjutnya dikecambahkan pada bak
perkecambahan (masing – masing kelompok mengerjakan sebanyak 3 bak
perkecambahan).
3. Menjaga kelembaban tanah agar biji gulma yang terkandung dalam tanah bisa
berkecambah.
4. Melakukan pengamatan selama 2 minggu.
5. Mencatat biji gulma yang berkecambah setiap hari apa nama spesies
gulmanya dan berapa jumlah individu setiap spesiesnya
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Berikut ini merupakan data hasil dari praktikum ilmu gulma mengenai
dormansi gulma.
1. Pengamatan Pertama
Tanggal pengamatan : 27 November 2018

Perlakuan Jumlah Jenis Gulma Nama Gulma


Gulma
0-15 cm - - -
50 cm 2 Daun Lebar Amaranthus Spinosis
L.
75 cm - - -

2. Pengamatan Kedua
Tanggal pengamatan : 29 November 2018

Perlakuan Jumlah Jenis Gulma Nama Gulma


Gulma
0-15 cm 2 Daun Lebar Portulaca
50 cm 4 Daun Lebar Amaranthus Spinosis
L.
75 cm - - -

3. Pengamatan Ketiga
Tanggal pengamatan : 5 Desember 2018

Perlakuan Jumlah Jenis Gulma Nama Gulma


Gulma
0-15 cm 5 Daun Lebar Portulaca
50 cm 14 Daun Lebar Amaranthus Spinosis
L.
75 cm 2 Teki Cyperus rotundus

4. Pengamatan Keempat
Tanggal pengamatan : 13 Desember 2018

Perlakuan Jumlah Jenis Gulma Nama Gulma


Gulma
0-15 cm 8 Daun Lebar Portulaca
50 cm 25 Daun Lebar Amaranthus Spinosis
L.
75 cm 3 Teki Cyperus rotundus

3.2 Pembahasan
Dari data hasil yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwasannya kedalaman
tanah yang optimum untuk pertumbuhan gulma adalah pada kedalaman 50 cm. pada
kedalaman tersebut, terjadi pertumbuhan gulma yang amat pesat. Selain itu, perlu
juga diperhatikan faktor eksternal yang mempengaruhi percepatan dormansi gulma
yakni pemberian air (penyiraman) yang rutin.
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakn ini, dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwasannya kedalaman tanah mempengaruhi percepatan masa dormnasi gulma,
selain itu faktor eksternal juga sangat mempengaruhi, seperti penyiraman.

4.2. Saran
Dari praktikum ini dapat diambil suatu pelajaran, bahwasannya perlu
diadakan jadwal piket untuk mengecek kegiatan praktikum seperti ini.

Anda mungkin juga menyukai