(RINGKASAN)
Dosen :
Iqbal Erdiansyah, SP. MP
Ir. Ninik Purhatiningsih
Teknisi : 1. Kaidi, SP
2. Sisca Andriani, A. Md
Penyusun:
Golongan A
Pada umumnya dipandang dari manfaatnya yang didapat, tumbuhan dibagi menjadi dua
yaitu, tanaman yakni tumbuhan yang menguntungkan dan dibudidayakan dan tumbuhan
yang merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan yaitu tumbuhan yang dibudidayakan
oleh manusia atau sengaja untuk ditanam karena mempunyai nilai ekonomis yang
menjanjikan. Sedangkan tumbuhan yang merugikan atau tumbuhan yang tidak kehendaki
dalam dunia pertanian disebut gulma (Weed). Pengertian gulma yang lain adalah
tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya secara pasti sehingga kebanyakan orang juga
menganggap bahwa gulma mempunyai nilai negatif yang lebih besar daripada nilai
ekonomisnya. Sehingga gulma tersebut harus dimusnahkan dari lingkungan tanaman,
agar tidak menimbulkan kerugian pada tanaman tersebut yang nantinya dapat
mengganggu kegiatan pertanian. Baik secara teknis, produksi, maupun secara ekonomis
. Kehadiran gulma pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat
menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang
ditimbulkan gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok adalah sebagai
berikut.
1. Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman
budidaya) dalam hal: penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di dalam
tanah, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh.
2. Sebagian besar tumbuhan gulma dapat mengeluarkan zat atau cairan yang
bersifat toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan
menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut
dikenal dengan istilah allelopati.
3. Sebagai tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan
kecil, insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat
berkembang biak dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan
memakan tanaman pokok ataupun tanaman budidaya.
4. Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.
5. Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya,
misalnya dengan tercampurnya biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji
tanaman budidaya.
Gulma adalah tumbuhan yang merugikan manusia dari aspek ekonomi , kesehatan dan
sebagainya . gulma mempunyai keanekaragaman yang cukup tinggi antara lain jenis
banyak ,sifat pertumbuhan dan perkembangbiakan yang beragam , daya adaptasi tinggi ,
penyebaran luas , dan sebagainya . spesies gulma yang sering dijumpai pada areal
pertanian . untuk memudahkan pemahaman terhadap sifat sifat gulma , maka jenis jenis
gulma yang ada tersebut dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu
1. Gulma golongan rumput dengan ciri batang berbentuk silinder dan berluas
, dau berbentuk pita dan tulang dau sejajar , dan bunga berbentuk malai .
2. Golongan teki dengan ciri utama pertumbuhan daun pada pangkal batang ,
daun berbentuk pita dan tulang daun sejajar , dan tangkai dau berbentuk segitiga ,
segi enpat , atau silinder .
3. Gulma golongan daun lebar . dengan ciri yang sangat beragam tergantung
familinya .
4. Tuber (umbi)
Umbi merupakan pembengkakan dari batang atupun akar yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan atau penimbun makanan cadangan, sehingga umbi tersebut bisa membesar.
Pada beberapa bagian dari umbi tersebut terdapat titik (mata) yang pada saatnya nanti
bisa muncul atau keluar tunas yang merupakan individu baru dari gulma tersebut. Contoh
gulma ini adalah dari keluarga Cyperaceae, seperti: Cyperus rotundus, Cyperus irinaria,
dst.
8. Spora.
Ada juga beberapa gulma yang dapat berkembang biak dengan spora, dimana spora ini
bila telah matang dapat diterbangkan oleh angina. Contoh gulma ini kebanyakan dari
keluarga paku-pakuan seperti: Nephrolepsis bisserata, Lygopodiu sp, dll.
1.1.4 Allelopati
Gulma juga mengeluarkan zat racun yang disebut Allelopati “ Allelopati adalah produksi
substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain. Permasalahannya
adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang sangat luas yang bersifat toksik dan
beberapa percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh alelopati dengan
memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-biji atau pun bibit tanaman lainnya.
Terlepas dari suatu kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan
, karena tidak terdapat di alam. Ekstrak tersebut sering sekali tidak steril sehingga
transformasi bakteri barang kali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman
tersebut tidak memiliki hubungan ekologis.
Penelitian seperti ini sulit ditafsirkan. Pertanyaannya adalah apakah beberapa tanaman
mempunyai suatu pegaruh toksik pada tanaman lainnya yang tumbuh di lapangan dan ini
harus terpisah dari setiap kompetisi untuk cahaya, air dan hara.
”Menurut Sukman (1991 : 231 ) menyatakan bahwa “ Tumbuhan dapat menghasilkan
senyawa alelokimia yang merupakan metabolit sekunder di bagian akar, rizoma, daun,
serbuk sari, bunga, batang, dan biji. Fungsi dari senyawa alelokimia tersebut belum
diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai
pertahanan terhadap herbivora dan patogen tanaman. Tanaman yang rentan terhadap
senyawa alelokimia dari tanaman lainnya dapat mengalami gangguan pada proses
perkecambahan, pertumbuhan, serta perkembangannya. Perubahan morfologis yang
sering terjadi akibat paparan senyawa alelokimia adalah perlambatan atau penghambatan
perkecambahan biji, perpanjangan koleoptil, radikula, tunas, dan akar
“Menurut Soerjani (2001 : 1978) menyatakan bahwa “Sebagai allelopat, substansi
kimiawi itu terkandung dalam tubuh tumbuhan, baik tanaman maupun gulma.
Bertindaknya allelopat tersebut setelah tumbuhan atau bagian tumbuhan mengalami
pelapukan, pembusuk, pencucian ataupun setelah dikeluarkan berupa eksudat maupun
penguapan. Tumbuhan yang suseptibel bila terkena substansi semacam itu akan
mengalami gangguan yang berupa penghambatan pertumbuhan atau penurunan hasil
“Menurut Odum, ( 1998 : 206 ).menyatakan bahwa “Dalam persaingan antara individu-
individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-
kehbutuhan yang sama terhadap faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis
tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari
anaknya sendiri. Peristiwa semacam ini disebut allelopati. Allelopati terjadi karena
adanya senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa
sekunder karena timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer
organisme organisme. Hambatan dan gangguan allelopati dapat terjadi pada
perbandingan dan perpanjangan sel, aktivitas giberelin dan IAA, penyerapan hara
mineral, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata, sistem protein, dan aktivitas
enzim tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya hambat senyawa kimia
penyebab allelopati dari tanaman antara lain jenis tanaman yang menghasilkan, macam
tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman mengalami perombakan
“Menurut Mc.Naughton and Wolf (1990; 132 ) menyatakan bahwa “Allelopati dapat
meningkatkan agresivitas gulma didalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman
melalui eksudat yang di keluarkannya, yang tercuci,yang teruapkan,atau melalui hasil
pembusukan bagian-bagian organ yang telah mati. Beberapa jenis tanaman yang
mempunyai efek allelopati adalah Pinus merkusii, Imperata silindrica, Musa spp, dan
Acacia mangium, dsb. Dalam pengaruhnya, Allelopati memiliki pengaruh yaitu antara
lain senyawa allelopati dapa menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan
kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan, beberapa allelopat menghambat
pembelahan sel-sel akar tumbuhan,mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan,
menghambat respirasi akar, menghambat sintesa protein, menurunkan daya pemeabilitas
membran pada sel tumbuhan dan dapat mengahambat aktivitas enzim “
1.1.5 Organ perkembangbiakan dan penyebaran gulma
Bioteknologi gulma menggambarkan peggaburan pemahaman antara sifat dan
lingkungan atau habitat yang dibutuhkannya . pemahaman tentang bioteknologi gulma
akan membantu kita dalam membentukan upaya pengelolaan dan pengendalian sehingga
kurugian yang ditimbulkan akibat kehadiran gulma tersebut dapat dieliminasi atau
dikurangi . gulma mempunyai kanekaragam yang cukup tinggi antara lain jenisnya
banyak sifat pertumbuhan dan perkembangbiakan yang beragam , daya adaptasi tinggi ,
penyebaran luas .
Secara langsung dan tidak langsung keragaman sifat yang dimiliki gulma akan
menentukan kondisi lingkungna tumbuh dan dipertumbukannya organ
perkembangbiakan gulma secara generative dapat berupa biji atau spora , sedangkan
secara vegetatif berupa umbi , rimpang, stolon , dan ruas ruas batang , organ
perkembangbikan gulma dapat menyebar dari tempat satu ke lainnya dengan alat bantu
pengkiat , duri , rambut , sayap atau sabut . Biji gulma yang memiliki alat bantu berupa
duri dan kait akan menyebar dengan bantuan binatang
Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma - gulma yang memiliki kemampuan
tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup. Dalam hal ini, penguasaan
sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulma tersebut penting atau tidak. Namun
dalam hal ini jenis tanaman memiliki peran penting, karena tanaman tertentu tidak akan
terlalu terpengaruh oleh adanya gulma tertentu, meski dalam jumlah yang banyak.
Dormansi merupakan strategi reproduksi gulma untuk dapat bertahan hidup. Dormansi
gulma diartikan sebagai suatu tahapan istirahat metabolisme gulma pada kondisi yang
tidak sesuai. Dengan sifat dormansi ini, gulma dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim
lalu tumbuh sewaktu-waktu saat kondisi lingkungan sudah sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Dormansi benih gulma dapat berlangsung selama beberapa hari,
semusim, beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun tergantung pada jenis tanaman,
tipe dari dormansinya, dan kondisi lingkungannya. Dormansi dapat diatasi dengan
perlakuan – perlakuan ; pemarutan atau penggoresan ( skarifikasi ) yaitu dengan cara
menghaluskan kulit benih ataupun menggores kulit benih agar dapat dilalui air dan udara
; melemaskan kulit benih dari sifat kerasnya ; memasukkan benih ke dalam botol yang
disumbat dan secara periodik mengguncang – guncangnya ; stratifikasi terhadap benih
dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi ; perubahan suhu ; dan penggunaan zat kimia.
(Kartasapoetra, 2003)
Menurut Muhammad Salim Saleh (2004), pada dasarnya dormansi dapat diperpendek
dengan berbagai perlakuan sebelum dikecambahkan, baik secara fisik, kimia dan biologi.
Benih yang cepat berkecambah berarti memiliki kesempatan tumbuh axis embrio lebih
panjang sehingga memungkinkan terjadi pembekakan pada bagian ujungnya sebagai
tempat pertumbuhan akar dan plumula sehingga akar menjadi lebih panjang.
Pertumbuhan embrio ditahan pada saat benih masak, tetapi mulai lagi pada
perkecambahan. Benih membutuhkan air untuk berkecambah, oksigen, dan temperatur
dimana suhunya antara 5o – 45oC. Benih yang berkecambah memerlukan tiga faktor yang
dibuat perkecambahan masak. Benih yang baru saja dipanen, walaupun tidak mengalami
perkecambahan, tetapi memasuki tahap dormansi dan gagal merespon kondisi
berkecambah.
Istilah yang pernah digunakan untuk menjelaskan dormansi dan yang paling lazim adalah
istilah istirahat dan pasif. Lebih banyak istilah yang menyertakan kata dormansi di
belakang kata keadaan (adjektif), misalnya primer, sekunder, bawaan, dan sebagainya.
Secara logis menjelaskan pentingnya kesatuan istilah dan menganjurkan tiga istilah baru
saja, yakni endodormansi, ekodormansi, dan paradormansi. Di laboratorium dan di
bidang pertanian (bila perlu) digunakan alkohol atau pelarut lemak (yang menghilangkan
bahan berlilin) yang kadang mengahalangi masuknya air / asam pekat (Salisbury dan
Ross, 1992).
Gejala dormansi dapat dijumpai pada biji dan organ tumbuhan lainnya seperti tunas,
rhizome, dan umbi lapis (bulb). Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji
dapat dikelompokkan dalam:
a. Faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air,
b. Faktor internal, seperti kulit biji, kematangan embrio,
c. Faktor waktu, seperti waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor.
Kompetisi berhasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar sesuatu yang
secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu pencari . persaingan (kompetisi ) pada
tanamna menerangkan kejadian yang menjurus pada hambatan pertumbuhan tanaman
yang timbul pada asesoris lebih dari satu tanaman dan tumbuhan lain . persaingan terjadi
bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama . sedangkan
lingkungan tidak menediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup .
Persaingan ini akan berakibat negative atau menghambat pertumbuhan individu yang
terlibat . kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan
kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas , sehingga membatasi kemampuan
bertahan.
Komposisi dapat terjadi antar individu dan antar individu pada satu spesies yang sama .
gulma adalah suatu komponen jasad penggganggu yang dapat menurunkan produksi
tanaman budidaya .ada beberapa cara sehingga menurunkan hasil budidaya yaitu :
1. Menekan pertumbuhan dan mereduksi hasil dengan jalan bersaing dengan tanaman
budidaya . kopetesi ini bersaing dalam air , unsur hara , cahaya , dan CO2
2. Apabila engendalikan gulma , terkadang cara pengendaliaan yang dipilih dapat
merusak tanaman budidaya
3. Mengganggu aktivita panen sehingga akan meningkatkan biaya produksi
4. Merendahkan kualitas hasil dan membantu panen tidak serentak
5. Memungkinkan sebagai inang dari jasad pengganggu lain sehinggga dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas produksi.
1.1.9 Herbarium
Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700) untuk
tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-1550) seorang
Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang mengeringkan
tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai
koleksi ilmiah (Arber, 1938). Pada awalnya banyak spesimen herbarium disimpan di
dalam buku sebagai koleksi pribadi tetapi pada abad ke-17 Ramadhanil dan Gradstein –
Herbarium Celebense 39 praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa
(Ramadhanil, 2003).
Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan
penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian objek tersebut.
Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan.
Pengawetan dapat dilakukan terhadap objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat
dengan cara basah ataupun kering. Cara dan bahan pengawet nya bervariasi, tergantung
sifat objeknya. Untuk organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan
dengan awetan basah. Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan
kering berupa herbarium (Suyitno, 2004).
Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama, penyakit atau
kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak disertakan ujung batang,
daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan berbentuk herba disertakan seluruh habitus.
Herbarium kering digunakan untuk spesimen yang mudah dikeringkan, misalnya daun,
batang, bunga dan akar, sedangkan herbarium basah digunakan untuk spesimen yang
berair dan lembek, misalnya buah (Setyawan dkk, 2004).
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek
pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberikan
informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata lain,
suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus
ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak nampak
spesimen herbarium (Aththorick dan Siregar, 2006).
Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan selain
berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis pohon. Istilah Herbarium
adalah pengawetan specimen tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi
dan ilmu pengetahuan. Koleksi specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat
yang diberi perlakuan khusus pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para
ahli-ahli botani menyimpan koleksi herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium di
masing-masing Negara. Di Indonesia pusat herbarium terbesar terdapat di Herbarium
Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di wilayah Cibinong Jawa Barat.
Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang berasal dari
berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan dari berbagai Negara di dunia. (Balai Diklat
Kehutanan Makassar, 2011).
Cyrtococcum acrescens adalah rumput tahunan menjalar yang tumbuh pada tanah yang
tidak terlalu lembab, sering terdapat pada tempat-tempat ternaung, penyebarannya
meliputi 0-1300 m dpl, berbunga sepanjang tahun. Merupakan gulma yang dominan,
dijumpai pada areal TBM maupun TM, karena toleransinya terhadap suasana ternaung.
Gulma ini dipandang tidak berbahaya dalam persaingan dengan tanaman budidaya.
Tumbuhan ini bermanfaat sebagai pelindung permukaan tanah terutama pada lokasi
yang curam (Nasution, 1986).
Gulma sering kali menimbulkan berbagai masalah pada lahan pertanian. Kerusakan
tanaman atau penurunan produksi pertanian akibat gulma pada umumnya memiliki
korelasi yang searah dengan populasi gulma itu sendiri. Dalam hal ini faktor yang paling
tampak adalah perebutan penguasaan sarana tumbuh, ruang gerak dan nutrisi antara
tanaman dan gulma (Andrixinata, 2010). Posisi gulma sebagai tumbuhan yang tidak
diinginkan menyebabkan pengendalian gulma mendapat perhatian lebih. Salah satu cara
untuk mengetahui cara tepat dalam pengendalian gulma adalah dengan analisis vegetasi.
Vegetasi dapat diartikan sebagai komunitas tumbuhan yang menempati suatu ekosistem
(Lestari, 2013). Komposisi vegetasi sering kali berubah seiring dengan berjalannya
waktu, perubahan iklim, dan aktivitas manusia. Perubahan vegetasi ini mendorong perlu
dilakukannya analisi vegetasi. Analisis vegetasi merupakan suatu cara untuk menemukan
komposisi jenis vegetasi dari yang paling dominan hingga tidak dominan (Sriyani, dkk).
Keadaan vegetasi yang diamati berupa bentuk vegetasi seperti rumput, semak rendah,
tumbuhan menjalar, herba, maupun tumbuhan dalam hamparan yang luas.
Dalam kaitannya dengan gulma, analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma-
gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang
hidup. Penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulmatersebut penting
atau tidak. Populasi gulma yang bersifat dominan ini nantinya dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengendalian gulma.
Metode analisa vegetasi yang lazim digunakan ada 4 macam yaitu estimasi visual ,
metode kuadtar , metode gatis dan metode titik
1. Metode estimasi visual
Pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya , missal selalu
ditengah atau disalah satu sudut yang tetap pada petak contoh yang telah terbatas . besaran
yang dihitung berupa dominasi yang dinyatakan dalam presentase penyebaran
2. Metode kuadrat
Kuadrat adalah suatu ukuran luas yang dinyatakan dalam suatu kuadrat ( missal m2 ,cm2
dll) dalam pelaksanaan dilapang sering digunakan bujur sangkar .
3. Metode garis
Metode gatis atau rintisan petak contoh memanjang , diletakan diatas sebuah komunitas
vegetasi.
4. Metode titik
Jika sebuah kuadrat diperkecil sampai titik tidak terhingga , akan menjadi titik .
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengidentifikasi jenis jenis gulma yang ada diareal tanaman pangan
2. Mengklasifikasi berbagai jenis gulma yang ada diareal tanaman pangan
3. Mengetahui kemampuan berkembangbiak dari berbagai jenis gulma
melalui alat perkembangbikan vegetatif
4. Menelah factor factor yang mempengaruhi perkembangbiakan vegetatif
gulma
5. Melakukan tahapan kerja dalam menentukan luas plot minimum vegetasi
gulma
6. Menentukan luas plot minimum berdasarkan data yang diperoleh .
7. Mengetahui pentingnya herbarium gulma sebagai salah satu cara
menyimpan specimen gulma sebagai alat bantu identifikasi gulma .
8. Mengetahui cara –cara pembutan herbarium secara sederhana
9. Mengetahui berbagai macam dan sifat dormansi pada biji gulma
10. Mengetahui tahapan dalam menentukan luas plot minimum vegetasi gulma
serta data yang diperoleh
11. Mengetahui tahapan kerja dalam analisis gulma menghitung / menentukan
gulma dominan yang penting pada lahan .
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki yakni
tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung
merugikan tanaman budidaya. Gulma dapat merugikan tanaman budidaya karena
bersaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya matahari, dan air. Jenis gulma
yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan, misalnya pada
perkebuanan yang baru diolah, maka gulma yang dijumpai kebanyakan adalah
gulma semusim, sedang pada perkebunan yang telah lama ditanami gulma yang
banyak terdapat adalah jenis tahunan. Gulma yang terdapat pada dataran tinggi
relatif berbeda dengan yang tumbuh di daerah dataran rendah, Pada daerah yang
tinggi terlihat adanya kecenderungan bertambahnya keaneka-ragaman jenis,
sedangkan jumlah individu biasanya tidak begitu besar. Hal yang sebaliknya terjadi
pada daerah rendah yakni jumlah individu sangat melimpah, tetapi jenis yang ada
tidak begitu banyak (Soekisman, T. dkk. 1984).
Gulma mampu berkembang biak secara vegetatif maupun generatif dengan biji
yang dihasilkan. Kemampuan yang dimiliki oleh jenis-jenis gulma menahun
untuk memperbanyak diri dari bagian-bagian vegetatif menyebabkan jenis-jenis
ini menjadi sangat kompetitif dan sukar untuk dikendalikan. Produksi organ
perbanyakan vegetatifjuga erat kaitannya dengan kandungan karbohidrat yang
tersimpan. Perbanyakan vegetatif ialah prinsip perkembangbiakan bagi sebagian
besar gulma tahunan.Gulma yang memperbanyak diri secara vegetatif sulit
untuk dikendalikan karena banyak memiliki organ vegetatif dorman di dalam
tanah.Beberapa bentuk organ vegetatif yang banyak ditemukan dalam
perbanyakan jenis-jenis gulma menahun yaitu
Mekanisme perbanyakan gulma termasuk salah satu yang paling efisien di alam.
Efisiensi seperti ini diperoleh melalui seleksi alam dan adaptasi ekologi.
Perkembangbiakan dapat dilakukan dengan biji atau dengan organ vegetatif.
Pada gulma semusim, perkembangbiakan dilakukan melalui produksi biji. Biji
dihasilkan dalam jumlah banyak dan sebagian besar memiliki dormansi. Biji
didefinisikan sebagai sel telur yang masak yang telah dibuahi dan mempunyai
lembaga, persediaan makanan, dan lapisan perlindungan. Biji mengandung
semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memindahkan sifat-sifat keturunan
yang diperoleh dari tumbuhan induknya, mampu mempertahankan hidup
kecambahnya meskipun hanya sementara sehingga dapat menyerap
makanannya sendiri (Soetikno, 1990).
Menurut Soetikno (1990) biji gulma khususnya dari jenis-jenis yang semusim
memegang peranan penting dalam kaitannya dengan keberhasilan usaha-usaha
pencegahan atau pengendalian gulma. Jumlah biji yang mampu berkecambah
dan tahan akan usaha-usaha pengendalian akan menentukan kerugian yang
timbul pada tanaman pangan setiap musimnya. Banyaknya biji yang ada di
dalam tanah atau lebih dikenal sebagai simpanan bijidan yang jatuh ke
permukaan tanah dari gulma yang tumbuh pada musim berikutnya akan
menentukan apakah jenis gulma ini dapat hidup dan mempunyai potensi untuk
merugikan tanaman pangan yang akan tumbuh di tempat itu. Jumlah biji yang
ada dan berkecambah mungkin tidak cukup untuk melakukan persaingan
dengan tanaman pangannya akan tetapi masih menghasilkan biji-biji yang akan
mampu untuk bersaing untuk musim berikutnya.
Populasi biji gulma di dalam tanah sangat bervariasi jumlahnya tergantung dari
komposisi jenis gulma yang tumbuh di atasnya dan juga sejarah dari tanah itu
sendiri. Jika tanah semula digunakan untuk peternakan, maka sebagian besar
dari biji-biji yang ada merupakan biji gulma yang biasa dijumpai di daerah
peternakan, sedangkan lahan pertanian akan mempunyai populasi biji yang
berkaitan dengan gulma-gulma pertanian. Populasi biji gulma di lahan pertanian
pada umumnya terdiri dari beberapa jenis yang dominan dengan jumlah biji yang
cukup tinggi, beberapa jenis dengan jumlah yang cukupan, dan banyak jenis
yang mempunyai biji hanya sedikit saja. Pola-pola produksi biji, penyebaran,
dan penyimpanan pada setiap tahapan dalam suatu suksesi kita akan jumpai
bahwa jenis-jenis pemula mempunyai simpanan biji yang cukup besar jika
dibandingkan dengan jenis-jenis pertengahan atau jenis-jenis akhir. Ini
menunjukkan bahwa jenis-jenis pemula mampu menghasilkan biji dalam jumlah
yang cukup besar. Strategi semacam ini mempunyai potensi reproduksi yang
tinggi dikombinasikan dengan adanya dormansi menyebabkan adanya simpanan
biji di dalam tanah yang cukup besar dan tetap jumlahnya setiap waktu.
3. Propagul
4. Dormansi Gulma
Biji gulma berada pada permukaan tanah dan tersebar dalam profil tanah
yangterdiri dari biji gulma baru dan lama yang telah bertahan dalam tanah
selama bertahun-tahun.Pada tanah pertanian dapat berisi ribuan biji gulma/m2.
Bijigulma terkubur di dalam tanah dan di atas permukaan tanah. Sebesar 64-
99,6% bijigulma ditemukan 10 cm di atas lapisan tanah (Anderson, 1977).Biji
gulma dan bagian vegetatif, biasanya mempunyai periode istirahat yangdisebut
”dormansi”. Dormansi adalah suatu istilah fisiologis tumbuhan yang
dipergunakan untuk biji atau organ vegetatif yang tidak mau berkecambah
meskipunkeadaan lingkungannya menguntungkan. Dormansi merupakan
strategi reproduksigulma untuk tetap bertahan hidup dalam keadaan yang tidak
menguntungkan.Intensitas dormansi dipengaruhi oleh lingkungan selama
perkembangan biji. Dormansi pada jenis tertentu mengakibatkan biji tidak
berkecambah di dalamtanah bertahun-tahun. Hal ini menjelaskan keberadaan
gulma di lahan pertanian yangditanami secara kontinyu (Ilyas, 2012). Biji gulma
berada di dalam tanah mempunyai tingkat dormansi yang berbeda-beda,
sehingga perkecambahan dari suatu populasi bijigulma tidak terjadi secara
serentak. Keadaan ini mengakibatkan biji gulma di dalamtanah akan tetap
menjadi masalah selama biji masih ada.
Terdapat tiga macam dormansi secara luas yaitu: (1) bawaan (innate), (2)
rangsangan (induced), dan (3) paksaan (enforced). Dormansi bawaan atau
kadangkala juga disebut sebagai dormansi primer, biasanya dijumpai pada biji-
biji atau organ vegetatif sesaat setelah terlepas dari induknya. Dormansi
rangsangan yang kadangkala juga disebut sebagai dormansi sekunder
merupakan hasil pengaruh lingkungan di sekitar biji atau organ perbanyakan
vegetatif setelah dilepaskan induknya. Dormansi paksaan disebabkan oleh
adanya faktor lingkungan yang tidak menguntungkan untuk dimulainya
pertumbuhan, biasanya akibat kekurangan air, suhu yang tidak menguntungkan,
dan lain-lain ( Soetikno, S.S. 1990).
5. Perkecambahan Gulma
Secara umum kerugian yang ditimbulkan gulma dapat dibagi menjadi dua
kategori yang langsung dan yang tidak langsung. Kerugian langsung terjadi
akibat kompetisi yang dapat mengurangi jumlah atau hasil panen.
Termasuk di dalamnya adalah penurunan hasil panen, baik secara kesulurhan
atau yang dipanennya saja dan penurunan kualitas hasil panenan sebagai akibat
pencemaran oleh biji-biji gulma. Kerugian yang tidak langsung terjadi akibat
kompetisi yang dapat menimbulkan kerugian kepada petani tetapi tidak secara
langsung dalam hasil panenannya. Contohnya, gulma dapat menjadi inang
sementara bagi hama penyakit tanaman, dan menimbulkan gangguan penyakit
seperti pada beberapa jenis gulma yang serbuk sari, getah, atau duri pada gulma
tersebut sehingga dapat menimbulkan alergi. Kerugian langsung yang
ditimbulkan akibat adanya gulma yang paling menjadikan masalah khusus
dalam bidang pertanian adalah dengan penurunan hasil panen. Gulma dapat
menurunkan hasil panenan dalam dua cara yaitu: 1) dengan mengurangi jumlah
hasil yang dapat di panen (biji-bijian, rumput, atau buah-buahan dan sebagainya)
dan 2) dengan mengurangi jumlah individu tanaman yang dipanen. Besarnya
penurunan hasil panen yang diakibatkan oleh gulma sangatlah bervariasi
bergantung dari jenis tanaman pokoknya, jenis gulma, dan faktor-faktor
pertumbuhan yang mempengaruhinya. Adanya gulma dalam jumlah yang
banyak pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan kehilangan hasil secara
total.
7. Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur
vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk
keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas tersebut. Dengan
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan.Vegetasi tidak hanya kumpulan dari
individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan dimana
individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang disebut sebagai suatu
komunitas tumbuh-tumbuhan Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan
vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya.Konsepsi dan
metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan
vegetasi itu sendiri dan tujuannya apakah ditujukan untuk mempelajari tingkat
suksesi, dan apakah untuk evaluasi hasil suatu pengendalian gulma (Soetikno S.
1990).
8. Kerapatan
9. Frekuensi
Frekuensi merupakan jenis tumbuhan yang muncul pada area tertentu yang
dinyatakan dalam satuan persen (%) dari sejumlah petak-contoh yang dibuat.
Misalnya jika tumbuhan A ditemukan dalam 86 petak-contoh dari 200 petak
contoh yang dibuat, maka frekuensi A = 86/200 x 100% = 43%. Frekuensi
dipengaruhi beberapa faktor yaitu luas petak-contoh, distribusi tumbuhan, dan
ukuran jenis-jenis tumbuhannya.
10. Dominansi
Dominansi digunakan untuk menyatakan berapa luas area yang ditumbuhi oleh
sejenis tumbuhan, atau kemampuan sesuatu jenis tumbuhan dalam hal bersaing
terhadap jenis lainnya. Dominansi dapat dinyatakan dengan menghitung
biomassa yaitu dengan memotong tumbuhan di atas tanah dan dikeringkan
dalam pengeringan 100-1100C, kemudian ditimbang berat keringnya. Semakin
tinggi berat kering suatu gulma maka akan semakin besar luas area yang
ditumbuhi suatu gulma.
11. Summed Dominance Ratio (SDR)
SDR menunjukkan jumlah nilai penting dibagi jumlah besaran. SDR biasa
dipakai karena jumlahnya tidak pernah lebih dari 100%, sehingga mudah untuk
diinterpretasi. Semakin tinggi nilai SDR jenis gulma maka akan semakin tinggi
pengaruh gulma tersebut dalam mendominasi suatu area dari jenis gulma
lainnya.
B. Kedalaman Tanah
Tanah merupakan lapisan yang menyelimuti bumi dengan ketebalan yang
bervariasi dari beberapa centimeter hingga lebih dari 3 meter. Dibandingkan dengan
massa bumi, lapisan ini sebenarnya tidak berarti, namun dari tanah inilah segala
makhluk hidup yang berada di muka bumi, baik tumbuhan maupun hewan
memperoleh segala kebutuhan mineralnya.Selain itu, antara tanah dan makhluk
hidup ini membentuk suatu hubungan yang dinamis. Dari tanah diperoleh
kebutuhan mineral makhluk hidup dan kedalam tanah akan dikembalikan residu
dari makhluk tersebut (Subagyo,. dkk. 2004).
Tanah berkembang dari bahan mineral yang berasal dari batuan induknya dan bahan
organik yang berasal dari makhluk hidup yang terdapat di sekitarnya. Bahan-bahan
ini membentuk bagian padat tanah yang dinamakan dengan kerangka tanah. Di
antara partikel padat ini terdapat rongga yang dapat berisi udara atau berisi air.
Ruang pori ini meliputi sekitar setengah volume tanah pada horizon A, sedangkan
pada horizon B dan C ruang pori ini lebih sedikit jumlahnya. Bagian pori yang lebih
kecil biasanya diisi oleh air sedangkan udara mengisi bagian pori yang lebih
besar.Kedalaman efektif suatu tanah adalah kedalaman lapisan tanah yang dapat
ditembus oleh perakaran tanaman. Tanah memiliki kedalaman efektif yang tinggi
apabila perkembangan perakaran tanaman tidak terhambat oleh faktor fisik tanah,
seperti lapisan keras yang tidak tembus oleh akar atau oleh adanya lapisan air yang
tidak sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Kedalaman efektif suatu tanah
sangat ditentukan oleh tekstur tanah serta homogenei-tas antar lapisan tanah Isa
Darmawijaya, (1990).
C. Kondisi Lahan
Kondisi lahan merupakan keadaan bagaimana keadaan lahan tersebut berada dalam
kondisi basah, kering, atau setelah tanam. Lahan padi, jagung, kedelai, dan tebu
dalam kondisi setelah tanam akan memasuki masa tanam berikutnya sehingga akan
berpengaruh terhadap vegetasi yang ada pada kondisi tersebut. Kondisi lahan yang
selalu mengalami pengolahan dalam budidaya mempengaruhi jumlah vegetasi yang
tumbuh karena setiap vegetasi membutuhkan kondisi lingkungan yang sesuai agar
dapat hidup. Ada beberapa jenis gulma yang tumbuh pada setiap lahan yaitu pada
lahan sawah, terdapat 10 jenis dari golongan rerumputan, 7 teki-tekian, dan 16 jenis
dari golongan gulma berdaun lebar. Sepuluh jenis gulma yang dominannya adalah
sebagai berikut: Monochoria vaginalis,paspalum distichum, Fimbristylis milliacea,
Cyperus difformis, Scirpus juncoides, Marsilea creata, Echinochola crus-galli,
Jussiea repens, Spenocblea zeylanica, dan Cyperus Iria.
Sedangkan pada lahan bekas tanaman jagung terdapat 12 jenis rerumputan, 5 teki-
tekian, dan 26 jenis gulma berdaun lebar. Dengan jenis gulma yang dominan adalah
D. ciliaris, A. conyzoides, P. distichum, E. indica, B. alata, C. rotundus, P. niruri,
C. dactylon, Althernanthera philoxeroides, dan Synedrella nodiflora. Pada lahan
bekas tanaman kedelai 20 jenis gulma rerumputan, 6 teki-tekian, dan 30 jenis dari
golongan gulma berdaun lebar. Gulma jenis E. indica, A. conyzoides, C. iria,
Mimosa pudica, C. dactylon, dan Commelina nodiflora merupakan yang lebih
dominan. Kuntohartono (1984), melaporkan tentang komposisi jenis gulma yang
biasa tumbuh di kebu tebu di jawa. Jenis-jenis gulma yang tumbuh di pertanaman
tebu sangat ditentukan oleh cara pengolahan tanah dan macam tanaman
budidayanya. Pengolahan tanah sempurna dengan membajak akan mengurangi
kepadatan gulma jenis rerumputan, tetapi akan lebih meningkatkan pertumbuhan
jenis-jenis gulma dari golongan teki dan berdaun lebar.
BAB 3. MATERI
3.1 Jenis Gulma
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Cynodon
Spesies : Cynodon dactylon (L.) Pers.
Nama lokal : rumput grinting, rumput bermuda, suket grintingan(jawa), kakawatan
(sunda).
Habitatnya Cynodon dactylon adalah tumbuh paling bagus pada suhu di atas 24
°C. Jenis initoleran terhadap kekeringan. Tumbuh paling baik pada tanahberdrainase
baik tetapi toleran terhadap banjir yang berkepanjangan.Toleran terhadap kisaran pH
tanah yang luas, tetapi pH optimal adalahdi atas 5.5. Juga toleran terhadap kesuburan
tanah yang rendah tetapitidak toleran terhadap naungan. Penyebarannya selain dari
akar yang dapat membuat rimpang dengan cepat juga melalui buah.Penyebaran buah
ini yang dapat meluas. Rumput Cynodon dactylon, tumbuh di pinggir saluran irigasi.
Akarnya yang berkembang pesat dan menangkap lumpur yang ada disaluran. Sering
ditemui saluran irigasi menyempit karena ditumbuhi rumput ini. Mungkin banyak
dampak lainyang ditemui di berbagai tempat, dampak tersebut yang paling dirasakan
sangat merugikan.
Echinochola colobna
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum spontaneum L
Nama lokal : Kaso, gelagah, glagah
Saccharum spontaneum mulai tumbuh dari daerah di atas permukaan laut hingga
ketinggian 1700 m dpl. Tumbuhan ini memerlukan lingkungan dengan curah hujan
tinggi yang biasanya dapat mencapai 1500 mm per tahun, dan tumbuhan ini juga dapat
tumbuh pada kisaran tipe tanah yang beragam, mulai dari tanah aluvial di tepi sungai
hingga tanah berpasir bekas daerah pertambangan.
Leptochloa chinensis
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Leptochloa P. Beauv.
Species : Leptochloa chinensis (L.) Nees (Ferreira L, 2005)
Nama lokal : Bobontengan
Habitat Lahan basah, rawa, atau sungai di daerah dataran rendah terbuka. Dapat
tumbuh di tanah berat atau ringan, sepanjang sungai dan saluran air, di lahan sawah.
Aeschynomene aspera
2. A.indica
Aeschynomene indica
3. Ageratum conyzoides
4. Alternanthera sessilis
5. Amaranthus spinosus
Commelina benghalensis
3. GULMA TEKI-TEKIAN :
Gulma teki-tekian merupakan kelompok gulma yang memiliki daya tahan luar
biasa terhadapt pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah
yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur
fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam menguasai areal pertanian
secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segitiga
membulat dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam
tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh bersembunyi. Kelompok ini
mencakup semua anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang menjadi gulma.
.
Bolboschoenus maritimus
2.Cyperus difformis L.
Cyperus iria L
4. Cyperus rotundus L.
Cyperus rotundus L
Fimbristylis dichotoma
Fimbristylis miliacea
Adapula gulma yang dapat membentuk individu baru dengan stolon yaitu
bagian batang menyerupai akar yang menjalar di atas permukaan tanah. Dimana
batang ini terdiri dari nodus (buku) dan internodus (ruas), pada setiap nodus dapat
keluar serabut-serabut akar dan tunas sehingga dapat mebentuk individu baru. Contoh
gulma ini adalah: Paspalum conjugatum, Cynodon dactylon, dll.
2. Rhizome ( akar rimpang)
Yaitu batang beserta bagian-bagiannya yang manjalar di dalam tanah,
bercabang-cabang, tumbuh mendatar dan pada ujungnya atau pada buku dapat muncul
tunas yang membentuk individu baru.
3. Tuber (Umbi)
Pada beberapa jenis gulma juga dapat berkembangbiak dengan daunnya yang
telah dewasa. Daun ini berbentuk membulat ataupun oval, pada pinggir daun bergerigi
atau terdapat lekukan yang nantinya tempat muncul tunas menjadi individu baru.
Contohnya: Calanchoe sp (cocor bebek), Ranunculus bulbasus.
6. Runner (Sulur)
Stolon yang keluar dari ketiak daun dimana internodianya (ruas) sangat
panjang, membentuk tunas pada bagian ujung. Contoh: Eichornia crassipes.
Sedangkan perkembangbiakan gulma secara generatif yaitu dengan:
1. Dengan Biji
Ada juga beberapa gulma yang dapat berkembang biak dengan spora, dimana
spora ini bila telah matang dapat diterbangkan oleh angina. Contoh gulma ini
kebanyakan dari keluarga paku-pakuan seperti: Nephrolepsis bisserata, Lygopodiu sp,
dll.
Beberapa jenis gulma menahun mempunyai lebih dari satu organ perbanyakan
vegetatif. Contohnya: Cynodon dactylon(stolon dan rhizoma) dan Cyperus
rotundus(rhizom dan umbi). Areal pertanian yang didominasi oleh gulma parennial
yang mempunyai organ perbanyakan vegetatif relatif lebih sulit untuk dikendalikan.
Faktor yang mempengaruhi umur dan daya tahan hidup organ perbanyakan vegetatif:
kedalaman,temperatur,kekeringan,dan lain-lain.
o Peranan Reproduksi Vegetatif
1. Berperan penting dalam penyebaran dan perbanyakan jenis-jenis gulma menahun
tanpa adanya proses pembungaan.
2. Jenis-jenis gulma yang mempunyai organ perbanyakan vegetatif mampu bertahan
diri terhadap adanya gangguan yang berulang-ulang yang menghambat
pembungaan,pembentukan biji, dan pemancaraannya.
Gulma termasuk bijinya tidak dapat bergerak dengan kekuatannya sendiri
organ-organ reproduksi (generatif dan vegetatif) dapat disebarkan oleh
1. Manusia
2. Hewan
3. Angin
4. Air
1. Reproduksi Generatif
Reproduksi generatif pada gulma dengan melalui spora dan
biji,perkembangbiakan secara spora terjadi pada golongan pakis-pakisan, misalnya
pada Cyclosorus aridus .Berdasarkan sifat botaninya gulma digolongkan ke dalam
golongan monocotyledone ( berkeping satu), golongan dicotyledone ( berkeping dua).
sedangkan pembiakan melalui biji banyak dilakukan oleh gulma semusim dan
beberapa gulma dwi tahunan.Pada kondisi yang tidak menguntungkan biji akan
mengalami dormansi yang merupakan sifat penting untuk mempertahankan dan
melestarikan hidup gulma Dalam keadaan dormansi, biji dapat bertahan untuk jangka
waktu yang cukup lama dengan melakukan aktifitas metabolisme yang minimal.
Peranan biji khususnya gulma semusim, biji berperan penting dalam kaitannya
dengan keberhasilan usaha-usaha pencegahan dan pengendalian.
Biji terdiri dari: embrio , Cadangan makanan dan Kulit biji. Dormansi dapat
dibedakan menjadikan 3 macam yaitu:
a. Innate dormancy
Dormansi ini bersifat genetik yang antara lain dpat disebabkan : kulit biji yang
hipermeable, hambatan kimiawi dalam kulit biji, dan embrio yang rudimenter
b. Induced dormancy
Dalam keadaan sempurna menguntungkan biji tumbuh sempurna, namun
menjadi dorman akibat karena keadaan kurang menguntungkan.
c. Enforced dormancy
Biji menjadi dorman karena faktor tidak menguntungkan dan kemudian akan
segera tumbuh normal, bila faktor penghambat dihilangkan. Biji gulma akan
berkecambah apabila faktor pertumbuhan seperti air, gas, temperatur dan cahaya
terpenuhi. Air diperlukan menjalankan aktifitas metabolisme dan perkembangan sel
tumbuhan . demikan juga dengan gas, temperatur dan cahaya memegang peranan
penting dalam memacu aktifitas metabolisme. aktifitas suatu gulma.
Gulma akan berkembang dengan cepat apabila faktor seperti cahaya, unsur hara,
air, gas dan tempat hidup dapat dipenuhi secara maksimal.didalam suatu ekosistem
gulma tidak hidup secara tunggal, melainkan hidup bersama-sama dengan tumbuhan
lain atau tanaman lain, sehingga untuk melakukan faktor tersebut harus melakukan
persaingan. Persaingan akan terjadi bila timbul interaksi antara lebih dari satu
tumbuhan . interaksi adalah peristiwa saling tindak antar tumbuhan tersebut.
3. Reproduksi Vegetatif
Perbanyakan vegetatif ialah prinsip perkembangbiakan bagi sebagian besar
gulma tahunan. Gulma yang memperbanyak diri secara vegetatif sulit untuk
dikendalikan karena banyak memiliki organ vegetatif dorman di dalam tanah.Seperti
juga perbanyakan sexual,perbanyakan secara vegetatif dapat dimulai selama fase
pertumbuhan awal tanaman. Selambat-lambatnya tiga minggu setelah umbi
Beberapa bentuk organ vegetatif yang banyak ditemukan dalam perbanyakan
jenis-jenis gulma menahun:
1. Rhizoma (Rimpang)
Batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah bercabang-cabang dan
tumbuh mendatar,dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang mucul di atas tanah dan
dapat merupakan tumbuhan baru. Rimpang di samping merupakan alat perkembiakan
juga merupakan tempat penimbunan zat makanan cadangan.dan termasuk batang
berbentuk tabung, mempunyai buku, ruas, tumbuh menjalar di bawah permukaan
tanah. Contoh: Alang-alang (Imperata cylindrica),Imperata
cylindrica (ilalang), Rumput kakawatan (Cynodon dactylon)
2. Stolon
Batang yang menjalar di atas permukaan tanah yang setiap nodia dapat
membentuk akar dan tunas untuk membentuk individu baru, dan mempunyai ciri-ciri
seperti Batang silindris, mempunyai buku dan ruas; menjalar di permukaan
tanah. Pada beberapa jenis gulma, stolon menjalar di permukaan air, misalnya
:Cynodon dactylon , Digitaria adcendens ,Axonopus compressus ab, Eichornia
crassipes
3. Runner
Stolon yang internodianya sangat panjang membentuk tunas pada ujung.Batang
yang tumbuh di ketiak daun pada dasar tajuk dan menjalar dipermukaan tanah.
Contoh: Tapak limau (Elephantopus scaber) dan Eichornia crassipes.
4. Umbi batang
Pangkal batang yang membengkak dan mempunyai mata
tunas. Contoh: Caladium sp.
5. Umbi akar
Ujung dari rhizoma yang membengkak dan merupakan cadangan makanan serta
mempunyai tunas ujung. Contoh: Cyperus rotundus dan Cyperus esculentus
6. Umbi lapis ( Bulbus)
Umbi ini memperlihatkan susunan yang berlapsi-lapis,yaitu terdiri atas daun-
daun yang telah menjadi tebal ,lunak, dan berdaging,merupakan bagian umbi yang
menyimpan zat makanan cadangan,sedangkan batangnya sendiri hanya merupakan
bagian yang kecil pada bagian bawah umbi lapis itu,di antara lapisan tersebut terdapat
tunas yang dapat tumbuh, atau Batang yang memendek, mempunyai lapisan-lapisan
berdaging. Misalnya: Allium veneale ( bawang –bawangan).
7. Corn
Batang yang gemuk, pendek berdaging dan terdapat dalam tanah yang
dilapisi daun yang mereduksi menjadi sisik dan terdapat tunas yang
tumbuh,misalnya : Ranumculus bulbasus.
Beberapa jenis gulma menahun mempunyai lebih dari satu organ perbanyakan
vegetatif.Contoh: Cynodon dactylon (stolon dan rhizoma) dan Cyperus
rotundus (rhizome dan umbi) Areal pertanian yang didominasi oleh gulma
perennial yang mempunyai organ perbanyakan vegetatif relatif lebih sulit untuk
dikendalikan.Faktor yang mempengaruhi umur dan daya tahan hidup organ
perbanyakan vegetatif
Kedalaman
Pada Sorghum halepense, hanya pada kedalaman 20 cm Rhizomanya masih
bertahan hidup, pada kedalaman kurang dari ini semua mati akibat suhu rendah
dimusim dingin.
Pada Agropyron repens dan Cyperus esculentus kedalaman lebih dari 2.0 – 2.5
cm berpengaruh nyata terhadap peningkatan daya tahan hidupnya.
·
Temperatur
Pada suhu -4oC semua umbi Cyperus esculentus masih dapat bertahan hidup pada
-10oC semuanya mati.
·
Kekeringan
Organ perbanyakan vegetatif lebih peka terhadap kekeringan dibandingkan
dengan organ generatif.
Pada Sorghum halapense pengeringan hingga kandungan air tinggal 40% dapat
mematikan semua rhizoma.
D. PEMENCARAN BIJI
Pemencaran Tumbuhan dengan Bantuan Faktor Luar Penyebaran biji pada
tumbuhan pada umumnya menggunakan bantuan angin, hewan, air dan udara.
Dengan adanya bantuan tersebut, tumbuhan dapat memperluas daerah tumbuhnya
dan menjaga kelestarian spesiesnya.
Penyebaran Gulma
Tidak seperti hewan, tumbuhan termasuk bijinya tidak dapat bergerak dengan
kekuatannya sendiri. Organ-organ reproduksi (generatif dan vegetatif) dapat
disebarkan oleh
(1) manusia,
(2) hewan,
(3) angin dan
(4) air.
1. AUTOCORY
2. Merupakan kelompok gulma yang penyebarannya bisa terjadi secara mandiri
tanpa melibatkan faktor luar,
3. Termasuk gulma yang dalam familia Leguminosae,
4. Biji berada dalam polong,
5. Ketika polong tua, akan pecah dan biji terlempar keluar sehingga menyebar
6. Penyebaran tidak dapat jauh / terbatas
Contoh: Cleome aspera, Mimosa pudica, Crotalaria
2. HIDROCORY
1. Penyebaran gulma karena adanya bantuan air
2. Organ perkembangbiakan gulma yang jatuh ke tanah / air dapat berpindah
karena adanya pergerakan air ( aliran )
3. Biasanya organ mempunyai ukuran kecil, ringan dan terapung ( berat jenis < 1
)
4. Organ dapat berupa biji, spora atau massa /individu
5. Kelompok gulma ini terutama pada gulma air ( aquatic weed )
Contoh: Limnocharis flava, Echinochloa, C. iria, Marsilea, Salvinea, Pistia,
Eichornia crassipes
3. ANEMOCORY
1. Penyebaran gulma karena adanya bantuanangin ( “ diterbangkan “ )
2. Organ dapat berupa biji atau spora
3. Ukuran organ sangat kecil dan sangat ringansehingga mudah berpindah
4. Biasanya dibantu oleh adanya alat pendukung pada organ ( papus, parasut )
5. Kelompok gulma ini terutama pada gulma familia Asteraceae
Contoh: Imperata cylindrica, Sonchus arvensis,Eupatorium odoratum, Ageratum
conyzoides, Mikania micrantha, dll
4. ZOOCORY
1. Penyebaran gulma karena adanya bantuan hewan
2. Agensia dapat berbentuk ternak atau hewan liar
3. Dapat terjadi melalui pencernakan makanan atau menempel karena mempunyai
alat perekat atau pengait.
Melalui pencernakan ( biasanya biji )
Contoh : Ageratum, Cynodon, Echinochloa,Eleusine, Paspalum dll
Melalui penempelan karena perekat
Contoh: Thyumphita laputa, Loranthus sp
Melalui penempelan karena pengait
Contoh: Eragrostis sp, Stachytarphita indica, Temeda arquens, dll
5. ANTHROPOCORY
1. Penyebaran gulma karena bantuan manusia
2. Aktifitas manusia sengaja atau tidak sengaja ikut menyebarkan gulma
3. Tumbuhan sengaja ditanam tetapi perkembangan dan penyebaran tidak
terkendali karena :
Memiliki nilai keindahan,
Contoh: Eichornia , Lantana camara
Sebagai penutup tanah,
Contoh: Eupatorium, Drimeria
Secara tidak sengaja gulma terbawa bahan pangan ,
Contoh: ( Echinochloa , Crotalaria )
c. Faktor biotik, meliputi tumbuhan (tingkat tinggi dan rendah), hewan (makro dan
mikro
Hampir semua jenis gulma berasal dari jenis-jenis yang liar kemudian masuk
habitat yang telah mengalami gangguan manusia. Sebagai buktinya, banyak sekali
jenis gulma yang penyebarannya di luar batas-batas penyebaran alaminya seperti
Imperata cylindrica, Digitaria sanguinalis, Taraxacum officinale, dan Panicum
repensi.
E. Seleksi C, S, Dan R
Konsep baru mengenai strategi tumbuhan dan alokasi sumberdaya dikemukakan
oleh J.P. Grime seorang ahli ekologi perbandingan tumbuhan, Universitas Sheffiield,
Inggris. Konsepnya merupakan perluasan seleksi r dan K di mana strategi semua jenis
tumbuhan mempunyai perpaduan antara strategi r dan K (Grime, 1979). Terdapat dua
faktor luar yang dapat membatasi jumlah bahan kering tumbuhan dalam suatu
lingkungan yang tertentu yaitu tekanan (stress) dan gangguan (disturbance). Grime
mendefinisikan tekanan sebagai fenomena luar yang membatasi produktivitas,
misalnya berkurangnya atau terbatasnya cahaya, air, zat hara, atau suhu yang
optimum. Gangguan merupakan kerusakan sebagian atau seluruhnya dari biomassa
tumbuhan yang ada sebagai akibat adanya kebakaran, pengolahan tanah,
pemangkasan, perumputan, dan lainlain. Seperti juga pada seleksi r dan K, luasan dari
kedua faktor itu sangat bervariasi. Jika kita anggap hanya ada dua luasan dari
gangguan dan tekanan yaitu yang tertinggi dan terendah makan akan terdapat empat
kombinasi tipe strategi tumbuh-tumbuhan yaitu:
Tinggi Rendah
F. Kompetisi
Kompetisi dapat terjadi jika salah satu dari dua atau lebih organisme
yang hidup bersama-sama membutuhkan faktor lingkungan yang sangat terbatas
persediaannya dan tidak mencukupi bagi kebutuhan bersama. Dalam keadaan seperti
ini kedua organisme akan saling berinteraksi. Dengan membatasi definisi hanya
terhadap persaingan akan beberapa faktor lingkungan yang berasa dalam keadaan
terbatas jumlahnya, maka kompetisi dapat dibedakan dengan gangguan yang termasuk
di dalamnya alelopati yang akan dibahas terpisah. Konsep kompetisi selalu
disalahartikan sebagai hubungan antara gulma dan tanaman budidaya. Kompetisi
selalu diartikan sebagai periode di mana gulma tumbuh bersama-sama dengan
tanaman budidaya meskipun belum diketahui secara pasti apakah terjadi persaingan
di antara keduanya akan faktor-faktor pertumbuhan yang berada dalam jumlah yang
minimal. Sebagai akibatnya, kita cenderung untuk mengamati hanya pengaruh gulma
terhadap tanaman budidayanya dan tidak juga sebaliknya. Selanjutnya, kompetisi
akan diartikan sebagai interaksi yang terjadi sebagai akibat salah satu faktor
pertumbuhan berada dalam jumlah yang sangat terbatas bagi kebutuhan gulma
maupun tanaman budidaya.
3.3 Allelopaty
Sejarah Alelopati
Reaksi alelopati telah dikemukakan oleh Bapak Botani, Theophrastus, sejak
tahun 300 SM. Dia menuliskan tentang buncis yang dapat membunuh populasi gulma
di sekitarnya. Pada tahun 1 setelah Masehi, seorang cendikiawan dan naturalis Roma
bernama Gaius Plinius Secundus menuliskan tentang bagaiman buncis dan jelai dapat
berefek "menghanguskan" ladang. Selain itu, dia juga mengemukakan bahwa pohon
Walnut bersifat toksik (beracun) terhadap tumbuhan lain. Pada tahun 1832, Augustin
Pyramus De Candolle, seorang ahli botani dan naturalis mengemukakan bahwa tanah
dapat menderita "sakit" kemungkinan diakibatkan oleh senyawa kimia yang
dikeluarkan oleh tanaman. Penemuan mengenai alelopati semakin jelas ketika pada
tahun 1907-1909, dua orang ilmuwan bernama Schreiner dan Reed berhasil
mengisolasi senyawa fitotoksik kimia dari tanaman dan tanah. Konsep mengenai
alelopati dikemukakan pada tahun 1937 oleh Hans Molisch, seorang ahli fisiologi
tanaman asal Austria. Alelopati berasal dari bahasa Yunani, allelon yang berarti "satu
sama lain" dan pathos yang berarti "menderita"
Pengertian Alelopati
Alelopati berasal dari bahasa Yunani, allelon yang berarti "satu sama lain" dan
pathos yang berarti "menderita". Alelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena alam
dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul
(disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa tersebut memengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di sekitarnya.Alelopati didefinisikan
sebagai suatu fenomena alam dimana suatu organisme memproduksi dan
mengeluarkan suatu senyawa biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan
senyawa tersebut mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di
sekitarnya. Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu
menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di
sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini
menghasilkan zat yang bersifat toksik.
Mekanisme Alelopati
Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap
pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran melalui
serangkaian proses yang cukup kompleks, namun proses tersebut diawali di membran
plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran membran, atau
hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan
konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses
fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein,
pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau
seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan
pembesaran sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan sasaran.
Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan, antar
mikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme. Interaksi tersebut
meliputi penghambatan dan pemacuan secara langsung atau tidak langsung suatu
senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikroba)
terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang
berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat
selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap
organisme lain.
Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, mungkin di akar,
batang, daun, bunga dan atau biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat
spesifik pada setiap spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit
sekunder yang dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut air,
lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam sinamat
dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam
amino nonprotein, sulfida serta nukleosida. Pelepasan alelokimia pada umumnya
terjadi pada stadium perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres
biotik maupun abiotik.
Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme
sasaran melalui penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan atau dekomposisi. Setiap
jenis alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu tergantung pada organ
pembentuknya dan bentuk atau sifat.
Alelopati memiliki berbagai cara untuk masuk kedalam tanah, yaitu secara
eksudasi atau ereksi dari akar melalui proses mengeluarkan air atau senyawa toksik
melalui akar. Selain itu dengan cara volatilasi dari daun, yaitu penguapan toksik
berupa gas melalui stomata serta secara leaching, yaitu larutnya toksis yang terdapat
pada daun akibat air hujan atau embun ke tanah dan seresah yang telah
terdekomposisi.
Alelopati dapat dihasilkan oleh gulma, tanaman semusim, tanaman berkayu dan
residu tanaman. Gulma umumnya hanya sebagai pengganggu tanaman yang pada
proses sanitasi dihilangkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya.
Namun senyawa alelopati pada beberapa gulma dapat memberikan dampak positif
terhadap tanaman budidaya. Contohnya adalah tumbuhan alang-alang. Menurut
Djazuli dalam jurnal “Potensi senyawa alelopati sebagai herbisida nabati alternatif
pada budidaya lada organik”, alang-alang memberi manfaat pada tanaman jagung
karena mampu menekan panjang tunas jagung, selain itu dapat menghambat
pertumbuhan gulma lain, namun penggunaannya harus diperhatikan karena dapat
berdampak pada tanaman semusim.
Selanjutnya residu tanaman yang berupa sekam batang dan daun tanaman
setelah panen dapat memberikan efek alelopati pada komoditas yang akan ditanam
kemudian. Contohnya adalah residu tanaman jagung dapat menekan pertumbuhan
gulma dan meningkatkan hasil tanaman padi. Oleh karena itu residu tanaman dan
gulma perlu diperhatikan dalam proses pengolahan lahan sebelum penanaman.
Contoh simbiosis alelopati dapat dilihat dari berbagai fenomena saat suatu
organisme menghambat pertumbuhan organisme lain dengan menggunakan zat
alelopat. Alelopat yang dikenal dengan alelokimia adalah zat metabolit sekunder
berasal dari mahluk hidup untuk membunuh mahluk hidup lain. Zat ini berfungsi
layaknya herbisida, dimana mampu menghilangkan tanaman – tanaman disekitarnya.
4. Penghambat Respirasi
Enzim adalah salah stau contoh protein fungsional yang berperan dalam
terjadinya metabolisme tubuh. Jika fungsi dari enzim terus terganggu maka
metabolisme tubuh akan terganggu. Metabolisme tubuh yang berjalan tidak baik akan
berdampak pada kelangsungan hidup dari organisme tersebut.Peran dari Alelopat
yang merugikan harus diwaspadai terutama jika ingin menanam secara tumpang sari.
Berikut adalah beberapa contoh simbiosis alelopat yang terjalin antar organisme:
Sekitar 20 species dari dinoflagelata memiliki racun yang berbeda – beda. Racun
yang dikeluarkan oleh Dinoflagelata berbahaya bagi fitoplanton, ikan, bahkan
manusia. Racun tersebut dapat terakumulasi dalam rantai makanan dan berdampak
negatif. Di perairan asin Teluk Jakarta yang telah terpapar berbagai limbah ditemukan
Diophysis spp, Alexandrium spp, dan Pseudonitschia spp. Racun yang terpapar pada
berbagai hasil laut seperti ikan, kerang, dapat berakibat fatal untuk kehidupan
manusia.
Porifera adalah salah satu invertebrata atau hewan yang tidak memiliki tulang
belakang. Menurut Porter dan Target (1988) ditemukan zat Alelopat pada pada hewan
spons Plakortis halichondroides yang dapat mengganggu pertumbuhan pada koral
salah satunya yaitu Agaricia lamarcki. Koral Agaricia lamarcki dapat menderita
nekrosis sebelum akhirnya mati. Zat alelopat yang dihasilkan oleh porifera tersebut
adalah cara untuk Porifera Plakortis halichondroides bertahan diri dan berebut nutrisi.
Jamur Penicillium sp adalah salah satu jenis jamur yang memiliki habitat di
tanah, makanan basi, dan lain – lain. Jamur ini tergolong dalam mikrofungi atau jamur
yang hanya dapat dilihat dengan meggunak mikroskop. Beberapa jenis Jamur
Penicillium sp bisa dimanfaatkan sebagai antibiotik. Zat metabolit sekundernya bisa
membunuh mikroorganisme lain. Penggunaan jamur ini dalam dunia pengobatan
harus dengan dosis dan penanganan yang tepat. Beberapa zat antbiotik yang bisa
didapatkan dari jamur ini yaitu Ampisilin, Oksasilin, Azlozilin, Mezlosilin, Nafsilin,
dan lain – lain.
Jika kita perhatikan pada tanaman Kamboja (Plumeria sp) di taman, bunga yang
memiliki wangi yang khas dan umumnya tumbuh jauh dari tanaman – tanaman lain.
Rumput liar atau tanaman liar lain tidak mampu tumbuh berdampingan dengan
tanaman bunga Kamboja (Plumeria sp). Zat alelopat yang dimilikinya bekerja
layaknya herbisida, yakni membasmi tanaman lainnya.
Tanaman Alang – Alang banyak tumbuh liar secara rimbun tanpa memberi
satupun ruang untuk tanaman lain hidup. Alang – Alang (Imperata cylindrica)
mensekresikan senyawa fenol, asam valinik, dan karbolik untuk menghambat
pertumbuhan tanaman disekitarnya. Senyawa – senyawa tersebut akan meracuni
tanaman sekitar dan menghambat pertumbuhannya. Tanaman yang tumbuh akibatnya
tidak dapat bertahan hingga akhirnya mati.
Jika kita pergi ke hutan pinus, kita hanya akan melihat pohon – pohon pinus
yang menjulang tinggi. Pinus adalah salah satu tumbuhan tinggi yang dikenal
memiliki zat alelopat. Zat tersebut akan akan mengakibatkan tanah yang ada di sekitar
kebun pinus memiliki pH asam. Keasaman tanah yang berlebih membuat tanaman lain
tidak dapat tumbuh bersama pinus.Hutan pinus hanya akan dipenuhi dengan cover
ground atau penutup tanah berupa buah pinus. Rumput liar atau tanaman yang
dianggap sebagai gulma tidak dapat hidup dengan baik, sehingga perebutan nutrisi
tidak terjadi. Nutrisi dalam tanah hanya akan diserap oleh Pinus (Pinus merkusi) tanpa
berbagi dengan tumbuhan lain. Hal tersebut memungkinkan Pinus untuk tumbuh lebih
optimal pada hutan – hutan di Indonesia.
3.4 Arti Gulma Secara Umum dan Khusus
Pengertian Gulma
Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat bertangkaiatau
tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil
(floret), di mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi olehsepasang daun
pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang
kecil disebut palea.Buah disebut caryopsis atau grain.Gulma dalam kelompok ini
berdaun sempit seperti teki tetapi menghasilkan stolon. Stolon ini di dalam tanah
berbentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contoh gulma golongan
rumput adalah sebagai berikut :
PERKEMBANGBIAKAN GULMA
Gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah lama
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang telah
berkembang sejak timbulnya pertanian. Setiap kali manusia berusaha mengubah salah
satu atau seluruh faktor lingkungan alami, seperti pembukaan hutan, pengolahan
tanah, pengairan dan sebagainya, maka selalu akan berhadapan dengan masalah baru
karena tumbuhnya tumbuhan yang tidak diinginkan yang merupakan salah satu akibat
dari perubahan tersebut.
a) Bidang Pertanian
b) Bidang Peternakan
c) Bidang Perikanan
Penggolongan Gulma
Berdasarkan daerah asal, gulma dibedakan menjadi gulma domestik dan gulma
eksotik. Gulma domestik adalah gulma asli di suatu tempat/daerah, contohnya gulma
alang-alang (Imperata cylindrica) di Indonesia. Gulma eksotik yaitu gulma yang
berasal dari daerah (negara) lain, contohnya gulma eceng gondok (Eichhornia
crassipes) dan gulma kiambang (Salvinia molesta) berasal dari negara lain.
Gulma dari golongan pakis akan tumbuh subur pada areal yang lembab dan
ternaungi. Seringkali gulma golongan pakis ini mendominasi areal perkebunan yang
telah menghasilkan, karena kondisi ekologinya yang cocok.
Sifat Umum Gulma Dibandingkan dengan Tanaman
PERKEMBANGBIAKAN GULMA
1. Dengan biji
Sebagian besar gulma berkembangbiak dengan biji dan menghasilkan jumlah
biji yang sangat banyak seperti biji pada Amaranthus spinosus, Cynodon dactylon,
Eragrostis amabilis.
Biji-biji gulma dapat tersebar jauh karena ukurannya kecil sehingga dapat
terbawa angin, air, hewan dan sebagainya dengan demikian penyebarannya juga lebih
luas. Adapula terdapat bulu-bulu (rambut halus) yang menempel pada biji, sehingga
biji ini mudah diterbangkan oleh angina, seperti pada biji Emilia sonchifolia, Vernonia
sp, dll.
Disamping itu biji-biji gulma dapat bertahan lama di dalam tanah (masa
dormansi yang panjang) bila situasi lahan tanahnya tidak memungkinkan untuk
tumbuh, kemudian pada saatnya dapat tumbuh bila situasi sudah memungkinkan.
2. Stolon
Adapula gulma yang dapat membentuk individu baru dengan stolon yaitu
bagian batang menyerupai akar yang menjalar di atas permukaan tanah. Dimana
batang ini terdiri dari nodus (buku) dan internodus (ruas), pada setiap nodus dapat
keluar serabut-serabut akar dan tunas sehingga dapat mebentuk individu baru. Contoh
gulma ini adalah: Paspalum conjugatum, Cynodon dactylon, dll.
4. Tuber (umbi)
Umbi merupakan pembengkakan dari batang atupun akar yang digunakan
sebagai tempat penyimpanan atau penimbun makanan cadangan, sehingga umbi
tersebut bisa membesar. Pada beberapa bagian dari umbi tersebut terdapat titik (mata)
yang pada saatnya nanti bisa muncul atau keluar tunas yang merupakan individu baru
dari gulma tersebut. Contoh gulma ini adalah dari keluarga Cyperaceae, seperti:
Cyperus rotundus, Cyperus irinaria, dst.
6. Dengan daun
Pada beberapa jenis gulma juga dapat berkembangbiak dengan daunnya yang
telah dewasa. Daun ini berbentuk membulat ataupun oval, pada pinggir daun bergerigi
atau terdapat lekukan yang nantinya tempat muncul tunas menjadi individu baru.
Contohnya: Calanchoe sp (cocor bebek), Ranunculus bulbasus.
7. Runner (Sulur)
Stolon yang keluar dari ketiak daun dimana internodianya (ruas) sangat panjang,
membentuk tunas pada bagian ujung. Contoh: Eichornia crassipes.
8. Spora.
Ada juga beberapa gulma yang dapat berkembang biak dengan spora, dimana
spora ini bila telah matang dapat diterbangkan oleh angina. Contoh gulma ini
kebanyakan dari keluarga paku-pakuan seperti: Nephrolepsis bisserata, Lygopodiu sp,
dll.
3.8 Macam-macam Gulma dilahan pertanian
Gulma merupakan salah satu kendala utama dalam usaha pembudidayaan suatu
tanaman. Gulma dapat tumbuh dan berkembang dengan pesat di lahan tanaman
budidaya sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta dapat
mengakibatkan turunnya hasil panen baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Menurut
morfologinya biasanya orang membedakan gulma ke dalam tiga kelompok. Ketiga
kelompok gulma memiliki karakteristik tersendiri yang memerlukan strategi khusus
untuk mengendalikannya.
a. Gulma teki-tekian
Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik
karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan.
Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat
efisien dalam ‘menguasai’ areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang
lintang batang berbentuk segi tiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang
berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik
tumbuh tersembunyi. Kelompok ini mencakup semua anggota Cyperaceae (suku teki-
tekian) yang menjadi gulma. Berikut merupakan beberapa kecil contoh gulma teki :
Teki ladang
Teki ladang atau Cyperus rotundus adalah gulma pertanian yang biasa
dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud
adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan
mirip.
Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit
dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang)
dan geragih(stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu
menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru
dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu
bertahan pada kondisi kekeringan.
Teki udel-udelan
Daun Teki udel-udelan ini memiliki panjang 20-35 cm dengan bentuk garis
sempi. Lebar daun ini sekitar 2-4 mm, dan juga terdapat daun pembalut yang menutupi
pelepah dan bangkol semu yang berbentuk kerucut. Tepi daunnya beringgit dengan
pangkal daun yang agak lancip dan ujung daun agak runcing.
Kumbuh
Gulma dalam kelompok ini mempunyai ciri-ciri seperti daun sempit seperti teki-
tekian tetapi memiliki stolon, alih-alih umbi. Stolon ini di dalam tanah membentuk
jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Daun-daun soliter pada buku-buku,
tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu
pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata.
Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian
daun. Berikut beberapa gulma rumput – rumputan yang ada di lahan :
Akarnya memiliki tunas yang merayap di dalam tanah, panjang dan bersisik.
Biasanya sistem perakarannya serabut dan banyak memiliki rambut akar yang lebat
dan ujungnya meruncing.
Batang alang-alang ini memiliki tinggi 1,2-1,5 m. Permukaan batang alang-
alang ini beruas-ruas. Ruas tersebut sebagai tempat duduknya daun. Arah tumbuhnyya
batang alang-alang ini ke atas.
Digitaria sanguinalis
Digitaria sanguinalis adalah spesies rumput yang dikenal dengan beberapa nama
umum, termasuk crabgrass berbulu, rumput jari kepiting. Ini adalah salah satu spesies
yang lebih dikenal dari genus Digitaria, dan yang hampir dikenal di seluruh dunia
sebagai gulma biasa. Ini digunakan sebagai pakan ternak, dan bijinya dapat dimakan
dan telah digunakan sebagai biji-bijian di Jerman dan terutama Polandia, di mana
kadang-kadang dibudidayakan membuatnya menjadi millet Polandia.
Cynodon dactylon
Cynodon dactylon, juga dikenal sebagai Vilfa stellata, wiregrass dan rumput
belanda, adalah grassthat yang berasal dari Afrika. Bilahnya berwarna abu-abu-hijau
dan pendek, biasanya 2–15 cm panjang dengan tepi kasar. Batang yang tegak dapat
tumbuh setinggi 1–30 cm. Batangnya agak pipih, sering berwarna ungu.Kepala biji
diproduksi dalam kelompok dua hingga enam paku bersamaan di bagian atas batang,
masing-masing panjangnya 2-5 cm.
Tumbuhan ini memiliki sistem perakaran yang dalam; dalam situasi kekeringan
dengan tanah yang dapat ditembus, sistem akar dapat tumbuh hingga lebih dari 2
meter, meskipun sebagian besar massa akar kurang dari 60 sentimeter di bawah
permukaan. Rumput merayap di sepanjang tanah dan akar di mana simpul menyentuh
tanah, membentuk tikar padat. C. dactylon mereproduksi melalui biji, pelari, dan
rimpang.
Rumput Belulang
Rumput Belulang (Eleusine indica L.) merupakan salah satu gulma tanaman
budidaya yang mempunyai daya saing yang tinggi dan keluarga Poaceae atau
termasuk dalam keluarga rumput-rumputan. rumput belulang berkembang biak
dengan menggunakan biji. Rumput belulang mudah ditemui di dataran tinggi bahkan
disebuah artikel menyebutkan rumput belulang atau jukut jampang dapat hidup dalam
ketinggian 2000mdpl. namun rumput belulang juga mampu hidup ditarang sedang
ataupun dataran rendah.
Bunga tunggal, di ujung atau ketiak daun, simetri banyak, tangkai bunga tegak
dengan ujung yang mengangguk, langsing, lembayung, 8-23 mm, kemudian tumbuh
sampai 3 cm. Kelopak berbentuk genta, 5 cuping runcing, berbagi, hijau dengan rusuk
yang lembayung. Mahkota berbentuk lonceng lebar, tinggi 6-10 mm, kuning terang
dengan noda-noda coklat atau kuning coklat, di bawah tiap noda terdapat kelompokan
rambut-rambut pendek yang berbentuk V.
Bandotan
Putri malu atau Mimosa pudica adalah perdu pendek anggota suku polong-
polongan yang mudah dikenal karena daun-daunnya yang dapat secara cepat
menutup/layu dengan sendirinya saat disentuh. Walaupun sejumlah anggota polong-
polongan dapat melakukan hal yang sama, putri malu bereaksi lebih cepat daripada
jenis lainnya. Kelayuan ini bersifat sementara karena setelah beberapa menit
keadaannya akan pulih seperti semula.
Seluruh bagian tanaman putri malu meliputi batang dan cabang berduri, bunga,
bunga kering, polong biji, serta daun yang terbuka dan tertutup.
Herba berumur 1 tahun, tegak atau condong kemudian tegak, tinggi 0,4-1 m,
kerapkali bercabang banyak dan berduri. Daun bulat telur memanjang, lanset, panjang
5-8 cm, ujung tumpul dan pangkal runcing, Bunga dalam tukal yang rapat, yang
bawah duduk di ketiak, yang akan berkumpul menjadi karangan bunga di ujung dan
duduk di ketiak, bentuk bulir atau bercabang pada pangkalnya. Bulir ujung besar
jantan, tidak berduri, tidak berduri tempel. Daun pelindung dan anak daun pelindung
runcing, sama dengan tenda bunga. Daun tenda bunga 5, panjang 2-3 mm, gundul,
hijau, atau ungu dengan tepi trasparan.
3.9 Pengendalian Gulma
1. Gulma Kelas A
Gulma yang digolongkan ke dalam kelas A adalah jenis-jenis gulma yang
sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan sehingga harus diberantas secara tuntas
Contoh jenis gulma kelas A adalah sebagai berikut :
a). Imperata cylindrica
b). Mikania sp.
c). Mimosa sp.
2. Gulma Kelas B
Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas B adalah jenis-jenis gulma yang
merugikan tanaman perkebunan sehingga perlu dilakukan tindakan pemberantasan
atau pengendalian.
Contoh jenis gulma kelas B adalah sebagai berikut :
a). Brachiaria mutica
b). Gleichenia liniearis
c). Lantana camara
d). Melastoma malabathricum
e). Scleria sumatrensis
3. Gulma Kelas C
Gulma yang digolongkan ke dalam gulma kelas C adalah jenis-jenis gulma
atau tumbuhan yang merugikan tanaman perkebunan dan me- merlukan tindakan
pengendalian, namun tindakan pengendalian tersebut tergantung pada keadaan,
misalnya ketersediaan biaya, atau mempertim- bangkan segi estetika (kebersihan
kebun).
Contoh jenis gulma kelas C adalah sebagai berikut :
a) Axonopus compressus
b). Boreria latifolia
c). Cyclocorus aridus
d). Cynodon dactylon
e) Cyperus sp.
f) Echinochloa colonum
g). Eleusine indica
h). Nephrolepsis bisserata
i). Ottochloa nodosa
j). Paspalum conjugatum
k). Sporolobus sp.
4. Gulma Kelas D
Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas D adalah jenis-jenis gulma yang
kurang merugikan tanaman perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan
pengendalian.
Contoh jenis gulma kelas D adalah sebagai berikut :
a). Ageratum conyzoides
c). Cyrtococcum sp.
d). Digitaria sp.
5. Gulma Kelas E
Gulma yang digolongkan ke dalam gulma kelas E adalah jenis-jenis gulma
yang pada umumnya bermanfaat bagi tanaman perkebunan karena dapat berfungsi
sebagai pupuk hijau. Gulma kelas E dibiarkan tumbuh menutupi gawangan tanaman,
namun tetap memerlukan tindakan pengen- dalian jika pertumbuhannya sudah
menutupi piringan atau jalur tanaman.
Contoh jenis gulma kelas E adalah sebagai berikut :
a). Calopogonium caereleum
b). Calopogonium mucunoides
c). Centrosema pubescens
d). Pueraria javanica
e). Pueraria phaseoloides
Karakteristik Gulma
Sifat-sifat Gulma :
Gulma agresif/merugikan ( Noxious Weed )
Gulma lunak ( Soft Weed )
Alelopati
► Pengertian :
§ Bonner (1950) ð substansi beracun
§ Tukey (1969) dan Numata (1977) ð Allelopathy
§ Eussen (1977), Wani Djatmiko (1978) ð zat penghambat pertumbuhan
► Karakter :
Leopold & Kriedmann (1975) ð sebagian besar tidak dikenal atau sukar
diisolasi
► Zat yang sudah terdeteksi :
§ Asam absisi
§ Coumarin (menghalangi pembelahan sel akar)
§ Senyawa cyanogen
§ Asam phenol (mendorong ketidakaktifan hormon pertumbuhan ð menekan
pertumbuhan)
§ Terpen
§ Flavinium
§ Asam cinamis
§ Glycosida
► Cara berpengaruh :
§ Memperlambat penyerapan hara
§ Menghambat pembelahan sel
§ Menghambat aktifitas fotosintesa
§ Berpengaruh terhadap respirasi
► Pelepasannya :
§ Pencucian selama hujan
§ Pembusukan
§ Penguapan
Alelopati pada Chromolaena odorata :
► Bunga dan daun
§ Asam palmitat
§ Asam linoleat
§ 2,6-dimetosi fenol
► Batang & akar
§ Etilhidrazin oksalat
§ Asam palmitat
1. Gulma adalaha tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki,
tumbuh pada areal pertanaman.
2. Alelopati adalah hubungan atau interaksi antarorganisme, yang mana
keberadaan satu organisme dapat menghambat pertumbuhan atau
perkembangan organisme lainya melalui pelepasan toksin atau racun.
3. Annual weeds, yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu
kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah
sampai memproduksi biji dan kemudian mati).
4. Biennial weeds, yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari
satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun.
5. Perennial weeds, yaitu gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau
mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun).
6. Simple perennial, yaitu gulma yang sebenarnya hanya berkembang biak
dengan biji, akan tetapi apabila bagian tubuhnya terpotong maka potongannya
akan dapat tumbuh menjadi individu baru. Sebagai contoh Taraxacum sp. dan
Rumex sp.
7. Creeping perennial, yaitu gulma yang dapat berkembang biak dengan akar
yang menjalar (root creeping), batang yang menjalar di atas tanah (stolon) atau
batang yang menjalar di dalam tanah (rhizoma). contohnya Cynodon dactylon,
Sorgum helepense, Agropyron repens, Circium vulgare.
8. Terrestial weeds, yaitu gulma yang tumbuh pada habitat tanah atau darat.
Contoh Cyperus rotundus, Imperata cylindrica, Cynodon dactylon,
Amaranthus spinosus, Mimosa sp. ,
9. Aquatic weeds, yaitu gulma yang tumbuh di habitat air.
10. Marine weeds, yaitu gulma yang hidup pada kondisi air seperti air laut, di
hutan-hutan bakau. Sebagai contoh Enchalus acoroides dan Acrosticum
aureum.
11. fresh water weeds, yaitu gulma yang tumbuh di habitat air tawar.
12. Floating weeds gulma yang tumbuh memgapung
13. Submerged weeds gulma yang tumbuh tenggelam
14. Emerged weeds adalah gulma yang sebagian tubuhnya tenggelam dan
sebagian mengapung.
15. Marginal weeds adalah gulma yang tumbuh di tepian, contohnya Panicum
repens, Scleria poaeformis, Rhychospora corymbosa, Polygonum sp.,
Ludwigia sp., Leersia hexandra, Cyperus elatus.
16. Monocotyledoneae, gulma berakar serabut, susunan tulang daun sejajar atau
melengkung, jumlah bagian-bagian bunga tiga atau kelipatannya, dan biji
berkeping satu. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus
dactylon, Echinochloa crusgalli, Panicum repens.
17. Dicotyledoneae, gulma berakar tunggang, susunan tulang daun menyirip atau
menjari, jumlah bagian-bagian bunga 4 atau 5 atau kelipatannya, dan biji
berkeping dua. Contohnya Amaranthus spinosus, Mimosa sp., Euphatorium
odoratum.
18. Pteridophyta gulma yang berkembangbiak secara generatif dengan spora.
Sebagai contoh Salvinia sp., Marsilea crenata.
19. Gulma obligat (obligate weeds) adalah gulma yang tidak pernah dijumpai
hidup secara liar dan hanya dapat tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola
oleh manusia. Contoh Convolvulus arvensis, Monochoria vaginalis,
Limnocharis flava.
20. Gulma fakultatif (facultative weeds) adalah gulma yang tumbuh secara liar
dan dapat pula tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia.
Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus Opuntia sp.
21. Gulma parasit sejati adalah gulma yanh tidak mempunyai daun, tidak
mempunyai klorofil, tidak dapat melakukan asimilasi sendiri, kebutuhan akan
makannya diambil langsung dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya
(haustarium) memasuki sampai ke jaringan floem. Contoh Cuscuta australis
(tali putri).
22. Gulma semi parasit adalah gulma yang mempunyai daun, mempunyai klorofil,
dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan unsur hara
lainnya diambil dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya masuk sampai
ke jaringan silem.
23. Gulma hiper parasit adalah mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat
melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan dan hara lainnya diambil
dari gulma semi parasit, dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan
silem.
24. Gulma kelas A adalah Gulma yang digolongkan ke dalam kelas A adalah
jenis-jenis gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan sehingga
harus diberantas secara tuntas. Contoh Imperata cylindric, Mikania sp,
Mimosa sp.
25. Gulma kelas B adalah Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas B adalah
jenis-jenis gulma yang merugikan tanaman perkebunan sehingga perlu
dilakukan tindakan pemberantasan atau pengendalian. Contoh Brachiaria
mutica, Gleichenia liniearis .
26. Gulma kelas C adalah jenis-jenis gulma atau tumbuhan yang merugikan
tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan
pengendalian. Contoh Eleusine indica, Sapolbus sp.
27. Gulma kelas D adalah jenis-jenis gulma yang kurang merugikan tanaman
perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian. Contoh
Ageratum conyzoides, Cyrtococcum sp, Digitaria sp.
28. Gulma kelas E adalah jenis-jenis gulma yang pada umumnya bermanfaat bagi
tanaman perkebunan karena dapat berfungsi sebagai pupuk hijau. Contoh
Calopogonium caereleum, Calopogonium mucunoides.
3.12 Konsep dan Batasan Gulma
Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses
produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena
mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena
batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman
berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma
dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela
pertanaman monokultur jagungdapat dianggap sebagai gulma, namun pada
sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian,
beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang.
Kompetisi adalah hubungan interaksi antara dua individu tumbuhan baik yang
sesama jenis maupun berlainan jenis yang dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi
keduanya sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya yang ada dalam keadaan
terbatas secara bersama . Kompetisi yang terjadi di alam meliputi kompetisi
intraspesifik yaitu interaksi negatif antar sesama jenis, dan kompetisi interspesifik
yaitu interaksi negatif yang terjadi pada tumbuhan berbeda jenis. Tanamna budidaya
mempunyai kemampuan untuk bersaing dengan gulma sampai batas populasi gulma
tertentu. Setelah batas populasi tersebut, tanaman budidaya akan kalah bersaing
sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman budidaya akan menurun. Kompetisi
gulma akan menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen. Penurunan
kuantitas hasil panen terjadi melalui dua cara yaitu pengurangan jumlah hasil yang
dapat dipanen dan penurunan jumlah individu tanaman yang dipanen. Kompetisi
antara gulma dan tanaman terjadi karena faktor tumbuh yang terbatas. Faktor yang
dikompetisikan antara lain, hara, cahaya, CO2, cahaya dan ruang tumbuh. Besarnya
daya kompetisi gulma tergantung pada beberapa faktor antara lain jumlah individu
gulma dan berat gulma, siklus hidup gulma, periode gulma pada tanaman, dan jenis
gulma.
BAB 4. PRAKTIKUM
A.PENGENALAN GULMA
2. KOMPETISI
A. Kompetisi Gulma terhadap Tanaman
Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman
untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman
yang kita usahakan di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam
tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis,
menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas dan
kuantitas.
1. Persaingan memperebutkan hara
Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung pertumbuhan
berbagai pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya.
Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun
kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh karena itu jika gulma tidak
diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa gulma.
Hal ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan,
tetapi tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan kata
lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk.
Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah
unsur nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang
banyak, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak
unsur hara daripada pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma
mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung; fosfat
1,5 kali lebih banyak; kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih
banyak dan magnesium lebih dari 3 kali. Dapat dikatakan bahwa gulma
lebih banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang dikelola
manusia.
3. ALLELOPATI
Tumbuh-tumbuhan juga dapat bersaing antar sesamanya secara
interaksi biokimiawi, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa
beracun ke lingkungan sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan tumbuhan yang ada di dekatnya. Interaksi biokimiawi antara
gulma dan pertanamanan antara lain menyebabkan gangguan
perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal, pertumbuhan memanjang
akar terhambat, perubahan susunan sel-sel akar dan lain sebagainya.
Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan
mengeluarkan senyawa beracun dari akarnya (root exudates atau lechates)
atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Persaingan yang timbul akibat
dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut alelopati dan zat
kimianya disebut alelopat. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah
dari golongan fenol.
Tidak semua gulma mengeluarkan senyawa beracun. Spesies gulma
yang diketahui mengeluarkan senyawa racun adalah alang-alang
(Imperata cylinarica), grinting (Cynodon dactylon), teki (Cyperus
rotundus), Agropyron intermedium, Salvia lenocophyela dan lain-lain.
2. Gulma Yang Berpotensi Alelopati
Alelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma di dalam hubungan
interaksi antara gulma dan tanaman melalui eksudat yang dikeluarkannya,
yang tercuci, yang teruapkan, atau melalui hasil pembusukan bagian-
bagian organnya yang telah mati.
Beberapa jenis gulma yang telah diketahui mempunyai potensi
mengeluarkan senyawa alelopati dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Jenis gulma yang mempunyai aktivitas alelopati
Jenis gulma Jenis tanaman pertanian
yang peka
Abutilon beberapa jenis
theoprasti
Agropyron berbagai jenis
repens
Agrostemma Gandum
githago
Allium vineale Oat
Amaranthus Kopi
spinosus
Ambrosia berbagai jenis
artemisifolia
A. trifida kacang pea, gandum
Artemisia Mentimun
vulgaris
Asclepias syriaca Sorgum
Avena fatua berbagai jenis
Celosia argentea Bajra
Chenopodium mentimun, oat, jagung
album
Cynodon Kopi
dactylon
Cyperus Jagung
esculentus
C. rotundus sorgum, kedelai
Euporbia esula kacang pea, gandum
Holcus mollis Barli
Imperata berbagai jenis
cylindrica
Poa spp. Tomat
Polygonum Kentang
persicaria
Rumex crisparus jagung, sorgum
Setaria faberii Jagung
Stellaria media Barli
(Sumber : Putnam, 1995)
Telah banyak bukti yang dikumpulkan menunjukkan bahwa
beberapa jenis gulma menahun yang sangat agresif termasuk Agropyron
repens, Cirsium arvense, Sorgum halepense, Cyperus
rotundus dan Imperata cylindrica mempunyai pengaruh alelopati,
khususnya melalui senyawa beracun yang dikeluarkan dari bagian-bagian
yang organnya telah mati.
Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa senyawa alelopati
dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Laporan yang paling awal
diketahui mengenai hal ini ialah bahwa pada tanah-tanah bekas
ditumbuhi Agropyron repens, pertumbuhan gandum, oat, alfalfa, dan barli
sangat terhambat.
Alang-alang menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan ini
telah dibuktikan dengan menggunakan percobaan pot-pot bertingkat di
rumah kaca di Bogor. Mengingat unsur hara, air dan cahaya bukan
merupakan pembatas utama, maka diduga bahwa alang-alang merupakan
senyawa beracun yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung.
Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa tumbuhan yang dibenamkan ke
dalam tanah juga dapat menghambat pertumbuhan jagung. Lamid dkk.
(1994) memperlihatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstraks organ
tubuh alang-alang, semakin besar pengaruh negatifnya terhadap
pertumbuhan kecambah padi gogo.
Penelitian semacam ini juga telah banyak dilakukan misalnya pada
teki (Cyperus rotundus). Pengaruh teki terhadap pertumbuhan jagung,
kedelai dan kacang tanah juga telah dipelajari dengan metode tidak
langsung. Ekstrak umbi dari teki dalam berbagai konsentrasi telah
digunakan dalam percobaan. Sutarto (1990) memperlihatkan bahwa
tekanan ekstrak teki segar 200 dan 300 g/250 ml air menyebabkan
pertumbuhan tanaman kacang tanah menjadi kerdil dan kurus, serta
potensi hasilnya menurun.
Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh
gulma dipengaruhi oleh kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan
gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma, kecepatan tumbuh gulma
dan jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4).
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat
ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang, akar
rizoma, umbi, bunga, buah dan biji. Senyawa-senyawa alelopati dapat
dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk
melalui penguapan, eksudat akar, pencucian dan pembusukan organ
tumbuhan. Beberapa gulma yang berpotensi alelopati baik yang masih
hidup atau yang sudah mati sama-sama dapat melepaskan senyawa
alelopati melalui organ yang berada dia atas tanah maupun yang di bawah
tanah.
Beberapa jenis gulma yang berpotensi mengeluarkan senyawa
alelopati ialah Abutilon theoprasti, Agropyron repens, Agrostemma
githago, Allium vineale, Amaranthus spinosus, Ambrosia artemisifolia, A.
trifidia, Artemisia vulgaris, Asclepias syriaca, Avena fatua, Celosia
argentea, Chenopodium album, Cynodon dactylon, Cyperus esculentus, C.
rotundus, Euphorbia esula, Holcus mollis, Imperata cylindrica, Poa spp.
,Polygonum persicaria, Rumex crispus, Setaria faberii, Stellaria media.
Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara, pembelahan
sel-sel akar, pertumbuhan tanaman, fotosintesis, respirasi, sitesis protein,
menurunkan daya permeabilitas membran sel dan menghambat aktivitas
enzim.
Alelopati menghambat pertumbuhan tanaman. Agropyron
repensmenghambat pertumbuhan gandum, oat, alfalfa dan barli. Alang-
alang dan teki baik yang masih hidup maupun yang sudah mati
menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman budidaya.
B. IDENTIFIKASI GULMA
Gulma dibagi menjadi 3 jenis yaitu gulma rumput – rumputan, teki
– tekian, dan daun lebar. Banyak dari kita yang terkadang salah dalam
menganggap bahwa gulma rumput dan teki itu sama, yang kenyataannya
sangat berbeda. Berikut akan dijelaskan beberapa jenis gulma yang ada di
sekitar kita :
Deskripsi :
- Akar : memiliki akar serabut.
Batang : batang pada tanaman ini kaku dan ramping, ketinggian + 30-
90cm.
- Daun : daunnya runcing ke ujung (acutus), umumnya berambut,
seludang jarang yang berambut, panjang 5-20 cm, lebar 2-8 mm
berbentuk garis atau benang (folium linearum) dengan tulang daun
sejajar (paralel nervis).
- Bunga : bunga dapat berupa karangan panicula di akhirr pucuk, panjang
10-20 cm, warna kemerahan atau keunguan, bercabang halus dan
menyebar, spikelet tertutup oleh rambut tipis, tangkainya ramping dan
beberapa rambut halus dan panjang di ujung, tiap skelet terdiri dari dua
floret yang lebih rendah, steril dan sekamnya berjanggut, yang lebih atas
inseksual dan sekamnya kosong.
- Buah : memiliki buah majemuk, jumlahnya relatif banyak.
Habitat : tempat hidupnya di tempat terbuka, tanah yang mengandung
garam, ladang, padang rumput, pinggir jalan dan lahan pertanian.
Perbanyakan : perbanyakan secara generatif dengan biji, seacra vegetatif
dengan stolon
- Pengendalian : secara kimiawi yaitu Rubf H 500 Hsb, Unhnex sp,
Esteron 4 sp.
2. Ageratum conyzoides L.
Nama umum : Chick weed , bandotan
Nama lokal : Babadotan (Sunda), Wedusan (J)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Gymnospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Asteracae
Marga : ageratum
Spesies : Ageratum Conyzoides L.
Deskripsi :
- Akar : tanaman ini mempunyai akar tunggang.
- Batang : batangnya berbentuk bulat bercabang, tumbuh tegak, dapat
mencapai ketinggian 60-120 cm. berbulu pada buku-bukunya dan bagian
rendah
- Daun : pada daun, berbentuk bulat telur dimana pada bagian tepinya
bergerigi dan berbulu. Daun bertangkai cukup panjang. Duduk daun
bawah berhadapan, sedangkan bagian atas bertangkai pendek
- Bunga : bunga pada tanaman ini berkelompok seperti cawan, warna
biru muda, putih dan violet, mahkota bergantung sempit seperti lonceng
terbalik berbentuk lima.
- Buah : buah yang terdapat pada tanaman ini berwarna putih, keras,
bergerigi lima, runcing dan rambut sisik ada lima.
Habitat : pada daerah tropis berada pada tempat yang tak tergenang air
dan pada daerah subtropis berada pada ketinggian 1-1200 m dpl. Suhu
optimal untuk tumbuh 16-24 ˚C. intensitas cahaya tinggi yang dibituhkan
gulma ini sehingga pertumbuhan direduksi bila ternaungi. Dapat tumbuh
berasosiasi dengan padi gogo, palawija, kopi, tembakau, kelapa sawit dan
cengkeh.
- Perbanyakan : perbanyakan tanaman ini secara generatif dengan biji
dan akar.
3. Oxalis corniculata L.
Nama ilmiah : Oxalis corniculata L.
Nama umum : Schavenclever
Nama local : Cacalincingan
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Poales
Famili : Oxalidaceae
Marga : Oxalis
Spesies : Oxalis corniculata
Deskripsi :
- Akar : memiliki akar tunggang.
- Batang : batang tegak merayap dengan panjang 0,1-1,4 cm.
- Daun : tangkai daun panjang 1,5-10 cm, pada pangkalnya melebar
menjadi pelepah dan anak daun berbentuk jantung.
- Bunga : dalam payung tunggal di ketiak dengan 2-8 bunga, daun
mahkota kuning dengan pangkal hijau, panjang 3-8 mm, benang sari di
depan mahkota daun lebih pendek dari pada lima lainnya, tangkai putik
berambut.
- Buah : tangkai buah bengkok, buah tegak berbentuk garis dengan ujung
menyempit, panjang ± 2 cm dengan celah membujur, elastis membuka
menutup ruang.
- Habitat : tempat tumbuhnya tumbuh di tegalan, kebun sepanjang
tembok dan pagar, tanggul kecil dan jalan setapak di hutan, tumbuh baik
pada ketinggian mencapai 1300 m dpl.
- Perbanyakan : perbanyakan dilakukan secara generatif, dengan biji
- Pengendalian : secara kimiawi dengan cara pemberian herbisida.
trifuralin dengan dosis 2-8 kg bahan aktif/ha. Bila terdapat dalam jumlah
banyak maka yang digunakan adalah velapon 50 EC. Sementara metil
Bromida Rofan dan daramut setelah fangasi terhadap media tumbuh.
Deskripsi :
- Akar : memiliki akar tunggang.
- Batang : batangnya berbentuk segiempat, merupakan tanaman
berbatang herba, berbulu dengan tinggi + 6cm.
- Daun : daun berbentuk elips dimana pada bagian tengah agak melebar
dan ujungnya pendek dan tajam. Tangkai daun tanaman/ gulma ini
pendek, dimana pangkal daun bersatu dengan stipula yang berbentuk
mangkok. Letak daun berhadapan.
- Bunga : pada bunga, mempunyai kelopak yang berambut dengan 4
sepal, mahkota berbentuk tabung, berwarna putih serta memiliki benang
sari dan putik yang bercabang.
- Buah : buahnya mempunyai rambut dan terbagi dalam dua pasang.
- Habitat : Tumbuh di tanah yang berpasir,tempat terbuka yang
memperoleh penyinaran yang cukup.
- Perbanyakan : berkembang biak secara vegetatif dengan stolon dan
generatif dengan biji.
- Pengendalian : pengendalian yang dilakukan 2 kali aplikasi dalam 3
pont (1 pont = 0,566 lb) Sardox HL ditambah 1 pont 2,4-D dalam 40
gallon air dengan interval 5 minggu.
Deskripsi :
- Akar : memiliki akar serabut.
- Batang : batangnya berbentuk cekungan, menempelpipih. Peklepah
menempel kuat. Lidah daun pendek, seperti selaput dan tumbuh dalam
rumpun. Batang seringkali bercabang.
- Daun : daun terdiri dari dua baris, tapi kasar pada tiap ujung. Pada
pangkal helai daun berambut.
- Bunga : bunga, bulir menjari 3-5, merkumpul pada sisi poros bersayap
dan bertunas. Anak bulir berseling-seling, tersusun seperti genting
- Habitat : tanaman ini cepat tumbuh dan berkembang bila memperoleh
cahaya cukup banyak dan air berlimpah. Bila kondisi tidak
menguntungkan gulma ini akan cepat mati, missal menderita penaungan.
Pertumbuhan vegetatif sngat teredusir pada musim kemarau/ bila RH
tanah sangat rendah. Hidup juga pada tanaman kacang-kacangan.
- Perbanyakan : perbanyakan yang dilakukan secara generatif, dengan
biji.
- Pengendalian : untuk pengendalian gulma yang tidak begitu luas,
dilakukan secara manual. Pada tempat seperti sepanjang tepi jalan,
saluran air dan sebagainya pemberantasannya menggunakan herbisida.
6. Euphorbia hirta L.
Nama umum : Hairy spunge
Nama lokal : Kirinyuh, nanangkaan
Familia : Euphorbiaceae
Deskripsi :
- Akar : memiliki akar tunggang, besar dan dalam.
- Batang : pada batang, tegak, dengan tinggi sekitar 0,1-0,6 m dan
berbulu pada ujungnya, bercabang bila semakin dekat dengan pangkal.
- Daun : daun yang ada memanjang dengan pangkal miring dan pinggir
bergerigi, pada bagian sisi bawah berbulu, panjang 0,5-5 cm.
- Bunga : bunga yang terdapat pada tanman ini berkumpul menjadi
karangan bunga yang pendek.
- Buah : buahnya berbentuk kapsul dengan tiap-tiap bunga terdiri-dari
tiga kapsul.
- Habitat : tempat hidup tanaman ini adalah tegalan, tanah berpasir dan
tanah pertanian diketinggian 1-1400 m dpl.
- Perbanyakan : perbanyakan dilakukan secara generatif dengan biji.
- Pengendalian : pengendalian dilakukan secara mekanik dengan cara
dicabut dan secara kimiawi dengan menggunakan 2,5 lb MSMA + 5 lb
Sodium Chlorate dalam 4 gallon air dengan penyemprotan dilakukan
setiap lima minggu
a. Innate dormancy
Dormansi ini bersifat genetik yang antara lain dpat disebabkan :
kulit biji yang hipermeable, hambatan kimiawi dalam kulit biji, dan
embrio yang rudimenter
b. Induced dormancy
Dalam keadaan sempurna menguntungkan biji tumbuh sempurna,
namun menjadi dorman akibat karena keadaan kurang menguntungkan.
c. Enforced dormancy
Biji menjadi dorman karena faktor tidak menguntungkan dan
kemudian akan segera tumbuh normal, bila faktor penghambat
dihilangkan. Biji gulma akan berkecambah apabila faktor pertumbuhan
seperti air, gas, temperatur dan cahaya terpenuhi. Air diperlukan
menjalankan aktifitas metabolisme dan perkembangan sel tumbuhan .
demikan juga dengan gas, temperatur dan cahaya memegang peranan
penting dalam memacu aktifitas metabolisme. aktifitas suatu gulma.
Gulma akan berkembang dengan cepat apabila faktor seperti
cahaya, unsur hara, air, gas dan tempat hidup dapat dipenuhi secara
maksimal.didalam suatu ekosistem gulma tidak hidup secara tunggal,
melainkan hidup bersama-sama dengan tumbuhan lain atau tanaman
lain, sehingga untuk melakukan faktor tersebut harus melakukan
persaingan. Persaingan akan terjadi bila timbul interaksi antara lebih
dari satu tumbuhan . interaksi adalah peristiwa saling tindak antar
tumbuhan tersebut.
2. Reproduksi Vegetatif
Perbanyakan vegetatif ialah prinsip perkembangbiakan bagi
sebagian besar gulma tahunan. Gulma yang memperbanyak diri secara
vegetatif sulit untuk dikendalikan karena banyak memiliki organ
vegetatif dorman di dalam tanah.Seperti juga perbanyakan
sexual,perbanyakan secara vegetatif dapat dimulai selama fase
pertumbuhan awal tanaman. Selambat-lambatnya tiga minggu setelah
umbi
Beberapa bentuk organ vegetatif yang banyak ditemukan dalam
perbanyakan jenis-jenis gulma menahun:
1. Rhizoma (Rimpang)
Batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah bercabang-
cabang dan tumbuh mendatar,dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas
yang mucul di atas tanah dan dapat merupakan tumbuhan baru. Rimpang
di samping merupakan alat perkembiakan juga merupakan tempat
penimbunan zat makanan cadangan.dan termasuk batang berbentuk
tabung, mempunyai buku, ruas, tumbuh menjalar di bawah permukaan
tanah. Contoh: Alang-alang (Imperata cylindrica),Imperata cylindrica
(ilalang), Rumput kakawatan (Cynodon dactylon)
2. Stolon
Batang yang menjalar di atas permukaan tanah yang setiap nodia
dapat membentuk akar dan tunas untuk membentuk individu baru, dan
mempunyai ciri-ciri seperti Batang silindris, mempunyai buku dan ruas;
menjalar di permukaan tanah. Pada beberapa jenis gulma, stolon menjalar
di permukaan air, misalnya :Cynodon dactylon , Digitaria adcendens
,Axonopus compressus ab, Eichornia crassipes
3. Runner
Stolon yang internodianya sangat panjang membentuk tunas pada
ujung.
Batang yang tumbuh di ketiak daun pada dasar tajuk dan menjalar
dipermukaan tanah. Contoh: Tapak limau (Elephantopus scaber) dan
Eichornia crassipes
4. Umbi batang
Pangkal batang yang membengkak dan mempunyai mata tunas.
Contoh: Caladium sp.
5. Umbi akar
Ujung dari rhizoma yang membengkak dan merupakan cadangan
makanan serta mempunyai tunas ujung. Contoh: Cyperus rotundus dan
Cyperus esculentus
6. Umbi lapis ( Bulbus)
Umbi ini memperlihatkan susunan yang berlapsi-lapis,yaitu terdiri
atas daun-daun yang telah menjadi tebal ,lunak, dan
berdaging,merupakan bagian umbi yang menyimpan zat makanan
cadangan,sedangkan batangnya sendiri hanya merupakan bagian yang
kecil pada bagian bawah umbi lapis itu,di antara lapisan tersebut terdapat
tunas yang dapat tumbuh, atau Batang yang memendek, mempunyai
lapisan-lapisan berdaging. Misalnya: Allium veneale ( bawang –
bawangan).
7. Corn
Batang yang gemuk, pendek berdaging dan terdapat dalam tanah
yang dilapisi daun yang mereduksi menjadi sisik dan terdapat tunas yang
tumbuh,misalnya : Ranumculus bulbasus.
D. PEMENCARAN BIJI
Pemencaran Tumbuhan dengan Bantuan Faktor Luar Penyebaran
biji pada tumbuhan pada umumnya menggunakan bantuan angin, hewan,
air dan udara. Dengan adanya bantuan tersebut, tumbuhan dapat
memperluas daerah tumbuhnya dan menjaga kelestarian spesiesnya.
Cara pemencaran dengan bantuan factor luar:
a. Anemokori
Anemokori adalah pemencaran biji dengan bantuan angin.
Hembusan angin dapat membawa spora atau biji pergi meninggalkan
induknya untuk menemukan daerah baru yang cocok dan sesuai dengan
habitat sebelumnya, untuk tumbuh menjadi tumbuhan baru. Ciri alat
pemencaran pada cara ini:
1. Biji kecil dan ringan, contohnya biji anggrek (Orchidaceae) dan
spora jamur.
2. Biji berbulu atau berambut, contohnhya alang-alang (Imperata
cylindrical) dan kapuk (Ceiba pentandra).
3. Biji bersayap, contohnya mahoni (Switenia sp) dan dammar
(Agathis alba).
4. Buah bersayap, contohnya meranti dan tengkawang (famili
Dipterocarpaceae).
5. Biji terpencar karena tangkainya tergoyang angin dan keluar
lewat lubang atau celah pada biji. Mekanisme ini disebut pendupaan,
misalnya pada opium (Papaver).
b. Hidrokori
Hidrokori adalah proses pemencaran menggunakan bantuan air.
Hidrokori dapat terjadi melalui air sungai maupun air laut. Proses ini
dapat membawa biji yang memiliki ciri pada umumnya ringan dan
embrio/lembaga yang mempunyai pelindung baik menjauh dari
induknya. Tanaman yang disebarkan dengan cara ini biasanya
mempunyai struktur buah dengan 3 lapis kulit, yaitu eksokarp yang licin
dan berkilat sehingga kedap air, mesokarp yang tebal dan banyak rongga
udara sehingga ringan, dan endokarp yang keras dan kuat sebagai
pelindung lembaga yang ada di dalamnya. Contohnya kelapa (Cocos
nucifera), nyamplung (Calophylum sp.), eceng gondok, teratai, dan
bakau.
c. Zookori
Zookori adalah pemencaran dengan bantuan hewan. Cara
pemencaran ini dapat dibedakan lagi sebagai berikut.
1. Ornitokori
Pemencaran ini terjadi dengan perantara burung. Biasanya biji
tanaman ini tidak dapat dicerna dan akan keluar berwama kotoran
burung. Contohnya beringin (Ficus benjamina), talok (Muntingia
calabora, dan benalu (Loranthus sp.).
2. Kiropterokori
Kiropterokori merupakan pemencaran dengan perantara kelelawar
(codot dan kalong). Tumbuhan yang pemencarannya seperti ini buahnya
berdaging dan dapat dimakan oleh kelelawar, contohnya jambu biji
(Psidium gunjava), dan papaya (Papaya sp).
3. Entomokori
Pemencaran ini terjadi dengan perantara serangga. Biasanya terjadi
pada tumbuhan berbiji kecil dan berlemak, misalnya wijen (Sesamum)
dan tembakau (Nicotiana).
4. Mammokori
Pemencaran ini melalui bantuan hewan menyusui selain manusia.
Pemencaran mammokori dibagi 2, yaitu endozoik, cara pemencarannya
melaui feses hewan yang memakan buah tumbuhan tersebut. Misalnya
pada biji kopi, arbei, jambu biji, delima. Eksozoik, cara pemencarannya
melalui biji yang melekat pada bulu-bulu binatang.
d. Antropokori
Antropokori merupakan pemencaran dengan perantara manusia.
Tumbuhan yang memencar dengan cara ini dapat menyebar pada area
yang sangat luas. Pemencaran cara ini dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Pemencaran secara sengaja
Pemencaran tumbuhan terjadi sesuai dengan kepentingan manusia
terhadap tumbuhan tersebut. Contohnya kopi dan kelapa sawit yang
berasal dari Afrika sekarang ada di Indonesia.
2. Pemencaran secara tidak sengaja
Pemencaran ini terjadi karena tanpa sengaja terbawa, misalnya biji
rumput-rumputan yang menempel di baju atau celana waktu
melewatinya. Pemencaran seperti ini disebut eksozoik
Penyebaran Gulma
Tidak seperti hewan, tumbuhan termasuk bijinya tidak dapat
bergerak dengan kekuatannya sendiri. Organ-organ reproduksi (generatif
dan vegetatif) dapat disebarkan oleh
(1) manusia,
(2) hewan,
(3) angin dan
(4) air.
Inokulasi Rhizobium
Teknik Budidaya
Teknik budidaya kedelai yang dilakukan sebagian besar
petani umumnya masih sangat sederhana, baik dalam hal pengolahan
tanah, pemupukan dan pemberantasan hama/penyakitnya, sehingga
produksinya masih relatif rendah.Sebagian besar petani tidak melakukan
pengolahan tanah (TOT = tanpa olah tanah), terutama tanah bekas padi
atau tebu. Tanah hanya dibersihkan dari je-rami padi dan daun tebu, yang
selanjutnya bibit kedelai ditebar atau ditugal terlebih dahulu untuk lubang
untuk penanaman biji kedelai. Selain itu kualitas bibitnya kurang baik,
sehingga produksinya relatif rendah.
Dalam hal pemupukan, sebagian besar petani belum melakukannya
secara intensif atau semi intensif. Tidak menggunakan pupuk sama sekali
atau minim sekali jumlahnya. Demikian juga dalam hal pemberantasan
hama penyakit dapat dikatakan kurang sekali, sehingga banyak kerugian
atau rendahnya produksi akibat serangan hama penyakit.
Tanaman kedelai dapat tumbuh di berbagai agroekosistem
dengan jenis tanah, kesuburan tanah, iklim, dan pola tanam yang
berbeda sehingga kendala satu agroekosistem akan berbeda dengan
agroekosistem yang lain. Hal ini akan mengindikasikan adanya
spesifikasi cara bertanam kedelai.
Persiapan Areal
Areal yang digunakan untuk sebagai tempat penanaman
terlebih dahulu dibersihkan dari vegetasi dan dicangkul sedalam 30 cm
lalu digemburkan dan diratakan. Setelah areal bersih dan rata maka
dibentuk plot – plot. Dan dibuat parit drainase untuk mencegah terjadi
penggenangan air bila terjadi hujan.
Pemilihan Benih
Bibit yang baik adalah berukuran besar, tidak cacat, berwarna
seragam (putih, kekuning-kuningan).Kualitas benih sangat menentukan
keberhasilan usaha tani kedelai. Pada penanaman kedelai, biji atau
benih ditanam secara langsung, sehingga apabila kemampuan
tumbuhnya rendah, jumlah populasi persatuan luas akan berkurang.
Di samping itu, kedelai tidak dapat membentuk anakan sehingga
apabila benih tidak tumbuh, tidak dapatditutup oleh tanaman yang
ada. Oleh karena itu, agar dapat memberikan hasil yang memuaskan,
harus dipilih varietas kedelai yang sesuai dengan kebutuhan, mampu
beradaptasi dengan kondisi lapang, dan memenuhi standar mutu benih
yang baik. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
varietas yaitu umur panen, ukuran dan warna biji, serta tingkat
adaptasi terhadap lingkungan tumbuh yang tinggi. Umur panen, varietas
yang akan ditanam harus mempunyai umur panen yang cocok dalam
pola tanam pada agroekosistem yang ada. Hal ini menjadi penting
untuk menghindari terjadinya pergeseran waktu tanam setelah kedelai
dipanen. Ukuran dan warna biji, varietas yang ditanam harus sesuai
dengan permintaan pasar di daerah sekitar sehingga setelah panen
tidak sulit dalam menjual hasilnya. Bersifat aditif, untuk daerah sentra
pertanaman tertentu, misalnya di tanah masam, hendaknya memilih
varietas kedelai unggul yang mempunyai tingkat adaptasi tinggi terhadap
tanah masam sehingga akan diperoleh hasil optimal, contohnya varietas
Tanggamus.
Persiapan Lahan
Di lahan kering dengan tanaman tumpang sari, tanah diolah dua
kali dengan alat bajak dan luku, sedangkan di sawah dengan tanaman
monokultur, tanah dibersihkan dari jerami, kemudian tanah diolah satu
kali.Untuk tanah yang pH-nya rendah, diberi kapur atau dolomit antara
200 – 300 Kg per ha. Pada saat ini juga tanah diberi pupuk dasar, yaitu
pupuk SP-36 sebanyak 100 Kg untuk monokultur, sedangkan bila tumpang
sari dengan jagung dosisnya adalah sebanyak 200 kg – 250 kg per ha.
Tanaman kedelai biasanya ditanam pada tanah kering (tegalan) atau
tanah persawahan. Pengolahan tanah bagi pertanaman kedelai di lahan
kering sebaiknya dilakukan pada akhir musim kemarau, sedangkan
pada lahan sawah, umumnya dilakukan pada musim kemarau. Persiapan
lahan penanaman kedelai di areal persawahan dapat dilakukan secara
sederhana. Mula-mula jerami padi yang tersisa dibersihkan, kemudian
dikumpulkan, dan dibiarkan mengering. Selanjutnya, dibuat petak-petak
penanaman dengan lebar 3 m- 10 m, yang panjangnya disesuaikan
dengan kondisi lahan. Diantara petak penanaman dibuat saluran
drainase selebar 25 cm - 30 cm, dengan kedalaman 30 cm. Setelah
didiamkan selama 7-10 hari, tanah siap ditanami. Jika areal penanaman
kedelai yang digunakan berupa lahan kering atau tegalan, sebaiknya
dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Tanah dicangkul atau
dibajak sedalam 15 cm – 20 cm. Di sekeliling lahan dibuat parit
selebar 40 cm dengan kedalaman 30 cm. Selanjutnya, dibuat petakan-
petakan dengan panjang antara 10 cm – 15 cm, lebar antara 3 cm –
10 cm, dan tinggi 20 cm – 30 cm. Antara petakan yang satu dengan
yang lain (kanan dan kiri) dibuat parit selebar dan sedalam 25 cm.
Antara petakan satu dengan petakan di belakangnya dibuat parit
selebar 30 cm dengan kedalaman 25 cm. Selanjutnya, lahan siap ditanami
benih.
Penanaman
Cara tanam yang terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi
yaitu dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman
antara 1,5– 2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 3 – 4 biji dan
diupayakan 2 biji yang bisa tumbuh. Observasi di lapangan dijumpai
bahwa setiap lubang tanam diisi 5 biji, bahkan ada yang sampai 7 –
9 biji sehingga terjadi pemborosan benih yang cukup banyak. Di sisi
lain, pertumbuhan tanaman mengalami etiolisasisehingga dapat
mengakibatkan tanaman menjadi mudah roboh. Kebutuhan benih yang
optimal dengan daya tumbuh lebih dari 90% yaitu 50 – 60 kg/ha.
Penanaman ini dilakukan dengan jarak tanam 40 cm x 10 – 15 cm.
Pada lahan subur, jarak dalam barisan dapat diperjarang menjadi 15
– 20 cm. Populasi tanaman yang optimal berkisar 400.000 – 500.000
tanaman per hektar. Penempatan arah tanam di daerah tropik tidak
menunjukkan perbedaan antara ditanam arah timur-barat dengan utara-
selatan. Hal yang terpenting yaitu arah tanam harus sejajar dengan arah
saluran irigasi atau pematusan sehingga air tidak menggenang dalam
petakan.
Pembuatan Plot
Tanah yang telah dicangkul dan digemburan dibuat plot –
plot dengan ukuran 400 cm x 300 cm dengan jarak antara plot 50 cm, jark
diberi paretan antar plot. Plot dibuat arah utara.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan di areal plot sebelum biji kedelai
ditanam. Kemudian penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan
sore hari dengan menggunakan gembor. Bila turun hujan dan keadaan
tanah cukup basah maka penyiraman tidak dilakukan. Kedelai
menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi
seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat
menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering.
Penyisipan
Penyisipan dilakukan bila ada tanaman yang mati atau
pertumbuhan nya abnormal, setiap tanaman berlubang 2 biji. Penyisipan
dilakukan 7 – 14 hari setelah tanam.
Penyiangan
Penyiangan pertama umur 2-3 minggu, ke-2 pada saat tanaman
selesai berbunga (sekitar 6 minggu setelah tanam). Penyiangan ke-2 ini
dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2.
Pemupukan
Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempumnyai daya dukung
terbatas sebagai sumber unsur hara maupun sebagai penampung tambahan
input hara berupa pupuk. Oleh karena itu tanaman perlu di pupuk agar
memperoleh prodiksi yanG maksimal. Pemupukan dilakukan dengan cara
tunggal. Dengan kedalaman 3 cm dan jarak dari tanaman 5 cm. Letak kan
pupuk di lubang dan tutup dengan tanah kembali. Dan langsung di lakukan
penyiraman. Pupuk yang di gunakan adalah pupuk Urea, Kcl, SP36.
Waktu dan cara pemupukan, pupuk diberikan tiga kali, yaitu :
a Pupuk dasar : diberikan pada saat tugal, dengan cara
ditugalkan disamping tugalan biji, dengan dosis sepertiga dari total dosis.
b Pupuk susulan I : umur 25 hari setelah tanam, dosis
sepertiganya dengan cara dienclo disamping tanaman.
c Pupuk susulan II : umur 40 - 45 hari setelah tanam, dosis
sepertiganya dengan cara dienclo disamping tanaman.
Apabila air tersedia pada musim kemarau, tanaman kedelai
perlu diairi, dengan cara membendung saluran drainase antar bedengan
hingga air menggenangi bedengan, kemudian dibuka lagi. Drainase
penting, sebab tanaman kedelai tidak tahan terhadap genangan air.
Penggenangan dapat dilakukan tiap minggu, atau 5 kali pada umur 0, 14,
28, 42 dan 56 hari setelah tugal, atau 3 kali pada umur 0, 14 dan 28 hari
setelah tugal.
Pembumbunan
Pembumbunan biasanya dilakukan bersamaan dengan
penyiangan. Selain untuk mengendalikan gulma, pembumbunan bertujuan
untuk menggemburkan tanah sehingga mendorong perkembangan akar
dan mencegah rebah nya tanaman. Pembumbunan dilakukan setelah
tanaman berumur 3 – 4 minggu.
Panen
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun
sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu
gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan
dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna
kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan merugikan,
karena banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polong
retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan. Disamping itu,
buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari
cabangnya. Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen Perlu
diperhatikan, kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi
dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipetik
pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betul-betul sempurna
dan merata.
Untuk tahap pemupukan pada tanaman kedelai, para ahli dan
peneliti sendiri masih berbeda pendapat tentang pemberian pupuk nitrogen
terhadap tanaman kedelai. Ada yang berpendapat perlu diberikan ada juga
yang sebaliknya tidak perlu. Namun demikian pemupukan nitrogen
tergantung kepada ketersediaan nitrogen itu sendiri. Apabila tanaman
memperlihatkan gejala kekurangan, maka perlu diberikan. Rhizobium
adalah bakteri penambat N simbiotik yang dapat mencukupi hampir
seluruh kebutuhan N tanaman kedelai (Shutsrirung et al. 2002). Akan
tetapi perlu diketahui untuk terbentuknya bintil akar diperlukan nitrogen
secukupnya sebagai stater. Menurut Tim Balai Penelitian Tanah Bogor,
pupuk N untuk tanaman kedelai pada tegalan, diperlukan 25 kg urea/ha
sebagai starter pertumbuhan. Kebutuhan N tanaman bisa dipenuhi dari
hasil fiksasi N dari udara oleh bakteri Rhizobium. Untuk meyakinkan
proses tersebut terjadi dengan baik, diperlukan inokulasi Rhizobium
dengan dosis 200 g untuk 40 kg benih. Produk inokulum yang baik adalah
inokulum yang juga mengandung bakteri pelarut fosfat, kalium dan
hormon pertumbuhan, selain bakteri pengikat N udara. Pemakaian
inokulum yang baik dapat menekan 100% kebutuhan N dan 50%
kebutuhan pupuk P dan K.
Pengendalian Gulma Hama dan Penyakit
Teknik pengendalian dengan teknik budidaya merupakan
teknik pengendalian yang murah, tidak menyebabkan pencemaran
lingkungan dan mudah dikerjakan oleh petani perseorangan atau
kelompok. Untuk mengembangkan teknik pengendalian ini diperlukan
pengetahuan sifat-sifat ekosistem setempat, khususnya tentang ekologi
dan perilaku hama, seperti bagaimana hama memperoleh berbagai
persyaratan bagi kehidupannya termasuk makanan, perkawinan, dan
tempat persembunyian untuk menghindari dari cuaca buruk dan musuh
alami. Pengetahuan tentang biologi dan ekologi hama dapat membantu
memahami titik lemah hama, sehingga dapat diketahui fase hidup hama
yang paling tepat untuk dilakukan pengendalian.
Upaya pengendalian hama kedelai dengan teknik budidaya dapat
dilakukan dengan cara Beberapa jenis hama yang sering merusak tanaman
kedelai, antara lain, lalat kacang, ulat pemakan daun (grayak, jengkal), ulat
heliothis, penggulung daun, pengisap polong, penggerek polong, kutu
kebul, dan kutu daun.
Gejala: pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau,
polong bagian luar berubah warna, didalam polong terdapat ulat gemuk
hijau dan kotorannya. Pengendalian : tanam tepat waktu.
4. Kepik polong (Riptortis lincearis).
Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman (cm)
Untuk tinggi tanaman kedelai ini sendiri, tidak ada pengaruh nyata
terhadap satu varietas. Ini disebabkan karena perawatan dilakukan dengan
serius seperti pemupukan, penyiraman, pemberantasan hama dengan
menggunakan insektisida, berpengaruh terhadap tinggi suatu tanaman,
dimana dari hari kehari tinggi tanamannya terus bertambah tinggi .
Jumlah Daun (Helai)
Untuk jumlah daun atau helai daun perlakuan terhadap
varietas kacang kedelai juga menunjukkan tidak berpengaruhnya nyata.
Hal ini kemungkinan besar diduga karena perawatanya yang kurang serius
selama fase pertumbuhan dari tanaman kacang kedelai, sehingga tidak
dapat tumbuh dengan baik.
Tanaman kedelai dapat tumbuh di berbagai agroekosistem
dengan jenis tanah, kesuburan tanah, iklim, dan pola tanam yang
berbeda sehingga kendala satu agroekosistem akan berbeda dengan
agroekosistem yang lain. Hal ini akan mengindikasikan adanya
spesifikasi cara bertanam kedelai. Oleh karena itu, langkah-langkah
utama yang harus diperhatikan dalam bertanam kedelai yaitu pemilihan
benih, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan.
Secara umum permasalahan mendasar yang dihadapi sektor
pertanian adalah meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan
iklim global, terbatasnya ketersediaan infra struktur, sarana prasarana,
lahan dan air; sedikitnya status dan sempitnya kepemilikan lahan;
lemahnya system perbenihan; keterbatasan akses petani terhadap
permodalan, lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani dan penyuluh,
masih rawannya ketahanan pangan dan energi; belum berjalannya
diversifikasi pangan; rendahnya nilai tukar petani dan belum padunya
antarsektor dalam menunjang pembangunan (Kementerian Pertanian,
2010). Permasalahan-permasalahan tersebut juga berpengaruh terhadap
upaya peningkatan produksi kedelai nasional.
Selain itu kurangnya benih kedelai bermutu merupakan masalah
yang sulit dipecahkan dalam upaya meningkatkan produksi kedelai
nasional. Benih yang digunakan oleh petani pada umumnya merupakan
benih yang berkualitas rendah sehingga berpengaruh terhadap hasil
produksi kedelai, sehingga produksi kedelai yang dihasilkan tidak mempu
mencukupi kebutuahan nasional. Serangan hama dan penyakit pada
tanaman menjadi masalah kedua, dimana OPT pada kedelai lebih banayak
dibanding palawija lain pada umumnya merupakan sahabat petani dalam
budidaya kedelai. ledakan hama sekunder merupakan ledakan hama yang
mengalami resistensi terhadap pestisida kimia, sehingga menyebabkan
hama tidak dapat dikendalikan. Hal tersebut terjadi karena pengguanaan
bahan kimia sisntetik (pestisida) dalam budidaya tanaman kedelai sangat
tinggi.
4.4 Analisis Vegetasi Gulma
3. Paku-pakuan (Fern)
Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti
akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
4. Palma (Palm)
Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi,
tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1m dan
biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5. Pemanjat (Climber)
Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun
merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.
6. Terna (Herb)
Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput.
Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok,
tingginya tidak lebih dari 2m dan memiliki tangkai lembut yang kadang-
kadang keras.
7. Pohon (Tree)
Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau
tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm. Untuk tingkat
pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
o Semai (Seeding)
Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1,5 m.
o Pancang (Sapling)
Permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang
dari 10 cm.
o Tiang (Poles)
Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
Parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah :
1. Nama jenis (lokal atau botanis)
2. Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan
3. Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap
lahan
4. Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk
menghitung volume pohon.
5. Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC),
penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat
diketahui ditaksir ukuran volume pohon.
Pada dasarnya vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di
suatu wilayah atau daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah
dari segi penyebaran tumbuhan yang ada baik secara ruang dan waktu. Konsep
dan metode analisa vegetasi sesungguhnya sangat beragam tergantung kepada
keadaan vegetatif itu sendiri dan tujuannya. Dalam analisis vegetasi terdapat
parameter kualitatif dan parameter kuantitatif , yang terdiri dari
o Parameter kualitatif
1. Fisiognomi
Fisiognomi adalah penampakan luar dari suatu komunitas tumbuhan
yang dapat dideskripsikan berdasarkan kepada penampakan spesies
tumbuhan dominan, penampakan tinggi tumbuhan dan warna tumbuhan
yang tampak oleh mata
2. Fenologi
Fenologi adalah perwujudtan spesies pada setiap fase dalam siklus
hidupnya. Bentuk dari pertumbuhan berubah-ubah sesuai dengan
umurnya, sehingga spesies yang sama dengan tingkat umur yang
berbeda akan membentuk struktur komunitas yang berbeda. Demikian
juga spesies yang berbeda pasti memiliki fenologi yang berbeda,
sehingga keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas tumbuhan
akan menentukan struktur komunitas tersebut.
3. Periodesitas
Periodesitas adalah kejadian musiman dari berbagai proses dalam
kehidupan tumbuhan. Kejadian musiman pada tumbuhan dapat
ditunjukkan oleh perwujudtan bentuk daun, ukuran daun, masa
penggabungan, masa bertunas dan peluruhan buah atau biji.
4. Statifikasi
Statifikasi adalah distribusi tetumbuhan dalam ruang vertikal. Semua
spesies tumbuhan dalam komunitas tidak sama ukurannya, serta secara
vertikal tidak menempati ruang yang sama. Sratifikasi tetumbuhan
dibagian atas tanah berhubungan dengan sifat spesies tumbuhan untuk
memanfaatkan radiasi matahari yang diterima, dan memanfaatkan
ruangan menurut keperluan yang berbeda-beda.
5. Kelimpahan
Kelimpahan adalah parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi
relatif spesies organisme dalam komunitas. Kelimpahan pada umumnya
berhubungan dengan densitas berdasarkan penaksiran kualitatif,
kelimpahan dapat dikelompokkan menjadi lima :
o Sangat jarang
o Kadang-kadang atau jarang
o Sering atau tidak banyak
o Banyak atau berlimpah-limpah
o Sangat banyak atau berlimpah-limpah
6. Penyebaran
Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan
keberadaan spesies organisme pada ruang secara horizontal. Penyebaran
itu dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu random, seragam, dan
kelompok.
7. Daya hidup
Daya hidup atau vitalitas adalah tingkat keberhasilan tumbuhan untuk
hidup dan tumbuh normal, serta kemampuan untuk bereproduksi. Daya
hidup akan menentukan setiap spesies organisme untuk memelihara
kedudukannya dalam komunitas. Daya hidup juga sangat membantu
dalam meningkatkan kemampuan setiap spesies tumbuhan dalam
beradaptasi. Terhadap kondisi tempat tumbuhnya. Daya tumbuh antara
lain :
V1 : Tumbuhan yang berkecambah, tetapi segera mati
V2 : Tumbuhan yang dapat hidup setelah berkecambah, tetapi tidak
dapat bereproduksi
V3 : Tumbuhan sedang bereproduksi tetapi hanya secara vegetatif saja
V4 : Tumbuhan sedang bereproduksi secra seksual, tetapi sangat kurang
V5 : Tumbuhan sedang bereproduksi sangat baik secara seksual.
o Parameter kuantitatif
1. Densitas
Densitas adalah jumlah individu per unit luas atau per unit volume. Dengan
kata lain, densitas merupakan jumlah individu organisme per satuan ruang.
Istilah lain yang mempunyai arti sama dengan densitas dan sering
digunakan yaitu kerapan diberi notasi K.
2. Frekuensi
Frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang
berisi suatu spesies tertentu terhadap jumlah total sampel. Frekuensi
tumbuhan adalah jumlah petak contoh ditemukannya suatu spesies dari
sejumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi merupakan besarnya
keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem. Semakin banyak
spesies tertentu ditemukan dalam petak-petak contoh berarti semakin besar
frekuensi tumbuhan tersebut.
3. Luas penutupan
Luas penutupan (coverage) adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi
oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Luas penutupan dapat
dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas bidang
datar.
4. Indeks nilai penting
Indeks nilai penting (importance value index) adalah parameter kuantitatif
yang dapat digunakan untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat
penguasaan) spesies-spesies yang dominan dalam suatu komunitas
tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang besar. Indeks niai
penting dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut
INP = KR + FR + CR
INP-i = KR-i + FR-i + CR-i
5. Summed dominance ratio
Summed dominance ratio (perbandingan nilai penting) adalah parameter
yang identik dengan indeks nilai penting. Oleh karena itu SDR juga dipakai
untuk menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam suatu
komunitas tumbuhan. Spesies-spesies yang dominan dalam satu komunitas
akan memiliki SDR yang paling besar. Summed dominance ratio menjadi
parameter yang lebih sederhana karena besaran tersebut diperoleh dengan
cara membagi nilai indeks nilai penting dengan jumlah parameter yang
menyusunnya.
6. Indeks dominal
Indeks dominansi (index of dominance) adalah parameter yang menyatakan
tingkat terpusatnya dominansi dalam suatu komunitas. Penguasaan atau
dominansi dalam suatu komunitas bisa terpusat pada suatu spesies, beberapa
spesies atau banyak spesies yang dapat diprakirakan dari tinggi rendahnya
indeks dominansi (ID).
7. Indeks keanekaragaman
Keanekaragaman spesies merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan
organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk
mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk
menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen-
komponennya. Keanekaragaman spesies yang tinggi mrnunjukkan bahwa
satu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang
terjadi dalam komuntas itu sangat tinggi.
Suatu komunitas dapat dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang
tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies yang rendah jika
komunitas itu disusun oleh sedikit spesies dn jika hanya ada sedikit saja
spesies yang dominan. Untuk memperkirakan keanekaragaman spesies ada
beberapa indeks keanekaragaman yang dapat dipilih untuk dipakai dalam
komunitas diantaranya, indeks shannon (Shannon index of general
diversity), indeks margalef, indeks Simpson of diversity
8. Indeks kesamaan
Indeks kesamaan (Index of similarity) kadang-kadang diperlukan untuk
mengetahui tngkat kesamaan antara beberapa unit sampling, atau antara
beberapa komunitas yang dipelajari dan dibandingkan komposisi dan
struktur komunitasnya. Oleh karena itu, besar kecilnya indeks kesamaan
tersebut menggambarkannya tingkat kesamaan komposisi spesies dan
struktur dari dua komunitas atau tegakan, atau unit sampling yang
dibandingkan.
9. Homogenitas suatu komunitas
Homogen tidaknya suatu komunitas tumbuhan dapat ditentukan dengan
menggunakan “hukum frekuensi” (laws of frequency). Frekuensi dapat
menunjukkan homogenitas suatu komunitas, nilai tiap spesies
dikelompokkan kedalam lima kelas berikut:
a. Kelas A, yaitu spesies yang mempunyai frekuensi 1-20%
b. Kelas B, yaitu spesies yang mempunya frekuensi 21-40%
c. Kelas C, yaitu spesies yang mempunyai frekuensi 41-60%
d. Kelas D, yaitu spesies yang mempunyai frekuensi 61-80%
e. Kelas E, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi 81-100%.
2. PENYEBARAN GULMA
Penyebaran gulma biasanya tidak dikehendaki
keberadaannya karena memiliki pengaruh yang negatif terhadap tanaman
pertanian.Tanaman gulma mempunyai daya kompetisi yang sangat tinggi
sehingga gulma dianggap sebagai tanaman yang merugikan manusia
karena daya kompetisinya tinggi yang dapat menurunkan hasil
panen.Kompetisi semacam ini dapat berupa kompetisi ruang, air, hara,
maupun cahaya.
Gulma sebagai rumah inang sementara dari penyakit atau
parasit tanaman pertanian yang disebabkan oleh banyak penyakit, parasit,
dan hama yang tidak hanya hidup pada tanaman pertanian saja, tetapi juga
pada gulma khususnya yang secara taksonomi erat kaitannya. Penyebaran
dan pengendalian gulma dapat menyebabkan kurangnya mutu hasil pasca
panen. Beberapa bagian dari gulma yang ikut terpanen akan memberikan
pengaruh negatif terhadap hasil panenan (pasca panen). Misalnya dapat
meracuni, mengotori, menurunkan kemurnian, ataupun memberikan rasa
dan bau yang tidak asli.
Adanya tanaman gulma dalam jumlah populasi yang tinggi
akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan kegiatan pertanian dan
menghambat kelancaran aktivitas pertanian. Misalnya pemupukan,
pemanenan dengan alat-alat mekanis, dan lain-lain (Nasution, 1986).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
B. Bahan
- Benih gulma Amaranthus spinosus, Chloris barbata,
Cyperus rotundus dan Cyperus iria.
- Tanah, pasir dan kompos (1:1:1)
4.1. Hasil
Tinggi
Tanaman Jumlah
No. (cm) Daun (cm)
1 22,6 4
2 2,8 2
3 12,6 4
4 21 5
5 20 5
6 15,4 3
7 11,8 3
8 9,4 3
9 10,8 3
10 18 4
11 6,2 3
12 18,2 4
13 17 3
14 23 4
15 13,3 3
4.2. Pembahasan
Chloris barbata adalah salah satu tanaman berumpun yang
bersal dari Amerika tengah yang termasuk ke dalam famili Poaceae. Jenis
rumput-rumputan ini tingginya hampir 90 cm. Rumput ini dikenal dengan
rumput kembang goyang yang umurnya hampir mencapai tahunan. Selain
dikatakan sebagai gulma, rumput ini sangat bermanfaat sebagai pencegah
atau penghambat terjadinya erosi karena mempunyai akar yang menjerat
ke dalam tanah dengan rapat. Jenis rumputan ini juga banyak dijumpai di
lapangan dengan banyak ternak di sekitarnya.
Sesuai dengan kriteria gulma yaitu pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat cepat, dalam praktikum didapatkan tinggi
tanaman yang hampir mencapai 40 cm pada 3 minggu setelah tanam yaitu
pada nomor 4 dan 14 dengan tinggi tanaman 31,5 cm. Mungkin di minggu
selanjutnya tumbuhan ini akan bertambah tinggi 2 kali lipat dari tinggi
sebelumnya. Pada pengamatan yang sudah dilakukan, dapat dipahami juga
bahwa gulma dapat tumbuh di kondisi yang ekstrim seperti halnya di
minggu 1 setelah tanam, teriknya matahari yang begitu panas sehingga
tanah menjadi mengering tidak mempengaruhi rumputan ini terus tumbuh
dan berkembang. Pada minggu ke 3 pula dengan kondisi cuaca yang
minim akan cahaya dikarenakan mendung, chloris barbata juga tumbuh
seperti biasanya walaupun tanah dalam keadaan yang sangat lembab.
Maka dari itu gulma ini sangat berbahaya apabila hidup di sekitar tanaman
budidaya karena dapat mempengaruhi persaingan-persaingan sehingga
harus dilakukan penanggulangan secepatnya.
BAB V
KESIMPULAN
A. Pengertian
B. Manfaat
C. Jenis Herbarium
Herbarium terbagi atas herbarium kering dan herbarium basah
(Ardiawan,1990 dalam http://marktambunan.wordpress.com, 2011).
Dijelaskan lebih lanjut bahwa herbarium kering adalah herbarium yang
dibuat dengan cara pengeringan, namun tetap terlihat ciri-ciri
morfologinya sehingga masih bisa diamati dan dijadikan perbandingan
pada saat determinasi selanjutnya. Herbarium basah adalah Spesiesmen
tumbuhan yang telah diawetkan disimpan dalam suatu larutan yang di buat
dari komponen macam zat dengan komposisi yang berbeda-beda.
Bahan :
1. Rumput Belulang (Eleusine indica)
2. Teki Tumbaran (Fimbristilis littoralis)
3. Selotip untuk menempel tanaman yang sudah dikeringkan
4. Label untuk menandai tanaman yang sudah di keringkan
tersebut serta
5. Double Tip atau lem untuk menempel label.
6. Kertas Lipat atau kertas biasa
Alat :
1. Triplek untuk mengepres
2. Kertas koran untuk alas bahan dan mempercepat
pengeringan,
3. Pemberat untuk mengepres
4. Kertas Karton atau Sterofoam untuk menempel hasil
tanaman yang sudah dikeringkan
5. Gunting untuk menggunting bahan herbarium yang terlalu
besar.
6. Cutter
Cara membuat :
1. Mengambil sampel Rumput Belulang (Eleusine indica) dan
Teki Tumbaran (Fimbristilis littoralis) berupa akar, daun, batang, bunga
dan buahnya.
2. Meletakkan sampel diatas triplek yang sudah diberi alas
kertas koran.
2. Taksonomi
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Eleusine
Spesies : E. Indica
b. Teki Tumbaran (Fimbristylis littoralis)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Class : Angiospermae
Ordo : Poales
Famili : Commelinids
Genus : Fimbristylis
Spesies : Fimbristylis littoralis
3. Morfologi
a. Rumput Belulang (Eleusine indica)
Akar : serabut
Batang : berwarna hijau tetapi ada sebagian yang berwarna
kemerahan
Daun : berbentuk lanset atau lanset sempit, sampai ovate sempit,
atau agak ovate, ukuran 2–14 × 0.5–4 cm
Bunga : berwarna ungu
Herbarium
Herbarium: koleksi spesimen yang telah dikeringkan,
/diawetkan biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi
Fungsi: membantu identifikasi tumbuhan lainnya yang
sekiranya memiliki persamaan cirri-ciri morfologinya.
herbarium yang baik tumbuhan yang diawetkan utuh
maksudnya lengkap organ vegetatif dan generatif.
Organ vegetatif terdiri dari akar, batang, daun sedangkan
organ generatif terdiri dari bunga, buah dan biji.
Biasanya herbarium dibuat untuk tumbuhan yang berukuran
kecil hingga sedang
Pembelajaran berbasis lingkungan termasuk pemanfaatan
lingkungan seperti pengamatan objek organisme langsung di lingkungan
atau melalui pengawetan dan preparasi objek organisme sebagai bahan
belajar cukup mendukung untuk tercapainya kompetensi dan tujuan
pembelajaran yang optimal khususnya dalam bidang biologi. Salah satu
bentuk media pembelajaran berbasis lingkungan tersebut yaitu dengan
teknik pengawetan tumbuhan atau yang disebut herbarium (Murni et al.,
2015).
Herbarium kering merupakan material tumbuhan yang telah
diawetkan dengan cara dikeringkan atau disebut juga spesimen herbarium
kering (Dasuki, 1992; Kartawinata, 1977; Rifai, 1976). Spesimen tersebut
bermanfaat sebagai bahan penunjang pembelajaran dan penelitian,
misalnya sebagai sumber informasi pada materi biologi yang membahas
flora dan ekologi tumbuhan (Tjitrosopemomo, 1998; Partomihardjo dan
Rahajoe, 2004; Rugayah et al., 2004).
Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor
(1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-
1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang
pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di
atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Arber, 1938). Pada awalnya
banyak spesimen herbarium disimpan di dalam buku sebagai koleksi pribadi
tetapi pada abad ke-17 Ramadhanil dan Gradstein – Herbarium Celebense 39
praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa (Ramadhanil, 2003).
Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya,
pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula
kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Salah
satunya dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat dilakukan terhadap
objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun
kering. Cara dan bahan pengawet nya bervariasi, tergantung sifat objeknya. Untuk
organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan awetan
basah. Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan kering
berupa herbarium (Suyitno, 2004).
Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama,
penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak
disertakan ujung batang, daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan berbentuk
herba disertakan seluruh habitus. Herbarium kering digunakan untuk spesimen
yang mudah dikeringkan, misalnya daun, batang, bunga dan akar, sedangkan
herbarium basah digunakan untuk spesimen yang berair dan lembek, misalnya
buah (Setyawan dkk, 2004).
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam
praktek
pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberika
n informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan
kata lain, suatu koleksi
tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada
keterangan
yang memberikan seluruh informasi yang tidak nampak spesimen
herbarium
(Aththorick dan Siregar, 2006).
Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-
tumbuhan selain berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis
pohon. Istilah Herbarium adalah pengawetan specimen tumbuhan dengan
berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan. Koleksi specimen
herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi perlakuan khusus
pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para ahli-ahli botani
menyimpan koleksi herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium di masing-
masing Negara. Di Indonesia pusat herbarium terbesar terdapat di Herbarium
Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di wilayah Cibinong Jawa
Barat. Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang
berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan dari berbagai Negara di
dunia. (Balai Diklat Kehutanan Makassar, 2011).
Cyrtococcum acrescens adalah rumput tahunan menjalar yang tumbuh pada
tanah yang tidak terlalu lembab, sering terdapat pada tempat-tempat ternaung,
penyebarannya meliputi 0-1300 m dpl, berbunga sepanjang tahun. Merupakan
gulma yang dominan, dijumpai pada areal TBM maupun TM, karena toleransinya
terhadap suasana ternaung. Gulma ini dipandang tidak berbahaya dalam
persaingan dengan tanaman budidaya. Tumbuhan
ini bermanfaat sebagai pelindung permukaan tanah terutama pada lokasi
yang curam (Nasution, 1986).
Botani Tumbuhan
Menurut Nasution (1986) Rumput telur ikan dalam taksonomi
tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Cyrtococcum
Spesies : Cyrtococcum acrescens ( Trin.) Stapf
Akar berbentuk serabut, berasal dari buku-buku batang dan cabang akar
sedikit. Akar berwarna kecoklat-coklatan, panjang akar bisa mencapai hingga 20
cm, pda ujung akar terdapat bulu-bulu akar yang halus. (Nasution, 1986).
Batang berbentuk bulat tidak beronnga, bagian pangkal tumbuh menjalar
dan membentuk akar yang memanjang dan tunas baru pada buku-bukunya; bagian
ujung tumbuh tegak, miring atau memanjang bila menjumpai sandaran, bagian
yang tumbuh tegak tingginya 20-165 cm. Bagian yang menjalar membentuk akar
memanjang dan tunas baru dari buku-bukunya (Nasution, 1986).
Helai daun berbentuk lanset meruncing berukuran panjang 3-18 cm dan
lebar 4-27 mm, kedua permukaan daun ditumbuhi bulu-bulu halus semasa daun
masih muda, dan bila daun semakin tua bulunya semakin jarang, permukaan daun
terasa kasar. Bila diraba, pangkalnya sering tidak simetris. Upih daun 3.5-5.5 cm
panjangnya, ditumbuhi bulu-bulu halus, pada bagian tepinya bulu-
bulu yang tumbuh lebih panjang, pertautan upih daun
dan helai dan berbulu. Lidah daun merupakan membran yang ti
dak jelas tampak (Tjitrosoepomo, 2009)
Bunga berbentuk malai besar tapi longgar, berukuran panjang 30 cm dan
lebar 15 cm atau lebih, cabang-cabang tumbuh tersebar sepanjang tangkai dan
membentuk cabang-cabang yang halus, pada cabang-cabang yang halus tersebut
tumbuh buliran yang jarang pada tangkai yang lebih panjang dari buliran.
Buliran jumlahnya banyak, bentuknya bulat tertekan ke arah lateral,
penampangnya tidak simetris, ukuran pangjang 1.4 mm, tidak berbulu, warnyanya
coklat keungu-unguan, tangkainya agak panjang bentuk berombak, benang
sari 1mm panjangnya dan kepala sari tiga (Nasution, 1986).
Pengertian Herbarium
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani
yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi
spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi
(Onrizal, 2005).
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah
dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-
data mengenai tumbuhan tersebut. Membuat herbarium yaitu pengumpulan
tanaman kering untuk keperluan studi maupun pengertian, tidaklah boleh
diabaikan. Yaitu melalui pengumpulan, pengeringan, pengawetan, dan dilakukan
pembuatan herbarium (Steenis, 2003).
Herbarium merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan hanya
untuk mendefinisikan suatu pohon, namun segala sesuatu dari pohon. Mereka
memegang bagian yang sebenarnya dari bagian mereka itu. Nama latin untuk
koleksi ini ataupun Herbarium adalah Siccus Hortus, yang secara harfiah berarti
taman kering, dan setiap specimen menekan yang terpasang pada selembar kertas
yang diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu, kapan dan dimana
ditemukannya (Stacey, 2004).
Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi spesiemen
tanaman atau tumbuhan yaitu herbarium kering dan herbarium basah. Herbarium
yang baik selalu disertai identitas, pengumpul (nama pengumpul atau kolektor
dan nomor koleksi). Serta dilengkapi keterangan lokasi asal material dan
keterangan tumbuhan tersebut untuk kepentingan penelitian
dan identifikasi. Pengendalian inanditatif dengan penggunaan semaca
m cendawan
Pathogen dengan pelaksanaan herbisida jangka pendek, agar gulma
yang dapat diberantas (Moenandir, 1996).
Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen yag
diawetkan tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani
tertentu, sebagai sumber informai dasar untuk para ahli taksonomi dan sekaligus
berperan sebagai pusat penelitian dan pengajaran , juga pusat informasi bagi
masyarakat umum. Herbarium diartikan juga sebagai bank data dengan sejumlah
data mentah yang belum diolah. Masing-masing specimen dapat memberikan
bermacam-macam informasi, tergantung kelengkapan spesimen, data dan asal-
usul materialnya. (Balai Taman Nasional Baluran, 2004)
Kelebihan dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah
adalah dapat bertahan lama hingga ratusan tahun. Terdapat beberapa kelemahan
pada herbarium yaitu; spesimen mudah mengalami kerusakan akibat perawatan
yang kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi
untuk identifikasi dan pengecekan data secara manual, tidak bisa diakses secara
bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar,tidak bisa diakses sewaktu-
waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh (Wibobo dan Abdullah, 2007)
Herbarium kering yang baik adalah herbarium yang lengkap organ vegetatif
dan organ generatifnya. Selain itu kerapian herbarium juga akan menentukan nilai
estetikanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah
lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti
suhu (Subrahmanyam, 2002).
Kegunaan Herbarium
Kegunaan herbarium secara umum antara lain: 1. Sebagai pusat referensi :
Merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi,
ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para
petugas yang bergerak dalam konservasi alam. 2. Sebagai lembaga dokumentasi
: Merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru,
contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain lain.3.
Sebagai pusat penyimpanan data : Ahli kimia memanfaatkannya untuk
mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan
untuk obat kanker, dan sebagainya (Onrizal, 2005).
Pembagian Herbarium
Herbarium basah, setelah material herbarium diberi label gantung dan
dirapikan, kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan
kertas koran untuk satu specimen (contoh). Tidak benar digabungkan beberapa
specimen di dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi
material herbarium tersebut ditumpuk satu diatas lainnya. Tebal tumpukan
disesuaikan dengan dengan daya muat kantong plastik (40 × 60) yang akan
digunakan. Tumpukkan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
disiram alcohol 70 % atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram
secara merata, kemudian kantong plastic ditutup rapat dengan isolatip atau hekter
supaya alcohol atau spiritus tidak menguap keluar dari kantong plastik (Onrizal,
2005).
Herbarium kering, cara kering menggunakan dua macam proses yaitu: a.
Pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu
tebal di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yng optimum sebaiknya di
pres dalam waktu dua minggu kemudian dikeringkan diatas tungku pengeringan
dengan panas yang diatur di dalam oven. Pengeringan harus segera dilakukan
karena jika terlambat akan mengakibatkan material herbarium rontok daunnya
dan cepat menjadi busuk. b. Pengeringan bertahap, yakni material herbarium
dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan
lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya, ditempuk dan dipres,
dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan. Selama proses pengeringan
material herbarium itu harus sering diperiksa dan diupayakan agar pengeringan
nya merata. Setelah kering, material herbarium dirapikan kembali dan kertas
koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas baru. Kemudian material
herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi (Onrizal, 2005).
Botani Tumbuhan
Menurut Nasution (1986) Rumput telur ikan dalam taksonomi
tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Cyrtococcum
Spesies : Cyrtococcum acrescens ( Trin.) Stapf
Akar berbentuk serabut, berasal dari buku-buku batang dan cabang akar
sedikit. Akar berwarna kecoklat-coklatan, panjang akar bisa mencapai hingga 20
cm, pda ujung akar terdapat bulu-bulu akar yang halus. (Nasution, 1986).
Batang berbentuk bulat tidak beronnga, bagian pangkal tumbuh menjalar
dan membentuk akar yang memanjang dan tunas baru pada buku-bukunya; bagian
ujung tumbuh tegak, miring atau memanjang bila menjumpai sandaran, bagian
yang tumbuh tegak tingginya 20-165 cm. Bagian yang menjalar membentuk akar
memanjang dan tunas baru dari buku-bukunya (Nasution, 1986).
Helai daun berbentuk lanset meruncing berukuran panjang 3-18 cm dan
lebar 4-27 mm, kedua permukaan daun ditumbuhi bulu-bulu halus semasa daun
masih muda, dan bila daun semakin tua bulunya semakin jarang, permukaan daun
terasa kasar. Bila diraba, pangkalnya sering tidak simetris. Upih daun 3.5-5.5 cm
panjangnya, ditumbuhi bulu-bulu halus, pada bagian tepinya bulu-
bulu yang tumbuh lebih panjang, pertautan upih daun
dan helai dan berbulu. Lidah daun merupakan membran yang ti
dak jelas tampak (Tjitrosoepomo, 2009)
Bunga berbentuk malai besar tapi longgar, berukuran panjang 30 cm dan
lebar 15 cm atau lebih, cabang-cabang tumbuh tersebar sepanjang tangkai dan
membentuk cabang-cabang yang halus, pada cabang-cabang yang halus tersebut
tumbuh buliran yang jarang pada tangkai yang lebih panjang dari buliran.
Buliran jumlahnya banyak, bentuknya bulat tertekan ke arah lateral,
penampangnya tidak simetris, ukuran pangjang 1.4 mm, tidak berbulu, warnyanya
coklat keungu-unguan, tangkainya agak panjang bentuk berombak, benang
sari 1mm panjangnya dan kepala sari tiga (Nasution, 1986).
Pengendalian
Secara Mekanis, dapat dilakukan dengan pembabatan dan
pendongkelan hingga ke akar gulma
Secara Kultur teknis, dapat dilakukan dengan dengan menentukan
jarak tanam lebih rapat dan rotasi tanaman
Secara Fisik, dapat dilakukan dengan mencabuti kemudian dibakar
Secara Biologis, dapat dilakukan dengan meggunakan jasad hidup
sebagai penutup tanah seperti kacang-kacangan
Secara Kimiawi, dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida
seperti paraquat dan glyphosate, dalapon, glufosinate-ammonium dan fluazfop-
butyl.
Pengertian Herbarium
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani
yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi
spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi
(Onrizal, 2005).
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah
dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-
data mengenai tumbuhan tersebut. Membuat herbarium yaitu pengumpulan
tanaman kering untuk keperluan studi maupun pengertian, tidaklah boleh
diabaikan. Yaitu melalui pengumpulan, pengeringan, pengawetan, dan dilakukan
pembuatan herbarium (Steenis, 2003).
Herbarium merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan hanya
untuk mendefinisikan suatu pohon, namun segala sesuatu dari pohon. Mereka
memegang bagian yang sebenarnya dari bagian mereka itu. Nama latin untuk
koleksi ini ataupun Herbarium adalah Siccus Hortus, yang secara harfiah berarti
taman kering, dan setiap specimen menekan yang terpasang pada selembar kertas
yang diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu, kapan dan dimana
ditemukannya (Stacey, 2004).
Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi spesiemen
tanaman atau tumbuhan yaitu herbarium kering dan herbarium basah. Herbarium
yang baik selalu disertai identitas, pengumpul (nama pengumpul atau kolektor
dan nomor koleksi). Serta dilengkapi keterangan lokasi asal material dan
keterangan tumbuhan tersebut untuk kepentingan penelitian
dan identifikasi. Pengendalian inanditatif dengan penggunaan semaca
m cendawan
Pathogen dengan pelaksanaan herbisida jangka pendek, agar gulma
yang dapat diberantas (Moenandir, 1996).
Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen yag
diawetkan tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani
tertentu, sebagai sumber informai dasar untuk para ahli taksonomi dan sekaligus
berperan sebagai pusat penelitian dan pengajaran , juga pusat informasi bagi
masyarakat umum. Herbarium diartikan juga sebagai bank data dengan sejumlah
data mentah yang belum diolah. Masing-masing specimen dapat memberikan
bermacam-macam informasi, tergantung kelengkapan spesimen, data dan asal-
usul materialnya. (Balai Taman Nasional Baluran, 2004)
Kelebihan dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah
adalah dapat bertahan lama hingga ratusan tahun. Terdapat beberapa kelemahan
pada herbarium yaitu; spesimen mudah mengalami kerusakan akibat perawatan
yang kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi
untuk identifikasi dan pengecekan data secara manual, tidak bisa diakses secara
bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar,tidak bisa diakses sewaktu-
waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh (Wibobo dan Abdullah, 2007)
Herbarium kering yang baik adalah herbarium yang lengkap organ vegetatif
dan organ generatifnya. Selain itu kerapian herbarium juga akan menentukan nilai
estetikanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah
lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti
suhu (Subrahmanyam, 2002).
Kegunaan Herbarium
Kegunaan herbarium secara umum antara lain: 1. Sebagai pusat referensi :
Merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi,
ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para
petugas yang bergerak dalam konservasi alam. 2. Sebagai lembaga dokumentasi
: Merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru,
contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain lain.3.
Sebagai pusat penyimpanan data : Ahli kimia memanfaatkannya untuk
mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan
untuk obat kanker, dan sebagainya (Onrizal, 2005).
Pembagian Herbarium
Herbarium basah, setelah material herbarium diberi label gantung dan
dirapikan, kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan
kertas koran untuk satu specimen (contoh). Tidak benar digabungkan beberapa
specimen di dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi
material herbarium tersebut ditumpuk satu diatas lainnya. Tebal tumpukan
disesuaikan dengan dengan daya muat kantong plastik (40 × 60) yang akan
digunakan. Tumpukkan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
disiram alcohol 70 % atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram
secara merata, kemudian kantong plastic ditutup rapat dengan isolatip atau hekter
supaya alcohol atau spiritus tidak menguap keluar dari kantong plastik (Onrizal,
2005).
Herbarium kering, cara kering menggunakan dua macam proses yaitu: a.
Pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu
tebal di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yng optimum sebaiknya di
pres dalam waktu dua minggu kemudian dikeringkan diatas tungku pengeringan
dengan panas yang diatur di dalam oven. Pengeringan harus segera dilakukan
karena jika terlambat akan mengakibatkan material herbarium rontok daunnya
dan cepat menjadi busuk. b. Pengeringan bertahap, yakni material herbarium
dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan
lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya, ditempuk dan dipres,
dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan. Selama proses pengeringan
material herbarium itu harus sering diperiksa dan diupayakan agar pengeringan
nya merata. Setelah kering, material herbarium dirapikan kembali dan kertas
koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas baru. Kemudian material
herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi (Onrizal, 2005).
Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman
budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang
sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang
tidak diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan
tanaman lain yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut. Biji gulma
memiliki waktu dormansi. Dormansi merupakan masa istirahat dari organ
tumbuhan dikarenakan keadaan organ atau lingkungan tidak mendukung untuk
pertumbuhan. Dormansi bagi gulma merupakan kekayaan yang dimiliki hampir
semua biji gulma yang memungkinkan untuk dapat bertahan dari keadaan
lingkungan yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhannya. Dormansi yang
terjadi pada gulma merupakan suatu kemampuan gulma untuk selalu dapat
tumbuh kapan saja apabila kondisi menguntungkan untuk pertumbuhannya.
Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan
sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya.
Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya,
atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut.
Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih
dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan
lingkungannya, baik musim maupun variasi – variasi yang kebetulan terjadi.
Sehingga secara tidak langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari
kemusnaan alam.
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di suatu tempat dan dalam waktu
tertentu yang tidak dikehendaki oleh manusia. Gulma dapat bersaing dengan
tanaman yang dibudidayakan sehingga menurunkan hasil serta menyerap biaya
pengendalian yang cukup besar yaitu sekitar 25-30% dari biaya produksi.
Persaingan dengan tanaman budidaya dapat berupa persaingan dalam hal
kebutuhan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh sehingga gulma dapat
menurunkan hasil dan kualitas hasil, meningkatkan biaya pengerjaan tanah, biaya
penyiangan, kebutuhan tenaga kerja, dan menjadi inang bagi hama dan penyakit
yang menyerang tanaman pokok. Gulma mampu bersaing efektif selama jangka
waktu kira-kira 1/4 – 1/3 dari daur hidup tanaman semusim (annual crops) sejak
awal pertumbuhannya hingga tanaman dalam usia menjelang panen.
Gulma seringkali menjadi masalah utama setelah faktor air dalam sistem
produksi tanaman terutama tanaman semusim seperti pangan, sayuran, obat, dan
hias. Dalam budidaya tanaman di lahan kering dan basah, beberapa spesies gulma
mempunyai sifat pertumbuhan yang cepat, berkembangbiak dengan biji maupun
stolon/rimpang, toleran terhadap kekeringan dan mampu menghambat
perkecambahan biji dan pertumbuhan awal tanaman yang dibudidayakan. Banyak
spesies gulma yang tumbuh di lahan kering, sehingga untuk mengenal dan
menentukan cara pengendaliannya perlu diketahui sifat-sifat dan biologi gulma
terutama cara berkembang biak.
Perbanyakan Generatif
Biji khususnya dari jenis-jenis gulma semusim mempunyai peranan penting
dalam kaitannya dengan keberhasilan usaha-usaha pencegahan dan pengendalian
gulma. Banyaknya biji yang mampu berkecambah dan tahan terhadap
pengendalian akan menentukan besarnya penurunan produksi tanaman pada
tanaman yang dibudidayakan (khususnya tanaman semusim) pada tahun
berikutnya. Demikian juga banyaknya biji dalam tanah yang dikenal dengan
”simpanan biji” (seed bank) dan banyaknya biji yang masuk ke dalam tanah akan
menentukan besarnya potensi gangguan di lahan tersebut.
Umumnya biji terdiri dari embryo, cadangan makanan, dan kulit biji. Biji
mengandung semua bahan-bahan yang diperlukan dari induknya. Selain itu
karena mempunyai cadangan makanan, biji mampu mempertahankan
kecambahnya meskipun hanya sementara. Ukuran biji gulma sangat bervariasi
dari yang sangat kecil seperti biji Striga asiatica hingga yang sangat besar seperti
biji Momordica charantia. Simpanan makanan ini menentukan daya hidupnya dan
kemampuan untuk muncul ke permukaan tanah (Seedling emergence). Demikian
juga bentuk, warna, dan detail bentuk permukaan kulit biji gulma beragam antar
jenis. Ukuran dan bentuk biji berkaitan dengan cara dan kemampuan
pemencarannya. Dengan memperhatikan hal tersebut, selain sebagai alat
perbanyakan, biji gulma mempunyai peranan lain, yaitu:
1. Sebagai alat pemencaran (dispersal)
2. Sebagai alat perlindungan pada keadaan yang tidak menguntungkan
untuk berkecambah (dormancy)
3. Sebagai sumber makanan sementara bagi lembaga
4. Sebagai sumber untuk pemindahan sifat-sifat keturunan kepada
generasinya (sifat hereditasi).
Perbanyakan Vegetatif
Perbanyakan vegetatif dari jenis-jenis gulma menahun dapat dilakukan
dengan cara menghasilkan beberapa tipe dan bentuk organ perbanyakan selain
biji. Beberapa bentuk organ vegetatif yang banyak ditemukan dalam perbanyakan
jenis-jenis gulma menahun adalah sebagai berikut :
1. Rizoma: Rizoma merupakan batang berbentuk tabung yang tumbuh
menjalar di bawah permukaan tanah. Pada rizoma ini terdapat buku dan ruas yang
menghasilkan tunas dan akar adventif. Pada umumnya organ ini cukup banyak
menyimpan cadangan makanan. Contoh : Alang-alang (Imperata cylindrica),
Rumput kakawatan (Cynodon dactylon)
2. Stolon: Stolon adalah batang silindris yang tumbuh menjalar di
permukaan tanah. Seperti pada rizoma, pada stolon terdapat buku dan ruas yang
dapat membentuk akar dan tunas. Pada beberapa jenis gulma, stolon menjalar di
permukaan air. Contoh : Cynodon dactylon, Digitaria sanguinalis, Axonopus
compressus, dan Eichornia crassipes
3. Runner: Runner adalah batang yang tumbuh dari ketiak daun pada
dasar tajuk dan menjalar di permukaan tanah. Runner membentuk tunas dari
rumpun baru yang dapat membentuk runner baru
4. Umbi batang: Umbi batang merupakan pangkal batang yang
membengkak. Umbi ini mempunyai mata tunas yang dapat tumbuh menjadi
tumbuhan baru. Contoh : Berbagai jenis talas (Caladium sp).
5. Umbi akar: Umbi akar merupakan bagian ujung dari rizoma yang
membengkok dan merupakan cadangan makanan serta mempunyai tunas
ujung.Contoh : Cyperus rotundus dan Cyperus esculentus
6. Umbi lapis: Umbi lapis merupakan batang yang memendek yang
mempunyai lapisanlapisan berdaging. Tunas baru akan tumbuh dan berkembang
di antara/di sela lapisan-lapisan tersebut. Contoh : Beberapa jenis bawang-
bawangan, Allium spp.
Penyebaran gulma dari tempat satu ke tempat yang lain dapat terjadi melalui
aktivitas sendiri, dengan bantuan alam, maupun dengan bantuan makhluk hidup.
1. Aktivitas atau kekuatan sendiri (Autochory)
· Letusan/ledakan buah, buah masak dan terlempar keluar. Contoh
:Euphorbia geniculta, Impatien balsamina.
· Polong tua pecah. Contoh : Calopogonium mucunoide, Crotalaria
incana, C. retusa (Leguminoceae).
2. Bantuan alam
· Anemochory (angin): bagian-bagian gulma yang ukurannya sangat
kecil yang terutama dari golongan epifit dan parasit dan biji gulma yang bersayap
· Hydrochory (air): biasanya hal ini terjadi untuk gulma air, baik ke
arah faktor aliran air, biji/bagian gulma yang mengapung ataupun sifat biji atau
bagian gulma yang toleran terhadap penyerapan air.
3. Bantuan makhluk hidup
· Hewan mamalia, biji gulma yang menempel pada bagian luar tubuh
binatang dapat menyebarkan gulma yang disebut Epizooctory. Misalnya
: Themeda arguens, Tryumphyta laputa.
· Burung, burung yang makan bagian biji yangberlendir menyebabkan
terangkutnya biji.
· Manusia, manusia sengaja membawa gulma karena adanya keperluan
lain, misalnya karena indahnya bunga dimaksud untuk tanaman hias.
Penyebab Dormansi
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :
Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.
Proses respirasi tertekan / terhambat.
Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.
Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis
ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut
terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh
keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan
kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3
tipe yaitu :
Innate dormancy (dormansi primer)
Induced dormancy (dormansi sekunder)
Enforced dormancy
Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2
tipe yaitu :
Dormansi Fisik, dan
Dormansi Fisiologis
Dormansi Fisik
Dormansi Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap
perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
Dormansi Fisiologis
Dormansi Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi
pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa
penghambat maupun perangsang tumbuh
Oleh karena itu, pada praktikum dormansi biji gulma, praktikan akan
mengamati jenis dormansi, kemampuan biji gulma mengalami dormansi dan
pemecahan dormansi sehingga praktikan akan lebih paham mengenai dormansi
biji gulma dengan demikian harapannya setelah praktikum ini praktikan akan
dapat menemukan solusi dalam pengendalian gulma yang memiliki daya
dormansi tinggi secara efisien.
Dormansi dapat dikatakan sebagai suatu fase dimana kulit biji dalam
kondisi yang keras menghalangi penyerapan. Organisme hidup dapat memasuki
keadaan tetap hidup meskipun tidak tumbuh selama jangka waktu yang lama, dan
baru mulai tumbuh aktif bila kondisinya sudah sesuai. Kondisi penyimpanan
selalu mempengaruhi daya hidup biji. Meningkatnya kelembaban biasanya
mempercepat hilangnya daya hidup (Salisbury dan Ross, 1995).
Istilah yang pernah digunakan untuk menjelaskan dormansi dan yang paling
lazim adalah istilah istirahat dan pasif. Lebih banyak istilah yang menyertakan
kata dormansi di belakang kata keadaan (adjektif), misalnya primer, sekunder,
bawaan, dan sebagainya. Secara logis menjelaskan pentingnya kesatuan istilah
dan menganjurkan tiga istilah baru saja, yakni endodormansi, ekodormansi, dan
paradormansi. Di laboratorium dan di bidang pertanian (bila perlu) digunakan
alkohol atau pelarut lemak (yang menghilangkan bahan berlilin) yang kadang
mengahalangi masuknya air / asam pekat. Sebagai contoh, perkecambahan biji
kapas dan kacangan tropika dapat sangat dipacu dengan merendam biji terlebih
dahulu dengan asam sulfat selama beberapa menit sampai satu jam dan
selanjutnya dibilas untuk menghilangkan asam itu (Salisbury dan Ross, 1992).
2. Teori
Pada umumnya dipandang dari manfaat yang didapat, tumbuhan dibagi
menjadi dua yaitu, tanaman yaitu tumbuhan yang menguntungkan dan
dibudidayakan dan tumbuhan yang merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan
disebut tanaman yaitu tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia atau sengaja
untuk ditanam karena mempunyai nilai ekonomis yang menjanjikan. Sedangkan
tumbuhan yang merugikan adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki
keberadaannya. Dalam kegiatan budidaya atau dalam ilmu pertanian, tumbuhan
tersebut sering disebut dengan gulma (weed).
Pengertian gulma yang lain adalah tumbuhan yang belum diketahui
manfaatnya secara pasti sehingga kebanyakan orang juga menganggap bahwa
gulma mempunyai nilai negatif yang lebih besar daripada nilai ekonomisnya.
Sehingga gulma tersebut harus dimusnahkan dari, agar tidak menimbulkan
kerugian-kerugian yang lainnya, yang nantinya dapat mengganggu kegiatan
pertanian. Baik secara teknis, produksi, maupun secara ekonomis. Gulma adalah
suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya, tumbuhan yang
tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atau semua
tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh si penanam
sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau
disekitar tanaman pokok tersebut (Guntoro, 2010).
Gulma dibedakan menjadi tiga golongan yaitu rumput-rumputan
(grasses), teki (sedges) dan golongan berdaun lebar (broad leaves). Gulma
merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produksi dan
produktivitas pertanian. Gulma menjadi pesaing kuat bagi tanaman dalam
pemanfaatan sarana tumbuh seperti hara, air, dan cahaya.
Gulma sering menimbulkan berbagai masalah dalam lahan pertanian.
Kerusakan tanaman atau penurunan produksi pertanian akibat gulma, pada
umumnya, memiliki korelasi yang searah dengan populasi gulma itu sendiri. Dalam
hal ini, faktor yang paling tampak adalah perebutan penguasaan sarana tumbuh,
ruang gerak dan nutrisi anatara tanaman dan gulma. Posisi gulma sebagai tumbuhan
yang tidak diinginkan menyebabkan pengendalian gulma mendapat perhatian
lebih. Salah satu cara untuk mengetahui cara tepat dalam pengendalian gulma
adalah dengan analisis vegetasi.
Vegetasi dapat diartikan sebagai komunitas tumbuhan yang menempati
suatu ekosistem. Komposisi vegetasi sering kali berubah seiring kali berubah
seiring berjalannya waktu, perubahan iklim, dan aktivitas manusia. Perubahan
vegetasi ini mendorong perlunya dilakukan analisis vegetasi. Analisis vegetasi
merupakan suatu cara untuk menemukan komposisi jenis vegetasi dari yang paling
dominan hingga tidak dominan. Keadaan vegetasi yang diamati berupa bentuk
vegetasi seperti rumput, semak rendah, tumbuhan menjalar, herba, maupun
tumbuhan dalam hamparan yang luas.
Dalam kaitannya dengan gulma, analisis vegetasi digunakan untuk
mengetahui gulma-gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan
sarana tumbuh dan ruang hidup. Penguasaan sarana tumbuh pada umunya
menentukan gulma tersebut penting atau tidak. Populasi gulma yang bersifat
dominan ini nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan pengendalian gulma. Metode analisis vegetasi yang lazim digunakan ada
4 macam yaitu estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan metode titik
(Tjitrosoediro dkk. 1984) sebagai berikut :
1. Metode Estimasi Visual
Setelah letak letak dan kuas petak contoh yang akan diamati
ditentukan, lazimnya berbentuk lingkaran, pengamatan dilakukan pada
titik tertentu yang selalu tetap letaknya, m isalnya selalu di tengah atau
di salah satu sudut yang tetap pada petak contoh yang telah
terbatas. Besaran yang dihitung berupa dominasi yang dinyatakan
dalam persentse penyebaran. Karena nilai penyebaran tiap jenis dalam
area dihitung dalam persen, maka bila dijumlah akan diperoleh 100%
(termasuk % daerah kosong jika ada). Dapat juga dominansi dihitung
berdasar suatu skala abundansi (scale abundance) yang bernilai 1 – 5
(Braun-Blannquat; Weaver), 1 – 10 (Domin) atau 1 – 3 (Wirahardja &
Dekker). Cara ini sangat berguna bilamana populasi vegetasi cukup
merata dan tidak banyak waktu tersedia. Tetapi memiliki kelemahan
yaitu terdapat kecenderungan untuk menaksir lebih besar jenis-jenis
yang menyolok (warna maupun bentuknya), sebaliknya menaksir lebih
sedikit jenis-jenis yang sulit dan kurang menarik perhatian. Juga sulit
untuk dapat mewakili keadaan populasi vegetasi seluruhnya, dan
penaksiran luas penyebaran msing-masing komponen tidak terkamin
ketepatannya.
Pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selau tetap letaknya,
misalnya selalu di tengah atau di salah satu sudut yang tepat pada petak
contoh yang telah terbatas. Besaran yang dihitung berupa dominansi
yang dinyatakan dalam presentase penyebaran. Estimasi visual
dilakukan berdasarkan pengamatan visual atau dengan cara melihat dan
menduga parameter gulma yang diamati. Metode estimasi visual
memiliki kelemahan yaitu hanya layak dilakukan oleh orang yang
berpengalaman. Hal ini mengakibatkan pengunaan metode visual tidak
dapat diterapkan pada semua orang.
2. Metode Kuadrat
Yang dimaksud kuadrat disini adalah ukuran luas dalam satuan
kuadrat (m2, cm2, dsb), tetapi bentuk petak-contoh dapar berupa segi
empat, segi-panjang ataupun lingkaran. Untuk vegetasi yang
pendek/rendah, bentuk lingkaran lebih menguntungkan karena
ukurannya dapat diperluas dengan cepat dan teliti dengan menggunakan
seutas tali yang dikaitkan pada titik pusat petak. Untuk gulma berbebtuk
herba rendah lebih efisien menggunakan metode kuadrat segi-panjang
dari pada kuadrat segi-empat, karena kelompok tumbuhan berkembang
membentuk sebuah lingkaran. Dengan kuadrat segi panjang akan lebih
memungkinkan memotong kelompok tumbuhan dan lebih banyak
kelompok yang bisa diamati. Jika yang ditinjau distribusi suatu
kelompok tumbuhan, kuadrat lingkaran kurang efiasien dibanding
semua bentuk segi-empat, tetapi lingkaran mempunyai keuntungan
dibanding semua bentuk geometri lainnya karena lingkaran mempunyai
perbandingan terkecil antara tepi dan luasnya. Bentuk lingkaran juga
paling cocok untuk evaluasi asosiasi gulma di daerah yang luas dan bila
menggunakan sampling estimasi visual.
Karena luas dan keadaan vegetasi yang sangat bervariasi maka yang
selalu menimbulkan pertanyaan adalah berapa luas/jumlah petak contoh
yang memedai. Terutama bila kita hanya menggunakan petak contoh
tunggal , luas yang memadai harus kita tentukan. Luas/jumlah petak-
contoh minimal ini berbentuk kaudrat atau lingkaran, dapat ditentukan
dengan menyusun sebuah kurva-jenis (Syakir, 2008).
Kuadrat adalah suatu ukuran luas yang dinyatakan dalam satuan
kuadrat (misal m2,Cm2, dan sebagainya) tetapi bentuk petak contoh
dapat berupa segi empat (kuadrat), segi panjang, atau sebuah lingkaran.
Dalam pelaksanaan dilapangan sering digunakan bujur sangkar.
3. Metode Titik
1. Metode Titik Sentuh (Point Intercept Method)
Untuk komunitas tumbuhan bawah seperti rumput, herba dan
semak, metode yang dapat dipakai adalah Metode Titik Sentuh
(Point Intercept Method). Dalam pelaksanaannya di lapangan dapat
digunakan alat bantu seperti gambar dibawah ini..
Tumbuhan yang menyentuh pin yang terbuat dari kawat, akan
dicatat jenisnya sehingga dominansi dari jenis tersebut dapat
dihitung dengan rumus:
Dominasi suatu jenis (D)
. D x 100 %
Dominansi seluruh jenis
Salah satu sisi areal dibuat garis dasar yang akan menjadi
tempat titik tolak garis intersep: dan
Garis-garis intersep diletakkan secara acak atau sistematik
pada areal yang akan diteliti. Garis tersebut sebaiknya berupa :
1 Pita ukur dengan panjang 50 - 100 kaki (1 kaki = 30,48 cm)
2 Tambang/tali
Alat bantuan berupa pita ukur atau tambang/tali tersebut dibagi
ke dalam interval-interval jarak tertentu. Hanya tumbuh-
tumbuhan yang tersentuh, di atas atau di bawah garis intersep
yang diinventarisir
INP = KR + FR + DR
3. Organisasi
a. Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok, dengan anggota masing masing 5-6
orang mahasiswa.
b. Tiap kelompok diberi tugas melaksanakan tahapan kerja dalam menetukan luas
plot minimum vegetasi gulma dengan menggunakan metode kuadrat
4. Alat dan Bahan
alat yang digunakan antara lain
1. buku identifikasi gulma
2. roll meter (perkelompok)
3. hand counter (perkelompok)
4. tali rafia kurang lebih 10 meter
5. alat tulis
6. gunting
5. Prosedur Kerja
a. Menentukan titik (O) di lapangan (lahanan tanaman) yang kira kira memiliki
jumlah spesies yang paling banyak, sehingga dapat mewakili seluruh areal
dalam banyaknya spesies
b. Melalui titik tersebut disebut sumbu X dan Y yang masing masing saling tegak
lurus (dengan sumbu 900) arahnya dapat kesegenap penjuru angin.
c. Dengan sisi sumbu X dan Y, kemudian dibuat suatu bujur sangkar yang panjang
sisinya masing masing 1 meter.
d. Mencatat semua spesies gulma yang terdapat dalam plot bujur sangkar tersebut
kedalam data sheet (lembaran data)
e. Selanjutnya plot tersebut diperluas lagi menjadi dua kali lipat luas plot yan
pertama
f. Mencatat spesies yang terdapat dalam plot 2, tetapi yang belum terdapat dalam
plot 1.
g. Setiap kali luas plot dibuat dua kali lipat plot sebelumnya, setiap kali dicatat
nama dan jumlah spesies barunya, pertambahan plot di tambah dua kali lipatnya
terus menerus sampai pada plot yan sudah tidak ada lagi pertambahan spesies
yang baru.
h. Setelah semua spesies tersebut dicatat, susunlah sedemikian rupa sehingga dari
hasil pencatatan tersebut akan diperoleh suatu kurva luas plot minimum.
5
Dibawah ini disajikan contoh data sheet yang merupakan daftar jumlah spesies
gulma yang tercatat dalam suatu areal yang menggunakan metode kuadrat.
No Nama Spesies Plot Nomor
1 A 1 2 3 4 5 6
2 B X
3 C X
4 D X
5 E X
6 F X
7 G X X
8 H X
Dari data tersebut diatas, ternyata jumlah spesies yang ada di lapangan dan yang
akan dianalisis ada 8 spesies (Spesies A sampai dengan H). Dari daftar tersebut
diatas dapat dibuat sebuah kurva luas plot minimum.
4.9 Perhitungan Kerapatan, Frekuensi Gulma
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu
:
a. Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan
kurang dari 1.5 m.
b. Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan
berdiameter kurang dari 10 cm.
c. Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20
cm.
Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah
:
1. Nama jenis (lokal atau botanis)
2. Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan
3. Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi
terhadap lahan
4. Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk
menghitung volume pohon.
5. Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC),
penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat
diketahui ditaksir ukuran volume pohon.
2) Garis
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa
garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada
kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis
yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang
digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis
yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi
yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai
penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan
dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan
ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan
dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat
oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi
diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis
yang disebar (Rohman, 2001).
· Metode Garis
1. Menyebarkan 10 garis masing-masing sepanjang 1 meter secara acak
atau sistematis.
2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi.
3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap
variabel untuk setiap tumbuhan.
4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap
jenis tumbuhan.
5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel
dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan
pada tempat teratas.
6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis /
spesies yang memiliki nilai penting terbesar (Anonymous,2010).
3) Titik
Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan
menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat
dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang
disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam
menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan,
dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan
sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan
demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan
diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar
pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan
dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas
(Michael, 1994).
· Metode Intersepsi Titik
1. Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada
seutas tali raffia.
2. menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali raffia
tersebut secara acak atau sistematis.
3. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap kawat
atau lidi tersebut.
4. Melakukan 10 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik.
5. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap
variabel untuk setiap tumbuhan.
6. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap
jenis tumbuhan.
7. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel
dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan
pada tempat teratas.
8. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis /
spesies yang memiliki nilai penting terbesar
4) Kuarter
Analisa vegetasi dengan metode kuarter merupakan analisa vegetasi yang
mana dalam pelaksanaannya tidak menggunakan plot atau area sebagai alat bantu.
Akan tetapi cuplikan yang digunakan hanya berupa titik sehingga sering juga
metode tanpa plot. Hal ini karena pada metode ini tidak menggambarkan luas area
tertentu, sama halnya dengan metode kuadrat yaitu dalam memperoleh nilai
penting harus terlebih dahulu dihitung kerapatan, dominasi, dan frekuensinnya.
Metode ini sering dipakai untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks
lainnya (Kusmana, 1997).
Komunitas adalah sejumlah mahluk hidup dari berbagai macam jenis yang
hidup bersama pada suatu daerah. Komposisi suatu komonitas ditentukan dengan
tumbuhan dan hewan yang kebetulan mampu hidup di tempat tersebut. Anggota
komonitas ini tergantung pada penyesuaian diri setiap individu terhadap faktor-
faktor fisik dan biologis yang ada ditempat tersebut. Ada dua konsep yang
ditentukan dalam mengamati peta komonitas yaitu gradasi komonitas( populasi)
dan gradiasi lingkungan yaitu menyangkut jumlah factor lingkungantambak
secara bersama-sama. (Soedjiran,1989). Pada metode ini tumbuhan yang
dianalisa bisa berupa empat tumbuhan yang paling dekat dengan titik pengamatan
yang masing-masing tumbuhan berada pada empat sektor daerah dengan titik tadi
sebagai pusat.
· Daerah I adalah daerah barat – utara
· Daerah II adalah daerah utara – timur
· Daerah III adalah daerah timur – selatan
· Daerah IV adalah daerah selatan – barat
Tumbuhan yang dianalisis (dicuplik datanya) disetiap sektor daerah
pengamatan adalah hanya satu pohon yang paling dekat dengan pusat pengamatan
tadi (titik pusat). Data yang dikumpulkan adalah jarak pohon ke titik pusat,
diameter pohon.
Sistem Analisis dengan metode kuadran:
· Jarak pohon rata-rata (d)= jumlah semua jarak yang terukur
4 x jumlah titik pusat (n)
· Kerapatan relatif = jumlah individu sejenis x 100%
4xn
· Dominasi relatif = jumlah luas basal individu sejenis x
100%
jumlah total luas basal terukur
· Frekuensi relative=jumlah titik pusat yang mengandung suatu
tumbuhan x 100%
jumlah titik pusat dari seluruh jenis tumbuhan
· Luas rata-rata penguasaan area oleh suatu pohon = d2
· Jumlah individu pohon untuk luas tertentu (L) = L / d2
· Luas dari total = luas basal rata-rata x kerapatan
· Nilai penting = Kr + Dr + Fr
5) Teknik Ordinasi
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-
Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan
random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu.
Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi
dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan.
Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan
ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang
sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi
spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan,
sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan.Ordinasi dapat pula
digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan
faktor lingkungan.
Ordinasi mencoba untuk meringkas data sampling dalam suatu lebih
sederhana, lebih sedikit cara pemakaian ruang dibanding metoda tabel. Bahkan
suatu agak kecil perbedaan table Suatu ordinasi data yang sama bisa menjadi satu
grafik kecil yang menunjukan 19 poin-poin penyebaran ruang. Masing-Masing
titik mewakili suatu letak, dan jarak antara poin-poin mewakili derajat tingkat
perbedaan atau persamaannya. Sekilas, seseorang dapat melihat lihat jika ada pola
dalam hubungan.
Sasaran ordinasi bukanlah untuk menggambarkan bentuk di sekitar label
dan letak mereka yang sama bagian dari suatu asosiasi melainkan, untuk
menunjukkan suatu pola hubungan kontinue. Sungguh, sebagian besar informasi
memuat data asli yang hilang dalam ordinasi diagram, tetapi kehilangan ini akibat
banyak bentuk dari reduksi data, tidak hanya ordinasi (Anonymous, 2010).
3. Penutupan (Coverage)
Kelindungan adalah proporsi permukaan tanah yang ditutupi oleh proyeksi
tajuk tumbuhan. Oleh karena itu, kelindungan selalu dinyatakan dalam satuan
persen. Misalnya, jenis Rhizophora apiculata (bakau) mempunyai proyeksi tajuk
seluas 10 mZ dalam suatu petak contoh seluas 100 m-, maka kelindungan jenis
bakau tersebut adalah 10/100 x 100% = 10%. Jumlah total kelindungan semua
jenis tumbuhan dalam suatu komunitas tumbuhan mungkin lebih dari 100%,
karena sering proyeksi tajuk dari satu tumbuhan dengan tumbuhan lainnya
bertumpang tindih (overlapping). Sebagai pengganti dari luasan areal tajuk,
kelindungan bisa juga mengimplikasikan proyeksi basal area pada suatu luasan
permukaan tanah. Untuk mengukur/menduga luasan tajuk dari vegetasi lapisan
pohon, biasanya dilakukan dengan menggunakan proyeksi tajuk dari pohon
tersebut terhadap permukaan tanah dan luasannya diukur dengan planimeter atau
sistem dotgrid dengan kertas grafik. Cara lain adalah dihitung dengan rumus :
Basal area ini merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang
dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal area diduga dengan mengukur
diameter batang. Dalam hal ini, pengukuran diameter umumnya dilakukaii pada
ketinggian 1.30 m dari permukaan tanah (diameter setinggi data atau diameter at
breast height, DBf). Dalam pengukuran diameter pohon setinggi dada terdapat
beberapa ketentuan yang umumnya ditaati oleh para peneliti, yaitu:
Bila pohon berada di lereng, diameter diukur pada ketinggian 4,5 kaki dari
permukaan tanah atau 1,3 m di atas permukaan tanah lereng sebelah atas pohon;
Bila pohon membentuk cabang tepat pada ketinggian 1,3 m dari tanah, maka
diameter diukur sedikit (di atas percabangan tersebut dan pohon tersebut dianggap
sebagai satu individu seperti halnya kalau percabangan terjadi di atas ketinggian
1,3 m di alas tanah). Tetapi bila percabangan terjadi dibawah 1,3 m dari atas tanah,
maka masing-masing batang diukur diametemya setinggi dada serta batang-
batang tersebut dianggap sebagai individu masing-masing;
Bila pohon berakar papan atau berbentuk tidak normal tepat pada atau
melebihi setinggi dada, maka pengukuran diameter dilakukan di atas batas batang
dari bentuk tidak normal; dan
Sesuai dengan informasi yang diinginkan, diameter pohon yang diukur bisa
merupakan diameter di luar kulit pohon atau diameter dekat kulit pohon.
Dengan asumsi bahwa penampang melintang batang suatu pohon berbentuk
lingkaran, basal area dari pohon tersebut dihitung dengan rumus:
BA : = π . R 2
= ¼ π. D2
dimana:
BA : Basal area
R : jari-jari lingkaran dari penampang
lintang batang
D : diameter batang pohon
Konsep basal area juga kadang-kadang diterapkan terhadap tumbuhan
penutup tanah seperti rumput, herba dan semak. Dalam hal ini basal area diukur
dad luasan areal pucuk dari tumbuhan tersebut dalam suatu luasan petak contoh
tertentu yang dibuat.
5. Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis adalah parameter yang sangat berguna untuk
membandingkan dua komunitas, terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan
biotik, untuk mengetahui tingkatan suksesi atau kestabilan suatu komunitas.
Keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan rumus Indeks
Keanekaragaman Shannon-Wiener :
dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
ni = Jumlah individu jenis ke-n
N = Total jumlah individu
6. Indeks Kekayaan Jenis dari Margallef (R1)
Dimana :
R1 = Indeks kekayaan Margallef
S = Jumlah jenis
N = Total jumlah individu
5.1 KESIMPULAN
1. Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang dapat menurunkan hasil
tanaman yang dibudidayakan bila tidak dikendalikan secara efektif. Selain
itu juga gulma merupakan salah satu faktor biotik yang menyebabkan
kehilangan hasil panen. Gulma menyaingi tanaman dalam pengambilan
unsur hara, air, ruang dan cahaya. Di lahan irigasi, persaingan gulma dengan
padi dapat menurunkan hasil padi 10-40 %, tergantung pada spesies dan
kepadatan gulma, jenis tanah, pasokan air dan keadaan iklim
(Nantasomsaran dan Moody, 1993).
2. Herbarium adalah suatu koleksi spesimen tumbuhan yang diawetkan dan
data terkait yang digunakan untuk penelitian ilmiah. Istilah ini dapat juga
merujuk pada bangunan atau ruangan di mana spesimen-spesimen tersebut
disimpan, atau pada lembaga ilmiah yang tidak hanya menyimpan namun
menggunakannya untuk penelitian.
3. Berdasarkan karakteristiknya, gulma dibedakan menjadi berikut.
Rumput
Gulma style rumput punyai ciri berdaun sempit seperti teki namun
menghasilkan stolon. Stolon di dalam tanah punyai wujud jaringan rumit
yang susah diatasi secara mekanik. Kebanyakan golongan gulma
rerumputan berasal berasal dari famili gramineae (poaceae). Contoh gulma
rerumputan adalah Panicium repens, Eleusine indica, Axonopus
compressus.Gulma rerumputan punyai ukuran yang bervariasi. Mulai
berasal dari tegak, menjalar, hidup semusim, atau tahunan. Batang
rerumputan ini disebut bersama dengan culms, terbagi menjadi ruas
bersama dengan buku-buku yang terdapat antara ruas. Batang tumbuh
bergantian terhadap dua buku terhadap tiap-tiap antara ruas daun terdiri
berasal dari dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun.
Teki
Gulma yang satu ini mempunyai kekuatan tahan luar biasa terhadap
pengendalian mekanisme, gara-gara mempunyai umbu batang di dalam
tanah yang dapat bertahan selama berbulan-bulan. Contohnya adalah teki
ladang (Cyperus rotundus). Kebanyak golongan teki-tekian berasal berasal
dari famili Cyperaceae. Dilihat berasal dari penampakannya, style gulma
yang satu ini punyai wujud hampir mirip seperti golongan rerumputan.
Perbedaannya terdapat terhadap wujud batangnya. Golongan teki-tekian
punyai batang berupa segitiga. Selain itu golongan teki-tekian tidak
mempunyai umbi atau akar ramping di dalam tanah. Contoh golongan teki-
tekian adalah Cyprus rotundus, Cyprus compresus.
Gulma daun lebar
Kelompok gulma daun lebar antara lain adalah ordo Dicotyledoneae.
Umumnya gulam daun lebar tumbuh terhadap akhir masa budi daya.
Kompetisi terhadap tanaman utama berupa persaingan cahaya.Golongan
gulma yang satu ini antara lain adalah Mikania spp, Ageratum conyzoides,
Euparotum odorotum.
4. Berdasarkan habitat tumbuhnya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma
darat dan gulma air.
Gulma Darat
Gulma darat adalah gulma yang hidup di darat. Gulma darat merupakan
gulma yang dapat hidup setahun, dua tahun, dan tahunan (tidak terbatas).
Penyebaranya dapat melalui biji atau bersama dengan langkah vegetatif.
Contoh gulma darat antara lain adalah Agerathum conyzoides, Digitaria
spp, Imperata cylindrical, Amaranthus spinosus.
Gulma Air
Gulma air adalah gulma yang hidupnya di air. Gulma air dibedakan menjadi
3 jenis, yaitu gulma air yang hidupnya terapung dipermukaan air
(Eichhorina crassipes, Silvinia spp), gulma air yang tenggelam di dalam air
(Ceratophylium demersum), dan gulma air yang timbul ke permukaan
tumbuh berasal dari basic (Nymphae sp, Sagitaria spp).
5. Berikut merupakan langkah yang dapat digunakan untuk mengendalikan
gulma.
Pengendalian Gulma Secara Preventif
Berikut ini merupakan langkah pengendalian gulma secara preventif.
a. Membersihkan bibit-bibit pertanaman berasal dari kontaminasi biji-
biji gulma.
b. Mencegah pemanfaatan pupuk kandang yang belum matang.
c. Mencegah pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput
makanan ternak.
d. Memberantas gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran
pengairan.
e. Membersihkan ternak yang bakal diangkut.
f. Mencegah pengangkutan tanaman selanjutnya tanahnya dan lain
sebagainya.
Pengendalian Gulma Secara Fisik
Berikut ini merupakan pengendalian gulma secara fisik.
Pengolahan tanah
http://irmairmaagro01.blogspot.com/2014/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://kyoyusenta.blogspot.com/2014/08/dormansi-biji-gulma.html
http://laporanherbarium.blogspot.com/
http://laporanherbarium.blogspot.com/2013/04/laporan-herbarium.html
http://nurjaya-malik.blogspot.com/2013/06/makalah-gulma-quw.html
http://pengelolaangulma.blogspot.com/2016/09/gulma.html
http://rizkiero10.blogspot.com/2012/04/makalah-gulma.html
http://scienceofagricultur.blogspot.com/2014/03/gulma-mikania-mikania-
micrantha.html
http://shinju2306.blogspot.com/2013/08/laporan-praktikum-ilmu-teknik.html
http://taraduliandaovie.blogspot.com/2013/05/reproduksi-generatif-dan-
vegetatif.html
http://www.abimuda.com/2015/04/cara-membuat-awetan-kering-berupa-
herbarium-dan-insektarium.html
http://www.academia.edu/4637149/Dasar-dasar-mata-kuliah-gulma
http://www.academia.edu/9688462/Dormansi_Biji_Gulma
http://www.berbagimanfaat.gq/2012/11/laporan-praktikum-ekologi-
tumbuhan.html
https://agrotechnologymodern.blogspot.com/2018/04/analisis-vegetasi-gulma-
praktikum-ilmu.html
https://dosenbiologi.com/ekosistem/contoh-simbiosis-alelopati
https://en.wikipedia.org/wiki/Cynodon_dactylon
https://en.wikipedia.org/wiki/Digitaria_sanguinalis
https://evinlistariniblog.wordpress.com/2013/06/11/biologi-gulmab-dormansi-
biji-gulmalaporan-praktikum-ilmu-dan-teknik/
https://farming.id/pemanfaatan-senyawa-alelopati-pada-tanaman-sebagai-
herbisida/
https://id.wikipedia.org/wiki/Alelopati
https://id.wikipedia.org/wiki/Dormansi
https://id.wikipedia.org/wiki/Herbarium
https://id.wikipedia.org/wiki/Kumbuh
https://id.wikipedia.org/wiki/Putri_malu
https://id.wikipedia.org/wiki/Teki_ladang
https://materipengetahuanumum.blogspot.com/2017/04/klasifikasi-dan-
morfologi-bandotan.html
https://medium.com/@nikmah.ceusaria99/jenis-dan-cara-pengendalian-gulma-
619051bc9298
https://mitalom.com/pengelompokan-gulma-mengenal-jenis-jenis-gulma-dan-
nama-latinnya/
https://mitalom.com/pengelompokan-gulma-mengenal-jenis-jenis-gulma-dan-
nama-latinnya/
https://rivandipputra.wordpress.com/2013/05/07/gulma-semusim/
https://rubi77botani.wordpress.com/2017/10/31/deskripsi-dan-klasifikasi-
tanaman-bayam-duri/
https://www.academia.edu/19751881/LAPORAN_PRAKTIK_BUDIDAYA_T
ANAMAN_KEDELAI
https://www.atobasahona.com/2016/12/cara-perkembangbiakan-gulma-
beserta.html
https://www.atobasahona.com/2016/12/cara-perkembangbiakan-gulma-
beserta.html
https://www.britannica.com/science/herbarium-botany
https://www.dosenpengertian.com/pengertian-gulma/
https://www.sampulpertanian.com/2016/12/mengenal-gulma-rumput-belulang-
eleusine.html
https://www.scribd.com/doc/143546605/DORMANSI-BIJI-GULMA-SATU-
docx
https://www.scribd.com/document/334169780/Makalah-Budidaya-Tanaman-
Pangan-Budidaya-Tanaman-Kedelai
https://www.scribd.com/document/376944394/PERKEMBANGBIAKAN-
GULMA
Jatmiko, S.Y., Harsanti S., Sarwoto dan A.N. Ardiwinata. 2002. Apakah
herbisida
Mas’ud, hidayati. 2009. Komposisi dan efisiensi pengendalian gulma pada
pertanaman kedelai dengan penggunaan bokashi . Jurnal Agroland 16 (2) :
118 – 123.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Moenandir, j. 1993. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Fakultas
Pertanian
Pangan Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Persebaran Gulma. (2013, Juli 13). Retrieved Desember 20, 2018, from
https://prayudimarta.wordpress.com:
https://prayudimarta.wordpress.com/2013/07/13/rangkuman-mata-kuliah-
gulma-persebaran-gulma/
1. Data Kelompok
Berikut ini merupaka data hasil pengamatan yang dilakukan mulai tanaman
berumur 14 HST – 63 HST.
3.1.1 Pengamatan Pertama Umur 14 HST (10 Oktober 2018)
11 14 cm 5
12 15 cm 5
13 11 cm 5
14 16 cm 3
15 15 m 3
11 24 cm 7
12 20 cm 5
13 16 cm 8
14 19 cm 6
15 19 M 5
11 25 cm 7
12 22 cm 6
13 20 cm 9
14 23 cm 7
15 21 M 5
11 25 cm 8
12 23 cm 7
13 23 cm 10
14 25 cm 8
15 24 cm 8
a. Data Golongan
Berikut ini merupakan data hasil rerataan dari setiap kelompok pengamatan
pada praktikum ini.
i. Pengamatan Tinggi Tanaman (Cm)
Minggu Ke-
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8
Kontrol 14,7 11,8 9 9,2 7,9 6,6 - -
1 Minggu Sekali 12 12,5 15,9 15,3 16,6 12,6 14,2 14,5
2 Miggu Sekali 12,2 15,5 16,4 17,1 20,7 27,2 23,3 20,8
Dipangkas 1 Minggu 11,9 19,2 14,6 14,9 16,5 15,2 14,5 14,5
Dipangkas 2 Minggu 15,7 15,2 15,5 26,2 21 26,2 25,9 22,1
Terus Menerus 12,1 13,3 19 20,8 22 23,7 24,2 24,6
ii. Pengamatan Jumlah Daun Tanaman
Minggu Ke-
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8
Kontrol 3 2 2 2 2 2 - -
1 Minggu Sekali 5 4 4 5 5 5 7 6
2 Miggu Sekali 3 3 4 5 7 8 10 9
Dipangkas 1 Minggu 4 5 7 5 5 8 7 6
Dipangkas 2 Minggu 6 4 4 7 5 7 8 6
Terus Menerus 5 5 5 6 7 7 8 9
2 1
BAK 1 UMBI 𝑥 100% = 40% BAK 1 STOLON 5 𝑥 100% = 20%
5
5
BAK 2 UMBI 𝑥 100% = 100%
5
5 3
BAK 3 UMBI 𝑥 100% = 100% BAK 3 STOLON 5 𝑥 100% = 60%
5
3.2 Pembahasan
Dari data diatas dapat diperoleh bahwa alat perkembangbiakan gulma umbi,stolon,dan
rizome % perkecambahan dan kematian berbeda-beda. Dengan menggunakan pengaplikasian
herbisida dengan knsentrasi yang berbeda yaitu 1 ml/liter dan 2 ml/liter maupun pengaplikasian
dengan hanya air biasa sangat terlibat jelas perbedaan perecambahan dan kematiannya.
Dari ketiga bak atau pengaplikasian tersebut yang cepat pertumbuhannya yaitu bak 3
(kontrol) yang menggunak naplikasi air biasa. Perkecambahannya umbi terbilang tercepat dari
stolon dan rizome dari ketiga bak tersebut.
Persentase perkecambahan alat perkembangbiakan bak 1 (1 ml/liter herbisida) yaitu
40% jadi persentase kematian alat perkembangbiakannya 60%, mulai berkecambah dihari ke 5
jumlah yang ditanam dibagi 100% . sedangkan stolon mulai berkecambah dihari ke 11, hanya
satu yang berkecambah dibagi 5 jumlah yang ditanam dikali 100%, jadi persentase
perkecambahan alat perkembangbiakannya adalah 20% dan persentase kematian alat
perkembangbiakannya 80%, rizome persentase kematiannya alat perkembangbiakannya 100%,
jadi persentase perkecambahan alat perkembangbiaknnya tidak ada.
Bak 2 (2 ml/liter hebisida) umbi berkecambah dihari ke 3 dengan data akhir 5 umbi
atau berkecambah semua jadi pesentase perckecambahan alat perkembangbiakannya 100% dan
persentase kematiannya alat perkembangbiaknya tidak ada, Untuk stolon dan rixome
persentase perkecambahannya 100% jadi persentase kmatiannya tidak ada.
Bak 3 (kontrol/air biasa) umbi sudah mulai berkecambah dihari ke 2 yaitu 1 dan data
terakhir 5, jadi persentase perkecambahanya 100% dan persentase kematianya tidak ada ,
stolon mulai berkecambah dihari ke 5, data akhirnya 3 dibagi 5 jumlah yang ditanam dikali
100%, persentase perkecambahnya jadi 60%, dan persentase kematianya 40%, sedangakan
rizome tidak ada yang berkecambah jadi persentase kematianya 100% dan pesentase
perkecambahannya tidak ada.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpilkan bahawa perkecambahan umbi sangat cepat
dibandingkan dengan stolon dan rizome, pengaplikasian mengunakan herbisida 1
ml/liter, 2 ml/liter dan kontrol. Alat perkembangbiakan rizome diketiga perlakuan
tersebut tidak ada yang hidup.
4.2 Saran
Dalam praktikum kali ini sebakinya penyiraman tidak boleh telat, agar kondisi
tanah tetap terjaga yaitu dalam keadaan lembab.
C. Identifikasi Morfologi Gulma
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrica
Morfologi :
Alang-alang memiliki akar serabut, batang berbentuk pipih, daun menyirip, bunga
malai dengan bulir bunga tersusun rapat dengan alat perkembangbiakan rimpang
dan biji, habitatnya di persawahan.
b. Lulampuyangan ( Panicum respens L )
Taksonomi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Panicum
Spesies : Panicum repens L.
Morfologi :
Rumput tahunan dengan akar rimpang sepanjang 12-40 cm, menjalar di bawah permukaan tanah,
tebal rimpang hingga 20 mm, putih, berdaging. Daun berukuran 4-30 cm x 3-9 mm berbentuk
garis dengan kaki lebar dan ujung runcing. Bunga majemuk berupa malai agak jarang sepanjang
8-22 cm. Senang tumbuh di tempat yang lembab dan tidak menyukai kekeringan. Menghasilkan
daun yang sedikit, kebanyakan tumbuh sebagai gulma yang mengganggu tanaman pertanian.
Nilai gizi yang dikandung memuaskan dan herbivora gemar memakannya serta rimpang di
beberapa tempat.
Habitat : Tersebar di Nusantara, di Jawa, tumbuh sampai ketinggian sekitar 2.000 m dpl.
c. Rumput Belulang ( Eleusine indica )
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Eleusine
Spesies : Eleusine indica
Morfologi :
Gulma rumput belulang memiliki akar serabut, batang pipih dan berwarna hijau, daun ujungnya
meruncing, bunga tegak dan ada yang cenderung kesamping, alat perkembangbiakan biji
dengan habitat di persawahan.
2. Golongan Teki-Tekian
a. Teki Udel-Udelan ( Ciperus killinga )
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus killinga
Morfologi :
Memiliki akar rimpang, pendek dengan ruas teratur dan percabangannya serabut. Batang
berbentuk segitiga tajam dan tinggi. Tepi daun bergigit dengan pangkal daun agak lancip.
Ujung daun agak runcing. Bunga berbentuk bulat putih. Berkembangbiak dengan alat biji atau
umbi dengan habitat di daerah limbah atau tempat berumput.
b. Teki Ijem ( Cyperus cyperoides )
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus cyperoides
Morfologi :
Teki ijem memiliki akar rimpang. Daun berjejal 4-5 helai. Batang berbentuk segitiga tumpul.
Bunga 10-40 sekam dengan panggung hijau dan sisi cokelat. Panjang < 33 cm alat
perkembangbiakan berupa biji dengan habitat di tempat terbuka dengan sedikit paparan sinar
matahari.
c. Teki Papayungan ( Cyperus halpan )
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus halpan
Morfologi :
Gulma ini memiliki akar serabut. Batang segitiga tak berongga. Daun tersusun tiga deretan dan
tidak ada ibu tangkai. Bunga berada didalam bulir. Alat perkembangbiakan biji dengan habitat
persawahan.
3. Golongan Gulma Daun Lebar
a. Pegagan ( Centella asiatica L )
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Centell
Spesies : Centella asiatica L
Morfologi :
Berakar rimpang pendek. Lubang stolon melata. Daun berbentuk ginjal dan tepi bergigit.
Bunga berbentuk bulat telur dengan tajuk berwarna merah. Habitat di ladang.
b. Semanggi gunung ( Oxalis corniculata )
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Pterydophyta
Kelas : Pterydopsida
Ordo : Salvinales
Famili : Marsileaceae
Genus : Oxalis
Spesies : Oxalis corniculata
Morfologi :
Memiliki akar rimpang. Batang merambat berbulu halus. Daun majemuk bertangkai. Bunga
berbentuk bulat telur. Alat perkembangbiakan biji. Habitat di sawah
c. Bondotan ( Ageratum conyzoides )
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : magnoliopsida
Ordo : Astreales
Famili : Astreaceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides
Morfologi :
Memiliki akar rimpang. Batang bulat berambut dan berwarna hijau. Daun bertangkai dan saling
berhadapan satu sama lain. Bunga keci berwarna putih keunguan. Alat perkembangbiakan biji
dengan habitat di sawah.
D. Herbarium
E. Penentuan Luas Plot Dan Perhitngan Kerapatan,Frekuensi,Dan Dominasi Gulma
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Luas dari daerahdimana contoh vegetasi akan diambil datanya sangat bervariasi untuk
setiap bentuk vegetasi. Suatu syarat untuk daerah pengambilan contoh haruslah resprensif
bagi seluruh vegetasi yang hendak dianalisa. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat
umum suatu vegetasi ,yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh
populasi. Jadi peran individu suatu jenis tumbuhan disini memegang peranan yang sangat
penting. Sifat komunitas dapat ditentukan oleh keadaan individu-individu akan populasi dari
seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Dengan demikian suatu daearah
vegetasi umumnya akan terdapat suatu luasan tertuntu dimana daerah tadi sudah
memperlihatkan kekhususan dari suatu vegetasi secara keseluruhan. Luas ini biasanya
disebut luas minimum.
Berdasarkan hipotesis maka kami melakukan percobaan untuk memahami dan
mengetahui cara menentukan luas minimum. Pada percobaan ini kami akan menggunakan
metode plot bersarang dalam menetukan luas minimum, vegetasi pada suatu daerah.
1.2. Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu memahami,melakukan tahapan dalam menetukan luas
plot minimum vegetasi gulma serta data yang diperoleh.
BAB 2 METODELOGI
2.1. Waktu dan tempat
Pratikum ilmu gulma dilaksanakan pada pukul 13.00-15.00 WIB. Bertempat di
laboratorium perlintan dan lahan politeknik negeri jember.
2 Populasi gulma
0
plot 1 plot 2 plot 3 plot 4 plot 5
A. Daun lebar
1. Putri malu
26 6,5
KM = = 6.5 % KN = 23,5 x 100% = 2.35
4
3 0,75
FM = 4 = 0.75 % FN = x 100% = 37.5
2
26 8,67
DM = = 8,67 % DN = 35.33 𝑥 100% = 24.54
3
2. Bandotan
4 1
KM = 4 = 1 % KN = 23.5 𝑥100% = 4.25%
1 0,25
FM = 4 = 0,25 % FN = 𝑥100% = 12.5
2
4 4
DM = 1 = 4 % DN = 35,33 𝑋100% = 11.32
3. Semanggi gunung
62 15.5
KM = 4 = 15.5 % KN =23.5 𝑋100% = 65.95%
3 0.75
FM =4 = 0.75 % FN = 𝑋100% = 37,5
2
62 20,66
DM = = 20,66 % DN =35.33 𝑋100% = 58.47
3
4. Kangkung
2 0.5
KM = 4 = 0.5 % KN =23.2 𝑋 100% = 2.12%
1 0.25
FM =4 = 𝑂. 25 % FN = 2
𝑋 100% = 12.5
2 2
DM = 1 = 2 % DN =35.33 𝑋 100% = 5.66
B. Daun sempit
4 1
FM = 4 = 1 % FN = 1 𝑥 100% = 100%
78 19.5
DM = = 19.5 % DN = 19.5 𝑥 100% = 100%
4
C. Teki-tekian
1. Rumput teki
24 6
KM = =6 % KN = 𝑥 100% = 100%
4 6
4 1
FM = 4 = 1 % FN 1 𝑥 100% = 100%
24 6
DM = =6 % DM = 6 𝑋 100% = 100
4
3.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas dalam sub bab hasil yang dapat diketahui bahwa terdapat
berbagai vegetasi gulma yang tumbuh, dimulai dari jenis gulma berdaun lebar, gulma berdaun
sempit atau teki-tekian. Pada pratikum kali ini melakukan pengamatan pada 5 plot yang dijadikan
sebagai sampel. Plot pertama berukuran 0.5cm x 0.5cm, plot kedua berukuran 0.5cm x 1m, plot
ketiga berukuran 1m x 1m, plot keempat berukuran 2 x1 m, plot kelima berukuran 2 x 2m. Dalam
mengukur luasan plot menggunakan alat yang bernaman plotsize dengan ukuran 0.5 x0.5 meter.
Pada lahan sampel ditemuakan banyak gulma yang tumbuh, gulma tersebut lebih banyak
didominasi oleh jenis gulma berdaun lebar misalkan putri malu,dan semanggi gunung.
Setelah mengetahui berbagai jenis vegetasi gulma yang tumbuh pada suatu lahan yang
dijadikan sampel maka perlu diadakan dan dilakukan perhitungan mengenai
kerapatan,frekuensi,dan dominasi gulma pada suatu lahan tersebut. Dalam proses perhitungan
dilakukan dengan contoh emapt titik degan luas masing-masing adalah 0.5 x 0.5 m. Perhitunag
mengenai kerapatan,frekuensi,dan dominasi gulma dapat berfungsi sebagai data acuan gulma
apakah yang paling banyak tumbuh pada area lahan tersebut. Setelah mengetahui vegetasi gulma
yang tumbuh dan jumlah populasi yang ada nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam
proses pengendaliannya. Berapa banyak jumlah dosis yang digunakan dan jenis pestisida apa
yang akan dipakai untuk mengendalikan gulma-gulma yang tumbuh pada lahan tersebut.
Dapat diketahui bahwasanya gulma yang paling dominasi dilahan tersebut yaitu gulma
berdaun lebar seperti putri malu, rumput teki dan gulma jenis rumput-rumputan lainya ,dimana
keberadaan mereka sangat mendominasi sehingga keberadaanya mampu menyaingi gulma-
gulma yang ada disekitar mereka.apalagi gulma semanggi gunung ,karna morfologi tumbuhnya
dapat dikatakan kecil menyebabkan gulma ini seakan-akan terlihat sedikit keberadaanya. Akan
tetapi pada kenyataanya jumlah vegetasi dan populasi semanggi gunung sangat banyak,semanggi
gunung tumbuh dengan cara menjalar yang menyebabkan tubuhnya dekat dengan tanah dan
tertutup oleh gulma lain yang memiliki morfologi tumbuh yang lebih tinggi.
BAB 4 PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari data yang telah diamati bahwa dapat disimpulkan gulma yang paling banyak
dan mudah tumbuh pada area tersebut adalah gulma berdaun lebar yaitu putri
malu,rumput teki, dan gulam berjenis rumput-
rumputan,dimana.keberadaanya.mereka.sangat mendominasi keberadaanya .
oleh sebab itu maka perlu dilakukan penyemprotan terhadap gulma tersebut.
Adapun penyemprot herbisida bisa menggunkan herbisida sistemik dan non
sistemik atau kontak.
F. DORMANSI BIJI GULMA
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Berikut ini merupakan tujuan dari praktikum ilmu gulma mengenai dormansi
gulma.
1. Mengetahui jenis-jenis dormansi pada biji gulma.
2. Mengetahui kemampuan organ perbanyakan (biji) gulma mengalami
dormansi dan pemecahan dormansi.
BAB 2. METODOLOGI
3.1 Hasil
Berikut ini merupakan data hasil dari praktikum ilmu gulma mengenai
dormansi gulma.
1. Pengamatan Pertama
Tanggal pengamatan : 27 November 2018
2. Pengamatan Kedua
Tanggal pengamatan : 29 November 2018
3. Pengamatan Ketiga
Tanggal pengamatan : 5 Desember 2018
4. Pengamatan Keempat
Tanggal pengamatan : 13 Desember 2018
3.2 Pembahasan
Dari data hasil yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwasannya kedalaman
tanah yang optimum untuk pertumbuhan gulma adalah pada kedalaman 50 cm. pada
kedalaman tersebut, terjadi pertumbuhan gulma yang amat pesat. Selain itu, perlu
juga diperhatikan faktor eksternal yang mempengaruhi percepatan dormansi gulma
yakni pemberian air (penyiraman) yang rutin.
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakn ini, dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwasannya kedalaman tanah mempengaruhi percepatan masa dormnasi gulma,
selain itu faktor eksternal juga sangat mempengaruhi, seperti penyiraman.
4.2. Saran
Dari praktikum ini dapat diambil suatu pelajaran, bahwasannya perlu
diadakan jadwal piket untuk mengecek kegiatan praktikum seperti ini.