Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agranulositosis adalah keadaan menghilangnya granulosit secara
(1)
mendadak pada seseorang yang sebelumnya normal . Hal ini terjadi pada
sejumlah penyakit kongenital dan akuisita dimana terjadi penurunan produksi
atau penghancuran berlebihan neutrofil darah tepi. Sehingga mengakibatkan
tubuh tidak terlindungi terhadap bakteri dan agen lainnya yang mungkin masuk
menyerbu jaringan. Penderita menjadi rentan terhadap infeksi kulit dan saluran
pernafasan (2).
Di Amerika, penggunaan obat-obat alternatif dilaporkan sebanyak satu
dari tiga rumah tangga, namun hanya 28% yang melaporkan pada dokter
keluarganya. Dan diduga hal tersebut ada hubungannya dengan kasus sepsis
akibat agranulositosis (3).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui tentang pembentukan
sistem hematopoesis, sel dan fungsinya serta definisi, etiologi, klasifikasi,
gambaran klinis, diagnosis banding, komplikasi, terapi dan prognosis dari
Agranulositosis.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembentukan Sistem Hematopoesis dalam Embrio


Dibedakan 3 periode pembuatan sel darah pada masa embrio (4), yaitu :
I. Periode Mesoblastik
Sel darah dibuat dari jaringan mesenkim, mula-mula sel tersebut dibentuk
dalam pulau-pulau darah (blood island) dari yolk sac. Dari pulau-pulau
darah tersebut dibentuk sel darah primitif yang pertama yang kemudian
akan menjadi eritroblas granulosit dan megakariosit.

II. Periode Hepatik


Dalam periode ini tampak sel eritroblas yang definitif, juga sel leukosit dan
megakariosit. Sel granulosit ini bertambah terus sampai bulan ke empat
kehidupan embrio dan pada waktu ini jumlah granulosit sudah banyak
sekali.

III. Periode Mieloid


Merupakan periode terakhir pembentukan sistem hematopoesis. Mula-mula
sel eritpoetik terutama dibuat dalam hati sedangkan sel leukosit dalam
sumsum tulang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya fungsi pembuatan
sel darah itu diambil alih oleh sumsum tulang dan hepar tidak berfungsi
membuat sel darah lagi.

B. Sistem Sel dan Fungsinya


Sel-sel granulosit, monosit dan limfatik bersama-sama dinamai leukosit
atau sel darah putih (5).

2
Sel induk mesenkim

Sel induk pluripoten

Sel induk berdiferensiasi

Eritroposis Mielomonipoesis Trombositopoesis Limfositopoesis

Granulositopoesis Monositopoesis Thymus Bursa

Eosinofil Neutrofil Basofil

Gambar 1. Model sel-sel pembentuk darah (5)

Fungsi masing-masing dari sel-sel bisa secara singkat ditentukan sifatnya


sebagai berikut :
1. Fungsi utama granulosit bersegmen melawan bakteri. Bakteri difagositosis
dan dilisis terutama di dalam jaringan meradang di luar sistem vaskuler.
Darah hanya mengangkut granulosit di dalam tempat kerjanya.
2. Fungsi granulosit eosinofilik melawan parasit, terhadap parasit tersebut
(maupun terhadap telur dan larvanya), ia menimbulkan efek sitotoksik
langsung. Disamping itu ia menimbulkan fungsi regulasi pengendalian dalam
reaksi anafilaksis, sehingga mengendalikan kerja basofil.
3. Fungsi utama granulosit basofilik dan sel mastnya yang berhubungan erat,
dalam pelepasan senyawa pengatur sirkulasi (histamin, serotonin, heparin).
4. Fungsi utama monosit melawan bakteri, jamur, virus dan senyawa eksogen.
Limfosit T yang tergantung thimus (sekitar 70%) bertanggung jawab bagi
pertahanan lokal melawan antigen benda asing hidup dan mati, contoh
klasiknya reaksi tuberkulin. Limfasit B yang tergantung sumsum tulang
(sekitar 20%) berkembang menjadi sel plasma dan menghasilkan
imunoglobulin untuk pertahanan humoral melawan virus, bakteri dan
alergen (5).

3
C. Definisi
Agranulositosis adalah keadaan menghilangnya granulosit secara
mendadak pada seseorang yang sebelumnya normal (3). Sedang referensi lain
menyebutkan agranulositosis adalah aplasia yang hanya mengenai sistem
(4)
granulopoetik (penyakit Schultz) . Ada pula referensi yang menyebutkan
bahwa agranulositosis adalah berkurangnya lekosit PMN secara bermakna (6).

D. Etiologi
Agranulositosis dapat disebabkan oleh :
1. Obat-obatan
Obat-obatan yang dapat menyebabkan agranulositosis diantaranya adalah
dari golongan antikonvulsan, antimikroba (kloramfenikol), anti tiroid
(tioracil), tranquilizer, antihistamin, aminofirin, fenilbutazon, sulfonamid
dan sitostatika (7).
2. Radiasi (8)
3. Infeksi virus dan bakteri (7)
4. Proses imunologi (8).
5. Transfusi darah berulang (8).
6. Penyakit-penyakit tertentu seperti leukemia, anemia aplastik, keganasan
yang menginfasi sumsum tulang (contohnya neuroblastoma) dan
hipersplenisme (6).
7. Kongenital
Karena tidak adanya “colony stimulating factor” (granulopoetin) yang
diproduksi oleh monosit (8).

E. Klasifikasi
1. Agranulositosis neonatal
Terjadi karena adanya isoimunisasi transplasental dari ibu ke lekosit janin
yang mekanismenya menyerupai isoimunisasi pada Rh (7).
2. Agranulositosis infantil letal
Penyakit familial ini ditandai dengan awitan infeksi piogenis berat yang
berulang terutama pada kulit dan paru-paru. Neutrofil hilang total dari darah
atau berada dalam jumlah yang menurun (<300/mm) (2).

4
3. Neutropenia karena defisiensi imun
Defisiensi imun karena hipo/agamaglobulinemia diduga berkaitan dengan
neutropenia (7).
4. Granulositopenia kronik benigna pada anak-anak
Pada jenis ini, gambaran sumsum tulangnya normal, namun terdapat
abnormalitas maturasi granulosit. Dapat terjadi remisi spontan (7).
5. Neutropenia periodik
Dapat terjadi pada usia berapa saja, tapi biasanya dimulai dari masa bayi
atau anak-anak. Karakteristiknya adalah adanya masa remisi dan
kekambuhan dengan interval kira-kira tiga minggu. Periode agranulosit
biasanya berakhir sekitar 10 hari dan disertai dengan ulkus pada mukosa
mulut, demam dan sakit tenggorokan. Berbagai komplikasi infeksi dapat
timbul seperti infeksi staphylokokus pada kulit. Dilaporkan juga adanya
splenomegali dan limfadenopati (8).
6. Neutropenia hipoplastik kronik
Penyebabnya idiopatik. Terdapat neutropenia kronik disertai dengan
hipoplasi prekursor granulosit di sumsum tulang (7).
7. Lekopenia disertai anemia hipoplastik eritrosit
Kasusnya biasanya ringan dan tidak ada laporan peningkatan angka kejadian
infeksi (8).
8. Neutropenia dengan insufisiensi pankreas
9. Neutropenia, anemia dan trombositopenia pada bayi dan anak-anak
dilaporkan mempunyai kaitan dengan insufisiensi pankreas. Diare,
gangguan pertumbuhan, tubuh pendek dan infeksi merupakan masalahnya,
namun prognosisnya lebih baik dari cystic fibrosis (8).

F. Gambaran Klinis
Tanda-tanda adanya agranulositosis adalah demam disertai menggigil,
kejang, stomatitis, ulserasi pada mulut, sakit tenggorokan dan infeksi
stafilokokus pada kulit yang kumat-kumatan. Lien dan kelenjar limfe biasanya
(7)
tidak membesar . Sering pula terdapat ulserasi di rektum dan vagina serta
(6)
pneumonia .

5
Untuk memastikan diagnosis perlu ditanyakan mengenai obat-obat yang
pernah dimakan, zat-zat yang ditambahkan pada makanan dan ada tidaknya
pemaparan terhadap bahan-bahan yang dipakai untuk industri atau rumah
tangga, rekreasi dan bahan-bahan lain yang ada di sekitar penderita.
Gambaran laboratorisnya adalah menghilangnya neutrofil atau berkurang
secara bermakna dalam darah perifer. Pada bentuk agranulositosis murni, angka
monosit dan limfosit normal serta sel darah merah dan platelet tidak
terpengaruh. Pada sumsum tulang, terlihat gambaran sel seri eritroid normal,
jumlah megakariosit tetap adekuat namun penurunan jumlah sel seri myloid
secara bermakna atau keterlambatan maturasi sel seri tersebut (8).

G. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menentukan jumlah leukosit dan hitung
jenis dengan cermat. Leukopenia menyatakan jumlah leukosit yang menurun,
netropenia menyatakan penurunan jumlah absolut netrofil. Karena peranan
netrofil adalah untuk pertahanan hospes, maka jumlah netrofil absolut yang
kurang dari 1000/mm3 mempengaruhi individu terhadap infeksi, jumlah dibawah
500/mm3 merupakan predisposisi terhadap infeksi yang mengancam kehidupan.
Agranulositosis menyatakan netrofil hilang total dari darah atau berada dalam
jumlah yang sangat menurun (< 300/mm3), ditemukan monositosis dan
eosinofilia absolut. (2)

H. Differential Diagnosis
Adanya neutropenia pada sumsum tulang sebaiknya didifferential
diagnosis dengan pansitopenia yang biasa terdapat pada anemia aplastik dan
hipoplastik (alekemik) leukemia (8).

I. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terdapat adalah infeksi. Septikemia dan
pneumonia adalah yang paling serius. Infeksi kronis dari stafilokokus yang
resisten antibiotik dan pseudomonas juga cukup sering terjadi (8).
J. Terapi

6
Terapinya adalah dengan menghilangkan agen penyebab (6), serta dengan
pemberian antibiotik yang adekuat seperti Ampicilin dan Eritromisin. Pasien
sebaiknya diberi antibiotik yang spesifik (8). Pada kasus kronis, stimulan sumsum
tulang seperti kortikosteroid dan testosteron dapat diberikan. Testosteron (dosis
1-2 mg/kg BB/hari), dengan dosis maksimum 60 mg per hari sebaiknya
diberikan secara im tiap empat minggu.
Obat ini pemberiannya sebaiknya dikurangi secara bertahap untuk
menghindari relaps. Efek sampingnya adalah hepatotoksik, maskulinisasi dan
mungkin juga hepatoma serta kista hemoragik pada hepar. Penting pula
pemberian transfusi darah, asam folat, vitamin B, C, piridoksin dan
(7)
pentonukleotid . Pada beberapa kasus, pemberian “fresh frozen plasma” dapat
menimbulkan remisi (8).

K. Prognosis
Prognosisnya tergantung dari penyebab dan derajat neutropenia. Pada
kasus yang berat dengan agranulositosis persisten, prognosisnya buruk walaupun
dengan terapi antibiotik, sedang pada kasus yang ringan dengan gejala klinis
minimal, prognosis untuk hidup normal kembali (8).

7
BAB III
KESIMPULAN

1. Agranulositosis adalah keadaan menghilangnya granulosit secara mendadak pada


seseorang yang sebelumnya normal.
2. Etiologinya adalah obat-obatan, radiasi, infeksi virus dan bakteri, proses
imunologi, transfusi darah berulang, penyakit-penyakit tertentu dan kongenital.
3. Klasifikasi agranulositosis dibagi menjadi agranulositosis neonatal, infantil letal,
defisiensi imun, kronik benigna pada anak-anak, periodik, hipoplastik kronik
disertai anemia hipoplastik eritrosit dan neutropenia dengan insufisiensi
pankreas.
4. Gambaran klinisnya, demam disertai menggigil dan kejang, stomatitis, ulserasi
mulut, rektum dan vagina serta pneumonia. Gambaran laboratorisnya adalah
menghilangnya neutrofil atau berkurang secara bermakna dalam darah perifer.
5. Komplikasi dari agranulositosis adalah septikemia dan pneumonia.
6. Terapinya dengan menghilangkan agen penyebab, pemberian antibiotik, stimulan
sumsum tulang, vitamin dan transfusi darah.
7. Prognosisnya tergantung penyebab dan derajat neutropenia.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Widmann, Frances K, Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium,


EGC, Jakarta, 1992, hal. 97-98.

2. Pearson, H.A; Haematologic disorders dalam Nelson W.E; Behrman, R.E;


Kligman, R.M; A.M (eds) : Nelson Texbook of Pediatric 15 th edition,
Philadelphia, 1996, WB Saunders Company, 1262-1268.

3. Dorr, VJ, James Cook, Agranulocytosis and Near Fatal Sepsis Due To Mexican
Aspirin (Dipyrone), SMJ, 1996, June, Kansas City.

4. Staf Pengajar IKA FKUI, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Bagian IKA FKUI,
Jakarta, 1985, hal. 419-515.

5. Theml, Harald, Atlas Saku Hematologi, Hipokrates, Jakarta, 1989, hal. 112-113.

6. Coles, HMT, Pediatries, Pitmey Medical Publishing Cp Ltd, London, 1976, hal.
176-177.

7. Thaman, OD, Textbook of Pediatrics, hal. 271-273.

8. Wallerstein, R.O; Agranulositosis dalam Kemp, C.H, Silver, H.K (eds) : Current
Pediatrics Diagnostic and Treatment, 7th edition, California, USA, 1984, Lange
Medical Publications, 324-325.

Anda mungkin juga menyukai