Laporan Flow Control
Laporan Flow Control
PENDAHULUAN
1
yaitu gangguan (disturbance) baik yang terukur (measured disturbance)
maupun tidak terukur (unmeasured disturbance) dan variabel keluaran tak
terkendali (uncontrolled output variable). Variabel gangguan adalah variabel
masukan yang mampu mempengaruhi nilai variabel proses, tetapi tidak
digunakan untuk mengendalikan. Variabel keluaran tak terkendali adalah
variabel keluaran yang tidak dikendalikan secara langsung.
2
1.2.3 Jenis Sistem Pengendalian
1.2.3.1 Sistem Pengendalian Simpal Terbuka dan Tertutup
Berdasarkan atas ada atau tidak adanya umpan balik, sistem
pengendalian dibedakan atas sistem pengendalian simpal terbuka (open –
loop control system) dan sistem pengendalian simpal tertutup (closed
loop control system).
Sistem pengendalian simpal terbuka bekerja tanpa membandingkan
variabel proses yang dihasilkan dengan nilai acuan yang diinginkan.
Sistem ini bekerja semata – mata bekerja atas dasar masukan yang telah
dikalibrasi. Sebagai contoh sederhana adalah keran air yang terkalibrasi.
Dengan memandang keran sebagai suatu sistem, maka bukaan keran
(sudut putaran keran) adalah sebagai masukan dan laju alir air sebagai
keluaran sistem. Berdasarkan hukum dinamika fluida, laju air tergantung
pada beda tekanan yang melintas keran. Misal pada posisi keran X1
dengan beda tekanan P2 mengalir air pada laju Q2 (gambar 2.2). Jika
oleh sebab tertentu tiba – tiba beda tekanan berubah menjadi P1, maka
posisi keran tetap X1 dan menghasilkan laju alir Q1. Dengan demikian
sistem pengendalian simpal terbuka tidak dapat mengatasi perubahan
beban atau gangguan yang terjadi.
Meskipun dari uraian di atas, sistem simpal terbuka merupakan
sistem yang buruk, karena tidak mampu mengatasi gangguan, tetapi
memiliki keuntungan sebagai berikut :
Lebih murah dan sederhana dibandingkan sistem simpal tertutup
Jika sistem mampu mencapai kestabilan sendiri, maka akan tetap
stabil
Untuk mengatasi kekurangan sistem simpal terbuka , operator
pabrik akan mengatur kembali besarnya gangguan agar diperoleh sasaran
yang diinginkan. Tetapi dengan tinadakan operator ini berarti telah
membuat sistem simpal tertutup.Berbeda dengan sistem simpal terbuka ,
pada sistem pengendalian simpal tertutup terdapat tindakan
membandingkan nilai variabel proses dengan nilai acuan yang
diinginkan. Perbedaan ini digunakan untuk melakukan koreksi
3
sedemikian rupa sehingga nilai variabel proses sama atau dekat dengan
nilai acuan. Dengan demikian terdapat mekanisme umpan balik.
Sehingga sistem pengendalian simpal tertutup lebih dikenal dengan
sistem pengendalian umpan balik.
keran
P
Q
1
1 P
Q 2
P
2
3
Q Keran air
3
X X terkalibrasi Q
1
Gambar 2. Sistem Pengendalian Simpal Terbuka
4
dengan istilah sistem pengendalian dan bukan sistem pengaturan. Hal ini
disebabkan karena istilah pengendalian lebih mencerminkan kondisi
dinamik.
5
sebagainya menjadi sinyal standar. Bentuk sinyal standar yang populer di
bidang pengendalian proses adalah berupa sinyal pneumatik (tekanan udara)
dan sinyal listrik. Unit pengukuran terdiri atas dua bagian besar yaitu :
1. Sensor yaitu elemen perasa yang langsung bersentuhan dengan variabel
proses
2. Transmiter yaitu bagian yang berfungsi mengubah sinyal dari sensor
(gerakan mekanik, perubahan hambatan, perunahan tegangan atau arus)
menjadi sinyal standar.
Dalam bidang pengendalian proses, istilah transmiter lebih populer
dibandingkan dengan tranduser. Meskipun keduanya berfungsi serupa, tetapi
transmiter mempunyai makna pengirim sinyal pengukuran ke unit pengendali
yang biasanya terletak jauh dari tempat pengukuran, ini lebih sesuai dengan
keadaan sebenarnya di pabrik.
b. Unit Pengendali
Bagian ini bertugas membandingkan, mengevaluasi, dan mengirimkan
sinyal ke unit kendali akhir. Evaluasi yang dilakukan berupa operasi
matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian ,
integrasi dan diferensiasi. Hasil evaluasi berupa sinyalkendali yang dikirim ke
unit kendali akhir. Sinyal kendali berupa sinyal standar yang serupa dengan
sinyal pengukuran.
c. Unit kendali akhir
Bagian ini bertugas menerjemahkan sinyal kendali menjadi aksi atau tindakan
koreksi melalui pengaturan variabel termanipulasi. Unit ini terdiri atas dua
bagian besar, yaitu aktuator dan elemen kendali akhir. Aktuator adalah
penggerak elemen kendali akhir. Bagian ini dapat berupa motor listrik,
solenoida dan membran pneumatik. Sedangkan elemen kendali akhir biasanya
berupa katup kendali (control valve) atau elemen pemanas.
6
cairan, suhu, pH, kecepatan, posisi dan sebagainya. Sinyal yang perlu
digambarkan hanyalah sinyal masuk dan sinyal keluar yang secara langsung
berperan dalam sistem. Sedangkan sumber energi atau massa yang masuk
biasanya tidak digambarkan.
Diagram blok lengkap sistem pengendalian flow digambarkan sebagai
berikut:
W-
r+ e U M+ C
GC GV GP
y-
7
Diagram Instrumentasi Pengendalian Proses Control Flow
FIC FT
GV
Keterangan :
FC : Unit Pengendalian Flow (flow controller)
FT : Unit Pengukuran (flow transmitter)
GV : Unit Control Akhir (pompa A)
Flow dideteksi oleh sensor dan dikirim oleh bagian transmitternya (FT)
ke unit pengendali flow (FC). Didalam unit pengendali flow akan
dibandingkan dengan acuan yang diharapkan. Jika tidak sesuai dengan acuan,
maka unit pengendali akan memberi sinyal ke unit kendali akhir untuk
melakukan aksi.
8
r
SISTEM PENGENDALIAN
W y
y y
9
y
10
1.2.8.2 Tujuan Ideal dan Praktis
Tujuan ideal adalah mempertahankan nilai variabel proses agar
“sama” dengan nilai acuan. Sedangkan tujuan praktis adalah
mempertahankan nilai variabel proses “disekitar” nilai acuan dalam batas
– batas yang ditetapkan.
Tujuan pengendalian erat berkaitan dengan kualitas pengendalian
yang didasarkan atas bentuk tanggapan variabel proses. Setelah terjadi
perubahan nilai acuan (setpoint) atau beban diharapkan.
Penyimpangan maksimum dari nilai acuan sekecil mungkin
Waktu yang diperluakan oleh variabel proses mencapai kondisi
mantap sekecil mungkin
Perbedaan nilai acuan dan variabel proses setelah tunak sekecil
mungkin
Atau dapat dinyatakan dengan istilah umum sebagai berikut :
Minimum overshoot
Minimum settling time
Minimum offset
Dengan kata lain kualitas pengendalian yang diharapkan adalah :
Tanggapan cepat
Hasilnya stabil dan tidak ada penyimpangan dengan nilai acuan
beba
n
Settling time
variabe
l
proses
offset
Maximum error
(overshoot)
11
1.2.9 Kriteria kualitas Pengendalian
Evaluasi kinerja sistem pengendalian memerlukan dua hal yaitu jenis
tes dan kriteria yang tepat. Jenis tes yang paling sering dipakai adalah dengan
cara mengubah nilai acuan atau beban secara mendadak (step response test).
Dari hasil tes selanjutnya dihitung apakah memenuhi kriteria atau tidak.
Kriteria yang paling umum dipakai industri adalah :
12
Y
Gambar 8. Kriteria Integral Galat Absolut (IAE)/ Luas Daerah yang Diarsir
13
Sifat – sifat pengendalian proportional adalah keluaran sinyal
kendali terjadi seketika tanpa ada pergeseran fase (c=0).
14
BAB II
METODOLOGI
b. Mode Aoutomatic
1. Mengklik “View Graph” klik “Format” kemudian pilih “Graph Data”.
Akan terbuka kolom “Graph Configuration” kemudian mengklik
showlines kemudian Ok
15
2. Mengklik ikon PID lalu setting:
Proportional Band (P) : 5%
Integral Time (I) :0s
Derivative Time (D) : 0s
Set Point : 388 ml/min
Pilih “Mode of Operation” : Automatic
3. Kemudian mengklik “Apply”. Setelah itu klik OK
4. Pilih icon “GO” pada toolbar untuk memulai percobaan
5. Amati respon yang terjadi saat setpoint tercapai
6. Setelah 5 menit pilih icon “Stop” untuk menghentikan “record data”
percobaan.
7. Menyimpan semua data dalam bentuk Miscosoft Excel (.xls) ke dalam
folder praktikum control flow.
8. Ulangi langkah diatas dengan variasi :
Set Popotional Band ( P ) pada 5 %, Integral Time ( I ) 5 s
Set Popotional Band ( P ) pada 10 %
Set Popotional Band ( P ) pada 10 %, Integral Time ( I ) 5 s
Set Popotional Band ( P ) pada 15 %
Set Popotional Band ( P ) pada 15 %, Integral Time ( I ) 5 s
16
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
Tabel 2. Flow Control (PCT 40) Mode Automatic
P (5%) I (0) P (5%) I (5s) P (10%) I (0) P (10%) I (5s) P (15%) I (0) P (15%) I (5s)
D(0) D(0) D(0) D(0) D(0) D(0)
Sampel Elapse
Number d Time Flow Flow Flow Flow Flow Flow
Pump Pump Pump Pump Pump Pump
Rate Rate Rate Rate Rate Rate
Speed Speed Speed Speed Speed Speed
(mL/ (mL/ (mL/ (mL/ (mL/m (mL/
A (%) A (%) A (%) A (%) A (%) A (%)
min) min) min) min) in) min)
18
18 85,00 302 57 398 85 382 77 386 81 397 78 385 80
19
42 205,00 294 63 393 72 380 78 384 78 393 80 396 78
20
3.2 Pembahasan
Praktikum ini yang merupakan flow control dengan menggunakan alat PCT
40. Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu mengenali peralatan yang digunakan
dalam flow control, memahami prinsip kerja sistem flow control dan memahami
respon dari sistem pengendalian propotioanal, integral dan derivatif pada flow
control.
Tujuan pertama yaitu mengenali peralatan yang digunakan dalam flow
control. Peralatan yang terdapat dalam PCT 40 meliputi strainer, oriface meter,
solonoid, pump. Mula-mula air dialirkan melalui keran menuju strainer, strainer
berfungsi menyaring air agar kotoran tidak ikut terbawa dalam arus aliran. Prinsip
pengendalian flow adalah mengukur, membandingkan, mengevaluasi dan
mengkoreksi. Dalam pengendalian flow yang menjadi instrumentasi mengukur
ialah oriface meter, oriface meter berfungsi sebagai sensor pembaca laju alir yang
masuk dalam bentuk sinyal. Karena sinyal yang diukur belum dapat dibaca oleh
komputer maka sinyal harus diubah oleh transmiter menjadi sinyal standar. Laju
alir yang telah terbaca oleh komputer lalu dibandingkan dengan setpoint agar
terlihat erornya. Selanjutnya komputer akan mengirim sinyal kendali ke unit
pengkoreksi sebagai kendali akhir yaitu pump A. Sehingga pump A dapat
mengendalikan laju alir agar mendekati nilai set point.
Tujuan kedua yaitu memahami prinsip kerja sistem flow control. Terdapat
variable gangguan yang berupa laju alir masuk pompa. Variable proses yaitu laju
alir. Sedangkan variabel termanipulasi pada proses ini adalah % speed pump,
karena % speed pump mengendalikan laju alir
Tujuan ketiga yaitu memahami respon dari sistem pengendalian
propotioanal, integral dan derivatif pada flow control. Pada kurva 3 variabel yaitu
waktu terhadap flow rate dan speed pump,dengan memvariasikan nilai
propotional dan integralnya maka terdapat perbedaan bentuk setiap kurvan. Kurva
pertama dengan variasi propotional 5% dan integral time 0 s, terdapat ofset
sebesar 91 dengan setling time 90 s, sehingga overshoot sebesar 22 bentuk kurva
yang menggambarkan bahwa kurva tersebut tanggapan osilasi teredam. Kurva
kedua dengan propotional 5% dan integral time 5 s, terdapat ofset sebesar 8 dan
overshoot sebesar 40 bentuk kurva yang menggambarkan bahwa kurva tersebut
21
tanggapan osilasi teredam. Kurva ketiga dengan propotional 10% dan integral
time 0 s, terdapat ofset sebesar 7 dengan setling time 105 s, sehingga overshoot
sebesar 5 bentuk kurva yang menggambarkan bahwa kurva tersebut tanggapan
osilasi kontinyu. Kurva keempat dengan propotional 10% dan integral timme 5 s,
terdapat ofset sebesar 9 dan overshoot sebesar 10 bentuk kurva yang
menggambarkan bahwa kurva tersebut tanggapan osilasi tak stabil sehingga tidak
menunjukan adanya setling time. Kurva kelima dengan propotional 15% dan
integral time 0 s, terdapat ofset sebesar 7 dengan setling time 105 s, sehingga
overshoot sebesar 18 bentuk kurva yang menggambarkan bahwa kurva tersebut
tanggapan osilasi kontinyu. Kurva keenam dengan propotional 15% dan integral
time 5 s, terdapat ofset sebesar 1 dengan setling time, sehingga overshoot sebesar
11 bentuk kurva yang menggambarkan bahwa kurva tersebut tanggapan osilasi
kontinyu.
Dari kenam data diatas dapat disimpulkan bahwa aksi pengendalian yang
baik adalah pada propotional 5% dan integral time 5 s. Hal ini dikarenakan pada
kurva memiliki ofset dan overshoot yang kecil dan stabil diwaktu yang cepat.
Pada kurva pertama menunjukan bahwa antara set point dengan flow sangat jauh
dikarenakan terlalu cepat sensor membaca sistem sehingga tidak dapat
memperkecil ofset. lalu untuk kurva 4 menunjukan bahwa kurva tersebut tidak
stabil, hal ini dikarenakan apabila propotinal mencapai harga yag belebihan akan
mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil atau respon sistem akan berisolasi.
Tanggapan ini cukup cepat namun terjadi sedikit ketidak stabilan. Sedangkan
untuk kurva 3,5,6 menunjukan bahwa kurva tersebut mengalami osilasi kontinyu
karena flow secara terus menerus bergelombang dengan amplitudo dan frekuensi
yang tetap dan kondisi demikian sangat berbahaya karena dapat merusak sistem
keseluruhan.
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Unit pengkuran yang digunakan adalah oriface meter, unit pengendali
yang digunakan computer, unit kendali akhir yang digunakan adalah
pompa.
Variabel proses adalah laju alir, variabel gangguan adalah laju alir keluar,
variable termanipulasi adalah laju alir masuk.
Dari ketiga mode pengendalian yang optimal yaitu pada mode
pengendalian PI dengan nilai proporsional band 5%, integral time 5 s,
derivative time 0. Hal ini dikarenakan memiliki osilasi kontinyu dan ofset
yang kecil.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
25