Anda di halaman 1dari 12

Getaran Selaras Sederhana

Getaran Selaras Sederhana (GGS) hanya melibatkan sebuah gaya. Gaya ini
berperan sebagai penggetar dan selalu berarah ke titik setimbangnya. Gaya ini
disebut juga gaya pembalik (restoring force). Ciri gerak ini, benda melakukan gerak
osilasi atau bergetar selamanya. Berhubung benda bergerak bolak-balik disekitar
titik setimbangnya maka posisi benda dapat dinyatakan oleh fungsi periodik. Fungsi
itu dapat berupa fungsi sinus dan cosinus. Untuk simpangan getaran itu (x), pada
2𝜋
percepatan 𝑥̈ , dan frekuensi sudut 𝜔 ( = = 2𝜋 f0 ), maka persamaan gerak GGS
T0
dinyatakan oleh :
𝑥̈ + 𝜔𝑜 2 𝑥 = 0
(10.1)
Persamaan gerak merupakan istilah untuk persamaan matematika yang
melibatkan besaran percepatan benda. Adapun persamaan simpangannya dapat
ditampilkan oleh salah satu dari 3 bnetuk penampilan berikut ini :
x = A Cos (𝜔0t + 𝜑0) (10.2a)
x = B Sin (𝜔0t + ∅0) (10.2b)
x = C Cos 𝜔0t + D Sin 𝜔0t (10.2c)
dimana A, B, C, D merupakan tetapan pada waktu t, frekuensi ada sudut 𝜔0 dan
tetapan fase awal 𝜑0, ∅0. Biasanya orang menyebut 𝜔0, T0, dan f0 berturut turut
sebagai : frekuensi sudut, periode dan frekuensi (linear) GGS atau frekuensi tak
teredam. Berikut dipaparkan salah satu contoh dari gerak GGS dan cara menghitung
parameter fisisnya.
Ditinjau sebuah balok bermassa m terikat erat diujung pegas ringan. Pegas itu
diketahui memiliki tetapan pegas k. semula balok disampingkan (x0) dari titik
setimbangnya dan dilepas sehingga berjalan awal nol. Selama bergerak, balok
menderita gaya pembalik oleh pegas 𝐹⃗ = -k𝑥⃗, yang berarah menuju ke titik
setimbangnya dan itu terjadi pada setiap posisi sampingan 𝑥⃗, selama balok bergerak,
balok mengalami perlajuan a, dan besar gaya resultan yang diderita oleh balok
(sesuai dengan Hukum II Newton) adalah ma = -kx atau
𝑘
a=- x (10.3)
𝑚
berat itu mempunyai besar dan arah yang tetap sehingga tida mempengaruhi
frekuensi (f0) dan simpangan (x) getaran pegas setiap saat (t). Gaya berat hanya
menyebabkan tergesernya posisi kesetimbangan pegas. Percepatan yang dialami m
𝑑𝑣 𝑑𝑣
senilai dengan laju perubahan kecepatan atau a = =v sehingga persamaan
𝑑𝑥 𝑑𝑥
(10.3) dapat digunakan untuk mencari hubungan antara kelajuan (v) terhadap
simpangan (x). jika deketahui m semula diam (v0 = 0) pada simpangan awal x0
𝑑𝑣 𝑘 𝑣 𝑘
sehingga hubungan v terhadap x dapat dinyatakan v =- x , atau ∫0 𝑣𝑑𝑣 = -
𝑑𝑥 𝑚 𝑚
𝑥
∫𝑥0 𝑥𝑑𝑥 maka diperoleh :

𝑘
V= √ (𝑥𝑜 2 − 𝑥 2 ) (10.4)
𝑚

Berikutnya hubungan antara 𝑥 terhadap waktu (𝑡) juga dapat diperoleh


melalui cara integral dan syarat batas. Dasar yang digunakan, kelajuan benda
𝑑𝑥 𝑑𝑣 𝑑2𝑥
berbentuk 𝑣 = = 𝑥̇ sehingga perlajuannya 𝑎= = = 𝑥. Selajutnya
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡

persamaan (10.3) dapat ditulis menjadi :

𝑘
𝑥̈ + ( ) 𝑥=0
𝑚
𝑘
Persamaan itu setara dengan persamaan (10.1), oleh persamaan 𝜔𝑜 2 = .
𝑚

Persamaan (10.1) merupakan persamaan gerak GSS, dan bila Anda menjumpai
persamaan yang mirip dengan persamaan (10.1) maka Anda boleh menebak
persamaan yang Anda jumpai juga persamaan gerak GSS. Cara penyelesaiannya dari
persamaan gerak, termasuk pula persamaan (10.5), selain dengan cara matematika
dapat juga dilakukan dengan melihat sifat fisis dari gerak itu. Sifat fisis dari Gambar
(10.2) adalah m bergerak di sekitar titik setimbangnya sehingga simpangan m
(yaitu 𝑥) bersifat periodik. Sifat periodik inilah yang menyebabkan bentuk
penyelesaian 𝑥 dapat ditebak berupa fungsi sinus dan atau cosinus seperti pada
persamaan (10.2a,b,c). Selanjutnya kalau kita memilih salah satu bentuk dari 𝑥 yaitu:
𝑥 = 𝐴 cos (𝜔𝑡 + 𝜑𝑜 )

Tentu saja turunan 2 kali ke waktu (𝑡) dari persamaan (10.6) bermakna bahwa gerak
benda bersifat periodic dan itu berlangsung selamanya pada amplitudo A, frekuensi
sudut 𝜔𝑜 , dan fase awal 𝜑𝑜 . Perlu Anda ketahui bahwa amplitudo (A) adalah
simpangan maksimum (𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠 ) dan istilah fase adalah besaran apa saja yang ada di
dalam cosinus atau sinus. Pada kasus ini fase dimaksud adalah (𝜔𝑡 + 𝜑𝑜 ) sehingga
fase awal (t = 0) adalah (0+𝜑𝑜 ) = 𝜑𝑜 .

Contoh 10.1 : Perhatikan ayunan matematis pada gambar (10.3). Bola bermassa 𝑚
berada di ujung tali ringan sepanjang 𝐼 dan berayun tanpa gesekan udara pada
simpangan 𝜃 kecil (kurang dari 10°). Gaya balik yang diderita 𝑚 berasal dari
komponen gaya berat yang berarah ke titik setimbangnya. Jika di tempat itu
berpercepatan gravitasi bumi 𝑔, hitunglah periode ayunan itu.

Penyelesaian : Gerak itu termasuk jenis gerak GSS, gaya pembalik bekerja pada 𝑚,
namun torka (𝜏0 ) bekerja terhadap titik 𝑜. Torka itu memenuhi persamaan :

𝜏0 = 𝐼0 Ӫ = −mgl sin 𝜃 (10.7)

Di mana 𝐼0 melambangkan momen kelebaman ayunan terhadap titik pangkal


ayunan (𝑜) dan Ӫ adalah perlajuan sudutnya. Berhubung tali (𝐼) ringan sehingga
massanya dapat diabaikan, dan pusat massa 𝑚 dianggap sebagai titik pusat massa,
sehingga 𝐼0 = 𝑚𝑙 2 . Telah disebutkan bahwa ayunan itu bersimpangan kecil (𝜃 <
10°) sehingga 𝜏0= − mgl sin 𝜃 ≈ −mgl𝜃, selanjutnya dipenuhi kaitan 𝐼0 Ӫ =
−mgl𝜃, atau:
𝑚𝑔𝑙
Ӫ+ 𝜃=0 (10.8)
𝐼0

Melalui substitusi 𝐼0 , persamaan (10.8) dapat disederhanakan menjadi


𝑔
Ӫ+ ( ) 𝜃=0 (10.9)
𝑙

𝑔
Mengacu persamaan (10.1), persamaan (10.9) memberikan kesetaraan 𝜔2 = setara
𝑙
2𝜋
dengan persamaan (10.5). Berhubung frekuensi sudut 𝜔 = , di mana T
𝑇

merupakan periode ayunan, selanjutnya persamaan (10.9) memberi informasi


hubungan antara periode ayunan (T) dengan panjang tali (t) pada nilai percepatan
gravitasi bumi (g) sebagai :

𝑙
𝑻 = 2𝜋 √ (10.10)
𝑔

Sistem Osilasi Harmonis Sederhana

Untuk menentukan persamaan gerak osilasi harmonis sederhana, maka tinjau


beberapa sistem osilasi sederhana sebagai berikut.

a. Bandul Sederhana

Untuk menentukan persamaan gerak osilasi sistem bandul sederhana di atas,


maka diuraikan sebagai berikut.

Gaya yang bekerja:


F = -mg sin 𝜃 = ma

𝑑2𝜃 𝑑2𝑥
+
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 2

b. Pegas Sederhana

Gaya yang bekerja adalah:

F = -kx = ma

𝑑2𝑥
𝑚 2 + 𝑘(𝑥 − 𝑥𝑡 ) = 0
𝑑𝑡

c. Rangkaian LC

Gerak osilasi bebas pada rangkaian sederhana LC dinyatakan dengan persamaan:

𝑑2𝑄 𝑄
𝐿 2 + =0
𝑑𝑡 𝐶

d. Bandul Torsi
Gerak umum osilasi bebas untuk sistem bandul torsi sederhana dinyatakan dengan
persamaan:

𝑑2𝜃
𝐼 2 + 𝐼𝜔2 = 0
𝑑𝑡

Dengan I = momen inersia dan 𝜔 = kecepatan sudut.

e. Bandul Fisik

Gerak osilasi untuk sistem bandul fisik sederhana dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut:

𝑑 2 𝜃 3𝑔
+
𝑑𝑡 2 2𝑙

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan gerak osilasi bebas
harmonis sederhana (OHS) dapat dinyatakan secara umum dengan persamaan
sebagai berikut:

𝑑2𝑦
+ 𝑤 2𝑦 = 0
𝑑𝑡 2

Dengan solusi

y = A sin (𝜔𝑡 + 𝜑)

atau

y = A cos (𝜔𝑡 + 𝜑)

3. Superposisi Dua Osilasi Harmonis Sederhana


Dua buah gerak osilasi harmonis sederhana yang bersifat linier dimana solusi tidak
mengandung variabel orde 2, 3 (y2, y3...) dan homogen (solusi hanya bergantung
pada y saja) dapat bergabung dengan memenuhi prinsip superposisi. Prinsip
superposisi dua osilasi harmonis sederhana, yaitu jika y1 dan y2 merupakan solusi
dari persamaan OHS yang linier dan homogen maka penjumlahan keduanya
merupakan kombinasi linier masing-masing solusi.

a. Superposisi Dua OHS dengan Frekuensi Sama

Superposisi dua osilasi harmonis sederhana dengan frekuensi sama dapat


diuraikan sebagai berikut. Jika diketahui:

y1 = A1 sin (𝜔𝑡 + 𝜑)

y2 = A2 sin (𝜔𝑡 + 𝜑)

y = y1 + y2

= A1 sin (𝜔𝑡 + 𝜑) + A2 sin (𝜔𝑡 + 𝜑)

= ( 𝐴1 cos 𝜑1 + 𝐴2 cos 𝜑2 ) sin 𝜔𝑡 + ( 𝐴1 sin 𝜑1 + 𝐴2 sin 𝜑2 ) cos 𝜔𝑡

= 𝐴 cos 𝜑 sin 𝜔𝑡 + 𝐴 sin 𝜑 cos 𝜔𝑡 = 𝐴 sin (𝜔𝑡 + 𝜑)

Dengan:

A cos 𝜑 = A1 cos 𝜑1 + A2 cos 𝜑2

A sin 𝜑 = A1 sin 𝜑1 + A2 sin 𝜑2

Dengan melakukan manipulasi secara matematika dengan cara menguadratkan


kedua ruas dan menjumlahkan kedua persamaan di atas, maka diperoleh:

A2 cos2𝜑 = A12 cos2𝜑1 + A22 cos2𝜑2 + 2A1A2 cos𝜑1 cos𝜑2

A2 sin2𝜑 = A12 sin2𝜑1 + A22 sin2𝜑2 + 2A1A2 sin𝜑1 sin𝜑2


A2 = A12 + A22 + 2A1A2 (cos𝜑1 cos𝜑2 + sin𝜑1 sin𝜑2 )

= A12 + A22 + 2A1A2 cos (𝜑1 − 𝜑2 )

= A12 + A22 + 2A1A2 cos (𝜑)

Dengan

𝐴1 sin 𝜑1 + 𝐴2 𝑠𝑖𝑛 𝜑2
tg𝜑 =
𝐴1 cos 𝜑1 + 𝐴2 𝑐𝑜𝑠 𝜑2

Jika 𝜑1 = 𝜑2 = 𝜑, maka A = A1 + A2 sehingga:

y = A sin (𝜔𝑡 + 𝜑) = (A1 + A2) (𝜔𝑡 + 𝜑)

b. Superposisi Dua OHS Berfrekuensi Sama dan Saling Tegak Lurus


Jika 2 OHS yang berfrekuensi sama dan saling tegak lurus dinyatakan dengan:

x = A1 sin (𝜔𝑡 + 𝜑1 )

y = A2 sin (𝜔𝑡 + 𝜑2 )

Misal

x = A1 sin (𝜔𝑡 + 𝜑)

y = A2 sin 𝜔𝑡
𝑦
= sin 𝜔𝑡
𝐴2

𝑦2
Cos 𝜔𝑡 = √1 − substitusi ke-x
𝐴22

Maka dapat ditulis:

𝑥2 𝑥2 2𝑥𝑦
2 + - cos (𝜑2 − 𝜑1 ) = sin2(𝜑2 − 𝜑1 )
𝐴1 𝐴22 𝐴1 𝐴2
Persamaan diatas merupakan bentuk persamaan elips, jika 𝜑2 − 𝜑1 = 𝜋⁄2, maka

𝑥2 𝑥2
2 +
𝐴1 𝐴22

Jika 𝜑2 − 𝜑1 = 𝛿, maka:

𝑥2 𝑥2 2𝑥𝑦
2 + - cos 𝛿= sin2𝛿
𝐴1 𝐴22 𝐴1 𝐴2

Jika 𝛿 = 0, maka:

𝑥2 𝑥2 2𝑥𝑦
2 +
𝐴1 𝐴22
-
𝐴1 𝐴2
=0

Sehingga diperoleh:

(A2x – A1y)(A2x – A1y) = 0

Jadi:

A2x – A1y = 0

y = (A2 / A1) x

(persamaan garis lurus)

Hasil yang sama untuk 𝛿 = 2𝜋, 4𝜋, 6𝜋 ... (genap)

c. Superposisi Dua OHS berfrekuensi Tidak Saling Tegak Lurus

Misal:

x = A1 sin (2𝜔𝑡 + 𝜑)

y = A2 sin 𝜔𝑡
𝑦
maka = sin 𝜔𝑡
𝐴2
Jika

x = A1 sin (𝜔1 𝑡 + 𝜑1 )

y = A2 sin (𝜔2 𝑡 + 𝜑2 )

maka:
𝑦
= sin 𝜔𝑡
𝐴2

Karena: cos 𝜔𝑡 = √1 − 𝑠𝑖𝑛2 𝜔𝑡

Maka:

𝑦2
cos 𝜔𝑡 = √1 − 𝑠𝑖𝑛2 𝜔𝑡 = √1 −
𝐴22

𝑥
= sin (2𝜔𝑡 + 𝜑)
𝐴1

𝑥
= sin2𝜔𝑡 cos 𝜑 + cos2𝜔𝑡 sin 𝜑
𝐴1

𝑥
= 2sin𝜔𝑡 cos𝜔𝑡 cos 𝜑 + (1 - 2 sin2𝜔𝑡) sin 𝜑
𝐴1

Jika nilai sin 𝜔𝑡 dan cos𝜔𝑡 disubtitusikan ke persamaan di atas, maka


diperoleh:

𝑥 2𝑦 𝑦2
𝐴1
=
𝐴2
√1 − 𝐴22

Atau

𝑥 2𝑦 2 2𝑦 𝑦2
[ − (1 −
𝐴 𝐴2
) 𝑠𝑖𝑛2 𝜑 ] = 𝐴 cos 𝜑 √1 − 𝐴22
2 2

Jika kedua ruas dikuadratkan, maka diperoleh:


𝑥 4𝑦 4 𝑥 2𝑦 2 4𝑦 2 𝑦2
( − 𝑠𝑖𝑛 𝜑)2 + 𝑠𝑖𝑛2 𝜑 + 2( − sin 𝜑) sin 𝜑 = 𝑐𝑜𝑠 2 𝜑 (1 − )
𝐴1 𝐴22 𝐴1 𝐴22 𝐴22 𝐴22

𝑥 4𝑦 2 4𝑦 2 4𝑦 2 𝑥 2
( − sin 𝜑)2 + + +
𝐴1 𝐴22 𝐴22 𝐴22 𝐴1

𝑥 4𝑦 2 𝑦 2 𝑥2
( − sin 𝜑)2 + ( + sin 𝜑 − 1) = 0
𝐴1 𝐴22 𝐴22 𝐴1

Jika 𝜑 = 0, 𝜋, 2𝜋 ..., maka sin 𝜑 = 0 sehingga:

𝑥 4𝑦 2 𝑦 2
( )2 + ( − 1) = 0
𝐴1 𝐴22 𝐴22

Jika 𝜑 = 𝜋/2 maka sin 𝜑 = +1, sehingga:

𝑥 4𝑦 2 𝑦 2 𝑥
( )2 + ( + − 1) = 0
𝐴1 𝐴22 𝐴22 𝐴1

𝑥 𝑦2 𝑥
( )2 + ( + − 1) = 0
𝐴1 𝐴22 𝐴1

𝐴22
y2 = - (x-A1)
2𝐴1

Anda mungkin juga menyukai