Abstract – Halmahera merupakan daerah Indonesia bagian Timur dimana daerah ini merupakan pertemuan tiga lempeng yaitu
lempeng Eurasia, lempeng Australia, dan lempeng Samudera Filipina, akibatnya daerah ini memiliki aktivitas tektonik yang
kompleks. Di sebelah barat Halmahera terdapat lempeng Samudera Maluku yang menunjam dengan lempeng Eurasia di sebelah
Barat dan menunjam dengan lempeng Samudera Filipina di sebelah Timur. Terjadi peristiwa kolisi antara busur Sangihe dan busur
Halmahera pada zaman Neogen. Aktivitas tektonik dan vulkanisme menyebabkan adanya subduksi lempeng Samudera Maluku di
bawah Halmahera sehingga menyebabkan subsidence dan terbentuk cekungan busur belakang seperti cekungan Teluk Kau.
Cekungan ini terbentuk dalam tiga fase yaitu fase pre-rift, fase syn-rift, dan fase post-rift. Fase pre-rift terjadi pada zaman Jurasik
– Eosen Awal, fase syn-rift terjadi pada kala Oligosen – Pleistosen Awal, dan fase post-rift terjadi pada kala Holosen. Pada fase
post-rift, terjadi invasi air laut ke cekungan yang dipengaruhi oleh eustasi pada Holosen maksimum. Pada paper ini menyertakan
interpretasi dari model cekungan busur belakang dan pembentukan cekungan Teluk Kau. Belum ditemukan sumberdaya
hidrokarbon pada cekungan ini yang dikarenakan tidak ditemukan petroleum system yang lengkap pada cekungan ini.
Kata Kunci: Cekungan Teluk Kau, Lempeng Samudera Maluku, Halmahera, Cekungan Belakang Busur, Pre-Rift,
Syn-Rift, Post-Rift.
GEOLOGI REGIONAL
Gambar 6: Model interpretasi fase Syn-Rift pada kala Oligosen – Pliosen di cekungan Teluk Kau.
Post-Rift Phase
Arc
Gambar 7: Model interpretasi fase Post-Rift pada kala Holosen di Cekungan Teluk Kau.
UJIAN AKHIR SEMESTER GEODINAMIKA 2018
PRODI TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS PERTAMINA
• Fase post-rift
Fase ini terjadi pada kala Holosen zaman es di Holosen maksimum. Invasi dari air laut
dan pada fase ini terjadi invasi dari air laut ini menyebabkan air tawar pada cekungan ini
yang disebabkan oleh eustasi pada akhir digantikan dengan air garam dari laut. Sehingga pada
fase ini terdapat pengendapan Batugamping terumbu
yang menjari dengan endapan vulkanik.
Gambar 8: Invasi Laut pada Weichselian – Holosen pada cekungan Teluk Kau 5 tingkatan
(Barmawidjaja, D.M., et al., 1989)
UJIAN AKHIR SEMESTER GEODINAMIKA 2018
PRODI TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS PERTAMINA
Gambar 9: Ringkasan Stratigrafi Halmahera beserta waktu dan kejadian geologi pada daerah tersebut (Hall, 1987).
• Pada Eocen
B. KRONOSTRATIGRAFI Terjadi pengangkatan dikarenakan adanya
Penjelasan kronostratigrafi berdasarkan reaktivasi tektonik regional dan pada Eosen
ringkasan stratigrafi dari Hall (1987). Pada Jurasik – Akhir – Oligosen Tengah mulai terjadi
Eosen Awal terdapat batuan dasar yang diendapkan subsidence.
tidak selaras dengan batuan sedimen yang lebih muda, • Pada Oligosen – Miosen awal
hal ini dipengaruhi oleh proses deformasi. Berikut Diendapkan formasi Onat dengan litologi Napal
adalah penjelasan pengendapan formasi-formasi membaji dengan formasi Jawali dengan litologi
berdasarkan urutan waktu pembentukannya: Konglomerat. Lingkungan pengendapannya
yaitu laut dangkal.
• Pada Jurasik – Kapur Tengah diendapkan • Pada Miosen
formasi Gau dengan litologi batugamping. Diendapkan formasi Subaim dengan litologi
Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut batugamping. Pada Miosen Akhir terjadi
dangkal. subsidence yang sangat cepat.
• Pada Kapur Tengah – Paleosen Tengah
diendapkan Formasi Dodaga dengan litologi • Pada Miosen Akhir – Pliosen Tengah
breksi. Pengendapan breksi ini berasal dari Diendapkan formasi Saolat dengan litologi
vulkanik debris. Napal. Terjadi perubahan yang signifikan dari
• Pada Paleosen Tengah – Eosen Awal pengendapan karbonat menjadi sedimen
diendapkan formasi Gelendong dengan litologi silisiklastik dan tingkat subsidence lebih kecil
batugamping diendapkan pada lingkungan laut daripada sedimentation rate.
dangkal.
UJIAN AKHIR SEMESTER GEODINAMIKA 2018
PRODI TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS PERTAMINA
Cekungan Teluk Kau meupakan cekungan Hall, R., et al., 1988. Basement rocks of the
busur belakang yang terbentuk karena adanya Halmahera region, eastern Indonesia: a Late
Cretaceous–early Tertiary arc and fore-arc.
subduksi lempeng Samudera Maluku di bawah
Journal of the Geological Society 1988; v. 145; p.
Halmahera pada kala Oligosen – Pliosen. Subduksi 65-84.
UJIAN AKHIR SEMESTER GEODINAMIKA 2018
PRODI TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS PERTAMINA