Anda di halaman 1dari 8

UJIAN AKHIR SEMESTER GEODINAMIKA 2018

PRODI TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS PERTAMINA

Sejarah dan Evolusi Pembentukan Cekungan Belakang Busur Teluk Kau,


Halmahera, Indonesia.

Puji Rahmawan (101216024)1


1
Geological Engineering Departmen, Universitas Pertamina

Abstract – Halmahera merupakan daerah Indonesia bagian Timur dimana daerah ini merupakan pertemuan tiga lempeng yaitu
lempeng Eurasia, lempeng Australia, dan lempeng Samudera Filipina, akibatnya daerah ini memiliki aktivitas tektonik yang
kompleks. Di sebelah barat Halmahera terdapat lempeng Samudera Maluku yang menunjam dengan lempeng Eurasia di sebelah
Barat dan menunjam dengan lempeng Samudera Filipina di sebelah Timur. Terjadi peristiwa kolisi antara busur Sangihe dan busur
Halmahera pada zaman Neogen. Aktivitas tektonik dan vulkanisme menyebabkan adanya subduksi lempeng Samudera Maluku di
bawah Halmahera sehingga menyebabkan subsidence dan terbentuk cekungan busur belakang seperti cekungan Teluk Kau.
Cekungan ini terbentuk dalam tiga fase yaitu fase pre-rift, fase syn-rift, dan fase post-rift. Fase pre-rift terjadi pada zaman Jurasik
– Eosen Awal, fase syn-rift terjadi pada kala Oligosen – Pleistosen Awal, dan fase post-rift terjadi pada kala Holosen. Pada fase
post-rift, terjadi invasi air laut ke cekungan yang dipengaruhi oleh eustasi pada Holosen maksimum. Pada paper ini menyertakan
interpretasi dari model cekungan busur belakang dan pembentukan cekungan Teluk Kau. Belum ditemukan sumberdaya
hidrokarbon pada cekungan ini yang dikarenakan tidak ditemukan petroleum system yang lengkap pada cekungan ini.

Kata Kunci: Cekungan Teluk Kau, Lempeng Samudera Maluku, Halmahera, Cekungan Belakang Busur, Pre-Rift,
Syn-Rift, Post-Rift.

Paper ini dibuat untuk membuat model dari


PENDAHULUAN pembentukan cekungan secara tektonostratigrafinya dan
implikasinya terhadap sumberdaya yang ada pada cekungan
Halmahera merupakan daerah Indonesia bagian Timur ini.
dimana daerah ini merupakan daerah pertemuan tiga
lempeng antara lempeng Eurasia, lempeng Australia, dan
lempeng Samudera Filipina. Dari pertemuan tiga lempeng .
ini menyebabkan aktivitas tektonik yang kompleks. Di
Halmahera terdapat cekungan Teluk Kau di bagian Utara. U
Cekungan ini merupakan ini merupakan cekungan yang unit
karena memiliki struktur pengontrol yang kompleks pada
pembentukan dan evolusinya. Cekungan ini merupakan
cekungan yang terbentuk pada kala Oligosen awal.
Cekungan Teluk Kau diklasifikasikan sebagai backarc basin
karena cekungan ini terletak di sebelah timur dari zona
subduksi antara lempeng samudera Maluku dan lempeng
Samudera Filipina.

Cekungan Teluk Kau memiliki kedalaman sekitar 470 m


dan dipisahkan dari Laut Pasifik oleh sill dangkal yang
berada pada kedalaman 40 m di bawah permukaan laut
(Middelburg et al., 1989). Adanya pengangkatan batuan
dasar pada cekungan ini di kala Eosen dikarenakan
reaktivasi tektonik dan subduksi menyebabkan terbentuknya
cekungan ini. Pada Miosen akhir terjadi subsidence yang
cepat hal ini dikarenakan subduksi dari lempeng Samudera
Maluku dengan lempeng Samudera Filipina.
Gambar 1: Cekungan Teluk Kau
UJIAN AKHIR SEMESTER GEODINAMIKA 2018
PRODI TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS PERTAMINA

DATA DAN METODE


.
Data yang digunakan pada studi ini menggunakan
data sekunder dimana data tersebut didapat dari
literatur yang sudah ada sebelumnya. Studi literatur
dilakukan untuk mendapatkan data-data aktual dan
interpretasi ulang dilakukan untuk mendapatkan
pemahaman baru.

GEOLOGI REGIONAL

Gambar 3: Konfigurasi dari lempeng Samudera Makulu


diantara Busur Halmahera dan Sangihe setelah
penyesuaian dari Cardwell et al. (1980) (dalam Hall,
1987).

Gambar 2: Prinsip tektonik Halmahera setelah


penyesuaian dari Hamilton (1979) dan Silver (1981)
(dalam Hall, 1987).

Halmahera terletak di sebelah timur laut Maluku dimana


lempeng Samudera Maluku menunjam di bawah lempeng
Eurasia di sebelah Barat dan menunjam di bawah lempeng
Samudera Filipina di sebelah Timur yang menyebabkan
lempeng Samudera Maluku memiliki bentuk asymmetrical
inverted U-shape (Cardwell et al., 1980 dalam Hall, 1987).
Model dari konfigurasi lempeng Samudera Maluku dapat
dilihat pada Gambar 3. Akibat dari subduksi ini
menyebabkan terbentuknya busur gunung api di Sangihe dan
Gambar 4: Penampang lempeng Samudera Maluku yang
busur gunug api di Halmahera.
terletak di bawah zona kolisi antara busur Sangihe dan
busur Halmahera (Hall, 1999).
Konfigurasi lempeng Samudera Maluku ini terletak di
bawah zona kolisi antara Sangihe arc dan Halmahera arc
UJIAN AKHIR SEMESTER GEODINAMIKA 2018
PRODI TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS PERTAMINA

Gambar 5: Model interpretasi cekungan busur belakang pada wilayah Halmahera


yang terbentuk pada zaman Neogen. Penampang dari kolisi dengan formasi – formasi yang berada
tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. diatasnya. Formasi Batugamping Gau pada
Konfigurasi tektonik regional tersebut dimana terdapat zaman Jurasik – Kapur Tengah. Formasi
subduksi antara lempeng Samudera Maluku dan lempeng
Breksi Dodaga pada zaman Kapur Tengah –
Samudera Filipina menyebabkan terbentuknya busur
Paleosen Tengah. Formasi Batugamping
gunung api di Halmahera dan hal ini berimplikasi terhadap
pembentukan cekungan busur belakang seperti model pada Gelendongan pada kala Paleosen Tengah –
Gambar 5. Eosen Awal. Formasi Batugamping
Gelendongan merupakan formasi yang
Cekungan busur belakang dapat terbentuk karena diendapkan pada akhir fase pre-rift. Pada
adanya subduksi di bawah Halmahera sehingga akhir fase pre-rift terjadi proses reaktivasi
menyebabkan daerah di belakang busur mengalami tektonik, terjadi pengangkatan batuan dasar
subsidence dan terjadi pengisian sedimen pada cekungan dan mengalami erosi sehingga terdapat
tersebut.
unconformity pada pada kala Eosen Awal –
Oligocen Awal.
HASIL DAN DISKUSI
• Fase syn-rift
A. TEKTONOSTRATIGRAFI
Fase ini terjadi pada pada kala Oligisen
Berdasarkan stratigrafi regional, batuan dasar Awal – Plistosen Awal. Pada fase ini
dari Halmahera bagian Timur merupakan sekuen merupakan fase pengisian basin oleh
ofiolit dengan urutan dari bawah ke atas yaitu batuan endapan-endapan sedimen. Formasi yang
metamorf, batuan beku, dan batuan sedimen. hadir pada fase ini yaitu formasi Onat,
formasi Konglomerat Jawali, formasi
Fase pembentukan cekungan dibagi menjadi Batugamping Subaim, formasi Saolat,
tiga yaitu fase pre-rift, fase syn-rift, dan fase post-rift. formasi Batupasir Wasile, formasi Tapaya,
formasi Tafongo. Pada Akhir fase syn-rift
terjadi pengangkatan dan erosi,
• Fase pre-rift
pengangkatan diakibatkan oleh kolisi antara
lempeng Samudera Filipina dan lempeng
Pada cekungan Teluk Kau ditandai oleh
Samudera Maluku yang berada di bawah
kehadiran formasi dari zaman Jurasik –
Halmahera. Akibat dari pengangkatan ini
Eosen Awal. Batuan dasar ridak selaras
UJIAN AKHIR SEMESTER GEODINAMIKA 2018
PRODI TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS PERTAMINA

menyebabkan adanya unconformity pada


kala Pliosen.

Gambar 6: Model interpretasi fase Syn-Rift pada kala Oligosen – Pliosen di cekungan Teluk Kau.

Post-Rift Phase

Halmahera Syn-Rift Phase

Arc

Gambar 7: Model interpretasi fase Post-Rift pada kala Holosen di Cekungan Teluk Kau.
UJIAN AKHIR SEMESTER GEODINAMIKA 2018
PRODI TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS PERTAMINA

• Fase post-rift

Fase ini terjadi pada kala Holosen zaman es di Holosen maksimum. Invasi dari air laut
dan pada fase ini terjadi invasi dari air laut ini menyebabkan air tawar pada cekungan ini
yang disebabkan oleh eustasi pada akhir digantikan dengan air garam dari laut. Sehingga pada
fase ini terdapat pengendapan Batugamping terumbu
yang menjari dengan endapan vulkanik.

Gambar 8: Invasi Laut pada Weichselian – Holosen pada cekungan Teluk Kau 5 tingkatan
(Barmawidjaja, D.M., et al., 1989)
UJIAN AKHIR SEMESTER GEODINAMIKA 2018
PRODI TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS PERTAMINA

Gambar 9: Ringkasan Stratigrafi Halmahera beserta waktu dan kejadian geologi pada daerah tersebut (Hall, 1987).

• Pada Eocen
B. KRONOSTRATIGRAFI Terjadi pengangkatan dikarenakan adanya
Penjelasan kronostratigrafi berdasarkan reaktivasi tektonik regional dan pada Eosen
ringkasan stratigrafi dari Hall (1987). Pada Jurasik – Akhir – Oligosen Tengah mulai terjadi
Eosen Awal terdapat batuan dasar yang diendapkan subsidence.
tidak selaras dengan batuan sedimen yang lebih muda, • Pada Oligosen – Miosen awal
hal ini dipengaruhi oleh proses deformasi. Berikut Diendapkan formasi Onat dengan litologi Napal
adalah penjelasan pengendapan formasi-formasi membaji dengan formasi Jawali dengan litologi
berdasarkan urutan waktu pembentukannya: Konglomerat. Lingkungan pengendapannya
yaitu laut dangkal.
• Pada Jurasik – Kapur Tengah diendapkan • Pada Miosen
formasi Gau dengan litologi batugamping. Diendapkan formasi Subaim dengan litologi
Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut batugamping. Pada Miosen Akhir terjadi
dangkal. subsidence yang sangat cepat.
• Pada Kapur Tengah – Paleosen Tengah
diendapkan Formasi Dodaga dengan litologi • Pada Miosen Akhir – Pliosen Tengah
breksi. Pengendapan breksi ini berasal dari Diendapkan formasi Saolat dengan litologi
vulkanik debris. Napal. Terjadi perubahan yang signifikan dari
• Pada Paleosen Tengah – Eosen Awal pengendapan karbonat menjadi sedimen
diendapkan formasi Gelendong dengan litologi silisiklastik dan tingkat subsidence lebih kecil
batugamping diendapkan pada lingkungan laut daripada sedimentation rate.
dangkal.
UJIAN AKHIR SEMESTER GEODINAMIKA 2018
PRODI TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS PERTAMINA

tersebut menyebabkan rapid subsidence pada kala


• Pada Pliosen Tengah – Pliosen Akhir Miosen. Evolusi cekungan ini pada fase pre-rift pada
Diendapkan formasi Wasile dengan litologi zaman Jurasik – kala Eosen Awal. Fase syn-rift terjadi
Batupasir yang menjari dengan formasi Tapaya pada kala Oligosen – Pliosen dan basin terisi oleh
dengan litologi batuan vulkanik. Pada kala ini, sedimen laut dangkal kemudian pada kala Pliosen
mulai terjadi aktivitas vulkanik turbidit yang Tengah cekungan ini terisi oleh endapan
disebabkan karena lempeng Samudera Maluku vulkaniklastik dikarenakan aktivitas vulkanisme mulai
telah mencapai kedalaman 100 km di bawah aktif pada kala ini. Fase post-rift terjadi pada kala
Halmahera. Holosen, setelah terjadi uplift pada kala Pleistosen
• Pada Pliosen Akhir – Pleistosen Awal terjadi kenaikan muka air laut karena eustasi yang
Diendapkan formasi Tafongo dengan litologi terjadi pada akhir zaman es pada kala Holosen
vulkanik berupa lava dan vulkaniklastik. Maksimum.
• Pada kala Pliosen
Terjadi pengangkatan yang dipengaruhi oleh Pada cekungan ini tidak ditemukan potensi
kolisi antara subduksi lempeng Samudera adanya sumberdaya hidrokarbon karena jika dilihat
Filipina dan lempeng Samudera Maluku dari stratigrafi regionalnya, salah satu faktor tidak
menyebabkan busur gunung api berpindah ke adanya hidrokarbon pada cekungan ini dikareakan
Barat. terdapat banyak pengendapan batuan vulkaniklastik
• Pada kala Holosen dimana bukan merupakan batuan yang mengandung
Terjadi pendalaman dikarenakan muka air laut banyak material organik. Faktor lain tidak ditemukan
naik dikarenakan eustasi pada akhir zaman hidrokarbon yaitu dikarenakan tidak ditemukan
es pada kala Holosen maksimum. Lingkungan petroleum system yang lengkap baik dari batuan
pengendapan berubah menjadi laut dangkal dan induk, batuan reservoir, maupun batuan tudungnya.
diendapkan batugamping terumbu yang menjari
dengan endapan vulkanik. REFERESI

Hall, R., 1987. Plate boundary evolution in the


Halmahera region, Indonesia. Tectonophysics,
144(4), 337-352.
C. POTENSI SUMBERDAYA
Barmawidjaja, D.M., De Jong, A.F.M., et al., 1989.
Teluk Kau, halmahera, a late quaternary
Pada cekungan Teluk Kau belum ditemukan palaeoenvironmental record of a poorly ventilated
penelitian atau literatur mengenai sumberdaya yang basin. Netherlands Journal of Sea Research
ada pada cekungan ini. 24 (4): 591-605 (1989).
Nichols, G.J., and Hall, R., 1990. Basin formation and
Jika dilihat dari statigrafinya, cekungan ini tidak Neogene sedimentation in a backarc setting,
Halmahera, eastern Indonesia. Marine and
memiliki petroleum system yang lengkap dan
Petroleum Geology, 1991, Vol 8, February.
cekungan ini terdapat banyak endapan vulkaniklastik
yang bukan merupakan endapan yang kaya akan Middelburg, J.J., et al., 1989. Sediment Chemistry of
material organik. Teluk Kau, Halmahera (Eastern Indonesia).
Netherlands Journal of Sea Research 24 (4): 607
KESIMPULAN 613 (1989).

Cekungan Teluk Kau meupakan cekungan Hall, R., et al., 1988. Basement rocks of the
busur belakang yang terbentuk karena adanya Halmahera region, eastern Indonesia: a Late
Cretaceous–early Tertiary arc and fore-arc.
subduksi lempeng Samudera Maluku di bawah
Journal of the Geological Society 1988; v. 145; p.
Halmahera pada kala Oligosen – Pliosen. Subduksi 65-84.
UJIAN AKHIR SEMESTER GEODINAMIKA 2018
PRODI TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS PERTAMINA

Van Der Linden, W.J.M., et al., 1989. Teluk Kau,


Halmahera: regional setting, physiography
and shallow structure. Netherlands Journal of Sea
Research 24 (4): 573-581 (1989).

Anda mungkin juga menyukai