Anda di halaman 1dari 2

GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

Cekungan Tarakan berada pada bagian Timur Laut dari Pulau Kalimantan. Luasnya
mencapai 68.000 km2. Bagian Utara dari cekungan ini dibatasi oleh tinggian Sampurna,
bagian Timur dibatasi oleh Selat Makasar, bagian Selatan dibatasi oleh tinggian Mangkalihat,
serta di bagian Barat dibatasi oleh Kuching Orogenic Complex. Cekungan Tarakan ini
memiliki morfologi berupa depresi yang terbuka ke arah timur menghadap ke selat
Makasar. Cekungan Tarakan ini terbagi menjadi 4 kelompok subcekungan, yaitu
Subcekungan Tidung di bagian barat laut, Subcekungan Berau di bagian barat daya,
Subcekungan Muara di bagian selatan, dan Subcekungan Tarakan di bagian utara.
A. Tatanan Tektonik Regional
Pembentukan Cekungan Tarakan dan proses pengendapannya tidak terlepas dari
gejala tektonik yang ada. Elemen struktur utama yang membatasi Cekungan
Tarakan dan mengontrol evolusi cekungannya adalah sebagai berikut.
Tinggian Kuching di sebelah barat yang merupakan kompleks batuan
metamorf yang berumur Kapur dan komplek batuan melange dari
Kalimantan Central Ranges yang berumur Eosen Awal dan terdiri dari
batuan yang terkena tektonik kuat dan mengalami metamorfisme sebagian.
Umur berkisar antara Perm-Karbon atau Jura- Kapur (Achmad dan
Samuel, 1984).
Tinggian Sampurna (Sampurna Peninsula) di bagian utara terdiri dari
kompleksbatuan beku dan batuan metamorf yang telah mengalami
pengangkatan. Kompleks ini termasuk ke dalam Busur Sulu yang secara
genetik merupakan hasil dari proses obduksi antara Kerak Samudra
Filipina dengan Paparan Sunda. DI bagian tas terdapat batuan beku yang
berumur Paleogen.
Mangkalihat-Peninsula di bagian Selatan merupakan batuan sedimen tipis
yang berumur Tersier yang terendapkan di atas batuan dasar yang telah
terangkat. Batuan inilah yang kemudian memisahkan Cekungan Tarakan
dengan Cekungan Kutai yang berada di bagian selatan.
Di bagaian timur, Cekungan Tarakan dibatasi oleh Selat Makasar yang
terus mendalam dan menjadi Palung Makasar. Batas sebelah timur ini
belum dapat dibedakan dengan jelas dan diinterpretasikan sebagai tipe
passive margin (Heriyanto dkk, 1996).
Sejarah tektonik dari Cekungan Tarakan secara umum dibagi menjadi tiga fase
(Lentini dan Darman, 1996). Ketiga fase tersebut adalah.
1. Eosen Oligosen
Fase ini merupakan fase ekstensional dimana terjadi proses pemekaran
Selat Makasar yang membukan cekungan ke arah Timur. Hal ini dapat
dilihat dari hadirnya struktur berupa en echelon block faulting yang
mempunyai kemiringan ke arah timur.
2. Miosen Tengah Pliosen
Kondisi tektonik pada tahap ini relatif stabil dengan proses pengisian
(infilling) cekungan. Pada umumnya endapan yang terbentuk adalah
endapan delta yang memiliki persebaran ke arah timur. Sebagai contoh apa
yang terjadi pada lapangan Proto-Kayan, Sesayap, dan Sembakung. Dalam
fase ini gravitasi memicu listric growth fault sebagai respon terhadap
deltaic sedimen load yang semakin meningkat. Growth faulting
diindikasikan dengan menyebarnya sedimen deltaik ke arah barat yang
semakin sedikit dimana pengendapan karbonat mulai terbentuk di bagian
yang lebih stabil. Sementara itu di bagian timur yang berasosiasi dengan
Syngeneticalli normal fault. Kombinasi penurunan cekungan ditambah
dengan pertumbuhan sesar menghasilkan ruang akomodasi untuk
pertambahan volume dari endapan deltaik (Lentini dan Darman, 1996).
Progradasi barat ke timur menunjukkan adanya peningkatan suplai
sedimen dari Tinggian Kuching. Pengangkatan yang menyebabkan
terjadinya peningkatan suplai sedimen disebabkan adanya kompresi.
3. Pliosen Akhir/Plesitosen
Fase tektonik terakhir ini merupakan proses kompresi yang disebabkan
oleh kolisi antara Kerak Samudra Filipina dengan Paparan Sunda. Gerakan
ini kurang lebih seperti dorongan yang tidak terlalu besar yang membalik
beberapa sesar tektonik gravitasi. Kolisi ini menimbulkan gerakan lebih
kuat di bagian utara cekungan dimana

B. Stratigrafi Regional

Anda mungkin juga menyukai