Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

MEKANISME PENGLIHATAN

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK A4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Fisiologi Blok 6

Mekanisme Penglihatan

Kelompok: A4

NAMA NIM PARAF

Helga Karenina Ririmasse 102016158

Darryl Anthony 102018005

Ghisfaranti 102018016

Gloria Graceta Natasya Salsha 102018046

Diane Kunalindra 102018056

Ida Ayu Raisa Manik Devi Saraswati 102018076

Silvester Rionoviyanus Temiang Sopian 102018092

Zefanya Decfy Irene 102018108

Gracea Manufandu 102018138


TUJUAN PRAKTIKUM
Percobaan I
Praktikum mekanisme penglihatan ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
1. Menyebutkan nama dan fungsi semua bagian model mata Cenco-Ingersoll yang
menirukan mata sebagai susunan optik
2. Mendemonstrasikan berbagai keadaan di bawah ini dengan menggunakan model mata
Cenco-Ingersoll:
a. Peristiwa aberasi sferis serta tindakan koreksi
b. Mata emetropi tanpa atau dengan akomodasi
c. Mata miopi serta tindakan koreksi
d. Mata hipermetropi serta tindakan koreksi
e. Mata astigmatis serta tindakan koreksi
f. Mata afakia serta tindakan koreksi

PERCOBAAN 1 : MODEL MATA CENCO-INGERSOLL

Alat dan Bahan

1. Model mata Cenco-Ingersoll dengan perlengkapannya


2. Optotip Snellen
3. Seperangkat lensa
4. Mistar
5. Gambar kipas Lancaster Regan
6. Keratoskop Placido

Cara kerja
Mata sebagai susunan optik. Pelajari model mata cenco-ingersoll dengan perlengkapannya:
1. Sebuah bejana yang terisi air hampir penuh
2. “Kornea”
3. “Retina” yang dapat diletakkan di 3 tempat yang berbeda
4. Benda yang bercahaya (lampu). Perhatikan arah anak panah.
5. Kotak yang berisi
a. “iris”
b. 4 lensa sferis masing-masing berkekuatan : +2D, +7D, +20D, -1,75D
c. 2 lensa silindris masing-masing berkekuatan : +1,75D dan -5,5D

A. Lebar Pupil dan Aberasi sferis


1) Pasang lensa sferis +7D di tempat lensa kristaline (di L).
2) Pasang retina di R.
3) Arahkan model mata ke sebuah jendela yang jauhnya 7 meter atau lebih.
Perhatikan bayangan jendela yang terjadi pada lempeng retina.
4) Tempatkan sekarang iris di G1 dwn perhatikan perubahan bayangan yang terjadi.
B. Hipermetropia
1) Arahkan model mata tetap ke jendela dan tetap menggunakan sferis +7D sebagai
lensa kristalina.
2) Setelah diperoleh bayangan tegas (no A ad. 4) pindahkan retina ke Rh.
3) Koreksi kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di S1 atau S2 sebagai kaca
mata sehingga bayangan menjadi tegas kembali.
4) Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara pasang di S1 atau S2.
C. Miopia
1) Tingkat lensa sferis positif dari S1 atau S2. Kembalikan retina ke R. Perhatikan
bayangan yang tetap tegas.
2) Pindahkan retina ke Rm.Perhatikan bayangan menjadi kabur.
3) Perbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di S1 atau S2 sebagai
kaca mata sehingga bayangan menjadi tegas.
4) Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara pasang di S1 atau S2.
D. Astigmatisme
1) Angkat lensa sferis negatif dari S1 atau S2 dan pindahkan ke retina R.
2) Letakkan lensa silindris -5,5D di G2. Perhatikan sebagian bayangan menjadi kabur.
3) Perbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di S1 atau S2 dan
mengatur arah sumbunya sehingga seluruh bayangan menjadi tegas.
4) Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara pasang di S1 atau S2.
Catatan: untuk percobaan B, C, dan D model mata Cenco-Ingersoll disusun sebagai mata
dalam kedaan tidak berakomodasi (istirahat).
E. Akomodasi
1) Angkat kedua lensa silindris yang dipasang di G2 dan S1 atau S2.
2) Tanpa mengubah keadaan model mata Cenco-Ingersoll tempatkan benda yang
bercahaya 25 cm di depan model mata tersebut. Perhatikan bayangannya yang kabur.
3) Ganti lensa sferis +7D (lensa kristalina) dengan sebuah lensa sferis lainnya yang
memberikan bayangan yang tegas pada retina.
4) Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara gunakan untuk mengganti lensa
kristalina (+7D).
F. Mata Afaksia
1) Buat susunan seperti yang didapatkan pada A ad. 4.
2) Angkat lensa kristalina sehungga terjadi mata afaksia, yaitu mata tanpa lensa
kristalina.
3) Perbaiki mata afaksia ini dengan salah satu lensa sferis positif yang dipasang sebagai
kaca mata di S1 atau S2 supaya bayangan menjadi lebih tajam.
4) Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara pasang di S1 atau S2.

Hasil Percobaan

1. Lebar Pupil dan Aberasi Sferis :


Percobaan Bayangan yang Terjadi pada Lempeng Retina

Tanpa iris Agak kabur dan buram

Dengan iris Lebih tajam dan tegas

2. Mata Miopia :
Dalam percobaan, miopia terbentuk karena retina yang terlalu jauh sehingga fokus
bayangan jatuh di depan retina, maka terbentuklah bayangan yang kabur. Bayangan
kembali jelas saat diberikan lensa sferis –0,50 D

3. Mata Hipermetropia :
Dalam percobaan, hipermetropia terbentuk karena retina yang terlalu dekat sehingga
fokus bayangan jatuh di belakang retina, maka terbentuklah bayangan yang kabur.
Bayangan kembali jelas saat diberikan lensa sferis +2 D karena lensa tersebut berfungsi
memajukan fokus bayangan.
4. Mata Astigmatisma :
Astigmatisma disebabkan oleh permukaan kornea/lensa yang tidak rata, namun dalam
percobaan dibuat seolah-olah permukaannya tidak rata dengan mengganti lensa
kristalina dengan lensa silindris negatif yang membuat fokus bayangan jatuh pada
sebuah bidang di retina. Bayangan kembali jelas saat diletakkan lensa sferis C -1,75D
karena lensa tersebut memundurkan fokus bayangan.

5. Mata Afakia :
Pada keadaan tanpa lensa, bayangan tidak akan jatuh fokus karena tidak ada media yang
membelokkan bayangan tersebut. Alhasil, bayangan yang terbentuk sangat kabur
karena titik fokus berada jauh di belakang retina.

Penbahasan

Aberasi Sferis:
Sinar-sinar paraksial/ sinar-sinar dari pinggir lensa membentuk bayangan di P’.
aberasi ini dapat dihilangkan dengan menggunakan diafragma yang diletakkan di lensa atau
dengan lensa gabungan aplanatis yang terdiri dari dua lensa yang jenis kacanya berlainan.

Mata Miopi:
Pada miopi sinar sejajar mauk terfokus di depan retina. Ini disebabkan karena
diameter anteroposterior mata terlalu panjang, karena daya refraksi kornea atau lensa lebih
besar dari pada normal. Keluhan utama adalah penglihatan kabur untuk sasaran jauh. Titik
terjauh untuk penglihatan jelas bervariasi berbanding terbalik dengan derajat myopia; bila
myopia meningkat, titik jauh englihatan jelas menjadi lebih dekat. Dengan miopi 1
dioptri,misalnya titik jauh untuk focus terang adalah 1 m dari mata; dengan myopia 3
dioptri, titik jauh penglihatan jelas hanya 1/3 m dari mata. Jadi, anak myopi cenderung
untuk memegang dekat-dekat objek dan bahan bacaan, lebih menyukai dekat dengan papan
tulis, dan mungkin tidak tertari pada aktivitas jauh. Mengerut dan menjuling adalah biasa,
karena tajam penglihatan membaik bila celah mata dipersempit; efek ini sama dengan yang
diperoleh dengan menutup atau “memperkecil celah” diafragma alat foto.

Myopia tidak sering pada bayi dan anak prasekolah. Lebih lazim pada bayi prematur
dan pada bayi dengan retinopati prematuritas. Juga, ada kecenderungan herediter terhadap
myopia, dan anak dengan orang tua miopi harus diperiksa pada usia awal. Insidensi miopi
meningkat selama tahun-tahun sekolah, terutama sebelum dan pada usia sepuluhan.
Tingkat miopi semakin tua juga cenderung meningkat selama tahun-tahun pertumbuhan.
Lensa cekung dengan kekuatan yang sesuai yang memberikan penglihatan jelas dan
nyaman diperlukan. Perubahan biasanya diperlukan secara periodic, kadang-kadang 1-2
tahun, kadang-kadang tiap beberapa bulan. Beberapa praktisi menganjurkan penggunaan
agen sikloplegik dan bifokus dalam upaya memperlambat progresi myopia, tetapi nilai
terapi demikian adalah kontroversial.

Hipermetropi:
Mata ametropia yang mempunyai P dan r terlalu besar dikatakan hipermetropia.
Kalau diperhatikan boola mata hipermetropia akan terlihat bola mata yang agak gepeng
dan normal. Mata yang demikian itu tanpa akomodasi bayangan tak terhingga akan terletak
di belakang retina, tetapi kadangkala dengan akomodasi akan terlihat benda yang jauh tak
terhingga secara tajam ahkan dapat melihat benda-benda yang beada dekat mata.

Astigmatisma:
Pada astigmatisma ada perbedaan dalam kekuatan berbagai meridian mata.
Kebanyakkan kasus disebabkan oleh ketidakteraturan lengkung kornea, beberapa
astigmatisma disebabkan oleh perubahan padda lensa. Derajat ringan astigmatisma sangat
sering dan mungkin tidak menyebaban keluhan. Dengan makin tingginya derajat
astigmatisma dapat terjadi distrosi penglihatan. Dalm upaya untuk memperoleh penglihatan
yang lebih jelas, orang dengan astigmatisma melakukan akomodasi atau mengerut atau
menjuling untuk memperoleh efek lubang kecil.

Afakia:
Lensa memberikan sepertiga kekuatan refraktif mata sehingga setelah ekstrasi
katarak (pengangkatan lensa opak) mata menjadi sangat hipermetropia, suatu kondisi yang
dinamakan afakia. Afakia dapat dikoreksi dengan:
 Pemasangan lensa intraocular saat pembedahan
 Lensa kontak
 Kacamat afakia
Lensa intraocular memberikan hasil optic terbaik. Lensa ini menyerupai posisi lensa
alami. Namun, karena lensa ini tidak dapat berubah bentuk, mata tidak dapat berakomodasi.
Mata dengan lensa intraocular disebut sebagai pseudofakia.
PERCOBAAN 2 : MODEL MATA

Alat dan Bahan


1. Senter
2. Tulisan “eYe” model
3. Perangkat mata buatan
4. Lensa sferis positif dan negative
5. Spuit 20 cc + lensa mata buatan (diisi air)

Cara Kerja
A. Mata Normal
1. Pasang lensa Mata pada Perangkat mata buatan
2. Susun alat menyurupai bola mata.
3. Jarak senter ke moel mata sejauh 1 meter.
4. Jarak tulisan “eYe” model sejauh 25cm
5. Nyalakan senter
6. Atur bayang hingga jelas terlihat “Y terbalik” pada retina model mata buatan.
B. Mata Miopia
1. Geser Retina lebih ke belakang sehingga bola mata terlihat menjadi lebih panjang.
2. Amati bayangan yang terjadi pada retina
3. Untuk mengkoreksi bayangan tersebut gunakan lensa sferis negatif dan lihat bayangan
yang terjadi.

C. Mata Hipermetropia
1. Geser Retina lebih ke depan sehingga bola mata terlihat menjadi lebih pendek
2. Amati bayangan yang terjadi pada retina
3. Untuk mengkoreksi bayangan tersebut gunakan lensa sferis positif dan lihat bayangan yang
terjadi.
D. Mata Afakia
1. Lepas lensa mata buatan dari Model Mata buatan.
2. Lihat bayangan yang terjadi.
3. Letakan lagi lensa mata buatan pada tempatnya dan lihat bayangan yang terjadi.
Hasil Percobaan
a. Mata Normal:
Ketika senter dinyalakan, bayangan tulisan “eYe” model terlihat jelas dan terbalik pada
retina.

b. Mata Miopi:
- Ketika senter dinyalakan dan perangkat mata buatan diatur agar bola mata
memanjang, maka bayangan tulisan “eYe” model terlihat menjadi buram atau tidak
jelas.
- Ketika tulisan “eYe” model didekatkan ke mata, bayangan terlihat jelas di retina
dan terbalik.
- Bila mata miopia diberikan lensa cekung atau negatif, maka tulisan “eYe” model
akan terlihat ,fokus, tegas dan jelas kembali dibanding dengan tidak menggunakan
lensa negatif.
c. Mata Hipermetropi:
- Ketika senter dinyalakan dan perangkat mata buatan diatur agar bola mata
memendek, maka bayangan tulisan “eYe” model terlihat menjadi buram atau tidak
jelas.
- Bila mata hipermetropi diberikan lensa cembung atau positif, maka bayangan
tulisan “eYe” model terlihat jelas kembali, tegas dan fokus dibanding tidak
menggunakan lensa positif.
d. Mata Afakia:
- Ketika lensa mata dilepas maka bayangan tulisan “eYe” model tidak tampak ,
namun jika lensa mata dipasang kembali maka bayangan tulisan “eYe” model
terlihat tegas, jelas kembali dan fokus.

Pembahasan
Kejelasan penglihatan seseorang ditentukan oleh ketepatan penempatan
bayangan pada retina. Bayangan seharusnya diproyeksikan pada suatu titik yang
disebut fovea centralis, dimana pada titik ini terkumpul sejumlah besar iodopsin untuk
menangkap cahaya. Mata yang normal mampu membuat cahaya terproyeksikan
sedemikian rupa pada fovea centralis, baik dalam melihat jauh ataupun dekat. Mata
seperti demikian disebut emetropi.
Terdapat kelainan yang disebabkan oleh kegagalan mata memproyeksikan
bayangan tepat di fovea centralis, diantaranya yaitu miopia, hipermetropia,
astigmatisma, dan afakia. Miopia disebabkan oleh bola mata terlalu pendek atau lensa
yang terlalu lemah sehingga bayangan akan jatuh pada fokus di belakang retina. Miopia
dapat dikoreksi dengan lensa sferis negatif. Sedangkan, hipermetropia disebabkan oleh
bola mata yang terlalu panjang atau lensa yang terlalu kuat sehingga bayangan jatuh
pada fokusnya di depan retina. Hipermetropi dapat diperbaiki dengan lensa sferis
positif. Astigmatisma disebabkan oleh permukaan kornea atau lensa yang tidak rata
sehingga menyebabkan hasil refraksi diproyeksikan ke beberapa titik di retina.
Astigmatisma dapat dikoreksi menggunakan lensa silindris. Mata afakia adalah mata
tanpa lensa. Maka seperti yang dapat dibayangkan, fokus akan jatuh jauh di belakang
retina dan menyebabkan seseorang tidk dapat melihat benda.Mata afakia dapat
diperbaiki jika orang yang mengalami afakia ditanamkan lensa.

PERCOBAAN 3 : PERIMETRI

Alat dan Bahan


1. Perimeter
2. Sapu tangan (bila diperlukan untuk menutup mata OP)
3. Formulir
4. Lidi yang ujungnya bulatan warna warni (putih, kuning, biru, merah, hijau) dengan
diameter sedang (5mm)

Cara Kerja
1. Suruh OP duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter.
2. Tutup mata kiri OP dengan sapu tangan.
3. Letakkan dagu OP di tempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya, sehingga
tepi bawah mata kanannya terletak setinggi bagian atas batang vertikal sandaran
dagu.
4. Siapkan formulir.
5. Suruh OP memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi di tengah perimeter. Selama
pemeriksaan, penglihatan OP harus tetap dipusatkan pada titik fiksasi tersebut.
6. Gunakan benda yang dapat digeser (lidi yang ada bulatan warna-warni) pada busur
perimeter untuk pemeriksaan luas lapang pandang. Pilih bulatan berwarna putih
dengan diameter sedang pada benda tersebut.
7. Gerakkan perlahan-lahan bulatan putih itu menyusuri busur dari tepi kiri orang
percobaan ke tengah. Tepat pada saat OP melihat bulatan putih tersebut
penggerseran dihentikan.
8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.
9. Ulangi tindakan no.7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi
busur.
10. Ulangi tindakan no. 7,8,9 pada sisi busur tiap kali diputar 300 sesuai arah jarum jam
dari pemeriksa, sampai posisi busur vertikal.
11. Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula. Pada posisi ini tidak perlu
dilakukan pencatatan lagi.
12. Ulangi tindakan no. 7,8,9 setelah memutar busur tiap kali 300 berlawanan arah
jarum jam dari pemeriksa, sampai tercapai posisi busur 600dari bidang horizontal.
13. Periksa juga lapang pandang OP untuk berbagai warna lain: merah, hijau, kuning,
dan biru, dengan cara yang sama seperti di atas.
14. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri hanya dengan bulatan
berwarna putih.

Hasil Percobaan

Mata kiri Mata kanan

Putih Putih Merah Biru Hijau Kuning

𝐓 𝟏𝟖𝟎° 80° N 180o 59° 50° 57° 60° 66°

𝐍 𝟎° 63° T 0o 80° 77° 81° 85° 80°


𝐓 𝟐𝟏𝟎° 85° N 210o 60° 60° 65° 64° 58°

𝐍 𝟑𝟎° 57° T 300 84° 84° 85° 83° 80°

𝐓 𝟐𝟒𝟎° 86° N 240o 67° 56° 55° 50° 58°

𝐍 𝟔𝟎° 54° T 60o 83° 78° 78° 83° 80°

𝐃 𝟐𝟕𝟎° 75° D 270o 70° 73° 70° 70° 70°

𝐔 𝟗𝟎° 52° U 90o 53° 55° 44° 55° 50°

𝐍 𝟑𝟎𝟎° 64° T 300o 60° 65° 58° 65° 63°

𝐓 𝟏𝟐𝟎° 56° N 120o 54° 63° 67° 60° 65°

𝐍 𝟑𝟑𝟎° 80° T 330o 60° 56° 60° 60° 56°

𝐓 𝟏𝟓𝟎° 55° N 150o 70° 70° 75° 68° 75°

Pembahasan
Mata adalah organ khusus tempat reseptor-reseptor peka cahaya yang penting
untuk persepsi penglihatan yaitu, sel kerucut dan sel batang ditemukan di lapisan retina.
Iris mengontrol ukuran pupil dan mengatur jumlah cahaya yang diperbolehkan masuk
ke mata. Kornea dan lensa adalah struktur refraktif utama yang membelokkan berkas
cahaya masuk agar bayangan terfokus di retina. Kornea merupakan penentu utama
kemampuan refraktif mata. Kekuatan lensa dapat diubah-ubah melalui kerja otot siliaris
agar mata dapat berakomodasi untuk penglihatan jauh atau dekat.
Sel batang dan kerucut diaktifkan apabila fotopigmen yang mereka miliki
menyerap berbagai panjang gelombang cahaya. Penyerapan cahaya menyebabkan
perubahan biokimiawi pada fotopigmen yang akhirnya dikonversikan menjadi
perubahan kecepatan perambatan potensial aksi di jalur penglihatan yang
meninggalkan retina. Pesan visual di salurkan ke korteks penglihatan di otak untuk
pengolahan perceptual.
Sel kerucut memperlihatkan ketajaman yang tinggi, tetapi hanya dapat
digunakan untuk penglihatan di siang hari, karena memiliki kepekaan yang rendah
terhadap cahaya. Penglihatan warna ditimbulkan oleh bermacam-macam rasio
stimulasi terhadap ketiga jenis sel kerucut oleh berbagai panjang gelombang cahaya.
Sel batang menghasilkan penglihatan yang samar berupa rona abu-abu, tetapi karena
sangat peka terhadap cahaya, sel-sel batang dapat digunakan untuk melihat apada
malam hari.
Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu.
Terdapat tiga jenis. Lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang
paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata
secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah
satu mata saja. Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam
mata sampai ke fotoreseptor di retina.Setelah itu, transmisi impuls pada nervus optikus
kepada kiasma optik. Traktusoptikus, yaitu serabut saraf optik dari kiasma optik,
membawa impuls ke lobus serebral dimanapenglihatan diinterpretasikan.
Untuk suatu objek terfokus ke atas retina, semakin jauh objek itu, semakin
menipis lensa matauntuk memfokusnya. Pengubahan bentuk lensa dikawal oleh otot
siliari yang terdapat pada badansiliari, disebut akomodasi. Apabila terjadi kontraksi,
fiber dalam ligamen suspensori meregang dan menyebabkan lensa menebal dan
menjadi lebih konveks.
PERCOBAAN 4 : PEMERIKSAAN BUTA WARNA
Alat dan Bahan
1. Suruh orang percobaan mengenali angka atau gambar yang terdapat di dalam buku
pseudoisokromatik Ishihara.
2. Catat hasil pemeriksaan saudara dalam formulir yang tersedia.

Cara Kerja
Buku pseudoisokromatik Ishihara

Hasil Percobaan
Angka pada Buku
Hasil
Pseudoisokromatik Ishihara

12 12

8 8
5 5

5 5

29 29

74 74

7 7

45 45

2 2

Unread Unread

16 16

35 35

96 96 Note :
Kesalahan
Contrance 2 Linea Contrance 2 Linea
baca : 0%

Anda mungkin juga menyukai