SPIRITUALITAS DI DALAM
NILAI-NILAI PANCASILA
OLEH
MAURA ADISTI
2015420086
Ucapan rasa syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan kekuatan, kemampuan, dan pengetahuan kepada saya untuk
membuat dan menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun setelah menjalani pengalaman gladi spiritual 4 pada
tanggal 31 Maret sampai 2 April 2017. Setelah melakukan berbagai perenungan,
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen kelas yang telah
banyak membantu dalam proses pembelajaran terkait dengan kegiatan Gladi
Spiritual 4 dan penyusunan makalah ini. Tak lupa juga saya ucapkan terima
kasih kepada Yovita, Bapak Bartolomeus Samho, Bapak Samson Ganda J.
Silitonga, Bapak Sosro, dan Ibu Tri Rahayu sebagai perwakilan dari pihak
Lembaga Pengembangan Humaniora Universitas Katolik Parahyangan yang
telah menyelenggarakan kegiatan Gladi dan mendampingi kami selama
prosesnya. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah
menemani saya dalam rangkaian kegiatan Gladi Spiritual 4.
Pepatah "tak ada gading yang tak retak" sangat menggambarkan betapa
tidak sempurnanya makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih
mempunyai kekurangan dan memohon maaf atas kata-kata yang mungkin tidak
berkenan di hati para pembaca. Namun, saya berharap bahwa makalah ini dapat
dinilai baik dan berguna bagi para pembaca.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Pada gladi ini, saya dipaparkan dengan berbagai materi mengenai spirit
dan pengalaman religius. Penyikapan diri dalam keseharian terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara di dalam keTuhanan serta religiusitas dalam agama
kami masing-masing juga saya dalami pada gladi kali ini.
Selain untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Pendidkan Pancasila,
saya mengikuti gladi ini untuk mendalami lagi pentingnya peran Pancasila
dalam kehidupan kita dengan merefleksikan diri atas pengalaman religius.
3
BAB II
ISI
Jumat, 31 Maret
Hari pertama Gladi Spiritual 4 ini saya mulai dengan ijin keluar
meninggalkan perkuliahan Studio Perancangan lebih awal. Saya bersama 12
teman satu jurusan saya yang lain pun kemudian ikut berkumpul di gedung 10
lantai 1 bersama peserta lainnya.
Setelah melakukan pengecekkan absensi, kami pun dibagi berkelompok
untuk naik angkot ke tempat dimana akan dilaksanakannya gladi spiritual 4 ini,
yaitu di El Shaddai, Kabupaten Bandung Barat.
Sesampainya disana, kami langsung di arahkan menuju aula untuk
mendengarkan pengarahan mengenai aktivitas dan segala hal yang terkait
pelaksanaan gladi 3 hari kedepannya dan sepatah dua patah kata pendahuluan
dari Bapak Sosro. Kemudian kami dibagi menjadi beberapa kelompok kamar
sesuai kelamin.
Sebelum kami semua diperbolehkan untuk ke kamar dan beristirahat,
kami disuguhkan dengan berbagai permainan “ice breaking” oleh Yovita sebagai
asisten gladi. Pembagian para peserta gladi menjadi 7 kelompok pun dilakukan
dan saya satu kelompok dengan Reuben, Fiona, Marcellino, Alvaro, Andy dan
Andrew yang adalah dari jurusan Teknik Arsitektur, Teknik Sipil dan Teknik
Industri.
Setelah itu kami dipersilahkan untuk beristirahat sejenak di kamar
masing-masing kemudian berkumpul kembali untuk makan malam. Setelah
makan malam kami pun menjalani kegiatan “ice breaking” lagi. Kemudian kami
menonton film dokumenter menenai kisah hidup seorang Pastor, Charlie Patrick
Burrows, yang mencetuskan Yayasan Sosial Bina Sejahtera. Sesi 1 pun selesai
yang ditutup oleh Bapak Sosro di dalam doa dan perenungan diri. Kemudian
kami semua kembali ke kamar untuk beristirahat.
4
Sabtu, 1 April 2017
Bangun pukul 06.30, hari kedua pun dimulai dengan berkumpul di aula
untuk menjalani doa pagi untuk sarapan. Setelah sarapan, kami kembali ke aula
untuk mengikuti sesi, namun sebelum memulai sesi kami melakukan berbagai
rangkaian “ice breaking” lagi. Pada sesi kali ini kami membahas mengani film
dokumenter yang disajikan pada sesi malam sebelumnya. Kami mendalami
mengenai energi kasih yang ada pada Pastor Charlie Patrick Burrows kepada
sesama tanpa memandang perbedaan yang ada. Refleksi pun dilakukan secara
berkelompok yang kemudian disajikan ke dalam satu kertas yang dibahas
bersama seluruh peserta gladi ini.
Setelah sesi ditutup, kami pun dipersilahkan untuk menyantap snack.
Sesi kedua pun dimulai, dibawakan oleh Bapak Samho, membahas mengenai
Sindu. Diselingi oleh break, rangkaian acara hari ini kemudian dilanjutkan
dengan materi mengenai Spirit dan Fisik. Refleksi diri pun dilakukan secara
individual yang diiringi dengan sharing dan diskusi kelompok. Sesi selesai dan
dilanjutkan dengan makan siang.
Rangkaian acara berikutnya diisi oleh Ibu Tri. Kami diarahkan untuk
menggambarkan spirit melalui sebuah pentas seni bersama dengan kelompok
masing-masing. Kelompok saya mendapatkan tema mengenai kejujuran dan
menampilkannya dalam bentuk drama musikal. Kemudian setiap penampilan
dievaluasi oleh Ibu Tri kepada seluruh peserta gladi. Kemudian hari dilanjutkan
dengan renungan sore bersama Bapak Samho melalui meditasi dan refleksi diri.
Waktu untuk makan malam pun tiba. Setelah selesai makan malam kami
dipaparkan dengan film OMG- Oh My God! yang bercerita mengenai seorang yang
tidak percaya Tuhan. Namun kemudian dia mempelajari bahwa Tuhan itu benar-
benar ada melalui berbagai pengalaman yang dilaluinya dalam perjalanan
mencari keadilan. Setelah film selesai, hari ditutup dengan doa malam yang
dipimpin oleh Bapak Sosro.
5
Minggu, 2 April 2017
Hari terakhir gladi spirtual 4 ini dimulai dengan sarapan. Setelah makan
kami diarahkan ke area parkiran untuk berfoto bersama. Sesi terakhir gladi ini
pun dimulai dengan refleksi mengenai film yang ditonton malam sebelumnya.
Sesi ini dibawakan oleh Bapak Samho. Di sesi ini juga para pemateri kembali
membahas tentang spirit secara bergantian. Kami, para peserta gladi, juga
diberikan kesempatan untuk mengaspirasikan mengenai pengertian kami
terhadap spirit yang dibahas dalam gladi ini secara bergantian.
Setelah sesi selesai, kami dipersilahkan untuk berkemas pulang. Sebelum
pulang, kami menyantap makan siang bersama. Kami pun kembali ke
Universitas Katolik Parahyangan dengan menggunakan angkot.
6
BAB III
REFLEKSI DIRI
7
dalam kebenaran yang dapat diwujudkan dengan perbuatan-perbuatan baik,
dan yang terakhir adalah Bhinneka Tunggal Ika. Semua nilai tersebut
berhubungan jelas dengan Pancasila mulai dari sila pertama mengenai
keTuhanan Yang Maha Esa tanpa memandang agama, hingga sila ke 5 yang
menjunjung tinggi keadilan sebagai manusia yang sejati dan
berperikemanusiaan.
Spirit, selain diartikan sebagai semangat, juga bisa diartikan sebagai roh.
Seperti kisah para rasul yang mendapatkan berkat roh pada Hari Pentakosta dan
membagikan semangat itu kepada orang-orang lainnya. Spirit ini menyadarkan
setiap manusia akan dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya.
Mengenai spirit dan fisik, spirit itu tidak terbatas namun fisik sangatlah
terbatas. Keagamaan pun terbatas, namun manusia tidak dapat seluruhnya lepas
dari agama karena agama adalah sesuatu yang mendasari kehidupan manusia di
bumi ini. Agama memang menjadi batasan seseorang dalam memahami
spiritnya secara menyeluruh bahwa spirit itu tanpa batas, namun manusia tidak
bisa lepas dari agamanya dengan mudah.
Bhinneka Tunggal Ika adalah juga sebuah dasar yang dijunjung tinggi
oleh bangsa kita ini karena tidak ada manusia yang sama, maka setiap manusia
harus bisa hidup bersama dalam satu kesatuan tanpa memandang perbedaan.
Sesi pentas seni pada hari kedua menjadi salah satu sesi terseru yang
saya alami terutama karena kami harus bekerja sama mengejar waktu,
menampilkan arti kejujuran dalam bentuk drama musikal yang saya akui tidak
mudah untuk dilakukan dengan sempurna dalam waktu yang sempit. Namun,
kami berhasil menampilkannya, walaupun dengan banyak kekurangan, dapat
dimengerti oleh segenap peserta dan pembimbing gladi spiritual 4 ini. Melalui
kegiatan ini, saya merasa lebih dapat menghayati arti nilai kejujuran yang saya
paparkan melalui drama musikal kelompok saya. Terutama karena sebelum
dapat memunculkan ide pentas, kami pribadi harus mengerti betul mengenai
nilai yang akan ditampilkan sehingga benar adanya.
8
Kemudian, film “OMG – Oh My God!” adalah sebuah film yang saya akui
sangat bagus penanaman nilainya. Dari film ini saya belajar bahwa saya, sebagai
seorang individu yang beragama, harus bersikap kritis terhadap fenomena-
fenomena yang terjadi, terutama mengenai perihal keagamaan. Seringkali kita
tidak menyadari, cenderung mengabaikan, peristiwa-peristiwa penyalahgunaan
eksistensi agama di dalam kehidupan kita. Sang aktor utama, Kanji, memaparkan
berbagai bentuk penyalahgunaan agama tersebut atas dasar
ketidakpercayaannya kepada Tuhan. Nilai-nilai pantang menyerah dan kritis
adalah yang paling ditekankan dan ditunjukkan oleh sang pemeran utama di
dalam film tersebut. Selain itu, film ini juga membuat saya sadar bahwa saya
harus menciptakan hubungan yang baik dengan Tuhan dalam kondisi apapun.
Sesi terakhir kita membahas mengenai Tuhan dan agama dalam
spiritualitas diri masing-masing. Sesi ini mendorong kami untuk menyadarkan
diri sendiri tentang siapakah Tuhan di mata diri kami masing-masing. Saya pun
merefleksikan mengenai pengalaman-pengalaman religius yang saya alami
dengan keberadaan Tuhan di dalamnya dan menyerap energi kasih yang
diberikan oleh Tuhan kepada saya.
9
BAB IV
PENUTUP
10
LAMPIRAN
11