Laporan Kasus
Laporan Kasus
TUMOR MAMMAE
Pembimbing :
dr. Lukman Nurfauzi, Sp.B
Penyusun:
Amyra Fitria Jasmin
2012737001
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. RF
Usia : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Alamat : Cimanggu
Agama : Islam
Tgl. MRS : 11 April 2016
Tgl. Pemeriksaan : 11 April 2016
AUTOANAMNESIS
Keluhan Utama:
Os mengaku tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat operasi
sebelumnya tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat Pengobatan:
Riwayat Alergi:
Riwayat Psikososial:
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Keadaan umum : Baik
2. Tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 72x/menit
Napas : 19x/menit
Suhu : 36,0°C
3. Status Generalisata
Kepala
rambut warna hitam, rontok (-)
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : tidak tampak adanya deformitas, tidak tampak adanya sekret, tidak
tampak adanya perdaharan/epistaksis/rhinorhagic
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thorax
Inspeksi : normochest, pergerakan dada simetris, tidak ada luka bekas operasi
Palpasi : tidak ada pergerakan dada yang tertinggal, nyeri tekan (-), vokal
fremitus teraba sama pada kedua lapang paru
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-), BJ I dan II
murni regular, murmur (-), gallops (-)
Abdomen
Inspeksi : distensi abdomen (-), luka bekas operasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Ekstremitas
atas: akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-)
bawah: akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-)
4. Status Lokalis
e/r mammae dextra
Inspeksi
Tidak tampak kemerahan pada bagian benjolan dipayudara, payudara tampak
simetris kanan kiri, retraksi papil (-), dimpling (-), peau d’orange (-), nipple
discharge (-), ulkus (-)
Palpasi
Benjolan berukuran d= 1,5 cm e/r superior lateralis, bentuk bulat-oval, konsistensi
lunak/kenyal, mobile, nyeri tekan (-)
A. Embriologi Payudara
Payudara terbentuk dari penebalan ektoderma (mammary ridges, milk line)
pada minggu ke-5 atau ke-6 pembentukan fetus. Payudara dibentuk disekitar ridge, yang
terbentang dari dasar forelimb (nantinya aksila) hingga hindlimb (nantinya inguinal).
Tetapi nantinya ridge ini akan menghilang/atrofi pada akhir trimester, kecuali bagian-
bagian kecil yang dapat bertahan disekitar dada seperti puting susu yang muncul
disepanjang milk line. Ektoderma yang tumbuh kedalam membentuk duktus dan lobulus
susu, sehingga payudara dapat berkembang menjadi suatu organ.
Payudara kembali berkembang pada masa pubertas, karena adanya pengaruh
hormone mammotrophic. Terdapat 5 fase dari perkembangan payudara pada masa
pubertas, yaitu fase pertama saat usia 8-10 tahun dimana puting semakin menonjol tetapi
belum ada perkembangan pada kelenjar payudara; fase kedua pada usia 10-12 tahun
dimana mulai terbentuknya kelenjar payudara atau pembentukan kelenjar subareola; fase
ketiga terjadi pada usia 12-13 tahun, dimana kelenjar terbentuk dan volumenya
meningkat serta terjadi pigmentasi areola; kemudian proses ini berlanjut di fase keempat
pada usia 13-14 tahun dimana areola semakin jelas membesar dan pigmentasi juga
semakin jelas. Terakhir, pada fase kelima pada usia 14-17 tahun, pembentukan dan
perkembangan payudara menjadi sempurna.
B. Anatomi Payudara
Pada laki-laki, payudara tetap rudimenter dengan komponen kelenjar payudara
berkembang tidak sempurna, dimana acini berkembang tidak sempurna dengan duktus
yang pendek, serta terjadi defisiensi perkembangan papilla mammae, parenkim dan
aerola. Pada laki-laki, aerola berada pada intercostal 4.
Pada perempuan, payudara berkembang menjadi susunan yang kompleks.
Payudara perempuan dewasa masing-masing terletak di torak anterior dengan dasarnya
terletak dari kira-kira iga II atau III sampai iga VI atau VII. Kompleks puting-areola
terletak antara costa IV dan V. Medial payudara mencapai pinggir sternum dan di lateral
setentang garis mid aksilaris dan meluas ke atas ke aksila melalui suatu ekor aksila
berbentuk piramid. Payudara melekat diantara subcutaneous fat dan fascia otot pektoralis
mayor, otot seratus anterior, oblix entern dan rectus abdominis.
Payudara terdiri dari kelenjar susu, jaringan ikat dan jaringan lemak. Masing-
masing kelenjar susu terdiri dari 15-20 lobus, dan mempunyai mempunyai ductus
lactiferous yang menutup secara radial sehingga dapat membuka puting. Jaringan lemak
membungkus lobus, membentuk dan mengisi payudara serta memberikan ukuran yang
berbeda-beda pada tiap orang.
Aerola adalah hiperpigmentasi yang melingkari puting susu, disekeliling aerola
terdapat Montgommery tubercles yang berukuran kecil dan dapat melumasi seluruh
daerah puting-aerola selama laktasi. Epitel aerola adalah sel khusus myoepitelial yang
dapat berkontraksi dibawah pengaturan oksitosin, epitel ini meluas ke seluruh sistem
duktus.
C. Fisiologi Payudara
Perkembangan payudara dan fungsi payudara dipengaruhi oleh hormon
estrogen, progesteron, prolaktin, oksitosin, hormon tiroid, kortisol dan growth hormone.
Hormon estrogen, progesteron dan prolaktin memiliki efek trophic yang penting bagi
perkembangan payudara dan fungsi payudara normal. Estrogen mempengaruhi
perkembangan payudara, sedangkan progresteron bertanggungjawab terhadap
diferensiasi epitel dan perkembangan lobus. Prolaktin merupakan hormon utama yang
menstimulus proses laktogenesis pada periode kehamilan akhir dan postpartum.
Hormon neurotropik dari hipotalamus bertanggungjawab terhadap regulasi dan
sekresi hormon yang mempengaruhi jaringan di payudara. Hormon gonadotropine
leutinizing dan folicel stimulating mengatur pelepasan estrogen dan progesteron dari
ovarium. Hipotalamus melepaskan gonadotrophin–releasing hormone yang merangsang
kelenjar hipofise anterior melepaskan LH dan FSH dari sel basofilik. Disini terdapat
umpan balik dari sirkulasi estrogen dan progresteron, terhadap pengaturan sekresi LH,
FSH dan GnRH. Hormon-hormon tersebut berguna sebagai perkembangan, fungsi dan
pemeliharaan jaringan payudara. Setelah lahir, kadar estrogen dan progresteron pada
bayi perempuan menurun hal ini masih berlangsung hingga masa kanak-kanak karena
sensitivitas umpan balik negatif dari axis hipotalamus-hipofisis dari hormon ini.
Kemudian pada masa pubertas terjadi penurunan sensitivitas umpan balik negatif axis
hipotalamus-hipofisis dan meningkatnya sensitivitas umpan balik positif dari estrogen.
Kejadian fisiologik meningkatkan sekresi GnRH, FSH dan LH sehingga terjadi
peningkatan sekresi estrogen dan progresteron oleh ovarium, yang nantinya terbentuk
siklus menstruasi. Pada awal siklus menstruasi, terjadi penambahan ukuran dan
kepadatan payudara, yang diikuti dengan pembesaran jaringan payudara dan proliferasi
epitel. Timbulnya menstruasi, pembengkakan payudara mereda dan proliferasi epitel
berkurang.
4. Tumor Ganas
Insiden dan epidemiologi
Karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah
karsinoma serviks uterus. Di Amerika Serikat, karsinoma payudara merupakan 28%
kanker pada warna kulit putih, dan 25% pada warna kulit hitam.
Kurva insidens usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang
sekali ditemukan pada wanita usia di bawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada
wanita usia 45-66 tahun. Insidens karsinoma mamma pada lelaki hanya 1% dari
kejadian pada perempuan.
Tingkat penyebaran
Kanker payudara sebagian besar mulai berkembang di duktus, setelah itu baru
menembus ke parenkim. Lima belas sampai empat puluh persen karsinoma payudara
bersifat multisentris.
Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi metastasis.
Bila tidak diobati, ketahanan hidup lima tahun adalah 16-22%, sedangkan ketahanan
hidup sepuluh tahun adalah 1-5%. Ketahanan hidup bergantung pada tingkat
penyakit, saat mulai pengobatan, gambaran histologik, dan uji reseptor strogen yang
bila positif lebih baik.
Presentase ketahanan hidup lima tahun ditentukan pada penderita yang diobati
lengkap. Pada tingkat I ternyata 15% meninggal dunia karena penentuan TNM
dilakukan secara klinik, yang berarti metastasis kecil dan metastasis mikro tidak dapat
ditemukan. Pada 85% orang yang hidup setelah lima tahun, tentu termasuk penderita
yang tidak sembuh dan menerima penanganan karena kambuhnya penyakit atau
karena metastasis. Demikian juga pada mereka dengan tingkat penyebaran II-IV.
Staging
Salah satu cara yang dokter gunakan untuk menggambarkan stadium dari
kanker adalah system TNM. System ini menggunakan tiga criteria untuk menentukan
stadium kanker. Yaitu :
1. Tumor itu sendiri. Seberapa besar ukuran tumornya dan dimana lokasinya ( T,
Tumor )
2. Kelenjar getah bening di sekitar tumor. Apakah tumor telah menyebar kekelenjar
getah bening disekitarnya? ( N, Node )
3. Kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain ( M, Metastasis )
STADIUM IIB :
Pasien pada kondisi ini :
1. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak melebihi 5 cm.
2. Telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.
3. Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.
STADIUM III A :
Pasien pada kondisi ini :
Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening ketiak.
Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening ketiak.
STADIUM III B :
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan
bisa juga luka bernanah di payudara. Atau didiagnosis sebagai Inflammatory Breast
Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah
bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.
STADIUM IIIC :
Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh
getah bening dalam group N3 ( Kanker telah menyebar lebih dari 10 titik disaluran
getah bening dibawah tulang selangka ).
STADIUM IV :
Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh,
yaitu tulang, paru-paru,liver atau tulang rusuk.
GRADE
Untuk mengetahui Grade Kanker, sample-sample hasil biopsy dipelajari dibawah
microscope. Suatu grade kanker payudara ditentukan berdasarkan pada bagaimana
bentuk sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel normal. Ini akan
memberi petunjuk pada team dokter seberapa cepatnya sel kanker itu berkembang.
Berikut adalah Grade dalam kanker payudara :
GRADE 1 : Ini adalah grade yang paling rendah, sel kanker lambat dalam
berkembang, biasanya tidak menyebar.
GRADE 2 : Ini adalah grade tingkat sedang
GRADE 3 : Ini adalah grade yang tertinggi, cenderung berkembang cepat, biasanya
menyebar.
Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :
• T (Tumor size), ukuran tumor :
T 0 : tidak ditemukan tumor primer
T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm
T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding
dada atau pada keduanya , dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit
payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
Pemeriksaan Penunjang
IMAGING TEST :
Diagnostic mammography.
Sama dengan screening mammography hanya pada test ini lebih banyak gambar yang
bisa diambil. Biasanya digunakan pada wanita dengan tanda-tanda, diantaranya
putting mengeluarkan cairan atau ada benjolan baru. Diagnostic mammography bisa
juga digunakan apabila sesuatu yang mencurigakan ditemukan pada saat screening
mammogram.
Ultrasound ( USG )
Suatu pemeriksaan ultrasound adalah menggunakan gelombang bunyi dengan
frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan pada payudara. Gelombang
bunyi yang tinggi ini bisa membedakan suatu massa yang solid, yang kemungkinan
kanker, dan kista yang berisi cairan, yang kemungkinannya bukan kanker.
MRI
MRI menggunakan magnetic, bukan X-ray, untuk memproduksi images ( gambaran )
detail dari tubuh. MRI bisa digunakan, apabila sekali seorang wanita, telah didiagnose
mempunyai kanker, maka untuk mencheck payudara lainnya bisa digunakan MRI.
Tapi ini tidak mutlak. Bisa juga untuk screening saja.Menurut American Cancer
Society ( ACS ), wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker payudara,
seperti contohnya pada wanita dengan mutasi gen BRCA atau banyak anggota
keluarganya yang terkena kanker payudara, sebaiknya juga mendapatkan MRI,
bersamaan dengan mammography. MRI biasanya lebih baik dalam melihat suatu
kumpulan massa yang kecil pada payudara yang mungkin tidak terlihat pada saat
USG atau mammogram. Khususnya pada wanita yang mempunyai jaringan payudara
yang padat. Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan padat yang terlihat pada saat
MRI bukan kanker, atau bahkan MRI tidak bisa menunjukkan suatu jaringan yang
padat itu sebagai in situ breast cancer maka untuk memastikan lagi harus dilakukan
biopsy.
TEST DENGAN BEDAH
Biopsi
Suatu test bisa saja menunjukkan kemungkinan adanya kanker, tapi hanya biopsy
yang bisa memberikan diagnosis secara pasti. Sample yang diambil dari biopsy,
danalisa oleh ahli patologi ( dokter spesialis yang ahli dalam menterjemahkan test-test
laboratorium dan mengevaluasi sel, jaringan, organ untuk menentukan penyakit )
Image guided biopsy digunakan ketika suatu benjolan yang mencurigakan tidak
teraba. Itu dapat dilakukan dengan Fine Needle Aspiration Biopsy ( FNAB,
menggunakan jarum kecil untuk untuk mengambil sample jaringan ). Stereotactic
Core Biopsy ( menggunakan X-ray untuk menentukan jaringan yang akan diambil
) atau Vacuum-Assisted Biopsy ( menggunakan jarum yang tebal untuk
mengambil beberapa macam jaringan inti yang luas ). Dalam melakukan prosedur
ini, jarum biopsy untuk menuju area yang dimaksud, dibantu oleh mammography,
USG atau MRI. Metal clip kecil bisa diletakkan pada bagian dari payudara yang
akan dilakukan biopsy. Dalam kasus ini apabila jaringan itu membuktikan adanya
kanker, maka segera diadakan operasi tambahan. Keuntungan teknik ini adalah
bahwa pasien hanya butuh sekali operasi untuk menetukan pengobatan dan
menetukan stadium.
Core Biopsy dapat menetukan jaringan. FNAB dapat menetukan sel dari suatu
massa yang teraba, dan ini semua kemudian dapat dianalisa untuk menentukan
adanya sel kanker.
Fine needle biopsy Surgical Biopsy ( biopsy dengan cara operasi ) mengambil
sejumlah besar jaringan.Biopsy ini bisa incisional ( mengambil sebagian dari
benjolan ) atau excisional ( mengambil seluruh benjolan ).
lumpectomy biopsy
Apabila didiagnose kanker, operasi lanjutan mungkin diperlukan untuk
mendapatkan clear margin area ( area jaringan disekitar tumor dimana dipastikan
sudah bersih dari sel kanker ) kemungkinan, sekalian mengambil jaringan
kelenjar getah bening.
Jaringan yang didapat dari biopsy juga akan di ditest oleh dokter untuk
menentukan pengobatan.Test itu untuk melihat:
Ciri-ciri tumor. Apakah tumor itu Invasive ( biasanya menyebar ) atau In situ (
biasanya tidak menyebar ). Ductal ( dalam saluran susu ) atau lobular ( dalam
kelenjar susu ). Grade ( seberapa besar perbedaan sel kanker itu dari sel sehat )
dan apakah sel kanker telah menjalar ke pembuluh darah atau pembuluh getah
bening. Margin dari tumor juga di amati.
Receptor Estrogen ( ER ) dan Receptor Progesteron ( PR ) test. Sel kanker
payudara apabila diketahui positif mengandung receptor ini ER (+) dan PR (+)
berarti sel kanker ini berkembangnya karena hormon-hormon tersebut. Biasanya
diadakan terapy hormone ( akan dibahas tersendiri ).
Test HER2 neu.( C-erb2 ). Adanya protein HER2 yang berlebihan. Rata-rata 25%
penderita kanker. Dengan mengetahui status HER2 ( positive atau negative )
maka dapat ditentukan apakah pasien akan diterapi dengan menggunakan obat
yang disebut trastuzumab ( HERCEPTIN ) atau tidak. ( mengenai HERCEPTIN
akan dibahas tersendiri )
Genetic Description of the Tumor.Test dengan melihat unsur biology dari tumor,
untuk memahami lebih dalam mengenai kanker payudara. Oncotype DX adalah
test untuk mengukur resiko seberapa jauh kekambuhannya.
TEST DARAH
Test darah juga diperlukan untuk lebih mendalami kondisi kanker. Test-test itu antara
lain :
Level Hemoglobin ( HB ) : untuk mengetahui jumlah oksigen yang ada di dalam
sel darah merah
Level Hematocrit : untuk mengetahui prosentase dari darah merah didalam
seluruh badan
Jumlah dari sel darah putih : untuk membantu melawan infeksi
Jumlah trombosit ( untuk membantu pembekuan darah )
Differential ( prosentase dari beberapa sel darah putih )
TEST-TEST LAIN
Test –test lain yang biasa dilakukan untuk kanker payudara adalah :
Photo Thorax Untuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran keparu-paru
Bonescan Untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke tulang. Pada
bonescan, pasien disuntikkan radioactive tracer pada pembuluh vena. Yang
natinya akan berkumpul pada tulang yang menunjukkan kelainan karena kanker.
Jarak antara suntikan dan pelaksanaan bonescan kira-kira 3-4 jam. Selama itu
pasien dianjurkan minum sebanyak-banyaknya. Hasil yang terlihat adalah gambar
penampang tulang lengkap dari depan dan belakang. Tulang yang menunjukkan
kelainan akan terlihat warnanya lebih gelap dari tulang normal.
Computed Tomography ( CT atau CAT ) Scan.Untuk melihat secara detail
letak tumor. Disini pasien juga disuntik radioactive tracer pada pembuluh vena,
tapi volumenya lebih banyak sehingga sebenarnya sama dengan infuse. Setelah
disuntik CT-scan bisa segera dilakukan. CT-scan akan membuat gambar tiga
dimensi bagian dalam tubuh yang diambil dari berbagai sudut. Hasilnya akan
terlihat gambar potongan melintang bagian dari tubuh yang discan 3 dimensi.
Positron Emission Tomography ( PET ) scan.Untuk melihat apakah kanker
sudah menyebar.Dalam PET scan cairan glukosa yang mengandung radioaktif
disuntikkan pada pasien. Sel kanker akan menyerap lebih cepat cairan glukosa
tersebut, dibanding sel normal. Sehingga akan terlihat warna kontras pada PET
scan. PET scan biasanya digunakan sebagai pelengkap data dari hasil CTscan,
MRI dan pemeriksaan secara fisik
Terapi
Dalam banyak kasus, dokter akan bekerjasama dengan pasien untuk
menentukan rencana pengobatan, meskipun pengobatan tiap pasien akan di sesuaikan
oleh dokter. Tapi berikut adalah langkah-langkah umum yang dilakukan dalam
pengobatan kanker payudara :
Tujuan utama pengobatan kanker stadium awal adalah mengangkat tumor dan
membersihkan jaringan disekitar tumor. Jadi dokter akan merekomendasikan
operasi untuk mengangkat tumor. Umumnya kemudian akan dilakukan terapi
radiasi pada jaringan payudara yang masih ada. Untuk keadaan tertentu (
misalnya, pasien dengan problem medis yang serius ) radiasi bisa jadi ditunda.
Tahapan berikut dalam menangani kanker stadium awal adalah mengurangi
resiko kanker akan kambuh dan membuang sel kanker yang masih ada. Bila
tumornya lebar atau saluran kelenjar getah bening telah terserang kanker juga,
dokter akan merekomendasikan terapi tambahan, antara lain : Terapi Radiasi,
Chemotherapy, dan / atau hormone terapi. Sedang untuk kanker yang kambuh
lagi, diperlakukan dengan bermacam-macam cara. Ketika merencanakan
pengobatan, dokter akan mempertimbangkan beberapa factor :
o Stadium dan grade kanker
o Satus tumor hormone receptor (ER, PR) dan status HER2/neu
o Umur pasien dan kesehatannya secara umum
o Pasien sudah menopause atau belum
o Adanya mutasi dari gen kanker payudara Kondisi biologi kanker payudara
memberi efek pada tingkah laku kankernya dan pengobatannya. Beberapa
tumor ukurannya kecil tapi tumbuhnya cepat atau ukurannya besar tapi
tumbuhnya lambat.
OPERASI
Secara umum, semakin kecil tumor, dianjurkan untuk operasi. Berikut adalah type-
type operasi :
Lumpectomy ( Partial mastectomy / Segmental mastectomy ), mengangkat
tumor dan membersihkan jaringan sekitar tumor. Untuk DCIS dan Kanker yang
invasive, biasanya terapi radiasi pada area yang terkena tumor diberikan.
A.Dark pink indicates tumor
B.Light pink highlited area indicates tissue ( jaringan ) removed at lumpectomy
Total mastectomy, mengangkat seluruh payudara, tetapi tidak termasuk kelenjar
getah bening dibawah ketiak
ADJUVANT THERAPY.
Adalah pengobatan yang diberikan sebagai tambahan pengobatan setelah operasi.
Tujuannya untuk mengurangi resiko kanker untuk kambuh. Tapi setiap pengobatan
kanker tidak ada yang pasti akan melenyapkan kanker ( hanya Tuhan yang tahu,
manusia berikhtiar saja ). Adjuvant theraphy antara lain : Terapi Radiasi,
Chemotherapy, Hormon terapi dan Targeted Therapy. Dibawah ini adalah garis besar
adjuvant therapy :
1. TERAPI RADIASI.
Terapi ini menggunakan X-ray berenergy tinggi atau partikel lain untuk
membunuh sel kanker. Terapi ini diberikan secara regular perminggu. Biasanya 5
hari selama seminggu. ( Senin – Jum’at ) selama 6-7 minggu. Tujuannya adalah :
mematikan sel kanker yang mungkin masih ada / teetinggal disekitar area tumor
yang sudah dioperasi, mengecilkan ukuran tumor sebelum kemudian dioperasi,
agar memudahkan pada saat pengangkatan. Pengalaman saya, ketika metastasis
kanker ketulang belakang, di radiasi sebanyak 10x untuk menghilangkan rasa
sakit. Danuntuk mengecilkan tumor sebelum operasi di radiasi lagi sebanyak 38
kali. Proses radiasi tidak menyakitkan untuk prosesnya tidak lama. Tidak sampai
4 menit, tidak ada efek apapun. Hanya area yang di radiasi tidak boleh terkena air
karena bisa melepuh. Ketika saya radiasi di ketiak, memang agak lecet. Karena
biasanya ketiak berkeringat. Bisa diobati dengan perban luka, setelah agak kering
lukanya bisa diolesi krem / salep untuk lecet karena radiasi.
2. CHEMOTHERAPY.
Chemotherapy adalah menggunakan suatu obat yang fungsinya adalah
untuk membunuh sel kanker. Systemic chemotherapy, obat chemo tersebut
dialirkan lewat pembuluh darah, targetnya adalah seluruh sel kanker yang ada di
tubuh. Efek samping obat chemotherapy sangat individual, tergantung dari
masing-masing pasien juga dosisi yang diberikan biasanya dokter akan
menghitung luas tubuh melalui berat badan pasien. Pada saat saya melakukan
chemotherapy tahun lalu dan sekarang efek samping bisa dikatakan tidak ada /
bisa diabaikan. Yang saya rasakan adalah rambut rontok, kalau leukosit mulai
turun merasa sangat lelah. Lainnya tidak ada. ( untuk meminimalkan efek
samping akan dibahas tersendiri ). Efek samping yang umumnya dirasakan pasien
adalah :
1. Rambut rontok
2. Kemungkinan resiko infeksi ( basanya sariawan pada mulut, tenggorokan
susah menelan karena infeksi jamur )
3. Kuku dan kulit menghitam, kadang kulit kering
4. Mual & muntah
5. Ngilu tulang-tulang
6. Hilang nafsu makan
7. Diare atau malahan susah buang air besar
8. Asam lambung naik
Gejala-gejala itu biasanya akan menghilang ketika pengobatan selesai.
Chemotherapy bisa diberikan secara oral (diminum) dan intravenous (diinfuskan).
Diberikan secara beseri (untuk oral biasanya diminum selama 2 minggu, istirahat
1 minggu. Kalau diinfuskan 6 kali chemo, jaraknya 3 minggu untuk yang full
dose). Biasanya tidak perlu menginap di Rumah Sakit, apabila satu jam setelah
chemo tidak mengalami efek apapun. Kalau agak mual-mual sedikit tidak apa-apa
sampai dirumah biasanya akan hilang asal langsung istirahat / tidur.
Chemotherapy, bisa diberikan sebagai neoadjuvant therapy (diberikan
sebelum diadakan operasi, tujuannya adalah untuk mengecilkan tumor yang
besar, mengeringkan luka kanker akibat kanker yang sudah pecah), atau adjuvant
therapy (diberikan setelah operasi, untuk mengurangi kekambuhan).
Dalam hal mana apabila kanker kambuh lagi (cancer reccurence). Pasien
biasanya ditawari untuk menggunakan obat baru atau kombinasi dari obat yang
sudah ada. Obat yang berbeda, berguna untuk kanker yang berbeda pula. Dan
penelitian menunjukkan bahwa kombinasi dari obat-obat tertentu akan lebih
efektif daripada obat individual. Obat – obat chemotherapy yang biasanya
digunakan untuk kanker payudara adalah :
Cyclophosphamide ( cytoxan, Neosar )
Methotrexate ( banyak merk )
Fluorouracil ( 5-Fu, Adrucil )
Doxorubicin ( Adriamycin, Rubex )
Paclitaxel ( Taxol )
Docetaxel ( Taxotere )
Vinorelbine ( Navelbine )
Capecitabine ( Xeloda )
Protein bound paclitaxel ( Abraxane )
Gemcitabine ( Gemzar )
Ada juga obat yang baru di buat oleh Brysto Myers and Squib yaitu Ixempra
( tapi belum beredar di Indonesia, karena masih sangat baru )
Dll
Contoh kombinasi obat :
CMF ( cyclophosphamide, methotrexate, dan 5-FU )
FAC ( 5-Fu, Doxorubicin, cyclophosmide )
TAC ( docetaxel, doxorubicin, dan cyclophosphamide )
GT ( gemcitabine dan paclitaxel )
Dll
Beberapa obat ini bisa juga dikombinasikan dengan trastuzumab
(Herceptine), suatu obat yang tergolong dalam targeted therapy. Dalam
pengobatan kanker akan selalu dievaluasi oleh team dokter juga lebih baik
apabila pasien aktif terlibat.
3. HORMON THERAPY.
Terapi hormone berguna bagi pasien yang hasil biopsynya menunjukkan hasil
positive untuk Estrogen receptor ( ER + ) dan Progesterone receptors ( PR + ) tipe
kanker ini berarti pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormone-hormon tersebut
sehingga diperlukan obat untuk memblock hormone untuk membatasi /
mengerem pertumbuhan tumor. Pemakaiannya bisa sendiri atau bersamaan
dengan obat chemotherapy. Contoh terapi hormone sebagai adjuvant therapy
adalah tamoxifen, anastrozole ( arimidex ), letrozole ( femara ), dan exemestane (
aromasin ).
4. TARGETED THERAPY.
Adalah termasuk obat baru yang bekerja untuk mengerem / menghentikan aksi
dari protein abnormal ( HER2/neu ) yang menyebabkan sel kanker tumbuh dan
membelah tak terkontrol.Monoclonal antibodies targete protein yang biasanya
ada dalam jumlah yang besar didalam sel kanker.
Trastuzumab ( Herceptin ) dipakai sebagai obat untuk kanker payudara yang
mengandung terlalu banyak protein HER2/neu.
Bevacizumab ( Avastin ) adalah antiangiogenic. ( masih dalam percobaan
klinis ). Antiagiogenesis agent ini memblock angiogenesis ( formasi dari
pembuluh darah baru ) yang dibutuhkan tumor untuk berkembang dan
metastasis.
Pencegahan
1. Pola hidup sehat dan SADARI
2. Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey. Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk
dilakukan mammografi setiap tahun. Wanita normal mendapat rujukan
mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.
3. Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai
dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan
pengobatan.
Referensi
Bleicher RJ. Management of the palpable breast mass. In: Harris JR, Lippman ME, Morrow
M, Osborne CK, eds. Diseases of the Breast. 4th ed. Philadelphia, Pa: Lippincott Williams &
Wilkins; 2010:32-41
Calhoun KE, Lawton TJ, Kim JN, Lehman CD, Anderson BO. Phyllodes tumors. In: Harris
JR, Lippman ME, Morrow M, Osborne CK, eds. Diseases of the Breast. 4th ed. Philadelphia,
Pa: Lippincott Williams & Wilkins; 2010:781-792
Guray M, Sahin AA. Benign breast diseases: Classification, diagnosis, and management.
Oncologist. 2006;11;435-449
Hartmann LC, Sellers TA, Frost MH, et al. Benign breast disease and the risk of breast
cancer. N Engl J Med. 2005;353:229-237
Schnitt SJ, Collins LC. Pathology of benign breast disorders. In: Harris JR, Lippman ME,
Morrow M, Osborne CK, eds. Diseases of the Breast. 4th ed. Philadelphia, Pa: Lippincott
Williams & Wilkins; 2010:69-85.
Brunicardi, F. Charles, et al. 2010. Schwartz’s Principles of Surgery 9th Edition. Mc Graw
Hill: United State of America.