Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman sekarang kebutuhan energi listrik di Indonesia semakin meningkat.


Krisis listrik ini sudah sejak lama menjadi persoalan dan telah dipredikasi oleh banyak
ahli energi di Indonesia sejak sepuluh tahun yang lalu. Kebutuhan energi dapat
meningkat secara bertahap, baik ditinjau dari kapasitasnya, kualitasnya maupun ditinjau
dari tuntutan distribusinya.Konsumsi listrik di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat
sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Komsumsi listrik Indonesia
yang begitu besar akan menjadi masalah bila dalam penyediaannya tidak sejalan dengan
kebutuhan. Kebutuhan pasokan energi listrik yang terus-menerus dan berkualitas menjadi
tuntutan yang harus dipenuhi oleh negara.

Untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan listrik ini, maka diperlukan sebuah


sumber energi baru yang mampu memenuhi kebutuhan listrik nasional yang semakin
besar. Angin, sebagai sumber yang tersedia di alam dapat dimanfaatkan sebagai salah
satu sumber energi listrik. Angin merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik dan tidak dapat habis untuk diperbaharui
kembali, oleh karena itu energi angin adalah energi alternatif yang memiliki prospek baik
untuk memenuhi kekurangan energi listrik selain keberadaannya yang selalu tersedia,
energi angin juga merupakan energi yang ramah lingkungan

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :

1. Bagaimana pemanfaatan sumber daya energi angin ?


2. Bagaimana prinsip kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB)?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB)?
4. Apa saja dampak lingkungan dari Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB) ?

1
1.3 Manfaat Penulisan

1. Agar dapat mengetahui pemanfaatan tehadap sumber daya energy angin


2. Agar dapat mengetahui prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB)
3. Agar dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga
Angin/Bayu (PLTB)
4. Agar dapat mengetahui dampak dari Pembangkit Listrik Tenaga Angin/ Bayu (PLTB)
terhadap lingkungan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi Angin

Pada dasarnya angin terjadi karena adanya perbedaan suhu antara udara panas dan
dingin. Di daerah Khatulistiwa yang panas, udaranya menjadi panas, mengembang dan
menjadi ringan, menaik ke atas dan bergerak 30 hingga 60 ke daerah yang lebih dingin
misalnya daerah Kutub. Sebaliknya di daerah Kutub yang dingin, udaranya menjadi
dingin dan turun ke bawah dengan demikian terjadi suatu perputaran udara berupa
perpindahan udara dari Kutub Utara ke Garis Khatulistiwa menyusuri permukaan bumi
sekitar 30 hingga 60, dan sebaliknya suatu perpindahan udara dari Garis Khatulistiwa
kembali ke Kutub Utara, melalui lapisan udara yang lebih tinggi.

Macam – Macam Angin

1. Angin Darat dan Angin Laut

Angin darat terjadi pada malam hari, karena suhu dilaut pada malam hari sangat
tinggi karena air laut dapat menahan panas matahari pada siang hari. Angin laut
terjadi pada siang hari, karena suhu di darat lebih tinggi karena pantulan panas
matahari merenggangkan udara di daratan.

2. Angin Gunung dan Angin Lembah

Angin Gunung dan Angin Lembah merupakan angin yang bergerak disekitar kawasan
gunung dan lembah. Angin gunung merupakan jenis angin yang bergerak dari gunung
menuju lembah, dan sebaliknya angin lembah bertiup dari lembah menuju gunung.
Proses terjadinya angin gunung dan angin lembah tidak jauh berbeda dengan angin darat
dan angin laut.

Angin Lembah, pada Pagi hari sampai kira-kira pukul 14.00, gunung atau pegunungan
lebih cepat menerima panas matahari jika dibandingkan dengan lembah. Oleh karena itu,

3
pada siang hari suhu udara di gunung atau pegunungan lebih tinggi jika dibandingkan
dengan lembah. Hal ini menyebabkan tekanan udara di gunung atau pegunungan relative
lebih rendah (minimum), sedangkan tekanan udara di lembah tinggi sehingga
berembuslah angin dari lembah menuju gunung proses kejadian itulah yang dinamakan
angin lembah. Jadi Angin lembah terjadi pada pagi hari sampai menjelang sore hari.
Pada siang hari, lereng gunung mendapatkan panas secara cepat akibat radiasi yang
direima lebih besar. Di dataran rendah udara menjadi lebih dingin dibandingkan udara di
atas lereng gunung. Karena itu udara lereng gunung menjadi labil.

Angin Gunung, pada sore hari dan malam hari, terjadi kondisi yang sebaliknya. Di
wilayah lembah, suhu udaranya masih relative tinggi dibandingkan gunung atau
pegunungan. Hal ini menyebabkan tekanan udara di lembah lebih rendah (minimum).
Akibatnya, berembuslah angin dari arah gunung menuju lembah. Itulah yang dinamakan
angin gunung. Suasana kedua angin ini akan sangat terasa jika anda berada di wilayah
kaki gunung atau pegunungan. Pada malam hari, daratan tinggi (puncak gunung/di atas
lereng gunung)menjadi dingin secara cepat akibat kehilangan radiasi. Oleh sebab itu, di
puncak gunung bertekanan lebih tinggi dibandingkan dengan di lembah. Udara yang
lebih dingin memiliki densitas (kerapatan udara) yang lebih besar kemudian akan
mengalirkan udara ke lembah.

3. Angin Siklon dan Angin Antisiklon

Angin siklon adalah udara yang bergerak dari beberapa daerah bertekanan udara tinggi
menuju titik pusat tekanan udara rendah. Angin antisiklon bergerak dari suatu daerah sebagai
pusat bertekanan udara tinggi menuju daerah bertekanan rendah yang mengelilnginya

4. Angin Fohn

Angin fohn terjadi karena udara yang turun mendapatkan pemanasan secara dinamis yang
diikuti turunnya kelembapan

4
5. Angin Muson Barat

Angin monsun barat terjadi pada bulan Oktober-April. Bulan-bulan itu kedudukan matahari
berada di belahan bumi selatan, akibatnya belahan bumi selatan suhunya lebih tinggi dari
pada belahan bumi utara dan angin bertiup dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan.

6. Angin Muson Timur

Angin monsoon timur terjadi pada bulan April- Oktober. Saat itu kedudukan matahari berada
di belahan bumi utara. Menyebabkan benua Australia mengalami musim dinin sehingga
bertekanan tinggi. Sedangkan benua Asia lebih panas, sehingga tekanannya rendah.

2.2 Tingkat Kecepatan Angin

Tabel. Tingkat Kecepatan Angin Berdasarkan Kondsi Alam

Kelas Kecepatan Kondisi alam


(m/s)
1 0.00-0.2
2 0.3-1.5 Angin tenang, asap lurus keatas
3 1.6-3.3 Asap bergerak mengikuti arah angin
4 3.4-5.4 Wajah terasa ada angin, daun-daun bergoyang pelan, petunjuk
arah angin bergerak
5 5.5-7.9 Debu jalan, kertas berterbangan, ranting pohon bergoyang
6 8.0-10.7 Ranting pohon bergoyang, bendera berkibar
7 10.8-13.8 Ranting pohon besar bergoyang, air dikolam berombak kecil
8 13.9-17.1 Ujung pohon melengkung, hembusan angin terasa ditelinga
9 17.2-20.7 Dapat mematahkan ranting pohon, jalan berat melawan arah angin
10 20.8-24.4 Dapat mematahkan ranting pohon, rumah rubuh
11 24.4-28.4 Dapat merubuhkan pohon, menimbulkan kerusakan
12 28.5-32.6 Menimbulkan kerusakan parah

5
2.3 Potensi Energi Angin di Indonesia

Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energy terbarukan yang paling


berekembang saat ini. Berdasarkan data dari WWEA (World Wind Energy Association),
Indonesia menempati urutan ke-84 dalam kaitan total kapasitas pembangkit listrik tenaga
bayu (PLTB) serta penambahan kapasitas ditahun 2011, total kapasitas PLTB yang
dimiliki oleh Indonesia hanya 1,4 MW dan tidak ada penambahan kapasitas jika
dibandingkan tahun 2010.
Pada tahun 2007 telah dibangun kincir angin di empat lokasi masing masing di Pulau
Selayar 3 unit, Sulawesi utara 2 unit, dan Nusa Penida, bali serta Bangka Belitung,
masing – masing satu unit. Mengacu pada kebijakan nasional, maka PLTB ditargetkan
mencapai 250 MW pada tahun 2025. M. NajibHabibie meneliti potensi energy angin di
wilayah Sulawesi dan Maluku, meliputi 12 stasiun pengamatan, yaitu : Tolitoli,
Kayuwatu, Majane, Hasanudin, Gorontalo, Kendari dan Naha di Maluku. Lima stasiun
pengamatan meliputi Stasiun Tual, Saumlaki, Bandaneira, Ambon dan Ternate.
Dalam kajian ini diolah data dari tujuh stasiun observasi di Sulawesi dan lima stasiun
observasi di Maluku didapatkan kecepatan rata-rata harian daerah yang mmenuhi syarat
untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga angin yaitu Makassar, Naha, Saumlaki,
Banda Neira dan Tual. Kelima haerah tersebut memiliki rata-rata kecepatan harian antara
2,6 – 3,1 m/s. Frekuensi jumlah hari yang memiliki kecepatan lebih dari 2,5 m/s pada
kelima stasiun ini pun sangat tinggi antara 5,7-81,3 %, artinya jika turbin yang digunakan
adalah turbin yang bias berputar dengan kecepatan angin 2,5 m/s, maka turbin akan
menghasilkan energy listrik selama 193-297 hari dalam setahun.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa daerah yang paling berpotensi dikembangkan
masing-masing yaitu Tual, Saumlaki, Banda Neira dan Naha dengan potensi 11.861,4,
5.797,7, 4.727,8 dan 3.455,8 wattday/year. Frekuensi jumlah hari yang memiliki
kecepatan lebih dari 2,5 m/s pada stasiun ini pun sangat tinggi antara 81,3-52,7 %, artinya
jika turbin yang digunakan adalah turbin yang bias berputar dengan kecepatan angin 2,5
m/s, maka turbin akan menghasilkan energi listrik selama 193-297 hari dalam setahun.
Tual, Banda Neira dan Saumlaki berada di Maluku Barat Daya, ketiga daerah ini
merepresentasikan keadaan kepulauan yang ada disekitarnya yang berada di Laut Banda.

6
Pulau-pulau tersebut merupakan pulau kecil yang dikelilingi laut dan umumnya meiliki
pografi yang hamper rata.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan tinjauan meteorology
pada data harian selama 6 tahun (2003-2008) di Sulawesi, Maluku dapat
direkomendasikan empat lokasi yang potensial untuk pembangunan listrik tenaga angin
yaitu Tual, Naha, Saumlaki dan Banda Neira dengan potensi angin yaitu berkisar antara
3455,8-11861,4 hari dalam setahun. Dari keempat lokasi tersebut Tual merupakan lokasi
yang paling berpotensi untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga angin.

Tabel. Data Sebaran Potensi Energi Angin di Indonesia

Kecepatan
Ketinggian Kapasitas
Lokasi Provinsi Angin
(m) (MW)
(m/s)
Peukan Bada,
Aceh 5.15 50 90
Aceh Besar
Muara
Binuangeun, Jawa Barat 5.5 50 68
Lebak
Ciemas,
Jawa Barat 6.6 50 68
Sukabumi
Cikelet, Garut Jawa Barat 6.6 50 50
Tanjung Tinggi, Bangka
6.1 50 5
Belitung Belitung
Kalimantan
5.99 50 0.06
Pelapis Island Barat
Baron. Gunung
Yogyakarta 5.8 50 15.3
Kidul
Pandansimo,
Yogyakarta 4.1 50 50
Bantul
Harjowinangun, Jawa
5.32 60 90
Purworejo Tengah
Gunung Selok, Jawa
5.47 60 -
Cilacap Tengah
Nusa Penida,
Bali 4.9 20 -
Klungkung
Tembere, NTB NTB 4.54 50 -

7
Palakahembi,
NTT 5.4 50 5.1
Sumba
Wattang Pulu, Sulawesi
7.04 50 100
Sidrap Selatan
Punaga Laikang, Sulawesi
6.95 50 -
Takalar Selatan
Arungkeke, Sulawesi
8.11 50 132.5
Jeneponto Selatan
Bungaiya, Pulau Sulawesi
4.0 24 10
Selayar Selatan
Sulawesi
5.88 50 -
Palasa Tangki Utara
Bungomeme Gorontalo 5.48 50 -
Bitung, Sulawesi
5.97 50 50
Minahasa Utara Utara
West Kupang NTT 6.99 50 50
Oelbubuk, Timor
NTT 6.7 50 15
Tengah
Adi Jaya,
Papua Barat 4.78 50 0.1
Kaimana

2.4 Pengertian Pembangkit Listrik

Pembangkit listrik adalah suatu alat yang dapat membangkitkan dan


memproduksi tegangan listrik dengan cara mengubah suatu energi tertentu menjadi
energi listrik selain itu, pembangkit listrik bisa disebut juga dengan semua mesin yang
mengubah tenaga gerak, cahaya dan minyak bumi atau benda kimia lainnya menjadi
tenaga listrik. Pembangkit listrik telah menjadi salah satu kebutuhan primer manusia
karena kehidupan manusia pada jaman modern ini sangat tergantung dengan listrik.

2.5 Turbin Angin

Menurut Syahril (2008) “kecepatan angin rata-rata mulai dari 3 m/s memadai untuk
turbin angin prpeler ukuran kecil.” Komponen-komponen yang ada di dalam turbin angin yaitu:

8
1) Anemometer: mengukur kecepatan angin dan mengirimkan data kecepatan angin ke
pengontrol
2) Blades: kebanyakan turbin baik dua atau tiga pisau. Angin bertiup di atas menyebabkan
pisau untuk mengangkat dan berputar.
3) Brake: digunskan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja pada
titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu dipasang karena generator
memiliki titik kerja aman dalam pengoperasiannya. Generator ini akan menghasilkan
energy listrik maksimal pada saat bekerja pada titik kerja yang telah ditentukan
4) Controller: pengontrol mesin mulai dengan kecepatan angin sekitar 8-16 mil per jam
(mph) dan menutup mesin turbin dengan kecepatan turbin sekitar 55 mph.
5) Gearbox: gears menghubungkan poros kecepatan tinggi di poros kecepatan rendah dan
meningkatkan kecepatan sekiat 30-60 rotasi per menit (rpm), sekitar 1.000-1.800 rpm,
kecepatan rotasi yang diperlukan oleh sebagian besar generator untuk menghasilkan
listrik.
6) Generator: biasanya standar induksi generator yang menghasilkan listrik dari 60 siklus
listrik AC
7) High-speed shaft: drive generator
8) Low-speed shaft: mengubah poros rorot kecepatan rendah sekitar 30-60 rotasi per menit
9) Nacelle: nacelle berada diatas menara dan berisi gearbox, poros kecepatan rendah dan
tinggi, generator, control dan rem
10) Pitch: blades yang terbalik, atau nada, dari angin untuk mengontrol kecepatan rotor dan
menjaga rorotr berputar dalam angin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk
menghasilkan listrik
11) Rotor: pisau dan terhubung bersama sama
12) Tower: menara yang terbuat dari baja tabung, beton atau kisi baja. Karena kecepatan
angin meningkat dengan tinggi, menara tinggi memungkinkan turbin untuk menangkap
lebih banyak energy dan menghasilkan listrik lebih banyak.
13) Wind vane: tindakan arah dangin dan berkomunikasi dengan yaw drive untuk
menggerakkan turbin dengan koneksi yang benar dengan angin
14) Yaw drive: digunakan untuk menjaga rotor menghadap kea rah angin sebagai perubahan
arah angin

9
15) Yaw motor: kekuatan dari drive yaw
16) Penyimpanan energy (baterai): karena keterbatasan ketersediaan akan energy angin (tidak
sepanjang hari angin akan selalu tersedia), maka ketersediaan listrik pun tidak menentu.
Oleh karena itu, digunakan alat penyimpan energy yang berfungsi sebagai back-up energi
listrik. Ketika beban penggunaan daya listrik masyarakat menignkat atau ketika
kecepatan angin suatu daerah sedang menurun, maka kebutuhan permintaan akan daya
listrik tidak terpenuhi. Oleh karena itu, menyimpan sebagian energi yang dihasilkan
penting ketika terjadi kelebihan daya pada saat turbin angin berputar kencang atau saat
penggunaan daya pada masyarakat menurun.

2.6 Jenis – Jenis Turbin Angin

Turbin angin dibagi menjadi dua kelompok utama berdasarkan arah sumbu:

1.Turbin Angin Sumbu Horizontal


Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH) memiliki poros rotor utama dan
generator listrik di puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah baling-
baling angin (baling-baling cuaca) yang sederhana, sedangkan turbin berukuran besar
pada umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang digandengkan ke sebuah servo
motor. Sebagian besar memiliki sebuah gearbox yang mengubah perputaran kincir yang
pelan menjadi lebih cepat berputar.
Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya, turbin biasanya
diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah turbin dibuat kaku agar mereka
tidak terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai tambahan, bilah-
bilah itu diletakkan di depan menara pada jarak tertentu dan sedikit dimiringkan.
Karena turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan realibilitas begitu
penting, sebagian besar TASH merupakan mesin upwind (melawan arah angin). Meski
memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut arah angin) dibuat karena
tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka tetap sejalan dengan angin, dan
karena di saat angin berhembus sangat kencang, bilah-bilahnya bisa ditekuk sehingga
mengurangi wilayah tiupan mereka dan dengan demikian juga mengurangi resintensi
angin dari bilah-bilah itu.

10
Tabel. Kelebihan dan Kekurangan Turbin Angin Sumbu Horizontal

Turbin Angin Sumbu Horizontal

Kelebihan Kekurangan
a. Dasar menara yang tinggi membolehkan
b. Menara yang tinggi serta bilah yang
akses ke angin yang lebih kuat di tempat- panjang sulit diangkut dan juga
tempat yang memiliki geseran angin memerlukan biaya besar untuk
(perbedaan antara laju dan arah angin) pemasangannya, bisa mencapai 20%
antara dua titik yang jaraknya relatif dekat dari seluruh biaya peralatan turbin
di dalam atmosfir bumi. Di sejumlah angin.
lokasi geseran angin, setiap sepuluh meter
c. TASH yang tinggi sulit dipasang,
ke atas, kecepatan angin meningkat membutuhkan derek yang yang sangat
sebesar 20%. tinggi dan mahal serta para operator
yang terampil.
d. Konstruksi menara yang besar
dibutuhkan untuk menyangga bilah-
bilah yang berat, gearbox, dan
generator.
e. Ukurannya yang tinggi merintangi
jangkauan pandangan dan mengganggu
pemandangan.
f. Berbagai varian downwind menderita
kerusakan struktur yang disebabkan
oleh turbulensi.

2. Turbin Angin Sumbu Vertikal


Kendala penggunaan turbin angin adalah kecepatan angin dan arah angin yang
berubah-ubah sepanjang waktu. Oleh karena itu, turbin angin yang baik adalah turbin
yang dapat menerima angin dari segala arah selain itu juga mampu bekerja pada angin
dalam kecepatan yang rendah salah satunya Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV).

11
Turbin ini memiliki efisiensi yang lebih kecil dibandingkan dengan turbin angin sumbu
horizontal.
Ada berbagai type TASV yang sering digunakan diantaranya adalah Tipe Savonius, Tipe
Darrieus, dan Tipe H-Rotor.
a. Tipe Savonius TASV seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah, diciptakan oleh
seorang insinyur Finlandia SJ Savonius pada tahun 1929. Kincir TASV ini merupakan
jenis yang paling sederhana dan menjadi versi besar dari anemometer. Kincir Savonius
dapat berputar karena adanya gaya dorong dari angin, sehingga putaran rotorpun tidak
akan melebihi kecepatan angin. Meskipun daya koefisien untuk jenis turbin angin
bervariasi antara 30% sampai 45%, menurut banyak peneliti untuk jenis Savonius
biasanya tidak lebih dari 25%. Jenis turbin ini cocok untuk aplikasi daya yang rendah dan
biasanya digunakan pada kecepatan angin yang berbeda.
b. Type Darrieus TASV ditemukan oleh seorang insinyur Perancis George Jeans Maria
Darrieus yang dipatenkan pada tahun 1931. Ia memiliki 2 bentuk turbin yang digunakan
diantaranya adalah ‘‘Eggbeater/ Curved Bladed’’ dan ‘‘Straightbladed’’ TASV. Sketsa
dari kedua variasi konsep Darrieus ditunjukkan dalam gambar dibawah. Kincir angin
Darrieus TASV mempunyai bilah sudu yang disusun dalam posisi simetri dengan sudu
bilah yang diatur relatif terhadap poros. Pengaturan ini cukup efektif untuk menangkap
berbagai arah angin. Berbeda dengan Savonius, kincir angin Darrieus bergerak dengan
memanfaatkan gaya angkat yang terjadi ketika angin bertiup. Bilah sudu turbin Darrieus
bergerak berputar mengelilingi sumbu.
c. Type H-rotor ditunjukkan pada gambar di atas, dikembangkan di Inggris melalui
penelitian yang dilakukan selama 1970-1980an, diuraikan bahwa mekanisme yang
digunakan pada pisau berbilah lurus (Straight-bladed) Darrieus TASV tidak diperlukan,
ternyata ditemukan bahwa efek hambatan yang diciptakan oleh sebuah pisau akan
membatasi kecepatan aliran angin. Oleh karena itu, H-rotor akan mengatur semua
kecepatan angin untuk mencapai kecepatan putaran optimalnya.

Tabel. Kelebihan dan Kekurangan Turbin Angin Aksis Vertikal

Turbin Angin Aksis Vertikal

12
Kelebihan Kekurangan
a. Tidak membutuhkan struktur menara yang a. Kebanyakan TASV memproduksi energi
besar. hanya 50% dari efisiensi TASH karena
b. Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke drag tambahan yang dimilikinya saat
tanah, membuat pemeliharaan bagian- kincir berputar.
bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah. b. TASV tidak mengambil keuntungan dari
c. Memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah angin yang melaju lebih kencang di
baling-baling yang terlihat secara melintang) elevasi yang lebih tinggi.
yang lebih tinggi, memberikanc. Kebanyakan TASV mempunyai torsi awal
keaerodinamisan yang tinggi sembari yang rendah, dan membutuhkan energi
mengurangi drag pada tekanan yang rendah untuk mulai berputar.
dan tinggi. d. Sebuah TASV yang menggunakan kabel
d. Desain TASV berbilah lurus dengan potongan untuk menyanggahnya memberi tekanan
melintang berbentuk kotak atau empat persegi pada bantalan dasar karena semua berat
panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih rotor dibebankan pada bantalan. Kabel
besar untuk diameter tertentu daripada wilayah yang dikaitkan ke puncak bantalan
tiupan berbentuk lingkarannya TASV. meningkatkan daya dorong ke bawah saat
e. TASV memiliki kecepatan awal angin yang angin bertiup.
lebih rendah daripada TASH. Biasanya TASV
mulai menghasilkan listrik pada 10 km/jam (6
m.p.h.)
f. TASV biasanya memiliki tip speed ratio
(perbandingan antara kecepatan putaran dari
ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya
angin) yang lebih rendah sehingga lebih kecil
kemungkinannya rusak di saat angin
berhembus sangat kencang.
g. TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana
struktur yang lebih tinggi dilarang dibangun.
h. TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa
mengambil keuntungan dari berbagai lokasi
yang menyalurkan angin serta meningkatkan
laju angin (seperti gunung atau bukit yang
puncaknya datar dan puncak bukit).
i. TASV tidak harus diubah posisinya jika arah
angin berubah.

13
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pemanfaatan Sumber Daya Energi Angin

Sebagai pembangkit Listrik Tenaga angin

Konsumsi energi fosil dalam pemenuhan energi listrik sangat besar dan akan
menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan. Semakin banyaknya dampak buruk
yang timbul akibat penggunaan energi fosil ini, menyebabkan banyak Negara
membangun dan mengembnagkan berbagai pembangkit listrik dengan energi alternative.
Salah satunya adalah pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB), Karena mengingat
angin merupakan salah satu energi yang tidak terbatas di alam.

Pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB) merupakan pembangkit listrik yang


dapat mengkonversi energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin
angina tau kuncir angin. Energi angin memutar tubrin/kincir angin atau kincir angin.
Turbin angin yang berputar menyebabkan berputarnya rotor generator sehingga dapat
menghasilkan energy listrik.

Sebuah turbin angin menyerupai baling-baling pesawat ketimbang turbin uap atau
rotor gas. Turbin angin bergerak dengan kecepatan yang jauh lebih besar dari kecepatan
angin. Sebuah baling-baling mesin ini dirancang untuk menghasilkan daya dorong yang
besar sehingga turbin angin dapat menghasilkan listrik. Namun demikian, pisau bentuk
turbin angin sangat mirip dengan sebuah baling-baling pesawat.

3.2 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB)

Suatu pembangkit listrik dari enrgi angin merupakan hasil dari penggabungan
beberapa turbin angin sehingga dapat menghasilkan listrik. Pada mulanya energi angin
memutar sudut – sudut turbin, lalu diteruskan untuk memutar rotor pada generator yang
letaknya dibagian belakang turbin angin. Generator mengubah energi putar rotor menjadi

14
energy listrik dengan prinsip hokum Faraday, yaitu bila terdapat penghantar didalam
suatu medan magnet, maka pada kedua ujung penghantar tersebut akan dihasilkan beda
potensial. Ketika poros generator berputar, maka akan terjadi perubahan fluks pada stator
yang akhirnya dihasilkan tegangan dan arus listrik.

Besarnya energy listrik yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa fktor, diantaranya:

1. Rotor (Kincir): rotor turbin sangat bervariasi jenisnya, diameter rotor akan
berbanding lurus dengan daya listrik. Semakin besar diameter semakin besar pula
listrik yang dihasilkan, dilihat dari jumlah sudut rotor (baling-baling), sudut dengan
jumlah sedikit berkisar antara 3-6 buah lebih banyak digunakan.

2. Kecepatan angin: kecepatan angin akan mempengaruhi kecepatan putaran rotor akan
menggerakkan generator

3. Jenis Generaor: generator terbagi dalam beberapa karakteristik yang berbeda,


generator yang cocok untuk Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) adalah generator
yang dapat menghasilkan arus listrik pada putaran rendah.

Karena energi angin tidak tersedia sepanjang hari, maka ketersediaan listrik juga
tidak menentu. Oleh karena itu, digunakan alat penyimpan energi yang berfungsi
sebagai back up energi listrik. Ketika beban prnggunaan energi listrik masyarakat
meningkat atau ketika kecepatan angin suatu daerah sedang menurun. Oleh karena
itu, kita perlu menyimpan sebagian energi yang dihasilkan ketika terjadi kelebihan
daya pada saat turbin angin berputar kencang. Contoh sederhana alat penyimpan
energi listrik adalah aki mobil.

3.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB)

Beberapa keuntungan yang terdapat pada pembangkit listrik tenaga angin, sebagai
berikut:

1. Tidak memiliki kontribusi terhadap dampak perubahan iklim

15
2. Energi angin merupakan sumber energy terbarukan yang tidak akan habis seperti
bahan bahar fosil

3. Energi angin yang tersedia di atmosfer lima kali lebih besar dari pada konsumsi
energi dunia saat ini. Potensi energy angi di darat dan dekat pantai sekitar 72 TW
(Terawatt) yang melebihi lima kali banyak dari penggunaan energy dunia saat ini.

Beberapa kelemahan yang terdapat pada pembangkit listrik tenaga angin, sebagai
berikut:

1.Biaya instalasi PLTB yang masih relative mahal. Secara kasar dibutuhkan sekita 10
tahun utnuk mengembalikan biaya instalasi PLTB

2. Membutuhkan lahan yang luas sehingga dapat mengurangi lahan produktig dan
permukiman

3. Penggunaan tiang yang tinggi untuk turbin angin menyebabkan terganggunya cahaya
matahari masuk kerumah rumah penduduk.

4. Perputaran turbin angin menyebabkan cahaya matahari bekerlap – kerlip yang


mengganggu pemandangan

Meskipun dampak – dampak lingkungan ini menjadi ancaman dalam


pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu atau angin (PLTB), namun jika
dibandingkan dengan penggunaan energy fosil, dampaknya mash jauh lebih kecil. Selain
itu, penggunaan energy angin dalam kelistrikan telah turut serta dalam mengurangi emisi
gas buang.

16
3.4 Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB)

Pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB) karena sifatnya yang terbarukan


(renewable) sudah jelas akan memberikan keuntungan karena tidak akan habis digunakan
tidak seperti pada penggunaan bahan bakar fosil. Tenaga angin juga merupakan sumber
energi yang ramah lingkungan, di mana penggunaannya tidak mengakibatkan emisi gas
buang atau polusi yang berarti ke lingkungan. Kalau dicermati dari pembangkitan energi
listrik dari data potensi kecepatan angin, energy maksimum yang bias dibangkitkan 50
kW. Pembangkit listrik tenaga angin ini tidak sepenuhnya ramah lingkungan.
Berdasarkan riset yang dilakukan Budiastra (2009) terdapat beberapa masalah yang
terjadi akibat penggunaan sumber energi angin derau suara, beberapa masalah ekologi,
dan keindahan serius dikritik. Penggunaan lading angin sebagai pembangkit listrik
membutuhkan luas lahan yang tidak sedikit dan tidak mungkin untuk disembunyikan.
Penempatan lading angin pada lahan yang masih dapat digunakan untuk keperluan yang
lain dapat menjadi persoalan tersendiri bagi penduduk setempat. Selain mengganggu
pandangan akibat pemasangan pembangkit angin, penggunaan lahan untuk pembangkit
angin dapat mengurangi lahan pertanian serta permukiman. Hali ini yang membuat
pembangkitan angin di daratan menjadi terbatas. Beberapa aturan mengenai tinggi
bangunan juga telah membuat pembangunan pembangkit listrik tenaga angin dapat
terhambat.

Efek lain dari akibat adanya pembangkit listrik tenaga angin adalah terjadinya derau atau
frekuensi rendah. Putara dari sudut-sudut turbin angin dengan frekuensi konstan lebih
mengganggu dari pada suara angin pada ranting pohon. Beberapa ilmuan berpendapat
bahwa penggunaan skala besar dari pembangkit listrik tenaga angin dapat mengubah
iklim local maupun global karena menggunakan energy kinetic angin dan mengubah
turbulensi udara pada daerah atmosfer.

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan di


permukaan bumi. Angin bergerak dari suatu daerah yang memiliki tekanan tinggi ke
daerah yang memiliki tekanan yang lebih rendah. Angin dapat digunakan sebagai sumber
energi yaitu, pembangkit listrik dari energi angin, yang merupakan hasil dari
penggabungan beberapa turbin angin sehingga dapat menghasilkan listrik.

Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang


menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik. Komponen
utama dari pembangkit listrik tenaga angin yaitu turbinangin (wind turbine) yang di
dalamnya terdapat komponen-komponen seperti anemometer, blades, brake, controller,
gear box, generator, high-speed shaft, low-speed shaft, nacelle, pitch, rotor, tower, wind
direction, wind vane, yaw drive, yaw motor, dan penyimpan energi (battery).

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah agar sumber energi angin dapat lebih
dimanfaatkan lagi sehingga krisis energi listrik dapat dikurangi di Indonesia, dan
mengembangkan teknologi yang lebih ramah lingkungan yang memiliki efek negative
sekecil mungkin.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hamidi. 2017. Energi Terbarukan. Sumatera Barat. UNP PRESS

Syamsul Bahari. 2015. “Analisis Pembangkit Listrik Tenaga Angin.” Jurnal Teknologi
Lingkungan

Wahyudi Hayattul. 2018. “Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga angin.” Jurnal
Teknik Elektro ITP

19
Menggerakkan pompa air

Sejak empat tahun lalu, salah satu lembaga swadaya masyarakat memanfaatkan kincir angin untuk
menggerakkan pompa air di beberapa wilayah, seperti di Indramayu, Jawa Barat. Hingga kini, sudah 40
kincir angin berdiri di beberapa kota/kabupaten.

"Biaya investasinya sekitar Rp 60 juta hingga beroperasi. Dengan kecepatan angin kurang dari 3 meter
per detik, air yang dapat dipompa sekitar 2,7 meter kubik per jamnya," kata pengembang kincir angin
untuk energi pompa air Hasan Hambali. Produknya diberi nama energi gratis (EGRA).

Salah satu kincir angin EGRA yang pertama ada di Indramayu digunakan untuk mengairi kebun mangga
seluas 10 hektar. Sebelum menggunakan teknologi kincir angin, air yang dipompa menggunakan mesin
diesel menghabiskan biaya solar Rp 132.000 per hari. Kini, biaya pemeliharaan kincir sekitar Rp 500.000
per tahun. (GSA)

20
Kelebihan dan kekurangan

Kelebihan

Keuntungan utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga angin secara prinsipnyaadalah disebabkan karena
sifatnya yang terbarukan. Hal ini berarti eksploitasi sumberenergi ini tidak akan membuat sumber daya angin yang
berkurang seperti halnyapenggunaan bahan bakar fosil. Oleh karenanya tenaga angin dapat berkontribusi
dalamketahanan energi dunia di masa depan. Tenaga angin juga merupakan sumber energi yangramah lingkungan,
dimana penggunaannya tidak mengakibatkan emisi gas buang ataupolusi yang berarti ke lingkungan.

Emisi karbon ke lingkungan dalam sumber listrik tenaga angin diperoleh dari prosesmanufaktur komponen serta
proses pengerjaannya di tempat yang akan didirikanpembangkit listrik tenaga angin. Namun dalam operasinya
membangkitkan listrik, secarapraktis pembangkit listrik tenaga angin ini tidak menghasilkan emisi yang
berarti.Jikadibandingkan dengan pembangkit listrik dengan batubara, emisi karbon dioksidapembangkit listrik tenaga
angin ini hanya seperseratusnya saja. Disamping karbondioksida, pembangkit listrik tenaga angin menghasilkan
sulfur dioksida, nitrogen oksida,polutan atmosfir yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan pembangkit listrik
denganmenggunakan batubara ataupun gas.

21
Namun begitu, ladang angin lepas pantai diharapkan dapat menjadi tempat pertumbuhanbibit-bibit ikan yang baru.
Karena memancing dan berlayar di daerah sekitar ladang angindilarang, maka spesies ikan dapat terjaga akibat
adanya pemancingan berlebih di laut.

Meskipun dampak-dampak lingkungan ini menjadi ancaman dalam pembangunanpembangkit listrik tenaga angin,
namun jika dibandingkan dengan penggunaan energifosil, dampaknya masih jauh lebih kecil. Selain itu penggunaan
energi angin dalamkelistrikan telah turut serta dalam mengurangi emisi gas buang.

Kekurangan

22
Penetapan sumber daya angin dan persetujuan untuk pengadaan ladang angin merupakanproses yang paling lama
untuk pengembangan proyek energi angin. Hal ini dapatmemakan waktu hingga 4 tahun dalam kasus ladang angin
yang besar yangmembutuhkan studi dampak lingkungan yang luas.

Namun begitu, pembangkit listrik tenaga angin ini tidak sepenuhnya ramah lingkungan,terdapat beberapa masalah
yang terjadi akibat penggunaan sumber energi angin sebagaipembangkit listrik, diantaranya adalah dampak visual ,
derau suara, beberapa masalahekologi, dan keindahan.

Dampak visual biasanya merupakan hal yang paling serius dikritik. Penggunaan ladangangin sebagai pembangkit
listrik membutuhkan luas lahan yang tidak sedikit dan tidak mungkin untuk disembunyikan. Penempatan ladang
angin pada lahan yang masih dapatdigunakan untuk keperluan yang lain dapat menjadi persoalan tersendiri bagi
penduduk setempat. Selain mengganggu pandangan akibat pemasangan barisan pembangkit angin,penggunaan
lahan untuk pembangkit angin dapat mengurangi lahan pertanian sertapemukiman. Hal ini yang membuat
pembangkitan tenaga angin di daratan menjaditerbatas. Beberapa aturan mengenai tinggi bangunan juga telah
membuat pembangunanpembangkit listrik tenaga angin dapat terhambat. Penggunaan tiang yang tinggi untuk turbin
angin juga dapat menyebabkan terganggunya cahaya matahari yang masuk kerumah-rumah penduduk. Perputaran
sudu-sudu menyebabkan cahaya matahari yangberkelap-kelip dan dapat mengganggu pandangan penduduk
setempat.

Efek lain akibat penggunaan turbin angin adalah terjadinya derau frekuensi rendah.Putaran dari sudu-sudu turbin
angin dengan frekuensi konstan lebih mengganggudaripada suara angin pada ranting pohon. Selain derau dari sudu-
sudu turbin, penggunaangearbox serta generator dapat menyebabkan derau suara mekanis dan juga derau suaralistrik.

23
Derau mekanik yang terjadi disebabkan oleh operasi mekanis elemen-elemen yangberada dalam nacelle atau rumah
pembangkit listrik tenaga angin. Dalam keadaantertentu turbin angin dapat juga menyebabkan interferensi
elektromagnetik, mengganggupenerimaan sinyal televisi atau transmisi gelombang mikro untuk perkomunikasian.

Penentuan ketinggian dari turbin angin dilakukan dengan menganalisa data turbulensiangin dan kekuatan angin.
Derau aerodinamis merupakan fungsi dari banyak faktorseperti desain sudu, kecepatan perputaran, kecepatan angin,
turbulensi aliran masuk.Derau aerodinamis merupakan masalah lingkungan, oleh karena itu kecepatan
perputaranrotor perlu dibatasi di bawah 70m/s. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa penggunaanskala besar dari
pembangkit listrik tenaga angin dapat merubah iklim lokal maupunglobal karena menggunakan energi kinetik angin
dan mengubah turbulensi udara padadaerah atmosfir.

Pengaruh ekologi yang terjadi dari penggunaan pembangkit tenaga angin adalah terhadappopulasi burung dan
kelelawar. Burung dan kelelawar dapat terluka atau bahkan matiakibat terbang melewati sudu-sudu yang sedang
berputar. Namun dampak ini masih lebihkecil jika dibandingkan dengan kematian burung-burung akibat kendaraan,
salurantransmisi listrik dan aktivitas manusia lainnya yang melibatkan pembakaran bahan bakarfosil. Dalam
beberapa studi yang telah dilakukan, adanya pembangkit listrik tenaga anginini dapat mengganggu migrasi populasi
burung dan kelelawar. Pembangunan pembangkitangin pada lahan yang bertanah kurang bagus juga dapat
menyebabkan rusaknya lahan didaerah tersebut.

Ladang angin lepas pantai memiliki masalah tersendiri yang dapat mengganggu pelautdan kapal-kapal yang berlayar.
Konstruksi tiang pembangkit listrik tenaga angin dapatmengganggu permukaan dasar laut. Hal lain yang terjadi
dengan konstruksi di lepaspantai adalah terganggunya kehidupan bawah laut. Efek negatifnya dapat terjadi sepertidi
Irlandia, dimana terjadinya polusi yang bertanggung jawab atas berkurangnya stok

24
ikan di daerah pemasangan turbin angin. Studi baru-baru ini menemukan bahwa ladangpembangkit listrik tenaga
angin lepas pantai menambah 80

110 dB kepada noisefrekuensi rendah yang dapat mengganggu komunikasi ikan paus dan kemungkinandistribusi
predator laut.

Dalam operasinya, pembangkit listrik tenaga angin bukan tanpa kegagalan dankecelakaan. Kegagalan operasi sudu-
sudu dan juga jatuhnya es akibat perputaran telahmenyebabkan beberapa kecalakaan dan kematian. Kematian juga
terjadi kepada beberapapenerjun dan pesawat terbang kecil yang melewati turbin angin. Reruntuhan puing-
puingberat yang dapat terjadi merupakan bahaya yang perlu diwaspadai, terutama di daerahpadat penduduk dan jalan
raya. Kebakaran pada turbin angin dapat terjadi dan akansangat sulit untuk dipadamkan akibat tingginya posisi api
sehingga dibiarkan begitu sajahingga terbakar habis. Hal ini dapat menyebarkan asap beracun dan juga
dapatmenyebabkan kebakaran berantai yang membakar habis ratusan acre lahan pertanian. Halini pernah terjadi pada
Taman Nasional Australia dimana 800 km

tanah terbakar.Kebocoran minyak pelumas juga dapat teradi dan dapat menyebabkan terjadinya polusidaerah
setempat, dalam beberapa kasus dapat mengkontaminasi air minum

25

Anda mungkin juga menyukai