Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


2.1. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang dijadikan rujukan dalam
penelitian ini dengan topik penelitian yang sama atau saling berkaitan. Penelitian
terdahulu dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk melihat seberapa besar
pengaruh variabel independen dan variabel dependen yang memiliki kesamaan
dalam penelitian.
Penelitian tentang Analisis Faktor Budaya, Sosial, Pribadi dan Psikologis
Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Korea di Kota Pontianak didasari dari
beberapa referensi penelitian terdahulu yang disajikan pada tabel 2.1 dibawah ini :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama (tahun) Judul Penelitian Variabel Sampel Alat Analisis Hasil (Temuan)
1. Tian Nur Analisis Perilaku - Perilaku 201 - Structural Faktor yang signifikan
Ma’rifat, Konsumen Dalam - Intensitas beli responden Equation mempengaruhi perilaku
Dyah Pembelian Produk - Sikap Modelling konsumen dalam membeli
Ismoyowati, Olahan Ayam - Norma (SEM) makanan olahan ayam
dan Jumeri Bersertifikat Halal - Kepraktisan - Analisis cluster bersertifikat halal adalah
Mangun di Provinsi D.I - Brand loyal intensi dan sikap. Intensi
Wikarta, Yogyakarta - Sertifikat halal dipengaruhi oleh sikap
2015 - Daya tarik konsumen. Sikap konsumen
- Harga dipengaruhi oleh dua faktor,
lokasi swalayan dan
kesadaran konsumen
terhadap logo halal yang
juga dipengaruhi oleh
evaluasi konsumen terhadap
lembaga sertifikasi halal.
2. Dian Pengaruh Faktor - Faktor budaya (X1) 100 - Regresi Linier Faktor kebudayaan, sosial,
Puspitarini, Kebudayaan, - Faktor Sosial (X2) responden Berganda pribadi dan psikologi
2013 Sosial, Pribadi - Faktor pribadi (X3) - Uji t berpengaruh terhadap
dan Psikologi - Faktor psikologis - Uji F proses keputusan pembelian
Terhadap Proses (X4) - Uji Dominan produk Pizza, hal ini
Keputusan - Keputusan pembelian - Uji Koefisien dibuktikan dengan nilai F
Pembelian Produk (Y) Determinasi hitung > Ftabel (72,008 >
Pizza Yogyakarta (𝑅2 ) 2,46) dan nilai signifikansi
0,000<0,05.

3. Budi Pengaruh Kualitas - Kualitas produk 200 Structural Kualitas produk dan
Hermawan, Produk Terhadap - Kepuasan responden Equation kepuasan konsumen
2011 Kepuasan, - Reputasi merk Modelling terbukti berpengaruh
Reputasi Merek - Loyalitas konsumen (SEM) langsung terhadap, reputasi
Dan Loyalitas merek.
Konsumen Jamu
Tolak Angin PT
Sido Muncul
4. Deny Irawan Analisa Pengaruh - Kualitas produk 200 Structural Kualitas produk
dan Edwin Kualitas Produk - Loyalitas pelanggan responden Equation berpengaruh terhadap
Japarianto, Terhadap - Kepuasan pelanggan Model (SEM) Loyalitas pelanggan
2013 Loyalitas Melalui memiliki pengaruh yang

10
Nama (tahun) Judul Penelitian Variabel Sampel Alat Analisis Hasil (Temuan)
Kepuasan Sebagai lebih kecil di bandingkan
Variabel pengaruh Kualitas Produk
Intervening Pada terhadap Kepuasan
Pelanggan pelanggan.
Restoran Por Kee
Surabaya
5. Nur Tanti Pengaruh Faktor - Faktor Sosial (X1) 100 - Regresi Linier Berdasarkan hasil uji secara
Khanifah, Sosial, Pribadi, - Faktor Pribadi (X2) responden Berganda simultan, faktor sosial,
2015 dan Psikologis - Faktor Psikologis - Uji t pribadi dan psikologis
Terhadap (X3) - Uji F berpengaruh positif
Keputusan - Keputusan Pembelian - Uji Dominan signifikan terhadap
Pembelian (Y) - Uji Koefisien keputusan pembelian
Makanan Dalam Determinasi makanan berlabel halal
Kemasan Berlabel (𝑅2 )
Halal) - Uji validitas
dan reliabilitas
Sumber: (Puspitarini, 2013), (Ma'rifat, Ismoyowati, & Wikarta, 2015), (Irawan & Japarianto, 2013), (Khanifah,
Pengaruh faktor sosial, pribadi, dan psikologis terhadap keputusan pembelian makanan dalam kemasan
berlabel halal, 2015), (Hermawan, 2011).
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Kajian Umum Tentang Makanan Korea
Budaya Korea merupakan salah satu budaya populer yang telah dikenal dan
masuk ke berbagai negara. Budaya ini pertama kali booming dan masuk ke negara
Indonesia melalui drama, film, reality show dan lagu-lagu yang dibawakan oleh
boyband dan girlband asal negara tersebut, dan mendapatkan kesan yang positif
pada kalangan remaja maupun orangtua di Indonesia. Dimulai dari hal-hal
tersebut, banyak pembisnis khususnya pada bidang industri makanan yang
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membuka tempat yang menyediakan
makanan Korea. (Deviani, 2017)
Korea merupakan negara yang juga memiliki banyak sekali makanan khas.
Makanan di negara tersebut merupakan hasil dari pengalaman beratus-ratus tahun
yang mempunyai latar belakang budaya. Korea memiliki berbagai macam
makanan khas, seperti bulgogi, kimbab, kimchi, bibimbap, ramyeon, dukbokki,
jajangmyeon dan lain-lain. Beberapa makanan khas dari kedua negara tersebut
telah menjadi populer bukan hanya di negaranya tetapi juga di berbagai negara,
termasuk Indonesia. Berikut penjelasan tentang beberapa jenis makanan
Koreayang populer di Indonesia :
Tabel 2.2 Daftar Nama Makanan Korea
No Nama Makanan Penjelasan
1 Bulgogi Bulgogi sendiri artinya bul adalah api dan gogi adalah daging. Jadi, bulgogi
adalah daging panggang. Dan pada bulgogi ini menggunakan daging

11
No Nama Makanan Penjelasan
sapi. Makanan ini termasuk masakan daging khas Korea. Bagian daging
yang dipakai adalah bagian sirloin atau bagian daging yang bagus
lainnya. Rasa dari bulgogi ini adalah sepotong daging yang lembut yang
manis, gurih dan lezat. Di indonesia, rasa dari bulgogi sendiri sudah
disesuaikan dengan 'lidah' atau indera perasa rakyat Indonesia. Bulgogi ini
mirip dengan yakiniku yang berasal dari jepang (Nisa, 2012). Makanan ini
menjadi sangat terkenal di Indonesia, karena ada mie instan dengan brand
tertentu yang menggunakan Bulgogi sebagai salah satu varian mie
instannya. Sekilas mungkin makanan ini nampak biasa saja dan tidak terlalu
istimewa, namun akan menjadi lebih istimewa ketika kalian menyantapnya
dengan cara orang Korea, yaitu membungkus Bulgogi bersama dengan lauk
pauk yang lainnya di dalam daun selada, baru kemudian memakannya
dengan lahap dengan satu kali suapan. (Asmara, 2017)
2 Kimbab Kimbap atau Gimbap adalah makanan populer di Korea yang terbuat dari
nasi putih (bap) yang digulung dengan lembaran rumput laut kering
atau gim, biasa dikenal dengan nama nori dalam Bahasa Jepang.
Kimbap lalu dipotong-potong dengan ukuran sekali suap.Nasi dan rumput
laut adalah dua bahan dasar Kimbap. Isinya bisa bervariasi, namun biasanya
terdiri dari sumber protein (fish cake, daging kepiting imitasi, telur, atau
daging sapi) dan sayuran (mentimun, bayam, wortel, atau acar lobak).
Kimbap memang terinspirasi dari sushi gulung yang dibawa ke Korea pada
masa kependudukan Jepang. Namun, kimbap berbeda karena nasinya
dibumbui minyak wijen, bukan cuka beras seperti sushi. Isi kimbap yang
mengandung acar juga membuat kimbap terasa agak asam, berbeda dengan
sushi yang agak amis karena menggunakan daging ikan mentah. Selain itu,
kimbap lebih mirip futomaki daripada makizushi, jenis sushi yang paling
populer di Indonesia. Diameter kimbap cenderung lebih lebar karena
mengandung lebih banyak isi dan dipotong lebih tipis (detikfood, 2014).
3 Kimchi Kimchi adalah makanan tradisional Korea, salah satu jenis asinan sayur
hasil fermentasi yang diberi bumbu pedas. Setelah digarami dan dicuci,
sayuran dicampur dengan bumbu yang dibuat dari udang krill, kecap
ikan, bawang putih, jahe dan bubuk cabai merah. Sayuran yang paling
umum dibuat kimchi adalah sawi putih dan lobak. Orang Korea sangat
sering memakan makanan khas ini, hingga terhitung 40 pon per orang setiap
tahunnya. Hidangan kubis yang difermentasi dengan campuran bawang
putih, garam, cuka, cabai merah, dan rempah-rempah lainnya disajikan
setiap kali makan, baik sendiri atau dicampur dengan nasi atau mie. Kimchi
merupakan bagian dari diet tinggi serat dan rendah lemak yang membuat
orang-orang Korea terhindar dari obesitas. Kimchi juga digunakan dalam
segala olahan makanan mulai dari sup sampai pancake, dan sebagai topping
pada pizza dan burger (Fitria, 2017).
4 Bibimbap Bibimbap atau biasa di sebut nasi campur, adalah salah satu makanan khas
Korea yang isinya nasi putih, dan sayur-sayuran, yang di campur jadi satu
dalam sebuah mangkuk. Nama Bibimbap sendiri berasal dari kata Bibim
yang artinya campur dan bap yang artinya nasi. Sayuran atau isi yang
biasanya dicampur dalam pembuatan bibimbap adalah timun Jepang yang
dipotong kecil-kecil seukuran korek api, bayam, lobak, pasta kedelai, jamur,
gosari, selada dan juga rumput laut kering/nori. Selain sayuran, bahan
campuran bibimbap, ada daging sapi dan telur mentah ataupun setengah
matang. Bibimbap biasa dikonsumsi bersama sambal yang
namanya gochujang atau pasta cabai, sambal inilah yang membuat warna
bibimbap menjadi merah dan rasanya sangat pedas. Biasanya bibimbap
dihidangkan disebuah mangkuk batu yang udah dipanaskan yang biasa
disebut dolsot Bibimbap (mangkuk panas Bibimbap), dan panas dari dolsot
inilah yang membuat telur mentah yang dicampur menjadi matang
(Minkyukey, 2011).
5 Ddukbokki Ddukbokki adalah makanan snack yang sangat populer di Korea. Ddukbokki

12
No Nama Makanan Penjelasan
banyak di jajakan di pinggir jalan oleh para pedagang makanan di malam
hari. Makanan ini dibuat dari ikan, telur rebus, ditambah saus pedas yang
sedikit manis.
Sebagai penawar rasa pedas, ditambahkan juga kue beras yang kenyal dan
lembut. Ddukbokkie aslinya adalah berupa hidangan tumis yang terdiri dari
garaetteok (tteok berbentuk silinder Tteok) yang dikombinasikan dengan
berbagai bahan seperti daging sapi, tauge, bawang, jamur shiitake, wortel,
dan dibumbui dengan saus kedelai (Rima, 2013).
6 Jajangmyeon Jajangmyeon adalah sebuah makanan yang merupakan mie khas Korea yang
di dalamnya terdapat sayuran, potongan daging, saus kedelai hitam kental.
Sebenarnya makanan bernama Jajangmyeon ini mirip dengan mie ayam
yang ada di indonesia, akan tetapi yang membedakan adalah bahan yang ada
di dalamnya. Makanan korea yang bernama Jajangmyeon ini biasanya di
sajikan dengan saus kedelai dan acar lobak pada saat kondisi masih panas.
Tentu kepopuleran dari Jajangmyeon ini semakin luar biasa saat dalam
beberapa drama Korea makanan ini sering muncul dan di sebut-sebut. Tentu
saja mie pasta kedelai hitam yang ada dalam makanan khas Korea yang satu
ini mempunyai cita rasa khas makanan Korea (septiadi, 2016)

2.2.2 Definisi Konsumen


Konsumen dibagi menjadi dua kategori, yaitu konsumen personal dan konsumen
organisasional. Konsumen personal adalah individual yang membeli barang dan
jasa untuk digunakan sendiri, untuk penggunaan dalam rumah tangga, anggota
keluarga dan teman. Sedangkan konsumen organisasional merupakan sebuah
perusahaan, agen pemerintah atau institusi profit maupun nonprofit lainnya yang
membeli barang, jasa dan peralatan lain yang diperlukan yang digunakan agar
organisasi tersebut dapat berjalan dengan baik.
Pengertian Konsumen menurut (Kotler & Plilip, 2000) adalah semua
individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa
untuk dikonsumsi pribadi. Psikologi konsumen adalah the study of consumer
behavior in a relation environment, dimana pada psikologi konsumen membahas
tingkah laku individu sebagai konsumen. Psikologi konsumen merupakan
merupakan psikologi ekonomi dalam pengertian mikro.
2.2.3 Perilaku Konsumen
Tujuan suatu perusahaan adalah memenuhi, melayani dan memuaskan kebutuhan
serta keinginan konsumennya secara efisien dan efektif dibandingkan dengan
pesaingnya. Tetapi, mengenal konsumen tidaklah mudah karena tingkah laku atau
perilaku tiap konsumen sangat beragam dari segi usia, pendapatan, tingkat
pendidikan, gaya hidup, dan selera. Mempelajari dan memahami perilaku
konsumen akan memberikan petunjuk bagi para pemasar dalam mengembangkan

13
produk baru, keistimewaan produk, harga, saluran pemasaran, dan elemen bauran
pemasaran lainnya. Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen
membuat keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan
dan mengatur pembelian barang dan jasa (Arifuddin, 2012).
Banyak pengertian perilaku konsumen oleh para ahli, salah satunya adalah
yang didefenisikan oleh (Umar, 2003),yaitu perilaku konsumen merupakan suatu
tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan
produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan tersebut.
Definisi perilaku konsumen menurut (Amstrong, Gary, & Kotler, 2002)
adalah tingkah laku konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga yang
membeli barang atau jasa untuk konsumsi pribadi. Sedangkan menurut (Setiadi,
2003), definisi perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan
aktivitas masing-masing individu yang dilakukan dalam rangka evaluasi,
mendapatkan, penggunaan, atau mengatur barang-barang dan jasa.
Menurut (Schiffman L. G., 2004) pengertian perilaku konsumen adalah
perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam pencarian akan pembelian,
penggunaan, pengevaluasian, dan penggantian produk dan jasa yang diharapkan
dapat memuaskan kebutuhannya. Definisi perilaku konsumen diatas menekankan
bahwa ada dua elemen penting dari arti perilaku konsumen yaitu proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik, yang semua ini melibatkan individu
dalam menilai, mendapatkan serta mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa
ekonomis.
Menurut (Handoko, 2003) perilaku konsumen merupakan kegiatan-
kegiatan individu yang secara langsung dalam mendapatkan dan mempergunakan
barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada masa
persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan. Menurut (Minor, 2001) perilaku
konsumen merupakan sebagai studi tentang unit pembelian (buying units) dan
proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang,
jasa, pengalaman serta ide-ide. Jadi dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen
merupakan studi tentang bagaimana membuat keputusan (decisions units), baik
individu, kelompok ataupun organisasi, membuat keputusan-keputusan beli atau
melakukan transaksi pembelian suatu produkdan mengkonsumsinya.

14
2.2.4 Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian menurut (Schiffman & Kanuk, 2007) adalah pemilihan dari
dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang
dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan.
Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam
pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Bentuk proses pengambilan
keputusan tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Fully Planned Purchase, baik produk dan merek sudah dipilih sebelumnya.
Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif)
namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan pembelian yang rendah
(kebutuhan rumah tangga). Planned purchase dapat dialihkan dengan taktik
marketing misalnya pengurangan harga, kupon, atau aktivitas promosi
lainnya.
2. Partially Planned Purchase, bermaksud untuk membeli produk yang sudah
ada tetapi pemilihan merek ditunda sampai saat pembelajaran. Keputusan
akhir dapat dipengaruhi oleh discount harga, atau display produk.
3. Unplanned Purchase, baik produk dan merek dipilih di tempat pembelian.
Konsumen sering memanfaatkan katalog dan produk pajangan sebagai
pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dapat
mengingatkan sesorang akan kebutuhan dan memicu pembelian.
Keputusan Pembelian merupakan suatu proses penilaian dan pemilihan
dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan
menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan (Jariah A. ,
Analisis Faktor-Faktor Pribadi Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Sepeda Motor Yamaha di Lumajang, 2012). (Schiffman & Kanuk, 2007)
menjelaskan bagaimana seseorang dalam mengambil keputusan dalam pembelian
suatu produk. Keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen melalui
beberapa tahap yaitu: tahap pengenalan kebutuhan, tahap pencarian informasi,
tahap evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan terakhir tahap perilaku setelah
pembelian.

15
a. Pengenalan kebutuhan
Proses membeli dimulai dengan pengenalan kebutuhan konsumen
mengenai adanya masalah atau kebutuhan akan suatu produk. Pembeli
merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan.
Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan
normal seseorang seperti rasa lapar, haus, seks timbul pada tingkat yang
cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan juga bisa dipicu oleh
rangsangan eksternal.
b. Pencarian informasi
Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih banyak
informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan
produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen
kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan
kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang
berhubungan dengan kebutuhan tersebut.
Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber. Sumber ini
termasuk yaitu:
 Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan.
 Sumber komersial: iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pajangan.
 Sumber publik: media massa, organisasi penilai konsumen.
 Sumber pengalaman: penanganan, pemeriksaan, menggunakan produk.
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk
mencari informasi yang lebih banyak mengenai produk atau jasa yang ia
butuhkan. Pencarian informasi dapat bersifat aktif maupun pasif. Informasi
yang bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko untuk
membuat perbandingan harga dan kualitas produk, sedangkan pencarian
informasi pasif, dengan membaca suatu pengiklanan di majalah atau surat
kabar tanpa mempunyai tujuan khusus dalam perkiraanya tentang gambaran
produk yang diinginkan.
c. Evaluasi alternatif
Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi produk alternatif dalam

16
perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses
evaluasi konsumen. Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen
melihat produk sebagai kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan
memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut
kebutuhan dan keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin
akan mengembangkan satu himpunan keyakinan produk mengenai posisi
setiap produk pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total
konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima,
konsumen sampai pada sikap terhadap produk berbeda lewat beberapa
prosedur evaluasi. Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur
evaluasi tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian.
Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli
tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam
beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan
pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit
mengevaluasi atau tidak sama sekali, mereka membeli berdasarkan dorongan
sesaat atau tergantung pada intuisi. Kadang-kadang konsumen mengambil
keputusan membeli sendiri, kadang-kadang mereka bertanya pada teman,
petunjuk bagi konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran pembelian.
d. Pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat produk dan
membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli
konsumen adalah membeli produk yang paling disukai, tetapi dua faktor
dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli.
Faktor pertama adalah sikap orang lain, yaitu pendapat dari orang lain
mengenai harga, produk yang akan dipilih konsumen. Faktor kedua adalah
faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat
produk yang diharapkan akan tatapi peristiwa-peristiwa yang diharapkan bisa
menambah niat pembelian.
e. Perilaku setelah pembelian
Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil
tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak

17
puas yang ditentukan oleh suatu pembelian terletak pada hubungan antara
harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk. Bila produk
tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas, bila memenuhi
harapan konsumen merasa puas, bila melebihi harapan konsumen akan
merasa sangat puas.
Konsumen berdasarkan harapan mereka pada informasi yang mereka
terima dari penjual, teman dan sumber-sumber yang lain. Bila penjual
melebih-lebihkan prestasi produknya, harapan konsumen tidak akan terpenuhi
dan hasilnya adalah ketidakpuasan. Semakin besar kesenjangan antara
harapan dan prestasi maka semakin besar ketidakpuasan konsumen. Hal ini
menunjukkan bahwa penjual harus membuat pernyataan yang jujur mengenai
prestasi produknya sehingga konsumen akan puas.
(Swastha & Irawan, 2006) mengatakan keputusan pembelian merupakan
kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan
untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Pada
saat memutuskan pembelian, konsumen akan memilih suatu produk yang sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Setelah itu, konsumen akan mencari
informasi tentang produk tersebut sehingga akan terbentuk keputusan pembelian
suatu produk. Hal ini menyebabkan perusahaan berusaha lebih keras lagi agar
produknya dapat diterima oleh konsumen, oleh karena itu sangat penting bagi
perusahaan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh
konsumen terhadap suatu produk melalui tanggapan atau respon konsumen
sehingga perusahaan mendapat keuntungan melalui kepuasan konsumen yang
melebihi harapannya.
2.2.5 Tahap-Tahap dalam Proses Keputusan Membeli
Ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pembelian, yaitu pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan
perilaku pasca pembelian. Model ini menekankan bahwa proses pembelian
bermula sebelum pembelian dan berakibat jauh setelah pembelian. Setiap
konsumen tertentu melewati tahap ini untuk setiap pembelian yang mereka
buat.Dalam pembelian yang rutin mereka membalik tahap-tahap tersebut. Berikut
adalah ilustrasi gambar mengenai tahapan dalam proses keputusan pembelian :

18
Pengenalan Keputusan Perilaku Pasca
Masalah Pembelian Pembelian

Pencarian Evaluasi Alternatif


Informasi

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan


Sumber: (Kotler & Phillip, 2002)
1. Pengenalan Masalah
Pada tahap ini, konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang
diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan
mengaktifkan proses keputusan. Pada tahap ini konsumen merasakan kondisi
aktual yang berbeda dengan keadaan yang diinginkan, hal ini membuat konsumen
mengenali kebutuhannya.
2. Pencarian Informasi
Pada tahap ini, konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam
ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan
keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal). Setelah mengenali
kebutuhannya, konsumen mencari informasi yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhannya.Informasi yang didapat dari dirinya sendiri, seperti pengalamann
pribadi dan ingatan konsumen akan sesuatu yang relevan dengan kebutuhannya,
disebut dengan pencarian internal. Sedangkan yang dimaksud dengan pencarian
eksternal adalah ketika konsumen mencari informasi dari lingkungan luarnya.
3. Evaluasi Alternatif
Pada tahap ini, konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat
yang diharapkan dan menyempitkan pilihan sehingga alternatif yang dipilih
benar-benar tertuju pada produk yang dibutuhkan. Pencarian internal dan
eksternal yang diperoleh konsumen kemudian dievaluasi, hingga kearah yang
sesuai dengan harapan konsumen dalam memuaskan kebutuhannya.
4. Pembelian
Pada tahap pembelian, konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau
pengganti yang dapat diterima bila perlu.Evaluasi yang telah dilakukan membawa

19
konsumen untuk melakukan pembelian. Jika ia mengalami kegagalan dalam
melakukan pembelian produk/ jasa yang diinginkannya (alternatif yang dipilih),
konsumen melakukan pembelian ke alternatif lain atau alternatif pengganti yang
masih dapat diterima.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Pada tahap ini, konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih
memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. Setelah
mengkonsumsi alternatif yang dipilih, konsumen kembali melakukan evaluasi
terhadap barang/jasa yang dikonsumsinya. Jika kinerja barang atau jasa yang
digunakannya telah sesuai dengan harapannya, maka konsumen tersebut akan
merasa puas. Begitu pula sebaliknya, jika kinerja barang atau jasa yang
digunakannya tidak sesuai dengan harapannya, maka konsumen tersebut akan
merasa tidak puas. Pada tahap ini, kita bisa melihat keputusan pembelian sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pendirian orang lain, resiko, tindakan
pasca pembelian konsumen dan tindakan pasca pembelian di pihak perusahaan.
2.2.6 Faktor–faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
Menurut (Schiffman & Kanuk, 2007) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian, diantaranya:
1. Psikologis konsumen. Proses keputusan pembelian dipengaruhi oleh unsur
psikologis yang menentukan tipe pembelian yang dibuat oleh konsumen.
Unsur-unsur psikologis tersebut meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran,
kepribadian, dan sikap.
2. Lingkungan sosial-budaya meliputi keluarga, kelompok referensi, sumber
non-komersial, kelas sosial, dan subbudaya.
3. Bauran pemasaran adalah paduan unik dari produk, distribusi, promosi, dan
strategi harga yang dirancang untuk menghasilkan hubungan yang saling
menguntungkan dengan target market.
Menurut (Kotler & Keller, Manajemen Pemasaran, 2009) faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen adalah kebudayaan, faktor
sosial, pribadi dan psikologis. Sebagian faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan
oleh pemasar tetapi sebenarnya harus diperhitungkan untuk mengetahui seberapa

20
jauh faktor-faktor perilaku konsumen tersebut mempengaruhi pembelian
konsumen.
Tabel 2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Kebudayaan Sosial Pribadi Psikologis

- Budaya - Kelompok, - Umur dan Tahap siklus - Motivasi


- Subbudaya - Keluarga, hidup - Persepsi
- Kelas sosial - Peran dan Status - Pekerjaan - Pembelajaran
- Situasi ekonomi, - Keyakinan dan
- Gaya hidup Sikap
Sumber: Kotler & Keller (2009)
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa keputusan pembelian konsumen
sangat dipengaruhi faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor
psikologis dari konsumen. Perilaku konsumen menurut (Kotler & Keller,
Manajemen Pemasaran, 2009) adalah semua individu dan rumah tangga yang
membeli atau memperoleh barang dan jasa untuk dikonsumsi pribadi. Dengan
memahami perilaku konsumen melalui faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumen, perusahaan dapat mengenal konsumennya dan memuaskan keinginan
konsumennya yang tujuan utamanya ialah untuk mempengaruhi keputusan
konsumen serta mempertahankan konsumennya dan memenangkan persaingan
dengan kompetitornya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah kebudayaan,
sosial, pribadi dan psikologis (Kotler & Keller, Manajemen Pemasaran, 2009).
1. Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada
tingkah laku konsumen. Pemasar harus mengetahui peran yang dimainkan
oleh :
a. Budaya
Budaya adalah kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan tingkah
laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan
lembaga penting lainnya.
b. Sub budaya
Sub budaya adalah sekelompok orang dengan sistem nilai terpisah
berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang umum. Sub budaya
termasuk nasionalisme, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis.

21
c. Kelas sosial
Kelas sosial adalah divisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur
dengan para anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan tingkah laku yang
serupa.
2. Faktor Sosial
Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, yaitu:
a. Kelompok
Kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai
sasaran individu atau bersama. Beberapa merupakan kelompok primer
yang mempunyai interaksi reguler tapi informal-seperti keluarga, teman,
tetangga dan rekan sekerja. Beberapa merupakan kelompok sekunder,
yang mempunyai interaksi lebih formal dan kurang reguler. Ini mencakup
organisasi seperti kelompok keagamaan, asosiasi profesional dan serikat
pekerja.
b. Keluarga
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat dan telah diteliti secara mendalam, pemasar tertarik
dalam peran dan pengaruh suami, istri dan anak-anak pada pembelian
berbagai produk dan jasa.
c. Peran dan status
Peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang menurut
orang-orang yang ada disekitarnya. Setiap peran membawa status yang
mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Orang
seringkali memilih produk yang menunjukkan statusnya dalam
masyarakat.
3. Faktor Pribadi
Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang
yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif
konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan.
Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu :
a. Umur dan tahap daur hidup

22
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya.
Selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi sering kali
berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup
keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan
kedewasaannya. Pemasar seringkali menentukan sasaran pasar dalam
bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta
rencana pemasaran untuk setiap tahap.
b. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya.
Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat
di atas rata-rata akan produk dan jasa mereka. Sebuah perusahaan bahkan
dapat melakukan spesialisasi dalam memasarkan produk menurut
kelompok pekerjaan tertentu.
c. Situasi ekonomi
Situasi ekonomi sekarang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar
produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam
pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat minat. Bila indikator ekonomi
menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk
merancang ulang, memposisikan kembali dan mengubah harga produknya.
d. Gaya hidup
Pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam aktivitas (pekerjaan,
hobi, berbelanja, olahraga, kegiatan sosial), minat (makanan, mode,
keluarga, rekreasi) dan opini yang lebih dari sekedar kelas sosial dan
kepribadian seseorang, gaya hidup menampilkan pola bereaksi dan
berinteraksi seseorang secara keseluruhan di dunia.
e. Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian setiap orang jelas mempengaruhi tingkah laku membelinya.
Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang
menyebabkan respons yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap
lingkungan dirinya sendiri. Kepribadian biasanya diuraikan dalam arti
sifat-sifat seperti rasa percaya diri, dominasi, kemudahan bergaul,
otonomi, mempertahankan diri, kemampuan menyesuaikan diri, dan

23
keagresifan. Kepribadian dapat bermanfaat untuk menganalisis tingkah
laku konsumen untuk pemilihan produk atau merek tertentu.
4. Faktor Psikologis
faktor psikologis adalah bagian dari pengaruh lingkungan dimana
konsumen tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh
masa lampau atau antisipasinya terhadap waktu yang akan datang. Faktor-faktor
dari psikologi konsumen dimaksud yaitu:
a. Motivasi
Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari
kepuasan dari kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang
dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia
diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai paling
tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri,
pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah
terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang
tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling
penting berikutnya
b. Persepsi
Persepsi adalah proses yang dilalui orang dalam memilih,
mengorganisasikan dan mengintepretasikan informasi guna membentuk
gambaran yang berarti mengenai dunia. Seseorang yang termotivasi siap
untuk bertindak. Bagaimana orang tersebut bertindak dipengaruhi oleh
persepsinya mengenai situasi.
c. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah
sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan
dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman
sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun pengalaman
pribadi bertindak sebagai feedback bagi individu dan menyediakan dasar
bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama.

24
d. Keyakinan dan sikap
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai
sesuatu. Keyakian dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan
iman. Sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan
kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek
atau ide.
2.2.7 Analisis Multivariat
Analisis multivariat merupakan metode pengolahan variabel dengan jumlah yang
banyak, dimana tujuannya adalah untuk menacari pengaruh variabel-variabel
tersebut terhadap objek secara simultan atau bersamaan. Data dapat berupa data
non metrik (kualitatif) untuk nominal dan ordinal; serta data metrik (kuantitatif)
untuk interval dan rasio (suparanto, 2004)
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui independen mana yang
menunjukan paling dominan berhubungan terhadap variabel dependen. Analisis
statistik multivariat merupakan metode dalam melakukan penelitian terhadap
lebih dari dua variable secara bersamaan. Dengan menggunakan teknik analisis ini
maka dapat menganalisis pengaruh beberapa variable terhadap variabel lainnya
dalam waktu yang bersamaan. Berdasarkan hubungan antar variabel, analisis
multivariat dapat dibedakan menjadi dependence techniques dan interdependence
techniques. Dalam dependence techniques, terdapat dua jenis variabel, yaitu
variabel terikat dan variabel bebas. Dependence techniques ini digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan mengenai hubungan antara dua
kelompok variabel tersebut. Sedangkan dalam interdependence techniques,
kedudukan setiap variabel sama, tidak ada variabel terikat dan variabel bebas.
Biasanya interdependence techniques ini digunakan untuk melihat saling
keterkaitan hubungan antar semua variabel tanpa memperhatikan bentuk variabel
yang dilibatkan (Simamora, 2005).
2.2.8 Konsep Dasar Structural Equation Modeling (SEM)
Sewal Wright mengembangkan konsep ini pada tahun 1934, pada awalnya teknik
ini dikenal dengan analisa jalur dan kemudian dipersempit dalam bentuk analisis
Structural Equation Modeling Invalid source specified..

25
SEM (Structural Equation Modeling) adalah suatu teknik statistik yang
mampu menganalisis pola hubungan antara konstruk laten dan indikatornya,
konstruk laten yang satu dengan lainnya, serta kesalahan pengukuran secara
langsung. SEM memungkinkan dilakukannya analisis di antara beberapa variabel
dependen dan independen secara langsung (Hair, et al., 2006).
Teknik analisis data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM),
dilakukan untuk menjelaskan secara menyeluruh hubungan antar variabel yang
ada dalam penelitian. SEM digunakan bukan untuk merancang suatu teori, tetapi
lebih ditujukan untuk memeriksa dan membenarkan suatu model. Oleh karena itu,
syarat utama menggunakan SEM adalah membangun suatu model hipotesis yang
terdiri dari model struktural dan model pengukuran dalam bentuk diagram jalur
yang berdasarkan justifikasi teori. SEM adalah merupakan sekumpulan teknik-
teknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan secara
simultan. Hubungan itu dibangun antara satu atau beberapa variabel independen
Invalid source specified..
SEM menjadi suatu teknik analisis yang lebih kuat karena
mempertimbangkan permodelan interaksi, nonlinearitas, variabel-variabel bebas
yang berkorelasi (correlated independent), kesalahan pengukuran, gangguan
kesalahan-kesalahan yang berkorelasi (correlated error terms), beberapa variabel
bebas laten (multiple latent independent) dimana masing-masing diukur dengan
menggunakan banyak indikator, dan satu atau dua variabel laten tergantung yang
juga masing-masing diukur dengan beberapa indikator. Dengan demikian menurut
definisi ini SEM dapat digunakan alternatif lain yang lebih kuat dibandingkan
dengan menggunakan regresi berganda, analisis jalur, analisis faktor, analisis time
series, dan analisis kovarian Invalid source specified..
Yamin & Kurniawan (2009) mengemukakan bahwa di dalam SEM peneliti
dapat melakukan tiga kegiatan sekaligus, yaitu pemeriksaan validitas dan
reliabilitas instrumen (setara dengan analisis faktor konfirmatori), pengujian
model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis path), dan
mendapatkan model yang bermanfaat untuk prediksi (setara dengan model
struktural atau analisis regresi).

26
Dua alasan yang mendasari digunakannya SEM adalah (1) SEM mempunyai
kemampuan untuk mengestimasi hubungan antar variabel yang bersifat multiple
relationship. Hubungan ini dibentuk dalam model struktural (hubungan antara
konstruk dependen dan independen), (2) SEM mempunyai kemampuan untuk
menggambarkan pola hubungan antara konstruk laten dan variabel manifes atau
variabel indikator.
Dalam SEM yang menjadi perhatian lebih adalah variabel laten yaitu
konsep pilihan konsumsi. Peneliti harus mengamati hubungan variabel laten
tersebut dengan variabel manifes. Berikut akan dijelaskan mengenai penulisan dan
penggambaran variabel-variabel yang terdapat pada SEM.
1. Variabel Laten
Di dalam SEM, variabel laten digambarkan dengan bulat oval atau elips.
Ada dua jenis variabel laten yaitu variabel laten endogen dan variabel laten
eksogen. Variabel laten endogen adalah variabel laten yang bergantung, atau
variabel laten yang tidak bebas. Variabel laten eksogen adalah variabel laten
yang bebas. Dalam SEM variabel laten eksogen dilambangkan dengan
karakter ‘ksi’ (𝜉) dan variabel laten endogen dilambangkan dengan karakter
‘eta’ (𝜂). Dalam bentuk grafis variabel laten endogen menjadi target dengan
satu anak panah (→) atau hubungan regresi, sedangkan variabel laten
eksogen menjadi target dengan 2 anak panah (↔) atau hubungan korelasi.
2. Variabel Manifest/Indikator
Variabel manifest adalah variabel yang langsung dapat diukur dan
digunakan sebagai indikator pada konstruk laten. Variabel manifest
digambarkan dengan kotak. Variabel manifest ini diwujudkan dengan
pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan skala rating. Varibel
manifest untuk membentuk konstruk laten eksogen diberi symbol X
sedangkan varibel manifest untuk membentuk konstruk laten endogen diberi
simbol Y.
3. Model struktural
Model struktural meliputi hubungan antar variabel laten dan hubungan ini
dianggap linear. Parameter yang menggambarkan hubungan regresi antar
variabel laten umumnya ditulis dengan lambang ‘gamma’ (𝛾) untuk regresi

27
variabel laten eksogen ke variabel endogen dan ditulis dengan lambang
‘beta’ 𝛽 untuk regresi satu variabel laten endogen ke variabel endogen yang
lainnya. Variabel laten eksogen dapat pula dikorelasikan satu sama lain dan
parameter yang menghubungkan korelasi ini ditulis dengan lambang
‘phi’(Φ).
4. Model Pengukuran (measurement model)
Setiap variabel laten biasanya dihubungkan dengan multiple measure.
Hubungan antar variabel laten dengan pengukurannya, dilakukan lewat
factor analytic measurement model, yaitu setiap variabel laten dibuat model
sebagai faktor umum dari pengukurannya. Nilai yang menghubungkan
variabel laten dengan pengukurannya diberi simbol ‘lamda’ (𝜆).
5. Kesalahan Struktural (structural error)
Sangat tidak memungkinkan untuk melakukan prediksi secara sempurna,
oleh karena itu SEM memasukkan kesalahan structural yang ditulis dengan
lambang ‘zeta’ (𝜁). Kesalahan struktural ini dikorelasikan dengan variabel
laten endogen.
6. Kesalahan Pengukuran (measurement error)
Kesalahan pengukuran yang berhubungan dengan pengukuran X diberi
lambang ‘delta’ (𝛿) sedangkan kesalahan pengukuran yang berhubungan
dengan pengukuran Y diberi lambang ‘epsilon’ (𝜀).
2.3 Kerangka Pemikiran
Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat
dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang
ditawarkan oleh penjual. Pada saat memutuskan pembelian, konsumen akan
memilih suatu produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh berbagai faktor internal seperti faktor pribadi
dan faktor psikologi. Oleh karena itu sangat penting bagi perusahaan untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen terhadap suatu
produk melalui tanggapan atau respon konsumen sehingga perusahaan mendapat
keuntungan melalui kepuasan konsumen yang melebihi harapannya. Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian adalah faktor external

28
(faktor budaya dan faktor sosial) dan faktor internal (faktor pribadi, dan faktor
psikologi).
Berdasarkan identifikasi Permasalahan yang ada, maka penulis mencoba
untuk dapat mengembangkan suatu kerangka pemikiran pada penelitian ini,
seperti pada gambar berikut :

Perilaku Konsumen

Budaya (X1) Sosial (X2) Pribadi (X3) Psikologis (X4)

Keputusan Pembelian
Konsumen (Y)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran


Sumber : (Kotler & Susanto, 2001)
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
hipotesis penelitian ini adalah diduga faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis
berpengaruh pada keputusan pembelian makanan Korea di kota Pontianak.

29

Anda mungkin juga menyukai