Anda di halaman 1dari 33

“MENGANALISIS PERBEDAAN DAN PERSAMAAN

ARTIKEL DAN JURAL ILMIAH”


Dosen : Muhammad Zulfadhli S.Pd.,M.Pd

Disusun oleh :

Anggi Achmad Akbar (202110325064)


2A02 Manajemen

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Jl.Perjuangan No 81,RT.003/RW.002,Marga Mulya,Kec Bekasi Utara,Kota


Bks,Jawa Barat 17143(021) 8895588 Jawa Barat

1
CONTOH JURNAL

PENGARUH PRODUK, HARGA, DAN KUALITAS LAYANAN


TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA
RUMAH MAKAN SEDERHANA BY PASS PADANG

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
produk, harga dan kualitas layanan terhadap keputusan pembelian pada Rumah
Makan Sederhana By Pass Padang. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian
kuantitatif yaitu melakukan pengujian hipotesis sesuai rumusan masalah yang diteliti
sehingga dapat diketahui ada tidak adanya pengaruh produk, harga dan kualitas
layanan terhadap keputusan pembelian pada Rumah Makan Sederhana By Pass
Padang. Pada penelitian ini, yang menjadi populasinya adalah konsumen yang pernah
mengkonsumsi produk Rumah Makan Sederhana By Pass Padang. Di mana jumlah
kunjungan selama bulan Mei 2013- Mei 2014 berjumlah 278.400 kunjungan. Jumlah
sampel penelitian adalah 120 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
dan kuesioner. Sedangkan analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi linier
berganda, uji t, uji F, koofesien determinasi. Penelitian yang dilakukan menghasilkan
produk, harga dan kualitas layanan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
pada Rumah Makan Sederhana By Pass Padang, dibuktikan dengan nilai koofesien
regresi dari produk yaitu 0, 435, nilai koofesien regresi dari harga yaitu 0,071 dan
koofesien regresi dari kualitas layanan yaitu 0,552. Besarnya pengaruh produk, harga
dan kualitas layanan terhadap keputusan pembelian adalah 69,8% dan sisanya 30,2%
dipengaruhi oleh varibel lain seperti lingkungan dan sosial budaya yang meliputi
keluarga, sumber informasi, kelas sosial, sumber non komersil, sub budaya dan
budaya.

Kata Kunci : Produk, Harga, Kualitas Layanan dan Keputusan Pembelian.

2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan dalam dunia bisnis yang semakin ketat membuat para pengusaha
mencari strategi yang tepat untuk memasarkan produknya. Setiap pelaku usaha ditiap
kategori bisnis dituntut untuk memiliki kepekaan terhadap setiap perubahan yang
terjadi dan menempatkan orientasi kepada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama
(Kotler dan Keller, 2007).
Semakin banyaknya bermunculan usaha-usaha bisnis penyajian makanan dan
minuman (food service) modern di Indonesia seperti Mc Donald, KFC, Pizza Hut,
Solaria, dan lain-lain, seringkali dikaitkan dengan mobilitas masyarakat yang semakin
tinggi. Sehingga perusahaan yang menerapkan konsep pemasaran perlu mencermati
perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembeliannya
dalam usaha-usaha pemasaran sebuah produk yang dilakukan.
Konsumen saat ini semakin pintar, artinya konsumen semakin bisa
membandingkan antara kelayakan harga dan kualitas produk yang dihasilkan oleh
sebuah perusahaan karena makanan merupakan produk convenience. Pemenuhan
kebutuhan dan keinginan serta nilai kualitas jasa sangat ditentukan oleh tingkat
kepentingan maupun kepuasan pelanggan sebagai pemakainya.
Di Kota Padang sendiri banyak perusahaan yang mengembangkan bisnis
makanan dan semua bersaing demi merebut kepercayaan dari konsumen bahwa
produk yang mereka tawarkan adalah yang terbaik. Salah satunya adalah Rumah
Makan Sederhana By Pass menjual makanan dan minuman dengan berbagai macam
jenis lauk pauk dan memiliki berbagai macam variasi harga. Dari uraian di atas maka
penulis mengadakan penelitian tentang Pengaruh Produk, Harga dan Kualitas
Layanan terhadap Keputusan Pembelian pada Rumah Makan Sederhana By
Pass Padang.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada rumah makan
Sederhana By Pass Padang ?
2. Apakah harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada Rumah Makan
Sederhana By Pass Padang ?
2. Apakah Kualitas layanan berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada
rumah makan Sederhana By Pass Padang ?
3. Apakah produk, harga, dan kualitas layanan berpengaruh secara bersamaan
terhadap keputusan pembelian pada Rumah Makan Sederhana By Pass Padang?

3
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh produk terhadap keputusan
pembelian pada Rumah Makan Sederhana By Pass Padang.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh harga terhadap keputusan
pembelian pada Rumah Makan Sederhana By Pass Padang.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas layanan terhadap
keputusan pembelian pada Rumah Makan Sederhana By Pass Padang.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh produk, harga, dan kualitas
layanan terhadap keputusan pembelian pada Rumah Makan Sederhana By Pass
Padang.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, untuk memperoleh wawasan pengetahuan teori-teori yang
diperoleh selama berada diperkuliahan sebagai gambaran untuk bahan studi
perbandingan dengan fakta yang ada.
2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi pihak manajemen untuk menentukan langkah-langkah yang tepat dalam
upaya mengembalikan tingkat kepercayaan customer dengan cara
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam
melakukan pembelian sehingga mampu meningkatkan volume penjualan
kembali.
3. Bagi pihak akademis, dapat dijadikan sebagai masukan untuk mengembangkan
wawasan ilmiah serta bahan pertimbangan bagi penelitian-penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan keputusan pembelian.
1.5 Kerangka Konseptual
Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen (variabel bebas) yaitu
produk, harga dan layanan, sedangkan variabel dependen (variabel terikat) yaitu
keputusan pembelian (Gambar 1. 1).

Gambar 1.1
Kerangka Konseptual Penelitian
PRODUK
H1
(X1)

HARGA H2 KEPUTUSAN PEMBELIAN


(X2) (Y)
H3
KUALITAS
LAYANAN
(X3)
H4

4
1.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H1 : Diduga produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
pada Rumah Makan Sederhana By Pass Padang.
H2 : Diduga harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian pada
Rumah Makan Sederhana By Pass Padang.
H3 : Diduga layanan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
pada Rumah Makan Sederhana By Pass Padang.
H4 : Diduga produk, harga dan kualitas layanan berpengaruh secara
bersama-sama terhadap keputusan pembelian pada Rumah Makan
Sederhana By Pass.
II. LANDASAN TEORI
2.1 Produk
Produk menurut Kotler (2008) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke
suatu pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan. Produk yang ditawarkan
tersebut meliputi barang fisik, jasa, orang, tempat, organisasi dan gagasan. Kita dapat
mengatakan bahwa penjual telah menghasilkan mutu bila produk atau pelayanan
penjual tersebut memenuhi atau melebihi harapan pelanggan (Kotler, 2007). Produk
yang baik dapat dilihat melalui kualitas produk itu sendiri. Kualitas produk
merupakan fokus utama dalam perusahaan. Untuk produk yang merupakan kebutuhan
pokok seperti makanan dan minuman, konsumen sangat mempertimbangkan
kualitasnya (Tedjakusuma, Hartini, dan Muryani, 2001). Karena sangat berhubungan
dengan kesehatan manusia dan merupakan kebutuhan pokok, maka kualitas produk
sangat mempengaruhi pembeli dalam mengambil keputusan pembelian. Apabila
kualitas produk ditingkatkan, perilaku konsumen untuk melakukan pembelian juga
akan meningkat (Tedjakusuma,2001).
Menurut Heizer dan Render (2005) Kualitas diartikan sebagai faktor yang
terdapat dalam suatu barang atau hal yang menyebabkan barang atau hasil tersebut
sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau hasil itu dimaksudkan dan dibutuhkan.
Selanjutnya Heizer dan Render (2005) Kualitas diartikan sejumlah dari artribut atau
sifat-sifat sebagaimana dideskripsikan dalam produk yang bersangkutan. Konsumen
sebagai pengguna produk adalah sebagai penentu atau yang membuat keputusan akhir
terhadap mutu produk meskipun produsen memutuskan ketepatan tujuan untuk apa
hasil atau produk tersebut dimaksudkan
Adapun menurut Tjiptono dan Diana (2000) Kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan.

5
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
merupakan usaha yang di lakukan oleh perusahaan dalam rangka untuk memenuhi
atau melebihi harapan pelanggan. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses
dan lingkungan. Pada sisi yang lain kualitas juga merupakan kondisi yang selalu
berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap
kurang berkualitas pada masa yang akan datang).
2.2 Harga
Harga menurut Kotler dan Amstrong (2006) adalah sejumlah uang yang
ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Untuk itu harga harus sesuai dengan
persepsi konsumen tentang produk yang akan ditawarkan. Harga yang tinggi akan
mengasumsikan bahwa produk yang ditawarkan memiliki kualitas produk yang tinggi
juga. Harga merupakan salah satu faktor penentu konsumen dalam menentukan suatu
keputusan pembelian terhadap suatu produk maupun jasa. Apabila produk atau jasa
yang akan dibeli tersebut merupakan kebutuhan sehari-hari seperti makanan,
minuman dan kebutuhan pokok lainnya, konsumen akan sangat memperhatikan
harganya. Pengusaha harus memperhatikan hal ini, karena dalam persaingan usaha,
harga yang ditawarkan oleh pesaing bisa lebih rendah dengan kualitas yang sama atau
bahkan dengan kualitas yang lebih baik. Sehingga dalam penentuan harga produk
atau jasa yang dijual, baik perusahaan besar maupun usaha kecil sekalipun harus
memperhatikan konsumen dan para pesaingnya.
Menurut Shinta (2011) beberapa tujuan dalam penetapan harga produk antara
lain:
1. Tujuan yang berorientasi pada laba.
Tujuan ini meliputi dua pendekatan yaitu maksimalisasi laba (asumsi teori
ekonomi klasik) dan target laba. Pendekatan maksimal laba menyatakan bahwa
perusahaan berusaha untuk memilih harga yang biasa menghasilkan
laba/keuntungan yang paling tinggi. Pendekatan target laba yaitu tingkat laba
yang sesuai atau yang diharapkan sebagai sasaran laba.
2. Tujuan yang berorientasi pada volume.
Harga ditetapkan agar dapat mencapai target penjualan, nilai penjualan atau
pangsa pasar. Tujuan ini biasanya dilandasi strategi dalam mengatasi
persaingan
3. Tujuan yang berorientasi pada citra.
Citra perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga, baik itu
penetapan harga tinggi maupun penetapan harga rendah bertujuan
meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran produk yang
ditawarkan perusahaan.

6
4. Tujuan stabilisasi harga.
Dalam tujuan ini harga didasarkan pada strategi menghadapi atau memenuhi
tuntutan persaingan.
Secara umum ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga
yaitu faktor internal perusahaan dan faktor eksternal lingkungan (Shinta, 2011).
1. Tujuan pemasaran perusahaan
Faktor ini merupakan faktor utama dalam penetapan harga. Tujuan ini meliputi
maksimalisasi laba, mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan
meraih pangsa pasar yang besar.
2. Strategi bauran pemasaran
Harga harus dikoordinasikan dan saling mendukung dengan bauran pemasaran
yang lain yaitu produk, distribusi dan promosi.
3. Biaya
Biaya merupakan faktor utama yang menentukan harga minimal yang harus
ditetapkan perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Setiap perusahaan selalu
menaruh perhatian besar pada aspek struktur biaya (biaya tetap dan biaya
variabel) dan jenis-jenis biaya yang lain.
4. Organisasi
Manajemen perlu memutuskan siapa dalam organisasi yang harus menetapkan
harga. Setiap perusahaan menangani masalah penetapan harga menurut caranya
masing-masing. Pihak-pihak yang biasanya berpengaruh dalam penetapan
harga diantaranya adalah manajer penjualan, manajer produksi, manajer
keuangan dan akuntan.
Penetapan harga juga penting karena secara tidak langsung mempengaruhi
kuantitas penjualan. Dinawan (2010) mengatakan bahwa persepsi harga terlihat dari:
1. Perbandingan harga dengan produk lain, yaitu bagaimana perbandingan harga
produk dengan produk pesaingnya.
2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk, yaitu apakah harga yang di tawarkan
sudah sesuai dengan kualitas produk yang didapatkan.
3. Keterjangkauan harga, yaitu keterjangkauan harga yang ditawarkan produsen
kepada konsumen mampu dijangkau secara finansial.
Adanya metode yang dapat digunakan untuk menetapkan harga suatu produk
tergantung dari basis yang dipilih oleh perusahaan (Shinta, 2011).
1. Metode penetapan harga berbasis permintaan
Penetapan harga tergantung pada dampak perubahan terhadap permintaan,
karena itu perubahan penjualan sebagai akibat perubahan harga perlu diketahui,
namun, perubahan harga memiliki oleh seorang manajer

7
2. Metode penetapan harga berbasis biaya yaitu struktur biaya perusahaan (biaya
tetap dan biaya variabel) merupakan faktor pokok yang menentukan batas
bawah harga.
3. Metode penetapan harga berbasis laba yaitu ketetapan atas besarnya target laba
tahunan yang dinyatakan secara spesifik.
4. Metode penetapan harga berbasis persaingan yaitu reaksi pesaing terhadap
perubahan harga merupakan salah satu faktor penting yang perlu
dipertimbangkan setiap perusahaan.
5. Metode penetapan harga berdasarkan geografis yaitu harga ditetapkan
berdasarkan jauh dekatnya lokasi konsumen dengan perusahaan.
6. Metode penentuan harga berdasarkan potongan yaitu diskon merupakan
potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli sebagai
penghargaan atas aktivitas tertentu dari pembeli yang menyenangkan bagi
penjual,
Jenis-jenis potongan harga:
a. Potongan tunai yaitu potongan harga yang diberikan kepada pembeli yang
membayar dengan cepat dan tepat pada waktunya
b. Potongan jumlah yaitu produsen memberi pengurangan harga apabila
konsumen membeli dalam jumlah banyak.
c. Potongan fungsional yaitu diberikan oleh produsen kepada para penyalur
yang terlibat dalam pendistribusian barang dan pelaksana fungsi-fungsi
tertentu, seperti penjualan dan penyimpanan.
d. Potongan musiman yaitu potongan harga yang diberikan pada masa-masa
tertentu saja. Diskon musiman digunakan untuk mendorong agar membeli
barang-barang yang sebenarnya baru akan dibutuhkan beberapa waktu
mendatang.
2.3 Kualitas Layanan
Kualitas layanan adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh
suatu pihak pada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu (Kotler, 2005). Keputusan konsumen dalam
membeli dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah dari segi kualitas
layanan yang diberikan oleh perusahaan dan berbagai kemudahan yang diberikan
oleh perusahaan terhadap konsumennya baik dari segi fisik maupun nonfisik.
Perusahaan yang bergerak dibidang kuliner, khususnya rumah makan sikap ramah
tamah dan sopan dari pramuniaga, serta dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang baik
akan menarik minat konsumen melakukan pembelian.
Salah satu pendekatan kualitas jasa yang banyak dijadikan acuan dalam riset
pemasaran adalah model Servqual, menurut Kotler (2005) dalam model kualitas jasa
yang dirumuskan terlihat bahwa pengharapan konsumen dibentuk berdasarkan yaitu:

8
1. Berwujud (tangible), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan
eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan
prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan keadaan lingkungan
sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan, oleh pembeli
jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik (contoh: gedung dan gudang), perlengkapan
dan peralatan yang digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.
2. Kehandalan (reliability) yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan serta akurat dan terpercaya, kinerja
harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu,
pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang
simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.
3. Daya Tanggap (responsiveness) yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan
memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan,
dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu
persepsi yang negatif dalam pelayanan.
4. Jaminan dan kepastian (assurance) yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan
kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para
pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain
komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi, dan sopan santun.
2.4 Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Keller (2009) keputusan pembelian adalah suatu tahapan
proses keputusan pembelian dimana konsumen pada akhirnya membeli suatu produk
atas pemenuhan kebutuhan dan keinginan. Proses tersebut merupakan sebuah
penyelesain masalah harga yang terdiri dari lima tahap (Gambar 2.2). Lima tahap
proses keputusan pembelian tersebut adalah :
1. Pengenalan masalah
Merupakan tahap pertama diproses keputusan pembelian dimana konsumen
mengenali masalah atau kebutuhan.
2. Pencarian informasi
Pada tahap ini konsumen digerakkan untuk mencari informasi lebih banyak,
konsumen bisa lebih mudah melakukan pencarian informasi aktif, ketika lebih
banyak informasi diperoleh maka kesadaran dan pengetahuan konsumen
tentang barang atau jasa akan semakin meningkat.
3. Penilaian alternatif
Konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif
dalam himpunan pikiran.
4. Keputusan pembelian
Keputusan seorang konsumen untuk mengubah, manangguhkan, atau
membatalkan keputusan membeli, banyak dipengaruhi oleh pandangan risiko

9
seseorang. Besar kecilnya risiko yang ditanggapi seseorang adalah berbeda-
beda sesuai dengan besar uang yang dibelanjakan, banyak ciri yang tidak pasti,
dan tingkat kepercayaan diri konsumen. Seorang konsumen mengembangkan
kebiasaan tertentu untuk mengurangi resiko, seperti membatalkan keputusan,
menghimpun informasi dari teman-teman, dan memilih sebuah merek nasional
dan memiliki jaminan.
5. Perilaku pasca pembelian
Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan
atau ketidakpuasan tertentu. Jika produk sesuai harapan maka konsumen akan
puas. Jika melebihi harapan, maka konsumen sangat puas. Jika kurang
memenuhi harapan maka konsumen tidak puas. Kepuasan atau ketidakpuasan
konsumen dengan suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Bila
konsumen puas, dia akan menunjukkan probabilitas yang lebih tinggi untuk
membeli produk itu lagi.
Gambar 2.1
Tahap Proses Keputusan Pembelian
Pengenalan Pencarian Penilaian Keputusan Perilaku Pasca
Masalah Informasi Alternatif Pembelian Pembelian

Sumber : Kotler dan Keller, 2009

III. METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif
yaitu metode penelitian ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan
dapat membuktikan dan mengembangkan suatu pengetahuan. Metode penelitian
kuantitatif merupakan bentuk penelitian yang ditujukan pada pemecahan masalah
yang di analisis secara statistik dalam rangka menguji kebenaran hipotesis yang
diajukan.
3.2 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel adalah simbol yang nilainya dapat bervariasi, yaitu angkanya dapat
berbeda-beda dari satu subjek ke subjek yang lain atau dari satu objek ke objek yang
lain. Variasi angka termaksud tidak hanya dalam arti variasi kuantitatif akan tetapi
juga dapat mengandung arti variasi kualitatif (Azwar, 2007).
Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian utama peneliti.
Hakikat sebuah masalah mudah terlihat dengan mengenali berbagai variabel
dependen yang digunakan dalam sebuah model variabilitas dari atau atas faktor

10
ilmiah yang berusaha untuk dijelaskan oleh seorang peneliti (Ferdinand, 2006).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Keputusan Pembelian
(Y).
2. Variabel independen.
Variabel independen yang dilambangkan dengan (X) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen, baik yang berpengaruh positif maupun negatif
(Ferdinand, 2006). Variabel independen dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel produk (X1)
b. Variabel harga (X2)
c. Variabel layanan (X3)
3.3 Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu variabel independen (X) yaitu
produk, harga dan layanan. Variabel dependen (Y) keputusan pembelian. Untuk
mengetahui pengaruh produk, harga dan layanan terhadap peningkatan jumlah
pengunjung pada Rumah Makan Sederhana By Pass Padang, maka indikatornya
dapat dilihat pada Tabel 3.1. dibawah ini :
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Defenisi Variabel Indikator Skala
Produk Kualitas produk makanan  Warna Likert
(X1) adalah karakteristik kualitas  Penampilan
dari makanan yang dapat  Porsi
diterima oleh konsumen,  Bentuk
termasuk faktor eksternal  Temperatur
seperti, tingkat bahan yang  Tekstur
digunakan, rasa, dan  Aroma
penampilan dari produk.
 Rasa
West, Wood dan Harger dalam
West Wood dan Harger
Fiani dan Jafarindo (2012).
dalam Fiani dan Japarianto,
2012)
Harga Harga adalah sejumlah uang  Harga lebih kompetitif Likert
(X2) yang ditukarkan untuk sebuah  Kesesuaian harga dengan
produk atau jasa. (Kotler, kualitas produk
2008)  Harga terjangkau
_ Kesesuaian harga dengan
kuantitas produk
(Kotler dan Amstrong
2008)
Kualitas Kualitas Layanan adalah setiap  Berwujud (tangible) Likert
Layanan kegiatan atau manfaat yang  Keandalan (reliability)
(X3) ditawarkan oleh suatu pihak  Ketanggapan

11
pada pihak lain dan pada (responsiveness)
dasarnya tidak berwujud, serta  Jaminan dan kepastian
tidak menghasilkan (assurance)
kepemilikan sesuatu. (Kotler,  Empati
2005). (empathy). (Kotler ,
2005)
Keputusan Keputusan pembelian adalah  Pengenalan Masalah Likert
Pembelian suatu tahapan proses keputusan  Pencarian Informasi
(Y) pembelian dimana konsumen  Penilaian Alternatif
pada akhirnya membeli suatu  Keputusan Pembelian
produk atas pemenuhan  Perilaku pasca pembelian
kebutuhan dan keinginan. (Kotler dan Keller, 2008)
(Kotler dan Keller, 2008)
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Menurut Arikunto
(2002) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Nursalam (2003)
menambahkan bahwa populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut
masalah yang diteliti. Populasi pada penelitian adalah orang yang pernah
mengkonsumsi jasa atau makanan di Rumah Makan Sederhana By Pass Padang.
3.4.2 Sampel
Sampel dapat didefinisikan sebagai sekumpulan data yang diambil atau dipilih
dari suatu populasi (Santoso, 2000). Pengertian lain, sampel adalah subset dari
populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi. Subset ini diambil karena dalam
banyak kasus tidak mungkin kita mewakili seluruh anggota populasi, oleh karena itu
kita membentuk sebuah perwakilan populasi yang disebut sampel (Ferdinand, 2006).
Dalam penelitian ini jumlah populasi tidak diketahui secara pasti sehingga untuk
menentukan ukuran sampel, peneliti berpedoman pada pendapat yang dikemukakan
oleh Roscoe (1975) yang dikutip Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk
menentukan ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian. Maka jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 120
responden. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling
yaitu bentuk pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, dimana, siapa saja yang
kebetulan bertemu dengan peneliti yang pernah menkonsumsi jasa/makanan pada
Rumah Makan Sederhana By Pass Padang dan dianggap cocok menjadi sumber data
yang akan menjadi sampel penelitian ini. (Indriantoro dan Supomo, 2002).

12
3.5 Jenis Data dan Sumber Data
3.5.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian terbagi atas dua bagian, yaitu :
1. Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk
angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan
data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi
yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip).
2. Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan sesuai dengan
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik
perhitungan matematika atau statistika.
3.5.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli (tidak melalui perantara). Data ini diperoleh dengan cara penyebaran
kuesioner kepada responden. Pada penelitian ini data primer diperoleh dari hasil
kuesioner yang dibagikan kepada responden yang pernah makan pada Rumah
Makan Sederhana By Pass yang dapat dilihat dari kualitas produk, harga, dan
layanan.
2. Data sekunder
Data sekunder bersumber dari pemilik Rumah Makan Sederhana By Pass
Padang, buku-buku, literatur-literatur dan jurnal penelitian.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang dibutuhkan, penulis menggunakan beberapa
metode, yaitu:
1. Observasi
Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan untuk memperkuat data,
dengan demikian hasil observasi ini sekaligus untuk mengkonfirmasikan data
yang telah terkumpul melalui wawancara dengan kenyataan yang sebenarnya.
Observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung dan tidak langsung
tentang perilaku konsumen terutama tentang pengambilan keputusan
pembelian.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden (Iskandar, 2008).

13
3. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
berbagai literatur seperti buku, karya ilmiah dan lainnya yang berkenaan
dengan penelitian ini.
3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda berfungsi untuk mengukur kekuatan hubungan
antara varibel independen (produk, harga dan kualitas layanan) dengan variabel
dependen (keputusan pembelian) pada pengunjung Rumah Makan Sederhana By Pass
Padang. dimana fungsinya adalah :
Y= a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Keterangan :
Y : Variabel dependen yaitu keputusan pembelian
a : Konstanta
b1 s/d b3 : Koefisien regresi variabel independen
X1 : Produk
X2 : Harga
X3 : Kualitas Layanan
e : Faktor gangguan
3.7.2 Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis untuk uji t secara manual
menggunakan rumus sebagai berikut :
n2
thitung  r
1 r 2
dimana : thitung = Koefisien korelasi
n = Jumlah sampel penelitian.
Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria angka probabilitas
signifikan sebagai berikut :
a. Jika t. > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
b. Jika t < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

3.7.3 Uji F
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2005). Pengujian hipotesis untuk uji F
secara manual menggunakan rumus sebagai berikut :

14
r 2 k 1
F- hitung =
1 r 2  n  k 
Dimana : r = Koefisien korelasi.
k = Jumlah variabel independen.
n = Banyaknya sampel.
Adapun kriteria pengambilan keputusan yaitu melalui angka probabilitas
signifikan sebagai berikut :
a. Jika f > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
b. Jika f < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak
3.7.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi dapat digunakan untuk mengetahui perubahan variabel tidak
bebas (Y) yang disebabkan oleh variabel bebasnya (X) (Santoso, 2000). Pada
prinsipnya, koefisien determinasi dapat mengukur tentang seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi-variabel dependen. Koefisien determinasi dapat
dirumuskan sebagai berikut :
D = R2
dimana : D = Koefisien determinasi
R = Koefisien korelasi
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Regresi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel
bebas independen (produk, harga dan kualitas layanan) dengan variabel dependen
(keputusan pembelian) pada pengunjung Rumah Makan Sederhana By Pass Padang
(Tabel 4.1).
Dari pengolahan data statistik diatas diperoleh persamaan regresi linear
berganda sebagai berikut :
Y= -0,584 + 0,435 X1 + 0,071 X2 +0,552 X3 + e
Angka yang didapat dari persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Konstanta (a) = -0,584, artinya apabila variabel produk, harga dan kualitas
layanan tidak ditingkatkan maka tidak akan terjadi keputusan pembelian pada
Rumah Makan Sederhana By Pass Padang.
2. Koefisien regresi produk = 0,435, artinya dengan penambahan satu satuan
produk maka akan meningkatkan keputusan pembelian sebesar 0,435.
3. Koefisien regresi harga = 0,071, artinya dengan penambahan satu satuan harga
maka akan meningkatkan keputusan pembelian sebesar 0,071.

15
4. Koefisien regresi kualitas layanan = 0,552 artinya dengan penambahan satu
satuan kualitas layanan maka akan meningkatkan keputusan pembelian sebesar
0,552.
Tabel 4.1
Hasil Regresi Untuk Variabel Produk, Harga, Kualitas Layanan dan
Keputusan Pembelian
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) -.584 .263
Produk .435 .102 .338
Harga .071 .097 .061
Kualitas Layanan .552 .097 .505
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber : Data primer yang diolah

4.2 Uji t
Adalah dengan membandingkan nilai signifikan yang dihasilkan dengan α
sebesar 0,05 dan membandingkan t hitung dengan t tabel.
Tabel 4.2
Hasil Uji t Untuk Produk,Harga dan Kualitas Layanan
Terhadap Keputusan Pembelian
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.584 .263 -2.222 .028
Produk .435 .102 .338 4.245 .000
Harga .071 .097 .061 .740 .461
Kualitas Layanan .552 .097 .505 5.675 .000
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian

Deskripsi dari uji masing-masing variabel sebagai berikut :


1. Hipotesis 1 (H1)
Nilai thitung untuk variabel produk adalah 4,245 dengan probabilitas signifikansi
sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Dengan df = 120 - 2 = 118 diperoleh ttabel

16
1,658, maka thitung > t ttabel, 4,245 > 1,658 atau sig < α (0,000 < < α = 0,05) (Tabel 4.2),
akibatnya H0 ditolak dan Ha diterima. Variabel produk berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis (Ha) yang
berbunyi “Produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Rumah
Makan Sederhana By Pass Padang” diterima, maka dengan demikian hipotesis
pertama (H1) diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa produk yang berkualitas
dapat mempengaruhi keputusan pembelian.
2. Hipotesis 2 (H2)
Nilai thitung untuk variabel harga adalah 0,740 dengan probabilitas signifikansi
sebesar 0,461 atau lebih besar dari 0,05. Dengan df = 120-2 = 118 diperoleh ttabel
1,658, maka thitung < t ttabel, ,0,740 < 1,658 atau sig < α (0,461 > > α = 0,05) (Tabel 4.2),
akibatnya H0 diterima dan Ha ditolak. Variabel harga tidak berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis (Ha) yang
berbunyi “Harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Rumah
Makan Sederhana By Pass Padang” ditolak, maka dengan demikian hipotesis kedua
(H2) ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
harga dengan keputusan pembelian pada Rumah Makan Sederhana By Pass Padang.
Seperti diketahui bahwa harga harus sesuai dengan persepsi konsumen tentang
produk yang akan ditawarkan. Harga yang tinggi akan mengasumsikan bahwa produk
yang ditawarkan memiliki kualitas produk yang tinggi juga. Jika harga yang
ditawarkan murah, maka harus ada nilai tambah yang diperoleh oleh konsumen jika
membeli produk tersebut. Maka aspek harga tidak mempengaruhi keputusan
pembelian karena produk yang mereka dapatkan telah sesuai dengan keinginan jadi
harga tidak menjdi dalam penentuan keputusan pembelian.
3. Hipotesis 3 (H3)
Dari analisis data atau analisis regresi dari variabel kualitas layanan diperoleh
Nilai thitung untuk variabel kualitas layanan adalah 5,675 dengan probabilitas
signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Dengan df = 120 - 2 = 118
diperoleh ttabel 1,658, maka thitung > t ttabel, 5,675 > 1,658 atau sig < α (0,000 < < α =
0,05), akibatnya H0 ditolak dan Ha diterima. Variabel kualitas layanan berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
(Ha) yang berbunyi “kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian pada Rumah Makan Sederhana By Pass Padang” diterima, maka dengan
demikian hipotesis ketiga (H3) diterima.

17
4.3 Uji F
Tabel 4.3
Hasil Uji F Untuk Produk, Harga dan Kualitas Layanan terhadap
Keputusan Pembelian
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 49.998 3 16.666 92.743 .000a
Residual 20.845 116 .180
Total 70.844 119
a. Predictors: (Constant), Kualitas Layanan, Produk, Harga
b. Dependent Variable: Keputusan
Pembelian Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan uji F diketahui nilai Fhitung 92.743 > Ftabel 2,68 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000. Jika nilai signifikansi dibandingkan dengan tingkat
signifikan yang digunakan pada penelitian ini (α = 0,05) maka terbukti bahwa nilai
signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansinya (0,000 < 0,05), hal ini berarti
variabel produk, harga dan kualitas layanan berpengaruh secara bersama-sama
terhadap keputusan pembelian pada Rumah Makan Sederhana By Pass Padang. Hal
tersebut berarti bahwa model keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel
produk, harga dan kualitas layanan.
4.4 Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.4
Hasil Koofesien Determinasi Produk, Harga dan Kualitas layanan
Terhadap Keputusan Pembelian
Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate


1 .840 a
.706 .698 .42391
a. Predictors: (Constant), Kualitas Layanan, Produk, Harga
b. Dependent Variable: Keputusan
Pembelian Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 5 terlihat adjusted R square sebesar 0,698. Hal ini berarti
69,8% variabel dependen keputusan pembelian (Y) dapat dijelaskan oleh variabel-
variabel independen yaitu variabel produk, harga dan kualitas layanan. Sedangkan
sisanya (100 % - 69,8 % = 30,2%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain yaitu
lingkungan, social budaya yang meliputi keluarga, sumber informasi, sumber non
komersil, kelas sosial, sub budaya dan budaya (Schiffman dan Kanuk, 2004).

18
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
4.5.1 Pengaruh Produk terhadap Keputusan Pembelian
Dari hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa produk berpengaruh
terhadap keputusan pembelian pada Rumah Makan Sederhana By Pass Padang
dengan signifikan sebesar 0,435 pada tingkat signifikansi 0,000, atau berada dibawah
nilai signifikansi yang dipersyaratkan yaitu 0,05, hasil ini memberikan bukti bahwa
produk yang diberikan oleh Rumah Makan Sederhana By Pass Padang meliputi
warna, penampilan, porsi, bentuk, temperatur, tekstur, aroma dan rasa yang pas dapat
mempengaruhi keputusan pembelian. Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan
oleh Ghanimata dan Kamal (2012) yang menyantakan bahwa kualitas produk
berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Pernyataan tersebut dapat
dinyatakan bahwa mutu atau kualitas produk dapat mempengaruhi konsumen dalam
memutuskan untuk memperoleh produk tersebut (Kotler, 2006).
4.5.2 Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian
Dari hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa harga tidak berpengaruh
secara parsial terhadap keputusan pembelian pada Rumah Makan Sederhana By Pass
Padang dengan signifikan sebesar 0,071 pada tingkat signifikansi 0,461 atau berada
diatas nilai signifikansi yang dipersyaratkan yaitu 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa harga memiliki pengaruh negatif yang signifikan secara parsial terhadap
keputusan pembelian. Dari penelitian yang saya lakukan sama dengan hasil penelitian
Ikhwanuddin dkk (2012) bahwa harga berpengaruh negatif terhadap keputusan
pembelian.
Hal ini membuktikan bahwa harga tidak merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian. Harga dalam aplikasinya sesuai dengan manfaat
terhadap daya beli dan kondisi keuangan serta menginformasikan produk.
Sebagaimana pendapat Kotler dan Keller (1997) bahwa harga merupakan salah satu
elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan dan elemen lainnya
menghasilkan biaya.
Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa harga yang diberikan oleh Rumah
Makan Sederhana By Pass Padang tidak mempengaruhi keputusan pembelian karena
harga yang ditetapkan pada Rumah Makan sederhana By Pass Padang relatif sama
dengan rumah makan lainnya.
4.5.3 Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Keputusan Pembelian
Dari hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kualitas layanan
berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada Rumah Makan Sederhana By Pass
Padang dengan signifikan sebesar 0,552 pada tingkat signifikansi 0,000, atau berada
dibawah nilai signifikansi yang dipersyaratkan yaitu 0,05, hasil ini memberikan bukti
bahwa kualitas layanan yang diberikan oleh Rumah Makan Sederhana By Pass
Padang meliputi berwujud, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan kepastian, empati

19
dapat mempengaruhi keputusan pembelian. Penelitian ini sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mardhotillah (2013) dengan hasil bahwa kualitas layanan
berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Nasution (2004) berpendapat bahwa
kualitas layanan merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu layanan.
Bila penilaian yang dihasilkan merupakan penilaian yang positif, maka kualitas
layanan ini akan berdampak pada terjadinya keputusan pembelian.
4.5.4 Pengaruh Produk, Harga dan Kualitas Layanan terhadap Keputusan
Pembelian pada Rumah Makan Sederhana By Pass Padang.
Dari hasil pengujian hipotesis uji ANOVA didapat nilai hitung F sebesar
92,743 dengan probabilitas 0,000. Probabilitas signifikansi tersebut lebih kecil dari
0,05, maka variabel produk ,harga dan kualitas layanan berpengaruh signifikan secara
bersama-sama terhadap keputusan pembelian. Penelitian ini sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kurniawan (2014) dengan hasil Produk, Harga dan kualitas
layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian yang
artinya semakin baik produk, harga dan kualitas layanan maka keputusan pembelian
akan meningkat.
4.6 Implikasi Penelitian
Adapun implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dari variabel produk, diperoleh nilai tertinggi yaitu nasi yang dihidangkan
masih panas. Sedangkan nilai terendah berada pada poin temperatur ruang
sejuk dan nyaman. Hal ini memberikan implikasi bahwa Rumah Makan
Sederhana By Pass Padang harus meningkatkan kenyamanan ruangan terutama
kesejukan saat konsumen melakukan transaksi pembelian agar konsumen
merasa nyaman dan akan melakukan pembelian berulang-ulang.
2. Dari variabel harga, diperoleh nilai tertinggi yaitu harga makanan terjangkau
dan sesuai dengan pendapatan konsumen, sedangkan nilai terendah yaitu
adanya potongan harga jika konsumen membeli dalam jumlah banyak. Hal ini
memberikan implikasi bahwa konsumen akan lebih bersemangat berbelanja di
Rumah Makan Sederhana By Pass Padang apabila pihak Rumah Makan
memberikan potongan harga atau diskon yang lebih besar dibandingkan Rumah
Makan lain.
3. Dari variabel kualitas layanan, nilai tertinggi yaitu penyajian makanan dan
minuman sesuai dengan pesanan konsumen, sedangkan nilai terendah yaitu
karyawan peka terhadap keluhan dan kebutuhan konsumen. Hal ini
memberikan implikasi bahwa seorang konsumen akan merasa terpuaskan jika
harapan mereka terpenuhi.
4. Dari variabel keputusan pembelian, nilai tertinggi yaitu konsumen memilih
rumah makan ini karena letaknya yang strategis, sedangkan nilai terendah yaitu
konsumen selalu membeli makan/menu di Rumah Makan ini. Hal ini

20
memberikan implikasi bahwa diharapkan adanya intensitas pembelian,
komitmen konsumen dalam pembelian produk berulang kali dan adanya
rekomendasi positif dari orang lain untuk melakukan keputusan pembelian
produk.

V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini melakukan pengujian terhadap pengaruh produk, harga dan
kualitas layanan terhadap keputusan pembelian pada Rumah Makan Sederhana By
Pass Padang. Dari pengujian regresi berganda dengan menggunakan SPSS, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Hasil analisis diperoleh bahwa variabel produk memiliki koefisien regresi
sebesar 0,435 (bertanda positif) terhadap keputusan pembelian dan nilai thitung
sebesar 4,245 dengan tingkat signifikansi 0,000 (< 0.05). Hal ini berarti bahwa
semakin baik kualitas makanan dan minuman yang ditawarkan Rumah Makan
Sederhana By Pass Padang maka semakin tinggi pula minat konsumen untuk
melakukan pembelian.
2. Hasil analisis diperoleh bahwa harga memiliki koefisien regresi sebesar 0,071
(bertanda negatif) terhadap keputusan pembelian dan nilai thitung sebesar 0,740
dengan tingkat signifikansi 0,461 (> 0.05). Hal ini berarti bahwa harga
merupakan salah satu faktor yang tidak mempengaruhi konsumen untuk
melakukan pembelian dikarenakan harga yang makanan yang ada pada Rumah
Makan Sederhana By Pass Padang relatif sama dengan rumah makan lainnya.
3. Hasil analisis diperoleh bahwa variabel kualitas layanan memiliki koefisien
regresi sebesar 0,552 (bertanda positif) terhadap keputusan pembelian dan nilai
thitung sebesar 5,675 dengan tingkat signifikansi 0,000 (< 0.05). Hal ini berarti
bahwa kualitas layanan mempengaruhi seseorang dalam melakukan pembelian
pada Rumah Makan Sederhana By Pass Padang dimana semakin baik kualitas
layanan maka minat pembeli akan semakin tinggi.
4. Nilai Adjusted R square diperoleh sebesar 0,698. Hal ini berarti bahwa 69,8%
keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh makanan dan minuman, harga dan
kualitas layanan. Sedangkan 30,2% dapat dijelaskan oleh faktor lain yaitu
lingkungan, budaya, kelas sosial dan daya beli masyarakat yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.

5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa
saran yang perlu ditindak lanjuti. Adapun saran-saran berikut ini :

21
1. Rumah makan “Sederhana By Pass Padang” perlu memperhatian kualitas
produk karena itu merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen. Usaha yang dapat dilakukan adalah
memberikan pelatihan kepada para karyawan khususnya dalam bidang meracik
bumbu agar cita rasa yang dimiliki tetap terjaga dan tidak menghilangkan ciri
khas yang dimiliki, dan selalu menyediakan menu-menu yang banyak diminati
konsumen seperti rendang, sehingga Rumah Makan Sederhana By Pass Padang
tidak kalah bersaing dengan rumah-rumah makan lain yang ada di kota Padang.
2. Harga dari produk Rumah Makam “Sederhana By Pass Padang” dirasa sudah
sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan. Perusahaan harus mampu
mempertahankan jika perlu lebih ditingkatkan lagi. Misalnya apabila harga naik
maka harus disesuaikan pula dengan kualitas dari makanan tersebut.
3. Rumah makan “Sederhana By Pass Padang” perlu memperhatikan kualitas
layanan. Usaha yang dapat dilakukan adalah memperluas lahan parkir karena
itu merupakan faktor yang cukup penting agar dapat membuat para konsumen
nyaman karena dilihat dari para konsumen yang datang tidak sebanding dengan
jumlah kendaraan yang diparkir. Usaha lain yang dapat dilakukan adalah
menjaga kebersihan kamar mandi sebagai salah satu fasilitas yang dimiliki
rumah makan “Sederhana By Pass Padang”. Usaha lain dengan menutup
jandela dan memasang AC sebagai pendingin ruangan karena rumah makan itu
sendiri berada tepat di pinggir jalan by pass dengan debu yang cukup tebal dari
asap kendaraan yang melintas.
4. Untuk penelitian yang akan datang disarankan untuk menambah variabel
independen lainnya selain produk, harga dan kualitas layanan yang tentunya
dapat mempengaruhi variabel dependen keputusan pembelian agar lebih
melengkapi penelitian ini karena masih ada variabel-variabel independen lain di
luar penelitian ini yang mungkin bisa mempengaruhi keputusan pembelian.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi 2. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Dharmesta dan Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisa Prilaku Konsumen.
Yogyakarta: BPFE.
Fiani M. dan Japarianto, E. 2012. Analisa Pengaruh Food Quality dan Brand Image
terhadap Keputusan Pembelian Roti Kecik Toko Roti Ganep’s di Kota Solo.
Jurnal Manajemen Pemasaran, 1(1).
Ghanimata F, Kamal M. 2012. Analisis Pengaruh Harga, Kualitas Produk, Dan
Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Undip Volume 1, Nomor 2.
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

22
Heizer J dan Render B. 2005 Operation Management, (Manajemen Operasi edisi 7, Buku 1) Pene rbit
Salemba Empat. Jakarta.
Indriantoro, N. Supomo, B. 2002. Metedologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Edisi Pertama, Penerbit
BPFE.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian (kualitatif dan kuantitatif). Jakarta: Gaung Persada Group.
Kotler, P dan Amstrong, G. 2006. Principles of Marketing Eleventh Edition. New Jersey: Pearson
Prentice Hall.
Kotler, P dan K. L. Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi Dua Belas. Jakarta: PT. Indeks
Kelompok Gramedia.
Kotler, P dan K. L. Keller. 2008. Manajemen Pemasaran. Edisi Tiga Belas Jilid 1.
Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Kotler, P dan Keller, K.L. 2009, Manajemen Pemasaran, Edisi 13 Jilid 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Gramedia.
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis
dan Instrumen Penelitian.Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
Ratminto dan Winarsih SA. (2005). Manajemen Pelayanan. Cetakan Ke-1.
Jogjakarta.
Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat. Jakarta: PT Gramedia.
Santoso, S. 2000. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo. Kelompok Gramedia.
Shinta, A. 2011. Manajemen Pemasaran. Penerbit Universitas Brawijaya Press ISBN: 978-602-8960-27-4
diakses tanggal 10-01-2014.
Schiffman, L.G dan Kanuk, L.L. 2007. Consumer Behavior. New Jersey: Perason Prestice Hall.
Sekaran, U. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Tedjakusuma, R., Hartini, S dan Muryani. 2001. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen dalam pembelian air minum mineral di Kotamadya Surabaya. Jurnal Penelitian Dinamika
Sosial 2(3): 48- 58.
Tjiptono, F dan Diana, A. 2000. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi Offset.
Tjiptono, F. 2001. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Kelima.Yogyakarta: Andi Offset.
Tjiptono, F. 2007. Konsep Manajemen Strategi. Yogyakarta: Andi Offset.
Dinawan, R. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian. Skripsi
Dipublikasikan. Universitas Diponegoro, Semarang Diakses tanggal 25 Maret 2014.

23
CONTOH ARTIKEL

ARTIKEL ILMIAH KEWIRAUSAHAAN


STRATEGI MENUMBUHKAN WIRAUSAHA KECIL MENENGAH YANG TANGGUH

YERESHIMA BINWARNI MANURUNG 20081105049

ABSTRAK

Sektor UKM merupakan sektor “penyelamat” ekonomi saat krisis di Indonesia dan menciptakan kesadaran
baru publik dan pemerintah tentang pentingnya UKM serta sektor informal. UKM menghadapi
beberapa kendala antara lain:(1) masalah pendidikan, motivasi dan teknologi, (2) produksi masalah,
(3) masalah pemasaran, (4) masalah keuangan, (4) kurang lingkungan usaha yang kondusif.
Kebutuhan pengembangan usaha UKM Analisis SWOT untuk mendiagnosis faktor internal dan
eksternal. Itu dibutuhkan untuk mengidentifikasi karakteristik produk, pasar, teknologi, modal dan
manusia kebutuhan sumber daya dan aspek manajerial.
Kata kunci:kewirausahaan,UKM

PENDAHULUAN

Di tengah krisis multidimensional yang terjadi seperti saat sekarang ini, ternyata sektor usaha kecil dan
menengah (UKM) serta sektor informal justru menjadi sektor penyelamat perekonomian Indonesia. Krisis
tahun 1997 telah menyebabkan kolapsnya industri-industri besar, bahkan perekonomian Indonesia tahun
1998 sempat tumbuh minus 13% dan tingkat inflasi 77%. Pemulihan ekonomi terus berjalan, bahkan tahun
2003 diharapkan sektor perekonomian mampu tumbuh 3,8% dan inflasi diharapkan dapat ditekan 9% per
tahun. Di sisi lain, era krisis juga telah melahirkan kesadaran baru baik masyarakat maupun pemerintah
akan pentingnya sektor UKM dan menengah maupun sektor informal. Kesadaran masyarakat untuk
melakukan kegiatan wirausaha/wiraswasta (berdiri atau berusaha di atas kekuatan sendiri) juga semakin
meningkat. Istilah wirausaha merupakan istilah yang diterjemahkan dari entrepreneur, istilah lain
entrepreneurship diterjemahkan menjadi kewirausahaan. (Kamus Manajemen – LPPM). Wirausaha
mempunyai arti seorang yang mampu memulai dan atau menjalankan usaha. Seorang wirausaha adalah
orang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkungan dan membuat keputusan-keputusan
tentang lingkungan usaha, mengelola sejumlah modal dan menghadapi ketidakpastian untuk meraih
keuntungan.

24
Hanya saja seringkali keputusan seseorang untuk berwiraswasta atau berwirausaha yang didorong oleh
beberapa kondisi antara lain: Kondisi-kondisi yang mampu memberikan dorongan tersebut antara lain : (1)
orang tersebut lahir dan atau dibesarkan dalam keluarga yang memiliki tradisi yang kuat di bidang usaha
(Confidence Modalities); (2) orang tersebut berada dalam kondisi yang tertekan, sehingga tidak ada pilihan
lain bagi dirinya selain menjadi wirausaha (Tension Modalities), dan (3) seseorang yang memang
mempersiapkan diri untuk menjadi wirausahawan (Emotion Modalities).

Penelitian yang dilakukan oleh Sulasmi (1989) terhadap 22 orang pengusaha wanita di Bandung juga
menunjukkan bahwa sekitar 55% pengusaha tersebut memiliki keluarga pengusaha (orang tua, suami, atau
saudara pengusaha). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mu’minah (2001) atas 8 orang pengusaha
paling sukses di Pangandaran menunjukkan bahwa semua pengusaha tersebut memulai usahanya karena
keterpaksaan. Kategori yang ketiga (Emotion Modalities), menurut Muhandri (2002),merupakan pengusaha
yang umumnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Orang yang masuk dalam kategori ini memang
mempersiapkan diri untuk menjadi seorang wirausaha, dengan banyak mempelajari keilmuwan (akademik)
yang berkaitan dengan dunia usaha Kenyataan di lapangan juga seringkali terjadi bahwa faktor pendorong
seseorang terjun ke dunia wirausaha karena gabungan dari faktor- faktor di atas.

Banyak faktor positif sebagai pendorong seseorang terjun ke dunia wirausaha, tetapi pada kenyataannya
keadaan UKM tetap belum menggembirakan. UKM sering masih diidentifikasikan sebagai usaha yang sulit
berkembang dan banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi, seperti lemahnya manajemen/SDM,
produk yang dihasilkan, pasar yang terbatas, teknologi yang ketinggalan dan permodalan yang minim. Di
sisi lain persaingan dunia usaha sekarang ini sangat kompetitif sehingga untuk dapat tetap eksis, lebih-lebih
agar bisa tumbuh dan berkembang lebih maju maka diperlukan suatu kemampuan untuk memahami
berbagai situasi, memahami berbagai kendala yang ada, maka dalam menjalankan UKM diperlukan
pengetahuan dan ketrampilan dalam manajemen UKM.

Tulisan ini berusaha memahami pentingnya strategi penciptaan wirausaha/pengusaha kecil menengah
yang tangguh dalam rangka meningkatkan peran UKM dalam pertumbuhan ekonomi nasional.

METODE PENELITIAN

Dalam penyusunan artikel ilmiah ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang
diambil dari berbagai jurnal artikel serta penulis menyusun dan menganalisis berbagai referensi artikatel
tersebut.Semua data yang telah dirangkum menjadi data kualitatif sehingga dapat dilihat dalam

25
artikel ilmiah ini tidak menggunakan angka,table,grafik ataupun diagram melainkan berupa deskripsi dari
berbagai sumber arau referensi jurnal ilmiah.

Penelitian dengan menggunakan teknik deskritif adalah menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sbagai adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan.
Data kualitatif adalah data dari penjelasan kata verbal tidak dapat dianalisis dalam bentuk bilangan atau
angka.

PEMBAHASAN

A. Arti Kewirausahaan

Istilah kewirausahaan menurut Peggy A. Lambing dan Charles R. Kuel dalam bukunya Entrepreneurship
(1999) adalah tindakan kreatif yang membangun suatu value dari sesuatu yang tidak ada.Entrepreneurship
merupakan proses untuk menangkap dan mewujudkan suatu peluang terlepas dari sumber daya yang ada,
serta membutuhkan keberanian untuk mengambil risiko yang telah diperhitungkan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, entrepreneur adalah orang yang pandai atau berbakat mengenai
produk baru, menyusun operasi untuk produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi
untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

Raymond Kao dalam buku berjudul Defining Entrepreneurship menyatakan bahwa entrepreneur adalah
orang yang menciptakan kemakmuran dan proses peningkatan nilai tambah melalui inkubasi gagasan,
memadukan sumber daya dan membuat gagasan menjadi kenyataan, dan entrepreneurship (kewirausahaan)
adalah suatu proses melakukan sesuatu yang baru dan berbeda dengan tujuan menciptakan kemakmuran
Bagi individu dan memberi nilai tambah pada masyarakat.

Definisi yang dibuat Kao menunjukkan secara jelas unsur-unsur yang membedakan entrepreneur dengan
orang lain, yakni adanya gagasan baru (inovasi), keberanian mengambil risiko,penciptaan nilai tambah dan
yang terpenting ditujukan bagi kemakmuran masyarakat luas.

Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scharborough (1996) mengatakan bahwa kewirausahaan adalah
suatu usaha untuk menciptakan nilai lewat pengenalan terhadap peluang bisnis, manajemen mengambil
risiko yang cocok dengan peluang yang ada dan lewat kemampuan komunikasi dan manajemen
memobilisasi manusia, keuangan, dan berbagai sumber daya yang diperlukan untuk membawa suatu
proyek sampai berhasil.

Dari definisi di atas kita dapat mencatat beberapa hal penting yang dimaksud kewirausahaan sebagai
berikut:

1. Harus ada usaha atau kegiatan untuk melakukan sesuatu.

26
2. Menciptakan Nilai yaitu nilai baru yang menyebabkan apa yang dihasilkan dapat mempunyai nilai
tambah di pasar dan mempunyai keunggulan.
3. Adanya peluang bisnis. Yaitu kemampuan dan kecepatan di dalam mengidentifikasi adanya peluang
bisnis.
4. Mengambil risiko. Bahwa di dalam konsep kewirausahaan seorang wirausaha berani dan mau
mengambil risiko dan dari risiko tadi keuntungan dapat diperoleh.
5. Mempunyai ketrampilan atau keahlian manajemen dan komunikasi Ini artinya dengan mengadopsi
konsepsi kewirausahaan seseorang dituntut untuk memiliki keahlian atau ketrampilan di dalam
mengelola suatu kegiatan organisasi dan kemampuan berkomunikasi.
6. Kemampuan di dalam memobilisasi berbagai potensi yang ada dan yang dibutuhkan oleh seorang
pengusaha seperti faktor sumber daya manusia,keuangan dan berbagai sumber daya yang dibutuhkan
agar suatu kegiatan usaha dapat terlaksana dan berhasil.

Menurut Definisi Rhenald Kasali entrepreneur adalah seseorang yang menyukai perubahan, melakukan
berbagai temuan yang membedakan dirinya dengan orang lain, menciptakan nilai tambah, memberikan
manfaat bagi dirinya dan orang lain, karyanya dibangun berkelanjutan (bukan ledakan sesaat) dan
dilembagakan agar kelak dapat bekerja dengan efektif di tangan orang lain.
Untuk memudahkan, barangkali akan lebih baik jika kita cukup mengingat lima ciri entrepreneur unggulan
yaitu :

1. Berani mengambil risiko,Artinya, berani memulai sesuatu yang tidak pasti dan penuh risiko.Dalam hal
ini tidak semua risiko tapi hanya risiko yang telah diperhitungkan dengan cermat.
2. Menyukai tantangan, Segala sesuatu dilihat sebagai tantangan bukan masalah. Perubahan yang terus
terjadi dan zaman yang serba edan menjadi motivasi kemajuan, bukan menciutkan nyali seorang
entrepreneur unggulan. Dengan demikian seorang entrepreneur akan terus memacu dirinya untuk
maju,mengatasi segala hambatan.
3. Punya daya tahan tinggi,Seorang entrepreneur harus banyak akal dan tidak mudah putus asa. Ia harus
selalu mampu bangkit dari kegagalan dan tekun.
4. Punya visi jauh ke depan,Segala yang dilakukannya punya tujuan jangka panjang meski dimulai dengan
langkah yang amat kecil. Ia punya target untuk jangka waktu tertentu. Bagaimana tahun berikutnya, 5
tahun lagi, 10 tahun lagi dan seterusnya.
5. Selalu berusaha memberikan yang terbaik.Entrepreneur akan mengerahkan semua potensi yang
dimilikinya. Jika hal itu dirasa kurang, ia akan merekrut orang–orang yang lebih kompeten agar dapat
memberikan yang terbaik pada pelanggannya.

27
B. Ciri-Ciri UKM dan Permasalahan yang Dihadapi

Ada berbagai penggolongan jenis usaha/industri, salah satu penggolongan sering melihat dari jumlah
tenaga kerja yang digunakan maupun permodalan yang digunakan. Jika dilihat dari banyaknya pekerja,
penggolongan yang sering dilakukan adalah : (1) Industri Besar dengan 100 atau lebih pekerja; (2) Industri
Sedang dengan 20 sampai 99 pekerja; (3) UKM dengan 5 sampai 19 pekerja; dan Industri Rumah Tangga
dengan 1 sampai 4 pekerja. Jika dari permodalan yang dimiliki, pembagiannya sebagai berikut : (1) Industri
Besar dengan modal lebih dari Rp 1.500 juta; (2) Industri Sedang dengan modal Rp 350 juta sampai Rp
1.500 juta; (3) UKM dengan modal Rp 50 juta sampai Rp 350 juta; dan Industri Rumah Tangga dengan
modal kurang dari Rp 50 juta.

Untuk perkembangan usaha kecil dan menengah (UKM) idealnya memang membutuhkan peran (campur
tangan) pemerintah dalam peningkatan kemampuan bersaing. Namun yang perlu diperhatikan adalah
bahwa kemampuan di sini bukan dalam arti kemampuan untuk bersaing dengan usaha (industri) besar,
lebih pada kemampuan untuk memprediksi lingkungan usaha dan kemampuan untuk mengantisipasi
kondisi lingkungan tersebut.

Peran pemerintah ini juga bukan pada pemberian modal, tetapi lebih pada membina kemampuan UKM
dan membuat suatu kondisi yang mendorong kemampuan UKM dalam mengakses modal. Atau dengan
kata lain,pemerintah harus membina kemampuan UKM dalam menghitung modal optimum yang
diperlukan, kemampuan menyusun suatu proposal pendanaan ke lembaga- lembaga pemberi modal, serta
mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang lebih memihak UKM dalam pemberian kredit.
Menurut Haeruman (2000), tantangan bagi dunia usaha, terutama pengembangan UKM, mencakup aspek
yang luas, antara lain :
1. Peningkatan kualitas SDM dalam hal kemampuan manajemen, organisasidan teknologi,
2. Kompetensi kewirausahaan,
3. Akses yang lebih luas terhadap permodalan,
4. Informasi pasar yang transparan,
5. Faktor input produksi lainnya, dan
6. Iklim usaha yang sehat yang mendukung inovasi, kewirausahaan dan praktek bisnis serta persaingan
yang sehat.
Penggolongan lain permasalahan yang sering dihadapi UKM dapat diperinci sebagai berikut :

1. Permasalahan di bidang Manajemen/ SDM, berkaitan dengan tingkat pendidikan yang rendah,
motivasi rendah, penguasaan teknologi,
2. Permasalahan di bidang Produksi,meliputi sejak bahan baku, proses produksi, maupun ketika output
(hasil produksi).
3. Permasalahan Pasar atau pemasarannya, meliputi keterbatasan pasar, distribusi maupun luas pasar
yang dituju.

28
4. Permasalahan Keuangan, berkaitan dengan keterbatasan modal, sulit mencari tambahan modal dan
juga keterbatasan dalam administrasi pembukuan/keuangan.
5. Permasalahan iklim usaha yang kurang kondusif, berkaitan dengan peran pemerintah, regulasi dan
sebagainya.

Permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah dalam upaya pengembangan wirausaha (pengusaha UKM)
yang tangguh adalah pemilihan dan penetapan strategi (program) untuk dua kondisi yang berbeda. Kondisi
yang dimaksud adalah: (1) mengembangkan pengusaha yang sudah ada supaya menjadi tangguh, atau (2)
mengembangkan wirausaha baru yang tangguh.

Strategi (program) pengembangan untuk kedua kondisi tersebut haruslah berbeda (spesifik).Bahkan
strategi pengembangan untuk pengusaha yang sudah ada pun tidak dapat dilakukan dengan penyeragaman.
Diperlukan suatu studi yang matang dan mendalam (diagnosis) untuk mengetahui apa sebenarnya
permasalahan yang dihadapi oleh UKM yang akan dibina. Tanpa studi dan perencanaan yang matang,maka
usaha program pengembangan (meski dengan niat yang baik) akan menemui banyak kendala, misalnya :
(1) salah sasaran, (2) sia-sia (mubazir), dan (3) banyak manipulasi dalam implementasinya.

C. Dilema Klasik Usaha Kecil dan Menengah

Biasanya yang menjadi hambatan klasik bagi munculnya UKM yang tangguh adalah sektor permodalan.
Modal dalam UKM ibarat ‘darah’ yang senantiasa mengalir dan menjaga kehidupan tubuh manusia.
Meskipun pada waktu sekarang sulit untuk mengukur kategori modal bagi UKM di Indonesia, jika
dibandingkan dengan negara Cina pun kita masih kalah jauh. Di sana modal kerja UKM bisa mencapai
miliaran rupiah yang mungkin di Indonesia masuk dalam kategori industri sedang dan besar. Di samping
juga faktor lemahnya manajerial serta belum kuatnya jaringan di tingkat bawah. Lebih tepatnya UKM
sering mengalami kesulitan dalam meningkatkan efisiensi usaha dan kesulitan dalam memperbaiki hasil
produk. Sehingga keluhan klasik ini sering muncul dari pengusaha kecil.

Kondisi ini memang tidak dapat begitu saja menyalahkan mereka. Karena kenyataan yang muncul adalah
kebijakan memberdayakan UKM melalui sektor permodalan atau manajeman operasional perusahaan
malah banyak ditangkap oleh industri besar, sehingga UKM selalu keteter terus. Di tengah keteter tersebut
sebenarnya UKM mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan industri besar.

Hal ini terbukti bertahannya UKM dalam libasan krisis ekonomi. Jelas jawabnya bahwa industri besar
tumbuh secara gigantis di Indonesia dengan bantuan protektif dari rezim Orba dengan serangkaian
kebijakan ekonominya. Secara teoretis dan juga terbukti di lapangan ternyata UKM mempunyai banyak
keunggulan dibanding dengan industri besar seperti: mampu untuk keluar masuk pasar menyesuaikan
kondisi pasar. Di samping itu secara manajemen operasional memiliki biaya overhead yang lebih kecil.
Serta fleksibilitas UKM dalam mengantisipasi
perubahan lingkungan pasar.

Untuk itu pemberdayaan daya dukung perekonomian suatu daerah terletak pada efektivitas perilaku
pelaku ekonomi daerah yang bersangkutan. Semakin efisien pelaku ekonomi bekerja semakin besar daya
dukungnya terhadap perekonomian daerah yang bersangkutan.

29
D. Pemecahan Permasalahan UKM

Salah satu usaha pengembangan bisnis oleh perusahaan (termasuk UKM) pada awalnya ditentukan oleh
kemampuan untuk mengidentifikasi atau membuat diagnosis atas faktor internal (kekuatan dan kelemahan)
dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) melalui analisis SWOT (Strength,

Weaknesses,Opportunities dan Threats). Dengan analisis ini didapatkan tahapan seperti menilai keadaan,
menentukan tujuan dan memutuskan (pemilihan dan evaluasi kegiatan). Analisis SWOT ini bisa digunakan
untuk men-swot per item permasalahan yang dihadapi perusahaan ataupun men-swot perusahaan secara
keseluruhan.

Diagnosis ini mutlak diperlukan untuk mengidentifikasi karakteristik dari produk yang dihasilkan
(keunggulan yang telah ada atau memungkinkan untuk dikembangkan), pasar yang telah dimasuki (peluang
pengembangan dan kemampuan tambahan yang diperlukan),teknologi yang digunakan (optimalisasi
penggunaan teknologi disesuaikan dengan karakteristik UKM tersebut), akses bahan baku dan asupan
lainnya (kendala yang dihadapi dan kemungkinan pemecahannya), modal yang terserap (optimalisasi
kebutuhan modal disesuaikan dengan peluang pasar), serta aspek manajerial pengelolaan (pembukuan,
organisasi dansebagainya).

Diagnosis yang baik akan menghasilkan tipologi UKM berdasarkan peluang pengembangannya. Dari
tipologi ini dapat disusun suatu strategi pengembangan yang spesifik sesuai dengan tipologi yang dimiliki
oleh UKM tersebut. Jika strategi pengembangannya (ingin menjadi seperti apa dan kapan pencapaiannya)
sudah jelas, maka program pembinaan yang diberikan oleh pemerintah juga tidak akan salah sasaran.

E. Strategi Penciptaan Wirausaha Baru


Penciptaan wirausaha baru, tentunya tidak semudah membalik telapak tangan,karena ternyata sangat sulit
untuk mencari orang yang berjiwa entrepreneur. Entrepreneur sering diartikan sebagai orang yang
mengambil resiko menanamkan uangnya untuk penemuan-penemuan baru (innovation), sedangkan
entrepreneurship lebih menekankan jiwa kewirausahaan (kata sifat). Schumpeter menyebut entrepreneur
sebagai orang yang :
1. memperkenalkan produk-produk baru sebagai hasil kreasi/inovasinya.
2. menciptakan metode produksi baru.
3. menemukan pasar baru.
4. menemukan bahan baku baru.
5. menemukan organisasi baru yang lain dari yang sudah ada.
Pendapat lain, entrepreneur diartikan sebagai orang :
1. yang imajinatif
2. mampu melihat peluang

30
3. yang inovatif, dan inovasinya digunakan untuk kemajuan masyarakat
4. yang memiliki ciri-ciri antara lain : (a)percaya diri; (b) berorientasi pada tugas dan hasil; (c) pengambil
resiko; (d) punya jiwa kepemimpinan; (e) keorisinilan ide-ide; (f) berorientasi ke masa depan.

Dari uraian di atas tentunya tidaklah mudah mencari orang yang memiliki ciri-ciri di atas. Hasil penelitian
yang dilakukan di Amerika Serikat dan di Indonesia (seperti yang telah disebutkan di atas), mayoritas
pengusaha yang sukses berasal dari keluarga dengan tradisi yang kuat di bidang usaha (bisnis). Sehingga
dapat digarisbawahi bahwa kultur (budaya) berwirausaha suatu keluarga atau suku atau bahkan bangsa
sangat berpengaruh terhadap kemunculan wirausaha-wirausaha baru yang tangguh.

Kultur beberapa suku di Indonesia (seperti suku Thionghoa, suku Minang) memang mengagungkan
profesi wirausaha sehingga banyak wirausaha tangguh yang berasal dari suku tersebut. Namun secara
umum kultur masyarakat Indonesia (baca: masyarakat Jawa) masih mengagungkan profesi yang relatif
“tanpa resiko” (misalnya menjadi pegawai negeri, ABRI atau bekerja di
perusahaan besar).
Usaha penciptaan wirausaha baru yang tangguh ini akan lebih baik jika dilakukan terhadap lulusan
perguruan tinggi yang telah memiliki dasar keilmuwan dan intelektualitas yang
tinggi. Hal ini didasari oleh kondisi persaingan usaha di era globalisasi yang menuntut kemampuan seorang
wirausaha yang benar-benar memiliki kemampuan yang tinggi. Salah satu pola pengembangan wirausaha
yang tangguh dan unggul adalah dengan memberikan disamping melalui perguruan tingggi, juga dapat
melalui pelatihan dan magang yang didukung oleh fasilitas / akses teknologi, manajemen, pasar,
modal,serta informasi (baik yang umum maupun yang spesifik), melalui Inkubasi bisnis.

KESIMPULAN

Dalam rangka penciptaan dan pengembangan wirausaha yang tangguh (baik wirausaha baru maupun yang
berawal dari wirausaha yang sudah ada) tidak dapat dilakukan tanpa kajian dan pertimbangan yang matang,
Strategi dan program yang dijalankan tanpa kajian yang matang tidak akan memberikan hasil yang optimal.

Salah satu pola penciptaan wirausaha baru yang tangguh dapat dilakukan padatataran penciptaan iklim
yang mampu menanamkan budaya wirausaha, dan pada tataran operasional salah satunya dengan pola
Inkubasi Bisnis.

Pola lain untuk penciptaan wirausaha baru, juga dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun
nonformal melalui penanaman jiwa dan semangat kewirausahaan sehingga akan lahir wirausaha-wirausaha
baru yang handal dan tungguh, sehingga mampu menciptakan peluang kerja baik untuk dirinya sendiri
maupun masyarakat.

31
Daftar Pustaka
Barndt, Steven C. (1985). Sepuluh Perintah Bagi Pengusaha. Jakarta: PPM Drucker,
Peter F. (1985). Inovasi dan Kewirausahaan, Praktek dan Dasar-dasar.
(Terjemahan Rusjdi Naib). Surabaya: Erlangga
Haeruman, H. (2000). ”Peningkatan Daya Saing UKM untuk Mendukung Program
PEL”. Makalah Seminar Peningkatan Daya Saing, Graha Sucofindo. Jakarta
Hubeis, M. (1997). ”Manajemen UKM Profesional di Era Globalisasi Melalui
Pemberdayaan Manajemen Industri”. Orasi Ilmiah. Institut Pertanian Bogor
Muhandri, T. (2002). “Karakteristik Produk Pangan yang Sesuai untuk UKM”. Tesis.
Magister Program Studi Teknik dan Manajemen Industri. Institut Teknologi
Bandung
Muhandri, T. (2002). Strategi Penciptaan Wirausaha (Pengusaha) Kecil Menengah
Yang Tangguh. Bogor : Falsafah Sain IPB
Pardede, F.R. (2000). “Analisis Kebijakan Pengembangan UKM di Indonesia”.
Tesis. Magister Program Studi Teknik dan Manajemen Industri. Institut
Teknologi Bandung
Sulasmi. (1989). ”Karakteristik 22 Pengusaha Wanita di Bandung”. Tesis. Magister
Program Studi Teknik dan Manajemen Industri. Institut Teknologi Bandung

32
ANALISIS PERBEDAAN DAN PERSAMAAN

 PERBEDAAN

JURNAL ILMIAH ARTIKEL ILMIAH


Terdapat perbedaan struktur, Di Jurnal : Sedangkan di artikel hanya : Judul, abstrak,
Judul, abstrak, pendahuluan (latar pendahuluan, metode penelitian,
belakang, rumusan masalah, dll), Landasan pembahasan, kesimpulan, dan daftar
teori, metode penelitian pustaka
(populasi,sampel, jenis data, dll), hasil dan
pembahasan, Penutup. Daftar pustaka.
Terdapat tabel atau data sebagai bukti Tidak terdapat data atau tabel ( hanya
suatu peneletian berupa angka )
Berbentuk catatan penelitian Berupa tulisan esssai atau deskripsi

 PERSAMAAN
Keduanya berupa karya tulis ilmiah, terdapat struktur yang sama.

33

Anda mungkin juga menyukai