DISUSUN OLEH :
GITA ANANDA SYAFIRA
(C171019)
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................ 2
C. Manfaat .............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Resiko .............................................................................. 4
B. Identifikasi dan Analisa Resiko ........................................................... 4
C. Pengertian Rekam Medis ................................................................... 5
D. Kegunaan Rekam Medis ..................................................................... 5
E. Unit Kerja Rekam Medis ..................................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN
A. Identifikasi Risiko di Unit Rekam Medis dan Informasi Kesehatan ...... 8
B. Identifikasi Penyebab Risiko ............................................................... 9
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 11
B. Saran ................................................................................................. 11
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari
pasal di atas maka jelaslah Rumah Sakit termasuk ke dalam kriteria tempat
kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak
kesehatan, tidak hanya terhadap pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi
juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya
pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
Potensi bahaya RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi
bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan
instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan
kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial dan ergonomi.
Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan
bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di
lingkungan RS.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan
bahwa terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri
lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah
kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains,
strains : 52%; contussion, crushing, bruising : 11%; cuts, laceration, punctures
: 10.8%; fractures : 5.6%; multiple injuries : 2.1%; thermal burns : 2%;
scratches, abrasions : 1.9%; infections : 1.3%; dermatitis : 1.2%; dan lain-lain
1
: 12.4% (US Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics,
1983).
Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedera punggung
tertinggi pada perawat (16.8%) dobandingkan pekerja sektor industri lain. Di
Australia, diantara 813 perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42%
dan di AS, insiden cedera musculoskeletal 4.62/100 perawat per tahun.
Cedera punggung menghabiskan biaya kompensasi terbesar, yaitu lebih dari
1 miliar $ per tahun. Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan
bahaya-bahaya di RS bekum tergambar dengan jelas, namun diyakini bahwa
banyak keluhan-keluhan dari para petugas di RS, sehubungan dengan
bahaya-bahaya yang ada di RS.
Selain itu, Gun (1983) memberikan catatan bahwa terdapat beberapa
kasus penyakit kronis yang diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises,
anemia (kebanyakan wanita), penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita),
dermatitis dan utrikaria (57% wanita) serta nyeri tulang belakang dan
pergeseran diskus intervertebrae. Ditambahkan juga bahwa terdapat
beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas RS lebih besar 1.5 kali
dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran
pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit kepala,
gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat
kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh
karena itu K3 RS perlu dikelola dengan baik.
B. Tujuan
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS.
2
C. Manfaat
1. Bagi RS :
a. Meningkatkan mutu pelayanan.
b. Mempertahankan kelangsungan operasional RS.
c. Meningkatkan citra RS.
2. Bagi karyawan RS :
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK).
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).
3. Bagi pasien dan pengunjung :
a. Mutu pelayanan yang baik.
b. Kepuasan pasien dan pengunjung.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Risiko
Menurut salah satu definisi, risiko atau risk adalah sama dengan
uncertainty atau ketidakpastian. Risiko dan ketidakpastian sering kali
digunakan dengan arti yang sama, penggunaannya saling dipertukarkan
dengan maksud yang sama atau interchangeably.
a. Menurut Arthur Williams dan Richard, M.H)
Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi
selama periode tertentu.
b. Menurut A. Abas Salim
Risiko adalah ketidakpastian (uncertainty) yang mungkin
melahirkan peristiwa kerugian (loss).
c. Menurut Soekarto
Risiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa.
4
probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan
nalar dan pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun
sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat
jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan
dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan
baik dalam implementasi perencanaan manajemen risiko.
5
kegiatan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien
dengan pemberi pelayanan saja. Kegunaan Rekam Medis adalah :
a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga kesehatan
lainya yang terlibat dalam memberikan pelayanan-pelayanan
pengobatan kepada pasien.
b. Sebagai alat untuk merancang pengobatan untuk perawatan yang
harus diberikan kepada seorang pasien.
c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan-tindakan pelayanan
perkembangan penyakit, dasar pengobatan, selama pasien
berkunjung atau dirawat di rumah sakit.
d. Sebagai bahan yang berguna untuk menganalisa, penelitian dan
evaluasi pelayanan yang diberikan kepada pasien.
e. Sebagai alat bukti kepentingan hukum bagi pasien maupun rumah
sakit, dokter, maupun tenaga kesehatan lainnya.
f. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan
dan kepentingan pendidikan.
g. Sebagai dasar perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis
pasien.
h. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta sebagai
bahan pertanggungjawaban dalam laporan.
6
c. Desain fungsional dan penempatan yang logikal untuk kunci area
kerja.
d. Sistem dari komunikasi dalam unit Rekam Medis yang diantara unit
dan area fasilitas lainnya.
e. Sistem untuk penggunaan transportasi Rekam Medis dalam unit-unit
lainnya dan penjagaan-penjagaan lainnya.
Kegiatan yang ada di unit Rekam Medis antara lain :
a. Pendaftaran pasien
b. Pengelolaan Rekam Medis
1) Assembling
2) Coding
3) Filling
4) Ideksing
5) Laporan
6) Pengeluaran informasi medis
c. Analisa isi Rekam Medis
1) Analisa kualitatif
2) Analisa kuantitatif
3) Pengarsipan Rekam Medis
4) Penomoran Rekam Medis
5) Penyimpanan Berkas Rekam Medis
6) Pendistribusian dan Pengambilan kembali
7) Penyimpanan berkas Rekam Medis inaktif
8) Penilaian dan pemusnahan berkas Rekam Medis inaktif
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
c. Perlu adanya perhitungan tentang sarana dan prasarana sesuai
dengan keilmuan rekam medis tentang ukuran yang penyimpanan
yang seharusnya dan kapasitas rak penyimpanan.
d. Lingkungan kerja harus diperhatikan kembali. Seperti pencahayaan,
suhu ruangan, kebisingan, dll agar petugas RM dapat berkonsentrasi
dalam bekerja.
SDM
Minimnya pengetahuan
Tidak teliti
Kesalahan
Penulisan kurang jelas
dalam
menyimpan
berkas rekam
Penataan berkas Ruangan sempit
medis
melebihi kapasitas
Suhu dan kebisingan Pencahayaan kurang
Luas rak tidak disesuaikan ruangan yang buruk
dengan antropometri
petugas Jarak antar rak sempit
SARANA LINGKUNGAN
9
dari ruangan sempit, jarak antar rak sempit sehingga menyebabkan petugas
sulit bergerak, pencahayaan yang kurang sehingga petugas sulit melihat
tulisan di berkas rekam medis hingga suhu dan kebisingan ruangan yang
buruk yang menyebabkan petugas tidak konsentrasi dalam bekerja. Lalu faktor
ketiga yaitu sarana, dimana penataan berkas rekam medis di rak penyimpanan
melampaui standar kapasitas dan rak penyimpanan tidak disesuaikan dengan
antropometri petugas sehingga bisa saja berkas salah masuk.
10
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan
terus menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko
atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan. Proses
identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang terpenting, karena dari
proses inilah, semua risiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu
proyek, harus diidentifikasi. Proses identifikasi harus dilakukan secara cermat
dan komprehensif, sehingga tidak ada risiko yang terlewatkan atau tidak
teridentifikasi.
Dalam proses identifikasi risiko mengenai kasus kesalahan dalam
penyimpanan berkas rekam medis didapatkan bahwa terdapat 3 faktor
penyebab yaitu fakor SDM, lingkungan, dan sarana.
B. Saran
Suatu organisasi khususnya instansi pelayanan kesehatan harus
memikirkan lingkungan kerja untuk para pekerjanya agar dapat bekerja
dengan nyaman dan pastinya terjamin keamanannya dengan cara
memperhitungkan segala aspek di sekitar pekerja. Jika pekerja sudah merasa
nyaman dengan lingkungan kerjanya, maka kesalahan dalam bekerja akan
terminimalisir bahkan tidak ada sehingga tujuan dari suatu organisasi tersebut
dapat terpenuhi dengan baik.
11