Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMATEMESIS MELENA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI PENCERNAAN

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari


mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat
gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

A.MULUT
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan
dan air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir
di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian


dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan
oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan
relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari
berbagai macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di


kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian
kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.

B. TENGGOROKAN ( FARING)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.

Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu


kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan
antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga
mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang

Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,


dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang
disebut ismus fausium
Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi
dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut
dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.

Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara


tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan
sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring

C. KERONGKONGAN (EESOFAGUS)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari
bahasa Yunani: , oeso – “membawa”, dan phagus – “memakan”).

Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

 bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)


 bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

D. LAMBUNG
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk
seperti kandang keledai.

Terdiri dari 3 bagian yaitu:

 Kardia.
 Fundus.
 Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui
otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.
Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi
lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-
sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

 Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.

 Asam klorida (HCl)


Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan
cara membunuh berbagai bakteri.

 Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

E. USUS HALUS (USUS KECIL)


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding
usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir
(yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak.

Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan


otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M
Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )

F. USUS BESAR (KOLON)


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air
dari feses.
Usus besar terdiri dari :

 Kolon asendens (kanan)


 Kolon transversum
 Kolon desendens (kiri)
 Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat


penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal
dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi
iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.

G. USUS BUNTU (SEKUM)


Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam
istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian
besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan oleh umbai cacing.

H. UMBAI CACING (APPENDIX)


Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah
dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis
(infeksi rongga abdomen).

Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa


Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung
buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam
orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa
bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu
tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal
atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ


vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks
mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.

Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai


appendektomi.

I. REKTUM DAN ANUS

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah


sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan
ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan
dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana


bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan
dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari
tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang
merupakan fungsi utama anus.

J. PANKREAS
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki
dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta
beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada
bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus
dua belas jari).

Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :

 Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan


 Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum
dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh
pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim
proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan
oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan
aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga
melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi
melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam
lambung.Potongan depan perut, menunjukkan pankreas dan
duodenum.

K. HATI
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan
manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya
berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki
beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis
protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang
penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan
hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani
untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini
mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang
lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena
porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam
hati, dimana darah yang masuk diolah.

Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah


darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi
umum.
Hati adalah organ yang terbesar di dalam badan manusia.

L. KANDUNG EMPEDU

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ


berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang
kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap –
bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan
empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan
usus dua belas jari melalui saluran empedu.

Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:

 Membantu pencernaan dan penyerapan lemak


 Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh,
terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah
merah dan kelebihan kolesterol.

o ANATOMI HEMATEMESIS MELENA

Hati (hepar) merupakan organ yang paling besar dalam tubuh


dengan berat rata-rata sekitar 1500 gram atau 25% berat badan orang
dewasanormal letaknya dibagian atas kanan dalam rongga abdomen,
mulai dari sela intercostalis ke 5 sampai pada lingkungan iga. Hati
terbagi dua belah utama yaitu : permukaan atas berbentuk cembung
dan terletak dibawah diafragma sedangkan permukaan bawah tidak
rata dan memperlihatkan lingkungan fisura transfersus. Fisura
longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri dipermukaan bawah,
serta memisahkan belahan kanan dan diri dipermukaan bawah, serta
ligomen fosiformis dipermukaan atas hati. Selanjutnya hati dibagi
dalam 4 lobus yaitu : lobus kanan, lobus kiri, lobus kauda dan lobus
kwardata. Setiap lobus terdiri atas lobulus yang sel hati terbentuk
kubus dan cabang-cabang pembuluh darah diikat oleh jaringan hati.

Pembuluh darah pada hati terdiri dari 2 jenis yaitu :

a. Arteri hepatika yang keluar dari aorta dan memberikan 1/5


darahnya kepada hati, darah ini mempunyai kejenuhan oksigen 95
sampai 100% kemudian masuk kehati membentuk jaringan kopiler,
setelah bertemu dengan vena kapiler akhirnya keluar sebagai vena
hepatika : hepatika yang mengembalikan darah dari hati karena
inferter.

b. Vena porta termasuk dari vena lienalis dan vena


mesentrika superior mengantar 4/5 darahnya ke hati, ini mempunyai
kejenuhan oksigen 70% sebab beberapa oksigen telah diambil oleh
limfe dan usus. Darah vena porta ini membawa zat makanan ke hati
setelah diabsorsi oleh mukosa usus halus.

Hati mempunyai fungsi yang paling banyak dan komplek untuk


mempertahankan hidup dan berperan pada hampir setiap fungsi
metabolisme tubuh.

Fungsi utama hati antara lain :

 Metabolisme karbohidrat dan disimpan dalam hati sebagai


glikogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal dan
sebagai cadangan energi.
 Metabolisme protein plasma yang disintesis oleh hati yaitu
albumin yang penting untuk mempetahankan tekanan osinetik koloid
dan protombin, fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan lain.
 Metabolisme lemak menjadi asam karbonat dan air.
Pembentukan urea, hati menerima asam amoni dan diubah
menjadi ureum yang dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk
urine dan feses.
 Detikfikasi, hati sebagai biotransformasi zat-zat yang
berbahaya dan menjadi zat-zat yang tidak berbahaya, kemudian
diekskresi oleh ginjal

B. DEFINISI

Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran


tinja yang berwarna hitam seperti teh yang mengandung darah dari
pencernaan. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau
kontak antar darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan,
sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-
gumpal.(Nurarif, 2013)

Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh


penyakit saluran cerna bagian atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna
hitam per rektal yang mengandung campuran darah, biasanya disebabkan
oleh perdarahan usus proksimal (Grace & Borley, 2007).

Hematemesis adalah muntah darah. Darah bisa dalam bentuk


segar (bekuan/gumpalan atau cairan berwarna merah cerah) atau
berubah karena enzim dan asam lambung, menjadi kecoklatan dan
berbentuk seperti butiran kopi. Memuntahkan sedikit darah dengan
warna yang telah berubah adalah gambaran nonspesifik dari muntah
berulang dan tidak selalu menandakan perdarahan saluran pencernaan
atas yang signifikan. Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan
hitam seperti aspal, dengan bau yang khas, yang lengket dan
menunjukkan perdarahan saluran pencernaan atas serta dicernanya
darah pada usus halus (Davey, 2005).

Hematesis melena merupakan suatu perdarahan saluran cerna


bagian atas (SCBA) yang termasuk dalam keadaan gawat darurat yang
dapat terjadi karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif, atau
ulkus peptikum. (Arief Mansjoer, 2000)
C. ETIOLOGI

Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas :

1)Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.

 Varises esophagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan
pecahnya varises esophagus, tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau
pedih di epigastrium.Pada umumnya sifat perdarahan timbul spontan
dan masif.Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan
tidak membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung.
 Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan melena
daripada hematemesis.Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus
dan anemis, hanya sesekali penderita muntah darah dan itupun tidak
masif.
 Sindroma Mallory – Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntah-muntah hebat
yang pada akhirnya baru timbul perdarahan.misalnya pada peminum
alkohol atau pada hamil muda. Biasanya disebabkan oleh karena
terlalu sering muntah - muntah hebat dan terus - menerus.
 Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering
intermiten atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering
timbul melena daripada hematemesis.Tukak di esophagus jarang
sekali mengakibatkan perdarahan jika dibandingka dengan tukak
lambung dan duodenum.

2) Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan


duodenum, keganasan dan lain-lain.

 Gastritis erisova hemoragika


Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita
minum obat-obatan yang menyebabkan iritasi lambung.Sebelum
muntah penderita mengeluh nyeri ulu hati.
 Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah , nyeri ulu hati
dan sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium
yang berhubungan dengan makanan. Sifat hematemesis tidak begitu masif
dan melena lebih dominan dari hematemesis.
 Kelainan darah : polisetimia vera, limfoma, leukemia,
anemia, hemofili, trombositopenia purpura.

3)Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular


coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain.

4)Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.

5)Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat,


kortikosteroid, alkohol, dan lai-lain.

D. KOMPLIKASI

Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien Hematemesis Melena


adalah:
 koma hepatik (suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai
dengan perubahan kesadaran, penurunan intelektual, dan kelainan
neurologis yang menyertai kelainan parenkim hati)
 syok hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi
sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun)
 aspirasi pneumoni (infeksi paru yang terjadi akibat cairan
yang masuk saluran napas)
 anemi posthemoragik (kehilangan darah yang mendadak
dan tidak disadari).

E. MANIFESTASI KLINIS

Perdarahan yang lebih banyak dan cepat akan menyebabkan:

 penurunan venous return ke jantung


 penurunan cardiac out put.
 meningkatkan tahanan perifer yang merangsang reflex
vasokonstriksi.
 Terjadinya hipotensi ortostatik lebih dari 10 mmHg (Till
Test).
 menandakan perdarahan minimal 20% dari volume total
darah.
 Gejala yang sering menyertai antara lain adalah : sincop,
kepala terasa ringan, mual, berkeringat dan haus.
 Bila darah yang keluar sekitar 40% akan terjadi renjatan
(syok) dengan segala manifestasinya.
 syok (frekuensi denyut jantung,suhu tubuh).
 penyakit hati kronis (sirosis hepatis).
 koagulopati purpura serta memar.
 demam ringan antara 38°C-39°C.
 nyeri pada lambung.
 hiperperistaltik.
 penurunan Hb dan Ht yang tampak setelah beberapa jam.
 leukositosis dan trombositosis pada 2-5 jam setelah
perdarahan.
 peningkatan kadar ureum darah setelah 24-48 jam akibat
pemecahan protein darah oleh bakteri usus.
F. PATHWAY

Varises esofagus, ulkus


peptikum,sirosis hepatis,ca
esofagus,gastritis erosif

Pembuluh darah sal.cerna pecah

Perdarahan saluran cerna

hematemesis melena

puasa Feses hitam,encer


Pemasangan NGT

Nutrisi parenteral huknah ansietas


Gangguan kenyaman

Resiko infeksi Gangguan kenyaman

Muntah darah

aspirasi ansietas
PK anemia PK hemoragi Kekurangan
volume cairan

Kerusakan
pertukaran gas
G. PATOFISIOLOGI

Usaha mencari penyebab perdarahan saluran makanan dapat


dikembalikan kepada factor-faktor penyebab perdarahan, antara lain :
factor pembuluh darah (vasculopathy) seperti pada tukak peptic,
pecahnya varises esophagus; factor trobosit (thrombopathy) seperti
pada ITP, factor kekurangan zat-zat pembentuk darah (coagulopathy)
seperti pada hemophilia, sirosis hati dan lain-lain. Malahan pada
serosis hati dapat terjadi ketiganya : vasculopathy, pecahnya varises
esophagus, thrombopathy, terjadinya pengurangan trombosit di
sirkulasi perifer akibat hipersplenisme, dan terdapat pula coagulophaty
akibat kegagalan sel-sel hati. Khusus pada pecahnya varises
esophagus ada 2 teori, yaitu teori erosi yaitu pecahnya pembuluh
darah karena erosi dari makanan yang kasar (berserat tinngi dan
kasar), atau minum OAINS (NSAID), dan teori erupsi karena tekanan
vena porta yang terlalu tinggi, yang dapat pula dicetuskan oleh
peningkatan tekanan intra abdomen yang tiba-tiba seperti pada
mengejan, mengangkat barang berat, dan lain-lain.Perdarahan saluran
makan dapat pula dibagi menjadi perdarahan primer, seperti pada :
hemophilia, ITP, hereditary haemorrhagic telangiectasi, dan lain-lain.
Dapat pula secara sekunder, seperti pada kegagalan hati, uremia, DIC,
dan iatrigenic seperti penderita dengan terapi antikoagulan, terapi
fibrinolitik, drug-induce thrombocytopenia, pemberian transfuse darah
yang massif, dan lain-lain.
Adanya riwayat dyspepsia memperberat dugaan ulkus
peptikum. Begitu juga riwayat muntah-muntah berulang yang awalnya
tidak berdarah, konsumsi alkohol yang berlebihan mengarahkan ke
dugaan gastritis serta penyakit ulkus peptikum. Adanya riwayat
muntah-muntah berulang yang awalnya tidak berdarah lebih kearah
Mallory-Weiss. Konsumsi alkohol berlebihan mengarahkan dugaan ke
gastritis (30-40%), penyakit ulkus peptikum (30-40%), atau kadang-
kadang varises. Penurunan berat badan mengarahkan dugaan ke
keganasan. Perdarahan yang berat disertai adanya bekuan dan
pengobatan syok refrakter meningkatkan kemungkinan varises.
Adanya riwayat pembedahan aorta abdominalis sebelumnya
meningkatkan kemungkinan fistula aortoenterik. Pada pasien usia
muda dengan riwayat perdarahan saluran cerna bagian atas singkat
berulang (sering disertai kolaps hemodinamik) dan endoskopi yang
normal, harus dipertimbangkan lesi Dieulafoy (adanya arteri
submukosa, biasanya dekat jantung, yang dapat menyebabkan
perdarahan saluran pencernaan intermitten yang banyak).

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

 Darah : Hb menurun / rendah


 SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk
kebocoran dari sel yang mengalami kerusakan.
 Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan
cerminan kemampuan sel hati yang kurang.
 Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan
diuretik dan pembatasan garam dalam diet.
 Peninggian kadar gula darah.
 Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti
HBSAg/HBSAB, HBeAg, dll

2. Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan


esofagogram untuk daerah esofagus dan diteruskan dengan
pemeriksaan double contrast pada lambung dan duodenum.
emeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada
daerah 1/3 distal esofagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari
ada/tidaknya varises. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan,
dianjurkan pemeriksaan radiologik ini sedini mungkin, dan sebaiknya
segera setelah hematemesis berhenti.

3. Pemeriksaan endoskopik

Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka


pemeriksaan secara endoskopik menjadi sangat penting untuk
menentukan dengan tepat tempat asal dan sumber perdarahan.
Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat dilakukan
pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan, dan biopsi untuk
pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan bagian
atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat
dilakukan secara darurat atau sedini mungkin setelah hematemesis
berhenti.

4. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati

Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat


mendeteksi penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin
sebagai penyebab perdarahan saluran makan bagian atas. Pemeriksaan
ini memerlukan peralatan dan tenaga khusus yang sampai sekarang
hanya terdapat dikota besar saja.

5. Ongiografi

Bermanfaat untuk pasien-pasien dengan perdarahan saluran


cerna yang tersembunyi dari visual endoskopik.

I. PENATALAKSAAN

Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas


harus sedini mungkin dan sebaiknya diraat di rumah sakit untuk
mendapatkan pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih baik.
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas meliputi :
1. Pengawasan dan pengobatan umum

 Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang


menimbulkan efek sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya
dihindarkan.
 Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung
dan bila perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.
 Infus cairan langsung dipasang & diberilan larutan garam
fisiologis slama belum ada darah.
 Pengawasan tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan
bila perlu dipasang CVP monitor.
 Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu
dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.
 Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang
hilang dan mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga
normal.
 Pemberian obat hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10
mg/hari, karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2
reseptor antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk
menanggulangi perdarahan.
 Dilakukan klisma atau lavemen dgn air biasa disertai
pemberian antibiotika yg tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan
sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan dapat
menimbulkan ensefalopati hepatik.

2. Pemasangan pipa naso-gastrik

Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi


cairan lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian
obat-obatan. Pemberian air pada kumbah lambung akan
menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi
penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian
perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan
berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan
aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat diulang
setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan setelah
cairan aspirasi lambung sudah jernih.

3. Pemberian pitresin (vasopresin)

Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin


per infus akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan
splanknikus sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan
demikian diharapkan perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat
bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga dapat terjadi
vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian
obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik.
Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis
terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.

4. Pemasangan balon SB Tube

Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita


perdarahan akibat pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube
dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif, sehingga penderita
dapat diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat tersebut, cara
pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul
pada waktu dan selama pemasangan.

5. Pemakaian bahan sklerotik

Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau


sotrdecol 3 % sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang
fleksibel disuntikan dipermukaan varises kemudian ditekan dengan
balon SB tube. Tindakan ini tidak memerlukan narkose umum dan
dapat diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini sudah mulai populer
dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam
menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang
disebabkan pecahnya varises esofagus.

6. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami
kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan
tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah :
ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-kaval.
Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan
fungsi hari membaik.

Selain cara-cara tersebut diatas, adapula metode lain untuk


menghentikan perdarahan varises esophagus, antara lain :

a. Cyanoacrylate glue injection, memakai semacam lem jaringan


(His-toacryl R) yang langsung disuntikkan intravena.

b. Endoscopic band ligator

Sedangkan pada perdarahan non variceal, dapat dilakukan


tindakan-tindakan sebagai berikut :

a. Laser photo coagulation

b. Diathermy coagulation

c. Adrenalin injection

d. Sclerotheraphy injection.

7. Usaha menghilangkan faktor agresif

Usaha yang diperlukan untuk menghilangkan faktor agresif pada


perdarahan SCBA karena kelainan non varises antara lain :

a. Memperbaiki/menghindari faktor predisposisi atau risiko


seperti gizi, stres, lingkungan, sosioekonomi.

b. Menghindari/menghentikan paparan bahan atau zat yang


agresif seperti asam, cuka, OAINS, rokok, kortikosteroid dan lainnya.

c. Memberikan obat yang dapat mengurangi asam lambung


seperti antasida, antimuskarinik, penghambat reseptor H2 (H2RA),
penghambat pompa proton (PPI). PPI diberikan per injeksi bolus intra
vena 2-3 kali 40 mg/hari atau bolus intra vena 80 mg dilanjutkan
kontinu infus drip 8 mg/jam selama 12 jam kemudian intra vena 4
mg/jam sampai 5 hari atau sampai perdarahan berhenti lalu diganti
oral 1-2 bulan. Alasan mengapa PPI diindikasikan pada perdarahan
non varises, karena PPI dapat menaikkan pH diatas 6 sehingga
menyebabkan bekuan darah yang terbentuk tetap stabil, tidak lisis.

d. Memberikan obat eradikasi kuman Helicobacter pylori dapat


berupa terapi tripel dan terapi kuadrupel selama 1- 2 minggu :

Terapi tripel : 1. PPI + amoksisilin + klaritromisin

2. PPI + metronidazol + klaritromisin

3. PPI + metronidazol + tetrasiklin

Terapi kuadrupel, bila tripel gagal :

1. Bismuth + PPI + amoksisilin + klaritromisin

2. Bismuth + PPI + metronidazol + klaritromisin

3. Bismuth + PPI + tetrasiklin + metronidazole (untuk daerah


resistensi tinggi klaritromisin).

4. Usaha meningkatkan faktor defensif

Usaha ini dilakukan dengan memberikan obat-obat yang


meningkatkan faktor defensif selama 4 – 8 minggu antara lain :

a. Sukralfat 3 kali 500-1000 mg per hari

b. Cetraxate 4 kali 200 mg per hari

c. Bismuth subsitrat 2 kali 2 tablet per hari

d. Prostaglandin eksogen 2-3 kali 1 tablet per hari

e. Tephrenone 3 kali 50 mg per hari

f. Rebamipide 3 kali 100 mg per hari


J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Perawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap
individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan (Efendi,
2010).
a. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, masalah-
masalah, kebutuhan
kesehatandankeperawatan pasien baik fisik, mental, social maupun lingkungan.(Efendi,2010).
1. Data Biografi.
Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit, nomor Rekam Medik, diagnosa
medis dan sumber biaya, penanggung jawab.
2. Keluhan Utama.
Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau gejala apa yang menyebabkan klien
datang berobat, yang akan muncul saat awal dilakukan pengkajian pertama kali, Biasanya
pada kasus hematemesis melena klien datang ke rumas sakit karena muntah darah atau BAB
darah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang.
Riwayat mengenai penyakit saat ini, yang dimulai dari akhir masa sehat yang ditulis secara
kronologis sesuai urutan waktu, dicatat perkembangan dan perjalanan penyakitnya,keluhan
utama dan gejala lainnya seperti
4. Riwayat Penyakit Dahulu.
Riwayat penyakit dahulu mencakup anamnesis tentang penyakit sistem cardiovaskular, sistem
pernafasan, sistem pencernaan, kulit, adanya penyakit infeksi dll, yang dicatat adalah
keterangan terperinci mengenai semua penyakit dan komplikasi yang pernah dialami, dan
sedemikian mungkin dicatat menurut urutan waktu.
5. Pola Nutrisi
Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual, muntah, kembung, dan nafsu
makan menurun, dan intake nutrisi harus daam bentuk makanan yang lunak yang mudah
dicerna.
6. Pola Aktivitas Dan Latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein (hydroprotein) yang dapat
menyebabkan keluhan subjektif pada pasien berupa kelemahan otot dan kelelahan, sehingga
aktivitas sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi atau harus berhenti bekerja.
7. Pola Eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. pada BAB terjadi
konstipasi atau diare. Perubahan warna feses menjadi hitam seperti petis, konsistensi pekat.
Sedangkan pada BAK, warna gelap dan konsistensi pekat.
8. Pola tidur dan istirahat.
Terjadi perubahan pada pola tidur kemungkinan karena nyeri di abdomen.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :

1. Gangguan kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan


cairan aktif).
2. Gangguan berhubungan dengan hipovolemik karena perdarahan.perfusi jaringan
3. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan penyakitnya.
4. Intoleransi aktivitas berhubugnan dengan kelemahan.

L. FOKUS INTERVENSI
1. Gangguan kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan
cairan aktif).
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria:

o Tanda vital dalam batas normal.


o Turgor kulit normal.
o Membran mukosa lembab.
o Produksi urine output seimbang
o Muntah darah dan berah darah berhenti

Intervensi:

1. Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor


kulit, pengisian kapiler dan kelembaban membran mukosa.
2. Awasi pemasukan dan haluaran , catat/ ukur diare dan kehilangan dari
pengisapan NG.
3. Evaluasi kekuatan/ tonus otot. Observasi tremor otot.
4. Penuhi kebutuhan individu/ ganti jadwal
5. Dorong masukan melalui oral bila mampu
6. Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi
7. Awasi elektrolit dan gantikan sesuai indikasi.

Rasional:

1. Indikator dehidrasi / hipovolemia, keadekuatan penggantian cairan.


2. Perubahan pada kapasitas gaster/ motilitas usus dan mual sangat mempengaruhi
masukan dan kebutuhan cairan, peningkatan resiko dehidrasi.
3. Kehilangan gaster besar dapat mengakibatkan penurunan magnesium dan kalsium,
mengakibatkan kelemahan/ tetani neuromuskular.
4. Penentuan denga jumlah ukuran yang hilang/ perkiraan kehilangan yang tak tampak
dan tergantung pada kapasitas lambung.
5. Memungkinkan penghentian tindakan dukungan cairan invasif dan mempengaruhi
kembalinya fungsi usus normal.
6. Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase
segera/ mampu memenuhi cairan per oral.
7. Penggunaan selang Ng atau muntah dapat menurunkan elektrolit, mempengaruhi
fungsi organ.

2. Gangguan berhubungan dengan hipovolemik karena perdarahan.perfusi jaringan


Tujuan : perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil:
o Tanda vital normal
o Akral hangat
Intervensi :
1. Observasi keluhan pusing, kesadaran.
2. Lakukan pengukuran tanda vital tiap 2 jam
3. Kaji keadaan kulit: dingin, sianosis, keringat, pengisian kapiler.
4. Catat haluaran urine
5. Kolaborasi:
- Berikan oksigen
- Awasi GDA
- Berikasn cairan IV

Rasional :
1. Perubahan menunjukan ketidakadekuatan perfusi cerebral.
2. Menunjukan indikasi adekuatnyan keseimbangan cairan.
3. Vasokontriksi adalah respon sinpatis terhadap penurunan vuloma sirkulasi.
4. Penurunan perfusi dapat menyebabkan gagal ginjal.

Anda mungkin juga menyukai