Anda di halaman 1dari 64

MAKALAH

MIKROBIOLOGI INDUSTRI I
“PERAN MIKROBA DALAM INDUSTRI
& STRAIN MIKROBA UNTUK INDUSTRI”

Dimodifikasi dari Makalah Mikrobiologi Lingkungan III milik Kelompok III


(Imroatul Munawaroh, Muhamad Yutam Soleh, Wiwit Turindah Rahayu
Mahasiswa Angkatan 2017)
Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Universitas Muhamadiyah Metro Tahun 2018

Disusun oleh Kelompok 9


Rita Sugiarti NPM 18230004
Amirul Mukminin NPM 18230017

MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT dan segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam juga
penulis sanjungkan kepada Rosulullah Muhammad SAW.
Makalah yang disusun ini merupakan serangkaian dari tugas yang harus
diselesaikan sebagai persyaratan tugas kelompok mata kuliah Mikrobiologi di
Universitas Muhammadiyah Metro. Materi yang penulis sampaikan pada makalah
ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar isi makalah ini lebih
sempurna.
Penulis tidak lupa menghaturkan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat Bapak Dr. Handoko Santoso, M.Pd. dan Bapak Dr. Agus Sutanto, M.Si.
selaku dosen pengampu mata kuliah Mikrobiologi serta berbagai pihak yang telah
membantu menyelesaikan penulisan makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga amal dan jasa dari semua
pihak mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya, Aamiin Allahuma aamiin.

Metro, 25 Mei 2019


Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 6
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 9
C. Tujuan .................................................................................................... 9

BAB II PEMBAHASAN
A. Mikroorganisme yang Berperan dalam Industri ..................................... 10
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mikroorganisme dalam Industri ..... 14
C. Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi dalam Proses Mikrobiologi
Industri .................................................................................................... 17
D. Peranan Mikroba dalam Mikrobiologi Industri ...................................... 19
E. Strain Mikroba yang Digunakan untuk Industri ..................................... 55
F. Hubungan Antara Peranan Mikroba dan Strain Mikroba untuk Industri
dengan Kandungan Al-Qur’an / Nilai Keislaman ................................... 58

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 62
B. Saran ................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 63

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Acetobacter aceti ................................................................................. 8
2. Acetobater xylinum .............................................................................. 9
3. Bacillus sp ........................................................................................... 9
4. Bifidobakter sp .................................................................................... 10
5. Trichodema harzianum Menginfeksi Jamur Parasit lain ................... 24
6. Proses Kerja Bacillus thuringiensis sebagai Bioinsektisida ............... 24
7. Sayatan Akar Tanaman yang telah Terinfeksi Jamur Mikorisa .......... 27
8. Enzim dan Sumbernya dari Mikroba .................................................. 38
9. Produksi Insulin Buatan dalam Tubuh Manusia ................................. 53

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Contoh Aplikasi Mikroba dalam Industri ............................................ 18
2. Beberapa Antibiotik yang Dihasilkan Secara Komersial .................... 19
3. Klasifikasi Antibiotika sesuai dengan Strukur Kimianya ................... 21
4. Beberapa Hasil Produk Fermentasi Beserta Mikrobanya ................... 30
5. Beberapa produk Industri Pangan yang Dihasilkan Mikroba .............. 31

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bioteknologi merupakan suatu kajian yang berhubungan dengan
penggunaan organisme hidup atau produknya dalam proses industri berskala
besar. Bioteknologi mikroorganisme adalah aspek bioteknologi industri yang
berhubungan dengan proses yang melibatkan mikroorganisme. Bioteknologi
mikroorganisme kadang-kadang disebut juga mikrobiologi industri.
Mikrobiologi industri merupakan suatu usaha memanfaatkan mikroba sebagai
komponen untuk industri atau mengikut sertakan mikroba dalam proses, yang
bertujuan untuk menghasilkan produk bernilai ekonomi dan bermanfaat.
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat
kecil. Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk
melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami
pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya.
Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena
mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang
besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan
menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena
ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim
yang telah dihasilkan. Kemudian enzim yang tidak diperlukan tidak akan
disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk
perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut
sudah ada. Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tempat yang besar,
mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relatif
cepat.
Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme memiliki
peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan,
baik di bidang kesehatan, makanan, lingkungan maupun di bidang industri
misalnya industri Tekstil, industri kimia dan industri obat-obatan. Mikrobiologi
7

industri, suatu bidang yang lama dan sudah diperbaharui pada beberapa tahun
terakhir ini karena penambahan teknik rekayasa genetika. Mikrobiologi industri
awalnya dimulai dengan proses fermentasi alkohol, seperti pada pembuatan
“beer” dan “wine” (minuman dibuat dari buah anggur). Proses mikrobia
dikembangkan untuk produksi bahan farmasi seperti antibiotika, produksi
makanan tambahan seperti asam amino, serta produksi enzim, dan produksi
industri kimia seperti butanol dan asam sitrat.
Semua proses industri yang digambarkan sudah membuktikan
kemampuan suatu mikroorganisme. Tetapi sekarang, dengan hadirnya
teknologi gen kita berada dalam era baru bioteknologi mikroorganisme.
Teknologi gen memungkinkan suatu pendekatan baru secara lengkap terhadap
bioteknologi mikroorganisme yang menggunakan mikroorganisme yang
direkayasa untuk menghasilkan suatu substansi atau bahan yang secara normal
tidak dapat dihasilkan. Sebagai contoh, proses pembuatan hormon insulin,
dikembangkan dengan menyisipkan gen insulin manusia ke dalam suatu
bakteri.
Tidak semua mikroorganisme yang ada dapat digunakan dalam industri.
Mikroorganisme yang diisolasi dari alam memperlihatkan pertumbuhan sel
seperti komponen fisiologi utamanya, sedangkan mikroorganisme industri
merupakan organisme yang dipilih secara hati-hati sehingga dapat membuat
satu atau banyak produk khusus. Mikroorganisme yang dipilih harus memenuhi
kriteria-kriteria antara lain, memiliki sifat-sifat yang stabil, mampu tumbuh
pesat, tidak patogenik, memiliki sifat potensial menjamin proses
biotransformasi berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Biologi industri, mikroba mempunyai peranan yang sangat besar dalam
menghasilkan berbagai macam produk. Jenis dan jumlah mikroba yang bersifat
menguntungkan ini juga tersedia secara melimpah di alam, yang masih perlu
digali dan dikembangkan dalam industri. Mikroba tersebut dapat ditemukan
mulai dari dasar samudra sampai kepuncak gunung dan dapat hidup pada
berbagai macam habitat, termasuk pada lingkungan yang ekstrim.
8

Penentuan produk industry menggunakan jada mikroorgaisme sangat


tergantung dari sifat-sifat mikrooorganisme yang dipilih. Mikroorganisme yang
dipilih harus memenuhi kriteria-kriteria antara lain, memiliki sifat-sifat yang
stabil, mampu tumbuh pesaat, tidak patogenik, memiliki sifat potensial,
menjamin proses biotransformasi berlangsung sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Mikroorganisme yang terpilih ini berupa galur-galur unggul.
Sedangkan penentuan media dan bagian pengendalu proses lainnya disesuaikan
dengan spesifikasi sifat mikroorganisme serta enzim-enzimnya.
Allah menciptakan alam seisinya sebagai rahmat untuk kemaslahatan
umat manusia. Manusia berhak untuk memanfatkan kekayaan alam semaksimal
mungkin dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan mereka serta sebagai
bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Seperti
yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 29 :

Artinya: Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.
Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Ayat diatas jelas menegaskan bahwa alam semesta beserta isinya yang
sangat kompleks ini diciptakan Allah SWT untuk manusia. Makhluk ciptaan-
Nya tersebut terdiri dari berbagai macam jenis tumbuhan, hewan maupun
mikroorganisme. Menunjukkan bahwa Allah SWT telah menciptakan
keberadaan bentuk-bentuk kehidupan yang manusia sebelumnya tidak
mengetahui. Manusia masih mengungkap ayat Al-Qur’an tentang keberadaan
adanya kehidupan itu, baru kemudian setelah alat mikroskop ditemukan,
manusia mulai dapat melihat dengan mata penglihatannya tentang makhluk
hidup yang terkecil. Hal tersebut membuktikan bahwa sebelum adanya
9

penemuan terkait bakteri, Al-Qur’an lebih dahulu menyebutkan di dalam ayat-


ayat-Nya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan beberapa
masalah yang akan dikaji dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Mikroorganisme apa saja yang berperan dalam industri?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mikroorganisme dalam
industri?
3. Apakah syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam proses mikrobiologi
industri?
4. Bagaimana peranan mikroba dalam mikrobiologi industri?
5. Strain mikroba apa saja yang digunakan untuk industri ?
6. Bagaimana hubungan antara peranan mikroba dan strain mikroba untuk
industri dengan kandungan Al-Qur’an / nilai-nilai keislaman?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui mikroorganisme apa saja yang berperan dalam industri.
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
mikroorganisme dalam industri.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam proses
mikrobiologi industri.
4. Untuk memahami bagaimana peranan mikroba dalam mikrobiologi
industri.
5. Untuk mengetahui Strain mikroba apa saja yang digunakan untuk industri
6. Untuk memahami hubungan antara peranan mikroba dan strain mikroba
untuk industri dengan kandungan Al-Qur’an / nilai-nilai keislaman
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mikroorganisme yang Berperan Dalam Industri


Berbagai macam mikroorganisme yang berperan dalam kehidupan
mahluk lain antaranya seperti dibawah ini:
1. Bakteri
Berbagai macam bakteri yang berperan penting dalam industri
khususnya proses fermentasi, antara lain sebagai berikut :
a. Acetobacter acetii
Bakteri ini penting dalam
produksi asam asetat yang
mengoksidasi alkohol sehingga
menjadi asam asetat. Banyak
terdapat pada ragi tapai, yang
menyebabkan tapai yang
melewati 2 hari fermentasi
Gambar 1. Acetobacter acetii
akan menjadi berasa asam. Sumber : https:// fineartamerica.com
Acetobacter dikenali dengan mudah dengan pertumbuhan koloninya
dimedium yang mengandung 7% etanol, dan ditambah kalsium
karbonat secukupnya untuk memburamkan medium sebagian. Ketika
koloni tersebut membentuk asam asetat yang cukup, kalsium karbonat
kemudian melarut sehingga terbentuk daerah bening yang jelas pada
medium.
b. Acetobacter xylinum
Acetobacter xylinum adalah salah satu jenis bakteri dengan
panjang 2 mikron, berbentuk bantang pendek yang memiliki
permukaan dinding yang berlendir. Acetobacter xylinum pada kultur
sel masih muda merupakan individu sel yang sendiri-sendiri namun
ketika sudah tua, mereka akan membentuk lapisan seperti gelatin yang
11

kokoh dan menutupi sel


koloninya. Bakteri ini memiliki
kemempuan dalam melakukan
oksidasi dari asam asetat menjadi
H2O dan CO2. Acetobacter
xylinum mampu
Gambar 2. Acetobacter xylinum
mempolimerisasikan glukosa Sumber : https://karedok.net
menjadi selulosa. Kemudian selulosa yang dihasilkan akan
membentuk matrik yang dikenal dengan sebutan nata.
Bakteri ini digunakan dalam pembuatan nata de coco.
Acetobacter xylinum mampu mensintesis selulosa dari gula yang
dikonsumsi. Nata yang dihasilkan berupa pelikel yang mengambang
di permukaan substrat. Bakteri ini juga terdapat produk kombucha
yaitu fermentasi dari teh.
c. Bacillus sp.
Bacillus sp. merupakan
genus dengan kem ampuan yang
paling luas. Bacillus sp.
digolongkan ke dalam kelas
bakteri heterotrofik, yaitu
protista bersifat uniseluler,
termasuk dalam golongan Gambar 3. Bacillus sp
Sumber : probiyotix.com
mikroorganisme redusen atau
yang lazim disebut sebagai dekomposer. Sebagian besar bakteri laut
termasuk dalam kelompok bakteri bersifat heterotrofik dan saprofitik
(Rheinheimer, 1980). Pada mulanya hanya digunakan untuk
menghasilkan enzim amilase. Namun kini berkembang untuk
bioinsektisida yang diwakili Bacillus thuringiensis maupun untuk
penanganan limbah Bacillus subtilis dan Bacillus megaterium.
Melalui rekayasa genetika, kini bakteri ini juga digunakan untuk
produksi bahan baku plastik ramah lingkungan.
12

d. Bifidobacterium sp.
Bividobacterium sp
adalah salah satu genus
bakteri asam laktat yang
hidup di dalam usus besar
manusia dan hewan.
Beberapa karakteristik dari
bakteri ini adalah gram-
positif, anaerobik, non-motil
(tidak bergerak), tidak
membentuk spora, Gambar 4. Bifidobacterium sp
Sumber : microbewiki.kenyon.edu
berbentuk batang, dan
memiliki persen G+C (guanosin-sitosin) yang tinggi (55-67%). Suhu
optimum untuk pertumbuhan Bividobacterium adalah 37-41˚C dan pH
optimum antara 6.5-7.
Bakteri ini bersifat anaerob dan digunakan sebagai mikroba
probiotik. Produk probiotik dari bakteri ini biasanya berbentuk padat
yaitu yogurt dan beberapa olahan susu. Bakteri ini juga memiliki
beberapa manfaat positif bagi kesehatan manusia, seperti mampu
menghasilkan beberapa vitamin B kompleks yang bermanfaat bagi
tubuh, membantu pengaturan diet bagi sebagian manusia yang
menderita kondisi liver tertentu, dan mencegah bakteri yang
mengubah nitrat menjadi nitrit yang merupakan penyebab kanker.
e. Lactobacillus sp.
Bakteri ini cukup populer karena selain dapat digunakan dalam
produksi asam laktat juga berperan dalam fermentasi pangan seperti
yogurt, saurkeraut dan juga produk probiotik yang saat ini banyak
diminati masyarakat. Probiotik merupakan mikrobia yang dikonsumsi
untuk mengatur flora usus. Asam laktat dari bakteri ini dapat dibuat
poli asam laktat sebagai bahan baku plastik ramah lingkungan.
13

2. Khamir
Khamir ada yang yang bermanfaat dan ada pula yang membahayakan
manusia. Khamir banyak dimanfaatkan dalam bidang industri yaitu proses
fermentasi pada pembuatan roti, bir, wine, vinegar dan sebagainya. Khamir
yang tidak diinginkan adalah yang ada pada makanan dan menyebabkan
kerusakan pada saurkraut, jus buah, sirup, molase, madu, jelly, daging dan
sebagainya. Khamir yang memiliki peranan yang menguntungkan
diantaranya sebagai berikut (Black, 2002) :
a. Saccharomyces cerevisiae, merupakan khamir yang paling populer
dalam pengolahan makanan. Khamir ini telah lama digunakan dalam
industri wine dan bir. Dalam industri pangan, khamir digunakan dalam
pengembang adonan roti dan dikenal sebagai ragi roti.
b. Saccharomyces roxii, adalah khamir yang digunakan dalam pembuatan
kecap dan berkontribusi pada pembentukan aroma.
3. Jamur
Jamur yang memiliki peranan yang menguntungkan diantaranya
sebagai berikut (Pelczar, 1988) :
a. Aspergillus niger. Jamur ini digunakan dalam pembuatan asam sitrat.
Asam sitrat merupakan salah satu asam organik yang banyak digunakan
dalam bidang industri pangan misalnya pada pembuatan permen dan
minuman kemasan. Jamur ini sering mengontaminasi makanan
misalnya roti tawar.
b. Rhizopus oryzae. Jamur ini penting pada pembuatan tempe. Aktivitas
jamur Rhizopus oryzae menjadikan nutrisi pada tempe siap dikonsumsi
manusia. Aktivitas enzim yang dihasilkan menjadikan protein terlarut
meningkat. Produk tempe kini juga telah dikembangkan menjadi
isoflavon yang penting bagi kesehatan.
c. Neurospora sitophila. Jamur ini merupakan sumber beta karoten pada
fermentasi tradisional. Produk oncom yang dikenal di Jawa Barat
adalah hasil fermentasi yang dilakukan Neurospora sitophila. Produksi
spora untuk sumber beta karoten yang dapat disubstitusikan pada
14

makanan juga telah diteliti. Selain mampu memberikan asupan, beta


karoten juga merupakan sumber warna yang cukup menarik.
d. Monascus purpureus. Jamur ini dikalangan mikrobiolog jarang dikenal
karena produk yang dihasilkan. Mula pertama jamur ini ditemukan di
Jawa namun menjadi produk utama Cina dengan nama angkak. Angkak
adalah fermentasi pada beras. Jamur ini menghasilkan pewarna alami
yang umumnya digunakan pada masakan Cina. Saat ini telah ditemukan
adanya zat aktif pada angkak yang dapat membantu kesehatan dan telah
dikemas dalam bentuk kapsul.
e. Penicillium sp. Jamur ini paling terkenal karena kemampuannya
menghasilkan antibiotika yang disebut pensilin. Sejak pertama kali
dikenal terus digunakan sampai sekarang. Jamur pengasil antibiotika
saat ini telah banyak diketahui sehingga ragam antibiotik pun semakin
banyak. Selain itu pembuatan antibiotika, spesies yang lain juga
digunakan dalam pembuatan keju khusus.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mikroorganisme dalam Industri


Kegiatan mikroba dipengaruhi oleh faktor lingkungannya. Perubahan
dilingkungan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sifat morfologi dan
fisiologi mikroorganisme. Beberapa golongan mikroorganisme resisten
terhadap perubahan lingkungan karena dengan cepat melakukan adaptasi
dengan lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang sering mempengaruhi
pertumbuhan mikroba antara lain:
1. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan mikroba.
Beberapa mikroba mampu hidup dalam kisaran suhu yang luas. Terkait
dengan suhu pertumbuhan maka dikenal suhu minimum, maksimum dan
optimum. Suhu minimum adalah suhu yang paling rendah dimana kegiatan
mikroba masih berlangsung. Suhu optimum adalah suhu yang paling baik
untuk kehidupan mikroba. Sedangkan suhu maksimum adalah suhu
15

tertinggi yang masih dapat menumbuhkan mikroba tetapi pada tingkat


kegiatan fisisologi yang paling rendah.
Atas dasar suhu perkembangannya mikroba dapat dibedakan menjadi
3 golongan, yaitu psikofil, mesofil dan termofil.
a. Mikroba psikofil/kriofil dapat tumbuh pada suhu antara 0o C-30o C,
dengan suhu optimum 15OC. Kebanyakan tumbuh ditempat-tempat
dingin, baik di daratan maupun dilautan.
b. Mikroba mesofil mempunyai suhu optimum antara 25-37oC, dengan
suhu minimum 15oC dan suhu maksimum antara 45-55oC. Mikroba ini
biasa hidup pada tanah dan perairan.
c. Mikroba termofil mempunyai suhu pertumbuhan antara 40-75oC,
dengan suhu optimum 55-60oC.
2. Kelembaban
Tiap jenis mikroba mempunyai kelembaban optimum tertentu. Pada
umumnya khamir dan bakteri membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi
dibandingkan jamur. Banyak mikroba yang tahan hidup dalam keadaan
kering untuk waktu yang lama. Misalnya mikroba yang membentuk spora
dan membentuk krista. TAMBAHIN DARI INTERNET
3. pH
Berdasarkan pH yang ada, mikroba dikenal dengan asidofil, neurofil,
dan alkalifil. Asidofil adalah mikroba yang dapat tumbuh pada pH antara
2,0-5,0. Mikroba neutrofil adalah mikroba yang mampu tumbuh pada
kisaran pH 5,5-8,0 sedangkan mikroba alkalifil dapat tumbuh pada kisaran
pH 8,4-9,5. Bakteri memerlukan pH 6,5-7,5, khamir memerlukan pH 4,0-
4,5, sedangkan jamur mempunyai kisaran pH yang luas.
4. Ion-ion Logam
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au dan Pb pada kadar yang
sangat rendah dapat bersifat toksik. Daya bunuh logam berat pada kadar
rendah disebut oligodinamik. Ion-ion logam dapat mengganggu sistem
enzim sel. Misalnya Hg++ akan bergabung dengan gugus sulfidril (-SH)
dalam enzim sehingga aktivitas enzim dengan gugus aktif sulfidril akan
16

terhambat aktivitasnya. Ion-ion Li++ dan Zn++ bersifat toksik bagi


Lactobacillus dan Leuconostoc namun demikian jika Ph diturunkan maka
peracunan Li++ dan Zn++ dapat dikurangi.
5. Radiasi
Radiasi pengion dicirikan oleh energi yang sangat tinggi dan
kemampuan penetrasi yang besar. Demikian juga sifat letalnya. Penggunaan
radiasi pengion terutama pada bidang farmasi, kedokteran, proses industri,
serta digunakan dalam bidang mikrobiologi, misalnya menggunakan sinar
ultraviolet dan sinar gamma. Sinar UV yang paling efektif dalam
membunuh mikroorganisme adalah yang memiliki panjang gelombang yang
dekat dengan 260 nm, dengan energi kuantum sekitar 4,9 Ev. Sinar dengan
panjang gelombang dibawah 200 nm tidak efektif karena mudah diserap
oleh oksigen atmosfir. Sinar dengan panjang gelombang 360-450 nm
umumnya disebut UV gelombang panjang dan biasa digunakan untuk
menstimulasi flourisensi, misalnya untuk menunjukkan adanya pigmen
pseudomonas pada telur.
Penggunaan lain UV pada bidang industri bahan makanan adalah pada
ruang pendingin yang dipergunakan untuk menyimpan daging. Tujuannya
adalah untuk menunda pertumbuhan mikroba permukaan. Iradiasi
ultraviolet dengan internsitas 2 mW/cm2 terhadap pseudomonas pada
daging dapat mengurangi kecepatan pertumbuhannnya menjadi 85% bila
dibandingkan dengan kontrol, dan akan menjadi 75% bila intensitas pada
permukaan 24 mW/cm2.
Sinar gamma, iradiasi gamma telah digunakan sebagai metode dalam
pengawetan pangan di beberapa negara seperti Belgia, Perancis, Jepang dan
Belanda. Di Indonesia sendiri baru dilakukan dalam skala laboratorium.
Proses dilakukan dengan penyinaran pangan dengan menggunakan kobalt
radioisotope (60oC). Iradiasi akan mempengaruhi fungsi metabolisme dan
fragmentasi DNA yang dapat mengakibatkan kematian sel mikroba
sehingga memperbaiki kualitas mikrobiologis pangan dengan mengurangi
jumlah jasad perusak dan pathogen.
17

Selain faktor di atas, mikroba juga melakukan interaksi, sebab di alam


jarang dijumpai mikroba yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu
berada dalam asosiasi dengan jasad lain. Interaksi antar mikroba dapat
terjadi antara dua mikroba yang sama ukuran selnya (dua sel bakteri, dua
sel protozoa) atau antara dua sel yang berbeda ukurannya (sel bakteri
dengan sel protozoa). Dua sel yang ukurannya sama memiliki kebutuhan
nutrisi yang kurang lebih sama, sebab susunan molekul suatu sel pada
umumnya relatif sama. Berbeda halnya jika ukuran sel berbeda, kebutuhan
ruang berbeda. Protozoa membutuhkan ruang ribuan kali lebih besar
daripada bakteri. Begitu juga dengan kebutuhan nutrisinya. Contohnya
interaksi antar Pseudomonas synoyanea dengan Sterptococcus lactis yang
menyebabkan terjadinya warna biru pada susu.

C. Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi dalam Proses Mikrobiologi Industri


Suatu mikroorganisme dianggap layak digunakan dalam industri, bukan
saja mampu menghasilkan substansi yang menarik, tetapi harus lebih dari itu.
Mikroorganisme harus tersedia sebagai biakan murni, sifat genetiknya harus
stabil, dan tumbuh dalam biakan berskala-besar. Biakan juga harus dapat
dipelihara dalam periode waktu yang sangat panjang di laboratorium dan dalam
‘plant’ industri. Biakan tersebut lebih disukai jika dapat menghasilkan spora
dan bentuk sel reproduktif lain sehingga mikroba mudah diinokulasikan ke
dalam fermentor besar. Karakteristik penting yang harus dimiliki
mikroorganisme industri yaitu harus tumbuh cepat dan menghasilkan produk
yang diharapkan dalam waktu yang relatif singkat, karena alasan sebagai
berikut:
1. Alat-alat yang digunakan pada industri berskala besar termasuk mahal, hal
tersebut tidak menjadi masalah (secara ekonomi) jika produk dapat
dihasilkan dengan cepat
2. Jika mikroorganisme tumbuh dengan cepat, kontaminasi fermentor akan
berkurang
18

3. Jika mikroorganisme tumbuh dengan cepat, akan lebih mudah


mengendalikan berbagai faktor lingkungan dalam fermentor. Sifat penting
lain yang harus dimiliki mikroorganisme industri adalah:
a. Tidak berbahaya bagi manusia, dan secara ekonomik penting bagi
hewan dan tumbuhan.
b. Harus non-patogen dan bebas toksin, atau jika menghasilkan toksin,
harus cepat di-inaktifkan. Karena, ukuran populasi besar dalam
fermentor industri, sebenarnya tidak memungkinkan menghindari
kontaminasi dari lingkungan luar fermentor, suatu patogen yang ada
akan mampu mendatangkan masalah.
c. Mudah dipindahkan dari medium biakan. Di laboratorium, sel
mikroorganisme pertamakali dipindahkan dengan sentrifugasi, tetapi
sentrifugasi bersifat sulit dan mahal untuk industri skala-besar. Substrat
yang digunakan oleh organisme untuk membuat produk baru harus
murah dan tersedia dalam jumlah banyak. Misalnya, limbah yang
banyak, mengandung nutrisi dari industry persusuan dan industry kertas
untuk menghasilkan bahan-bahan yangbernilai tinggi
d. Mikroorganisme lebih disukai jika berukuran besar, karena sel lebih
mudah dipindahkan dari biakan dengan penyaringan (dengan bahan
penyaring yang relatif murah). Sehingga, fungi, ragi, dan bakteri
berfilamen, lebih disukai. Bakteri unisel, berukuran kecil sehingga sulit
dipisahkan dari biakan cair.
e. Terakhir, mikroorganisme industri harus dapat direkayasa secara
genetik. Dalam bioteknologi mikroorganisme tradisional peningkatan
hasil diperoleh melalui mutasi dan seleksi. Mutasi akan lebih efektif
untuk mikroorganisme dalam bentuk vegetatif dan haploid, dan bersel
satu. Pada organisme diploid dan bersel banyak mutasi salah satu
genom tidak akan menghasilkan mutan yang mudah diisolasi. Untuk
fungi berfilamen, lebih disukai yang menghasilkan spora, karena
filamen tidak mampu mempermudah rekayasa genetika.
19

Organisme juga diharapkan dapat direkombinasi secara genetik,


juga dengan proses seksual dan beberapa jenis proses paraseksual.
Rekombinasi genetik memungkinkan penggabungan genom tunggal
sifat genetik dari beberapa organisme. Teknik yang sering digunakan
untuk menciptakan hibrid, bahkan tanpa siklus seksual adalah
fusi/penggabungan protoplasma, menyertai regenasi sel vegetatif dan
seleksi progeni hibrid. Bagaimanapun, beberapa strain industri sudah
diperbaiki secara genetik tanpa menggunakan rekombinasi genetika.

D. Peranan Mikroba dalam Mikrobiologi Industri


Tidak semua mikroorganisme yang ada dapat digunakan dalam industri.
Mikroorganisme yang diisolasi dari alam memperlihatkan pertumbuhan sel
seperti komponen fisiologi utamanya, sedangkan mikroorganisme industri
merupakan organisme yang dipilih secara hati-hati sehingga dapat membuat
satu atau banyak produk khusus. Bahkan jika mikroorganisme industri
merupakan salah satu yang sudah diisolasi dengan teknik tradisional,
mikroorganisme tersebut menjadi organisme yang sangat ‘termodifikasi”
sebelum memasuki industri berskala-besar.
Sebagian besar mikroorganisme industri, merupakan spesialis metabolik,
yang secara spesifik mampu menghasilkan metabolit tertentu dan dalam jumlah
yang sangat banyak. Untuk mencapai spesialisasi metabolik tinggi tersebut,
strain industri dirubah secara genetika melalui mutasi atau rekombinasi. Jalur
metabolik minor biasanya ditekan atau dihilangkan. Sering terdapat ketidak-
seimbangan metabolik, misalnya kemampuan pertumbuhannya yang rendah,
kehilangan kemampuan untuk membentuk spora, dan mengalami perubahan
pada komponen biokimia dan selnya. Meskipun strain industri dapat tumbuh
dengan sangat memuaskan di bawah kondisi fermentor industri yang sangat
terspesialisasi, strain tersebut dapat memperlihatkan kemampuan pertumbuhan
dalam lingkungan yang kompetitif di alam.
Sampai saat ini, banyak contoh aplikasi mikroba dalam industry seperti
pada Tabel 1.
20

Tabel 1. Contoh Aplikasi Mikroba dalam Industri


Industri Mikroba Produk
Clostridium Isopropanol, aseton, butanol
(pelarut)
Bacillus As. akrilat (bahan pembuat
plastk)
Bacillus subtilis Subtilisin (bahan detergen)
Kimia
Xanthomonas campestris Xantan (pengental)
Methanobacterium Metan
Micrococcus luteus Hidrokarbon (petroleum)
Magnetospirilium Mineral (biomineralisasi)
magneticum
Pangan Acetobacter aceti Asam cuka
Revibacterium As. amino (Alanin,
triptofan, as.glutamat)
Propionobacterim Vitamin ( Cyanocobalamin)
B. amyuloliquifaciens Enzim ( amilase dan
glukosidase)
Gibberella fujikuroi Hormon tumbuhan
(Giberelin)
Pertanian
Bacillus thuringiensis Insektisida
Rhizobium leguminosorum Biofertilizer
Bacillus brevis Antibiotik ( Gramisidin,
Tirosidin)
Kesehatan Bacillus polimyxa Antibiotik (Polimiksin B)
Pseudomonas sp Dospatin ( menurunkan
tekanan darah)
Thiobacillus ferrooxidans Tembaga, uranium, seng,
Pertambangan Leptospirilium timah hitam, emas, cobalt,
ferrooxidans nickel
Trichoderma viride, Selulase
Penicillium funiculosum
Enzim Aspergilus ochraceus, Xylanase
B. subtilis
B. subtilis, B. licheniformis Protease

1. Produksi Bahan kimia Farmasi yang Bernilai Komersil


Terdapat beberapa peranan produksi kimia farmasi yang bernilai
komersil antara lain sebagai berikut:
a. Antibiotika
21

Antibiotika merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh


mikroorganisme, dan dapat menghambat atau membunuh
mikroorganisme lain. Perkembangan antibiotika sebagai zat untuk
pengobatan penyakit infeksi lebih banyak mempengaruhi penggunaan
obat dibandingkan dengan perkembangan antibiotic itu sendiri.
Antibiotika merupakan produk metabolism sekunder. Meskipun
hasilnya relative rendah dalam sebagian besar industry fermentasi,
tetapi karena aktivitas terapetiknya tinggi maka menjadi memiliki
nilai ekonomi tinggi, oleh karena itu antibiotic dibuat secara komersial
melalui fermentasi mikroba. Bebrapa antibiotic dapat disentesis
secara kimia, tetapi karena kompleksitas bahan daapat disintesis
secara kimia, tetapi karena kompleksitas bahan kimia antibiotika dan
cenderung menjadi mahal maka tidak memungkinkan sintesis kimia
dapat bersaing dengan fermentasi mikroorganisme.
Penggunaan antibiotika secara komersial, pertamakali
dihasilkan oleh fungi berfilamen dan oleh bakteri kelompok
Actiomycetes seringkali, sejumlah senyawa kimia berhubungan
dengan keberadaan antibitika, sehingga dikenal family antibiotik.
Antibiotic dapat dikelompokkan berdasarkan struktur kimianya.
Sebagian besar antibiotika digunakan secara medis untuk mengobati
penyakit bakteri, meskipun sebagian diketahui efektif menyerang
penyakit fungi. Secara ekonomi dihasilkan lebih dari 100.000 ton
antibiotika per tahun, dengan nilai perjualan hamper mendekati $ 5
miliyar. Dibawah ini merupakan beberpaa contoh antibiotika yang
dihasilkan secara komersil.

Tabel 2 Beberapa Antibiotik yang Dihasilkan Secara Komersial


Antibiotika Mikrorganisme penghasil Tipe
mikroorganisme
Basitrasin Bacillus subtilis Bakteri pembentuk-
spora
Sefalosporin Cephalosporium sp. Fungi
22

Antibiotika Mikrorganisme penghasil Tipe


mikroorganisme
Kloramfenikol Sintesis senyawa kimia Actinomycete
(dulu oleh Streptomyces
venezuelae)
Streptomyces griseus
Sikloheksimid Streptomyces orchidaceus Actinomycete
Sikloserin Streptomyces erythreus Actinomycete
Erytromisin Penicillium griseofulvin Fungi
Griseofulvin Streptomyces Actinomycete
kanamyceticus
Kanamisin Streptomyces lincolnensis Actinomycete
Linkomisin Streptomyces fradiae Actinomycete
Neomisin Streptomyces noursei Actinomycete
Nistatin Penicillium chrysogenum Fungi
Penisilin Bacillus polymyxa Bakteri pembentuk-
spora
Polimiksin B Streptomyces griseus Actinomycete
Streptomisin Streptomyces rimosus Actinomycete
Tetrasiklin Actinomycete

Produk komersial tersebut dapat dipisahkan menjadi beberapa


kelompok, yaitu :
1. Sel mikroorganisme itu sendiri, yang digunakan sebagai bahan
makanan tambahan atau untuk bahan imunisasi untuk mencegah
penyakit
2. Molekul besar, misalnya enzim, yang disintesis oleh
mikroorganisme
3. Produk metabolit primer yang dibentuk oleh mikroorganisme
yang penting untuk pertumbuhan sel, misalnya vitamin;
4. Produk metabolit sekunder, misalnya antibiotika, yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan sel mikroorganisme.
b. Pencarian Anatibiotika Baru
Bahan antibiotik yang sudah diketahui, lebih dari 8.000 , dan
beberapa ratus antibiotika ditemukan dalam beberapa tahun. Dan
sejumlah peneliti mempercayai bahwa berbagai antibiotika baru dapat
ditemukan lagi jika penelitian dilakukan terhadap kelompok
23

mikroorganisme selain Streptomyces, Penicillium, dan Bacillus. Sekali


diketahui urutan struktur gen mikroorganisme penghasil-antibiotika,
dengan teknik rekayasa genetika memungkinkan pembuatan
antibiotika baru.
Cara utama dalam menemukan antibiotika baru yaitu melalui
‘screening’. Menggunakan pendekatan tersebut, sejumlah isolat yang
kemungkinan mikroorganisme penghasil-antibiotika yang diperoleh
dari alam dalam kultur murni, selanjutnya isolat tersebut diuji untuk
produksi antibiotika dengan bahan yang “diffusible”, yang
menghambat pertumbuhan bakteri uji. Bakteri yang digunakan untuk
pengujian, dipilih dari berbagai tipe, dan mewakili atau berhubungan
dengan bakteri patogen.
Prosedur pengujian mikroorganisme untuk produksi antibiotika
adalah metode goressilang, pertamakali digunakan oleh Fleming.
Program pemisahan arus, ahli mikrobiologi dapat dengan cepat
mengidentifikasi, apakah antibiotika yang dihasilkan termasuk baru
atau tidak. Sekali ditemukan organisme penghasil antibiotika baru,
antibiotika dihasilkan dalam sejumlah besar, dimurnikan, dan diuji
toksisitas dan aktivitas terapeutiknya kepada hewan yang terinfeksi.
Sebagian besar antibiotika baru gagal menyembuhkan hewan uji, dan
sejumlah kecil dapat berhasil dengan baik. Akhirnya, sejumlah
antibiotika baru ini sering digunakan dalam pengobatan dan dihasilkan
secara komersial.

Tabel 3 Klasifikasi Antibiotika sesuai dengan Strukur Kimianya


Antibiotika Contoh
1. Antibiotika mengandung karbohidrat
a. Gula murni Nojirimisin
b. Aminoglikosida Streptomisin
c. Ortosomisin Everninomisin
24

Antibiotika Contoh
d. N-Glikosida Streptotrisin
e. C-Glikosida Vankomisin
f. Glikolipid Mernomisin
2. Lakton Makrosiklik
a. Antibiotik mikrolida Eritromisin
b. Antibiotic polien Kandisidin
c. Ansamisin Rifamisin
d. Makrotetrolida Tetranaktin
3. Quinon & Antibiotika yang Berhubungan Tetranaktin
a. Tetrasiklin Adriamisin
b. Antrasiklin Aktinorodin
c. Naftoquinon Mitomisin
d. Benzoquinone Sikloserin
4. Antibiotika Peptida & Asam Amino Penisilin
a. Turunan asam amino Basitrasin
b. Antibiotic b-Laktam Aktinomisin
c. Antibiotic Peptida Valinomisin
d. Kromopeptida Bleomisin
e. Depsipeptida
f. Peptide pembentuk--Selat Polioksin
5. Antibiotika heterosiklil mengandung nitrogen Monensi
a. Antibiotika Nukleosida Sikloheksimida
6. Antibiotika heterosiklik mengandung oksigen Asam Fusudat
a. Antibiotika Polieter Kloramfenikol
7. Turunan Alisiklik Griseofulvin
a. Turunan Sikloalkan Novobiosin
b. Antiibiotika Steroid
8. Antibiotika Aromatik Fosfomisin
a. Turunan benzene
25

Antibiotika Contoh
b. Antibiotika aromatik terkondensasi
c. Eter Aromatik
9. Antibiotika Alifatik
a. Senyawa mengandung fosfor

2. Peranan Mikrobia dalam Bidang Industri Pertanian dan Lingkungan


Dibidang pertanian, banyak mirobia yang dimanfaatkan dan
berhubungan timbal balik dengan tanaman. Dibidang lingkungan, mikrobia
biasanya dimanfaatkan dalam proses pembuatan kompos, penjagaan
kualitas air agar tetap bersih dan sehat untuk diminum dan digunakan sehari-
hari, maupun secara alami merombak jasad mati di sekitarnya. Contohnya
saja, untuk meningkatkan produktivitas dan tetap menjaga kualitas hasil
pertanian kini banyak orang mulai menggunakan biopestisida dan
biofertilizer.
Biopestisida ini berasal dari agen hayati yang ramah lingkungan dan
aman bagi kesehatan. Biopestisida biasanya bekerja secara antagonis
spesifik terhadap hama dan penyakit yang menyerang tanaman pertanian.
Oleh karena sifatnya yang antagonis spesifik, biopestisida hanya menyerang
hama dan penyakit target sehingga tidak membahayakan tanaman pertanian
dan manusia yang memakan produk pertanian itu. Biopestisida dapat berupa
biofungisida dan bioinsektisida. Salah satu contoh biofungisida yang
digunakan di Indonesia yaitu pemanfaatan Trichoderma harzianum.
Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain
yaitu Bacillus thurigiensis (BT). Berikut adalah beberapa contoh dalam
bidang pertanian antara lain:
a. Trichoderma harzianum dapat menjadi hiperparasit pada beberapa
spesies jamur penyebab penyakit tanaman. Cara kerja agen pengendali
hayati yang bersifat antagonis dalam menekan populasi atau aktifitas
pathogen tumbuhan dapat berupa kompetisi, hiperparasitisme dan
26

antibiosis. Jamur Trichoderma harzianum bekerja dengan


memproduksi senyawa racun berupa trichodermin, trichodermol dan
chrysophanol yang dapat menyebabkan lisis pada hifa jamur lain.
Kelebihan lain dari Trichoderma harzianum adalah mampu
membentuk koloni dengan sangat cepat di daerah perakaran tanaman
(rhizosfer) sehingga seperti mantel yang melindungi akar tanaman
dari serangan jamur penyakit, mempercepat pertumbuhan tanaman,
dan meningkatkan hasil produksi tanaman (Gambar 1).

Gambar 5. Trichodema harzianum Menginfeksi Jamur Parasit lain


Sumber : mucelee.blogspot.com

Bacillus thuringiensis bekerja sebagai bioinsektisida dengan


cara mengeluarkan racun di saluran pencernaan serangga (Gambar 6).

Gambar 6. Proses Kerja Bacillus thuringiensis sebagai Bioinsektisida


Sumber: buatbelajarbiologi.blogspot.com
27

Mekanisme utama dalam pengendalian patogen tanaman yang


bersifat soilborne oleh jamur antagonis terjadi melalui
mikoparasitisme atau antibiosis. Trichoderma dapatmenghasilkan
beberapa antibiotik seperti alamethicin, paracelsin, trichotoxin yang
dapatmenghancurkan sel jamur melalui perusakan terhadap
permeabilitas membran sel, dan enzim kitinase,laminarinase yang
dihasilkan Trichoderma dapat menyebabkan lisisdinding sel.
Trichoderma juga dapatmemparasit miselium jamur lain dengan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel untukmengambil zat
makanan dari dalam sel sehingga jamur menjadi mati.
Pemanfaatan mikroba tanah untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesuburan tanah dalam sistem pertanian sangat
penting. Beberapa mikroba tanah seperti Rhizobium, Azospirillum dan
Azotobacter, bakteri pelarut fosfat, ektomikoriza, dan endomikoriza
dapat dimanfaatkan sebagai biofertizer pada pertanian organik.
Bioferlizer berfungsi antara lain untuk membantu penyediaan dan
mempermudah penyerapan hara bagi tanaman, membantu
dekomposisi bahan organik, menyediakan lingkungan rhizosfer yang
lebih baik sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman akan
meningkat. Oleh karena itu, sekarang banyak dikembangkan
pemupukan tanaman menggunakan biofertilizer. Salah satu
biofertilizer yang akan dibahas di sini adalah Rhizobium dan
zospirillum.
Bakteri Rhizobium adalah salah satu contoh kelompok bakteri
yang berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman yang
bekerja dengan cara menambat N bebas dari udara. Dalam bekerja,
Rhizobium bersimbiosis dengan akar tanaman legum dan membentuk
bintil-bintil pada akar. Azospirillum mempunyai potensi cukup besar
untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati. Bakteri ini banyak
dijumpai berasosiasi dengen tanaman jenis rerumputan, termasuk
beberapa jenis serealia, jagung, cantel, dan gandum. Infeksi yang
28

disebabkan oleh bakteri ini tidak menyebabkan perubahan morfologi


perakaran, meningkatkan jumlah akar rambut, menyebabakan
percabangan akar lebih berperan dalam penyerapan hara. Keuntungan
lain dari bakteri ini, bahwa apabila saat berasosiasi dengan perakaran
tidak dapat menambat nitrogen, maka pengaruhnya adalah
meningkatkan penyerapan nitrogen yang ada di dalam tanah.
Penggunaan inokulan/inokulum (preparat hidup) bakteri
Rhizobium di bidang pertanian kacang-kacangan, khususnya kedelai,
telah dimulai sejak 1895 di Amerika Serikat. Karena hasilnya positif,
maka kemudian inokulan Rhizobium diproduksi secara besar-besaran
dngan nama Nitragin.
Peran mikroba dalam industri penyediaan bibit berkualitas
menjadi topik yang menarik karena peran mikroba diharapkan
menjadi pengganti pupuk kimia, mudah terurai dilapangan atau ramah
lingkungan. Salah satu potensi mikroba tersebut adalah jamur tanah
yaitu Mikorisa yang hidup bersimbiosa dengan perakaran tanaman.
Jamur Mikorisa mempunyai kemampuan dalam melaksanakan proses
penambatan khususnya unsur P (fosfat). Adanya hifa di sekitar
perakaran memudahkan penyerapan hara terutama unsur hara P dan
melindungi tanaman dari mikroba patogen (Gambar 7). Tanaman
yang sudah terinfeksi jamur mikorisa memiliki pertumbuhan yang
lebih baik dibandingkan tanaman tanpa mikorisa. Hal ini disebabkan
mikorisa secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara
baik unsur hara makro maupun mikro. Selain daripada itu, akar yang
sudah terinfeksi jamur mikorisa dapat menyerap unsur hara dalam
bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman
29

Gambar 7. Sayatan Akar Tanaman yang telah Terinfeksi Jamur


Mikorisa
Sumber: mikorizaakartanaman.blogspot.com

b. Bakteri Rhizobium leguminosarum adalah salah-satu kelompok


bakteri yang berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman.
Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya
berkaitan dengan masalah ketersediaan nitrogen bagi tanaman
inangnya. Pada tanaman legume, Rhizobium mampu mencukupi 80%
kebutuhan nitrogen tanaman legum dan meningkatkan prosuksi antara
10% - 25 %. Tanggapan tanaman sangat bervariasi tergantung pada
kondisi tanah dan efektivitas populasi asli.
Proses yang terjadi pada Rhizobium bila bersimbiosis dengan
tanaman legum, kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman
dan membentuk bintil akar di dalamnya. Akar tanaman tersebut
menyediakan karbohitrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui
kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan
dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali
atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar
melepaskan senyawa nitrogen organic ke dalam tanah tempat tanaman
polong hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang
dapat menambah kesuburan tanah.
30

c. Bakteri Pasteuria penetrans sangat potensial untuk dikembangkan


sebagai salah satu komponen pengendaliaan Nematoda pada tanaman
Lada. Ppengendalian hayati ini diharapkan dapat mengurangi
penggunaan pestisida kimia (Nematisida) yang berdampak negative
terhadap lingkungan. Penyakit kuning merupakan salah satu kendala
produksi lada di Bangka-Belitung dan Kalimantan. Penyakit tersebut
disebabkan olehh Nematoda parasite terutama Radopholus similis dan
Meloidogyne incognita. Akibatnya serangan nematode tersebut,
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat serta warna daun dan dahan
menjadi kuning.
Daun-duaun yag menguning tidak menjadi layu, tetapi
tergantung kaku dan sangat rapuh sehingga secara bertahap akan
gugur. Untuk mengendalikan penyakit kuning, para petani lada
biasanya menggunakan bahan kimia. Namun, penggunaan bahan
kimia secara terus menerus dapat mencemari lingkungan,
menimbulkan resurjensi dan resistensi Nematoda serta terbunuhnya
musuh-musuh alami yang mempunyai peranan dalam menjada
keseimbangan hayati.
Proses Nematoda parasite dapat dikendalikan dengan
menggunakan agen hayati yang merupakan musuh alaminya,
misalnya bakteri Pasteuria penetrans. Bakteri ini tersebar luas di
berbagai daerah serta dapat bertahan hidup lama di dalam tanah karena
mampu membentuk spora yang tahan terhadap kekeringan dan input
pertanian. Dilaporkan bahawa Pasteuria penetrans mampu
menekankan populasi Meloidogyne incognita oada tanaman
tembakau, kacang tanah, dan tomat.

3. Peranan Mikrobia dalam Bidang Industri Pangan


Banyak yang menduga bahwa mikroorganisme membawa dampak
yang merugikan bagi kehidupan hewan, tumbuhan, dan manusia, misalnya
pada bidang mikrobiologi kedokteran dan fitopatologi banyak ditemukan
31

mikroorganisme yang pathogen yang menyebabkan penyakit dengan sifat-


sifat kehidupannya yang khas. Meskipun demikian, masih banyak manfaat
yang dapat diambil dari mikroorganisme-mikroorganisme tersebut. salah
satunya adalah dengan memanfaatkan mikroba sebagai bahan industri
pangan.
Pertumbuhan populasi manusia yang pesat dimana dalam 40 tahun
terakhir mencapai 2 kali lipat dari sebelumnya, mengharuskan tersedianya
pemenuhan kebutuhan dasar pangan manusia dalam jumlah besar. Hasil
murni pertanian, peternakan, ataupun perkebunan, dirasa tidak mencukupi
kebutuhan nutrisi dan gizi manusia. Pengembangan dari teknologi pangan
tepat guna adalah salah satu cara untuk mengatasi problematika di atas.
Dalam hal ini peran mikrobia yang terkaji dalam lingkup mikrobiologi
menjadi sangat penting mengingat abilitas fermentasinya untuk mengubah
bahan makanan biasa menjadi bahan pangan yang sarat nutrisi. Berikut akan
dijelaskan keterkaitan antara pengembangan produksi makanan dan
minuman dengan mikrobia yang menguntungkan pada ranah Industri.
a. Produksi Makanan
Penggunaan mikrobia dalam dunia pangan antara lain tampak dalam
produksi: roti, olahan susu, cuka, sauerkraut, olahan kedelai, dan lain-
lain. Beberapa bahan makanan yang sampai saat ini dibuat dengan
menggunakan mikroorganisme sebagai bahan utama prosesnya,
misalnya pembuatan bir dan minuman anggur dengan menggunakan
ragi. Pengolahan kacang kedelai di beberapa negara banyak yang
menggunakan bantuan fungi, ragi, dan bakteri-bakteri asam laktat.
Bahkan asam laktat dan asam sitrat yang dalam jumlah besar diperlukan
oleh industri bahan makanan masing-masing dibuat dengan bantuan
asam laktat dan Aspergillus niger. Produk makanan lainyag
oengolahannya menggunakan bantuan mikroba dapat dilihat pada Tabel
4
32

Tabel 4. Beberapa Hasil Produk Fermentasi Beserta Mikrobanya


No. Produk Fermentor Produksi
1 Roti Ragi, Fermentasi pada suhu ± 25OC
Saccharomyces dalam beberapa jam, ragi
cerevisiae menghasilkan sedikit alcohol dan
banyak CO2. CO2membuat roti
mengembang.
2 Yogurt Streptococcus Biasa disebut krim asam. Asam
thermophilus, laktat 2-3% yang dihasilkan pada
Lactobacillus proses fermentasi menyebabkan
bulcaricus susu mengental.
3 Keju Brevibacterium Bl dan Pc mengeluarkan enzim
linens, proteolitik, sedang Lipase pada
Penicillium Pr melepaskan asam lemak
camemberti, berantai pendek seperti butirat,
Penicillium kaproat, dan kaprilat yang
roquerforti, membuat variasi rasa pada
Propionibacteriu keju. Propioni bacterium
m sp memproduksi asam propionat,
dll. asam asetat, dan CO2, membuat
tekstur keju berlubang-lubang
(keju swiss).
4 Cuka Acetobacter aceti Mengandung 4% asam asetat.
5 Sauerkraut Lactobacillus sp. Asinan kubis dan mentimun.
dan Pickles , Leuconostoc Dibutuhkan dalam pengawetan
mesenteroides makanan.
6 Tempe Rhizopus oryzae, Hifa jamur melakukan penetrasi
Rhizopus ke dalam biji untukselanjutnya
olygosporus. terjadi fermentasi tempe. Nutrisi
tempe lebih tinggi daripada
kedelai biasa.
7 Kecap Aspergilus Aspergilus oryzae
oryzae, memfermentasi zat tepung
Pediococcus menjadi glukosa. Glukosa diubah
soyae, menjadi asam dan alcohol oleh
Torulopsis sp., mikrobia lainnya.
Aspergilus rouxii
8 Nata de Acetobacter Adanya gula sukrosa dalam air
coco xylinum kelapa akan dimanfaatkan oleh
Acetobacter xylinum sebagai
sumber energi, maupun sumber
karbon untuk membentuk
33

No. Produk Fermentor Produksi


senyawa metabolit diantaranya
adalah selulosa yang membentuk
Nata de coco
9 Mentega Streptococcus Susu
lactis
10 Terasi Lactobacillus sp Ikan

11 Asinan Lactobacillus sp Buah-buahan


buah-
buahan
12 Sosis Pediococcus Daging
cerevisiae
13 Kefir Lactobacillus Susu
bulgarius &
Streptococcus
lactis

Segi perindustrian mikroba merupakan pabrik zat kimia yang


mampu melakukan perubahan yang dikehendaki. Mikroba merombak
bahan mentah dan mengubah bahan mentah menjadi suatu produk baru
tidak terkecuali dibidang industri pangan

Tabel 5 Beberapa produk Industri Pangan yang Dihasilkan Mikroba


Produk Miroba Kegunaan
Dihidroksiaseton Gluconobacter Bahan Kimia
suboxydans
Asam 2- Pseudomonas spp Intermediat untuk asam D-
ketoglukonat Araboaskorbat
Asam 5- Gluconobacter Intermediete untuk asam
Ketoglukonat suboxydans tartarat
Asam Laktat Lactobacillus Produk pangan, tekstil dan
delbrueckii penatu, pembuatan bahan
kimia, menghilangkan
kapur dari kulit binatang
34

Produk Miroba Kegunaan


Amylase (Pencerna Bacilllus subtilis Memodifikasi pati,
Pati) merekat kerta, melapaskan
perekat tekstil, pembuatan
kue/roti, pembuatan sirup
glukosa
Protease Bacillus subtilis Memperhalus struktur
kulit hewan, melepaskan
serat, penghilang noda,
pengempuk daging,
pencuci luka
Invertase (pencerna Saccharomyces Memmbuat permen lunak
sukrosa) cerevisiae
Dekstran Leconostoc Stabilisator dalam poduk
mesenteroides pangan, pengganti plasma
daah
Sorbose Gluconobacter Pembuatan asam arkorat
suboxydans
Asam Glutamate Propionibacterium Pelengkap makanan &
freudenreichii makanan ternak
Lisin Brevibacterium Aditif makanan
spp
Streptokinase Microccus Aditif makanan ternak
glutamicus
Asam Fumarat Aspergillus wentii Produk pangan, obat untuk
& rhizopus transfuse darah,
nigricans
Asam glukonat Aspergillus niger Pembuatan resin sintesis
& aspergillus yang dapat tahan lama, zat
terreus pembasah
35

Produk Miroba Kegunaan


Asam Itakonat Aspergillus wentii Prosuk farmasi, tekstil,
kulit, fotografi
Pektinase Aspergillus aereus Pembuatan resin sintesis
yang daoat tahan lama, zat
pembasah
Asan Giberelat Rhizopus Bahan penjernih di
nigricans industry sari buah, obat-
obatan
Asam Laktat Rhizopus oryzae Merangsang pebuahan,
produksi biji & bahan
makanan & farmasi

b. Makanan Ternak
Teknik produksi pakan ternak adalah serangkaian aktivitas yang
melibatkan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan pakan yang
memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh nutrisionist. Bahan
pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang
terkandung dalam bahan pakan antara lain, protein, lemak, serat kasar,
bahan ekstrak tanpa nitrogen, sedang bahan anorganik yang dimaksud
seperti calsium, phospor, magnesium, kalium, natrium dan lain
sebagainya. Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan
melakukan analisis proximate dan analisis terhadap vitamin dan
mineral untuk masing masing komponen vitamin dan mineral yang
terkandung didalam bahan yang dilakukan di laboratorium dengan
teknik dan alat yang spesifik.
Formulasi pakan ternak, biasanya disusun oleh seorang ahli
nutrisi (nutrisionist) yang memiliki pengetahuan yang luas mengenai
aspek-aspek teknis, zooteknis dan ekonomis. Paduan dari ketiga aspek
diatas adalah terciptanya suatu susunan tiga atau lebih bahan baku
pakan yang telah diperhitungkan target kandungan nutrisinya sehingga
36

dapat direkomendasikan penggunaannya untuk ternak dan produk


pakan tersebut harus marketable.
Nutrisionist adalah seorang ahli pakan ternak, persyaratan yang
harus dimiliki adalah mengetahui kebutuhan hidup untuk setiap jenis
dan periode hidup ternak, toleransi ternak terhadap zat-zat pakan
tertentu, macam dan jenis pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak,
faktor penghambat (antinutrisi) yang terkandung dalam bahan pakan,
pengaruh musim dan lingkungan terhadap ketersedian bahan baku
pakan, mampu menjamin kontinuitas produksi, mampu menjamin tidak
menyebabkan ternak sakit serta mampu mengkalkulasi formula yang
ekonomis dengan kualitas memenuhi standar.
Contoh industri pakan ternak yang memanfaatkan mikroba salah
satunya adalah pembuatan pakan ternak jenis silase. Silase adalah
pakan yang telah diawetkan yang di proses dari bahan baku yang
berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan
alami lainya, dengan jumlah kadar/kandungan air pada tingkat tertentu
kemudian di masukan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap
udara, yang biasa disebut dengan Silo, selama sekitar tiga minggu. Di
dalam silo tersebut tersebut akan terjadi beberapa tahap proses anaerob
(proses tanpa udara/oksigen), dimana “bakteri asam laktat akan
mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga
terjadilah proses fermentasi. Silase yang terbentuk karena proses
fermentasi ini dapat di simpan untuk jangka waktu yang lama tanpa
banyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya.
Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk memaksimumkan
pengawetan kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan
pakan ternak lainnya, agar bisa di disimpan dalam kurun waktu yang
lama, untuk kemudian di berikan sebagai pakan bagi ternak. Sehingga
dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada
musim kemarau. Sayangnya fermentasi yang terjadi didalam silo
(tempat pembuatan silase), sangat tidak terkontrol prosesnya, akibatnya
37

kandungan nutrisi pada bahan yang di awetkan menjadi berkurang


jumlahnya. Maka untuk memperbaiki berkurangnya nutrisi tersbut,
beberapa jenis zat tambahan (additive) harus di gunakan agar
kandungan nutrisi dalam silase tidak berkurang secara drastis, bahkan
bisa meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi ternak yang
memakannya.
Prinsip dasar dari pengawetan dengan cara silase fermentasi
adalah sebelum sel-sel di dalam tumbuhan mati atau tidak mendapatkan
oksigen, maka mereka melakukan respirasi untuk membentuk energi
yang di butuhkan dalam aktivitas normalnya. Respirasi ini merupakan
konversi karbohidrat menjadi energi. Respirasi ini bermanfaat untuk
menghabiskan oksigen yang terkandung, beberapa saat setelah bahan di
masukan dalam silo. Namun respirasi ini mengkonsumsi karbohidrat
dan menimbulkan panas, sehingga waktunya harus sangat di batasi.
Respirasi yang berkelamaan di dalam bahan baku silase, dapat
mengurangi kadar karbohidrat, yang pada ahirnya bisa menggagalkan
proses fermentasi. Pengurangan kadar oksigen yang berada di dalam
bahan baku silase, saat berada pada ruang yang kedap udara yg disebut
dengan Silo, adalah cara terbaik meminimumkan masa respirasi ini.
Setelah kadar oksigen habis, maka proses fermentasi di mulai.
Fermentasi adalah menurunkan kadar pH di dalam bahan baku silase.
Sampai dengan kadar pH dimana tidak ada lagi organisme yang dapat
hidup dan berfungsi di dalam silo. Penurunan kadar pH ini dilakukan
oleh lactic acid yang di hasilkan oleh bakteri Lactobacillus.
Lactobasillus itu sendiri sudah berada didalam bahan baku silase, dan
dia akan tumbuh dan berkembang dengan cepat sampai bahan baku
terfermentasi. Bakteri ini akan mengkonsumsi karbohidrat untuk
kebutuhan energinya dan mengeluarkan lactic acid. Bakteri ini akan
terus memproduksi lactic acid dan menurunkan kadar pH di dalam
bahan baku silase. Sampai pada tahap kadar pH yang rendah, dimana
tidak lagi memungkinkan bakteri ini beraktivitas. Sehingga silo berada
38

pada keadaan stagnant, atau tidak ada lagi perubahan yang terjadi,
sehingga bahan baku silase berada pada keadaan yang tetap. Keadaan
inilah yang disebut keadaan terfermentasi, dimana bahan baku berada
dalam keadaan tetap , yang disebut dengan menjadi awet. Pada keadaan
ini maka silase dapat di simpan bertahun-tahun selama tidak ada
oksigen yang menyentuhnya
Bakteri Clostridia ini juga sudah berada pada hijauan atau
bahan baku silase lainnya, saat mereka di masukan kedalam silo.
Bakteri ini mengkonsumsi karbohidrat, protein dan lactic acid sebagai
sumber energi mereka kemudian mengeluarkan Butyric acid, dimana
Butyric acid bisa diasosiasikan dengan pembusukan silase. Keadaan
yang menyuburkan tumbuhnya bakteri clostridia adalah kurangnya
kadar karbohidrat untuk proses fermentasi, yang biasanya di sebabkan
oleh kehujanan pada saat pencacahan bahan baku silase, proses
respirasi yang terlalu lama, terlalu banyaknya kadar air di dalam
bahan baku. Dan juga kekurangan jumlah bakteri Lactobasillus. Itulah
sebabnya kadang di perlukan penggunaan bahan tambahan atau aditive.

4. Peranan Mikroba dalam Industri Produksi Enzim


Setiap organisme menghasilkan berbagai enzim, sebagian besar
dihasilkan dalam jumlah yang kecil dan dilibatkan dalam proses seluler.
Bagaimanapun, enzim tertentu dihasilkan dalam jumlah yang besar oleh
beberapa organisme, dan dibutuhkan dalam sel, dikeluarkan ke dalam
medium. Enzim ekstraseluler biasanya dapat menguraikan bahan nutrien
yang tak-larut misalnya selulosa, protein, pati, dan hasil pencernaan
selanjutnya diangkut ke dalam sel, dimana enzim digunakan sebagai nutrien
untuk pertumbuhan. Beberapa enzim ekstraseluler digunakan dalam
makanan, perusahaan susu, pabrik obat, dan industri tekstil dan dihasilkan
dalam jumlah yang besar melalui sintesis mikrobiologi. Enzim tersebut
sering digunakan karena spesifisitas dan efisiensi pada reaksi katalisis yang
dibutuhkan, pada suhu dan pH yang wajar. Reaksi yang sama dapat dicapai
39

dengan bahan kimia yang umumnya membutuhkan kondisi suhu dan pH


ekstrim, dan kurang efisien dan kurang spesifik.
Terdapat empat enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme. Enzim-
enzim tersebut adalah protease, amilase, glukosa isomerase, dan renin.
Protease adalah enzim yang menyerang ikatan peptida molekul protein dan
membentuk fragmen kecil peptida. Strain rekombinan Bacillus sp. GX6644
mensekresikan alkalin protease yang sangat efektif terhadap protein kasein
susu, denngan aktifitas tertinggi pada pH 11 dan temperatur 40-55°C. Strain
rekombinan yang lain yaitu Bacillus sp. GX6638 mensekresi beberapa
alkalin protease yang aktif pada kisaran pH yang cukup (8-12). Fungi yang
memproduksi protease adalah spesies Aspergillus. Protease yang dihasilkan
oleh fungi memiliki kisaran pH yang lebih luas dibandingkan protease yang
diproduksi oleh bakteri. Amilase digunakan dalam detergen dan industri
pembuatan bir. Misalnya α- amilase yang digunakan untuk mengubah pati
menjadi oligosakarida dan maltosa, β- amilase yang digunakan untuk
mengubah pati menjadi maltosa dan dekstrin, serta glukamilase yang
mengubah pati menjadi glukosa.
Ketiga enzim tersebut digunakan untuk memproduksi sirup dan
dekstrosa dari pati. Produksi amilase menggunakan fungi Aspergillus sp.
Aspergillus oryzae digunakan untuk memproduksi amilase dari gandum
pada kultur stationer. Bacillus subtilis dan Bacillus diasticus digunakan
untuk memproduksi amilase bakteri. Glukosa isomerase mengubah glukosa
menjadi fruktosa yang lebih manis dibandingkan sukrosa dan lebih manis
dari glukosa. Fruktosa merupakan bahan pemanis pada industri makanan
dan minuman. Enzim ini diproduksi oleh Bacillus coagulans, Streptomyces
sp. dan Nocardia sp. Renin digunakan dalam industri pembuatan keju
karena dapat menggumpalkan susu yang mengkatalis koagulasi susu. Enzim
ini diproduksi oleh Mucor pussilus dan Mucor meihei.
Enzim mikroorganisme juga digunakan dalam produksi polimer
sintetik. Industri plastik membutuhkan metode kimia untuk memproduksi
alkene oxide dari mikroorganisme melibaktkan aksi tiga enzim yaitu
40

piranose-2-oksidase dari fungi Oudmansiella mucida, enzim


haloperoksidase dari fungi Caldariomyces sp. dan enzim epoxidase dari
Falvobacterium sp. Berbagai jenis enzim dan sumbernya dapat dilihat pada
Gambar 8

Gambar 8. Enzim dan Sumbernya dari Mikroba

5. Peranan Bakteri dalam Industri Pertambangan


Di dalam bidang pertambangan, mikroba berperan dalam usaha
mendapatkan mineral dari bijih. Kemungkinan besar peranannya adalah
dalam proses ekstraksi logam dari biji logam dengan alasan-alasan:
a. Deposit-deposit mineral yang kaya sudah banyak yang berkurang. Bijih
bermutu lebih rendah kini banyak diolah dengan mengembangkan
taknik-teknik yang dapat mengekstraksi logam dengan lebih sempurna
lagi.
b. Metode pengolahan biji logam secara tradisional, yakni dengan
peleburan, merupakan penyebab utama polusi udara dewasa ini.

Bakteri kemolitotrof merupakan salah satu bakteri yang mampu


memisahkan logam dari bijihnya. Bakteri ini hidup dari zat-zat anorganik,
seperti besi dan belerang, dan memperoleh energi dari pemecahan bahan
kimia tersebut. Energi tersebut digunakan untuk sintesis karbon dioksida
41

dan air menjadi zat-zat organik. Proses sintesis ini dikenal dengan sebutan
kemosintesis. Salah satu bakteri kemolitotrof yang dimanfaatkan dalam
bidang pertambangan yaitu bakteri Thiobacillus ferrooxidans. Spesies
bakteri ini bila ditumbuhkan dalam keadaan lingkungan yang mengandung
biji tembaga atau besi akan menghasilkan asam dan mengoksidasikan biji
tersebut disertai pengendapan atau pemisahan logam besinya. Proses ini
yang dinamakan pelindian atau bioleaching. Dengan teknik ini dapat
memperbaiki cara pemisahan logam dari biji dan tidak mengakibatkan
polusi udara.
Bioleaching merupakan suatu proses untuk melepaskan (remove)
atau mengekstraksi logam dari mineral atau sedimen dengan bantuan
organisme hidup atau untuk mengubah mineral sulfida sukar larut menjadi
bentuk yang larut dalam air dengan memanfaatkan mikroorganisme,
(Brandl, 2001). Bioleaching logam berat dapat melalui oksidasi dan reduksi
logam oleh mikroba, pengendapan ion-ion logam pada permukaan sel
rnikroba dengan menggunakan enzim, serta menggunakan biomassa
mikroba untuk menyerap ion logam.
Pengembangbiakan mikroorganisme dilakukan dengan mengambil
sampel mineral dengan kondisi yang belum dilakukan perlakuan apapun.
Sampel masih dalam kondisi terkemas tepat sebelum dilakukan
pengambilan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya interaksi dengan
mikroorganisme yang tidak diharapkan, dengan kata lain untuk menjaga
orisinalitas sampel.
Nutrisi untuk bakteri atau sumber energi didapat dari sulfur dan besi.
Sulfur dapat bersumber dari senyawa pirit (FeS2) atau sulfur elemental
dalam bentuk bubuk. Nutrisi lain seperti karbon, oksigen dan nitrogen dapat
diperoleh dari atmosfer dan limbah industri tahu dan tempe yang kaya akan
unsur-unsur ini. Penentuan temperatur bioleaching disesuaikan dengan
kondisi pertumbuhan optimum dari mikroorganisme yang digunakan agar
didapatkan yield konsentrasi logam yang maksimal. Bioleaching dilakukan
42

dengan metode shaking (kocok) menggunakan shaker yang kecepatan


putarnya dapat diatur-atur.
Selama bioleaching berlangsung pertumbuhan mikroorganisme
untuk memperbanyak diri tidak terlalu besar, karena mikroorganisme ini
akan lebih berkonsentrasi pada aktivitas metabolismenya dengan
mengkonsumsi makanan. Aktivitas metabolisme yang dilakukan
mikroorganisme yaitu glikolisis. hal ini glukosa sebagai sumber karbon
berasal dari medium nutrisi mikroorganisme yang ikut diumpankan bersama
mikroorganisme. Mempertimbangan bahwa bioleaching akan
dilangsungkan dalam waktu yang cukup lama, maka dibutuhkan nutrisi
yang cukup untuk menunjang aktivitas metabolisme mikroorganisme untuk
menghasilkan asam organik secara kontinyu.
Proses Bioleaching merupakan teknologi altematif yang dapat
dikembangkan sebagai salah satu teknologi untuk memperoleh (recovery)
logam saat ini. Salah satu penerapan proses ini adalah untuk melepaskan
dan mengekstraksi logam berat yang ada dalam sedimen, sehingga sedimen
tersebut bebas logam berat dan aman terhadap lingkungan. Salah satu
cabang yang serupa Biohidrometalurgi, yakni pengolahan bijih logam
menjadi logam murni dengan cara penambahan mkhluk hidup seperti
bakteri. Misalnya: Thiobacillus ferrooxidans berperan memisahkan logam
dari bijihnya atau kotoran sehingga didapat logam berkualitas tinggi
Beberapa keuntungan yang dapat kita ketahui dari kemampuan
bakteri Thiobacillus ferrooxidans mengoksidasi Sulfur dan Besi, yakni:
a. Thiobacillus ferrooxidans akan mengoksidasi senyawa besi belerang
(besi sulfida) di sekelilingnya. Proses ini dapat memisahkan logam besi
dari bijihnya maupun memisahkan bahan tambang lain seperti batu
bara yang kandungan sulfurnya tinggi menjadi bahan tambang yang
berkualitas tinggi tanpa menimbulkan polusi, (Bramantyo Indra, 2008)
b. Thiobacillus ferrooxidans akan mengubah tembaga sulfida yang tidak
larut dalam air menjadi tembaga sulfat yang larut dalam air. Ketika air
43

mengalir melalui batuan, senyawa tembaga sulfat akan ikut terbawa


dan logam besi dapat terkumpul.
c. Thiobacillus ferroxidans dapat membantu produsen logam menghemat
energi, mengurangi polusi dan dengan demikian menekan biaya
produksi

6. Peranan Bakteri dalam Industri Farmasi


Mikrobilogi farmasi modern berkembang setelah perang dunia ke 2
dengan dimulainyaproduk antibiotik. Suplay produk farmasi dunia
termasuk antibiotik, steroid, vitamin, vaksin, asam amino, dan hormon
manusia diproduksi dalam jumlah beasr oleh mikroorganisme.
Streptomyces hydroscopius memilik strain yang berbeda untuk membuata
hampir 200 antibiotik yang berbeda. Antibiotik pada dasarnya dibuata
dalam skala industri dengan cara menginokulasi spora dari kapang atau
streptomycetes dalam suatu media pertumbuhan dan menginkubasinya
dengan aerasi yang baik. Setelah mencapai konsentrasi yang cukup, larut
diekstraksi, dipresitipasi dan diperlukan dengan prosedur standar industri
lainnya.
Industri farmasi telah menggunakan bakteri untuk produksi vaksin
dan antibiotik. Banyak antibiotik yang dibuat oleh bakteri yang hidup di
tanah, seperti Tetracycline, Erythromycin dan Streptomycin. Vaksin yang
diproduksi untuk melawan penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri,
dibuat dari bagian bakteri yang menyebabkan penyakit tersebut. Dipteri,
tetanus dan pertusis telah hilang dari beberapa negara maju karena
penggunaan vaksin yang disebarluaskan untuk mencegah penyakit-penyakit
tersebut. Vaksin untuk demam thypoid dan kolera memiliki dampak yang
sangat besar terhadap kualitas hidup di negara berkembang, karena mereka
menghadirkan biaya yang relatif murah untuk mencegah penyakit tersebut.
Dengan mikrobiologi para ahli farmasi dapat mengembangkan metode
pembuatanobat baru dengan memanfaatkan mikroorganisme dan juga untuk
44

menciptakan obat baru yang lebih aman digunakan untuk memerangi


mikroorganisme penyebab penyakit.

a. Produk Antibiotik
Pada awalnya, antibiotik diartikan sebagai senyawa hasil
metabolisme mikro organisme biasanya yang dapat merusak atau
menghambat pertumbuhan mikro organisme lainnya. Biasanya,
antibiotik merupakan suatu metabolit sekunder yang dihasilkan dalam
fase stationer siklus pertumbuhan mikro organisme. Namun pada
perkembangannya, istilah antibiotik ditujukan untuk semua senyawa
kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba baik yang berasal
dari proses metabolisme mikroba maupun hasil sintesis. Idealnya,
antibiotik memiliki toksisitas selektif terhadap mikroba tertentu dengan
tingkat toksisitas yang tinggi tetapi hanya menimbulkan toksisitas yang
minimal terhadap inang (manusia, ternak, dan lain-lain) serta dapat
diberikan melalui jalur umum.
Menurut daya hambatnya terhadap mikroba, antibiotik
digolongkan menjadi bakteriostatik dan bakterisida. Bakteriostatik
merupakan antibiotik yang hanya mampu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme sedangkan bakteriosida merupakan antibiotik yang
dapat menyebabkan kematian mikroorganisme.
Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang
dilawan dan jenis infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan
jenis bakteri, dapat dibedakan antibiotik yang membidik bakteri gram
positif atau gram negatif saja, dan antibiotik yang berspektrum luas,
yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif dan negative. Mikro
organisme penghasil antibiotik tersebar dalam berbagai golongan,
meliputi bakteri, actinomycetes, dan fungi. Dari ketiga golongan
tersebut, yang paling banyak menghasilkan antibiotik adalah golongan
actinomycetes, terutama Streptomyces yang mencapai 70% dari seluruh
antibiotik yang dihasilkan oleh mikro organisme. Disusul oleh fungi
45

yang mencapai 20% dan bakteri yang mencapai 10%. Bahkan, menurut
Okami & Hotta, hampir 95% dari 2000 antibiotik yang ada dihasilkan
oleh Streptomyces.Meskipun saat ini telah dikenal cara untuk
menghasilkan antibiotik secara sintetis kimiawi, tetapi pada
pelaksanaannya hal tersebut masih cukup sulit dilakukan.
Oleh karenanya, sintesis antibiotik melalui mikro organisme masih
menarik untuk dilakukan. Hal ini juga mengakibatkan banyak penelitian
yang difokuskan pada Actinomucetes.
Actinomycetes termasuk bakteri yang berbentuk batang, gram
positif, bersifat anaerobik atau fakultatif. Struktur Actinomycetes
berupa filament lembut yang sering disebut hifa atau miselia,
sebagaimana yang terdapat pada fungi, memiliki konidia pada hifa yang
menegak. Actinomycetes merupakan bakteri yang bereproduksi dengan
pembelahan sel, rentan terhadap pinicilin tetapi tahan terhadap zat
antifungi. Actinomycetes merupakan golongan mikroorganisme yang
tersebar luas di alam terutama tanah, banyak dari golongan ini yang
diketahui mampu memproduksi metabolit sekunder seperti enzim,
herbisida, pestisida dan antibiotic. Produksi antibiotik melalui
pemanfaatan mikro organisme dilakukan melalui fermentasi. Adapun
sistem fermentasi yang telah berkembang yaitu:
1) Sistem Continue
Pada sistem kontinyu, media selalu ditambahkan dari luar
dan hasilnya dipanen secara berkala. Sistem ini cocok digunakan
pada produksi besar (dalam skala industri) agar lebih efisien. Sistem
ini tidak cocok digunakan untuk produksi kecil (skala laboratorium).
2) Sistem Batch
Pada sistem ini tidak ada penambahan media dan pemanenan
hasil pada akhir periode fermentasi, sehingga hanya dapat bertahan
selama beberapa jam atau hari. Sistem ini cocok untuk produksi
skala kecil (skala laboratorium). Perbedaan penggunaan kedua
46

metode tersebut akan menyebabkan perbedaan recovery, kemurnian,


kualitas, dan sterilisasi pengemasan produk akhir.

b. Produksi Vaksin
Vaksin berasal dari kata vaccinia, adalah bahan antigenik yang
digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit
sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi
oleh organisme alami atau “liar”. Vaksin dapat berupa galur virus
atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan
penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil
pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dan sebagainya).
Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau
hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama
bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan
untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker).
Vaksin merupakan senyawa yang dihasilkan oleh suatu
mikroorganisme untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme
lain. Banyak ditemukan mikroorganisme yang mengandung substansi
dengan aktivitas antibiotik.Vaksin diproduksi oleh strain mutan patogen
virulen tanpa menghilangkan antigen yang diperlukan untuk
menimbulkan respons imun. Perkembangan bidang bioteknologi
memungkinkan produksi seluruh seluruh vaksin baru. Beberapa vaksin
baru ini ditujukan bagi target baru, dan beberapa lagi lebih efektif dan
memiliki efek samping lebih sedikit dibandingkan vaksin tradisional
yang ada saat ini.
Untuk menghasilkan vaksin terhadap penyakit yang disebabkan
oleh virus, strain virus ditumbuhkan dengan menggunakan telur ayam
tertunas. Individu yang memiliki alergi terhadap telur ayam tidak dapat
diberi vaksin yang dibuat dengan cara seperti ini. Vaksin virus juga
dapat diproduksi melalui kultur jaringan. Misalnya, vaksin rabies
tradisional diproduksi pada telur bebek tertunas dan memiliki efek
47

samping yang sangat menyakitkan. Vaksin ini digantikan oleh produksi


vaksin melalui kultur jaringan fibroblas manusia yang memiliki efek
samping yang lebih sedikit. Produksi vaksin terhadapyang efektif dalam
mencegah infeksioleh bakteri, fungi, dan protozoa melibatkan
pertumbuhan strain mikroorganisme pada media artifisial yang
meminimalkan gangguan berupa respon alergi. Vaksin yang
diproduksisecara komersial harus di uji dan distandardisasi terus
sebelum digunakan, sehingga terjadi outbreak (wabah) penyakit akibat
introduksi vaksin seperti yang pernah terjadi pada tahun 1976 akibat
adanya vaksin swine influenza yang inadekuat dapat dihindari.
c. Produksi Vitamin dan Asama Amino
Vitamin merupakan faktor nutrisi esensial bagi manusia.
Beberapa vitamin dapat diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme,
dan digunakan sebagai suplemen makanan. Misalnya vitamin B12 dapat
diproduksi sebagai produk samping pada fermentasi antibiotik oleh
Streptomyces.
Vitamin B12 juga diperoleh darifermentasi Propionibacteriaum
shermaniiatau Paracoccus denitrificans.Riboflavin dapat dihasilkan
dari fermentasi berbagai macam mikrooganisme, misalnya bakteri
Clostridium dan fungi Eremothecium ashbyi atau Ashbya gossypii.
Masalah utama produksi asam amino komersial melalui fermentasi
mikroorganisme adalah adanya mekanisme alam kontrol pengaturan
mikroorganisme yang membatasi jumlah asam amino yang dihasilkan
dan dilepaskan dari sel.
Masalah ini dapat diatasi dengan strain mikroorganisme yang
direkayasa secara genetis sehingga tidak memiliki mekanisme kontrol
seperti strain asli (wild type). Manusia memerlukan berbagai macam
asam amino, termasuk lisin. Konsentrasi lisin dalam padi-padian tidak
cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi manusia. Lisin
diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme, sehingga dapat
digunakan sebagai suplemen makanan bagi manusia dan sebagai bahan
48

tamabahan pada sereal. Metionin juga diproduksi melalui sintesis kimia


dan digunakan sebagai suplemen makanan.Produksi lisin dari
karbohidrat menggunakan Corynebactrerium glutamicum, suatu
auksotrof yang memerlukan homoserin. Cane molasses umumnya
digunakan sebagai substrat, dan pH dijaga agar tetap netral dengan
menambahakan amonia atau urea. Pada saat gula dimetabolisme, lisin
akan tetap terakumulasi pada media dan sintesis homoserin dihambat
pada tahap homoserin dihidrogenase.
d. Produksi asam organik
Asam glukonat diproduksi oleh berbagai bakteri termasuk
spesies Acetobacter dan oleh beberapa fungi seperti Pinicillium dan
Aspergillus. Aspergillus niger mengoksidasi glukosa menjadi asam
glukonat dalam reaksi enzimatik tunggal oleh enzim glukosa oksidase.
Asam glukonat memiliki beberapa fungsi antara lain:
1) Kalsium glukonat digunakan sebagai produk farmasi untuk
menyuplai kalsium dalam tubuh
2) Ferrous gluconate digunakan sebagai asupan besi untuk
mengobati anemia
3) Asam glukonat pada detergen pencuci piring, mencegah noda
pada permukan kaca akibat presipitasi garam kalsium dan
magnesium

Produksi asam glukonat juga dapat menggunakan Aerobasididum


pullulans. Medium Yeast Malt Extract agar (YME) diinokulasi
dengan Aureobasidium pullulans dan inkubasi 2 – 3hari kemudian
disimpan pada suhu 40C. Inokulum (10%) dibuat dengan memindahkan
sel dari agar plate ke dalam erlenmeyer 500 ml yang mengandung (g/l):
Glucosa, 30 g/l, NH4Cl 3 g/l, KH2PO4 1.4 g/l, MgSO4. 7H2O 0.35 g/l,
MnSO4.4H2O 5 mM, FeSO4.7H2O 1 mM, CuSO4x 5 H2O 4 μM (1 mg/l),
ZnSO4.7H2O 0.01 g/l, CoSO4.7H2O 4 mg/l, H3BO3 0.04 g/l, CaCl20.1
g/l, NaCl 0.1 g/l, citric acid 2.5 g/l, Na2MoO4.2H2O 0.2 mg/l, thiamine-
49

HCl 2 mg/l, biotin 0.25 g/l, pyridoxine-HCl 0.625 mg/l, Ca-D-


pantothenate 0.625 mg/l, nicotinic acid 0.5 mg/l. medium ini juga
digunakan untuk kondisi kultur di fermentor. Fermentasi berlangsung
pada suhu 300C dan pH 6,5 yang diatur dengan menambahkan NaOH
45%. Medium fermentasi secara kontinyu dimasukkan dalam fermentor.
Anti buih diberikan tiap 1,5 jam. Fermentor bekerja berdasar prinsip
kemostat dengan pengaturan suhu, suplai oksigen dan pengeluaran gas.
Asam sitrat diproduksi oleh Aspergillus niger dengan molasses
sebagai substrat fermentasimya. Asam sitrat digunakan untuk bahan
tambahan pada makanan. Transformasi asam sitrat oleh Aspergillus
terreus dapat digunakan untuk memproduksi asam itakonat dalam dua
langkah reaksi yaitu perubahan asam sitrat menjadi asam cisakonat
melalui proses hidroksilasi, dan langkah kedua merupakan langkah
karboksilasi asam cis-akoniat menjadi asam itakonat. Proses fermentasi
memerlukan pH berkisar pada 2,2. Pada kisaran pH lebih tinggi, A.
Terreus akan mendegradasi asam itakonat.
Asam laktat diproduksi oleh Lactobacillus delbruecki, asam
laktat digunakan untuk mengawetkan makanan pada industri
penyamaan kulit dan industri tekstil. Media yang digunakan dalam asam
laktat ini memerlukan glukosa 10-15%, kalsium karbonat 10% untuk
menetralisasi asam laktat yang dihasilkan, amonium fosfat, dan
sejumlah kecil sumber nitrogen. Temperatur inkubasi berkisar 45-50°C
dengan pH berkisar antara 5,5-6,5. Setelah proses fermentasi selam 5-7
hari, kurang lebih 90% gula telah diubah menjadi asam laktat, kalsium
karbonat kemudian ditambahkan untuk menaikkan pH hingga 10,
kemudian media fermentasi dipanaskan dan disaring. Prosedur ini akan
membunuh bakteri, mengkoagulasi protein, menghilangkan sisa
kalsium karbonat, dan mendekomposisi residu karbohidrat.
e. Alkaloid
Alkaloid, beberapa diantaranya dapat dimanfaatkan dalam terapi,
umumnya diperoleh dari tanaman, namun alkaloid ergot dihasilkan dari
50

fungi. Alkaloid ergot pertama kali diperoleh dari sklerotium


Ascomycetes, yaitu Claviceps purpurae. Istilah ergot digunakan untuk
menunjukkan bahwa alkaloid jenis ini dihasilkan oleh fungi. Alkaloid
ergot dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan atas kandungan asam
lisergat dan clavin. Alkaloid asam glisergat hanya diproduksi oleh
genus Claviceps, sedangkan alkaloid clavin ditemukan pada genus
Aspergillus, penicillium, dan Rhizobium. Alkaloid ergot digunakan
untuk menstimulasi sistem syaraf simpatik. Beberapa alkaloid lisergat
seperti halnya ergotamin dan ergobasin digunakan pada terapi
kandungan yaitu untuk mengkontraksi uterus pada saat proses
melahirkan untuk mengkontraksi uterus postpatu.
Kelas tropane alkaloid, ditemukan terutama di Solanaceae, berisi
anticholinergic obat hiosiamin dan skopolamin. Solanaceous tanaman
telah digunakan secara tradisional untuk mereka obat, halusinasi, dan
beracun properti, yang berasal, di bagian, dari alkaloid tropane. Untuk
mendapatkan perbaikan sumber obat-obatan, metabolik rekayasa
tanaman yang berfungsi sebagai komersial sumber skopolamin bisa
meningkatkan pemuliaan klasik dalam upaya mengembangkan
tanaman dengan alkaloid yang optimal pola. Sumber komersial saat ini
skopolamin adalah Duboisia, yang dibudidayakan 1284 Bab 24 Produk
Alam (Metabolit Sekunder) di perkebunan di Australia, Indonesia, dan
Brasil.
Beberapa alkaloid tropane lain yang memproduksi spesies
menumpuk hiosiamin bukan skopolamin sebagai alkaloid utama.
Timbul pertanyaan apakah ekspresi transgen dalam tanaman obat akan
mengubah pola alkaloid penghasil sehingga lebih dari alkaloid farmasi
berguna, skopolamin, diperoleh. Untuk tujuan ini, 6β hiosiamin cDNA
encoding-hidroksilase dari niger H. (semacam tumbuhan hitam) telah
diperkenalkan ke Atropa belladonna (mematikan nightshade) dengan
menggunakan Agrobacterium tumefaciens- dan A. Transformasi
rhizogenes-mediated. Yang dihasilkan transgenik tanaman dan akar
51

berambut masing-masing berisi lebih besar konsentrasi skopolamin


daripada melakukan liar-jenis tanaman. Ini Atropa transgenik tanaman
memberikan contoh pertama tentang bagaimana tanaman obat bisa
berhasil diubah dengan menggunakan teknik genetika molekular untuk
menghasilkan peningkatan jumlah dari medicinally penting alkaloid.
f. Enzim
Setiap organisme menghasilkan berbagai enzim, sebagian besar
dihasilkan dalam jumlah yang kecil dan dilibatkan dalam proses seluler.
Bagaimanapun, enzim tertentu dihasilkan dalam jumlah yang besar oleh
beberapa organisme, dan dibutuhkan dalam sel, dikeluarkan ke dalam
medium. Enzim ekstraseluler biasanya dapat menguraikan bahan
nutrien yang tak-larut misalnya selulosa, protein, pati, dan hasil
pencernaan selanjutnya diangkut ke dalam sel, dimana enzim
digunakan sebagai nutrien untuk pertumbuhan. Beberapa enzim
ekstraseluler digunakan dalam makanan, perusahaan susu, pabrik obat,
dan industri tekstil dan dihasilkan dalam jumlah yang besar melalui
sintesis mikrobiologi. Enzim tersebut sering digunakan karena
spesifisitas dan efisiensi pada reaksi katalisis yang dibutuhkan, pada
suhu dan pH yang wajar. Reaksi yang sama dapat dicapai dengan bahan
kimia yang umumnya membutuhkan kondisi suhu dan pH ekstrim, dan
kurang efisien dan kurang spesifik.
Secara komersial enzim dihasilkan dari fungi dan bakteri.
Proses produksi biasanya aerobik, dan medium biakan sama dengan
yang digunakan pada fermentasi antibiotik. Enzim itu sendiri umumnya
hanya sedikit dibentuk selama fase pertumbuhan aktif tetapi akumulasi
dalam jumlah besar terjadi selama fase stasioner pertumbuhan. Enzim
mikroorganisme dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak pada
suatu industri dasar adalah protease bakteri, digunakan sebagai
tambahan dalam deterjen pencuci. Sejak tahun 1969, 80% deterjen
pencuci mengandung enzim, khususnya protease, juga amilase, lipase,
reduktase, dan enzim lain. Tetapi mulai tahun 1971, penggunaannya
52

menurun setelah terjadi alergi pada pemakai dan konsumen, sehingga


dikembangkan teknik pemrosesan khusus misalnya ‘microen
capsulation’ ntuk menjamin pengolahan bebas-debu. Enzim penting
lain yang dibuat secara komersial adalah amilase dan glukoamilase,
yang digunakan dalam produksi glukosa dari pati. Setelah dihasilkan
glukosa, selanjutnya dengan bantuan glukosa isomerase akan diubah
menjadi fruktosa (yang lebih manis dari glukosa dan sukrosa) dan
menghasilkan produk akhir pemanis fruktosa-tinggi dari pati jagung,
gandum, atau kentang. Penggunaan proses tersebut dalam industri
makanan mengalami peningkatan, khususnya dalam produksi minuman
ringan.
g. Produksi Steroid
Homon steroid sangat penting peranannya dalam dunia
kesehatan. Misalnya kortison dan steroid lain yang serupa diketahui
dapat digunakan untuk mengobati gejala yang berhubungan dengan
alergi dan berbagai respons inflamasi oral dan untuk mengobati ketidak
seimbangan homonal. Sintesis steroid seperti kotison memerlukan lebih
dari 35 langkah, sehingga steroid sangat mahal untuk diperoduksi
secara kimiawi. Misalnya, kortison dapat disintesis dari asam
deoksikolat melalui 37 langkah, yang beberapa diantaranya
memerlukan kondisi temperatur dan tekanan yang ektrem, dengan biaya
berkisar lebih dari $ 200 pergram. Kesulitan utama pada sintesis
kortison adalah introduksi atom oksigen pada cincin steroid nomor 11.
Hal ini dapat diatasi dengan pemanfaatan mikroorganisme. Penggunaan
mikroorganisme untuk mengganti proses kimiawi ini dikenal dengan
istilah biokomversi.
Fungi Rhizopuz arrhizus menghidroksilasi progesteron
membentuk steroid koteksolon untuk membentuk hidrokortison dengan
mengintroduksi oksigen pada posisi nomor 11. Bentuk tranformasi lain
dari inti steroid dilakukan oleh mikroorganosme melalui proses
53

hidrogenasi, dihidrogenasi, epoksidasi, dan penambahan serta


penghilangan rantai samping
.
h. Produksi Protein Manusia
Adanya proses rekayasa genetik dengan pemanfaatan
mikroorganisme meningkatan peran industri farmasi dlam
memproduksi protein manusia. Melalui tehnik rekombinasi DNA,
sekuens DNA manusia yang mengkode berbagai protein dapat
digabungkan dengan genum bakteri, dan dengan menumbuhkan bakteri
rekombinan dalam fermentor, maka protein manusia dapat diproduksi
secara komersial.
Insulin mutlak diperlukan oleh manusia. Insulin merupakan
hormon polipeptida yang dihasikan oleh pulau-pulau langerhans
dipankreas yang berfungsi mengatur metabolisme karbohidrat dalam
makanan dikomfersi menjadi glukosa monosakarida, karbohidrat
pokok dalam darah. Beberapa karbohidrat seperti fruktosa dan selulosa
dapat digunakan sebagai energi sel namun tidak dikomfersi menjadi
glikosa dan tidak berpatisipai dalam mekanisme pengaturan
metabolisme glukosa.
Insulin dilepaskan oleh sel beta (sel β) pada pankreas sebagai
respon naiknya kadar glukosa darah, pada saat setelah makan. Insulin
memungkinkan sel-sel tubuh mengabsorbsi glukosa dari darah untuk
digunakan sebagai sumber energi, diubah menjdi molekul lain yang
diperlukan, atau untuk disimpan. Insulin juga merupakan sinyal kontrol
utama konfersi glukosa menjdi glikogen untuk penyimpanan internal
dihati dan sel otot. Bila jumlah insulin yang tersedia tidak mencukupi,
sel tidak merespon adanya insulin (tidak sensitif atau resisten insulin),
atau bila insulin itu sendiri tidak produksi oleh sel-sel beta akibat
rusaknya sel-sel beta pada pankreas, maka glukosa tidak dapat
dimanfaatkan oleh sel tubuh atau pun disimpan dalam bentuk cadangan
makanan dalam hati maupaun sel otot. Akibat yang terjadi adalah
54

peningkatan kadar glukosa dalam darah, penurunan sintesis protein, dan


gangguan proses-proses metabolisme dalam tubuh.
Insulin diperlukan bagi penderita diabetes melitus, suatu
penyakit ganguan metabolisme kabohidrat, khususnya penderita
diabetes millitus tipe 1 yang memerlukan asupan insulin eksogen. Pada
mulannya, sumber insulin untuk penggunaan klinis pada manusi
diperoleh dari pankreas sapi, kuda, babi, maupun ikan. Insulin yang
diperoleh dari sumber-sumber tersebut efektif bagi manusia karena
identik dengan insulin manusia. Hanya terdapat perbedaan 3 asam
amino antara insulin sapi dengan insulin manusia, dan hanya terdapat
perbedaan sebesar 1 asam amino antara insulin babi dengan insulin
manusia.
Disebabkan mekanisme reaksi alergi yang timbul akibat
mengguanakan insulin dari hewan (sapi, babi, ikan, maupaun kuda)
dalam jangka waktu lama khususnya penderita diabetes mellitus tipe 1,
maka insulin dari manusia mulai diproduksi dengan menggunakan
teknik rekayasa genetik.
Perusahaan farmasi Amerika serikat Eli Lilly, memasarkan
produk insulin manusia yang pertama, Humulin pada tahun1982. DNA
manusia yang mengkode insulin dipotong dan disisipkan kedalam
fektor (contohnya plasmid) yang selanjutnya ditransformasi kedalam
sel Escherichia coli sebagai inang. Sel inang tumbuh dan bereproduksi
secara normal, dan karena terdapat DNA manusia yang disisipkan,
maka sel inang tersebut otomatis akan menghasilkan insulin manusia.
Proses yang serupa juga dilakukan pada produksi interferon, hormon
pertumbuhan manusia (tumour necrosis factor, TNF) dan interleukin-2
(IL-2) yang digambarkan pada Gambar 4.
55

Gambar 9. Produksi Insulin Buatan dalam Tubuh Manusia


Sumber : https://aguskrisnoblog.wordpress.com

E. Strain Mikroba yang Digunakan Untuk Industri


Strain dalam mikrobiologi adalah kultur murni dari suatu
mikroorganisme yang terdiri dari isolate sel yang sama. Contoh strain adalah
strain 121 yang merupakan jenis mikroba bersel satu dari domain Archaea yang
tercatat sebagai organisme yang paling mampu berfungsi biologis secara normal
pada suhu tertinggi yaitu 121 oC. Strain 121 hidup dengan mereduksi oksidasi
besi.
Sumber utama semua strain mikroorganisme industri adalah lingkungan
alaminya. Tetapi setelah bebara tahun, sebagai proses mikrobiologi berskala-
besar maka strain dapat menjadi sempurna, sejumlah strain industry disimpan
56

pada koleksi biakan. Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di
laboratorium dapat lebih efisien dalammengurangi polutan. Mikroorganisme
rekombinan yang dicipatakan pertama kali dipatenkan alah bakteri “pemakan
minya”. Bakteri daoat mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya
ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika
dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang diciptakan
di laboratorium yang telah diuji cobakan.
Ada dua aspek kunci dari industri mikrobiologi, yang pertama berkaitan
dengan produksi produk mikrobio yang bernilai melalu proses fermentasi. Hal
ini termasuk makanan dan minuman tradisional yang difermentas, seperti roti,
bir, keju, dan anggur yang telah diproduksi lebih dari serratus tahun elakangan
ini. Mikroorganisme secara lanjut digunakan dalam banyaj produksi bahan baku
kimia, sumber energi, enzim, bahan makanan, dan obat-obatan. Aspek yang
kedua adalah peran mikroorganisme dalam memberikan pelayanan, khusus
untuk pengolahan limbah dan pengendalian pencemaran, yang memanfaatkan
kemampuan mereka untuk menurunkan hamper semua penyebab pencemaran
dari proses alami maupun buatan manusia. Namun, selama material-material
penyebab pencemaran tersebut masih dapat digunakan, maka kegiatan seperti
itu harus dikendalikan, supaya tidak menyebabkan kerugian ekonomi
(konsekuen biodeteriorasi).
1. Asal Strain Industri
Sumber utama semua strain mikroorganisme industri adalah
lingkungan alaminya. Tetapi setelah beberapa tahun, sebagai proses
mikrobiologi berskala-besar maka strain dapat menjadi sempurna, sejumlah
strain industri disimpan pada koleksi biakan. Sejumlah koleksi biakan yang
tersedia pada tempat penyimpanan biakan mikroorganisme dapat dilihat
pada Tabel 4. Meskipun koleksi biakan ini dapat tersedia sebagai sumber
biakan yang siap pakai, harus dimengerti bahwa sebagian besar perusahaan
industri akan enggan menyimpan biakan terbaiknya pada koleksi biakan.
57

2. Perbaikan Strain Untuk Industri


Seperti kita ketahui, bahwa sumber asal mikroorganisme industri
adalah lingkungan alaminya, tetapi isolat asal tersebut akan dimodifikasi
secara besar-besaran di laboratorium. Sebagai akibat modifikasi tersebut,
dapat diharapkan penambahan perbaikan dalam menghasilkan suatu
produk. Peningkatan perbaikan yang paling dramatik, contohnya terjadi
pada penisilin, antibiotik yang dihasilkan oleh fungi Penicillium
chrysogenum. Pertama kali dihasilkan pada skala besar, penisilin diperoleh
sebanyak 1-10 g/ml. Setelah beberapa tahun, sebagai hasil perbaikan strain
dengan merubah kondisi pertumbuhan dan medium, hasilnya meningkat
menjadi 50.000 g/ml. Yang menarik ialah, peningkatan hasil sampai 50.000
kali-lipat diperoleh melalui mutasi dan seleksi; tidak melibatkan manipulasi
rekayasa genetika. Selanjutnya diperkenalkan teknik genetika baru,
walaupun lebih sederhana, hasilnya meningkat.

Tabel 6. Koleksi biakan ( kultur) yang menyediakan biakan


mikroorganisme untuk industri
Singkatan Nama Tempat
ATCC American Type Culture Rockville, MD USA
Collection
CBS Centraalbureau voor Baam, Netherlands
Schimmelcultur
CCM Czechoslovak Collection of J.E. Purkyne University,
Microorganisme Brno,
CDDA Canadian Department of CzechoslovakiaOttawa,
Agriculture Canada
CIP Collection of the Institut Paris, France
Pasteur
CMI Commonwealth Mycological Kew, UK
Institute
DSM Deutsche Sammlung von Gottingen, Federal
Mikroorganismen Republic of Germany
FAT Faculty of Agriculture, Tokyo Tokyo, Japan
University
IAM Institute of Applied University of Tokyo,
Microbiology Japan
NCIB National Collection of
Industrial Bacteria Aberdeen, Scotland
NCTC
58

Singkatan Nama Tempat


National Collection of Type London, UK
NRRL Culture
Northern Regional Research Peoria, IL USA
Laboratory

Keterangan: Daftar di atas hanya sejumlah koleksi biakan umum. Beberapa


universitas dan laboratorium penelitian memelihara koleksi
kelompok biakan mikroorganisme spesifik.

F. Hubungan antara Peranan Mikroba dan Strain Mikroba untuk Industri


dengan Kandungan Al-Qur’an / Nilai-Nilai Keislaman
Al-quran telah menunjukkan berbagai macam ciptaannya dan
sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan bagi kaun
yang mengambil pelajarannya seperti yang tertuang dalam firman Allah.

QS. An-Nahl [16] ayat 12:

Artinya:
Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan
bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya),

Berbagai macam mahluk di muka bumi ini dari yang ukurannya besar
hingga tidak terlihat oleh mata. Hal ini merupakan tanda-tanda kekuasaan
Allah SWT. Bacillus thutingirnsis merupakan salah satu mahluk allah yang
memiliki peranan penting bagi kehidupan di bumi ini. Peranannya memberikan
dampak negative yaitumenghasilkan racun bagi serangga maupun positif
dengan mempelajarinya dalam rekayasa genetik.
59

Terdapat dalam QS. Yunus [10] ayat 57, dijelaska bahwa Allah SWT
akan menyembuhkan berbagai macam penyakit, melalui mahkluknya.
Termasuk mikroorganisme yang jumlahnya sangat banyak. Mikroorganisme
tersebut dapat membawa kesembuhan bagi khalifah di bumi. Mikroba
bermanfaat dalam bidang industry kesehatan sehingga dapat membantu
menyembuhkan penyakit.

QS. Yunus [10] ayat 57

Artinya:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

QS. Al Hadid [57] ayat 25

Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-
bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan
neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami
ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya
Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya
padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha
Perkasa.

Telah dijelaskan pada QS. Al Hadid [57] ayat 25 yang menyatakan


bahwa Allah telah menciptakan besi yang memiliki berbagai manfaat untuk
60

manusia dan menganjurkan kita untuk mempergunakan dan memanfaatkannya.


Dalam proses pengolahan atau pemanfaatan besi tersebut, manusia dapat
dibantu oleh organisme lain yang juga mempergunakan unsur besi untuk
kelangsungan hidupnya. Organisme tersebut adalah bakteri yang sudah tidak
asing lagi kita dengar, bakteri yang walaupun mikroskopik tetapi memiliki
andil yang besar bagi kehidupan manusia di bumi.
Berbagai macam hasil olahan yang dihasilkan dari proses fermentasi atau
peranan berbagai macam bakteri pada berbagai macam olahan tidak semuanya
menunjukkan nilai positif menurut pandangan hukum Islam. Seperti contohnya
hasil fermentasi bakteri Saccharomyces sp pada pembuatan minuman anggur
atau minuman beralkohol atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan wine,
bahwasannya islam mengharamkan untuk mengkonsumsi hasil olahan tersebut
seperti dijelaskan pada ayat dibwah ini.

QS Al Maidah [5] ayat 90.

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.

Di dalam Al-quran secara tersirat Allah juga menyampaikan pentingnya


nutrisi atau proses penyerapan baan makanan bagi makhluk hidup yang Ia
ciptakan termasuk mikroorganisme yang juga merupakan salah satu mahluk
Allah, seperti yang tersirat dalam firman Allah dibawh ini.
61

QS. Al-Furqan [25] ayat (2):

Artinya:
yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai
anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah
menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya

Allah menciptalan beraneka ragam mahluk hidup dari benda yang bias
dilihat mata langsung, maupun tidak langsung. Salah satu mkroorganisme yang
sangat berperan dalam kehidupan manusia atau yang sering digunakan
masnusia untuk memproduksi makanan yaitu kelompok mikroorganisme asam
laktat. Pembuatan keju dengan menggunakan peranan Lactobacillus bugarius.
Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah yang begitu besar untuk menciptakan
segala sesuatu yang dikendaki. Semua yang telah diciptakan Allah tidak sia-sia
tergantung bagaimana cara manusia untuk mengolah dan memanfaatkannya.
Allah telah menyediakan, manusia yang menggunakannya.
Masih banyak kajian alquran yang berkaitan dengan isi makalah
mikrobiologi tersebut. Semoga dapat menambah keyakinan akan penciptaan
meliputi hal-hal yang dilarang dan mengenai yang dianjurkan. Semoga menjadi
manfaat dalam hal menambah wawasan keilmuan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi pada makalah ini maka dapat disumpulkan
sebagai berikut:
1. Mikroorganisme yang berperan dalam industri diantaranya adalah bakteri,
khamir, jamur.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi mikroorganisme dalam industri adalah
suhu, kelembaban, pH, ion-ion logam, radiasi.
3. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam proses mikrobiologi industri
adalah harus tersedia sebagai biakan murni, sifat genetiknya harus stabil,
dan tumbuh dalam biakan berskala-besar.
4. Peranan mikroba dalam mikrobiologi industri diantaranya dalam bidang
industri pertanian, dalam bidang industri pangan, dalam bidang industri
produksi enzim, dalam industri pertambangan, dan dalam industri farmasi.
5. Hubungan antara peranan mikroba dan strain mikroba untuk industri dengan
kandungan Al-Qur’an / nilai-nilai keislaman terdapat dalam QS. An-Nahl
[16] ayat 12, QS. Al-Baqarah [2] ayat 29, QS. Yunus [10] ayat 57, QS. Al
Hadid [57] ayat 25, QS. Al-Furqan [25] ayat (2), Q.S Al Maiidah [5] ayat
90

B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus dilengkapi
untuk menyempurnakan isi makalah ini, sehingga penulis mengharapkan saran
dari pembaca untuk memperbaiki makalah ini, seperti perlu ditambahkannya
lagi sumber-sumber yang relevan terkait pokok bahasan makalah ini. Besar
harapan semoga apa yang ada dalam pembahasan ini dapat semakin menambah
keimanan kita terhadap Allah SWT.
63

DAFTAR PUSTAKA

(Online) http://www.bing.com/images/search?q=Bacillus+thuringiensis&view

Akbar Ismi Aziz. Bakteri Thiobacillus Ferrooxidans. 2011.


(http://www.scribd.com). Diakses pada Tanggal 15 Mei 2016.
Al-quran. Tersedia. [online] : https://tafsirq.com/25-al-furqan/ayat-2 (20 Mei 2019)

Bramantyo Indra. Isolasi dan Karakteristik Thiobacillus ferrooxidans dari Berbagai


JenisTanah. (http://repository.ipb.ac.id). Diakses pada Tanggal 15 Mei
2016.

Departemen Agama RI. 2006. Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta : Maghfirah


Fatoni, Ahmad. 2013. Peran bacillus thuringensis. Tersedia. [Online] :
http://buatbelajarbiologi.blogspot.com/2013/12/peran-bacillus-thuringensis-
sebagai_6406.html (20 Mei 2019)

Hadivetomo(ed).Dasar-dasar Mikrobiologi. Dept. Botani. Fakultas Pertanian I


PB. Bogor

Hidayatullah, Novi, dkk. 2011. Makalah Mikrobiologi Industri Bioleaching.


Surakarta: FMIPA Universitas Sebelas Maret

Holt, J.G, et al. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, Ninth


Edition. Maryland: A Waverly Company

Husein, T.T.A. 1982. Pengendalian Mikroorganisme. Di dalam R.S

Krisno, Mochammad Agus. 2011. https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011


/manfaat-mikroorganisme-dalam-bidang-farmasi/. Di unduh pada 9 Mei
2018 Pukul 17.23

Kuenen, J. Gijs, et al. 1992. The Genera Thiobacillus, Thiomicrospira, and


Thiosphaera. The Prokaryotes. Ed. Albert Balows, et al. New York:
Springer-Verlog.

Lekatompessy, S.J.R.., I. Harmastini . Sukiman. 2015. Peran Mikroba dalam


Penyediaan Bibit Berkualitas dalam Menunjang Penghijauan Kota.
Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia Volume 1,
Nomor 8, Desember 2015

Madigan M; Martinko J (editor). 2005. Brock Biology of Microorganisms (edisi ke


11 th ed). Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1
64

Marksi.2015.Acerobacter, Aceti bacteria scimat. Tersedia. [Online] : https://fineart


america.com/featured/2-acetobacter-aceti-bacteria-scimat.html (20 Mei
2019)

Mc Kane, L and J. Kandel. 1996. Microbiology Essentials and Applications. New


York: Graw-Hill Inc.
Mike. 2001. Nasil Bir Probiyotik. Tersedia. [Online] : https://www.probiyotix
.com/bacillus-subtilis-nasil-bir-probiyotik/ (20 Mei 2019)

Muljono J, Aziz Abdul D, Gumbira E. 1992. Teknologi Fermentasi. Rajawali Press:


Jakarta. Referensi.
Muse. 2015. Aplikasi Mikrobiologi dalm berbagai . tersedia. [Online] :
http://mucelee. blogspot.com/2015/06/aplikasi-mikrobiologi-dalam-
berbagai.html (20 Mei 2019)

Natasha Trenev. 1998. Probiotics: Nature’s Internal Healers. Avery Trade. ISBN
978-0-89529847-8.page.35

Pratiwi T Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Jakarta.

R. Soelistijono., Haryuni.,Daryanti. 2014. Mikrobiologi Pertanian. Fakultas


Pertanian Universitas Tunas Pembangunan Surakarta
Sutanto, Agus., Santoso, handoko., Noor Rasuane. 2017. Mikrobiologi
Lingkungan.ISBN 978-602-74135-2-8. Lambaga Penelitian UM Metro
Lampung.
Tobii, Ahmad. 2011. Proses Inokulaso Bateri. Tersedia. [Online] :
https://karedok.net/modul-buku/biologi/proses-inokulasi-bakteri acetobacter
-xylinum-untuk-pembuatan-nata/ (20 Mei 2019)

Trichoderma. (Online) https://id.wikipedia.org/wiki/Trichoderma

Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.


Wiki, Mikro. 2018. The Role of Bifidobacterium on the Immune System. Tersedia.
[Online] : https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/ The_role_of_Bifido
bacterium _on_the_Immune_System (20 Mei 2019)

Wujaya, Jati. 2008. Biologi Interaktif. Jakarta: Penerbit Ganeca.


Zakar, Miko. 2011. Tanaman Kita. Tersedia. [Online] : mikorizaakartanaman.
blogspot. com (20 Mei 2019)

Anda mungkin juga menyukai