Demografi (demography), merupakan istilah yang berasal dari dua kata Yunani, yaitu
demos yang berarti rakyat atau penduduk dan graphein yang berarti menggambar atau menulis.
Oleh karena itu, demografi dapat diartikan sebagai tulisan atau gambaran tentang penduduk ,
terutama tentang kelahiran, perkawinan, kematian dan migrasi. Demografi meliputi studi ilmiah
tentang jumlah, persebaran geografis, komposisi penduduk, serta bagaimana faktor faktor ini
berubah dari waktu kewaktu. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Archille Guillard pada
tahun 1855 dalam karyanya yang berjudul “elements de statistique humaine, ou demographie
comparree” atau elements of human statistics or comparative demography (dalam
Iskandar,1994).
Variabel Demografi
Variabel utama demografi adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan komposisi
penduduk seperti umur, jumlah, sebaran dan jenis kelamin.
1) Kelahiran (fertilitas atau natalitas)
2) Kematian (death/mortalitas)
3) Migrasi (perpindahan)
2. Komposisi Penduduk
Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi, antara lain :
a. Makin banyak penduduk yang berusia kerja atua produktif (15-64
tahun), makin besar tingkat konsumsi. Sebab makin banyak penduduk
yang bekerja, penghasilan juga makin besar.
b. Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga
makin tinggi, sebab pada saat seseorang atau suatu keluarga makin
berpendidikan tinggi maka kebutuhan hidupnya makin banyak.
c. Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban),
pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi. Sebab umumnya pola
hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif disbanding masyarakat
pedesaan.
3. Distribusi Penduduk
Distribusi penduduk pada dasarnya berkaitan dengan aspek geografi atau wilayah tempat bermukimnya suatu
penduduk. Perhitungan distribusi penduduk mencakup kepadatan penduduk dan persentase penduduk per wilayah.
Faktor yang memengaruhi distribusi populasi penduduk antara lain keadaan geografis, ekonomi, sosial dan politik.
Berbicara distribusi penduduk berarti akan berkaitan pula dengan pola pemukiman penduduk tersebut.
4. Faktor-faktor Non Ekonomi
Faktor-faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor
social budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika
dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat/ideal.
Penduduk dunia saat ini ini menurut data Bank Dunia adalah di kisaran menyentuh 7
milyar jiwa. Jumlah tersebut diprediksi akan terus bertambah seiring dengan
meningkatnya peradaban manusia.
Tidak ada data pasti mengenai perkembangan penduduk dunia dari zaman pertama kali
adanya manusia. Berdasarkan data dari tahun 1650an hingga saat ini terdapat 5 fase
perkembangan penduduk dunia yaitu;
1. Periode 1650-1800
Pada periode ini diperkirakan jumlah penduduk dunia mencapai 900 juta jiwa dengan
tingkat pertumbuhan penduduk 0,4 % per tahun. Periode ini ditandai dengan
2. Periode 1800-1850
Selama periode ini (50 tahun) jumlah penduduk dunia bertambah sekitar 33% yang
ditandai dengan gejala berikut
3. Periode 1850-1900
Periode ini memiliki ciri
Wilayah Amerika Serikat dan Eropa Barat pertumbuhan penduduknya mulai terkendali.
Wilayah Eropa timur, Afrika Utara, Amerika Latin dan Jepang, angka pertumbuhan
penduduknya masih tinggi.
Wilayah yang tidak termasuk 2 wilayah diatas pertumbuhan penduduknya tinggi.
5. Periode 1930-sekarang
Merupakan periode ledakan penduduk dunia karena berbagai faktor yaitu
Sebelum tahun 1650an diperkirakan perkembangan penduduk dunia sangat tidak berarti.
Jumlah kelahiran dan kematian sama tingginya.
Menurut grafik di di atas menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang besar antara penduduk
yang tinggal di P.Jawa dengan penduduk yang tinggal di pulau yang lainnya di Indonesia. Grafik ini
menunjukan bahwa terjadi persebaran penduduk yang tidak seimbang antara antara penduduk di Pulau
Jawa dengan penduduk di pulau-pulau di luar Jawa. Menurut grafik ini bersama luas wilayah pulau Jawa
lebih dari 7% dari luas daratan Indonesia, tetapi pulau jawa ini dihuni oleh sekitar 135 juta penduduk
(58%).
Sebaliknya, provinsi Papua mempunyai luas daratan 22% dari total luas daratan di Indonesia,
namun hanya memiliki 21% populasi manusia. Jumlah penduduk pulau Sulawesi adalah lebih dari 16 juta
(7%) pada tahun 2005. Daerah yang sangat luas di Indonesia memiliki tingkat populasi yang sangat
rendah, sementara sebagian besar masyarakat hidup di pulau Jawa dan Bali.
Penduduk di pulau Jawa lebih dari 2.000 orang per mil persegi. Banyak pulau-pulau lainnya di
Indonesia yang berpenduduk jarang. Di Pulau Sumatera yang lebih dari 40 tahun menjadi tujuan utama
program transmigrasi hanya memiliki kepadatan penduduk 96 orang per mil persegi. Kalimantan dengan
luas daerah lebih dari 28% dari daratan Indonesia, hanya memiliki 6% dari populasi penduduk di negara
Indonesia dan kepadatan kurang dari 45 orang per mil persegi. Daratan Irian Jaya mempunyai luas 22%
dari luas Indonesia di mana ada kurang dari 10 orang per mil persegi, memiliki kurang dari 1% dari
penduduk negara Indonesia
Kepadatan penduduk seluruh Indonesia tidak sama karena hampir 60 persen dari daratan
Indonesia berhutan dan sebagian besar bergunung-gunung dan gunung berapi. Titik tertinggi adalah
Puncak Jaya di Papua, yaitu 5.030 meter. Beberapa pegunungan lain di Sumatera dan Papua tingginya
melebihi 3.000 m. Itulah mengapa persebaran kepadatan penduduk di Indonesia tidak merata
Di Indonesia, sensus penduduk pertama kali dilakukan pada tahun 1930. Akan tetapi pada
tahun 1940 dan 1950 tidak dilaksanakan karea faktor keamanan. Pada masa itu, tahun
1940 terjadi perang dunia II, sedangkan tahun 1950 banyak gangguan keamanan dalam
negeri.
Ruang lingkup sensus penduduk mencakup seluruh wilayah geografis suatu negara dan
seluruh penduduknya, terdiri dari seluruh golongan umur penduduk baik yang bertempat
tinggal tetap maupun yang tidak memiliki tempat tinggal tetap misalnya, awak kapal, suku
terasing, tunawisma, kecuali anggota korps diplomatik dan keluarganya.
Sensus De Jure
Sensus de jure adalah pencacahan jiwa yang dikenakan kepada mereka yang benar-benar
bertempat tinggal di daerah yang bersangkutan. Biasanya berdasarkan Kartu Tanda
Penduduk (KTP).
Sensus De Facto
Sensus de facto adalah pencacahan jiwa yang dikenakan kepada mereka yang waktu
penacahan jiwa berada diwilayah/negara yang bersangkutan.
Metode Householder
Metode sensus householder yaitu daftar yang diisi oleh kepala keluarga. Pelaksanaan
sensus metode householder merupakan pengisian daftar pertanyaan dilakukan oleh
penduduk sendiri.
Kelebihan dari metode householder adalah waktu yang dibutuhkan lebih cepat sebab
petugas tidak harus mendata satu per satu penduduk. Daftar pertanyaan bisa dikirimkan
atau dititipkan pada aparat desa.
Metode Canvasser
Metode canvaser merupakan metode dimana daftar diisi oleh petugas sesuaidengan
jawaban penduduk. Pelaksanaannya adalah petugas mendatangi tempat tinggal penduduk
dan mengisi daftar pertanyaan.
Kelebihan dari metode ini adalah data yang diperoleh lebih terjamin kelengkapannya dan
penduduk sulit untuk memalsukan data. Sedangkan kekurangannya adalah waktu yang
diperlukan lebih lama sebab jumlah petugas yang terbatas sedangkan wilayah yang luas.
Data sensus yang dikumpulkan terdiri dari karakteristik demografi, ketenagakerjaan, dan
sosial budaya.
Karakteristik demografi yang dikumpulkan melipti kelahiran, kematian, dan migrasi, serta
riwayat kelahiran dan kematian anak dari wanita pernah kawin.
Data yang dihimpun pada bidang ketenagakerjaan digolongkan menjadi lapangan usaha,
jenis pekerjaan, dan status pekerjaan. Sedangkan data sosial budaya meliputi tingkat
pendidikan, kondisi tempat tinggal, dan kegiatan penduduk lanjut usia (lansia).
Data-data dari sensus ini digunakan guna perencanaan pembangunan di berbagai bidang.
Hal tersebut sangat berperan penting guna mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan,
baik di bidang kependudukan, sosial budaya, dan ketenagakerjaan.
Dengan adanya komposisi penduduk, maka dapat diketahui sifat-sifat khusus dari penduduk yang berbeda
antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya. Dengan kata lain bahwa apabila komposisi penduduk
pada waktu yang lalu dan dibandingkan dengan waktu sekarang, maka dapat diketahui apa saja perubahan
yang telah terjadi melalui perbandingan tersebut.
Baca juga : Pengertian, #5 Macam Pertumbuhan Penduduk
Dalam kehidupan masyarakat, umur mempunyai peran penting dimana umur dapat menjadi dasar dalam
pengelompokan penduduk, misalnya untuk menentukan atau memprediksi angkatan kerja dan seberapa
banyak lapangan kerja yang harus diciptakan.
Adapun fungsi dari pengelompokan umur dilakukan untuk mengetahui angka beban ketergantungan penduduk
(dependency ratio) yaitu dengan cara membandingkan antara jumlah penduduk usia produktif dengan jumlah
penduduk usia tidak produktif.
Tujuan dari angka beban ketergantungan adalah untuk mengetahui jumlah penduduk usia tidak produktif yang
kebutuhan ekonominya menjadi beban atau tanggungan penduduk usia produktif.
3. Usia tidak produktif jika berada pada usia lebih dari 65 tahun.
Rumus angka beban ketergantungan
Adapun dibawah ini cara untuk menghitung angka beban ketergantungan (ABK/ Dependency Ratio) adalah
antara lain sebagai berikut :
ABK = Jumlah penduduk usia tidak produktif x 100 : Jumlah penduduk usia produktif
Penyelesaian :
ABK = 50.51
ABK = 51
Jadi, setiap 100 orang usia produktif menanggung beban ekonomi penduduk usia tidak produktif sebesar 51
jiwa.
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin adalah perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan jumlah
penduduk perempuan. Adapun pada komposisi penduduk ini dinyatakan dalam banyaknya jumlah penduduk
laki-laki pada tiap 100 penduduk perempuan.
Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk diagram yang
disebut dengan piramida penduduk. Dengan adanya piramida penduduk, struktur penduduk suatu negara
dapat diketahui.
Adapun manfaat atau kegunaan piramida penduduk adalah untuk mengetahui perbandingan antara jumlah laki-
laki dan perempuan, jumlah tenaga kerja dan struktur penduduk suatu negara dengan cepat.
Bentuk piramida penduduk berbeda-beda untuk setiap wilayah atau negara. Masing-masing bentuk piramida
penduduk mencerminkan karakteristik dari penduduknya. Ada 3 macam piramida penduduk yaitu antara lain
sebagai berikut :
Piramida penduduk muda menggambarkan penduduk yang sedang tumbuh atau berkembang. Artinya adalah
jumlah penduduk masih terus meningkat. Dengan ciri, jumlah kelahiran lebih banyak dari kematian dan pada
umumnya merupakan negara sedang berkembang. Contohnya adalah seperti Malaysia dan Indonesia.
Piramida penduduk stasioner menunjukkan penduduk dalam keadaan tetap atau stationer. Dengan ciri jumlah
kelahiran seimbang dengan kematian, jumlah penduduk usia muda, dewasa dan tua seimbang, biasanya
terjadi pada negara maju.
Piramida penduduk tua menunjukkan penduduk menuju arah kemunduran. Dengan ciri, jumlah penduduk terus
berkurang, jumlah kelahiran semakin menurun, sebagian besar penduduk berusia tua. Di dunia jarang terdapat
negara dengan tripologi piramid ini.
Apabila komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di suatu daerah atau negara mengikuti salah
satu dari ketiga piramida yang telah disebutkan diatas, maka secara teoritis dapat dibuat perkiraan mengenai
kemungkinan pertumbuhan dimasa yang akan mendatang.
Pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri sosial dapat disusun berdasarkan tingkat pendidikan dan
status perkawinan yang dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut dibawah ini :
a. Tingkat pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk dapat dikelompokkan menjadi penduduk yang buta huruf dan yang
melek huruf. Penduduk yang melek huruf dapat dikelompokkan menurut tingkat pendidikan, seperti :
3. Tamat SD.
4. Tamat SMP.
5. Tamat SMA.
b. Status perkawinan
Berdasarkan status perkawinan, pengelompokan penduduk dapat disusun menjadi kelompok belum kawin,
sudah kawin, cerai dan janda atau duda.
Komposisi penduduk berdasarkan ciri-ciri ekonomi dapat disusun berdasarkan jenis pekerjaan atau mata
pencaharian.
Orang yang pertama-tama mengemukakan teori mengenai penduduk adalah Thomas Robert Malthus
yang hidup pada tahun 1776 – 1824. Kemudian timbul bermacam-macam pandangan sebagai perbaikan
teori Malthus. Dalam edisi pertamanya Essay on Population tahun 1798 Malthus mengemukakan dua
pokok pendapatnya yaitu :
Dalil yang dikemukakan Malthus yaitu bahwa jumlah penduduk cenderung untuk meningkat secara
geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil dapat meningkat secara arismatik (deret hitung).
Menurut pendapat Malthus ada faktor-faktor pencegah yang dapat mengurangi kegoncangan dan
kepincangan terhadap perbandingan antara penduduk dan manusia yaitu dengan jalan :
a. Preventive checks
Yaitu faktor-faktor yang dapat menghambat jumlah kelahiran yang lazimnya dinamakan moral restraint.
Termasuk didalamnya antara lain :
3) Pantangan kawin
b. Positive checks
Yaitu faktor-faktor yang menyebabkan bertambahnya kematian, termasuk di dalamnya antara lain :
1) Bencana Alam
2) Wabah penyakit
3) Kejahatan
4) Peperangan
Positive checks biasanya dapat menurunkan kelahiran pada negara-negara yang belum maju.
b. Ia tak yakin bahwa ilmu pengetahan dapat mempertinggi produksi bahan makanan dengan cepat.
d. Ia tak membenarkan bahwa perkembangan kota-kota merugikan bagi kesehatan dan moral dari orang-
orang dan mengurangi kekuatan dari negara
Akan tetapi bagaimanapun juga teorinya menarik perhatian dunia, karena dialah yang mula-mula
membahas persoalan penduduk secara ilmiah. Disamping itu essaynya merupakan methode untuk
menyelesaikan atau perbaikan persoalan penduduk dan merupakan dasar bagi ilmu-ilmu kependudukan
sekarang ini.
Beberapa Pandangan Terhadap Teori Malthus
Bermacam-macam reaksi timbul terhadap teori Malthus, baik dari golongan ahli ekonomi, sosial dan
agama. Hingga saat ini teori Malthus masih dipersoalkan. Pada dasarnya pendapat-pendapat terhadap
teori Malthus dapat dikelompokan sebagai berikut :
3) Faktor kesehatan rakyat dan pengaruhnya terhadap penghidupan sosio ekonomi kultural.
9) Kemampuan sumber alam tidak akan mampu terus menerus ditingkatkan menurut kemampuan
manusia tanpa batas, melainkan akhirnya akan sampai pada suatu titik, dimana tidak dapat ditingkatkan
lagi.
10) Masih banyak faktor lagi yang selalu tidak menguntungkan bagi keseimbangan peningkatan
penduduk dengan produksi bahan-bahan sandang pangan
Teori Malthus tidak berlaku lagi bagi negara-negara barat, tetapi masih berlaku bagi negara-negara Asia.
Penganut golongan ini setuju dengan Teori Malthus, meskipun ada beberapa tambahan /revisi. Pengikut
Malthus ini disebut Neo Malthusionism. Mereka beranggapan bahwa untuk mencapai tujuan hanya
dengan moral restraint (berpuasa, menunda – perkawinan) adalah tidak mungkin. Mereka berpendapat
bahwa untuk mencegah laju cepatnya peningkatan cacah jiwa penduduk harus dengan methode birth
control dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Pada tahun 1882 menulis buku yang berjudul Illustration and Proofs of the population atau penjelasan
dari bukti mengenai asas penduduk. Ia berpendapat bahwa pemakaian alat kontrasepsi tidak
menurunkan martabat keluarga, tetapi manjur untuk kesehatan. Kemiskinan dan penyakit dapat dicegah.
Ia menulis buku yang berjudul “What Is Love”, apakah cinta itu menurut dia - Mereka yang berkeluarga
tidak perlu mempunyai jumlah anak yang lebih banyak dari pada yang dapat dipelihara dengan baik.
- Wanita yang kurang sehat tidak perlu menghadapi bahaya maut karena kehamilan
Ia menulis buku yang berjudul “Hukum Penduduk, akibatnya dan artinya terhadap tingkah laku dan moral
manusia”
4) Pengikut yang tidak dapat dilupakan lagi ialah dr. George Drysdale yang hidup tahun 1825 – 1904. Ia
berpendapat bahwa keluarga berencana dapat dilakukan tanpa merugikan kesehatan dan moral.
Menurut anggapannya kontrasepsi adalah untuk menegakkan moral masyarakat.
B. ALIRAN MARXIS
Aliran ini di pelopori oleh Karl Marx dan Friederich Engels ketika Malthus meninggal dunia
di Inggris pada tahun 1834. Pada waktu itu teori Malthus sangat berperan di Inggris maupun di Jerman.
Marx dan Engel tidak sependapat dengan Malthus yang menyatakan bahwa apabila tidak ada
pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan kekurangan bahan makanan, tetapi
tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja. Menurut Marx, kemelaratan terjadi bukan disebabkan
karena pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat, tetapi karena kesalahan masyarakat itu sendiri seperti
yang terdapat pada negara-negara kapitalis. Kaum kapitalis akan mengambil sebagian pendapatan dari
buruh sehingga menyebabkan kemelaratan buruh tersebut.
Marx juga mengatakan bahwa, kaum kapitalis membeli mesin-mesin untuk menggantikan
pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh kaum buruh. Jadi penduduk yang melarat bukan disebabkan
karena kekurangan bahan pangan, akan tetapi karena kaum kapitalis mengabil sebagian dari
pendapatan kaum buruh yang dihasilkan. Jadi, menurut Marx dan Engels sistem kapitalis yang
meneyebabkan kemelaratan tersebut, dimana kaum pemilik modal menguasai alat-alat produksi. Maka
menurut Marx untuk mengatasi hal-hal tersebut maka struktur masyarakat harus diubah dari sistim
kapitalis menjadi sistim sosialis.
Menurut Marx dalam sistem sosialis alat-alat produksi di kuasai oleh buruh, sehingga gaji
buruh tidak akan terpotong. Buruh akan menikmati seluruh hasil kerja mereka dan oleh karena itu
masalah kemelaratan akan dapat dihapuskan. Marx juga mengatakan bahwa semakin banyak jumlah
manusia, semakin tinggi hasil produktivitasnya, jadi tidak perlu diadakan pembatasan pertumbuhan
penduduk. Marx dan Engel menentang usaha-usaha moral restraint yang dicetuskan oleh Malthus.
Dalam hal ini pendapat Marx banyak yang menganutnya seperti halnya dengan Malthus. Setelah
Perang Dunia II dunia dibagi menjadi tiga kelompok; pertama, negara-negara kapitalis yang umumnya
cenderung membenarkan teori Malthus seperti Amerika Serikat, Ingris, Prancis, Australia, Canada, dan
Amerika latin; kedua, negara yang menganut sistem sosial, seperti Uni Soviet, negara-negara Eropa
Timur, Republik Rakyat Cina, Korea Utara dan Vietnam; ketiga, negara-negara nonblok seperti India,
Mesir dan Indonesia.
Beberapa kritik yang telah dilontarkan terhadat teori Marx ini diantaranya adalah sebagai berikut:
Marx menyatakan bahwa hukum kependudukan di negara sosialis merupakan antithesa hukum
kependudukan di negara kapitalis. Menurut hukum ini apabila di negara kapitalis tingkat kelahiran dan
tingkat kematian sama-sama rendah maka di negara sosialis akan terjadi kebalikannya yaitu tingkat
kelahiran dan tingkat kematian sama-sama tinggi. Namun kenyatanya tidaklah demikian, tingakat
pertumbuhan penduduk di negara Uni Soviet hampir sama dengan negara-negara maju yang sebagian
besar merupakan negara kapitalis.
Teori Boserupian
Teori ini dikemukakn Ester Boserup dan para pengikutnya (Neo-
Boserupian). Faham Boserup gaya baru lebih menekankan pada pengaruh tekanan pen
duduk ini terhadap masyarakat. Menurutnya, tekanan penduduk justru dapat memperce
pat inovasi teknologi, dan masyarakat cenderung berusaha mencari teknologi baru atau
mengadaptasi teknologi yang ada pada lingkungan baru. Degradasi lahan dapat terjadi
karena masyarakat cenderung mengeksploitasi lahan-
lahan pertanian yang ada dan mengakibatkan penambangan lahan.
Teori Boserupian berfokus pada hubungan antara tiga factor, yaitu penduduk, lin
gkungan, dan teknologi. Konsep 'penduduknya,' berbeda dengan Malthus, meliputi kep
adatan penduduk serta ukuran mutlak dan pertumbuhan. Seperti Malthus, konsep lingk
ungan terutama mengacu pada sumber daya lahan dan faktor-
faktor terkait seperti iklim dan kualitas tanah. Karena fokusnya adalah sejarah baik civilz
ations atau negara-
negara berkembang, 'teknologi' menurut Boserup, seperti halnya dengan Malthus, terut
ama mengacu pada alat-
alat dan input yang digunakan dalam pertanian, kegiatan produktif utama di masyarakat
.
Menurutnya terdapat hubungan yang sangat erat antara penduduk, lingkungan d
an teknologi. Hal ini umumnya disepakati bahwa perubahan teknologi memiliki pengaru
h penting pada ukuran populasi.
A. Definisi Transisi Demografi
Transisi demografi adalah perubahan terhadap fertilitas dan mortilitas yang besar. Ilmu yang
mempelajari tentang masalah kependudukan adalah Demografi. Istilah Demografi pertama
sekali ditemukan oleh Achille Guillard.
Perubahan atau transisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Pada keadaan I
Tingkat kelahiran dan kematian tinggi antara 40 sampai 50. Keadaannya masih alami
tingkat kelahiran tinggi/ tidak terkendali dan tingkat ekonomi yang rendah, sehingga
kesehatan dan gizi lingkungan kurang mendukung. Akibatnya kelaparan dan kejadian
penyakit tinggi sehingga tingkat kematian pun tinggi (kondisi pra intervensi/pembangunan).
b. Pada keadaan II
Angka kematian turun lebih dahulu akibat peningkatan pembangunan dan teknologi ,
misalnya dibidang kesehatan, lingkungan, perumahan dan lain-lain. Kondisi ekonomi makin
membaik akibat pembangunan dan pendapatan penduduk meningkat sehingga kesehatan
semakin baik. Akibatnya tingkat kelahiran tetap tinggi (makin sehat) tetapi angka kema tian
menurun (akibat kesehatan dan lain- lain). Pada kondisi ini akan terasa tingginya laju
pertumbuhan penduduk alami, seperti dialami indonesia pada periode tahun 1970 sampai
1980 dengan angka pertumbuhan 2,32 % per tahun.
d. Pada keadaan IV
Bila penurunan tingkat kelahiran dan kematian berlangsung terus menerus, maka akan
mengakibatkan pertumbuhan yang stabil pada tingkat yang rendah indonesia sedang
menuju/mengharap tercapainya kondisi ini yaitu penduduk bertambah sangat rendah atau
tanpa pertumbuhan.
Demikian lah gambaran transisi demografi yang dapat dipercepat dengan peningkatan
pembangunan terutama bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan kb.
5. Tahap menurun
Tingkat kelahiran: rendah
Tingkat kematian: lebih tinggi dari tingkat kelahiran
Pertumbuhan alami: negatif
Contoh: Jerman Timur & Barat tahun ‘75
Ada beberapa masalah dalam mengaplikasikan teori transisi demografi bagi negara -negara
berkembang. Bila di Eropa, penurunan mortalitas lebih dikarenakan pembangunan sosio
ekonomi, namun penurunan mortalitas dan fertilitas di negara-negara berkembang lebih
karena pengaruh faktor-faktor lain seperti: peningkatan pemakaian kontrasepsi, peningkatan
perhatian pemerintah, modernisasi, pembangunan, tingkat kesehatan, keadaan geografis,
kebijakan politis, kemajuan iptek, perubahan pola pikir masyarakat dan lainnya.
Fertilitas sebagai istilah demografi, merupakan hasil reproduksi yang nyata dari seorang
wanita atau sekelompok wanita (Hatmadji, 1982). Dengan kata lain, fertilitas adalah
banyaknya bayi lahir yang hidup. Terdapat beberapa konsep dalam fertilitas:
Angka fertilitas diukur berdasarkan pembagian jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk
yang menanggung risiko (exposed to risk). Persoalan dalam perhitungan fertilitas adalah
sebagai berikut:
Pengukuran fertilitas lebih kompleks daripada pengukuran mortalitas, karena seorang wanita
dapat melahirkan beberapa kali (lebih dari satu kali) dan hanya dapat meninggal satu kali.
Pada kenyatannya, tidak semua wanita mengalami risiko melahirkan karena adanya
kemungkinan berupa tidak mendapat pasangan untuk berumah tangga, mandul, atau telah
bercerai.
Tingkat fertilitas kasar (crude birth rate) merupakan banyaknya kelahiran hidup pada suatu
tahun tertentu tiap 1000 penduduk.
k = 1000
Tingkat fertilitas umum (general fertility rate) membandingkan jumlah kelahiran dengan
jumlah penduduk wanita usia 15-49 tahun.
Pf(15-49) = jumlah penduduk wanita berumur 15-49 tahun pada pertengahan tahun x.
k = 1000
k = 1000
Tingkat fertilitas total (total fertility rate) mengukur jumlah kelahiran hidup tiap 1000
wanita hingga akhir masa reproduksinya. Dalam praktiknya, TFR dihitung dengan cara
menjumlahkan ASFR. Jika umur tersebut berjenjang lima tahun, maka rumus TFR:
Gross reproduction rate (GRR) menghitung jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1000
wanita sepanjang masa reproduksinya, dengan asumsi bahwa tidak ada seorang wanita
yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya. Kelemahan dari perhitungan ini
adalah mengabaikan kemungkinan wanita meninggal sebelum mengakhiri masa
reprodukinya. GRR dihitung dengan:
ASFRfi = tingkat fertilitas menurut umur ke-i dari kelompok berjenjang 5 tahunan.
Net reproduction rate (NRR) menghitung jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah
kohor (angkatan) dari 1000 wanita dengan memperhitungkan kemungkinan wanita-wanita
tersebut meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya.
Pengertian Mortalitas
Menurut UN (United Nations) dan WHO, mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda-
tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup
(dalam Utomo, 1982).
Sumber Data Kematian
Dalam memperoleh data kematian, terdapat metode registrasi dan sensus/survei penduduk.
Dalam metode registrasi, setiap kejadian kematian dilaporkan atau dicatatkan secara
segera setelah peristiwa kematian terjadi. Sedangkan pada metode sensus/survei, kejadian
kematian dicatat setelah sekian lama peristiwa kematian terjadi.
Angka kematian kasar (crude death rate) merupakan jumlah kematian pada tahun tertentu
dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun tersebut. Angka kematian ini
dinyatakan untuk per 1000 orang:
k = 1000
Angka kematian menurut umur (age specific death rate) merupakan jumlah kematian pada
suatu kelompok umur dan pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada
kelompok umur yang sama dan pada pertengahan tahun yang sama.
k = 1000
Angka kematian bayi (infant mortality rate) sebagai indikator dalam menentukan kesehatan
masyarakat, dihitung dengan jumlah kematian bayi berumur di bawah satu tahun pada
tahun tertentu dibagi dengan jumlah kelahiran pada tahun tersebut.
Pengertian Migrasi
Migrasi merupakan perpindahan penduduk yang relatif permanen dari suatu daerah ke
daerah lain. Adanya migrasi tentu dipengaruhi oleh pull dan push factors. Kegiatan migrasi
membawa konsekuensi positif dan negatif terhadap wilayah yang dituju dan wilayah yang
ditinggalkan.
Angka mobilitas (m): merupakan rasio dari banyaknya penduduk (M) yang berpindah
secara lokal dalam suatu jangka waktu tertentu terhadap total jumlah penduduk (P). Angka
mobilitas dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Dengan:
m = angka mobilitas.
Angka migrasi masuk (mi) menunjukkan banyaknya migran yang masuk (I), per 1000 jiwa
di daerah tujuan dalam waktu setahun.
Angka migrasi keluar (mo) menunjukkan banyaknya migran yang keluar (O), per 1000 jiwa
dalam waktu setahun.
Angka migrasi netto (mn) merupakan selisih antara banyaknya migran yang masuk (I) dan
banyaknya migran yang keluar (O) pada suatu wilayah, per 1000 jiwa dalam satu tahun.
Angka migrasi bruto (mb) menunjukkan banyaknya kejadian perpindahan penduduk per
seribu penduduk, yaitu jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar dibagi jumlah penduduk
wilayah asal dan jumlah penduduk wilayah tujuan.
I – O = migrasi netto.
Forward cencus survival ratio (FCSR), dihitung dengan suatu pecahan yang pembilangnya
merupakan jumlah penduduk pada kelompok umur tertentu dalam suatu sensus, dan
penyebutnya merupakan jumlah penduduk pada kelompok yang 10 (sepuluh) tahun lebih
muda pada sensus sebelumnya. Perhitungan ini berlaku jika sensus dilakukan setiap
sepuluh tahun.
Misal:
Reverse cencus survival ratio (RCSR), dihitung dengan suatu pecahan yang pembilangnya
merupakan jumlah penduduk pada kelompok umur tertentu dalam suatu sensus, dan
penyebutnya merupakan jumlah penduduk pada kelompok yang 10 (sepuluh) tahun lebih
tua pada sensus sesudahnya. Perhitungan ini juga berlaku jika sensus dilakukan setiap
sepuluh tahun.
Misal:
MASALAH KEPENDUDUKAN DAN SOLUSINYA
Negara Indonesia yang memiliki semua sumber daya alam maupun sumber daya manusia sepertinya belum muncul
ke permukaan 100%, masih banyak yang belum tergali, sehingga Negara Indonesia terkesan lambat dalam proses
pembangunannya. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya, Negara Indonesia belum mampu
menyejahterakan semua penduduknya. Berbagai dampak atas banyaknya penduduk yang belum sejahtera akan
mengakibatkan berbagai persoalan yang berhubungan dengan kependudukan. Adapun masalah-masalah
kependudukan yang dialami oleh Indonesia antara lain :
1. Permasalahan Kuantitas Penduduk di Indonesia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kuantitas penduduk sebagai berikut :
a. Jumlah Penduduk Indonesia
Besarnya sumber daya manusia Indonesia dapat di lihat dari jumlah penduduk yang ada. Jumlah penduduk di
Indonesia berada pada urutan keempat terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.
b. Pertumbuhan Penduduk Indonesia
Peningkatan penduduk dinamakan pertumbuhan penduduk. Angka pertumbuhan penduduk Indonesia Lebih kecil
dibandingkan Laos, Brunei, dan Filipina.
c. Kepadatan penduduk Indonesia
Kepadatan penduduk merupakan perbandingan jumlah penduduk terhadap luas wilayah yang dihuni. Ukuran yang
digunakan biasanya adalah jumlah penduduk setiap satu km2 atau setiap 1mil2. permasalahan dalam kepadatan
penduduk adalah persebarannya yang tidak merata. Kondisi demikian menimbulkan banyak permasalahan, misalnya
pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, pemukiman kumuh dsb.
d. Susunan penduduk Indonesia
Sejak sensesus penduduk tahun 1961, piramida penduduk Indonesia berbentuk limas atau ekspansif. Artinya pada
periode tersebut, jumlah penduduk usia muda lebih banyak daripada penduduk usia tua. Susunan penduduk yang
seperti itu memberikan konsekuensi terhadap hal-hal berikut :
– Penyediaan fasilitas kesehatan.
– Penyediaan fasilitas pendidikan bagi anak usia sekolah.
– Penyediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk kerja.
– Penyediaan fasilitas social lainnya yang mendukung perkembangan penduduk usia muda.
Upaya-upaya Pemecahan Permasalahan :
1) Pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk,
Dilakukan dengan cara menekan angka kelahiran melalui pembatasan jumlah kelahiran,menunda usia perkawinan
muda, dan meningkatkan pendidikan.
2) Pemerataan Persebaran Penduduk,
Dilakukan dengan cara transmigrasi dan pembangunan industri di wilayah yang jarang penduduknya. Untuk
mencegah migrasi penduduk dari desa kekota, pemerintah mengupayakan berbagai program berupa pemerataan
pembangunan hingga ke pelosok, perbaikan sarana dan prasarana pedesaan, dan pemberdayaan ekonomi di
pedesaan.
2. Permasalahan Kualitas Penduduk di Indonesia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kualitas penduduk dan dampaknya terhadap pembangunan adalah
sebagai berikut :
a. Masalah Tingkat Pendidikan
Keadaan penduduk di negara-negara yang sedang berkembang tingkat pendidikannya relatif lebih rendah
dibandingkan penduduk di negara-negara maju, demikian juga dengan tingkat pendidikan penduduk
Indonesia.Rendahnya tingkat pendidikan penduduk Indonesia disebabkan oleh:
1. Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.
2. Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan penyediaan sarana pendidikan.
3. Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah.
Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan adalah :
1. Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli dari negara maju.
Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu
mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang sangat diperlukan dalam pembangunan.
2. Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal yang baru. Hal ini
nampak dengan ketidakmampuan masyarakat merawat hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak
fasilitas umum yang rusak karena ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat. Kenyataan
seperti ini apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan.
Upaya-upaya Pemecahan Permasalahan :
1) Pencanangan wajib belajar 9 tahun.
2) Mengadakan proyek belajar jarak jauh seperti SMP Terbuka dan Universitas Terbuka.
3) Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan (gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain).
4) Meningkatkan mutu guru melalui penataran-penataran.
5) Menyempurnakan kurikulum sesuai perkembangan zaman.
6) Mencanangkan gerakan orang tua asuh.
7) Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi.
b. Masalah Kesehatan
Tingkat kesehatan suatu negara umumnya dilihat dari besar kecilnya angka kematian, karena kematian erat
kaitannya dengan kualitas kesehatan. Kualitas kesehatan yang rendah umumnya disebabkan:
1. Kurangnya sarana dan pelayanan kesehatan.
2. Kurangnya air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan.
4. Gizi yang rendah.
5. Penyakit menular.
6. Lingkungan yang tidak sehat (lingkungan kumuh).
Dampak rendahnya tingkat kesehatan terhadap pembangunan adalah :
1. Terhambatnya pembangunan fisik karena perhatian tercurah pada perbaikan kesehatan yang lebih utama
karena menyangkut jiwa manusia.
2. Jika tingkat kesehatan manusia sebagai objek dan subjek pembangunan rendah, maka dalam melakukan apa
pun khususnya pada saat bekerja, hasilnya pun akan tidak optimal.
Upaya-upaya Pemecahan Permasalahan :
1) Mengadakan perbaikan gizi masyarakat.
2) Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
3) Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan.
4) Membangun sarana-sarana kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, dan lain-lain.
5) Mengadakan program pengadaan dan pengawasan obat dan makanan.
6) Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan gizi dan kebersihan lingkungan.
c. Masalah Tingkat Penghasilan/Pendapatan
Tingkat penghasilan/pendapatan suatu negara biasanya diukur dari pendapatan per kapita, yaitu jumlah pendapatan
rata-rata penduduk dalam suatu negara. Negara-negara berkembang umumnya mempunyai pendapatan per kapita
rendah, hal ini disebabkan oleh:
1. Pendidikan masyarakat rendah, tidak banyak tenaga ahli, dan lain-lain.
2. Jumlah penduduk banyak.
3. Besarnya angka ketergantungan.
Berdasarkan pendapatan per kapitanya, negara digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Negara kaya, pendapatan per kapitanya > US$ 1.000.
2. Negara sedang, pendapatan per kapitanya = US$ 300 – 1.00.
3. Negara miskin, pendapatan per kapitanya < US$ 300.
Dampak rendahnya tingkat pendapatan penduduk terhadap pembangunan adalah:
1. Rendahnya daya beli masyarakat menyebabkan pembangunan bidang ekonomi kurang berkembang baik.
2. Tingkat kesejahteraan masyarakat rendah menyebabkan hasil pembangunan hanya banyak dinikmati
kelompok masyarakat kelas sosial menengah ke atas.
Upaya-upaya Pemecahan Permasalahan :
1) Menekan laju pertumbuhan penduduk.
2) Merangsang kemauan berwiraswasta.
3) Menggiatkan usaha kerajinan rumah tangga/industrialisasi.
4) Memperluas kesempatan kerja.
5) Meningkatkan GNP dengan cara meningkatkan barang dan jasa