OLEH
SUNDARI EKA AGUSTINA
H14104126
OLEH
SUNDARI EKA AGUSTINA
H14104126
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Pada Departemen Ilmu Ekonomi
Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah
dan rahmat serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Struktur Perilaku
Kinerja Industri Pakan Unggas di Indonesia”. Topik penelitian ini dipilih
karena melihat perkembangan industri peternakan unggas menyebabkan
meningkatnya permintaan terhadap pakan unggas tersebut karena industri pakan
ternak unggas memiliki keterkaitan ke depan (forward linkage) berhubungan
dengan output pakan yang digunakan sebagai makanan ayam dan keterkaitan ke
belakang (backward linkage) yang berhubungan dengan kebutuhan akan input
pakan terutama jagung. Oleh karena itu, bisnis pakan merupakan usaha yang
sangat strategis. Berdasarkan fenomena tersebut, muncul keinginan penulis untuk
melihat bagaimanakah struktur perilaku serta kinerja industri pakan unggas di
Indonesia. Di samping itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Allah SWT, atas segala rahmat serta ridho-Nya saya dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Yang tercinta Ibu, Ayah, adik-adik serta seluruh keluarga atas segala kasih
sayang, setia memberikan doa, dukungan dan moril kepada penulis
3. Bapak Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi,
atas segala bimbingan, pengarahan, dukungan serta motivasi selama
penelitian dan penyusunan skripsi.
4. Bapak Nunung Nuryartono, Ph. D yang telah menguji hasil penelitian ini.
Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang berharga bagi
penyempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Toni Irawan, M. App atas masukannya guna perbaikan tata cara
penulisan skripsi ini.
6. Mba Andin, Mas Suhe atas arahan serta masukannya sehingga penulis
dapat menyusun skripsi dengan lancar.
7. Adam atas kebersamaan, kesabaran dorongan serta dukungannya selama
ini.
8. Sahabat-sahabatku Dwita, Laswati, Nina, Siera, Mega, Mirza, Puri,
Monika, Dwi, Dodol, Reni, Desi, Sofia, Ranum, Ba Cony, Cika, atas
kebersamaan dan persahabatan yang tulus.
9. Teman-teman Ilmu Ekonomi, terutama Hipotesa, HMI Komisariat FEM,
Panitia Bounce atas kerja samanya dan semangatnya selama ini.
10. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan pada kata-kata yang
penulis gunakan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain
yang membutuhkan.
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian.............................................. 7
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 8
2.1 Konsep Mengenai Industri.................................................................. 8
2.2 Konsep Struktur-Perilaku-Kinerja ...................................................... 8
2.3 Penelitian Terdahulu........................................................................... 16
2.4 Kerangka Teori ................................................................................... 18
2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 20
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 22
3.1 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 22
3.2 Metode Analisis.................................................................................. 22
3.3 Uji Statistika dan Ekonometri............................................................. 30
IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI PAKAN TERNAK
INDONESIA .............................................................................................. 34
4.1 Sejarah Serta Tinjauan Penerapan Kebijakan Industri Ternak ........... 34
4.2 Perkembangan Industri Pakan ............................................................ 36
4.3 Ekspor dan Impor Pakan Ternak Indonesia........................................ 44
4.4 Regulasi yang Berkaitan Pakan Ternak.............................................. 46
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 47
5.1 Analisis Struktur Pasar Industri Pakan Ternak di Indonesia. ............. 47
5.2 Analisis Kinerja Industri Pakan Ternak di Indonesia ......................... 50
5.3 Analisis Hubungan Struktur Pasar dengan Kinerja Industri
Pakan Ternak di Indonesia ................................................................ 52
5.4 Analisis Perilaku Perusahaan pada Industri Pakan Ternak
di Indonesia........................................................................................ 58
VI. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 62
6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 62
6.2 Saran ................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 65
LAMPIRAN....................................................................................................... 68
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Tipe-tipe pasar...................................................................................... 11
Tabel 13. Nilai PCM industri pakan ternak di Indonesia tahun 1981-2005......... 51
Tabel 14. Hasil estimasi model PCM industri pakan ternak di Indonesia
tahun 1981-2005 .................................................................................. 52
Halaman
Halaman
Lampiran 1. Biaya bahan baku industri pakan ternak dari tahun
1981-2005 ……………………………………………………… 69
Lampiran 2. Nilai efisiensi industri pakan ternak Indonesia tahun
1981-2005 ……………………………………………………….70
Lampiran 3. Tabel nilai R2 dan durbin Watson………………………………. 70
Lampiran 4. Tabel Anova ……………………………………………………. 71
Lampiran 5. Regression ……………………………………………………… 71
I. PENDAHULUAN
tersebut diantaranya jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 220 juta jiwa
merupakan target pasar yang potensional. Ditambah lagi dengan kesadaran akan
736,8 trilyun dan mampu menyerap tenaga kerja mencapai 2,4 juta penyerapan
yang mendorong perubahan struktur industri dari usaha rakyat menjadi industri
kaitannya dengan budidaya ternak itu sendiri. Budi daya ternak terutama ayam
ras mulai ada tahun 1972 yang dianggap sebagai awal berdirinya ternak ayam ras
komersil. Pabrik pakan pada masa itu masih terbatas untuk memasarkan hasil
produksinya kepada kalangan peternak ayam ras. Tahun selanjutnya budi daya ini
dengan PT. Japfa Comfeed yang juga merupakan salah satu perusahaan agribisnis
pembibitan dan budidaya perairan. Perusahaan ini juga telah memegang peranan
yang cukup signifikan dalam pasar pakan ternak domestik dan telah sukses
mencapai posisi yang kuat dalam pasar. Hingga saat ini jumlah perusahaan pakan
ternak telah mencapai lima puluh perusaahaan dengan empat puluh dua
mencapai tujuh juta ton juta ton per tahun (GPMT, 2008).
terutama jagung. Oleh karena itu, bisnis pakan merupakan usaha yang sangat
strategis. Namun demikian, akibat krisis multi dimensi sejak pertengahan 1997,
industri pakan turut terkena imbasnya sehingga kapasitas pabrik yang terpakai
hanya sekitar 30 persen atau sekitar 2,8 juta ton. Namun hal tersebut tidak
berlangsung lama karena selama periode 2001-2006, jumlah produksi daging dan
persen, sementara itu biaya bahan baku mencapai 85-90 persen dari total pakan.
Sedangkan pangsa biaya lainnya seperti DOC (bibit) hanya mencapai 13 persen
dialokasikan untuk unggas, 7 persen untuk budidaya ikan, 6 persen untuk babi, 1
persen untuk pakan ternak lainnya. Dengan demikian, tingginya pangsa pakan
dunia peternakan.
Perusahaan pakan ternak yang telah ada dikuasai oleh perusahaan berskala
besar yang telah terintegrasi secara vertikal dan dinamis, termasuk perusahaan
untuk pakan ternak. Pada tahun 2000 terdapat 61 perusahaan pakan ternak di
perusahaan skala besar ditunjukkan bahwa pada tahun 1999 PT. Charoen
2.410.000 ton pertahun yang berarti PT. CPI memiliki pangsa pasar yang
mencapai 38 persen untuk pakan unggas. Suatu pangsa pasar yang sangat
2002). Disusul oleh Japfa Comfeed, Sierad Produce, Cheil Jedang dan Wonokoyo
yang merupakan perusahaan agribisnis dan telah terintegrasi dengan baik mulai
dari usaha pakan ternak, usaha pembibitan, maupun produksi daging olahan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan
kinerja.
bahwa industri peternakan dikelola oleh skala kecil. Saat itu usaha komersil
unggas belum popular di kalangan konsumen akan tetapi penyediaan pakan dan
stok induk unggas telah terjadi. Setelah tahun 1970 pemerintah memperbolehkan
karena dianggap tidak seimbangnya persaingan antara peternak skala kecil dan
peternak skala kecil dan produksi skala besar harus mengikuti aturan tersebut.
Akan tetapi pada tahun 1990 peternak-peternak berskala kecil semakin menurun
jumlahnya.
Comfeed, Subur dan Anwar Sierad (Poultry Indonesia, 2005). Ditambah lagi
dengan merebaknya flu burung tahun 2003 memberikan sinyal negatif bagi
investor perunggasan.
kecenderungan pertumbuhan pabrik pakan ternak yang sampai saat ini telah
dari pabrik pakan berskala besar yang berjumlah delapan pabrik (12 persen)
memiliki pangsa pasar 40-60 persen, (2) hasil estimasi keuntungan pabrik pakan
(1993) Rp 265/ pakan petelur dan Rp 287/kg pakan broiler atau sekitar 42-44$
dari harga jual pakan, (3) perusahaan peternakan skala besar seperti PT. Japfa
Comfeed, PT. Charoen Phokpand, PT Cargill, PT. Anwar Sierad, Group Subur,
PT. Multi Breeder dll melakukan integrasi vertikal , (4) kedelapan pabrik pakan
Berdasarkan penjelasan di atas, ada beberapa hal yang dapat dikaji, yaitu
apakah kondisi yang melanda bisnis pakan ternak Indonesia turut mempengaruhi
adalah:
tujuan yang hendak dicapai dari penelitian mengenai industri pakan unggas
adalah:
pakan, bagi para pengambil keputusan diharapkan menjadi masukan dan bahan
dapat dicapainya industri pakan Indonesia yang tangguh. Hasil penelitian ini juga
diharapkan menjadi informasi ataupun rujukan untuk penelitian yang berkaitan
dengan industri pakan ternak selanjutnya. Bagi penulis sendiri, penelitian ini
kode ISIC 15331 untuk ransum pakan ternak dan ISIC 15332 untuk konsentrat
pakan ternak. Analisis dibatasi tanpa membahas lebih lanjut tentang aspek pasar,
pengaruh harga, keterkaitannya dengan permintaan bahan baku serta produk akhir
adalah unit produksi yang bergerak dalam bidang tertentu. Bidang ini dapat
barang yang homogen, atau barang yang mempunyai sifat saling menggantikan
secara erat. Namun, dari segi pembentukan pendapatan, yang bersifat makro,
industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Istilah industri
industri, ada cara mengamati kaitan antara struktur, perilaku dan kinerja. Pertama,
hanya memperhatikan secara mendalam dua aspek, yakni kaitan struktur dan
kinerja dan perilaku dan kemudian dikaitkan lagi dengan struktur. Ketiga,
menelaah kaitan struktur terhadap perilaku dan kemudian baru diamati kinerjanya.
Keempat, kinerja tidak perlu diamati lagi, oleh karena telah dijawab dari
mengacu pada kepemilikan atau berapa besar proporsi dari beberapa kumpulan
perbandingan rasio konsentrasi yang diduga dipengaruhi oleh faktor teknis seperti
skala ekonomi yang diproksi dari biaya produksi; variabel perilaku, dan kinerja.
Struktur pasar menjadi ukuran yang penting dalam mengamati variasi perilaku
kuantitas dan harga di pasar. Market power muncul jika market share mencapai 15
persen dan jika mencapai 25-30 persen, derajat monopoli dapat menjadi lebih
signifikan, serta market share yang lebih dari 40-50 persen biasanya memberikan
market power yang lebih besar. (Sheperd, 1997). Market power dapat berubah
kriteria yang merupakan elemen pokok dalam struktur pasar, yaitu: pangsa pasar
1. Pangsa pasar
100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Pangsa pasar dalam praktik bisnis
merupakan tujuan dan alasan perusahaan. Perusahaan dengan pangsa pasar yang
lebih baik akan menikmati keuntungan dari penjualan produk dan kenaikan harga
penjualan total. Pangsa pasar merupakan indikator yang paling penting dalam
pangsa pasar yang tinggi atau paling rendah dari pasar yang sama). Semakin
tinggi pangsa pasar maka kekuasaan monopoli semakin besar. Sedangkan jika
pangsanya rendah, maka kekuasaan monopoli yang dimiliki akan semakin kecil
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah tipe-tipe pasar yang digambarkan
berdasarkan pangsa pasar perusahaan yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Tipe- tipe pasar
Tipe pasar Kondisi Pasar Contoh
Monopoli murni Suatu pasar yang PLN, TELKOM, PAM
memiliki 100% pangsa
pasar
Perusahaan yang dominan Suatu perusahaan yang Surat kabar lokal atau
memilki50-100% pangsa nasional, film Kodak,
pasar dan tanpa pesaing batu baterai
yang kuat
Oligopoli ketat Penggabungan empat Bank-bank lokal, siaran
perusahaan terkemuka TV, bola lampu, sabun,
yang memiliki pangsa toko buku, rokok kretek
pasar 60-100%, dan semen
kesepakatan diantara
mereka untuk
menetapkan harga relatif
mudah
Oligopoli longgar Penggabungan empat Kayu, perkakas rumah
perusahaan terkemuka tangga, mesin-mesin
yang memiliki pangsa kecil, perangkat keras,
pasar 40% atau kurang, majalah, batu baterai,
kesepakatan di antara obat-obatan
mereka untuk
mendapatkan harga
sebenarnya tidak
mungkin
Persaingan monopolistik Banyak pesaing yang Pedagang eceran,
efektif, tidak satupun penjual pakaian
yang memiliki lebih dari
10% pangsa pasar
Persaingan murni Lebih dari 50 pesaing Sapi dan unggas
yang mana tidak satupun
yang memiliki pangsa
pasar yang berarti
Sumber: Jaya, 2001
2. Konsentrasi
koordinasi yang secara ketat seakan mereka monopolis sejati, sehingga persaingan
hebat bisa terjadi di antara mereka atau mungkin mengikuti pola lebih lanjut.
diferensiasi produk
3. Hambatan masuk
masuk akan menghalangi pesaing yang potensial untuk memasuki pasar dan
skala atau kecepatan dari masuknya perusahaan disebut sebagai hambatan masuk.
menggunakan perangkat tertentu yang sah (seperti paten, dan franchise), seperti
Banyak hal yang dapat dipengaruhi dengan kebijakan yang akan diambil
oleh suatu perusahaan. Pada kondisi pasar oligopoli perilaku setiap perusahaan
akan sulit diperkirakan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi kebijakan yang
akan diambil oleh suatu perusahaan. Kondisi pasar oligopoli yang dipimpin oleh
pasar akan berlaku seperti hanya perusahaan monopoli akan menaikkan harga
bersifat sebagai penerima harga, pada pasar oligopoli tindakan yang mereka
suatu pasar perlu diperhatikan perilaku dari perusahaan yang berada dalam
industri yang bersangkutan. Perilaku dalam hal ini adalah pola tanggapan dan
penyesuaian suatu industri dalam pasar sehingga tercapai tujuannya. Perilaku ini
jelas terlihat dalam penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar
dan juga kebijaksanaan produk. Dalam pengertian koordinasi terjadi sangat luas
produk, tingkat produksi, produk, promosi dan variabel kunci lainnya. Perilaku
dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu harga dan non harga. Kategori non harga
termasuk iklan, kemasan, kualitas produk dan sebagainya (Greer, 1992 dalam
Safitri, 2006).
Kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan
memiliki banyak aspek, namun biasanya dipusatkan pada tiga aspek pokok yaitu
1. Efisiensi
fisik maupun nilai ekonomis (harga). Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa
sejumlah input yang sifatnya boros dihindarkan, sehingga tidak ada sumber daya
terbuang.
2. Kemajuan teknologi
suatu karya yang baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang
ketidakpastian, oleh karena itu, ide-ide yang baru membutuhkan suatu penelitian
pabrik pakan pada saat pengamatan adalah layak secara ekonomi dari segi
(lokal). Untuk tujuan perdagangan antar daerah berada pada kondisi kritis dan
tidak layak sama sekali untuk tujuan promosi ekspor. Industri pakan ayam ras di
dan pakan ternak ayam ras di Indonesia: suatu analisis simulasi dengan
simultan dan metode 2SLS menunjukkan bahwa produksi pakan ternak sesuai
dengan teori ekonomi yang nyata dipengaruhi oleh peubah selisih harga pakan dan
nasional yang meliputi produksi, peternak dan struktur indstri pakan. Yang
menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran struktur produksi dari tahun 1970-an,
usaha peternakan ayam ras 100% dikuasai oleh peternakan rakyat dengan
dukungan kebijakan PMA. Pada periode 1990-an 60% pangsa produksi dikuasai
oleh perusahaan peternakan skala besar, 20% oleh skala menengah dan 20% skala
kecil.
Menurut Kariyasa (2003) yang meneliti perilaku dan keterkaitan pasar jagung,
domestik dan faktor eksternal terhadap kesejahteraan para pelaku pasar serta
ketiganya, serta antara pasar domestik dan pasar dunia lewat harga jagung, harga
pakan domestik, harga daging ayam. Kebijakan subsidi suku bunga kredit usaha
tani dan harga pupuk disarankan sebagai alternatif utama dalam pengembangan
industri benih jagung di provinsi Jawa Timur, menggunakan data primer dan
industri benih jagung di Jawa Timur sangat oligopolistik. Sementara itu, pasar
industri pakan ternak ayam di Lampung dan Jawa Barat menunjukkan bahwa dari
struktur, perilaku dan kinerja pada industri pakan ternak ayam. Perilaku biaya
(share biaya bahan baku) dipengaruhi oleh jumlah industri pakan (indikator
akan merubah struktur industri pakan ternak (jumlah industri pakan dipengaruhi
menunjukkan bahwa struktur pasar pada industri besi-baja adalah oligopoli ketat
namun ada perusahaan yang medominasi pasar. Variable X-eff dan CR4
dalam penurunan PCM variable yang memiliki pengaruh terbesar adalah variabel
dummy, MES dan Growth. Berdasarkan analisis perilaku dari perusahaan pada
industri besi baja di Indonesia diduga ada beberapa perilaku dari perusahaan pada
industri besi-baja di Indonesia. Perilaku yang terjadi antara lain strategi harga,
empat perusahaan terbesar, pertumbuhan nilai produksi, ekspor dan impor tidak
performance (SCP), dimana satu industri tidak terlepas dari adanya struktur,
perilaku dan kinerja industri itu sendiri. Pada model analisis SCP dikatakan bahwa
mempengaruhi kinerja dari industri tersebut. Tentu saja analisis ini tidak terlepas
melalui concentration ratio, barrier to entry price cost margin. Hal ini
Sementara itu, struktur pasar yang ada akan mempengaruhi perilaku industri
pakan ternak. Dalam penelitian ini, perilaku dianalisis secara deskriptif karena
secara umum untuk menganalisis perilaku pasar tidak dapat diukur secara
kuantitatif. Analisis perilaku ini dilihat dari bagaimana strategi perusahaan dalam
produknya dan strategi distribusi. Perlaku ini dapat mempengaruhi kinerja industri
pakan ternak.
perusahaan melalui nilai Price Cost Margin (PCM) dan nilai efisiensi (X-eff).
Setelah mengetahui struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak, dilihat
pula hubungan ketiganya. Kerangka pemikiran tersebut disajikan dalam bagan
berikut ini:
Kebijakan Pemerintah
Hubungan ketiganya
Implikasi kebijakan
Pemerintah
banyak dilakukan oleh para peneliti ekonomi, terutama oleh pengamat industri.
yang berbeda. Hal ini disebabkan adanya penggunaan proksi yang berbeda oleh
para peneliti.
ternak. Semakin tinggi hambatan untuk masuk bagi industri ini semakin
tinggi tingkat keuntungan yang dipertahankan pada industri yang telah ada.
yang dihasilkan tahun ini dikurangi dengan nilai barang yang dihasilkan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder
dari industri pakan ternak Indonesia. Data tersebut diperoleh dari berbagai instansi
yang terkait dengan industri pakan unggas seperti Biro Pusat Statistik (BPS),
Ternak (GPMT), serta literatur lainnya yang terkait. Data yang digunakan
perilaku industri pakan unggas. Metode kuantitatif dengan dua pendekatan SCP
untuk menganalisis struktur dan kinerja industri pakan dan pendekatan OLS
Setiap perusahaan memiliki pangsa pasar yang berbeda dan berkisar antara 0
hingga 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Pangsa pasar
Dengan mengetahui tingkat konsentrasi maka tipe pasar yang dihadapi suatu
pangsa pasar relatif dari total output industri yang dipertanggungjawabkan oleh
100%) berarti semakin besar konsentrasi industri dari produk tersebut. Jika rasio
Selain itu, ada cara lain untuk melihat konsentrasi yaitu Indeks Hirschman-
Dimana:
HHI = Indeks Hirschman-Herfindahl
Nilai IHH dinyatakan dalam persentase, maka nilai ini adalah andil
perusahaan pertama sampai dengan ke-i yang terbesar dalam suatu industri.
1 A 100.000
2 B 60.000
3 C 40.000
4 D 20.000
5 E 20.000
6 F 10.000
Jumlah nilai perusahaan 250.000
220/250= 0,88
Indeks ini sensitif terhadap andil perusahaan yang terbesar, karena semakin
kecil andil perusahaan semakin kurang berarti dalam indeks ini. Misalnya
diperoleh angka 0,0016. Tetapi kalau dikuadratkan 0,0016. Tetapi kalau 0,4
dikuadratkan didapat 0,16. Jadi pengaruh andil perusahaan pertama sangat besar
dalam struktur pasar tersebut. Dengan demikian, pengukuran ini konsisten dengan
terbesar dalam suatu barang. Misalnya, ukuran ini paralel dengan ukuran
Hambatan masuk pasar dapat dilihat dari mudah atau tidaknya pesaing
bentuk perangkat yang legal tapi juga dapat terjadi secara alami. Salah satu cara
yang digunakan untuk melihat hambatan masuk adalah dengan mengukur skala
ekonomis yang didekati melalui output perusahaan yang menguasai pasar lebih
dari 50%. Nilai output tersebut kemudian dibagi dengan total output industri. Data
sebagai berikut:
• Strategi harga
produksi terutama bahan baku. Dalam hal ini akan dilihat bagaimana strategi
penetapan harga yang dilakukan oleh industri serta apakah ada perilaku
• Strategi produk
dalam mengeluarkan produknya. Dalam hal ini yang akan dilihat apakah
terdapat strategi khusus dala menentukan produk yang akan dijual seperti
• Strategi promosi
Selain harga dan produk, dalam suatu industri terdapat pula kebijakan lain
menarik konsumen.
• Strategi distribusi
langsung, atau
Nilai tambah digunakan sebagai proksi dari keuntungan yang didapat oleh
perusahaan namun harus dikurangi dengan biaya lain yaitu pengeluaran upah bagi
pekerja. Tingkat PCM yag tinggi umumnya dapat tercipta jika terdapat rasio
Efisiensi yang dapat dihitung dalam hal ini adalah efisiensi internal
baik. Pengukuran efisiensi dapat dilakukan dengan menghitung rasio nilai tambah
dengan nilai input ataupun dengan cara mengukur atau melihat utilisasi kapasitas
Hubungan struktur dan faktor lain yang mempengaruhi kinerja dapat dilihat
Least Square (OLS. Pemilihan metode OLS utuk meramalkan model disebabkan
metode ini juga lebih sederhana dibandingkan dengan metode lain. Metode ini
merupakan salah satu metode yang sering digunakan peneliti di bidang ekonomi
Variabel terikat dalam model ini adalah proksi dari keuntungan industri
yaitu PCM (%). Variabel bebas yang digunakan adalah konsentrasi empat
digunakan oleh Collins dan Preston (1968, 1969) lalu Sheperd (1972) dan
error
NilaiTamba h − Upahtotal
PCMt = x100% rasio keuntungan industri
Nilai Pr oduksiIndu stri
ke-t (%)
artinya masing-masing variabel bebas (CR4, MES, XEF dan GROWTH ) memiliki
hubungan negatif.
merupakan jumlah nilai barang yang dihasilkan, listrik yang terjual, nilai
jasa yang dihasilkan, selisih nilai stok barang setengah jadi dan penerimaan
Indonesia.
agar suatu model dapat dikatakan baik. Pengujian tersebut yaitu uji statistik
regresi melalui uji t serta melihat berapa persen variabel bebas dapat dijelaskan
ekonometrika yang dilakukan antara lain uji autokorelasi, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas.
Uji ini mengukur tingkat keberhasilan model regresi yang digunakan dalam
memprediksi nilai variable terikat. Nilai R2 memiliki dua sifat yaitu memiliki
besaran positif dan besarannya adalah 0 ≤ R2 ≤ 1. Jika R2 sebesar nol maka hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antar variabel terikat dengan
variabel bebas sedangkan jika R2 sebesar satu maka terdapat kecocokan yang
nilai R2 yang telah disesuaikan, nilai ini relatif kecil dari R2. Untuk regresi
dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted-R2 sebagai koefisien
determinasi.
b. Uji F
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model penduga yang
diajukan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi.
bersamaan.
lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan, maka secara keseluruhan variabel
bebas mempengaruhi variabel terikat (PCM) artinya minimal ada satu minimal
c. Uji t
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari
bebas berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas. Berdasarkan
variabel bebas. Jika nilai probabilitasnya lebih kecil dari taraf nyata yang
Adanya perbedaan hasil dan hipotesis dapat diterima jika dapat dijelaskan dan
didukung dengan alasan yang sesuai dengan teori dan kondisi sosial yang
terjadi
d. Uji Auotokorelasi
Suatu model dikatakan baik apabila telah memenuhi asumsi tidak terdapat
Nilai Dw Hasil
4-dl < DW < 4 Tolak H korelasi serial negatif
0,
4-dl < DW < 4-dl Hasil tidak dapat ditentukan
2 < DW < 4-du Terima H , tidak ada korelasi serial
0
du < DW < 2 Terima H , tidak ada korelasi serial
0
dl < DW < du Hasil tidak dapat ditentukan
0 < DW < dl Tolak H , korelasi serial positif
0
e. Uji Heteroskedastisitas
Suatu fungsi dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas
(tidak terjadi heteroskedastisitas) atau memiliki ragam error yang sama. Gejala
multikolinearitas di dalam suatu model regresi, yaitu adanya korelasi yang kuat
dinamakan uji kolinearitas, yaitu untuk melihat apakah terjadi korelasi yang
yang tinggi. Selain itu dapat pula dengan melihat nilai Variance Inflation
Factor (VIF) dalam tabel coefficients. Apabila nilai VIF < 5 maka tidak
g. Uji Normalitas
Dilakukan jika sampel yang digunakan kurang dari 30, karena jika sampel
Smirnov test yang di dalamnya terdapat nilai Asymp Sig (2-tailed). Apabila
nilainya kurang dari setengah alpha maka H0 ditolak yang berarti model
ternak itu sendiri. Budi daya ternak secara komersil mulai ada tahun 1972 yang
dianggap sebagai awal berdirinya ternak yang pada saat itu sebagian besar usaha
merupakan ternak unggas. Pabrik pakan yang ada pada masa itu masih terbatas
selanjutnya budi daya ini mengalami perkembangan yang cukup pesat sehingga
Namun pada tahun belakangan ini, usaha budidaya ternak terutama unggas
pinjaman modal.
pembibitan ayam ras dari negara Jepang dan Amerika Serikat. Usaha yang
berkembang saat itu perusahaan pembibitan, pabrik pakan, obat-obatan ternak dan
pengolahan hasil ternak, sehingga usaha komersil skala besar makin berperan.
Kebijakan ini disusul dengan kebijakan mengenai budi daya tahun 1980 yang
mengatur pembatasan skala usaha ternak terutama ayam ras yaitu Keppres No
50/1981 mengenai larangan operasi usaha ternak ayam layer sebanyak 5.000 ekor
dan pedaging maksimal 750 ekor. Tujuan kebijakan tersebut adalah untuk
peternak besar yang terintegrasi maupun peternak kecil dan yang tergabung
besar yang dikatakan semrawut walaupun dengan adanya Keppres 22 Mei 1990,
pemerintah dinilai belum mampu melindungi usaha rakyat. Adapun isi dari
Keppres 22 Mei 1990 yaitu: (1) usaha ternak yaitu ayam ras rakyat tidak lebih dari
15.000 ekor, tidak memerlukan izin kecuali harus melapor Dinas Peternakan
setempat, (2) usaha skala besar diperkenankan dengan syarat bermitra dengan
usaha rakyat, dimana dalam waktu 3 tahun porsi usaha rakyat lebih besar,
ancaman pailit ribuan usaha ternak broiler rakyat karena tidak mampu bersaing
dengan skala besar (Yusdja, 1996). Pada tahun 2000 pemerintah mencabut
Keppres No 22 sehingga intervensi pemerintah dikatakan sudah berakhir.Kondisi
Perkembangannya sampai tahun 2005 telah mencapai lebih dari enam puluh yang
dikategorikan sebagai perusahaan dengan skala menengah dan besar.
didominasi oleh empat perusahaan besar yang memiliki kapasitas produksi tinggi
Kapasitas
No Nama Perusahaan Perusahaan
Charoen Phokpand
1 Indonesia 2600000
2 Japfa Comfeed 1730000
3 Cheil Jedang Feed Indonesia 750000
4 Sierad Produce 540000
dengan penanam modal asing yang bergabung yaitu PT. Central Protein Prima,
mencapai 2,6 juta ton pakan dengan lokasi pabrik di wilayah Mojokerto, Jakarta
dan Medan. Industri pengolahan daging ayam dikelola oleh anak perusahaan CPI
yaitu PT. Primafood International dengan produk daging ayam yang dikenal
dengan merk Fiesta. Tahun 2007 dicatat bahwa pendapatan perusahaan ini
mencapai Rp 8,3 trilyun dan Rp 210 milyar diantaranya merupakan laba bersih.
Sementara itu, Japfa Comfeed yang menempati urutan kedua didirikan tahun
1971 yang kegiatan utamanya pada industri pakan ternak. Perusahaan ini
Chases Bank (9,6 persen), Coutts Bank Von Ernst (9,15 persen), Rangi
Management (8,57 persen), BNP Private Bank Singapore (6,63 persen) dan 37,06
agribisnis yang terintegrasi dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 1,73 juta
ton pakan ternak. Selain itu, perusahaan ini juga melakukan kegiatan lain yaitu
pembibitan yang dikelola oleh PT. Multibreeder Adirama, budidaya ikan dikelola
oleh PT. Suri Tani Pramuka. Perusahaan pakan ternak dan peternakan berlokasi di
Lampung, Cirebon, Sidoarjo dan Tangerang. Pada tahun 2007 dicatat bahwa
Cheil Jedang Feed Indonesia merupakan anak perusahaan Cheil Jedang dari
Korea Selatan yang mulai beroperasi sejak tahun 1989. CJ memiliki dua
perusahaan pakan yaitu PT. Cheil Jedang Superfeed yang didirikan tahun 1996,
dan PT. Cheil Jedang Feed Jombang yang didirikan tahun 2004. Dua perusahaan
tersebut berlokasi di Serang, Banten dan Jombang dengan total kapasitas produksi
tahunan sebesar 750 ribu ton. Pakan ternak diproduksi oleh CJ Feed termasuk
pakan untuk broiler, layer, babi, burung dan udang dengan produknya yang
dengan nama PT. Betara Darma Ekspor Impor, merupakan hasil merger empat
perusahaan yaitu PT. Anwar Sierad, PT. Sierad Produce, PT. Sierad Feedmill dan
PT. Sierad Grains. Adapun kegiatan utama perusahaan ini adalah memproduksi
ayam mulai dari parent stock hingga final stock dan ayam olahan. Sierad Produce
juga menghasilkan pakan ternak, industri pengeringan jagung, dan industri obat
Kapasitas produksi pakan ternak tahunan perusahaan ini mencapai 540 ribu ton
dengan produksi utama untuk pakan unggas. Perusahaan ini menggunakan label
Delfram sebagai merk untuk daging ayam yang dijual di supermarket di seluruh
Indonesia. Anak perusahaan lain yang dimiliki yaitu PT. Biotek Indonesia
pakan ternak sebesar 7 persen dengan pendapatan sebesar Rp 1,2 trilyun dengan
Investor asing masih mendominasi industri pakan ternak di negeri ini seperti
Charoen Phokpand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed, Gold Coin dan
Sentra Profeed. Berdasarkan data dari GPMT, jumlah perusahaan pabrik pakan
yang tergabung dalam organisasi produsen pakan tersebut, tahun 2008 mengalami
Dari sejumlah pabrik pakan diatas, hanya 2 perusahaan pakan yaitu Universal
Agri Bekasi dan Hogindo Feedmill Jakarta yang tidak memproduksi pakan
unggas. Hal ini berarti sebagian besar pabrik pakan Indonesia menghasilkan pakan
untuk unggas.
Provinsi Sumatera Utara memiliki delapan pabrik, Lampung dengan empat pabrik,
Banten memilki sepuluh pabrik, Jakarta empat pabrik, Jawa Barat memiliki empat
pabrik, Sulawesi Selatan dengan dua pabrik dan sebagian besar terletak di Jawa
Timur dengan lima belas pabrik. Jawa timur merupakan pusat pakan ternak
Jawa Timur memiliki Balai Besar Inseminasi Buatan yang terletak di Singasari.
Selain itu, di Jawa Timur memiliki lahan jagung terluas yang merupakan bahan
baku utama pembuatan pakan ternak. Adapun kapasitas produksi pakan ternak
Secara umum, produksi pakan ternak nasional terus meningkat dari periode 2002-
2006 dengan pertumbuhan tahunan mencapai 8,4 persen. Tahun 2003 dicatat
produksi mencapai enam juta ton dan tahun 2006 mencapai 9,9 juta ton.
Sedangkan tahun 2007 produksi menurun sekitar 22,5 persen atau sekitar 22,5
persen. Hal ini disebabkan masih merebaknya kasus flu burung yang mengurangi
porsi terbesar. Penggunaan pakan ternak disajikan dalam tabel 7 di bawah ini:
Tabel 7. Perkembangan Penggunaan Pakan Ternak di Indonesia Tahun 2002-2006
untuk unggas memiliki porsi mencapai lebih dari 60-70 persen dari total produksi
mengalami penurunan sebesar 0,5 persen. Hal ini disebabkan dengan merebaknya
memiliki prospek yang baik. Walaupun pasar pakan ternak unggas terbilang
prospektif, akan tetapi bahan pakan yang tersedia sebagian adalah hasil pertanian
dalam negeri dan sebagian lagi adalah hasil impor. Kenaikan harga bahan pakan
di negara asal dan meningkatnya harga bahan bakar minyak secara langsung akan
meningkatkan harga pakan di dalam negeri. Pada tahun 2006, produksi pakan
Indonesia mencapai 7,2 juta ton, sedangkan bahan pakan yang diimpor berjumlah
Salah satu bahan baku pangan yang memiliki peranan penting dalam
kegunaan utama jagung di Indonesia adalah sebagai bahan baku pakan ternak.
Peranan lainnya adalah sumbangan terhadap PDB secara total yang setiap tahun
meningkat dengan laju pertumbuhan 3,43 persen. Pada tahun 1987 sumbangan
komoditas jagung thd PDB 0,86 persen dan tahun 1992 naik jadi 0,96 persen
(BPS, 1995). Selain itu, ada komponen lain dari pakan selain jagung seperti
kedelai (18 persen), tepung daging dan tulang/MBM (5 persen), sirup jagung (7
Perkembangan industri pakan ternak juga tidak terlepas dari peran asosiasi
pakan ternak untuk melindungi dan memelihara hubungan kerja sama yang baik
dengan instansi pemerintah. Peranan yang dilakukan asosiasi dilihat dalam bentuk
membentuk pusat informasi dan melakukan studi bersama seputar industri dan
pengembangannya.
dengan produk. Asosiasi mengadakan kerja sama dengan instansi pemerintah, non
Dalam hal ini asosiasi bertugas menyampaikan laporan bulanan atau tahunan pada
Departemen Perindustrian mengenai produksi dan penjualan. Asosiasi juga
produksi pakan domestik dinilai tidak mencukupi kebutuhan dalam negeri. Oleh
karena itu, industri pakan ternak tersebut melakukan impor. Selain melakukan
impor, industri pakan Indonesia juga melakukan ekspor, akan tetapi jumlah serta
nilainya jauh bila dibandingkan dengan jumlah serta nilai impornya. Jumlah serta
Dari tabel 8 di atas, dapat dikatakan bahwa jumlah serta nilai impor pakan
jauh melebihi ekspornya. Akan tetapi secara menyeluruh jumlah ekspor pakan
dari tahun ke tahun semakin meningkat yang berarti semakin baiknya kinerja
industri pakan ternak dalam negeri, walaupun impor masih tinggi karena tidak
dapat memenuhi permintaan dalam negeri maka dengan pengurangan tarif bea
masuk diharapkan pakan maupun bahan bakunya dapat memasuki pasar domestik
agar terpenuhinya permintaan dalam negeri sesuai dengan mekanisme pasar yang
ada.
bahan baku industri seperti jagung, kedelai, tepung ikan, dan lain-lain. Hal
tersebut dilakukan karena produksi bahan baku pakan dalam negeri juga
Dari data di atas, dapat kita lihat masih tingginya jumlah impor jagung
yang diyakini sebagai bahan baku pakan utama unggas yaitu sebesar 51,4 persen
(Deptan, 2006). Diketahui bahwa pasar jagung dunia didominasi oleh Amerika
(Infovet, 2007). Pada tahun 2006 dicatat harga jagung impor di pasar internasional
mencapai 130- 140 US$ per ton, sedangkan pada tahun 2007 dicatat meningkat
dengan harga 220-306 US$ per ton. Adapun faktor penyebab impor jagung : (a)
produksinya bersifat musiman, sementara kebutuhan atau permintaan pabrik
pakan bersifat rutin, (b), wilayah produsen jagung sangat tersebar, sedangkan
pabrik pakan yang besar terkonsentrasi hanya di beberapa provinsi saja. (c)
yang memadai. (d) penanganan pasca panen masih lemah (belum optimal),
yang diberikan hanya berasal dari yang ditanam dan tidak bagi bahan baku lain
mengatur industri pakan ternak secara khusus dan distribusi pakan, aspek security
dan kesehatan hewan, oleh karena itu dinyatakan tidak lagi relevan sebagai aturan
Sementara itu, ada PP No.7 tahun 2007 yang menyatakan tarif impor sebesar 5%
menaikkan biaya produksi. Ada pula standarisasi produk pakan yang harus sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu SNI 01-3930-2006 untuk broiler
starter, SNI 01-3931-2006 untuk broiler finisher dan SNI 01-3927-2006 untuk
layer starter, SNI 01-3928-2006 untuk layer grower dan SNI 01-3929-2006 untuk
a. Konsentrasi Pasar
pangsa pasar sebesar 60 persen hingga 100 persen akan membentuk pasar
oligopoli ketat (Jaya, 2001). Akan tetapi dengan melihat angka-angka tersebut
dapat disimpulkan bahwa struktur pasar pada industri pakan ternak di Indonesia
konsentrasi pasar sebesar 41,33 persen. Pada awal tahun 80-an kondisi pasar
termasuk oligopoli ketat dengan rasio konsentrasi berkisar antara 50-60 persen ,
namun seiring dengan bertambahnya jumlah perusahaan pakan ternak yang berdiri
Besarnya HHI ini sangat sensitif terhadap andil perusahaan yang terbesar,
karena semakin kecil andil yang diberikan oleh suatu perusahaan, maka nilai
kuadrat pangsa pasarnya semakin kurang berarti dalam indeks ini. Berikut adalah
konsentrasi pasar yang terbesar adalah pada tahun 2004 begitu pula ukuran HHI
yang terbesar adalah pada tahun tersebut dengan nilai sebesar. Nilai HHI paling
tinggi adalah 1 dan dapat dicapai jika suatu industri hanya dikuasai oleh satu
pasar terbesar setiap tahunnya adalah Charoen Phokpand yang berperan dalam
besarnya ukuran HHI, karena jumlah kuadrat pangsa pasar perusahaan tersebut
adalah yang terbesar. Menurut teori, kondisi ini menggambarkan bentuk pasar
yang oligopoli.
perusahaan di luar pasar yang mempunyai kemungkinan untuk masuk pasar dan
sebelumnya dalam sebuah industri merupakan salah satu hal yang dapat menjadi
ternak Indonesia pada tahun 1981-2005 yaitu sebesar 16,61 persen. Dengan
market share tersebut, maka perusahaan sudah memiliki market power atau sudah
minimum efisiensi (MES) dari tahun 1981-2005 dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini:
MES yang lebih besar dari 10 persen menggambarkan hambatan masuk yang
tinggi pada suatu industri (Comanor dan Wilson dalam Alistair, 2004), sehingga
dapat dikatakan bahwa hambatan masuk pada industri pakan ternak termasuk
tinggi. Nilai MES yang tinggi tersebut dapat menjadi penghalang bagi masuknya
industri pakan ternak di Indonesia, kendala yang dihadapi adalah tidak tersedianya
PCM dihitung dengan membagi selisih nilai tambah dengan pengeluaran tenaga
keuntungan yang diraih industri pakan ternak Indonesia merupakan nilai tertinggi
selama tahun yang diteliti yaitu sebesar 35,33%. Sedangkan nilai PCM terkecil
terjadi pada tahun 1983 yaitu hanya sebesar 10,02%. Kecilnya nilai PCM yang
merupakan perbandingan biaya input dengan nilai output, disebabkan oleh biaya
input yang terlampau besar terutama besarnya biaya untuk bahan baku lampiran 1.
Tabel 13. Nilai PCM Industri Pakan Ternak di Indonesia Tahun 1981-2005
Untuk Mengukur kinerja dalam suatu industri, dapat juga dilihat dari
efisiensi internal pada industri. X-Eff yang diproksi dari nilai tambah per biaya
Indonesia selama tahun 1981-2005 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
efisiensi industri pakan ternak sebesar 30,88 persen (lampiran 2). Nilai X-Eff yang
untuk meminimumkan jumlah biaya input yang digunakan untuk produksi masih
rendah, artinya perusahaan belum dikelola dengan baik. Hal ini terjadi karena
produksi riil pabrik pakan ternak sekitar 40-70 persen dari kapasitas terpakainya
(Saptana, 2000).
Biasa atau Ordinary Least Square(OLS). Data yang diperoleh diolah dengan
menggunakan Microsoft Office Excel 2003 dan hasil olahan tersebut selanjutnya
Industri Pakan Ternak di Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 14. Hasil Estimasi Model PCM Industri Pakan Ternak di Indonesia (1981-
2005)
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 13,331 4,803 2,775 ,012
XEff ,491 ,058 ,783 8,492 ,000 ,764 1,308
Growth ,062 ,034 ,160 1,851 ,080 ,870 1,149
CR4 -,542 ,172 -,763 -3,151 ,005 ,111 1,979
MES ,653 ,212 ,752 3,075 ,006 ,109 1,674
DUMMY 3,605 1,286 ,251 2,803 ,011 ,811 1,233
a. Dependent Variable: PCM
Gujarati (1995) menyatakan model ekonometrika yang baik harus
ekonometrika, model harus sesuai dengan asumsi klasik, artinya harus terbebas
F dan uji t.
apakah terdapat hubungan linear diantara beberapa atau semua variabel bebas dari
model regresi. Pada penelitian ini, uji multikolinearitas untuk mendeteksi ada atau
adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflaction Factor). Pada output regresi
bisa dilihat bahwa VIF < 5, artinya tidak ada multikolinieritas /korelasi sempurna
uji ini adalah sebesar (dw=1,975) dan nilai du= 1,77 dengan taraf nyata 0,10
dan H1= Ada autokorelasi. Jika taraf nyata yang digunakan du < DW < 2, maka
terima H0, sehingga disimpulkan bahwa persamaan model PCM pada penelitian
error sama) dapat dilihat dari nilai-p. Jika hipotesis H0=Homoskedastisitas, H1=
tidak terjadi Homoskedastisitas, dengan melihat nilai thit>ttabel (taraf nyata) maka
terima H0 artinya asumsi Homoskedastisitas terpenuhi pada taraf nyata yang
digunakan (α=10%).
Smirnov Test sebesar 0,712 dengan taraf nyata 0.10 (α=10%). Karena nilai
bahwa dengan selang kepercayaan sebesar 90% dapat dikatakan bahwa error term
terdistribusi normal.
struktur pasar dengan kinerja adalah nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 87,6
persen dengan nilai Fhitung sebesar 26,92. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
87,6 persen mempunyai arti bahwa 87,6 persen keragaman PCM diterangkan
dengan variabel yang ada. Keragaman PCM pada industri pakan ternak Indonesia
juga masih perlu diterangkan oleh variabel lainnya diluar variabel yang telah
dilakukan uji hipotesa bagi koefisien regresi secara serentak. Dalam hal ini uji
statistik yang dipakai adalah uji-F. Nilai Fhitung sebesar 26,92 yang lebih besar dari
Ftabel sebesar 2,74 dengan nilai probabilitas adalah 0,000, nilai tersebut lebih kecil
dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0,10 (10%). Artinya ada paling sedikit satu
digunakan yaitu uji t. Jika nilai thitung lebih besar dari ttabel maka variabel
yang dianggap mempengaruhi PCM pada industri pakan ternak digunakan selang
pada nilai Sig. Masing-masing variabel dianggap mempunyai peluang yang sangat
besar untuk mempengaruhi variabel dependen Y (PCM) apabila nilai Sig variabel
bebas tersebut lebih kecil dari nilai alpha (α) atau tingkat kesalahan yang
diizinkan. Semakin kecil nilai Sig dari 0,10 semakin kecil peluang variabel
konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), Hambatan masuk pasar (MES) dan
sebagai Dummy yaitu krisis ekonomi 1997. Hasil estimasi menunjukkan bahwa
variabel X-Eff, Growth, MES dan Dummy berpengaruh positif, sedangkan CR4
yaitu CR4 yang artinya setiap peningkatan satu satuan variabel tersebut,
untuk variabel MES yang berarti bahwa adanya peningkatan MES sebesar 1
pakan ternak sebesar 0,653 persen dimana variabel lain dianggap cateris paribus
(variabel lain dianggap konstan). Variabel MES berpengaruh nyata secara statistik
ternak Indonesia.
untuk variabel CR4 yang berarti bahwa adanya peningkatan CR4 sebesar 1 persen
maka akan menurunkan tingkat keuntungan yang dihasilkan industri pakan ternak
sebesar 0,542 persen dimana variabel lain dianggap cateris paribus (variabel lain
meningkat akan tetapi berdasarkan hasil penelitian ini berbeda dengan hipotesis
semula.
dengan nilai koefisien sebesar 0,491. Hal ini mempunyai arti bahwa jika efisiensi
sebesar 0,491 persen dimana variabel lainnya dianggap cateris paribus. Hal ini
bahwa efisiensi (Xeff) sesuai dengan hipotesis awal bahwa efisiensi akan
yang dihasilkan akan meningkat sebesar 0,062 persen, dimana variabel lainnya
dianggap cateris paribus. GROWTH memberikan pengaruh nyata secara statistik
sebesar 90 persen (α = 0,10). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa
di Indonesia.
Krisis yang terjadi pada tahun 1997 dianggap variabel dummy atau boneka
pada penelitian ini. Variabel dummy untuk krisis terbagi menjadi dua:
Hasil dugaan regresi diperoleh koefisien regresi untuk dummy ini sebesar
keuntungan sebesar 3,605 persen dimana variabel lain dianggap cateris paribus.
1. Strategi Produk
Pada suatu industri, para produsen perlu memiliki strategi tertentu dalam
penetapan harga. Hal ini perlu dilakukan untuk menghadapi persaingan dengan
produk-produk sejenis. Bahan baku pakan terutama masih tergantung pada impor
karena produksi jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak di dalam negeri
mengikuti perkembangan harga bahan baku dunia. Hal itu diakibatkan dari
berkurangnya pasokan harga bahan baku pakan seperti jagung, kedelai, tepung
ikan, tepung meningkatnya biaya produksi ternak termasuk unggas. Bahkan
USDA mencatat harga pangan dunia naik 2,5 persen sampai 3,5 persen tiap
tahunnya.
perusahaan yang besar. Tiap produsen memiliki sejumlah merek dengan harga
yang beragam. Strategi harga yang ditetapkan berdasarkan harga bahan baku serta
biaya input lain bagi pakan. Selain itu, ada pula strategi produk pakan yang sesuai
besar seperti Charoen Phokpand, Sierad Produce dan Japfa Comfeed masih
usahanya.
2. Strategi Promosi
setahun sekali.
3. Strategi Distribusi
Jawa Timur. Japfa Comfeed yang kegiatan utamanya berlokasi di Jawa Timur
serta wilayah lainnya. Produsen di Sumatera Utara dan Lampung seperti Charoen
Cargill Indonesia menguasai pasar pakan di kawasan tersebut dan kawasan timur
Indonesia. Sistem pemasaran pabrik pakan dinilai tidak efisien, dimana pabik
pakan dan pelaku tata niaga (agent/distributor dan poultry shop) mengambil porsi
keuntungan relatif besar (Saptana dan Rivai, 1996). Hal ini diduga terjadi karena
pabrik pakan membentuk kartel dan system pemasaran produk pakan ternak
dijalankan dengan sistem komisi, di mana pelaku tata niaga pakan memperoleh
komisi sebesar 15-20 persen dari harga jual pakan. Disamping itu poultry shop
masih memperoleh keuntungan dari penjualan pakan kepada peternak. Hal ini
terutama disebabkan oleh naiknya harga sarana produksi terutama pakan sebagai
4. Strategi Bisnis
a. Integrasi Bisnis
Tidak semua produsen pakan ternak telah terintegrasi hanya produsen skala besar
dapat menjamin penyediaan bahan baku dan saluran distribusi yang dipercaya
untuk mempertahankan daya saing. Dampak integrasi dirasakan lebih luas dalam
hal pelaksanaan pasar, selain itu dapat meningkatkan efisiensi pasar yang lebih
b. Kemitraan
Sebagian produsen pakan ternak mendirikan kerja sama dengan peternak lokal
menyediakan modal bagi para peternak. Sebagai contoh, Japfa Comfeed telah
melakukan kerja sama dengan petani jagung guna menjamin suplai bahan baku
6.1 KESIMPULAN
ternak di Indonesia.
perusahaan besar telah memuat iklan dalam majalah dan media lain
terutama besarnya biaya untuk bahan baku. Selain itu, untuk mengukur
baik.
6.2 SARAN
luar termasuk komoditas pakan ternak. Selain itu perlu juga memperdalam
5. Pengembangan industri pakan serta sarana budi daya dan pengolahan hasil
Alim, M. 1996. Keragaan Industri Pakan Ayam Ras di Wilayah Bogor, dan
Bekasi: Suatu Analisis Efisiensi dan Skala Ekonomi. Tesis Magister
Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alistair, A. 2004. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja pada Industri Tepung Terigu
di Indonesia Pasca Penghapusan Monopoli Bulog. [Skripsi]. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Andiani, I. 2006. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Susu di Indonesia.
[Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Badan Pusat Statistika. 2002. Statistika Industri Besar dan Sedang Volume I.
Jakarta.
__________________. 2006. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta
Delima, D. K. 2005. Analisis Structure-Conduct-Performance Industri Ban di
Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Dirjen Peternakan. 2004. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan.
Departemen Pertanian, Jakarta.
_______________. 2006. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Bina Produksi
Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta.
Dumairy. 2000. Perekonomian Indonesia. Erlangga, Jakarta.
Fitriani, A. 2006. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak
Ayam di Provinsi Lampung dan Jawa Barat. Tesis Magister Sains.
Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
GPMT. 2008. Inventarisasi Pabrik Pakan. Gabungan Perusahaan Makanan
Ternak, Jakarta.
Greer, J. 1975. Conduct of Industrial Companies. Prentice Hall. London
Gujarati, D. 1995. Ekonometrika Dasar. Sumarno, S dan Zain, P (Penerjemah).
Erlangga, Jakarta.
Hasibuan, N. 1993. Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli, dan Regulasi.
LP3ES, Jakarta.
Jaya, K. W. 2001. Ekonomi Industri. BPFE, Yogyakarta.
Kariyasa, I. K. 2003. Keterkaitan Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia. Tesis Magister Sains. Program Pascasrjana. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Lipsey, et al. 1997. Pengantar Makroekonomi. Jilid 2. Jaka Wasana dan
Kirbrandoko [Penerjemah]. Binarupa-Aksara, Jakarta.
Nicholson, W. 2000. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Edisi
Kedelapan. Terjemahan. Erlangga, Jakarta.
Oktaviani, et al. 2008. Dampak Merebaknya Flu Burung terhadap Ekonomi
Indonesia: Suatu Pendekatan Model Ekonomi Keseimbangan Umum.
Working Paper. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Poultry Indonesia. 2005. Laporan Perkembangan Perusahaan, Pembangunan
Perusahaan yang ke Tujuh. Majalah Poultry Indonesia, Jakarta.
Purba, H. J. 1999. Keterkaitan Pasar Jagung dan Pakan Ternak yam Ras di
Indonesia: Suatu Analisis Simulasi. Tesis Magister Sains. Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rusastra, I. W, et al. 1990. Analisis Keunggulan Komparatif, Produksi Pakan
Ternak di Jawa Barat dan Lampung. Pusat Penelitian Sosisl Ekonomi
Peternakan, Bogor.
Safitri, S. 2006. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Besi Baja di
Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Saptana, et al. 2002. Industri Perunggasan: Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Peternakan, Bogor.
Saptana, Rusastra, I. W. 2000. Dampak Krisis Moneter dan Kebijaksanaan
Pemerintah Terhadap Daya Saing Agribisnis Ayam Ras Pedaging di
Jawa Barat. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Sayaka, B. 2003. Market Structure, Conduct, Performance of The Corn Seed
Industry in East Java, Indonesia. Ph.D Disertation. University of the
Fhilippines, Los Banos.
Sembiring, I. R. 2006. Pengaruh Aset Bank Terhadap Efektifitas Kebijakan
Moneter. Relevansi terhadap Konsolidasi Arsitektur Perbankan di
Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Sheperd, W. G. 1990. The Economics of Industrial Organization. Third Edition.
Prentice Hall, New Jersey.
Simatupang, et al. 2002. Arah dan Kebijakan Pengembangan Agribisnis
Indonesia. Laporan Hasil Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan. Bogor
Tambunan, T. H. 2001. Industrialisasi di Negara Berkembang: Kasus Indonesia.
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Winsih. 2007. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur
Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Yusdja, Y dan Saptana. 1995. Disintegrasi Pola Kemitraan dan Inefisiensi dalam
Industri Ayam Ras. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Kemitraan Menuju Industrialisasi Usaha Ternak Rakyat,
diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) dan
Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.
Yusdja, Y dan E. Pasandaran. 1996. Analisis Harga Pokok dan Bentuk Pasar
Pakan dan Kaitannya dengan Pengembangan Agribisnis Ayam Ras
Rakyat. Jurnal Agro Ekonomi 15 (1): 13-25.
Yusdja, Y, et al. 2000. Perumusan Kebijaksanaan dan Model Restrukturisasi
Industri Ternak Unggas Nasional. Laporan Hasil Penelitian. Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biaya bahan baku industri pakan ternak dari tahun 1981-2005
Barang yg Share BB Thd
Tahun Bahan Baku Dihasilkan Biaya Input Nilai Output B.Input
1981 78825960 105143425 86353902 105176214 91,28245299
1982 87324030 114423545 95524679 114474446 91,41515147
1983 125127894 160574114 139565689 160613431 89,65519742
1984 155143002 207536921 169868004 210165597 91,33150349
1985 211783576 297311736 240693528 301607906 87,98889516
1986 284290533 416494352 311137285 429182595 91,37141278
1987 459383109 613593538 493257448 615827496 93,13252357
1988 612744425 787182421 664147689 789900402 92,26026607
1989 695220291 999179569 753741206 1006450346 92,23594059
1990 571567752 857412981 625495433 872385813 91,37840532
1991 858105580 121776928 934758256 1235850426 91,79973266
1992 1036973094 1470794552 1147784721 1589210006 90,34560881
1993 1056334589 1458824146 1189900341 1643732601 88,77504717
1994 1555393194 2103818490 1740444400 2321520023 89,36758876
1995 1816027138 2437141783 1980213392 2563154221 91,70865854
1996 2320091373 3276430838 2903673619 3424310548 79,90193381
1997 2983354000 3807518000 3244816000 4418935000 91,94216251
1998 3112867050 4052090281 3296623651 4596590341 94,4259151
1999 3444774390 5085528787 3674639559 5569931355 93,74455194
2000 4827229465 7879481500 5358347035 8496998534 90,08803337
2001 5643186747 7895898404 6129441877 8179628803 92,06689386
2002 6153091785 9054570143 6724908924 9410677522 91,49702776
2003 7901743998 10184730288 8393775372 10570249191 94,13813985
2004 9232356513 11259896732 9700591362 11626753191 95,17313088
2005 12159716009 15114562460 12954022438 15191726115 93,86826422
Lampiran 2. Nilai efisiensi industri pakan ternak Indonesia tahun 1981-2005
TAHUN XEff
1981 21,8
1982 19,84
1983 15,08
1984 23,72
1985 25,31
1986 37,94
1987 24,85
1988 18,93
1989 33,53
1990 39,47
1991 32,21
1992 38,46
1993 38,14
1994 33,39
1995 29,44
1996 17,93
1997 36,18
1998 39,43
1999 51,58
2000 58,57
2001 33,45
2002 39,94
2003 25,93
2004 19,86
2005 17,27
rata-rata 30,89
Model Summaryb
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 983,973 5 196,795 26,969 ,000a
Residual 138,645 19 7,297
Total 1122,618 24
a. Predictors: (Constant), DUMMY, CR4, Growth, XEff, MES
b. Dependent Variable: PCM
Lampiran 5. Regression
Descriptive Statistics
Correlations
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 DUMMY,
CR4,
. Enter
Growth, a
XEff, MES
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: PCM
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 13,331 4,803 2,775 ,012
XEff ,491 ,058 ,783 8,492 ,000 ,764 1,308
Growth ,062 ,034 ,160 1,851 ,080 ,870 1,149
CR4 -,542 ,172 -,763 -3,151 ,005 ,111 1,979
MES ,653 ,212 ,752 3,075 ,006 ,109 1,674
DUMMY 3,605 1,286 ,251 2,803 ,011 ,811 1,233
a. Dependent Variable: PCM
Collinearity Diagnosticsa