Anda di halaman 1dari 19

PENENTUAN LAJU KOROSI PADA BESI (COUPON) DENGAN

METODE KEHILANGAN BERAT (WEIGHT LOSS)

LAPORAN

Disusun Oleh:

ALYA RAFIDA
140210160123

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN KIMIA
JATINANGOR
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Tak lupa penulis pun
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini.
Laporan berjudul “Penentuan Laju Korosi pada Besi (Coupon) dengan
Metode Kehilangan Berat (Weight Loss)” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Korosi yang diselenggarakan oleh Program Studi S1 Kimia Universitas
Padjajaran. Selain itu juga laporan ini merupakan media bagi penulis untuk
menyalurkan gagasan.
Penulis menyadari sebagai insan Tuhan tentunya tak lepas dari kekurangan. Oleh
karena itu penulis akan selalu terbuka menerima kritik dan saran agar dapat lebih baik
di masa yang akan datang.

Sumedang, Mei 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan …………………………............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3
BAB III METODE PENELITIAN……………………………..........................................8
3.1 Bahan…………....................................................................................................... 8
3.2 Alat ……………………………………..................................................................8
3.3 Prosedur ………………………………..................................................................8
BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN ...................................................... 10
4.1 Data Hasil Pengukuran.......................................................................................... 10
4.2 Perhitungan Laju Korosi metode Weight Loss...................................................... 10
4.3 Analisa Data…………………………………...................................................... 11
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN …………......................................................... 13
4.1 Kesimpulan…………........................................................................................... 13
4.2 Saran…………………………………………...................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 14
LAMPIRAN..................................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada kehidupan sehari-hari banyak kita lihat peristiwa korosi yang terjadi di
sekitar kita, diantaranya karat pada besi, noda pada perak, dan “platina” hijau
terbentuk pada tembaga dan kuningan. Korosi ini dapat menyebabkan kerusakan pada
bangunan, jembatan, kapal, mobil, dan lainnya yang terbuat dari logam. Kerusakan-
kerusakan ini dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi Negara sehingga
pengendalian korosi sangat penting untuk segi ekonomi.
Korosi merupakan proses yang alami yang tidak akan pernah berhenti atau
akan terus terjadi selama logam mengalami kontak dengan lingkungan. Banyak hal
yang dapat menyebabkan terjadinya korosi, diantaranya air, oksigen, pH dan suhu.
Untuk mencegah terjadinya korosi, dapat dilakukan berbagai cara seperti pelapisan
logam, perlindungan katodik, dan penambahan inhibitor korosi. Besi adalah salah
satu jenis logam yang penggunaannya yang sangat luas dalam keidupan sehari-hari.
Namun, besi memiliki sifat yang sangat mudah mengalami korosi yang dapat
mengurangi nilai jual, fungsi dan kekuatannya.
Besi memiliki laju korosi yang berbeda tergantung pada lingkungannya. Maka
dari itu, kali ini dilakukan pengujian laju korosi sepotong besi dengan membiarkan
besi tersebut pada ruang terbuka dalam jangka waktu 1 bulan. Perhitungan laju korosi
dilakukan dengan metode kehilangan berat (Weight Loss).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pengujian laju korosi?
2. Bagaimana cara menghitung laju korosi dengan metode kehilangan berat?
3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korosi dan cara
menghambat laju korosi?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui proses pengujian laju korosi
2. Mengetahui perhitungan laju korosi dengan metode kehilangan berat
3. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korosi dan cara
penghambatannya

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Korosi merupakan penurunan mutu logam oleh reaksi elektrokimia dengan
lingkungannya. Korosi yang terjadi pada logam tidak dapat dihindari, tetapi hanya
dapat dicegah dan dikendalikan sehingga struktur atau komponen mempunyai masa
pakai/guna yang lebih lama (Fajar Sidiq, M., 2013)
Pada umumnya korosi pada logam merupakan reaksi elektrokimia. Reaksi
elektrokimia adalah suatu reaksi yang melibatkan perpindahan. Reaksi ini meliputi
reaksi oksidasi dan reaksi reduksi.
Contoh reaksi oksidasi dan reaksi reduksi sebagai berikut:
Zn  Zn2+ + 2e- (reaksi oksidasi)
2H+ + 2e-  H2 (reaksi reduksi)
Korosi yang terjadi pada suatu reaksi oksidasi disebut reaksi anodik (terjadi
penambahan muatan positif), sedangkan korosi yang terjadi pada suatu reaksi reduksi
disebut reaksi katodik (terjadi pengurangan muatan positif). Jadi proses korosi
memerlukan sepasang reaksi elektrokimia anodik-katodik (Yusuf, S., 2008)
Umumnya masalah korosi disebabkan oleh air, tetapi ada beberapa faktor selain air
yang mempengaruhi korosi, diantaranya (Fajar Sidiq, M., 2013):
a. Faktor Gas Terlarut
Oksigen (O2), adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi pada
metal seperti laju korosi pada mild stell alloys akan bertambah dengan
meningkatnya kandungan oksigen.
Karbondioksida (CO2), jika karbon dioksida dilarutkan dalam air maka akan
terbentuk asam karbonat (H2CO3) yang dapat menurunkan pH air dan
meningkatkan korosifitas.
b. Faktor Temperatur
Penambahan temperatur umumnya menambah laju korosi walaupun
kenyataannya kelarutan oksigen berkurang dengan meningkatnya temperatur.

3
c. Faktor pH
pH netral adalah 7, sedangkan pH<7 bersifat asam dan korosif, sedangkan
untuk pH>7 bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi rendah
pada pH antara 7 sampai 13. Laju korosi akan meningkat pada pH<7 dan pada
pH>13.
d. Faktor Bakteri Pereduksi atau Sulfat Reducing Bacteria (SRB)
Adanya bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi ion sulfat menjadi gas H2S,
yang mana jika gas tersebut kontak dengan besi akan menyebabkan terjadinya
korosi.
e. Faktor PadatanTerlarut
Klorida (Cl), klorida menyerang lapisan mild steel dan lapisan stainless steel.
Karbonat (CO3), kalsium karbonat sering digunakan sebagai pengontrol
korosi dimana film karbonat diendapkan sebagai lapisan pelindung
permukaan metal, tetapi dalam produksi minya hal ini cenderung
menimbulkan masalah scale. Sulfat (SO4), ion sulfat ini biasanya terdapat
dalam minyak. Dalam air, ion sulfat juga ditemukan dalam konsentrasi yang
cukup tinggi dan bersifat kontaminan, dan oleh bakteri SRB sulfat diubah
menjadi sulfide yang korosif.
Korosi yang terjadi pada logam tidak dapat dihindarim tetapi hanya dapat dicegah
dan dihambat. Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip berikut (Fajar Sidiq,
M., 2013):
a. Mencegah kontak dengan oksigen atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka
peristiwa korosi tidak dapat terjadi.
b. Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)
Besi yang dilapisi atau dihubungkan dengan logam lain yang lebih aktif akan
membentuk sel elektrokimi dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungski
hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain yang berperan
sebagai anoda, dan mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal besi, sebagai katoda,

4
terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda, dikorbankan), besi akan aman
terlindungi selama logam pelindungnya masih ada/ belum habis.
Dalam penghambatan laju korosi dapat menggunakan beberapa cara seperti:
a. Pengubahan Media
Korosi merupakan interaksi antara logam dengan media sekitarnya, maka
pengubahan media sekitarnya akan dapat mengubah laju korosi.
b. Seleksi Material
Metode umum yang sering digunakan dalam pencegahan korosi yaitu
pemilihan logam atau paduan dalam suatu lingkungan korosif tertentu untuk
mengurangi resiko terjadinya korosi.
c. Proteksi Katodik (Cathodic Protection)
Proteksi katodik adalah jenis perlindungan korosi dengan menhubungkan
logam yang mempunyai potensial lebih tiggni ke struktur logam sehingga tercipta
suatu sel elektrokimia dengan logam berpotensial rendah bersifat katodik dan
terproteksi.
d. Proteksi Anodik (Anodic Protection)
Adanya arus anodic akan meningkatkan laju ketidak-larutan logam dan
menurunkan laju pembentukan hidrogen.
e. Inhibitor Korosi
Secara umum suatu inhibitor adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat
atau memperlambat suatu reaksi kimia. Sedangkan inhibitor korosi adalah suatu
zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan, dapat menurunkan
laju penyerangan korosi lingkungan itu terhadapt suatu logam.
f. Pengubahan Media/Lingkungan Kerja (Environment Change)
Korosi merupaka interaksi antara logam dengan media sekitarnya, maka
pengubahan media sekitarny akan dapat mengubah laju korosi
g. Pelapisan (Coatings)
Prinsip umum dari pelapisan yaitu melapiskan logam induk dengan suatu
bahan atau material pelindung.

5
Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas
bahan terhadap waktu. Menghitung laju korosi pada umumnya menggunakan 2
cara yaitu: metode kehilangan berat dan metode elektrokimia. Metode kehilangan
berat adalah perhitungan laju korosi dengan mengukur kekurangan berat akibat
korosi yang terjadi. Metode ini menggunakan jangka waktu penelitian hingga
mendapatkan jumlah kehilangan akibat korosi yang terjadi. Untuk mendapatkan
jumlah kehilangan berat akibat korosi digunakan rumus sebagai berikut:
𝑊𝑥𝐾
𝐶𝑅 (𝑚𝑝𝑦) =
𝐷𝐴𝑠𝑇
Dimana,
CR = Corrosion rate (mpy)
W = Weight Loss (gram)
K = Konstanta Faktor
D = Densitas spesimen (g/cm3)
As = Surface Area (cm2)
T = Eksposur time (jam)
Metode ini adalah mengukur kembali berat awal dari benda uji (objek yang
ingin diketahui laju korosi yang terjadi padanya), kekurangan berat dari pada berat
awal merupakan nilai kehilangan berat. Kekurangan berat dikembalikan kedalam
rumus untuk mendapatkan laju kehilangan beratnya.
Metode ini bila dijalankan dengan waktu yang lama dan suistinable dapat
dijadikan acuan terhadap kondisi tempat objek diletakkan (dapat diketahui
seberapa korosif daerah tersebut) juga dapat dijadikan referensi untuk treatment
yang harus diterapkan pada daerah dan kondisi tempat objek tersebut.
Diagram Poubaix digunakan untuk memprediksi kemungkinan logam
dalam kondisi imune, pasif dan korosi. Data yang dibutuhkan dalam menganalisa
diagram ini adalah potensial dan pH larutan. Diagram pada kondisi 25○C terlihat
pada Gambar 1 (Wibowo, S.A., 2009).

6
Gambar 1. Diagram Pourbaix besi dalam air pada 25oC

7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian laju korosi adalah
sebagai berikut:
a. Air
b. Amplas halus dan kasar
c. Sepotong besi berukuran 4cmx5cm
d. Tali
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian laju korosi adalah sebagai
berikut:
a. Desikator
b. Neraca Analitik
3.3 Prosedur
Coupon/besi
-haluskan dengan amplas kasar
-cuci dengan air
-haluskan dengan amplas halus
-cuci dengan air
-desikator hingga kering selama 10-20 menit
-timbang dalam neraca analitik
-gantung pada tempat yang telah ditentukan menggunakan tali
-diamkan selama 1 bulan dan analisis setiap minggunya
Besi
Besiterkorosi
terkorosi
-haluskan dengan amplas kasar
-cuci dengan air
-haluskan dengan amplas halus
-cuci dengan air

8
-desikator hingga kering selama 10-20 menit
-timbang dalam neraca analitik
-hitung laju korosi dengan metode kehilangan berat
Laju Korosi
Laju korosi

9
BAB IV
ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN
4.1 Data Hasil Pengukuran
 Data hasil pengukuran luas balok
Tabel 1. Data luas balok
Lebar Panjang Tinggi
(cm) (cm) (cm)
4 5 0,5
Berdasarkan data diatas, dapat dihitung luas besi sebagai berikut:
As = 2(pl+pt+lt)
= 2(20+2,5+2)
= 49 cm2
 Data hasil pengukuran berat
Tabel 2. Data kehilangan berat
Massa Awal Massa Akhir Kehilangan Massa
(g) (g) (g)
80,4073 80,2389 0,1684
Besi memiliki massa awal sebesar 80,4073 g. Selama 1 bulan
didiamkan dalam ruang terbuka, massa besi menjadi 80,2389 g.
Mengalami kehilangan massa sebesar 0,1684 g.
4.2 Perhitungan Laju Korosi Metode Weight Loss
Pada perhitungan laju korosi dari suatu pengujian yang telah dilakukan dapat
diketahui besar laju korosi yang terjadi. Nilai K yang digunakan tergantung dari unit
satuan yang dipakai. Setiap unit satuan mempunyai nilai K yang berbeda-beda. Pada
penelitian ini digunakan unit satuan mpy (mils/year) dengan K= 3,45x106. Besi
memiliki massa jenis sebesar D= 7,87 g/cm3. Penelitian ini dilakukan selama 35 hari

10
atau 840 jam dari tanggal 14 maret 2019 – 18 april 2019. Rumus yang digunakan
sebagai berikut:
𝑊𝑥𝐾
𝐶𝑅 (𝑚𝑝𝑦) =
𝐷𝐴𝑠𝑇
Perhitungan laju korosi
Diketahui:
W = 0,1684 g
K= 8,76 x 104
D= 7,87 g/cm3
As= 20 cm2
T = 840 jam
𝑊𝑥𝐾
𝐶𝑅 (𝑚𝑝𝑦) =
𝐷𝐴𝑠𝑇
0,1684 𝑔 𝑥 8,76 𝑥 104
𝐶𝑅 (𝑚𝑝𝑦) = 𝑔
7,87 𝑥 49 𝑐𝑚2 𝑥 840 𝑗𝑎𝑚
𝑐𝑚3
𝐶𝑅 (𝑚𝑝𝑦) = 0,04554 𝑚𝑝𝑦 = 4,554 𝑚𝑚𝑝𝑦
Jadi, laju korosi besi sebesar 4,554 mmpy.
4.3 Analisa Data
Berdasarkan hasil perhitungan dari data data yang diperoleh didapatkan laju
korosi sebesar 4,554 mmpy. Menurut ISO 9223:1992 korosi ini diklasifikasikan
kedalam kategori C2 (low) dengan rentang laju korosi 1,3-25.
Besi ditempatkan pada 6o58’38.79”S/107o34”30.80”E dengan ketinggian
2176 meter. Tempat tersebut memiliki suhu rata-rata 27oC dan kelembapan 65%.

11
Gambar 2. Penempatan besi

12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya pengujian laju korosi, dapat disimpulkan bahwa:
a. Langkah kerja dan prosedur dalam melakukan pengujian laju korosi telah diketahui
secara baik dan benar. Laju korosi yang didapatkan dari pengujian ini yaitu sebesar
4,554 mmpy yang termasuk kategori C2 (low) menurut ISO 9223:1992.
b. Pada umumnya korosi disebabkan oleh air. Tetapi banyak hal lain yang
menyebabkan terjadinya korosi. Hal itu diantaranya faktor gas terlarut, faktor
temperatur, faktor pH, dan faktor padatan terlarut
c. Untuk menghambat laju korosi yang terjadi pada suatu benda logam, dapat
menggunakan beberapa cara. Seperti menggunakan cara pengubahan media, seleksi
material, proteksi katodik, proteksi anodik, inhibitor korosi, pengubahan media dan
pelapisan.

5.2 Saran
Diharapkan pada penelitian selanjutnya waktu yang digunakan lebih lama
lagi, selain itu pengujian dilakukan di lingkungan yang memicu korosi seperti di
pinggir pantai.

13
DAFTAR PUSTAKA
Fajar Sidiq, M. 2013. Analisa Korosi dan Pengendaliannya. Journal Foundry. Vol. 3
No. 1. ISSN, 2087-2259
Wibowo, S.A. 2009. Studi pengaruh asam asetat terhadap pembentukan lapisan pasif
FeCO3 dan laju korosi pada mild steel. UI. Depok.
Yusuf, S. 2008. Laju Korosi Pipa Baja Karbon A106 sebagai Fungsi Temperatur dan
Konsentrasi NaCl pada Fluida yang Tersaturasi Gas CO2. UGM. Yogyakarta.

14
LAMPIRAN

Gambar 3. Hari ke-1 Gambar 4. Minggu ke-1

Gambar 5. Minggu ke-2 Gambar 6. Minggu ke-3

15
Gambar 7. Minggu ke-4 Gambar 8. Minggu ke-5

Gambar 9. Besi setelah di amplas

16

Anda mungkin juga menyukai