Anda di halaman 1dari 4

SOAL VISUM ET REPERTUM

Bagian Pendahuluan
1. Di dalam pendahuluan Visum et Repertum tidak boleh menyebutkan dugaan penyebab
kematian korban. (B/S)
2. Pada Visum et Repertum, pro justicia merupakan bagian dari pendahuluan. (B/S)
3. Waktu dan tempat pemeriksaan tidak harus dicantumkan dalam pendahuluan Visum et
Repertum. (B/S)
4. Pendahuluan merupakan bab pertama dalam Visum et Repertum. (B/S)
5. Pada Visum et Repertum, identitas korban disebutkan dalam bagian pendahuluan. (B/S)

Bagian Pemberitaan / Hasil Pemeriksaan


1. Tanpa pemeriksaan laboratorium, diagnosis kematian akibat racun sukar ditegakkan. (B/S)
2. Hasil pemeriksaan pada Visum et Repertum bersifat objektif medis dan tidak bisa diganggu
gugat. (B/S)
3. Pada bagian hasil pemeriksaan, pemeriksaan penunjang tidak perlu dilaporkan. (B/S)
4. Hasil pemeriksaan bersifat subjektif medis dan dapat dipertanyakan kembali kebenarannya.
(B/S)
5. Pada korban mati, di bagian pemeriksaan tidak perlu diuraikan alat yang diduga berkaitan
dengan kematian korban. (B/S)
6. Hasil pemeriksaan yang tidak berkaitan dengan perkara tetap dicantumkan. (B/S)

Bagian Kesimpulan
1. Kesimpulan merupakan subjektif medis. (B/S)
2. Kesimpulan pada Visum et Repertum boleh tidak dipercaya atau boleh dipertanyakan
kembali. (B/S)
3. Kesimpulan pada Visum et Repertum boleh dikonsultasikan kepada ahli forensik lainnya.
(B/S)
4. Kesimpulan pada Visum et Repertum menggunakan Bahasa Indonesia baku dan tidak
boleh menggunakan bahasa medis. (B/S)

Bagian Pro justicia dan Penutup


1. Pro justicia dapat digunakan untuk melegalkan barang bukti. (B/S)
2. Kata pro justicia yang diletakkan di bagian atas menjelaskan bahwa Visum et Repertum
khusus dibuat untuk tujuan peradilan. (B/S)
3. Bagian penutup Visum et Repertum berjudul “Penutup” dan berisi pendapat dokter. (B/S)
4. Visum et Repertum adalah barang bukti berlandaskan hukum dan legalitasnya dijamin
secara hukum. (B/S)
5. Penutup Visum et Repertum memuat inti sari dari bagian pemberitaan atau hasil
pemeriksaan. (B/S)
SOAL PEMERIKSAAN DNA

Pemeriksaan Whole DNA


1. Nuclear DNA terletak di inti sel. (B/S)
2. DNA yang berasal dari inti sel mengandung 23 pasang kromosom. (B/S)
3. Kromosom yang ada pada nuclear DNA dan mitochondrial DNA berjumlah sama. (B/S)
4. Gen pada nDNA merupakan kombinasi dari gen ayah dan gen ibu. (B/S)
5. DNA dapat diperoleh melalui sperma dan ludah. (B/S)

Pemeriksaan Mitochondrial DNA


1. Pemeriksaan DNA mitokondria tidak lebih akurat daripada DNA inti sel. (B/S)
2. DNA mitokondria dapat berubah karena berasal dari garis maternal dan dipengaruhi faktor
perkawinan. (B/S)
3. DNA mitokondria memiliki sistem perbaikan yang menyebabkan mtDNA tersebut
terhindar dari kesalahan replikasi yang menyebabkan mutasi. (B/S)
4. Mitochondrial DNA terletak di matriks mitokondria berdekatan dengan membran dalam
mitokondria. (B/S)
5. Laju mutasi mtDNA lebih tinggi, sekitar 10 – 17 kali dibandingkan nDNA. (B/S)
6. Analisis mtDNA digunakan untuk mencari garis keturunan secara paternal. (B/S)

Pemeriksaan Y-DNA
1. Y-DNA mengandung SRY (Sex Determining Region Y) yang berperan mengatur
terbentuknya hormon testosteron. (B/S)
2. Y-DNA mengandung 30 pasang kromosom manusia. (B/S)
3. Y-DNA hanya dapat digunakan untuk menentukan keayahan seorang anak. (B/S)
4. Y-DNA dapat memeriksa sampel tanpa adanya sperma, misalnya sampel darah dari korban
kasus pemerkosaan. (B/S)

Pemeriksaan Kode DNA


1. DNA terhadap 13 lokus Short Tandem Repeats (STR) atau Combined DNA Index System
13 (CODIS 13) dianjurkan oleh FBI dan digunakan di seluruh dunia dengan ketepatan
identifikasi atau determinasi mendekati 100%. (B/S)
2. Analisis CODIS 13 kurang tepat dalam menilai pelacakan hubungan genetik. (B/S)
3. Kode DNA merupakan urutan nukleotida dari asam amino yang terdapat pada inti sel. (B/S)
4. Kode DNA pada jasad dapat dijadikan data sekunder. (B/S)
5. Semakin banyak pemotongan rantai DNA oleh enzim dapat mempersulit identifikasi antar
DNA lain. (B/S)

Anda mungkin juga menyukai