Bagian Pendahuluan
1. Di dalam pendahuluan Visum et Repertum tidak boleh menyebutkan dugaan penyebab
kematian korban. (B/S)
2. Pada Visum et Repertum, pro justicia merupakan bagian dari pendahuluan. (B/S)
3. Waktu dan tempat pemeriksaan tidak harus dicantumkan dalam pendahuluan Visum et
Repertum. (B/S)
4. Pendahuluan merupakan bab pertama dalam Visum et Repertum. (B/S)
5. Pada Visum et Repertum, identitas korban disebutkan dalam bagian pendahuluan. (B/S)
Bagian Kesimpulan
1. Kesimpulan merupakan subjektif medis. (B/S)
2. Kesimpulan pada Visum et Repertum boleh tidak dipercaya atau boleh dipertanyakan
kembali. (B/S)
3. Kesimpulan pada Visum et Repertum boleh dikonsultasikan kepada ahli forensik lainnya.
(B/S)
4. Kesimpulan pada Visum et Repertum menggunakan Bahasa Indonesia baku dan tidak
boleh menggunakan bahasa medis. (B/S)
Pemeriksaan Y-DNA
1. Y-DNA mengandung SRY (Sex Determining Region Y) yang berperan mengatur
terbentuknya hormon testosteron. (B/S)
2. Y-DNA mengandung 30 pasang kromosom manusia. (B/S)
3. Y-DNA hanya dapat digunakan untuk menentukan keayahan seorang anak. (B/S)
4. Y-DNA dapat memeriksa sampel tanpa adanya sperma, misalnya sampel darah dari korban
kasus pemerkosaan. (B/S)