Anda di halaman 1dari 44

STUDI KELAYAKAN BISNIS

Dosen : Ramon Zamora,SE.,MM.

ANISA 16.02.0.111
ENDANG NOVITA. S 16.02.0.075
RANTIANIZAR SUSANTI 16.02.0.100
DINI RISKHI ARIANI 16.02.0.122
DINA RISKHA ARIANI 16.02.0.123

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KEPULAUAN RIAU

1
BATAM

2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyususnan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
“Pengukuran Prestasi Kerja Dengan Indikatornya”. Makalah ini juga untpuk menambah
wawasan tentang prestasi kinerja secara meluas.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu DosenDr. Sri Langgeng
Ratnasari,SE.,MM.selaku dosen mata kuliah Pengembangan dan Penilaian Prestasi Kerja
yang telah membimbing kami agar dapat menyempurnaan dan menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah
selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih dan
semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.

Penyusun

2
Kelompok 4

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 4

Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi ......................................................................................... 5

A. Pendahuluan ...................................................................................................................... 5

B. Penilaian ............................................................................................................................ 7

C. Jenis Penilaian ................................................................................................................. 11

D. Tujuan Penilaian .............................................................................................................. 20

E. Kriteria Penilaian ............................................................................................................. 25

F. Prinsip Dasar Penilaian .................................................................................................... 25

G. Penyusunan Instrumen .................................................................................................... 28

H. Penskroran ....................................................................................................................... 29

I. Pemanfaatan dan Pelaporan hasil Penilain Kelas ............................................................. 30

J. Pengembangan Alat Penilaian dalam Bentuk Tes dan Non-Tes ...................................... 31

K. Pengukuran ...................................................................................................................... 32

L. Evaluasi ............................................................................................................................ 35

M. Tahapan pelaksanaan evaluasi ........................................................................................ 35

N. Perbedaan Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran ............................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 41

4
Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi

A. Pendahuluan

Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran,
danpenilaian. (test, measurement, and assessment). Tes adalah salah satu cara untuk menaksir
besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang
terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 2008: 67). Tes merupakan salah satu
alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik
suatu objek. Objek ini bisa berupa kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi.
Respons peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam
bidang tertentu. Tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi.

Pengukuran (measurement) dapat didefinisikan sebagai the process by which


information about the attributes or characteristics of thing are determinied and
differentiated (Oriondo,1998: 2). Guilford mendefinisikan pengukuran dengan assigning
numbers to, or quantifying, things according to a set of rules (Griffin & Nix, 1991: 3).
Pengukuran dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau
karakteristiknya menurut aturan tertentu (Ebel & Frisbie. 1986: 14). Allen & Yen
mendefinisikan pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk
menyatakan keadaan individu (Djemari Mardapi, 2000: 1). Dengan demikian, esensi dari
pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan
individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran memiliki konsep yang lebih luas dari pada tes.
Kita dapat mengukur karakateristik suatu objek tanpa menggunakan tes, misalnya dengan
pengamatan, skala rating atau cara lain untuk memperoleh informasi dalam bentuk
kuantitatif.

Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. Popham


(1995: 3) mendefinisikan asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara
formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan pendidikan.
Boyer & Ewel mendefinisikan asesmen sebagai proses yang menyediakan informasi tentang
individu siswa, tentang kurikulum atau program, tentang institusi atau segala sesuatu yang
berkaitan dengan sistem institusi. “Processes that provide information about individual

5
students, about curricula or programs, about institutions, or about entire systems of
institutions” (Stark & Thomas,1994: 46).

Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa assessment atau


penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran. Evaluasi
memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran maupun tes. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan bahwa, “Evaluation is the process of delineating, obtaining, and
providing descriptive and judgmental information about the worth and merit of some object’s
goals, design, implementation, and impact in order to guide decision making, serve needs for
accountability, and promote understanding of the involved phenomena.” (Stufflebeam dan
Shinkfield. 1985: 159).

Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan


sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan
yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan,
membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut
rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on Evaluation)


dari UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12), menyatakan bahwa : Evaluation is the process of
ascertaining the decision of concern, selecting appropriate information, and collecting and
analyzing information in order to report summary data useful to decision makers in selecting
among alternatives. Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan,
analisis dan penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan
program, prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai, sehingga bermanfaat
bagi pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan untuk
program selanjutnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses


yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan,
mengintepretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat
keputusan dan atau menyusun kebijakan. Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh
informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa
proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil
evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan

6
apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk
kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait
dengan program.

B. Penilaian

Istilah penilaian sebagai terjemahan dari “Evaluation” jika dalam kepustakaan lain
digunakan istilah assesmen, appraisal, sebagai panduan akan digunakan sebuah definisi yang
berasall dari Benjamin S. Bloom dalam bukunya “Handbook or Formative and Summative
Evaluation of Student Learning dikatakan bahwa Evaluation, as we see it, is the systimatic
collection of evidence to determine whither infact certain changes are taking place in the
learns as well as to determine the a mount or degree of change in individual students.”

Dari definisi di atas yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam melakukan penilaian
harus yakin bahwa pendidikan dapat membawa perubahan pada diri anak didik karena ada
dua hal yang harus dilakukan yaitu : mengumpulkan bukti-bukti yang cukup untuk kemudian
dijadikan dasar penetapan ada tidaknya perubahan, dan derajat perubahan yang terjadi. Bukti-
bukti yang dikumpulkan dapat bersifat kuantitatif, membagi hasil pengukuran berbentuk
angka misalnya dari testing, pemberian tugas penampilan (performance), kertas kerja,
laporan tugas lapangan dan lain-lain.

Bukti dapat pula bersifat kualitatif, tidak berbentuk bilangan, melainkan hanya
menunjukkan kualifikasi hasil belajar seperti baik sekali, sedang, rajin, cermat dan lain-lain.
Bukti-bukti kuantitatif maupun kualitatif yang dikumpulkan, seharusnya memenuhi
persyaratan tertentu agar dijadikan dasar pengambilan keputusan adanya perubahan perilaku
dan derajat perubahannya secara adil dan objektif. Pengambilan keputusan selalu dipengaruhi
oleh value judgment, karena itu peran bukti-bukti penilaian tersebut tidak bisa diabaikan,
demi kepentingan semua siswa.

Penilaian adalah hasil pengukuran dan penentuan pencapaian hasil belajar, sementara
evaluasi adalah penentuan nilai suatu program dan penentuan pencapaian tujuan suatu
program.

1. Adapun tujuan penilaian meliputi:


(1) Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu.
(2) Menentukan kebutuhan pembelajaran.
(3) Membantu dan mendorong siswa.

7
(4) Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik.
(5) Menentukan strategi pembelajaran.
(6) Akuntabilitas lembaga, dan
(7) Meningkatakan kualitas pendidikan.

Depdiknas (2004:23) mengemukakan penilaian adalah suatu proses sistematis yang


mengandung pengumpulan informasi, menganalisis dan menginterpretasi informasi tersebut
untuk membuat keputusan keputusan. Menegaskan pendapat di atas, Hamalik (2003:210)
mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan
penafsiran informasi untuk menilai (assess) keputusan-keputusan yang dibuat dalam
merancang suatu sistem pengajaran. Sedangkan Arikunto (1997:3) mengemukakan bahwa
penilaian dalam pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan
atau sekolah.

Guru ataupun pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud melihat


apakah usaha yang dilakukan melalui pengajaran sudah mencapai tujuan. Sementara itu,
menurut Angelo (1991): “Classroom Assessment is a simple method faculty can use to collect
feedback, early and often, on how well their students are learning what they are being
taugh”t (artinya: asesmen kelas adalah suatu metode yang sederhana dapat digunakan untuk
mengumpulkan umpan balik, baik di awal maupun setelah pembelajaran tentang seberapa
baik siswa mempelajari apa yang telah diajarkan kepada mereka.)

Kizlik, Bob (2009): “Assessment is a process by which information is obtained


relative to some known objective or goal. Assessment is a broad term that includes testing. A
test is a special form of assessment. Tests are assessments made under contrived
circumstances especially so that they may be administered. In other words, all tests are
assessments, but not all assessments are tests” (artinya : asesmen adalah suatu proses di
mana informasi diperoleh berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Asesmen adalah istilah
yang luas yang mencakup tes (pengujian). Tes adalah bentuk khusus dari asesmen. Tes
adalah salah satu bentuk asesmen. Dengan kata lain, semua tes merupakan asesmen, namun
tidak semua asesmen berupa tes).

Overton, Terry (2008): “Assesment is a process of gathering information to monitor


progress and make educational decisions if necessary. As noted in my definition of test, an
assesment may include a test, but also include methods such as observations, interview,
behavior monitoring, etc” (artinya: sesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi untuk

8
memonitor kemajuan dan bila diperlukan pengambilan keputusan dalam bidang
pendidikan.Sebagaimana disebutkan dalam definisi saya tentang tes, suatu asesmen bisa saja
terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara,
monitoring tingkah laku, dan sebagainya).

Palomba and Banta(1999), “Assessment is the systematic collection , review , and use
of information about educational programs undertaken for the purpose of improving student
learning and development” (Artinya: asesmen adalah pengumpulan, reviu, dan penggunaan
informasi secara sistematik tentang program pendidikan dengan tujuan meningkatkan belajar
dan perkembangan siswa). Sebagai salah satu bagian yang penting dalam rangkaian proses
pendidikan dan pengajaran, dapat dikatakan semua kegiatan pendidikan dan pengajaran baik
tidaknya di tentukan oleh penilaian, dan tentunya di dalam prakteknya tidak melihat hasil
baiknya saja tetapi juga harus melihat kriteria.

Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penilaian, antara lain :

1. Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu pengetahuan dan sikap.
2. Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar sedang
berlangsung.
3. Pemilihan alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran.
4. Mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian,misal pemberian umpan
balik,memberikanlaporan pada orang tua,dan pemberian informasi pada siswa tentang
tingkat keberhsilanbelajarnya.
5. Alat penilaian harus mendorong kemapuan penalaran dan kreativitas siswa, misalnya
testertulis uraian, portofolio, hasil karya siswa,observasi dan lain-lain.
6. Penilaian dapat dilakukan melalui tes dan non tes.
7. Mengacu pada prinsip diferensiasi,yakni memberikan peluang kepada siswa
untukmenunjukkan apa yang diketahui, yang dipahami, dan mampu dilakukannya.
8. Tidak bersifat diskriminasi, yakni untuk memilih-milih mana siswa yang berhasil
danmana yang gagal dalam menerima pembelajaran. (Depdiknas,2003 : 37)

Ahli lain mengatakan bahwa penilaian adalah suatu kegiatan untuk membuat
keputusan tentang hasil pembelajaran dari masing-masing siswa, serta keberhasilan siswa
dalam kelas secara keseluruhan. Penilaian juga merupakan indikator keberhasilan guru dalam
proses pembelajaran (Supratiningsih dan Suharja, 2006).

9
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian dapat diartikan
sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-
kerja, proses, orang, objek, dan yang lain). Alat penilaian yang baik adalah yang mampu
mengukur keberhasilan proses pendidikan secara tepat dan akurat. Berikut ini dipaparkan
syarat-syarat alat penilaian yang baik.

1.Kesahihan (validity)

Kesahihan (validity) adalah ketepatan alat penilaian dalam mengukur tingkat


keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Kesahihan suatu alat penilaian dapat
ditinjau dari empat sisi, yaitu

1. Kesahihan isi (content validation),


2. Kesahihan konstruksi (construction validity),
3. Kesahihan yang ada sekarang (concurrent validity), dan
4. Kesahihan prediksi (prediction validity) (Arikunto, 1990).

Penentuan kesahihan suatu alat penilaian juga dipengaruhi oleh faktor penskoran,
faktor respon siswa, dan faktor pengadministrasiannya.

2. Keterandalan (reliability)

Keterandalan (reliability) biasanya disebut juga dengan keajegan atau


konsistensi.Keterandalan suatu alat penilaian penting untuk diperhatikan.Faktor yang
mempengaruhi tingkat reliabilitas suatu alat penilaian:

1. Jika alat penilaian yang diberikan kepada siswa terlalu mudah, terlalu sukar,
atautidakjelas, maka akan berpeluang memberikan skor yang tidak handal,
2. Jika siswa peserta penilaian tersebut memiliki karakteristik yang terlalu beragam,
maka hal ini juga berpeluang memberikan skor yang tidak handal,
3. Jika standar penilaian yang digunakan guru pada masing-masing pelaksanaan
kegiatanpenilaian tidak seragam, maka skor yang dihasilkan pun tidak handal,
4. Jika jumlah soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terlalu
sedikit, makahal ini berpeluang memberikan skor yang tidak handal.
Alasannya,jumlah soal yangtersedia tidak mampu menjaring secara lengkap

10
pengetahuan
siswa.

3. Kepraktisan

Kepraktisan dalam menyusun suatu alat penilaian penting untuk diperhatikan.


Alatpenilaian yang praktis dapat membantu guru dalam menyiapkan, menggunakan,
danmenginterpretasikan hasil penilaian. Kepraktisan ini dipengaruhi oleh sejumlah
faktor, yaitu penskoran, kemudahan dalam mengadministrasikan, waktu, dan bentuk
alat penilaian.

C. Jenis Penilaian

Penilaian kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapain


kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih (kognitif, afektif, dan psikomotorik).
Berkaitan dengan ranah kognitif yaitu kemampuan berpikir, yang mencakup kemampuan
intelektual, mulai dari kemampuan mengingat sampai dengan kemempuan memecahkan
masalah. Taxonomy Cognitive Bloom (Bloom, Englehert, furst, Hill, kwathwohl ’56 )
menjelaskan bahwa ada enam tingkat kognitif berpikir yaitu :

Pengetahuan (Knowledge) kemampuan mengingat misalanya : nama ibu kota,


rumus.Pemahaman (Comprehension), kemampuan memahami misalnya :menyimpulkan
suatu paragraph.Aplikasi (Aplication), kemampuan penerapan misalnya : menggunakan suatu
informasi / pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan suatu masalah.Analisis
(Analysis) kemampuan menganalisis suatu informasi yang luas menjadi bagian-bagian
kecil.Sintesis (Synthesis) kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi suatu
kesimpulan Evaluasi (Evaluation) kemampuan mempertimbangkan mana yang baik dan
mana yang buruk dan memutuskan untuk mengambil tindakan tertentu. (Mulyasa, 2004:25).

Adapun penilaian dalam kurikulum 2006 yang seringkali dipakai saat ini yaitu
penilaian portofolio. Terdapat tiga pengertian portofolio, yaitu sebagai wujud benda fisik,
proses sosial pedagogis, dan sebagai adjective. Sebagai wujud benda fisik, portofolio berati
kumpulan hasil pekerjaansiswa yang disimpan dalam suatu bandel, seperti hasil pre test,
tugas-tugas, catatan, piagam-piagam penghargaan, hasil post test dan sebagainya. Sebagai
proses social pedagogis, portofolio berarti collection of learning experiences yang terdapat
11
dalam diri siswa baik berupa pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai. Sedangkan
sebagai adjective, portofolio biasa diartikan sebagi portofolio based learning dan portofolio
based assessment.

Portofolio dalam KTSP dapat diartikan sebagai kumpulan hasil karya seorang siswa,
sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama
guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang
ditentukan dalam kurikulum. Portofolio dapat digunakan sebagai instrumen penilaian atau
salah satu komponen dari instrumen penilaian untuk menilai kompetensi siswa, atau menilai
hasil belajar siswa.

Sebagai instrumen penilaian. portofolio difokuskan pada dokumen tentang kerja siswa
yang produktif, yaitu ‘bukti’ tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa, bukan apa yan
tidak dapat dikerjakan (dijawab atau dipecahkan) oleh siswa. Bagi guru, portofolio
menyajikan wawasan tentang banyak segi perkembangan siswa dalam belajarnya: cara
berpikirnya, pemahaman atas pelajaran yang bersangkutan, kemampuannya mengungkapkan
gagasan-gagasannya, sikapnya terhadap mata pelajaran yang bersangkutan, dan sebagainya.
Portofolio penilaian bukan sekedar kumpulan hasil kerja siswa, melainkan kumpulan hasil
siswa dari kerja yang disengaja diperbuat siswa untuk menunjukkan bukti tentang
kompetensi, pemahaman dan capaian siswa dalam mata pelajaran tertentu. Portofolio juga
merupakan kumpulan informasi yang perlu diketahui oleh guru sebagai bahan pertimbangan
dlam menentukan langkah-langkah perbaikan pembelajaran, atau peningkatan belajar siswa.

Berkaitan dengan ranah afektif, hasil belajar menurut Bloom (1976) mencakup
prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Anderson (1981) sependapat dengan
Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat dan
perasaan. Tipikal berpikir berkaitan degan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dngan
ranah psikomotorik, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah
tersebut merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan ketiga ranah tersebut
merupakan hasil belajar (Depdiknas, 2004:30).

Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru dalam merancang program
pembelajaran dan pengalaman belajar peserta didik harus memperhatikan karakteristik afektif
peserta didik.

1.Peringkat Ranah Afektif


12
Menurut Krathwohl (1961) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif
mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains misalnya didalamnya ada
komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif (Depdiknas, 2004:7).
Selanjutnya Kwathwohl membagi peringkat ranah afektif meliputi:

(a) Peringkat Receiving

Pada peringkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan


memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus , misalnya kelas, kegiatan,
musik, buku, dll. Tugas guru adalah mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena
yang menjadi objek pembelajaran afektif (Depdiknas, 2004:12). Misalnya guru
mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang bekerjasama, dan
sebagainya, kesenangan ini akan menjadi kebiasaan.

(b) Peringkat Responding

Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian


dari perilakunya. Pada peringkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena
khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada daerah ini menekankan pada
pemerolehan respons, atau kepuasan dalam memberi respon. Peringkat yang tinggi
pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil
dan kesenangan pada aktifitas khusus. Misalnya membaca buku, sengan bertanya,
senang membantu, dan sebagainya.

(c) Peringkat Valuing

Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan


derajad internalisasi dan komitmen. Derajad rentangnnya mulai dari menerima suatu
nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan ketrampilan, sampai pada tingkat
tingkat komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat
nilai yang spesifik. Hasil belajar pada peringkat ini berhubungan dengan perilaku yang
konsisten dan stsbil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran,
penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.

(d) Peringkat organisasi

Pada peringkat ini, nilai satu dengan nilai yang lain dikaitkan dan konflik antar
nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil

13
pembelajaran pada peringkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem
nilai, misalnya pengembangan filsafat hidup.

(e) Peringkat Characterization

Peringkat ranah afektif yang apaling tinggi adalah characterization nilai. Pada
peringkat ini peserta didik memilik sistem nilai mengendalikan perilaku sampai pada
suatu waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada peringkat
ini berkaitan dengan pribadi, emosi, sosial.

2. Karakteristik ranah afektif

Ada lima tipe karakteristik afektif yaitu ;

1. Sikap. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) adalah suatu predisposisi yang
dipelajarimerespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi,
konsep atau orang. Objek sekolah adalah sikap peserta didik terhadap sekolah
danmatapelajaran, ranah sikap ini penting untuk dikembangkan (Depdiknas,
2004: 16).
2. Minat. Menurut Getzel (1966) minat adalah suatu disposisi yang terorganisir
melaluipengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek
khusus,aktivitas, pemahaman, dan ketrampilan untuk tujuan perhatian
ataupencapaian(Depdiknas, 2004:16). Hal penting pada minat adalah
intensitasnya,
secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas
tinggi.
3. Konsep diri. Menurut Smith konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan
individuterhadap kemampuan dan eklemahan yang dimilikinya. Target, arah,
dan intensitaskonsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif lainnya
(Depdiknas, 2004:17).
4. Nilai. Menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan yang dalam
tentang perbuatan, tindakan atau perilaku, yang diannggap baik dan jelek.
Sikapmengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek
spesifik atau
situasi,sedangkan nilai mengacu pada keyakinan (Depdiknas, 2004:17) Target
nilaicenderungmenjadi ide, target juga dapat berupa sesuatu seperti sikap dan
14
perilaku.Arah nilai dapat positif dan dapat negatif, sedangkan intensitas nilai
dapat dikatakantinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
5. Moral. Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral
anak,namun mengabaikan masalah hubungan antara judgment moral dan
tindakan moral.Moral berkaitan dengan perasaan salah satu atau benar
terhadap kebahagiaan oranglain. Perasaan terhadap tindakan yang dilakukan
diri sendiri, moral juga seringdikaitkan dengan keyakinan agama seseorang.

Berkaitan dengan psikomotorik menurut Sax Mardapi ketrampilan


psikomotorik ada enam peringkat yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan
konseptual,gerakan fisik, gerakan trampil dan komunikasi nondiskursif. Gerakan
refleks adalah respon motor atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir.
Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada ketrampilan komplek yang
khusus. Kemampuan perceptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motor atau
gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan yang paling
terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar. Komunikasi
nondiskursip adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.

Dave (1967) mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat dibedakan


menjadi lima perangkat yaitu : imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi
(Depdiknas, 2004:9). Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana dan
sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Manipulasi adalah
kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihatnya
berdasarkan pada pedoamn atau petunjuknya. Kemampuan tingkat presisi adalah
kemampuan melakukan kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja
yang presisi. Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan
komplek dan presisi sehingga produk kerjanya merupakan sesuatu yang utuh.
Kemampuan pada tingkat naturalisai adalah kemampuan melakukan kegiatan secara
refleks, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektifitas tinggi.

3. Pembelajaran psikomotorik

Menurut Ebel (1972) ada kaitan erat antara tujuan yang akan dicapai, metode
pembelajaran, dan evaluasi yang akan dilaksanakan (Depdiknas,2004:12). Oleh

15
karena ada sedikit perbedaan titik berat tujuan pembelajaran psikomotorik dan kognitif maka
strategi pembelajarannya juga sedikit berbeda. Pembelajaran ketrampilan akan efektif
bila dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by
doing).

4. Evaluasi hasil belajar psikomotorik

Menilai hasil belajar psikomotorik / hasil belajar ketrampilan itu dapat diukur
melalui :

1. Pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku sisiwa selama proses belajar
mengajar praktik berlangsung,
2. Sesudah mengikuti pelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
siswauntuk mengukur pengetahuan, ketrampilan, dan sikap, dan
3. Beberapa waktu sesudah pelajaran selesai dana kelak dalam lingkungan
kerjanya.

Sementara itu Leghbody (1968) berpendapat bahwa dalam melakukan


penilaian hasil belajar ketrampilan sebaiknya penilaian itu mencakup:

(1) Kemampuansiswa menggunakan alat dan sikap kerja,


(2) Kemampuan siswa menganalisis suatu pekerjaan, menyusun urut-
urutanpengerjaan,
(3) Kecepatan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya,
(4) Kemampuan siswa dalam membaca gambar dan simbol, dan
(5) Keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah
ditentukan.

5. Jenis instrumen psikomotor

Untuk melakukan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor, ada dua hal
yang perlu dilakukan oleh guru yaitu:

1. Membuat soal, dan


2. Membuat instrumen untuk mengamati jawaban siswa.

16
6. Konstruksi instrumen

Sama halnya dengan soal untuk ranah kognitif, soal untuk ranah psikomotor
juga harus mengacu pada standar kompetensi yang sudah dijabarkan menjadi
kompetensi dasar.stiapbutir standar kompetensi dijabarkan menjadi 3 sampai 6 butir
kompetensi dasar, setiap butir kompetensi dasar dapat dibarkan menjadi 3 sampai 6
indikator, dan setiap indikator harus dapat dibuat lebih dari satu butir soal. Namun ada
kalanya satu butir soal ranah psikomotor terdiri dari beberapa indikator.

7. Penyusunan rancangan penilaian

Sebaiknya guru merancang secara tertulis rapi system penilaian yang akan
dilakukan selama satu semester. Rancangan penilaian ini sifatnya terbuka, sehingga
guru lain dan kepala sekolah bias atau boleh melihatnya.

8. Penilaian ranah psikomotor

Penilaian dapat dibedakan menjadi dua yaitu penilai nkelas dan penilaian
berkala. Penilaian kelas adalah penilain yang dilaksanakan secara terpadu dengan
kegiatan pembelajaran. Dengan demikian untuk ranah psikomotorik penilaian ini
dilakukan dengan cara mengamati siswa setiap mereka belajar, mengerjakan tugas
dan menjawab ujian harian.

Penilain berkala adalah penilaian yang dilakukan secara berkala tidak terus
menerus. Penilaian ini dilakukan setelah siswa belajar sampai dengan penguasaan
kompetensi dasar, dengan demikian ada kemungkinan pelaksanaan tes blok mata
pelajaran tertentu tidak bersamaan waktunya dengan tes blok mata pelajaran lainnya.

Oleh kerana itu, hasil laporan hasil belajar siswa harus dinyatakan dalam
ketiga ranah tersebut Laporan hasil belajar siswa dapat berupa raport dan hasil belajar siswa
sebaiknya juga dilaporkan ke masyarakat, yang dapat berupa laporan pengembangan
prestasi akademik sekolah yang ditempelkan ditempat pengumuman sekolah. Untuk
itu terdapat beberapa jenis penilaian yang perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang
akan dinilai (Depdiknas,2003 : 10 ).

17
1. Penilaian unjuk kerja.
Merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam
melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kerja, misal
kemampuanberbicara, peserta didik dapat diamati dengan cara diskusi, bercerita dan
melakukan wawancara.
2. Penilaian sikap.
Merupakan penilaian yang dilakukan dengan melihat ekspresi dari nilai-nilaiyang
dimiliki oleh seseorang. Misalnya penilaian sikap peserta didik terhadap materi
pelajaran, terhadap proses pembelajaran, dan penilaian sikap yang berhubungan
dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran.
3. Penilaian tertulis.
Penilaian ini dilakukan dengan tes tertulis yaitu dimana soal dan jawaban
yangdiberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Misal dengan soal yang
memilaih jawaban (pilihan ganda, benar salah, menjodohkan).dan dengan mensuplai
jawaban (isian, soal uraian).
4. Penilaian proyek.
Merupakan penilaian terhadap sutu tugas yang harus diselesaikan dalam
periodetertentu. Misal kemampuan peserta didik dalam memilih topik dan mencari
informasi serta dalam mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan laporan.
5. Penilaian produk.
Penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk tersebut. Misal
kemampuan peserta didik dalam membuat produk teknologi dan seni seperti hail
karya seni dan lain-lain.
6. Penilaian portofolio.
Merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periodetertentu.
Misalnya hasil pekerjaan dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta
didiknya, hasil tes (bukan nilai).
7. Penilaian diri.
Penilaian dimana subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri
berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya
dalam mata pelajaran tertentu. Penilaian ini dapat digunakan dalam menilai berbagai
aspek yang berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.

18
Dalam penilaian aspek kognitif misalnya, peserta didik diminta untuk
menilaipenguasan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam
mata pelajaran tertentu. Dalam penilaian aspek afektif misalnya, peserta didik diminta
untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu obyek sikap
tertentu. Dan dalam penilaian pada aspek psikomotor misalnya, peserta didik diminta
untuk menilai kecakapan / keterampilan yang telah dikuasainya sebagi hasil belajar
berdasarkan acuan / kriteria yang telah disiapkan.

Selain jenis penilaian diatas Nurhadi (2004:162 ) mengemukakan bahwa jenis


penilaian dibagi menjadi lima yaitu :

1. Penilaian kelas, Penilaian yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan
hasil belajar siswa, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik /
perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Penilaian kelas
terdiri atas ulangan harian, pemberian tugas dan ulangan umum.
2. Tes kemampuan dasar, dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca,
menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki
programpembelajaran.
3. Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, dilakukan untuk mendapatkan
gambaran secara utuh pencapaian ketuntasan belajar siswa dalam satuan
waktu tertentu.
4. Benchmarking, penilaian terhadap proses dan hasil untuk menuju ke suatu
keunggulan yang memuaskan.
5. Penilaian program, dilakukan secara berkala dan terus menerus oleh Departemen
Pendidikan Nasional, dan Dinas Pendidikan, untuk mengetahui
kesesuaiankurikulum dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional,
sertakesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.

Sedangkan mengenai jenis penilaian Hamalik (2003:212) juga menyatakan


bahwa jenis penilaian ada empat yaitu :

1. Penilaian sumatif yakni untuk menentukan angka kemajuan hasil belajar para
siswa.

19
2. Penilaian penempatan yaitu menempatkan para siswa dalam situasi belajar
mengajaryang serasi.
3. Penilaian diagnostik untuk membantu para siswa mengatasi kesulitankesulitan
belajar yang mereka hadapi.
4. Penilaian formatif yang berfungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar.

D. Tujuan Penilaian

Sebagaimana tersebut di muka, kita mengenal tujuan umum evaluasi secara umum,
ialah untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan pada diri siswa, serta tingkat perubahan
yang dialaminya. Tetapi sebenarnya hal tersebut baru merupakan sebagian tujuan penilaian.
Tujuan atau fungsi penilaian siswa di sekolah pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam
empat kategori :

1. Untuk mendapatkan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar untuk
memperbaikiproses belajar-mengajar dan mengadakan remidial program bagi siswa.
2. Untuk menemukan angka kemajuan atau hasil belajar masing-masing siswa yang
antaralain diperlukan untuk pemberian laporan kepada orang tua, penentuan kenaikan
kelas danpenentuan lulustidaknya siswa.
3. Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai
dengankemampuan atau karakteristik lainnya yang dimiliki siswa.
4. Untuk mengenal latar belakang (psikologi, fisik dan lingkungan) siswa yang
mengalamikesulitankesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar
dalammemecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.

Sehubungan dengan ke empat tujuan tersebut maka selanjutnya penilaian siswa di


sekolah dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu :

1. Penilaian Formatif : yang ditujukan untuk memperbaiki proses belajarmengajar


(fungsipertama).
2. Penilaian Sumatif : ditujukan untuk keperluan menentukan angka kemajuan aat hasil
belajarsiswa (fungsi kedua).
3. Penilaian Penempatan (placement) : ditujukan untuk menempatkan siswa dalam
situasibelajar-mengajar atau program pendidikan yang sesuai (fungsi ketiga).

20
4. Penilaian Diagnostik : guna membantu memecahkan kesulitan-kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa-siswa tertentu (fungsi ke empat).

Jenis penilaian formatif dan penilaian sumatif menjadi tanggung jawab guru,
sedangkan penilaian penempatan dan penilaian diagnostik lebih merupakan tanggung jawab
petugas bimbingan dan penyuluhan. Depdiknas (2003:9) merinci tujuan penilaian menjadi
tujuh yaitu:

1. Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi


2. mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa
3. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
4. Mengetahui hasil pembelajaran
5. Mengetahui pencapaian kurikulum
6. Mendorong siswa belajar
7. Mendorong guru untuk mengajar lebih baik

Selain tujuan penilaian di atas ada pendapat lain yang mengemukakan tujuan
penilaian, yaitu menurut Arikunto (1997:9) bahwa tujuan penilaian ada empat yaitu :

1. Tujuan selektif, yaitu untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu,
untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya, untuk memilih
siswa yang seharusnya mendapat beasiswa, untuk memilih siswa yang sudah berhak
meninggalkan sekolah.
2. Tujuan diagnostik, guru mengadakan diagnosa kepada siswa tentang kebaikan dan
kelemahannya, dengan diketahui sebab- sebab kelemahan ini maka akan lebih mudah
mencari cara untuk mengatasinya.
3. Tujuan penempatan, Dengan keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan, yang
bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan, maka dengan
pendekatan ini akan dapat melayani perbedaan kemampuan dengan pengajaran secara
kelompok, untuk menentukan dengan pasti dikelompok mana seseorang siswa harus
ditempatkan maka digunakan suatu penilaian.
4. Tujuan mengukur keberhasilan, yaitu untuk mengetahui sejauh mana suatu program
berhasil diterapkan.

21
Dalam hubungannya dengan penilaian pendidikan dilakukan untuk :

1. Mengetahuai status siswa. Agar diketahui status siswa saat tertentu berada, apakah
memperpleh kemajuan atau tidak dalam mengikuti pembelajaran dan hasil evaluasi
oleh guru yang bias menjawabnya.
2. Mengadakan seleksi. Hasil penilaian bertujuan untuk memilih siswa yang dapat
mewakili sekolah dalam suatu lomba.
3. Mengetahui prestasi siswa. Agar diketahui prestasi atau pengetahuan yang dicapai
siswa guru haruslah mengadakan penilaian.
4. Mengetahui kelemahan dan kesulitan siswa. Atas dasar penilaian yang dilakukan
guru, maka akan diketahiui latar belakang siswa yang mengalami kelemahan dan
kesulitan belajar.
5. Mengadakan pengelompokan. Siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok
kecil yang homogen agar memudahkan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Umumnya pengelompokamn ini didasarkan pada tingkat kemampuan dan
keterampilan, usia, jenis kelamin, dan minat.
6. Memberi motivasi siswa, Dengan demikian diketahui hasil belajar yang dicapi dan
sikap siswa akan menjadi pendorong terhadap siswa itu untuk belajar lebih giat.
7. Penempatan siswa. Untuk menempatkan siswa dalam situasi pembelajaran yang tepat
dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
8. Memberikan data pada pihak tertentu/ Dengan memberikan data itu pada sekolah atau
lembaga pendidikan dapat melaporkan hasil belajar siswa pada orang tua murid dan
juga masyarakat yang memerlukan keterangan.laporan ini dengan berbentuk rapor,
STTB, dan sebagainya (Depdiknas,2004 : 6).

Prinsip-prinsip penilaian dalam KTSP adalah prinsip penilaian hasil belajar berbasis
kompetensi. Prinsip belajar tuntas (mastery learning) untuk pencapaian kompetensi sangat
efektif untuk meningkatkan kinerja akademik (Depdiknas, 2004: 24). Siswa tidak
diperkenankan mengerjakan tugas berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan
dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. Jika siswa dikelompokkan berdasarkan
tingkat kemampuannya untuk beberapa mata pelajaran, dan diajar sesuai dengan

22
karakteristiknya maka sebagian besar dari mereka akan mencapai ketuntasan. Adapun nilai
ketuntaan standar kompetensi ideal yaitu 100, namun standar nilai ini disesuaikan dengan tiap
sekolah dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya. Guru dan sekolah dapat
menetapkan nilai ketuntasan minimum secara bertahap dan terencana agar memperoleh nilai
ideal.

Siswa yang belum tuntas harus mengikuti program remedial. Depdiknas (2004 : 7)
menyatakan bahwa prinsip atau kriteria penilaian yaitu:

1. Validitas. Menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang digunakan
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan isinya mencakup semua kompetensi
yang terwakili secara proporsional.Dalam pelajaran bahasa misalnya, guru menilai
kompetensi berbicara, penilaian valid jika menggunakan tes lisan, jika menggunakan
tes tertulis tidak valid.
2. Reliabilitas. Penilaian yang reliable memungkinkan perbandingan yang reliable dan
menjamin konsistensi.Misal, guru menilai dengan proyek penilaian akan reliabel jika
hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila proyek itu dilakukan lagi dengan kondisi
yang relatif sama, untuk menjamin penilaian yang reliabel petunjuk pelaksanaan
priyek dan penskorannya harus jelas.
3. Terfokus pada kompetensi. Dalam pelaksanaan KTSP, penilaian harus terfokus pada
pencapaian kompetensi rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi
(pengetahuan).
4. Keseluruhan atau komprehensif. Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan
beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan peserta
didik, sehingga tergambar profil kemampuan peserta didik.
5. Objektivitas. Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif, untuk itu penilaian harus
adil, terencana, berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat dipahami
peserta didik dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau
pemberian angka.
6. Mendidik. Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan
meningkatkan kualitas belajar bagi peerta didik.

Selain prinsip penilaian di atas Nurhadi (2004:164) merinci prinsip penilaian menjadi
delapan yaitu :

23
1. Menyeluruh. Penilaian dapat di lakukan dengan berbagai teknik termasuk
mengumpulkan berbagai bukti bagi hasil belajajar siswa. Penilaian meliputi
pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor), sikap (afektif).
2. Berkesinambungan. Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan berencana, bertahap, dan
terus-menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa.
3. Valid. Penilaian harus memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa,
misalnya apabila pembelajaran menggunakan pendekatan eksperimen maka kegiatan
melakukan eksperimen harus menjadi salah satu obyek yang di nilai.
4. Terbuka. Proses dari hasil penilaian harus bersifat terbuka dan diterima semua pihak
terkait yaitu siswa, guru, sekolah, orang tua, dan masyarakat.
5. Bermakna. Penilaian hendaknya mudah di pahami, mempunyai arti, berguna, dan bisa
di tindak lanjuti oleh semua pihak. Makna bagi guru, hasil penilaian dapat bermakna
untuk meningkatkan prestasi siswa, memberikan hasil kemajuan siswa dan sebagai
umpan balik untuk proses perbaikan belajar mengajar pada masa yang akan datang.
6. Mendidik. Hasil penilaian harus dapat membina dan memberi dorongan kumparan
siswa untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
7. Berorientasi pada kompetensi. Penilaian harus menilai pencapaian kompetensi yang
dimaksud dalam kurikulum.
8. Adil. Penilaian harus adil terhadap semua siswa dengan tidak membedakan latar
belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa dan kelamin.

Sementara menurut Depdiknas (2004:8) dalam prinsip penilaian kelas yaitu guru
sehaharusya:

1. Memandang penilaian dan KBM itu secara terpadu,


2. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin
diri,
3. Melakukan berbagai strategi penilaian didalam program pengajaran untuk
menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik,
4. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik,
5. Mengembangkan dan menyediakan system pencatatan yang bervariasi dalam
pengamatan kegitan belajar peserta didik, dan

24
6. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi dalam rangka mengumpulkan
informasi untuk membuat keputusan tentang tingkat pencapaian peserta didik
(Depdiknas, 2004:8).

E. Kriteria Penilaian

Sudah Anda ketahui, bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang meliputi pengumpulan
bukti-bukti yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan tentang keberhasilan
siswa mengikuti pelajaran. Agar pengambilan keputusan tidak merupakan perbuatan yang
subjektif, makaa diperlukan patokan pedoman, aat kriteriaa tertentu, kriteria tersebut dapat
digunakan sebagai “ukuran”, apakah seseorang siswa telah memenuhi persyaratan untuk
dikategorikan berhasil, naik, lulus, atau tidak. Kriteria ini disebut orientasi penilaian atau
standar penilaian.Standar penilaian ada tiga yaitu :

1. Standar yang mutlak : Dinamakan demikian karena kriteria ini bersifat tetap (tidak
bisa ditawar) dan tidak dipengaruhi oleh prestasi sesuatu kelompok. Misalkan dalam
mata pelajaran IPS, mungkin standar tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
untuk dapat dinyatakan lulus siswa harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
dengan betul paling sedikit 70% dari soalsoal yang diberikan. Ini berarti bahwa siswa
yang menjawab dengan benar kurang dari 70% jumlah soal yang diberikan tidak dapat
dinyatakan berhasil, apapun yang terjadi.
2. Standar yang relatif, pada standar yang relaatif ini keberhasilan seorang siswa
ditentukan oleh posisinya diantara kelompok siswa yang mengikuti evaluasi. Dapat
juga dikatakan bahwa keberhasilan dipengaruhi oleh tempat relatifnya dibandingkan
dengan prestasi (rata-rata) kelompok.
3. Standar perbuatan sendiri. Jika Anda menggunakan kriteria ini keberhasilan siswa
didasarkan pada performance yang dilakukan sebelumnya, misalnya seminggu yang
lalu, Kholid mampu meloncat 1,05 meter dan sekarang dapat meloncat setinggi 1,10
meter, ini merupakan kemajuan (keberhasilan) baginya, dan dapat dinyatakan lulus.

F. Prinsip Dasar Penilaian

Setiap orang akan selalu belajar, artinya bahwa aktivitas belajar tidak berhenti. Tetapi
akan terus berkelanjutan. Begitu juga para siswa yang sedang belajar akan terus belajar
sampai mencapaai hasil yang diharapkan. Dalam hal ini tidak ada istilah gagal, tetapi hanya

25
belum mencapainya. Pada saatnya nanti akan dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Hal ini sesuai dengan konsep belajar tuntas dan belajar berkelanjutan.

Kurikulum berbasis kompetensi dan kemampuan dasar sangat cocok dengan prinsip
belajar berkelanjutan, begitu juga kegiatan penilaiannya, berupa sistem penilaian yang
berkelanjutan. Jadi selain prinsip menyeluruh, penilaian untuk mata pelajaran pengetahuan
sosial juga perlu dikembangkan sistem penilaian berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar siswa sebagai
dampak langsung (main effect) maupun dampak tidak langsung (naturant effect) dari proses
pembelajaran.
Sistem penilaian pada mata pelajaran pengetahuan sosial mengikuti prinsip-prinsip
penilaian yang berlaku umum yaitu :

 Menyeluruh. Penguasaan kompetensi dalam mata pelajaran pengetahuan sosial


hendaknya menyeluruh baik menyangkut standar kompetensinya, kompetensi dasar,
indikator, pencapaian, maupun aspek-aspek intelektual, sikap dan tindakannya,
beserta keseluruhan proses dalam upaya penguasaan kompetensi tersebut.
 Berkelanjutan. Sistem penilaian berkelanjutan menagih pencapaian semua kompetensi
dasar yang telah dipelajari yaitu dalam bentuk ujian. Selanjutnya hasil ujian dianalisis
untuk mengetahui kompetensi dasar yang telah dicapai dan yang belum mencapai
diminta mengikuti program remedial, dan bila sudah siap diuji lagi. Bagi yang telah
mencapai kompetensi dasar diberi program pengayaan. Strategi pembelajaran yang
dilakukan sebelumnya, agar siswa tidak bosan. Jadi pada sistem penilaian
berkelanjutan semua kompetensi dasar diujikan, hasilnya dianalisis untuk menentukan
strategi pembelajaran berikutnya hingga semua siswa diharapkan mencapai
kompetensi dasar yang diharapkan.
 Berorientasi pada indikator. Berorientasi pada indikator ketercapaian hasil belajar
sistem penilaian dalam pembelajaran pengetahuan sosial harus mengacu pada
indikator ketercapaian hasil kemampuan dasar yang sudah ditetapkan dari setiap
standar kompetensi dengan demikian hasil penilaian memberikan gambaran mengenai
perkembangan pencapaian kompetensi dasar pengetahuan sosial telah dikuasai oleh
siswa.
 Sesuai dengan pengalaman belajar. Sistem penilaian dalam pengetahuan sosial harus
disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas kunjungan lapangan

26
maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik
wawancara, maupun produk atau hasil melakukan kunjungan lapangan yang berupa
informasi yang dibutuhkan.

Sistem penilaian berbasis kompetensi dasar adalah sistem penilaian yang


berkelanjutan dengan kriteria tercapaian kompetensi tertentu. Tercapainya suatu kompetensi
ditandai dengan tampilnya indikator tertentu setelah menempuh pengalaman belajar tertentu
seluruh indikator dikembangkan menjadi butir-butir soal kemudian diaplikasikan dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian baik pada ujian formatif, pertanyaan lisan, kuis di
kelas, ulangan harian, tugas, pekerjaan rumah, maupun ujian sumatif yang tidak harus
bersamaan dengan akhir semester atau ulangan umum kenaikan.

Penentuan teknik penilaian yang digunakan didasarkan pada kompetensi dasar yang
dinilai, dan harus ditelaah oleh sejawat dalam mata pelajaran yang sama. Hasilnya dianalisis
guna menentukan kompetensi dasar yang telah dan yang belum dikuasai, serta kesulitan.
Kesulitan yang dialami siswa, sehigga dapat ditentukan tindak lanjut yang sesuai dengan
kesulitannya apabila sebagian besar siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, maka
dilakukan program pembelajaran ulang. Untuk seluruh siswa tentang kompetensi dasar
tersebut. Bila yang belum mengusai hanya sebagian kecil, maka remedi dilakukan secara
individual atau kelompok yang bersangkutan saja. Bagi siswa yang telah mengusai
kompetensi dasar tertentu diberi tugas untuk pengayaan.

Ujian sumatif dapat diselenggarakan untuk setiap standar kompetensi atau


sekelompok kompetensi dasar yang merupakan satu kebulatan dalam bentuk kemampuan
tertentu. Oleh karena itu dalam sistem penilaian berkelanjutan, guru harus mengembangkan
kisi-kisi soal ujian secara menyeluruh untuk satu semester dengan teknik penilaian yang
tepat. Kisi-kisi sistem penilaian berbasis kompetensi berisi rancangan sistem
penilaian. Penilaian merupakan langkah terakhir untuk menentukan sejauh mana tujuan
pembelajaran bisa tercapai. Melalui penilaian, keberhasilan anak dan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran dapat diukur.

Penilaian hendaknya memiliki prinsip objektif, artinya dalam melakukan suatu


penilaian, hendaknya guru bertindak adil dan tidak pandang bulu Penilaian hendaknya
memiliki prinsip kejelasan, artinya dalam melakukan penilaian hendaknya guru memahami
semuanya dengan jelas.

27
Penilaian hendaknya dikerjakan dengan seksama, artinya semua komponen untuk
menilai siswa sudah disiapkan oleh guru secara cermat dan seksama.Penilaian hendaknya
menggunakan prinsip representatif, artinya dalam menilai hendaknya guru mampu
melakukannya secara menyeluruh. Semua materi yang telah disampaikan dalam kegiatan
pembelajaran di kelas harus dapat dinilai secara representatif.

Penilaian hendaknya dilaksanakan dengan menggunakan prinsip terbuka, artinya apa


pun bentuk soal yang dibagikan kepada siswa, hendaknya model penilaiannya diinformasikan
secara terbuka kepada siswa. Model penilaian yang dimaksud antara lain meliputi bobot skor
masing-masing soal, kejelasan maksud soal, serta hal-hal lain yang perlu mendapat perhatian
dari siswa ketika menjelang pelaksanaan penilaian.

G.Penyusunan Instrumen

1. Jenis Penilaian (Tagihan).


Penilaian atau tagihan merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk
menunjukkan hasil belajar yang telah dicapainya. Jenis tagihan yang dapat digunakan
dalam sistem penilaian berbasis kompetensi pada mata pelajaran pengetahuan sosial
antara lain :
 Kuis, bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang bersifat
prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai kurang lebih 15 menit.
Kuis dilakukan untuk mengungkap kembali penguasaan pelajaran oleh siswa,
 Pertanyaan lisan di kelas, pertanyaan-pertanyaan yang diucapkan oleh guru
dengan tujuan memperkuat pemahaman terhadap konsep dan prinsip,
 Ulangan harian,
 Tugas individu,
 Tugas kelompok,
 Ujian sumatif, ujian yang dilaksanakan setiap standar kompetensi atau
beberapa satuan kompetensi dasar,
 Ujian akhir, yaitu ujian yang dilaksanakan pada akhir program persekolahan.
2. Bentuk Instrumen (Soal)
Bentuk soal uraian :
 Soal uraian bebas,
 Soal uraian terbatas,
28
 Soal uraian terstruktur,

Bentuk soal objektif :

 Isian singkat
 Benar-salah
 Menjodohkan
 Pilihan ganda : melengkapi pilihan, hubungan antar hal, tinjauan kasus,
asosiasi pilihan ganda, membaca diagram (Bentuk-bentuk soal ini semua Anda
sudah sangat familier, sehigga tidak perlu disajikan contoh).
3. Bentuk-Bentuk Instrumen Nontes.
Pengukuran dengan teknik nontes meliputi :
(a) Pengamatan atau observasi.
Observasi dapat dilakukan secara langsung pada saat siswa melakukan
aktivitas belajar.Kemampuankemampuan yang muncul menggambarkan
tingkat kemampuan yang muncul menggambarkan tingkat kemampuan yang
berhasil dikuasai. Jika Anda bermaksud untuk melakukan pengamatan,
hendaknya dipersiapkan lembar observasi baik berupa daftar cek (check list)
maupun catatan biasa, untuk lembar observasi dalam bentuk check
list.Observasi biasanya digunakan untuk menilai perbuatan, terutama aspek
psikomotor atau keterampilan tertentu, yang berkaitan dengan proses. Dalam
mata pelajaran pengetahuan sosial misalnya keterampilan
wawancara,berdiskusi, membuat peta dan sebagainya.
(b) Dokumentasi. Penilaian dilakukan dengan cara melihat kerja siswa yang
diperoleh selama kegiatan pembelajaran. Dokumen hasil karya siswa berupa
kesimpulan-kesimpulan diskusi kelompok, kliping dan sebagainya.
(c) Penugasan. Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok.
(d) Portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa dalam satu periode
tertentu yang menggambarkan perkembangan dalam aspek atau satu bidang
tertentu. Portofolio cocok untuk mengetahui perkembangan kompetensi siswa.

H. Penskroran

29
Untuk menentukan keberhasilan siswa dalam sistem penilaian ini dilakukan
penskroran dan penentuan kriteria keberhasilan belajar. Secara umum sistem penilaian
pengetahuan sosial menggunakan prinsip “Belajar Tuntas (Mastery Learning)” dimana siswa
dikatakan berhasil bila telah mencapai kriteria 75% penguasaan (mastery). Namun secara
khusus sistem penilaian pengetahuan sosial perlu memperhatikan keterkaitannya dengan
ranah-ranah kognitif, afektif, psikomotor dimana masing-masing memiliki karakteristik yang
berbeda.

I. Pemanfaatan dan Pelaporan hasil Penilain Kelas

Penilaian kelas yang menghasilkan informasi tentang kemajuan pencapaian


kompetensi menyeluruh setiap peserta didik dengan menggunakan berbagai tehnik
bermanfaat untuk :

(a) Perbaikan/remidial bagi anak yang kurang berprestasi,


(b) Pengayaan bagi peserta didik cepat,
(c) Perbaikan program dan proses pembelajaran,
(d) Pelaporan dan
(e) Penentuan kenaikan kelas.

Pelaporan hasil belajar yang dilakukan oleh guru atas perkembangan pembelajaran
siswa berupa raport. Raport adalah laporan kemajuan belajar peserta didik dalam kurun
waktu satu semester. Laporan prestasi mata pelajaran berisi informasi tentang pencapaian
kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Laporan disajikan dalam bentuk yang
lebih rinci agar orangtua dapat mengetahui hasil belajar anaknya dalam menguasai
kompetensi mata pelajaran. Disamping itu, ada catatan guru tentang pencapaian kompetensi
tertentu sebagai masukan kepada anak dan orang tuanya untuk membantu kinerjanya.

Nilai pada raport merupakan gambaran kemampuan peserta didik karena itu
kedudukan atau bobot nilai harian dan nilai sumatif (nilai akhir semester) sama. Nilai sumatif
merupakan kumpulan nilai harian yang terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar,
serta indikator-indikator hasil belajar. Nilai laporan hasil belajar per semester merupakan
nilai kumulatif dari hasil pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar selama siswa
mngikuti pembelajaran pada semester yang terkait yang diperoleh melalui ujian lisan, tertulis,
wawancara, kuis, praktik, tugas-tugas dan lainnya serta hasil remidial.

30
J. Pengembangan Alat Penilaian dalam Bentuk Tes dan Non-Tes

Alat penilaian dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan teknik tes dan teknik
non-tes. Pembahasan mengenai pengembangan alat penilaian pada kedua teknik tersebut
dapat Anda baca pada berikut.

1. Pengembangan Alat Penilaian dengan Teknik Tes.


Teknik tes merupakan salah satu alat, cara, dan langkah-langkah yang sistematik
untuk digunakan dalam mengukur sejumlah perilaku tertentu siswa. Berdasarkan cara
pelaksanaannya, teknik tes dikelompokkan sebagai berikut. Tes tertulis, yaitu alat
penilaian yang bentuk dan pelaksanaanya dilakukan secara tertulis. Tes lisan, yaitu
alat penilaian yang bentuk dan pelaksanaanya dilakukan secara lisan. Tes perbuatan,
yaitu alat penilaian yang baik pertanyaan maupun jawabannya dilakukan secara
tertulis maupun lisan, seperti praktek di laboratorium, praktik kesenian, simulasi, dan
deklamasi.
2. Pengembangan Alat Penilaian dengan Teknik Non-Tes.
Teknik non-tes adalah alat penilaian yang prosedurnya tidak sistematis sebagaimana
teknik tes. Akan tetapi, teknik non tes ini dapat dilakukan untuk memperoleh
gambaran mengenai karakteristik minat, sikap, atau kepribadian siswa. Berdasarkan
cara pelaksanaannya, teknik non-tes dikelompokkan sebagai berikut :
 Skala sikap, yaitu alat penilaian yang digunakan untuk mengungkapkan sikap
siswa melalui tugas tertulis. Sikap artinya pendirin seseorang terhadap suatu
peristiwa atas obyek. Skala sikap alat penialain yang mengukur pendirian
seseorang seperti sangat setuju, ragu-ragu, setuju dan sangat tidak setuju.
 Check list, yaitu alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas
dasar pengamatan terhadap perilaku siswa. Dalam tes pengamatan, siswa tidak
perlu selalu diberitahu sebelumnya bahwa perilaku mereka sedang diamati.
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kealamiahan perilaku siswa.
 Quesioner, yaitu alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya
dilakukan dengan cara tertulis. Penyusunan angket diarahkan untuk menyaring

31
infomasi mengenai berbagai faktor yang berpengaruh terhadap prestasi
belajar.
 Catatan harian, yaitu suatu catatan mengenai perilaku siswa yang dipandang
mempunyai kaitan dengan perkembangan kepribadiannya. Misalnya, catatan
mengenai siswa yang memperlihatkan perilaku khusus seperti, suka terlambat,
mengambil milik teman, suka mengganggu, atau membuat gaduh.
 Portofolio, yaitu penilaian berdasarkan koleksi atau kumpulan bahan pilihan
yang dikembangkan oleh siswa/guru, berfungsi untuk menelaah proses, usaha,
perbaikan, dan pencapaian kinerja siswa secara objektif. Ada beberapa prinsip
yang perlu Anda perhatikan dalam penggunaan portofolio, yaitu :
 Saling percaya antara guru dan siswa (mutual trust),
 Milik bersama antara guru dan siswa (joint ownership),
 Keberhasilan bersama antara guru dan siswa (confidentiality),
 Kepuasan (satisfaction), serta
 Kesesuaian (relevance).

K. Pengukuran

Pengukuran adalah penentuanbesaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap


suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuntlitas fisik,
tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan,
seperti tingkat ketidakpastianatau kepercayaan konsumen. Pengukuran adalah proses
pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-
atribut konsep.Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya
tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.

Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (measurement) adalah


suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi
yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa
dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka,
mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat,
mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001)
pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu :

1. Penggunaan angka atau skala tertentu.


32
2. Menurut suatu aturan atau formula tertentu.

Pengukuran adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengidentifikasi besar


kecilnya obyek atau gejala (Hadi, 1995). Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara :

1. Menggunakan alat-alat yang standar.


2. Menggunakan alat-alat yang tidak standar. Suryabrata (1984) mendefinisikan secara
sederhana bahwa pengukuran terdiri atas aturan-aturan untuk mengenakan bilangan-
bilangan kepada sesuatu obyek untuk mempresentasikan kuantitas atribut pada obyek
tersebut. Cronbach yang dikutip oleh Mehren (1973) mendefinisikan pengukuran
sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengamati perilaku seseorang dan
menggambarkannya dengan bantuan skala numerik atau sistem pengkategorian.
Hamalik (1989), menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas hasil pengukuran itu
banyak bergantung pada jenis dan mutu alat ukur yang digunakan. Menegaskan
pendapat tersebut, menurut Umar (1991) pengukuran adalah suatu kegiatan untuk
mendapatkan informasi data secara kuantitatif. Hasil dari pengukuran dapat berupa
informasiinformasi atau data yang dinyatakan dalam berntuk angka ataupun uraian
yang sangat berguna dalam pengambilan keputusan, oleh karena itu mutu informasi
haruslah akurat.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah


suatu prosedur yang sistematis untuk memperoleh informasi data kuantitatif baik data yang
dinyatakan dalam bentuk angka maupun uraian yang akurat, relevan, dan dapat dipercaya
terhadap atribut yang diukur dengan alat ukur yang baik dan prosedur pengukuran yang jelas
dan benar.

Pengukuran menurut guilford (1982) yaitu sistem penetapan angka pada satu tanda-
tanda menurut aturan spesifik. Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi menurut pada
klasifikasi observasi unjuk kerja atau kekuatan peserta didik gunakan satu standar.
Pengukuran bisa menggunakan tes serta nontes. Measurement (pengukuran) merupakan
proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif
(system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut
dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan
pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu
atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang

33
mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus
disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001).

Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau
karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut,
akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih
ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement)
sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya
menjadi kuantitatif.

Pengukuran merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan


menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif
dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996).
Menurt Ign. Masidjo (1995: 14) pengukuran sifat suatu objek adalah suatu kegiatan
menentukan kuantitas suatu objek melalui aturan-aturan tertentu sehingga kuantitas yang
diperoleh benar-benar mewakili sifat dari suatu objek yang dimaksud.

Menurut Cangelosi (1991) pengukuran adalah proses pengumpulan data melalui


pengamatan empiris. Pengertian yang lebih luas mengenai pengukuran dikemukakan oleh
Wiersma & Jurs (1990) bahwa pengukuran adalah penilaian numeric pada fakta-fakta dari
objek yang hendak diukur menurut criteria atau satuan-satuan tertentu. Jadi pengukuran bisa
diartikan sebagai proses memasangkan fakta-fakta suatu objek dengan fakta-fakta satuan
tertentu (Djaali & Pudji Muljono, 2007). Sedangkan menurut Endang Purwanti (2008: 4)
pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan
angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan
selalu berupa angka.

Dari pendapat ahli beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta kuantitatif yang disesuaikan
dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan diukur. Alwasilah et
al.(1996), measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performa
siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian rupa sehingga
sifat kualitatif dari performa siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka Arikunto dan
Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan
membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi
kuantitatif.

34
Cangelosi, James S. (1995), pengukuran adalah proses pengumpulan data secara
empiris yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang
telah ditentukan. Sridadi (2007) pengukuran adalah suatu prose yang dilakukan secara
sistematis untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu objek tertentu dengan
menggunakan alat ukur yang baku.

L. Evaluasi

Evaluasi dalam bahasa Inggris dikenal dengan istila Evaluation. Gronlund (1985)
berpendapat evaluaasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat
keputusan, sampai sejauh mana tujuan proram telah tercapai. Pendapat yang sama juga
dikemukakan oleh Wrightstone, dkk (1956) yang mengemukakan bahwa evaluasi pendidikan
adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan atau nilai-nilai
yang telah ditetapkan dalam kurikulum (Djaali & Pudji Muljono, 2007).

Sedangkan Endang Purwanti (2008: 6) Berpendapat bahwa evaluasi adalah proses


pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan
angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Sudiono, Anas (2005)
mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation,
dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi
istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu.

Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003):” Evaluation The systematic process
of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extent to which pupils
are achieving instructional objectives.” (Artinya: Evaluasi adalah proses sistematis
pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi untuk menentukan sejauh mana siswa yang
mencapai tujuan instruksional). Mardapi, Djemari (2003), penilaian adalah kegiatan
menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution
(2001), mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang
menggunakan tes maupun nontes.

M. Tahapan pelaksanaan evaluasi


35
Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan tujuan,
menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan
informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut.

1. Menentukan tujuan.
Tujuan evaluasi proses pembelajaran dapat dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau
pertanyaan. Secara umum tujuan evaluasi proses pembelajaran untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut:
(a) Apakah strategi pembelajaran yang dipilih dan dipergunakan oleh dosen
efektif,
(b) Apakah media pembelajaran yang digunakan oleh dosen efektif,
(c) Apakah cara mengajar dosen menarik dan sesuai dengan pokok materi sajian
yang dibahas, mudah diikuti dan berdampak mahasiswa mudah mengerti
materi sajian yang dibahas,
(d) Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap materi sajian yang dibahas berkenaan
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai,
(e) Apakah mahasiswa antusias untuk mempelajari materi sajian yang dibahas,
(f) Bagaimana mahasiswa mensikapi pembelajaran yang dilaksanakan oleh dosen,
(g) Bagaimanakah cara belajar mahasiswa mengikuti pembelajaran yang
dilaksanakan oleh dosen.
2. Menentukan desain evaluasi.
Desain evaluasi proses pembelajaran mencakup rencana evaluasi proses dan
pelaksana evaluasi. Rencana evaluasi proses pembelajaran berbentuk matriks dengan
kolom-kolom berisi tentang: No. Urut, Informasi yang dibutuhkan, indikator, metode
yang mencakup teknik dan instrumen, responden dan waktu. Selanjutnya pelaksana
evaluasi proses adalah dosen mata kuliah yang bersangkutan.
3. Penyusunan instrumen evaluasi.
Instrumen evaluasi proses pembelajaran untuk memperoleh informasi deskriptif
dan/atau informasi judgemental dapat berwujud.
(a) Lembar pengamatan untuk mengumpulkan informasi tentang kegiatan belajar
mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan oleh dosen
dapat digunakan oleh dosen sendiri atau oleh mahasiswa untuk saling
mengamati, dan
(b) Kuesioner yang harus dijawab oleh mahasiswa berkenaan dengan strategi
pembelajaran yang dilaksanakan dosen, metode dan media pembelajaran yang
36
digunkan oleh dosen, minat, persepsi maha-siswa tentang pembelajaran untuk
suatu materi pokok sajian yang telah terlaksana.
4. Pengumpulan data atau informasi.
Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan secara obyektif dan terbuka agar
diperoleh informasi yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi peningkatan mutu
pembelajaran. Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan pada setiap akhir
pelaksanaan pembelajaran untuk materi sajian berkenaan dengan satu kompetensi
dasar dengan maksud dosen dan mahasiswa memperoleh gambaran menyeluruh dan
kebulatan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk
pencapaian penguasaan satu kompetensi dasar.
5. Analisis dan interpretasi.
Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau informasi
terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan dengan proses
pembelajaran yang telah terlaksana; sedang interpretasi merupakan penafsiran
terhadap deskripsi hasil analisis hasil analisis proses pembelajaran. Analisis dan
interpretasi dapat dilaksanakan bersama oleh dosen dan mahasiswa agar hasil evaluasi
dapat segera diketahui dan dipahami oleh dosen dan maha-siswa sebagai bahan dan
dasar memperbaiki pembelajaran selanjutnya.
6. Tindak lanjut.
Tindak lanjut merupakan kegiatan menindak lanjuti hasil analisis dan interpretasi.
Dalam evaluasi proses pembelajaran tindak lanjut pada dasarnya berkenaan dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya dan evaluasi pembelajarannya.
Pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan keputusan tentang
upaya perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya peningkatan
mutu pembelajaran; sedang tindak lanjut evaluasi pembelajaran berkenan dengan
pelaksanaan dan instrumen evaluasi yang telah dilaksanakan mengenai tujuan, proses
dan instrumen evaluasi proses pembelajaran.

Evaluasi Hasil Belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil
belajar. Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau
hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau
ketentuan yang dianggap benar. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status
atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut
aturan atau formulasi yang jelas. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan
37
dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang
menggunakan instrumen test maupun non-test. Penilian dimaksudkan untuk memberi nilai
tentang kualitas hasil belajar Secara klasik tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk
membedakan kegagalan dan keberhasilan seorang peserta didik.

Dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik


kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukan
perbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang
telah meluluskan. Tes, pengukuran dan penilaian berguna untuk : seleksi, penempatan,
diagnosis dan remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing belajar, perbaikan
kurikulum dan program pendidikan serta pengembangan ilmu. Tahapan Evaluasi Tahapan
pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah penentuan tujuan, menentukan desain evaluasi,
pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi
serta tindak lanjut.

Menentukan tujuan. Tujuan evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui capaian
penguasaan kompetensi oleh setiap mahasiswa sesuai rencana pembelajaran yang disusun
oleh guru mata pelajaran atau guru kelas. Kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa
mencakup koginitif, psikomotorik dan afektif.

Menentukan Rencana Evaluasi. Rencana evaluasi hasil belajar berwujud kisi-kisi,


yaitu matriks yang menggambarkan keterkaitan antara behavioral objectives (kemampuan
yang menjadi sasaran pembelajaran yang harus dikuasai siswa) dan course content (materi
sajian yang dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi) serta teknik evaluasi yang akan
digunakan dalam menilai keberhasilan penguasaan kompetensi oleh siswa.

Penyusunan Instrumen Evaluasi. Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh


informasi deskriptif dan/atau informasi judgemantal dapat berwujud tes maupun non-test. Tes
dapat berbentuk objektif atau uraian; sedang non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan
atau kuesioner. Tes objektif dapat berbentuk jawaban singkat, benarsalah, menjodohkan dan
pilihan ganda dengan berbagai variasi : biasa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus,
grafik dan gambar tabel. Untuk tes uraian yang juga disebut dengan tes subjektif dapat
berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas, dan terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan
instrumen tes atau nontes, guru harus mengacu pada pedoman penyusunan masing-masing
jenis dan bentuk tes atau non tes agar instrumen yang disusun memenuhi syarat instrumen.

38
yang baik, minimal syarat pokok instrumen yang baik, yaitu valid (sah) dan reliabel (dapat
dipercaya).

Pengumpulan data atau informasi. Pengumpulan data atau informasi dalam bentuknya
adalah pelaksanaan testing/penggunaan instrumen evaluasi harus dilaksanakan secara
obyektif dan terbuka agar diperoleh informasi yang sahih dan dapat dipercaya sehingga
bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran. Pengumpulan data atau informasi
dilaksanakan pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran untuk materi sajian berkenaan
dengan satu kompetensi dasar dengan maksud dosen dan mahasiswa memperoleh gambaran
menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk
pencapaian penguasaan satu kompetensi dasar

Analisis dan interpretasi. Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera


setelah data atau informasi terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan
dengan hasil belajar mahasiswa, yaitu penguasaan kompetensi; sedang interpretasi
merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis hasil belajar mahasiswa. Analisis dan
interpretasi didahului dengan langkah skoring sebagai tahapan penentuan capaian penguasaan
kompetensi oleh setiap siswa. Pemberian skoring terhadap tugas dan/atau pekerjaan siswa
harus dilaksanakan segera setelah pelaksanaan pengumpulan data atau informasi serta
dilaksanakan secara objektif. Untuk menjamin keobjektifan skoring guru harus mengikuti
pedoman skoring sesuai dengan jenis dan bentuk tes/instrumen evaluasi yang digunakan.

Tindak lanjut. Tindak lanjut merupakan kegiatan menindak lanjuti hasil analisis dan
interpretasi. Sebagai rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak lanjut pada dasarnya
berkenaan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan kelanjutnya berdasarkan hasil
evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi
pemebelajaran itu sendiri.

Tindak lanjut pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan


pelaksanaan keputusan tentang usaha perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan
sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran. Tindak lanjut berkenaan dengan evaluasi
pembelajaran menyangkut pelaksanaan evaluasi dengan instrumen evaluasi yang digunakan
meliputi tujuan, proses dan instrumen evaluasi hasil belajar.

Evaluasi dalam bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu evaluasi yang bersifat makro dan yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro
sasarannya adalah program pendidikan pada umumnya, yaitu program yang direncanakan

39
untuk memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan di tingkat kelas.
Jadi sasaran evaluasi mikro adalah program pembelajaran di kelas (Djemari Mardapi. 2000:
2).

Guru mempunyai tanggung jawab untuk menyusun dan melaksanakan program


pembelajaran di kelas, sedangkan pimpinan sekolah mempunyai tanggung jawab untuk
mengevaluasi program pembelajaran yang telah disusun dan dilaksanakan oleh guru.

N.Perbedaan Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran

Berdasarkan pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian adalah suatu
proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pengukuran adalah
membandingkan hasil tes dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif.
Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil
pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan
keputusan.Penilaian bersifat kualitatif.

Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian masing-
masing :

1. Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai,
kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
2. Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan
hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui
program kegiatan belajar.
3. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat
kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam dunia
pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995:
21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.

Dari pengertian di atas istilah evaluasi dan penilaian hampir sama, bedanya dalam
evaluasi berakhir dengan pengambilan keputusan sedangkan penilaian hanya sebatas
memberikan nilai saja. Berdasarkan pengertian antara istilah pengukuran, penilaian dan

40
evaluasi yang dikemukakan diatas, maka jelaslah sudah bahwa pengukuran, penilaian dan
evaluasi merupakan tiga konsep yang berbeda. Namun demikian, dalam prakteknya dalam
dunia pendidikan, ketiga konsep tersebut sering dipraktikkan dalam satu rangkaian kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, et al. 1996. Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of


Education and Culture.

Alwasilah, et al. 1996. Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of


Education and Culture.

Anas sudiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:PT.Grafindo persada, 2001.

Angelo, T.A., 1991. Ten easy pieces: Assessing higher learning in four dimensions. In
Classroom research: Early lessons from success. New directions in teaching and
learning(#46), Summer, 17-31.

Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta

Arikunto, Suharsimi. 1984. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Yogyakarta: Bina Aksara.

Borg, W.R. & Gall, M.D. 1983. Educational research: An Introduction. NewYork &
London:

Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB

Calongesi, James S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB

41
Darsono, Max, Prof, DR, dkk, 2000, Belajar dan Pembelajaran, Semarang : CV IKIP
Semarang Press

Depdiknas. 2003, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian, Jakarta :


Depdiknas

Depdiknas. 2004, Cara Pengisian Laporan Hasil Belajar Siswa SMA, Jakarta : Depdiknas

Depdiknas. 2004, KTSP SMA Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah
Afektif, Jakarta : Depdiknas

Depdiknas. 2004, KTSP SMA Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah
Psikomorik. Jakarta : Depdiknas

Depdiknas. 2004, KTSP SMA Pedoman Pengembangan Portofolio untuk Penilaian. Jakarta :
Depdiknas

Depdiknas. 2004, Kurikulum 2004 Kerangka Dasar, Jakarta : Depdiknas

Depdiknas. 2004, Panduan Penilaian, Penjurusan, Kenaikan Kelas dan Pindah Sekolah di
SMA, Jakarta : Depdiknas

Depdiknas. 2004, PedomanPenilaian Kelas, Jakarta : Depdiknas

Depdiknas. 2004. Modul Pembelajaran, Rembang : Sekda Pemkab Rembang

Djahiri, Ahmad Kosasih. 1992. Menelusuri Dunia Affective, Nilai Moral dan Pendidikan
Nilai Moral. Bandung: LPPMP IKIP Bandung.

Feczel, J. D. 1985. Towaed A Confluent Taxono My of Cognitive, and Psychomotor Abilities


in Communication, 34.

Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. 2003. Formative Evaluation Through Online Focus
Groups, in Developing Faculty to use Technology, David G. Brown (ed.), Anker Publishing
Company: Bolton, MA.

Hamalik, Oemar, Penelitian Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya

Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta :


Bumi Aksara

Imam Ghozali & Fuad. 2005. Structural equation modeling: Teori, konsep dan aplikasi
dengan program Lisrel 8,54. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

42
Joreskog, K. & Sorbom, D. 1996. Lisrel 8: User reference guide. Chicago. Scientific
Software International.

Kirkpatrick, D.L. 1998. Evaluating training programs, The four levels (2nd ed.). San
Francisco: Berrett-Koehler Publisher, Inc

Kizlik, Bob. 2009. Measurement, Assessment, and Evaluation in Education. Online


: http://www.adprima.com/measurement.htm diakses tanggal 20-01-2013.

Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and Practice.
Japan: Shizuoka University.

Lehmann, H. 199). The Systems Approach to Education. Special Presentation Conveyed in


The International Seminar on Educational Innovation and Technology Manila. Innotech
Publications-Vol 20 No. 05.

Longman Djemari Mardapi. 2000. Evaluasi pendidikan. Makalah disampaikan pada


Konvensi Pendidikan Nasional tanggal 19 – 23 September 2000 di Universitas Negeri
Jakarta.

Mardapi, Djemari. 2003. Desain Penilaian dan Pembelajaran Mahasiswa. Makalah


Disajikan dalam Lokakarya Sistem Penjaminan Mutu Proses Pembelajaran tanggal 19 Juni
2003 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Masrukhi, Drs, Mpd, Makalah Model Pembelajaran Berbasis Portofolio. Bandung :


Rosdakarya

Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman , 1992, Analisis Data Kualitatif , Jakarta : UI
Press

Mulyasa, E, 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung : Rosdakarya

Nurhadi, 2004. Kurikulum 2004. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Overton, Terry. 2008. Assessing Learners with Special Needs: An Applied Approach (7th
Edition). University of Texas – Brownsville

Palomba, Catherine A. And Banta, Trudy W. 1999. Assessment Essentials: Planning,


Implementing, Improving. San Francisco: Jossey-Bass

Plomp, T. 1997. Development research on/in educational development. Netherlands: Twente


University.
43
Ruminiati, 2001. Pengembangann model penilaian PKn SD. Malang: Jurnal Sekolah
DasarTahun 10, Nomor 1, Mei 2001

Solimun. 2002. Structural equation modeling (SEM) Lisrel dan Amos. Malang: Fakultas
MIPA Universitas Brawijaya

Sridadi. 2007. Diktat Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Penjas. Yogyakarta: FIK UNY.

Stiggins, R.J. 1994. Student-Centered Classroom Assessment. New York : Macmillan


College Publishing Company

Stufflebeam, D.L. & Shinkfield, A.J. 1985. Systematic evaluation. Boston: Kluwer Nijhof
Publishing.

Sudiyono, A. 2003. Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Tayibnapis, F.Y. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta

Wahab, Abdul Azis. 1993. Evaluasi Hasil Belajar PMP, Bandung: Jurusan PMP/Kn.

Wayan Nurkencana. (1993). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

Winataputra, Udin Syarifudin.1991. Model Belajar Mengajar Bidang Studi PMP dan
Pendidikan IPS. Jakarta: Depdikbud.

Yusuf A.Muri. 2005. Evaluasi Pendidikan. Padang: Universitas Negeri Padang

Zainul & Nasution. 2001. Penilaian Hasil belajar. Jakarta: Dirjen Dikti

Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional

https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/29/penilaian-pengukuran-dan-evaluasi/

44

Anda mungkin juga menyukai