Anda di halaman 1dari 14

Batu Suli dan Puruk

Tamanggung Amai
Rawang
#ExploreGunungMas
https://bci-official.blogspot.com/2016/05/catatancakrawala-batu-suli-dan-puruk.html#more

Batu Suli dan Puruk Amai Rawang di belakangnya.


Tampak Desa Upon Batu di sebelah kanan Bukit

Masih di Kabupaten Gunung Mas, kali ini admin membahas tentang


sebuah tempat yang bagi sebagian besar masyarakat Kalteng
sudah tidak asing lagi, yaitu Batu Suli. Ini bukan nama Jalan di Kota
Palangka Raya, juga bukan nama sebuah Hotel hehe... Namun
Batu Suli merupakan sebuah tebing batu berbentuk lancip yang
berada di tepian sungai Kahayan tepatnya di desa Upon Batu,
Kecamatan Tewah. Kenapa disebut Batu Suli, dikarenakan di atas
bukit tersebut terdapat semacam buah hutan yang bernama buah
Suli, salah satu buah khas Kalimantan.
Di belakang Batu Suli ini sendiri ada sebuah bukit yang cukup tinggi
yang tebingnya juga menjorok ke arah sungai, namanya Puruk
Tamanggung Amai Rawang atau lebih singkatnya sering disebut
Puruk Amai Rawang, diambil dari kata Puruk yang artinya Puncak
Gunung/Bukit, dan nama Amai Rawang sendiri diambil dari seorang
Tamanggung (sekarang lebih disebut Damang/Kepala Desa),
bergelar Tamanggung Amai Rawang. Desa Upon Batu ini sendiri
berada tepat di bawah bukit dan berdampingan dengan Batu Suli.
Di atas puncak Amai Rawang ini sendiri terdapat sisa-sisa
peninggalan budaya (Benda Cagar Budaya), salah satunya yakni
Batu Antang.

Batu Suli sekitar tahun 1920an (sumber: arsip Univ. Basel


Jerman)

Baik Batu Suli ataupun Puruk Amai Rawang memiliki cerita


legendanya masing-masing. Batu Suli konon awalnya pernah
menutupi sungai dan pada akhirnya berhasil didirikan oleh
sekawanan ikan (sumber dapat dilihat
di https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_Suli). Kemudian Puruk Amai
Rawang ini sendiri pernah dijadikan tempat perlindungan/benteng
oleh Tamanggung Amai Rawang untuk menghalau serangan Asang
yang ingin menyerang desa Upon Batu
(sumber: http://www.infoitah.com/2016/01/Legenda.Puruk.Amai.Ra
wang.html).
Rute Perjalanan apabila berangkat dari pusat Kota Palangka Raya,
setidaknya harus menginap di Kuala Kurun karena untuk mencapai
tempat ini tidak cukup satu hari (one day trip). Jangan khawatir
karena di Kuala Kurun tersedia Losmen/Penginapan atau Hotel
dengan kisaran harga standar Rp.50.000-Rp. 500.000. Angkutan
untuk menuju Kuala Kurun juga banyak, biasanya sekitar Rp.
70.000-Rp.100.000 tergantung jenis armadanya.

Start dari Kuala Kurun, carilah jalur menuju Tewah, biasanya lurus
terus kalau dari Bundaran Kota Kuala Kurun, atau lewat jalur lingkar
(belok kanan menanjak ke atas) pada tugu Selamat Datang
(Setelah Jembatan Batu Mahasur).

Sepanjang jalan akan ada hamparan perbukitan, walaupun


sebagiannya ada yang mulai tandus akibat pembukaan lahan
Sawit. Tetapi kendaraan yang ke arah sini lumayan sepi, jadi pas
untuk kalian yang suka foto-foto jalanan hehe.
Tidak berapa lama ada persimpangan tiga-Belok kanan. Belok kiri
menuju Kota/Polres Gunung Mas (lupa moto). Ikuti saja jalan yang
ada. Hingga lagi-lagi melewati hamparan perbukitan.
Kemudian melewati Desa Batu Nyapau, perjalanan sekitar 30 menit
hingga persimpangan ke Tumbang Rahuyan (Rungan Hulu)-belok
kanan lagi.

Persimpangan Tumbang Rahuyan

Memasuki Tewah, tetap lurus ikuti jalan Aspal.


Selanjutnya masuk ke jalur menuju Tumbang Miri, ini jalannya
masih dalam tahap pengerasan. Melewati beberapa desa seperti
Kasintu dan Batu Nyiwuh

Tidak berapa lama sampai di penyeberangan ke Desa Upon Batu.


Tampak Puruk Amai Rawang dari kejauhan (Batu Suli tidak terlihat
dari sini, jika ingin melihat dari dekat harus menyusur lagi sekitar
100an meter dan cari jalan menuju pinggiran sungai, atau
menyeberang dan menyusur hingga ujung desa)
Kemudian menyeberangi sungai Kahayan menuju desa Upon Batu.
Sungai Kahayan

Ada dua pilihan yang bisa kita lakukan, kita dapat menyusuri desa
hingga Batu Suli, atau mendaki Puruk Amai Rawang. Perlu
diperhatikan jika ingin mendaki harus meminta ijin terlebih dahulu
dengan aparatur Desa setempat atau meminta bantuan kepada
guide lokal untuk mengantar sampai puncak, karena Puruk Amai
Rawang selain merupakan objek Wisata Alam, juga merupakan
objek Wisata Budaya karena ada beberapa benda Cagar Budaya
yang sangat berarti nilainya dan daerah tersebut merupakan
daerah keramat, jadi pantang untuk berbicara dan berbuat hal yang
tidak senonoh, termasuk juga mengotori kawasan tersebut.

Ada beberapa peninggalan dari Tamanggung Amai Rawang yang


dapat ditemukan ketika sampai di Puncak, yang pertama yakni Batu
Antang, yaitu Batu tempat di mana Tamanggung Amai Rawang
melakukan Ritual Manajah Antang (Ritual Memanggil Roh Leluhur).
Pada sisi dalam Batu Antang terdapat sebuah celah yang konon
barangsiapa yang dapat melewati celah itu dia akan panjang umur
dan rejekinya dimudahkan.
Batu Antang tampak depan (sumber: hasimah57.wordpress.com)

Kemudian Kubur Inai Rawang yaitu Istri dari Tamanggung Amai


Rawang, kalau Kubur dari Tamanggung Amai Rawang sendiri
masih belum dipastikan lokasinya.
Beberapa jihi (tiang) dari Rumah Betang, karena dulu di puncak
bukit ini pernah berdiri sebuah Rumah Betang. Ada juga salah satu
tiang yang diberi tanda keramat (berupa kain kuning).
Batu Tingkes (ini beda dengan Batu Tingkes di Bukit Batu
Kasongan), ini terdiri dari kumpulan batu yang tersusun dari yang
terkecil hingga yang terbesar. Mitos dari batu-batu ini konon
siapapun yang bisa mengangkat batu yang paling besar, rejekinya
pun juga besar. Yang mengangkat batu yang kecil, rejekinya pun
kecil.
Kemudian ada beberapa Pasah Patahu, lalu sebuah Telaga yang
disebut juga dengan Telaga Bawin Kameloh (sayangnya lupa
moto). Apabila kita menyusuri jalan setapak di sekitaran Batu
Antang akan ada berbagai pepohonan bambu (lebih tepatnya hutan
bambu). Hingga tiba di ujung perjalanan, yaitu tepian jurang dengan
sebuah rumah singgah kecil.
Dari sini kita bisa melihat 'pucuk' Batu Suli dan Sungai Kahayan,
hanya saja cukup berbahaya untuk mengambil foto di sini (apalagi
di tepiannya) karena rawan longsor dan tidak ada pagar pembatas.

Sungai Kahayan dan Desa Upon Batu dari ketinggian

Namun di satu sisi Puruk Amai Rawang/Batu Suli merupakan


tempat yang cocok untuk olahraga ekstrim seperti Paralayang atau
Layang Gantung menggunakan Glider karena posisinya yang
sangat strategis dan bentuknya pun hampir menyerupai gunung
meja. Sayangnya ketinggian persisnya dari permukaan laut masih
belum diketahui dan tempat ini cukup jarang didatangi wisatawan
membuat tempat wisata ini terkesan angker.

But whatever lah, pokoknya tempat ini sangat recommended untuk


kalian yang mencintai wisata alam, serta penasaran mengenai
peninggalan-peninggalan sejarah Dayak di Kalimantan. So don't
forget to come, but tetap kebersihan dijaga dan tetap jaga tutur kata
dan sopan santun. Karena ketika kita baik kepada orang, orang pun
akan baik kepada kita. Salam! :)

Anda mungkin juga menyukai