Anda di halaman 1dari 18

Sebuah Perjalanan Tak

Terduga di Hulu
Kabupaten Kapuas
#Masuparia
https://bci-official.blogspot.com/2017/01/catatancakrawala-sebuah-perjalanan-tak.html

Desa Masuparia
Masupa Ria, adalah salah satu Desa yang berada di hulu Kapuas,
tepatnya di hulu Sungai Mendaun anak Sungai Kapuas. Sekedar
Informasi Desa terujung di Sungai Kapuas adalah Tumbang Bukoi,
dan Desa yang berada di Muara Sungai Kapuas adalah Desa
Batanjung. Keduanya berada di Kabupaten Kapuas, kabupaten
yang wilayahnya memanjang dari hilir sampai ke hulu Kapuas. Tapi
bukan Kapuas di Pontianak, tetapi di Kalimantan Tengah (biar ga
typo hehe). Desa ini juga berada di daerah perbukitan yang
merupakan jajaran Pegunungan Schwaner dan Muller, sehingga
Masupa Ria juga termasuk dalam Jantung Kalimantan (Heart of
Borneo). Di daerah ini juga terdapat areal pedulangan emas yang
materialnya diambil dari kaki Gunung Puti/Masupa. Di tempat ini
juga terdapat 3 Air Terjun dengan tinggi sekitar 100 meter.
Masupa Ria berdekatan dengan perbatasan antara Kapuas dan
Murung Raya, wajar bila hampir seluruh pasokan kebutuhan
Sandang, Pangan dan Papan berasal dari Murung Raya, karena
belum ada jalan darat yang bisa menjangkau, toh seandainya ada
(direncanakan) kemungkinan akan melewati Tanjung Rendan. Saat
ini hanya ada dua alternatif jalur untuk mencapai Desa ini, yaitu
melewati Jalur Sungai Kapuas melalui Sei Hanyo-Sei Pinang-
Tumbang Tihis-Tumbang Manyarung-Jakatan Masupa-Masupa Ria,
estimasi biayanya cukup mahal (sekitar 1 jeti lebih untuk sewa
perahu ces kalau tidak salah). Atau melewati Tumbang Lahung
menyusur Sungai Barito menuju Desa Batu Makap, kemudian
menyewa trail untuk sampai ke Desanya (estimasi biaya PP sekitar
1 jeti lebih juga). Waktu tempuh jika dihitung dari Ibukota Provinsi
(Palangka Raya) sekitar 1-2 hari. Info lebih lanjut tentang Itinerary
Perjalanan ke tempat ini ada di blog rekan
admin: http://fujibloginfo.blogspot.co.id/2016/04/ke-desa-masupa-
ria.html
Admin akan cerita sedikit gambaran tentang jalur yang dilalui, terutama Jalur Sungai
Kapuas yang admin pernah lalui. Start perjalanan disarankan pagi buta, agar bisa
sampai di Sei Hanyo untuk beristirahat sejenak. Waktu perjalanan sekitar 5,5 jam
melewati Jalur Palangka Raya-Kuala Kurun, kemudian masuk simpang Sei Hanyo

Simpang Sei Hanyo


Melalui Desa Tangirang, dan Dirung Koram yang tikungan dan tanjakannya rawan
kecelakaan. Disarankan berhati-hati terutama saat musim hujan. Tidak jauh dari
Jembatan Sei Hanyo, 500an meter sebelum jembatan belok kiri, itulah jalan menuju
Desa.
Simpang Sei Hanyo (belok kiri)

Di sini kita harus Carter Kapal (1jt per kapal), kalau admin sendiri menggunakan ces
dari keluarga rekan ane, jadi hanya membayar untuk bensin. Ada sekitar 2 kali
mengisi bensin, pertama di Sei Pinang, kedua di Tumbang Manyarung.

Desa Sei Hanyo


Di Desa Sei Hanyo sendiri Rumah Lanting (Bahasa Kerennya Rumah Apung) masih
banyak. Mengingat transportasi air yang masih sering digunakan terutama untuk
desa yang tidak ada akses jalan daratnya.
Perahu Ces yang digunakan admin
Start dari Sei Hanyo-Jakatan Masupa memakan waktu 8 jam, jadi setidaknya harus
berangkat sebelum tengah hari agar tidak kemalaman sampai di Jakatan Masupa.

Sepanjang Perjalanan kita akan melihat sesekali kelotok lain melintas dan
pendulangan emas di pinggiran sungai yang masih marak. Itulah alasan mengapa
warna Sungai ini tidak berubah dari dahulu kala (hehe).

Sekitar 3 km dari Desa Sei Hanyu ada pulau kecil seperti ini. Entah ini pulau atau
bongkahan batu tetapi ada tanda keramat di atasnya (mungkin ada yang tahu)
mungkin juga muara dari anak sungai. Tetapi ada keunikan tersendiri saat admin
melintasinya.

Melewati Desa Bulau Ngandung, Tumbang Sirat (ada cabang Sungai Kecil, inilah
yang dinamakan Sungai Sirat). Desa paling hulu di Sungai ini adalah Desa
Baronang II.

Muara Sungai Sirat


Kemudian melewati Desa Sei Pinang, Desa ini merupakan Ibukota dari Kecamatan
Mandau Talawang.
Desa Sei Pinang
Tidak jauh dari situ ada penyeberangan feri, kemungkinan ada jalan menuju
Tumbang Bukoi.

Kemudian melewati percabangan Sungai, yakni Sungai Mendaun (kanan) dan


Sungai Kapuas (kiri)
Desa Tumbang Tihis dari kejauhan

Melewati Tumbang Tihis arus Sungai mulai deras dan berbatu-batu, namun masih
bisa dilalui kapal

Sesekali menemukan pohon yang roboh ke sungai

Singgah di Desa Tumbang Manyarung, desa yang cukup terpencil juga, namun
tampaknya ada jalan darat menuju desa ini.
Desa Tumbang Manyarung
Lanjut perjalanan arus sungainya semakin deras, tetapi view di sekitarnya mulai
kelihatan. Ada beberapa bukit besar yang mulai terlihat dari Sungai Mendaun.

Yang lancip itu namanya Bukit Manyarung (kalau tidak salah)

Semakin ke hulu warna sungainya makin berubah menjadi agak kehijauan mengikuti
warna pohon di sekitarnya, ini dikarenakan tempat pedulangan emas yang semakin
sedikit dan memang dilarang untuk melakukan aktivitas penambangan di hulu
sungai karena berpengaruh pada persediaan ikan di sungai.
Perubahan warna sungai

Sekitar 2,5 jam kemudian sampailah di Jakatan Masuparia. Desanya tidak terlalu
padat, namun sudah ada sekolah dasar di sini. Belum ada listrik di desa ini, hanya
saja ada beberapa rumah yang menggunakan Tenaga Surya, minimal untuk
menyalakan lampu.
Sungai Mandaun di Jakatan Masupa
Esoknya Admin melanjutkan perjalanan menuju Masuparia, dari sini kita harus
trekking selama kurang lebih 30 menit melalui jalan setapak. Tetapi sebelumnya kita
bisa melihat panorama cantik Gunung Masupa/Gunung Puti dari kejauhan, untuk
melihat Panorama yang lebih luas bisa mendaki perbukitan di belakang kampung.
Gunung Masupa dari kejauhan

Tampak dekat

Desa Masuparia sebenarnya berada di sisi lain dari gunung itu, tepatnya di kaki
gunungnya. Menurut informasi ada beberapa cara untuk mendaki gunung tersebut,
bisa di desa Masupa Rianya, namun medannya agak terjal karena harus melewati
Air Terjun Masupa dan Gunung Puti, yang kedua menyusuri sungai Mandaun agak
kehulu (sayangnya belum sempat mendaki). Konon dari atas Gunung ini kita bisa
melihat Bukit Manyarung, Gunung Riang Rawung/Manyawang, dan beberapa
jajaran pegunungan Muller di Kabupaten Murung Raya, karena tempat ini
berdekatan dengan perbatasan Kabupaten Murung Raya.

Tidak jauh dari Jakatan Masupa sekitar 100-an meter ada semacam Riam
berketinggian 1-2 meter, oleh warga sekitar disebut Riam Katimpun. Jakatan
Masupa sendiri merupakan desa terakhir yang dapat dilalui oleh perahu ces karena
tidak mungkin melintasi Riam Katimpun (kecuali jika kelotoknya diangkat hehe). Ini
mirip dengan Dirung Bakung di Murung Raya yang merupakan desa terakhir di
Sungai Bumban yang dapat dilalui dengan kelotok karena adanya Riam Batu Bulan
yang berada di desa tersebut.
Riam Katimpun di Desa Jakatan Masupa
Di jalur trekking menuju Masupa ada beberapa anak sungai yang harus dilalui, juga
Sungai Masupa Ria ini sendiri.

Sungai Masupa

Sekitar 25 menit berjalan menyusuri pinggir Sungai hingga menemukan sebuah


tikungan sungai yang berada di sebuah bongkahan batu yang agak besar dan air
terjun mini setinggi 1-2 meter, itulah yang disebut Teluk Batu, tempat warga sekitar
mengambil air untuk keperluan pokok mereka.

Telok Batu yang merupakan kelokan tajam dari Sungai Masupa,


Bongkahan batu yang berada di Kelokan tersebut cukup besar.

Air Terjun mini yang berada di Teluk Batu

Setelah beberapa menit menyusuri jalan setapak, ketika bertemu


dengan persimpangan tiga seperti ini, maka artinya kita telah
sampai di Desa Masuparia. Sebelah kanan adalah jalan menuju
Batu Makap. Lurus melintasi Jembatan itulah jalan masuk ke desa.
Keadaan Sekolah dan Gereja di Masuparia yang cukup
memprihatinkan
Tidak jauh dari situ ada Balai Desa, di sinilah tempat warga sekitar
ataupun warga dari Jakatan Masuparia menghubungi kerabat
dekatnya via Telepon Seluler, karena di sekitaran Balai Desa inilah
Sinyal Telepon Seluler bisa diperoleh, sebelumnya di beberapa
desa yang admin lalui seluruhnya sinyal Telepon Seluler hampir
tidak ada sama sekali, kecuali di Sei Hanyo dan Sei Pinang.

Untuk menuju Air Terjun Masupa dan Air Terjun Gunung Puti cukup
ikuti jalan yang agak menanjak ke atas bukit atau menyusuri
pinggiran Sungai. Air Terjun ini letaknya cukup dekat dengan
pemukiman, namun akses menuju sisi Air Terjun dimana jatuhan
airnya sangat kelihatan agak sulit, karena harus menaiki beberapa
bongkahan batu besar di sungai dan batasan waktu membuat
admin tidak sempat menuju sisi Air Terjun yang cukup tinggi (terlalu
jauh untuk mendaki naik ke atas bukit). Ada satu air terjun lain,
yakni Masupa Bahandang, hanya sayangnya admin tidak
mengetahui lokasi persisnya, kemungkinan memasuki hutan
belantara.

Tebing Gunung Puti

Di seberang Gunung Masupa kita bisa melihat Gunung lain yang


cukup tinggi, warga sekitar menyebutnya Gunung Manyawang,
atau juga disebut Riang Rawung.
Admin pernah mengukur dengan Altimeter, bahwa ketinggian
wilayah desa Masuparia saja bisa sampai 90 mdpl lebih, jadi
kemungkinan ketinggian Gunung Masupa dan Riang
Rawung/Manyawang bisa sampai 300-an mdpl ke atas.

Segitu saja cerita mengenai perjalanan ke Masuparia via jalur


Sungai Kapuas yang cukup melelahkan, walaupun banyak yang
terlewatkan, namun suatu saat berharap admin bisa datang ke sini
lagi, dan berharap akses jalan yang diidam-idamkan masyarakat
segera terwujud tanpa kendala apapun (Amin). Jangan lupa yang
peling penting dalam setiap perjalanan adalah jaga kebersihan,
jaga tutur kata dan jaga sikap. Anyway, Happy Travel, Dude.

Penampakan peta (diupdate sewaktu-waktu):


Areal yang lebih luas

Anda mungkin juga menyukai