Anda di halaman 1dari 3

   

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Pertama-tama, marilah senantiasa kita panjatkan puji syukur kehadirat


Allah Subhanahu wa Ta’ala atas limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga
pada kesempatan ini, kita dapat berkumpul dalam sebuah majelis ilmu ini
dalam keadaan sehat wal ‘afiat tanpa halangan suatu apapun.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada hamba


terbaik, seorang utusan dan kekasih-Nya, Rosululloh Shollallohu ‘alaihi
wasallam. Keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan siapa yang mengikuti
beliau dengan baik.

Hadirin yang dimuliakan oleh Alloh,

Pada kesempatan kali ini, perkenankanlah saya menyampaikan sebuah


materi kultum yang berjudul “SEJENAK MUHASABAH DIRI”

“Perjalanan dunia ini ditempuh dengan perjalanan jasad, sedangkan


perjalanan akherat ditempuh dengan perjalanan hati.”

“Didunia ini, bukan bagaimana kita mencintai Alloh, tapi bagaimana


agar Alloh mencintai kita”

“Kehidupan yang hakiki adalah perjalanan hati seorang hamba menuju


Robb nya”

Tiga ungkapan diatas adalah inti yang ingin saya ulas sedikit dalam
kesempatan ini, insyaAlloh. Tentang kehidupan, tentang sedikit dari bagian
kehidupan, dan tentang sangat sedikit dari kehidupan yang pernah saya
jumpai.

Hadirin yang dimuliakan oleh Alloh,

Sebenarnya ketenangan itu ada saat kita tunduk terhadap aturan-


aturan yang telah digariskan oleh agama ini. Dalam segala hal.
Mendahulukan keridhoan-Nya meski amat berat. Namun, itulah yang
semestinya kita terus berusaha menjalaninya.

Pernahkah kita merasa begitu berat dan penatnya kehidupan dunia ini?
Berapa kali kau merasakannya jika kau ingat dan mampu menghitungnya?
Bagi saya, ini adalah perasaan yang paling sering mendatangi jiwa ini.
Sebanyak itu juga, saya harus siaga berjuang agar jiwa ini tak tertawan dan
akhirnya binasa. Wal iyadzubillah. Ya Robb, sallim qulubanaa.

Masalah itu akan tetap ada selama kita masih disebut sebagai seorang
makhluk yang bernyawa. Gesekan dan rasa tak nyaman dalam
bermuamalah. Itu pasti akan kita temui. Celakanya, jika kita menyikapi tanpa
bimbingan agama. Bisa jadi masalah ringan seketika bisa menjadi amat
besar. Hati yang gelisah akhirnya menjadi dendam yang sulit dipadamkan.
Beberapa contoh sepele:

 Bertemu seseorang dengan wajah datar, tak ada secuil senyum


mengembang
 Merasakan masakan yang sangat asin yang diberi seorang tetangga
 Diberi hadiah yang tak begitu menarik jiwanya dari seorang teman
 Mengatakan, ”saya sudah tahu” kepada orang yang terlihat begitu
semangat ingin menyampaikan suatu kabar atau cerita kepada kita
 Sandal yang tak sengaja tertukar saat datang ke majelis taklim
 Air minum yang tak sengaja menumpahi baju kita
 Tak ditawari barang hanya basa-basi dari teman yang asik menikmati
makanannya sendiri dengan beberapa kawannya yang lain padahal kita
tak jauh dari mereka
 Lewat berpapasan tanpa teguran
 Daun pohon tetangga rumah yang qodarulloh berguguran tertiup angin
kearah halaman rumah kita,

Dan amat sangat banyak lagi hal-hal yang sering membuat hati ini tak
tenang meski kadang hanya sepintas kilas tak mengendap di pikiran.

Hal semacam ini amat buruk dipandangan seorang awam. Maka


bagaimana jika ini terjadi pada diri kita? Yang secara
dzohirnya masyaAlloh bak seorang syaikh dan syaikhoh yang begitu faqih
dalam agama. Yang khusyu sholatnya, dermawan, santun, dan berbagai
sifat-sifat mulia yang disandarkan kepada seorang yang dinilai mengerti
agama.

Ayat dan hadits ada disisi kita. Kita punya hujjah-hujjah itu. Namun, kita
masih tetap dikatakan jahil hingga kita berusaha mengamalkannya. Bahkan
kita diancam dengan ancaman yang syadid, ancaman yang amat keras jika
kita belajar tapi jauh amalan kita dari semua itu.
Semua kebaikan-kebaikan tersebut ada dalam Islam. Bertahun-tahun
kita duduk menghafal satu persatu dalil itu semua. Namun, betapa jahil nya
kita saat kita justru menjadi orang pertama yang tak menerapkannya.

Usia yang makin beranjak menua, kehidupan yang makin luas kita
jumpa, semua itu butuh ilmu! Bukankah seseorang yang terbaik itu adalah
yang mampu menyadari kadar dirinya? Dan kita semua tahu, kita diciptakan
Robbunaa Jalla wa A’la adalah untuk menyadari tentang hakikatnya sebagai
seorang “hamba”. Bukan karena Alloh lemah sehingga butuh hamba yang
melayaninya. Sekali-kali bukan demikian. Maha suci Alloh. Kemuliaan dan
kerajaan Alloh tak bertambah dan berkurang karena penghambaan dari
seluruh hamba-hamba-Nya atau pengingkaran seluruh hamba-hambaNya.
Kita yang membutuhkan untuk menebus sebuah perniagaan mahal yang
ditawarkan kepada kita. Maka, apa yang menjadikan kita berat untuk
memulai memperbaiki diri?

Wallohu Ta’ala A’lam Bish Showab.

Hadirin yang dimuliakan oleh Alloh

Mungkin, hanya ini yang dapat disampaikan. Semoga dapat menjadi


manfaat bagi hadirin sekalian. Kurang lebihnya, saya memohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Jazakumullahu khoyon katsiiron. Wabillahi taufik wal hidayah

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai