Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH PEMBERIAN HORMON GIBERELIN PADA

TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.)

Disusun oleh :

1. Arinzani Hidaningrum NPM : 41204720115079


2. Asry Nur Maulany NPM : 41204720115080
3. Muhammad Nashih Ulwan NPM : 41204720115088
4. Dera Rizki Lestari NPM : 41204720116028
5. Hendra Setiawan NPM : 41204720116040
6. Laveria Laraswati NPM : 41204720116047
7. Nida Azharrul Jannah NPM : 41204720116065
8. Nur Farida NPM : 41204720116069
9. Raisa Anisara NPM : 41204720116078
10. Ratu Eliza Kaguma Amini NPM : 41204720115089

UNIVERSITAS NUSA BANGSA


Jl. Baru Km.4 Cimanggu, Tanah Sareal Bogor
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas izin, rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan
judul “Pengaruh Pemberian Hormon Giberelin Pada Tanaman Tomat”.
Salah satu tugas untuk pendidikan biologi dasar di Universitas Nusa Bangsa
Bogor. Makalah ini berlaku bagi mahasiswa Universitas Nusa Bangsa Bogor.
Secara garis besar makalah ini berisi pendahuluan,pembahasan dan penutup.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini penulis banyak
menerima masukan. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya atas segala bantuan yang diberikan sehingga penulis
dimudahkan dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang di susun ini tak luput dari kekurangan, baik dari segi isi
materi, maupun tata bahasanya. Karena itu saran dan sumbangsihnya yang bersifat
membangun kami harapkan, agar dapat menyajikan makalah yang baik dan
sempurna selanjutnya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Bogor, Oktober 2016

Penulis
PENGARUH PEMBERIAN HORMON GIBERELIN PADA
TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.)

Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Nusa Bangsa


Jl. Baru Km.4 Cimanggu, Tanah Sareal Bogor, Indonesia

ABSTRAK

Tomat merupakan komoditas hordikultura unggul, namun persentase fruit set


seringkali rendah. Pemberian GA3 pada tomat dapat menimbulkan buah
partenokarpi. Partenokarpi adalah mekanisme pembentukan buah tanpa melalui
proses polinasi dan fertilisasi. Tomat memiliki komposisi zat yang cukup lengkap
dan baik seperti vitamin A, C dan K. Pemberian Giberelin (GA3) yang optimum
sehingga berpengaruh terhadap produktivitas tanaman tomat dan kandungan biji
dalam buah. Penelitian ini mengevaluasi pengaruh hormon Giberelin terhadap
tanaman tomat. Giberelin (GA3) digunakan sebagai pengatur pertumbuhan
tanaman influencing berbagai proses perkembangan pada tumbuhan tingkat tinggi
termasuk pemanjangan batang, perkecambahan, dormansi, pembungaan,
pematangan buah, ekspresiseks, induksi enzim dan penuaan buah.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tomat adalah salah satu buahdan sayuran unggulan yang terdapat di
Indonesia. Tomat memiliki komposisi yang lengkap dan baik,serta rasa yang
lezat. Komposisi yang paling banyak di dalamtomat adalah vitamin A dan
vitamin C. Dari data Badan Pusat Statistik menunjukkan produktivitas tomat
tahun 2010 sebesar ,69 ton/ha dan tahun 2011 sebesar 13,92 ton/ha
(BPS,d2012). Di negara-negara besar,tomat digunakan sebagai bahan baku
saos. Para produsen saos mengalami kendala dalam pengelolaan pembuatan
saos tomat, yaitu ketika menghancurkan biji. Jika biji yang dihasilkan lebih
sedikit, maka proses pengolahannya akan lebih mudah. Di dalam biji
mengandung racun glikosida sianogenik. Terdapat senyawa sianida, seperti
yang terdapat pada singkong. Dosis letal sianida berkisar antara 0,5 - 3,0 mg
per kilogram berat badan (Andayani dkk, 2008).
Peningkatan pembentukan fruit set dan buah tanpa biji dapat dibantu
dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Zat ini merupakan senyawa
sintesis yang memiliki aktivitas kerja seperti hormon tumbuh tanaman, dimana
konsentrasi tertentu dapat mendorong atau menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Budiarto dan Wuryaningsih, 2007). Jenis ZPT yang
diberikan untuk peningkatan fruit set dan mengahmbat pertumbuhan biji
adalah giberelin (GA3). GA3 berfungsi untuk mendorong perkembangan biji,
pemanjangan batang dan pertumbuhan daun serta mendorong pembungaan
dan perkembangan buah. Giberelin juga bermanfaat dalam proses
partenokarpi, peristiwa partenokarpi terjadi karena perkembangan buah terjadi
tanpa ada fertilisasi namun perkembangan buah dipicu oleh giberelin (Mulyani
dan Kartasapoetra, 1989).
Buah Partenokarpi adalah galur buah tanpa biji karena terbentu tanpa
adanya polinasi dan fertilisasi. Partenokarpi menghasilkan buah yang besar
dan biji sedikit dan berukurn kecil (Salisbury dan Ross, 1995). Selain itu,
penyemprotan giberelin harus tepat konsentrasi dan waktu sehingga dapat
membentuk buah tomat tanpa biji. Barahima (1998) menyatakan bahwa
pemberian konsentrasi GA3 dengan konsentrasi 20 dan 40 ppm dapat
mempengaruhi ukuran dan volume buah partenokarpi. Buah tomat yang baik
ditentukan oleh ukuran buah, bentuk buah, warna buah dan keadaan kulit
buah. Upaya peningkatan kualitas dan kuantitas buah ini dapat dibantu dengan
peristiwa partenokarpi.
Dalam makalah ini akan membahas tentang pengaruh GA3 pada
pertumbuhan atau pemingkatan fruit set dan penghambatan perkembangan biji
secarapartenokarpi dan konsentrasi hormon GA3 terbaik setelah pemberian
berbagai konsentrasi GA3.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apakah giberelin (GA3) itu?
1.2.2. Apakah GA3 dapat meningkatkan fruit set dan menghambat
pertumbuhan biji?
1.2.3. Bagaimanakah cara kerja GA3 dalam peningkatan fruit set dan
penghambatan pertumbuhan biji?

1.3. Tujuan Masalah


1.3.1. Untuk mengatahui apa yang dimaksud dengan giberelin (GA3).
1.3.2. Untuk mengatahui pengaruh GA3 dalam meningkatkan fruit set dan
menghambar pertumbuhan biji.
1.3.3. Untuk mempelajari cara kerja GA3 dalam peningkatan fruit set dan
penghambatan pertumbuhan biji.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sekilas tentang Tomat


Tanaman tomat (Lycopersium esculentum Mill) adalah tumbuhan
setahun, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan
tanaman berbunga (Angiospermae). Bentuk daunnya bercelah menyirip tanpa
stippelae (daun penumpu). Jumlah daunnya ganjil, antara 5-7 helai. Di sela-
sela pasangan daun terdapat 1-2 pasang daun kecil yang berbentuk delta.
Bentuk batangnya segi empat sampai bulat. Warnanya hijau dan
mempunyai banyak cabang. Akarnya tunggang dengan akar samping yang
menjalar di seluruh permukaan atas. Bunganya berjenis dua dengan 5 buah
kelopak berwarna hijau berbulu dan 2 buah dan mahkota berwarna kuning.
Hampir semua bagian tanaman tomat berbulu halus bahkan ada yang tajam,
kecuali pada akar dan mahkotanya.
Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas
Dicotyledoneae (berkeping dua). Secara lengkap ahli-ahli botani
mengklasifikasikan tanaman tomat secara sistematik sebagai berikut:

Gambar 1. Tanaman Tomat

Kelas (classis) : Dicotyledonneae (berkeping dua)


Bangsa (ordo) : Tubiflorae
Suku (famili) : Solanaceae (berbunga seperti terompet)
Marga (genus) : Solanum (yang kini dipisahkan dengan nama
Lycopersicum)
Jenis (species) : Lycopersicum esculentum Mill yang dulu disebut Solanum
licopersicum L. (Tomat yang enak dimakan dan banyak
dijual di pasar sebagai tomat komersial)

Tomat banyak mengandung vitamin C yang akan memelihara kesehatan


gigi dan gusi, mempercepat sembuhnya luka-luka, menghindarkan penyakit
yang dikenal dengan nama scurvy (skorbut) serta melawan kecenderungan
perdarahan pembuluh darah yang halus.
Vitamin A yang dikandung dalam buah tomat dapat membantu
penyembuhan penyakit buta malam. Selain itu tomat juga dapat membangun
sel darah merah. Bagi mereka yang ingin langsing, tomat dapat juga dijadikan
sahabat sebab zat-zat yang dikandung di dalamnya cukup bergizi tetapi tidak
menggemukkan.
Tabel 1. Nilai Gizi Buah Tomat Segar (Per 100 gram)
Zat Gizi Nilai Gizi
Karoten (Vit A) 1.500 S.I
Thiamin (Vit B3) 60 mcg
Riboflavin (Vit B2) -
Asam askorbat (Vit C) 40 mg
Protein 1g
Karbohidrat 4.2 g
Lemak 0.3 g
Kalsium (Ca) 5 mg
Fosfor (P) 27 mg
Zat Besi (Fe) 0.5 mg
Bagian yang dapat dimakan (bdd) 95 %
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1972

2.2. Giberelin (GA)


Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir
semua seluruh siklus hidup tanaman. Giberelin (GA) adalah kelompok asam
diterpenoid yang berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan tanaman
influencing berbagai proses perkembangan pada tumbuhan tingkat tinggi
termasuk pemanjangan batang, perkecambahan, dormansi, berbunga,
ekspresiseks, induksi enzim dan daun dan penuaan buah. Beberapa fungsi
giberelin pada tumbuhan menurut Feniedan Willmitzer antara lain
mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga
tanaman dapat tumbuhan normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat
proses pembelahan sel, meningkatkan pembungaan, memacu proses
perkecambahan biji, salah satu efek giberelin adalah mendorong terjadinya
sintesis enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan
menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energy bagi
perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak
endosperm, kulit buah yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan biji
sehingga biji berkecambah, dan pemanjangan sel.
Giberelin diperoleh dari biji yang belum dewasa (terutama tumbuhan
dikotil), ujung akar tunas, daun muda dan cendawan. Sebagian besar GA yang
dipoduksi oleh tumbuhan adalah dalam bentuk inaktif, sehingga memerlukan
prekusor untuk menjadi bentuk aktif. GA ditransportasikan melalui xylem dan
floem.
Giberelin merupakan senyawa isoprenoid yang disintesis dari koenzim A
melalui asam mevalonat, GGPP, senyawa CO2, yang bertindak sebagai donor
electron bagi semua atom karbon. Giberelin dibuat di daun muda, buah yang
sedang tumbuh, dan diujung akar. Giberelin hasil sintesis ditranslokasi ke
lokasi tertentu lewat bekas pengangkut dan jaringan parenkim (kusumo,
1990).

a. Pengaruh Giberelin terhadap Perpanjangan Batang dan


Pelebaran Daun
Giberelin pada tumbuhan dapat ditemukan dalam 2 fase yaitu giberelin
aktif (GA bioaktif) dan giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif secara
biologis (GA Bioaktif) mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan biji, perpanjangan
batang, perluasan daun dan bunga serta pengembangan benih. GA1 dan
GA4 berfungsi sebagai bioaktif hormone (Jacobsen.et al., 1995).
Menurut Gardner (1991) giberelin mampu merangsang pemanjangan
ruas-ruas batang melalui pembelahan dan pembesaran sel batang sehingga
memacu pemanjangan tunas batang, pada peristiwa pembelahan sel, GA
akan merangsang fase G1 (fase pertumbuhan sel sebelum DNA
direplikasi) untuk cepat masuk ke fase 5 (Fase pertumbuhan sel ketika
DNA direplikasi) dan mempersingkat fase S. GA juga akan meningkatkan
pembelahan sel di daerah meristematik (contohnya pada ruas-ruas batang).
Pembelahan sel menyebabkan pertambahan jumlah sel pada batang
sehingga ruas batang memanjang (Lakitan, 1996). Giberelin mampu
meningkatkan hidrolisis pati, fruktan dan sukrosa menjadi molekul gula
dan fruktosa. Gula heksosa tersebut menyediakan energy melalui respirasi
yang berperan dalam pertumbuhan sel dan menurunkan potensial air
sehingga air bergerak masuk lebih cepat dan menyebabkan pelonggaran
sel. Pelonggaran sel menyebabkan pembesaran sel pada ruas-ruas batang
sehingga mampu mempercepat proses pertumbuhan panjang tunas
(Salisbury dan Ross, 1992).
Mekanisme pemberian zat pengatur tumbuh giberelin juga akan
meningkatkan kandungan auksin dalam tanaman, karena giberelin mampu
mengurangi kerusakan IAA akibat adanya enzim IAA oksidase. Pengaruh
giberelin terhadap pemanjangan sel karena adanya hidrolisa pati yang
dihasilkan giberelin akan mendukung terbentuknya alpha amylase.
Giberelin bekerja pada gen dengan menyebabkan aktivasi gen-gen
tertentu. Gen-gen yang diaktifkan akan membentuk enzim-enzim baru
yang menyebabkan terjadinya perubahan morphogenetic (penampakan
tanaman) (Salisbury dan Ross, 1992).
Hormon giberelin bersinergi dengan sitokinin pada aktivitas
fotosintesa. Dikarenakan dalam hal tersebut, hormon giberelin berfungsi
merangsang perkembangan sel pada tanaman (memperpanjang dan
memperbesar ukuran sel) yang terbukti dengan bertambahnya tinggi
tanaman dan luas daun, sehingga akan terjadi peningkatan aktivitas
fotosintesa.

b. Pengaruh Giberelin terhadap Peningkatan Bobot Buah


Giberelin merupakan senyawa isoprenoid (diterpenoid) yang
merupakan turunan dari rangka ent-giberelan. Senyawa ini disintesis dari
unit-unit asetat yang berasal dari asetil-KoA melalui jalur asam mevalonat.
Pada daun, primordium cabang, ujung akar dan biji yang sedang
berkembang banyak disintesis hormon giberelin. Pada tubuh tanaman,
pengangkutan hormon giberelin dilakukan secara difusi melalui floem
maupun xylem bukan melalui transport polar seperti halnya auksin.
Giberelin sangat berpengaruh terhadap sifat kerdil genetik (genetic
dwarfism), pembungaan, partenokarpi, mobilisasi karbohidrat selama
perkecambahan, dan aspek fisiologi lainnya. Perpanjangan sel,
pembentukan RNA baru, aktivitas kambium serta sintesa protein juga
didukung oleh kerja hormon giberelin (Salisbury dan Ross, 1995).
Secara normal perkembangan buah terjadi setelah fertilisasi.
Bertambahnya ukuran buah disebabkan oleh adanya 2 proses, yaitu
pembelahan sel (yang diawali dengan membesarnya sel, sebelum
pembelahan mitosis) dan pembesaran sel selanjutnya. Bakal buah tomat
terdiri dari lima karpel dengan jaringan berdaging. Pada saat menjadi
buah, strukturnya mencakup perikarpium, sekat dan plasenta. Jaringan
plasenta meluas, memasuki ruang-ruang antara biji. Plasenta menutup
lokulus dan menyelubungi biji. Di permukaan luar biji diselubungi oleh
gelatin. Perubahan warna buah yang masak disebabkan adanya
transformasi kloroplas dan kromoplas (Sumardi, 1993).
Penambahan Giberelin pada tanaman tomat dilakukan dengan cara
mencelupkan bunga kedalam larutan giberelin dengan konsentrasi 0 ppm,
60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm selama 5 detik pada pagi hari. Pencelupan
dilakukan 2 kali dengan selang waktu 24 jam.

Berdasarkan Tabel 1, diketahui hasil pembentukan buah partenokarpi


terbesar ditunjukkan pada konsentrasi 100 ppm dengan nilai rerata buah
81,07 gram, sedangkan hasil pembentukan buah terkecil ditunjukkan pada
konsentrasi 0 ppm dengan rerata bobot buah sebesar 57,47 gram, sehingga
dapat diketahui bahwa pemberian hormon giberelin dalam berbagai
konsentrasi berpengaruh signifikan terhadap pembentukan buah tomat.
Peningkatan kadar hormon giberelin dalam tanaman mempengaruhi
proses pembelahan sel dan pembesaran sel. Giberelin mampu
meningkatkan kadar auksin dalam tubuh tumbuhan dengan cara giberelin
memacu sintesa enzim proteolitik yang mampu melunakkan dinding sel.
Melunaknya dinding sel ini akan melepaskan amino triptofan yang
merupakan prekursor auksin sehingga kadar auksin meningkat. Auksin
yang mempunyai peran dalam pembelahan sel sedangkan giberelin
berperan dalam pembentangan sel sehingga sinergisme diantara keduanya
akan menambah ukuran sel. Untuk mempertahankan keberadaan auksin,
giberelin juga berperan dalam merangsang pembentukan polihidroksi
asam sinamat yaitu senyawa yang menghambat kerja dari enzim IAA
oksidase dimana enzim ini merupakan enzim perusak auksin.
Giberelin memicu terbentuknya enzim α-amilase yang akan memecah
amilum sehingga kadar gula dalam sel akan naik sehingga air diluar sel
akan masuk kedalam sel yang akan mengakibatkan sel memanjang. Hasil
dari pemecahan amilum ini juga akan digunakan untuk respirasi oleh
mitokondria sehingga menghasilkan ATP yang nantinya digunakan untuk
energi dalam proses pembentangan sel (Salisbury dan Ross, 1995). Proses-
proses di atas akan menambah bobot buah yang dihasilkan pada suatu
tanaman. Semakin besar konsentrasi hormon giberelin yang diberikan
maka akan bertambah pula ukuran suatu sel akibat adanya pembelahan dan
pembentangan sehingga didapatkan buah tomat dengan ukuran yang besar
bila dibandingkan dengan hasil dari pemberian konsentrasi lain yang lebih
kecil. Pembelahan sel nampak sekali pada bagian ujung buah tomat bagian
bawah (lihat Tabel 2). Perbedaan bobot buah yang dihasilkan akibat
pemberian hormon giberelin tidak hanya disebabkan oleh perbedaan
ukuran buah tetapi juga bagian dalam buah. Semakin besar konsentrasi
hormon giberelin akan mengakibatkan bobot buah yang dihasilkan makin
besar. Bobot buah yang besar tidak hanya dipengaruhi oleh diameter buah
tetapi juga dipengaruhi oleh banyaknya daging buah yang menutup daerah
lokulus.

c. Pengaruh Giberelin terhadap Pengurangan Bobot Biji


Hormon tumbuhan adalah senyawa organik yang disintesis di salah
satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain yang dapat
menimbulkan respon fisiologis dalam konsentrasi yang sangat rendah.
Hormon pertumbuhan meliputi auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan
asam absisat. Hormon pertumbuhan yang diproduksi dari dalam tumbuhan
disebut hormon endogen. Hormon endogen ini disintesis pada jaringan
meristematik antara lain daun, primordium cabang, akar dan biji yang
sedang berkembang sedangkan hormon eksogen adalah zat pengatur
tumbuh yang disintesis di luar tubuh tumbuhan (Salisbury and Ross,
1995).
Pemberian hormon giberelin menunjukkan hasil yang berbeda nyata
pada setiap konsentrasi yang diberikan terhadap tanaman tomat. Semakin
besar konsentrasi hormon giberelin yang diberikan, maka semakin besar
pula bobot buah yang dihasilkan, dan berbanding terbalik dengan bobot
biji yang terbentuk. Perbedaan bobot buah yang dihasilkan akibat
pemberian hormon giberelin tidak hanya disebabkan oleh perbedaan
ukuran buah tetapi juga bagian dalam buah. Semakin besar konsentrasi
hormon giberelin akan mengakibatkan bobot buah yang dihasilkan makin
besar. Bobot buah yang besar tidak hanya dipengaruhi oleh diameter buah
tetapi juga dipengaruhi oleh banyaknya daging buah yang menutup daerah
lokulus.
Secara normal perkembangan buah terjadi setelah fertilisasi.
Bertambahnya ukuran buah disebabkan oleh adanya 2 proses, yaitu
pembelahan sel (yang diawali dengan membesarnya sel, sebelum
pembelahan mitosis) dan pembesaran sel selanjutnya. Bakal buah tomat
terdiri dari lima karpel dengan jaringan berdaging. Pada saat menjadi
buah, strukturnya mencakup perikarpium, sekat dan plasenta. Jaringan
plasenta meluas, memasuki ruang-ruang antara biji. Plasenta menutup
lokulus dan menyelubungi biji. Di permukaan luar biji diselubungi oleh
gelatin. Perubahan warna buah yang masak disebabkan adanya
transformasi kloroplas dan kromoplas (Sumardi, 1993).
Normalnya, pembentukan diawali dengan adanya polinasi yaitu
menempelnya serbuk sari ke kepala putik. Serbuk sari yang menempel ini
kemudian berkecambah membentuk buluh serbuk sari sampai mencapai
bakal biji, peristiwa ini yang disebut dengan fertilisasi. Proses fertilisasi
umumnya menunggu tingkat kematangan dari serbuk sari dan bakal buah.
Serbuk sari yang sudah matang akan lepas, begitu juga bakal buah
yang sudah matang akan mengeluarkan atraktan untuk menginduksi
serbuk sari agar berkecambah menjadi sel vegetatif dan sel generatif. Sel
vegetatif bergerak melalui buluh serbuk sari yang menuju bakal buah.
Sementara itu, sel generatif membelah secara mitosis menghasilkan dua
sel sperma. Saat buluh serbuk sari mencapai mikropil, kedua sel sperma
dilepaskan. Satu sel sperma (inti sel generatif 1) membuahi sel telur
membentuk zigot yang bersifat diploid (2n), sedangkan sel sperma lainnya
(inti sel generatif 2) membuahi inti kandung lembaga sekunder (2n)
sehingga terbentuk sel triploid (3n). Sel ini akan membelah membentuk
jaringan penyimpan makanan cadangan yang disebut endosperm (Pardal,
2001).
Terbentuknya biji pada buah tomat dapat dicegah dengan
menggunakan ZPT giberelin dengan cara menghambat proses fertilisasi.
Dalam kasus ini, hormon giberelin akan mencegah buluh serbuk sari
sampai ke mikropil yang mengakibatkan sel telur tidak akan bertemu
dengan sel sperma sehingga tidak dihasilkan embrio. Perkembangan bakal
biji akan terhenti apabila pembentukan embrio tidak terjadi sehingga tidak
akan terbentuk biji. Partenokarpi dikatakan berhasil apabila pembentukan
buah tidak didahului dengan proses fertilisasi, dengan kata lain peran
giberelin pada peristiwa partenokarpi adalah menggantikan proses
fertilisasi (Salisbury dan Ross, 1995).
Pada tumbuhan berbiji, biji merupakan alat perkembang biakan utama
karena mengandung calon individu baru. Struktur biji terdiri dari kulit biji
yang berasal dari selaput bakal biji, tali pusar yang merupakan bagian
yang menghubungkan biji dengan tembuni jadi merupakan tangkai bijinya,
inti biji yang merupakan semua bagian biji disebelah dalam kulitnya atau
yang sering disebut isi biji. Inti biji terdiri atas embrio dan endosperm.
Embrio adalah calon tumbuhan baru dan endosperm adalah cadangan
makanan bagi embrio (Sumardi, 1993). Adanya giberelin ini
mengindikasikan bahwa pana penelitian yang dilakukan tidak terjadi
fertilisasi sehingga embrio dan endosperm tidak berkembang melainkan
hanyalah kulit biji yang tidak berkembang sempurna. Dari hasil penelitian
diatas menunjukkan bahwa pemberian hormon giberelin mampu
mempengaruhi pembentukan buah tomat varitas Tombatu F1 yang
terbentuk secara partenokarpi sebagaimana teori yang ada sebelumnya.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pemberian hormon giberelin akan merangsang perkembangan sel tanaman
(memperpanjang dan memperbesar ukuran sel) dengan bertambahnya tinggi
tanaman dan luas daun yang akan meningkatkan aktivitas fotosintesis. Selain itu,
pemberian hormon giberelin dalam berbagai konsentrasi menunjukkan adanya
perbedaan bobot buah dan bobot biji buah tomat. Semakin besar konsentrasi
hormon giberelin, bobot buah yang dihasilkan semakin besar dan bobot biji yang
terbentuk semakin kecil.

3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, ada beberapa saran
dari makalah ini, yaitu:
1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi petani tentang pentingnya
penggunaan hormon giberelin pada tanaman tomat.
2. Dapat menambah wawasan mahasiswa tentang pengaruh hormon
giberelin pada tanaman tomat.
DAFTAR PUSTAKA

1. A. Permatasari, Dinda; Sri Rahayu, Yuni,; Ratnasari, Evie. 2016. Pengaruh


Pemberian Hormon Giberelin Terhadap Pertumbuhan Buah Secara
Partenokarpi pada Tanaman Tomat Varitas Tombatu F1. LenteraBio. Vol. 5:
25–31.
2. Andayani R, Lisawati Y, dan Maimuna, 2008. Penentuan Aktivitas
Antioksidan, Kadar Fenolat Total dan Likopen pada Buah Tomat (Solanum
lycopersicum L.). Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi 13(1): 31-37.
3. Barahima.1998.Induksi Pembentukan Buah Tomat Tanpa Biji dengan
menggunakan Giberelin. Jurnal Irian Jaya Agro IV (1). Hal 8-12.
4. Husnul, Ana H.2013.Pengaruh Hormon Giberelin dan Auksin terhadap Umur
Pembungaan dan Persentase Bunga menjadi Buah pada Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.). Jurnal Hort.11(1) Hal 66-72.
5. Mulyani, Mul Sutedjo dan Kartasapoetra A.G.1989. Fisologi Tanaman I.
Bumi Aksara. Jakarta. Purnamaningsih, Ragapadmi. 2010. Perakitan
Transgenik Mangga Varietas Gedong Gincu dan Transgenik Duku Varietas
Kupeh Bersifat Seedless dengan Efisiensi Regenerasi 50 % dan Transformasi
40 %. J. Hort. 19(2). Hal 125-130.
6. Pardal S J, 2001. Pembentukan buah partenokarpi melalui rekayasa genetika.
Buletin Agrobio 4(2): 45- 49.
7. Rolystyo, Alpano; Sunaryo; Wardiyati, Tatik. 2014. Pengaruh Pemberian
Giberelin Terhadap Produktivitas Dua Varietas Tanaman Tomat
(Lycopersicum Esculentum Mill) : Jurnal Produksi Tanaman. Vol 2: 457-463.
8. Salisbury F B dan Ross C W, 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. (Terjemahan
Dian R. Lukman dan Sumaryono). Bandung: ITB.
9. Tugiyono, Herry. 1999. Bertanam Tomat Seri Agribisnis Edisi Revisi. Penebar
Swadaya Wisma Hijau. Depok, Jawa Barat.
10. https://books.google.co.id/books?id=tXMAOrr27bMC&printsec=frontcover&
hl=id#v=onepage&q&f=false diakses 18 Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai