Wa0001
Wa0001
A. Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Klien dapat memahami perawatan diri secara mandiri
B. Materi
1. Menjelaskan pengertian DPD
2. Menjelaskan penyebab defisit perawatan diri
3. Menjelaskan jenis-jenis perawatan diri
3. Menjelaskan keuntungan merawat diri
4. Menjelaskan dampak yang sering timbul pada masalah perawatan diri
5. Menjelaskan tindakan yang dilakukan pada defisit perawatan diri
C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi atau tanya jawab
1
D. Media
a. Leaflet mengenai gangguan jiwa defisit perawatan diri
b. Lembar balik mengenai gangguan defisit perawatan diri
E. Kegiatan Penyuluhan
3. 5 menit Evaluasi:
Menanyakan pada Klien tentang materi yang - Menyebutkan
telah diberikan dan reinforcement kepada klien - Melaksanakan
yang dapat menjawab pertanyaan
4. Terminasi : 3 m
- Mengucapkan terimakasih
e atas peran serta - Mendengarkan
peserta. n - Menjawab salam
- Mengucapkan salam penutup
i
t
2
F. Pengorganisasian
Protokol/pembawa acara : Nadira Nurlita
Penyuluh : Widya Rahmasari
Observer : Eka Sari Rizkiyah
Fasilitator : Ramadhania Pratiwi
Khoirin nida
Annisa Rachim
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pasien hadir di tempat penyuluhan.
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Jakarta 3 bersama dengan pembimbing yang mendampingi di Ruang Kamboja RS
Jiwa Grogol Jakarta
c. Pengorganisasian dilakukan sebelum pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a. Klien tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan selesai
b. Klien terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
a. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan pemateri.
3
H. Landasan Teori
1. Pengertian Defisit Perawatan Diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan
diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi,
berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
2. Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang
perawatan diri adalah:
a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
4
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri. Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain. 10 7) Kondisi fisik atau
psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
5
b. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
6
b. Memperhatikan kebersihan tubuh
Badan akan selalu segar dan sehat, walaupun tidak memakai wewangian, Kita
akan merasa nyaman jika berjalan kemana pun. Tampan atau cantik tidak menjadi
jaminan seseorang untuk dilirik orang, namun jika Kita memperhatikan
kebersihan tubuh, walaupun tidak mempunyai kelebihan pada wajah, pasti orang
akan senang dengan penampilan kita. Yang lebih utama, kita akan terhindar dari
banyak bahaya penyakit kulit, seperti panu, kudis, kurap, kutu air.
Membersihkan tubuh dapat dilakukan dengan cara mandi rutin setiap harinya
paling tidak dua kali dalam sehari. Dengan mandi maka akan menghilangkan
segala kotoran dan kuman serta bibit penyakit yang menempel di tubuh kita. Serta
selain itu, mandi juga dapat untuk membuat tubuh menjadi lebih harum lagi,
apalagi ketika kita menggunakan sabun yang memang mengandung pengharum
tertentu yang khusus digunakan untuk pengharum badan.
7
penampilan, jangan memotongnya semua. Potonglah yang tampak terlihat oleh
mata saja.
Kebersihan hidung sama halnya dengan kebersihan telinga, karena memang
keduanya adalah panca indra kita. Hidung adalah alat indra pembau. Hidung pun
harus dijaga kebersihannya. Salah satunya adalah dari kotoran yang berasal dari
udara yang kotor yang menempel di sisi bagian dalam hidung kita.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
8
6. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000:20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiatan kurang .
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri.
9
1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Bercukur
10
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo
Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa. Jakarta:
Depkes RI
Nurjanah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).St.Louis
Mosby Year Book
11