Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH PERPAJAKANKASUS PIDANA PAJAK OLEH PT.

PERCETAKAN DAN PENERBITAN SULAWESI

Oleh :
MUHAMMAD ROFI’I NPM 2018.61.003395 Program Studi
PERPAJAKAN Semester 2 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Balikpapan (STIEPAN) 2019

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikankesehatan jasmani dan rohani
sehingga kelompok kami dapat mengerjakan makalah dengan
baik sesuai tugas yang diberikan. Penulis disini akhirnya dapat
merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kasus Pidana Pajak PT. Percetakan dan
Penerbitan Sulawesi” sebagai tugas mata kuliah
Perpajakan. Dalam makalah ini penulis mencoba untuk
menjelaskan tentang pentingnya pelaporan SPT bagi semua
Wajib Pajak Pribadi maupun Pribadi. Semoga makalah yang
sudah dibuat ini dapat di pahami bagi siapa pun yang
membacanya. Dan semoga penulis dapat mengetahui apa saja
hal - hal yang penting mapun penjelasan yang dianggap perlu
diperbaiki dari penulisan makalah ini. Sebelumnya penulis
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan karya karya tulis yang di buat kedepannya.
Balikpapan ,Penulis

ii
Daftar Isi
Halaman Judul………………………………………………………………………………….

Kata Pengantar………………………………………………………………………………. i
Daftar Isi………………………………………………………………………………………..ii
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………….iii

 Latar Belakang

 Ruang Lingkup

Tujuan dan ManfaatBab II Pembahasan


…………………………………………………………………………………………
.4

Definisi / Landasan Teori


…………………………………………………
4

Ulasan Materi
…………………………………………………………………
5
Penyelesaian Masalah
……………………………………………………
14

Solusi , hasil pengamatan


………………………………………………
16

Kontribusi terhadap permasalahan yang ada pada materi 16


Bab III Penutup………………………………………………………………………..
17
Daftar Pustaka……………………………………………………………………….
18.

iiiBAB IPENDAHULUANA.

LATAR BELAKANGDalam era serba teknologi saat ini ,


kemampuan akses teknologi sangat berkembang pesatbegitu
juga sistem informasi khususnya terkait dalam pembahasan
berikut mengenaiterungkapnya kasus perpajakan yang akan di
bahas penulis yaitu PT. Percetakan dan PenerbitanSulawesi .
Sehubungan dengan pembahasan materi kasus
perpajakan berikut penulis bermaksudmencari tahu sumber

sumber terkait dengan dugaan kasus pidana pajak yang terjadi
padasalah satu perusahaan yang ada di Indonesia , serta
menganalisis penyebab penyebab terjadinyapermasalahan yang
terjadi.B.

RUANG LINGKUPPembahasan dalam makalah berikut


mencakup tata cara pelaporan SPT Tahunan , KetentuanUmum
dan Tata Cara Perpajakan , beberapa cakupan tersebut penulis
bahas sehubungandengan tindak pidana yang dilakukan oleh PT.
Percetakan dan Penerbitan Sulawesi .C.

TUJUAN DAN MANFAATAdapun Tujuan dari Makalah iniialah


:1.

Memberikan pemahaman tentang pentingnya pelaporan Pajak


Tahunan terhadap WajibPajak Pribadi , Badan , maupun Bentuk
Usaha Tetap secara baik dan benar serta tepatwaktu.2.

Memberikan pengertian bahwasannya segala tindakan yang


bertujuan untukmenghindari pelaporan pajak dapat merugikan
Negara , kemudian dari segi sosial punakan berdampak pada
kelangsungan wajib pajak tersebut .Serta Manfaat dari
Makalah ini adalah :1.

Wajib Pajak Pribadi , Badan , Maupun Bentuk Usaha Tetap


telah cakap dalam sistempelaporan pajak nya , serta komitmen
terhadap pelaoran pajak nya tiap periode jatuhtempo nya2.

Dan Wajib Pajak sadar akan segala bentuk tindakan yang


bertujuan untuk menghindariperpajakan dapat terdeteksi oleh
pihak terkait khusus nya Ditjen Pajak
1BAB IIPEMBAHASANA. LANDASAN TEORIDalam bab
berikut mengulas terkait dengan dugaan kasus pajak
yang dilakukan oleh PT. Percetakan danPenerbitan Sulawesi ,
sehubungan dengan tindakan perusahaan tersebut dengan
secara sengaja , tidakmelaporkan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Badan dan dengan sengaja tidak menyetorkan
pajak yangtelah dipotong atau di pungut yang menimbulkan
kerugian pada Negara , adapun sumber yang di dkutipdari
sumber terkait dengan beberapa kasus dugaan pidana pajak
ialah sebagai berikut :1.

Sumber www.pajak.go.id
Kasus Pidana Pajak oleh PT. Percetakan dan Penerbitan
Sulawesi, diputus oleh Pengadilan NegeriMakassar Dengan 10
Bulan Penjara Denda 1 Milyar subsidair 4 Bulan Kurungan
Selasa, 25 Nopember 2014 - 08:01Makassar, 15 Oktober 2014.
Sehubungan dengan selesainya sidang pembacaan putusan oleh
majelishakim Pengadilan Negeri Makassar atas kasus Pidana
Pajak di wilayah Kantor Wilayah (Kanwil)Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara dengan
terdakwa BENNY IMANUHUA (Direktur Utama PT.
Percetakan dan Penerbitan Sulawesi) dengan ini disampaikan
hal-halsebagai berikut :1.

Pada persidangan tanggal 15 Oktober 2014 dengan agenda


sidang pembacaan putusan, majelishakim Pengadilan Negeri
Makassar menyatakan bahwa terdakwa BENNY I MANUHUA
(DirekturUtama PT. Percetakan dan Penerbitan Sulawesi)
terbukti bersalah dan menjatuhkan hukumanpenjara selama 10
bulan dan denda sebesar 1 Milyar subsidair 4 bulan kurungan.
Atas putusantersebut, terdakwa menyatakan masih pikir-pikir
untuk melakukan banding.2.

Dalam persidangan sebelumnya tanggal 3 September 2014


dengan agenda sidang pembacaantuntutan, Jaksa Penuntut
Umum Jaksa Penuntut Umum mengajukan tuntutan
agarhakim/Majelis Hakim Pengadilan Negeri Makassar
memutuskan menyatakan terdakwa BENNY IMANUHUA
(Direktur Utama PT. Percetakan dan Penerbitan Sulawesi)
terbukti secara sah danmeyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana di Bidang Perpajakan yaitu dengan sengaja
tidakmenyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak
Penghasilan Badan (PPh) dan dengan sengajatidak menyetorkan
pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat
menimbulkankerugian pada pendapatan negara melanggar Pasal
39 ayat 1 huruf b dan g Undang-UndangRepublik Indonesia
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakansebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000dengan
ancaman hukuman maksimal 6 tahun, dan menjatuhkan pidana
penjara selama 1 tahundan denda sebesar Rp 816.675.458
subsidair 6 bulan kurungan.

23.

Keberhasilan penegakan hukum di bidang perpajakan dalam


kasus ini merupakan kerjasamaantara Penyidik Pajak Kantor
Wilayah DJP Sulawesi Selatan Barat dan Tenggara, Polda
SulawesiSelatan, dan Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan yang
secara bersama-sama terus berupayamenegakkan hukum di
bidang perpajakan dalam rangka mengamankan penerimaan
negara darisektor pajak.4.

Ditjen Pajak akan semakin memperkuat komitmen melakukan


reformasi sistem administrasiperpajakan termasuk penegakan
hukum perpajakan secara konsisten terhadap para
WajibPajak/pihak terkait yang menghindari kewajiban
perpajakannya, agar terjadi keadilan bagimasyarakat dalam
membayar pajak untuk membiayai penyelenggaraan kehidupan
bernegarademi kemakmuran rakyat. Dukungan dari semua
pemangku kepentingan sangat diperlukan agarsemangat
reformasi di Ditjen Pajak terus berkobar untuk Indonesia
yang lebih baik.Pada kesempatan ini juga, Ditjen Pajak
mengingatkan bahwa kewajiban perpajakan
merupakankewajiban kenegaraan yang telah diatur dalam UUD
1945. Selain itu, fungsi pajak adalah untukmembiayai
kelangsungan Pemerintahan NKRI.Bagi masyarakat yang tidak
patuh dikarenakan belum mengetahui kewajiban perpajakannya,
DitjenPajak akan melakukan pendekatan dengan secara aktif
akan melakukan edukasi dan penyuluhan.Sebaliknya, jika
ketidakpatuhan tersebut ternyata disengaja atau direncanakan
dengan maksudmenghindari kewajiban membayar pajak, maka
Ditjen Pajak akan melakukan penegakan hukumperpajakan
sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.B. ULASAN MATERISehubungan dari sumber kasus
pidana pajak oleh PT. Percetakan dan Penerbitan Sulawesi ,
berikutbeberapa ulasan terkait hal

hal yang dilanggar oleh PT. Percetakan dan Penerbitan
Sulawesi terhadapmekanisme perpajakan antara lain , sebagai
berikut :1. Secara Sengaja tidak melaporkan SPT Tahunan
perusahaannya ke kantor pajak setempat
.2. Secara sengaja tidak menyetorkan pajak yang telah dipoton
g3. Menyebabkan timbulnya kerugian pada Negara4. Pidana
Hukum yang harus diterima oleh PT. Percetakan dan
Penerbitan Sulawesi

3Dari hal

hal yang berkaitan dengan kasus tindak pidana oleh PT.
Percetakan dan Penerbitan Sulawesiberikut penjelas lengkap
mengenai 4 point diatas :
1. Secara sengaja , tidak melaporkan SPT Tahunan . yang
pertama penjelasan mengenai SPT
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)Ialah surat yang oleh wajib
pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan /
ataupembayaran pajak , objek pajak dan / atau bukan objek
pajak dan / atau harta dan kewajiban sesuaidengan ketentuan
peraturan perundang undangan perpajakanFungsi SPTIalah
sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlahpajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :a)
Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri dan / atau melaluipemotongan atau pemungutan pihak
lain dalam 1 (satu) tahun pajak atau bagian pajakb)

Penghasilan merupakan objek pajak dan/ atau bukan objek


pajakc)

Harta dan kewajiban ; dan ataud)

Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan


atau pemungutanpajak orang pribadi atau badan lain dalam 1
(satu) Masa Pajak sesuai dengan ketentuanperaturan
perundang undangan perpajakan.SPT dibagi menjadi dua
kategori, yaitu SPT Tahunan dan SPT Masa.
SPT Tahunan
Ini merupakan laporan pajak yang dilaporkan satu tahun sekali
(tahunan) baik oleh wajib pajak badanmau pun pribadi, yang
berhubungan dengan perhitungan dan pembayaran pajak
penghasilan, objekpajak penghasilan, dan/atau bukan objek
pajak penghasilan, dan/atau harta dan kewajiban sesuaidengan
peraturan pajak untuk satu tahun pajak, atau bagian dari tahun
pajak.
SPT Masa
Terdapat 10 jenis SPT Masa. SPT Masa tersebut dinamakan
berdasarkan nomor pasal, dimana aturanpajak tersebut diatur,
dan mereka adalah:1.

PPh Pasal 21/262.


PPh Pasal 223.

PPh Pasal 23/264.

PPh Pasal 255.

PPh Pasa 4 ayat (2)6.

PPh Pasal 15

47.

PPN (Pajak Pertambahan Nilai)8.

PPN bagi Pemungut9.

PPN bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran yang


menggunakan nilai lain sebagai DasarPengenaan Pajak10.

Pajak Penjualan atas Barang MewahSesuai dengan pengertian


singkat diatas mengenai SPT dan Fungsi serta jenis jenisnya
seharusnyawajib pajak dalam hal ini PT. Percetakan dan
Penerbitan Sulawesi dapat mempertangungjawabkandengan
penghitungan pajak yang sebenarnya terutang dan hal

hal yang wajib dilaporkan dalam fungsiSPT diatas selayaknya
sudah harus dilakukan oleh PT. Percetakan dan Penerbitan
Sulawesi sesuaidengan ketentuan peraturan perundang
undangan perpajakan . Dan untuk jenis SPT yang dilaporkan
PT.Percetakan dan Penerbitan Sulawesi ialah SPT Tahunan .
2. Secara sengaja tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong
.Pada point berikut sangat erat kaitannya dengan bukti potong
pajak yang diterima untuk masingmasing wajib pajak adapun
pengertian singkat pentingnya Bukti Potong Pajak terhadap
wajib pajak ialah, sebagai berikut :Terkait dengan pembahasan
wajib pajak PT. Percetakan dan Penerbitan Sulawesi perlu
diketahuibahwasannya penghasilan perusahaan tersebut
dipungut oleh PPH Pasal 23 dan yang perlu diketahuidalam hal
Bukti Potong PPh Pasal 23 .
Ketentuan Subjek Pemotong PPh Pasal 23
Wajib Pajak yang ditunjuk oleh UU PPh sebagai Subjek
Pemotong PPh, harus melaksanakankewajibannya yakni berupa
pemotongan, penyetoran serta pelaporan SPT Masa PPh Pasal
23 ke KPPtempatnya terdaftar. Ada sanksi bunga, denda
bahkan sampai pidana jika kewajiban tersebut
tidakdilaksanakan, baik itu karena lupa ataupun sengaja seperti
yang tercantum pada Pasal 38 dan Pasal 39UU KUP.
Wajib Pajak yang telah ditunjuk sebagai Subjek Pemotong PPh:
Pasal 23 ayat (1) UU PPh mengatur subyek pemotong
PPh adalah:

Subjek Pajak badan dalam negeri

Badan pemerintah
Bentuk usaha tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya yang ada di Indonesia danpenyelenggara kegiatan.
Pembayaran serta Bukti Potong PPh Pasal 23
Pembayaran dari PPh Pasal 23 dilakukan oleh pemotong dengan
cara membuat ID billing, kemudianpihak pemotong
membayarnya lewat Bank Persepsi (teller bank, ATM, fitur
bayar pajak online di

5OnlinePajak, dan lainnya) yang sudah disetujui oleh


Kementerian Keuangan. Jatuh tempo untukpembayaran yakni
tanggal 10, satu bulan sesudah bulan terutang pajak
penghasilan 23.Sebagai tanda bukti bahwa PPh Pasal 23 sudah
dipotong, pihak pemotong diharuskan untukmemberikan bukti
potong / rangkap ke-1 yang telah dilengkapi ke pihak yang
dikenakan pajak tersebutserta bukti potong / rangkap ke-2
ketika melakukan efiling pajak PPh 23 melalui OnlinePajak.
Pelaporan PPh Pasal 23 dalam bentuk SPT Masa PPh Pasal 23
SPT Masa PPh Pasal 23 merupakan bentuk resmi laporan PPh23
yang dilaporkan lewat fitur lapor pajakonline ataupun melalui
efiling gratis di OnlinePajak. Jatuh tempo dari pelaporan jatuh
pada tanggal 20,sebulan sesudah bulan terutang pajak
penghasilan 23.Dulu pembayaran serta pelaporan PPh Pasal 23
dilakukan dengan terpisah-pisah, namun sekarang bisamelalui
aplikasi OnlinePajak. Kemudahan menggunakan online pajak
adalah:
Terintegrasi secara mudah, otomatis serta lebih cepat. Baik di
dalam pembuatan laporan PPh 23di OnlinePajak ataupun
penggunaan file CSV PPh 23 dari aplikasi e-SPT.

Anda dapat mengimpornya untuk efiling pajak gratis pada


OnlinePajak

Memudahkan para akuntan yang ingin menyelesaikan pelaporan


serta pembayarannya secaratepat waktu.Pada konteks Pajak
Penghasilan (PPh), terdapat pula sebagian Wajib Pajak yang
selain diharuskan untukmenyetorkan PPh-nya sendiri juga
diharuskan untuk melakukan pemotongan serta penyetoran
PPh-nyaWP lain. Hal tersebut disebut dengan withholding tax
system, WP melakukan pemotongan PPh padapenghasilan yang
diperoleh atau diterima WP lainnya.
Orang Pribadi Sebagai Subjek Bukti Potong Pph 23
Pasal 23 ayat (3) UU PPh, WP orang pribadi juga bisa ditunjuk
oleh Dirjen Pajak untuk menjadi SubjekPemotong PPh Pasal 23.
Berdasarkan Keputusan dari Dirjen Pajak Nomor KEP-
50/PJ/1995, WP orangpribadi yang dijadikan Subjek Pemotong
PPh Pasal 23 adalah sebagai berikut:

Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki profesi sebagai


arsitek, akuntan, notaris, dokter, PPATselain camat, konsultan
dan pengacara, yang melaksanakan pekerjaan bebas,
WP orang pribadi yang memiliki dan menjalankan usaha
(pengusaha) yang menyelenggarakanpembukuan. Penjelasan
lebih lanjutnya bisa ditemui dalam SE-08/PJ.4/1995 tanggal
23 Februari1995.
Surat Keputusan Dirjen Pajak sebagai dasar Subjek Pemotong
PPh Pasal 23
Penunjukan Wajib Pajak orang pribadi sebagai Subjek
Pemotong PPh Pasal 23 dilakukan dengan carapenerbitan Surat
Keputusan Dirjen Pajak tentang penunjukkan sebagai pemotong
PPh Pasal 23, yangtelah dibuat atas nama Wajib Pajak orang
pribadi yang bersangkutan. Surat keputusan
tersebutditerbitkan oleh Kepala KPP tempat dimana Wajib
Pajak orang pribadi tersebut terdaftar.

6Wajib Pajak orang pribadi yang ditunjuk sebagai Subjek


Pemotong PPh Pasal 23 lewat Surat Keputusantersebut, hanya
diharuskan untuk melakukan pemotongan, penyetoran serta
pelaporan PPh Pasal 23atas imbalan sewa. Imbalan sewa yang
dijadikan sebagai objek PPh Pasal 23 adalah imbalan untuk
sewaharta selain tanah ataupun bangunan, karena imbalan sewa
tanah ataupun bangunan telah ditetapkansebagai objek
pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2).Terkait penjelasan
seputar PPh pasal 23 diatas PT. Percetakan dan Penerbitan
Sulawesi teridentifikasitidak melaporkan bukti potong , yang
mana kita ketahui pada periode 2014 Wajib pajak
telahdimudahkan dalam pelaporan SPT dengan E

SPT oleh Direktorat Jenderal Pajak .
3. Menyebabkan timbulnya kerugian pada Negara
Terkait dengan pembicaraan pada 2 point sebelumnya yang
mana tindakan pelanggaran mekanismeperpajakan oleh PT.
Penerbitan dan Percetakan Sulawesi kerugian pada Negara
yang ditimbulkan akibatkasus ini . berikut pembahasan perihal
penyebab tindakan penggelapan pajak .Ada berbagai cara yang
dilakukan perusahaan untuk melakukan penggelapan pajak guna
pajak yangdibayarkan mencapai angka minimal, seperti :

Melaporkan penjualan lebih kecil dari pada yang seharusnya

Memperbesar biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan


padahal biaya tersebut tidak terjadi

Memalsukan bukti transaksi perusahaan

DllJadi, tindakan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut


termasuk tindakan yang ilegal dan juga kriminal.Banyak sekali
dampak negatif dari adanya penggelapan pajak, seperti :
Pengelakan pajak sangat memengaruhi persaingan sehat di
antara para pengusaha. Maksudnya,pengusaha yang melakukan
pengelakan pajak dengan cara menekan biayanya secara
tidakwajar. Sehingga, perusahaan yang mengelakkan pajak
memperoleh keuntungan yang lebih besardibandingkan
pengusaha yang jujur. Walaupun dengan usaha dan
produktifitas yang sama, sipengelak pajak mendapat
keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pengusaha
yang jujur.

Pengelakan pajak menyebabkan stagnasi (macetnya)


pertumbuhan ekonomi atau perputaranroda ekonomi. Jika
mereka terbiasa melakukan pengelakan pajak, mereka tidak
akanmeningkatkan produktifitas mereka. Untuk memperoleh
laba yang lebih besar, mereka akanmelakukan pengelakan
pajak.

Langkanya modal karena wajib pajak berusaha menyembunyikan


penghasilannya agar tidakdiketahui fiscus. Sehingga mereka
tidak berani menawarkan uang hasil penggelapan pajaktersebut
ke pasar modal.

Dengan adanya penyelewengan dan hutang pajak tentunya


dapat mengurangi penerimaannegara dari sektor perpajakan,
sehingga menghambat pembangunan infrastuktur.
Menghambat penyusunan RAPBN.

dll

7Adapun hal

hal yang dilanggar oleh PT. Percetakan dan Penerbitan
di Sulawesi dengan UU No. 16Tahun 2000 dengan penjelasan
dibawah UU No. 16 Tahun 2000 Perubahan Ke -2 :
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Perubahan Ke-2)
Perubahan Kedua UU KUP 1984 diatur dalam Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2000 yang mulai berlakupada tanggal 1
Januari 2001. Alasan perubahan kedua UU KUP 1984 adalah
untuk :1.

Membersihkan keadilan dan2.

Untuk meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak3.

Untuk kepastian hukumHal ini tercantum dalam konsideran UU


No.16 Tahun 2000 bahwa dalam upaya untuk lebih
memberikankeadilan dan meningkatkan pelayanan kepada
Wajib Pajak serta agar lebih dapat diciptakan kepastianhukum,
perlu dilakukan perubahan terhadap Undang

undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang KetentuanUmum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan
Undang- Undang Nomor 9 tahun1994. Dalam perubahan kedua
ini disamping penyempurnaan redaksi, juga melakukan
penyempurnaanketentuan yang sudah ada dan menambah
ketentuan baru. Beberapa perubahan yang mendasar antara
lain Pasal 12 UU No.6 Th.1983 yang semula berbunyi : “Setiap
Wajib Pajak membayar pajak yang
terhutang berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-
undangan perpajakan, dengan tidak
menggantungkan pada adanya Surat Ketetapan Pajak” diubah
menjadi 3 (tiga) ayat yaitu :
1.

Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terhutang


berdasarkan ketentuan peraturanperundangan-undangan
perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya
suratketetapan pajak.2.

Jumlah pajak yang terhutang menurut Surat Pemberitahuan


yang disampaikan oleh Wajib Pajakadalah jumlah pajak yang
terutang menurut ketentuan peraturan perundang-
undanganperpajakan.3.

Apabila Direktur Jendral Pajak mendapatkan bukti bahwa


jumlah pajak yang terutang menurutSurat Pemberitahuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak benar, maka
Direktur JendralPajak menetapkan jumlah pajak terutang yang
semestinya.Dan berlanjut ke point ke 4 yaitu sanksi pidana
yang harus diterima oleh PT. Percetakan dan
PenerbitanSulawesi .
4. Pidana Hukum yang harus diterima oleh PT. Percetakan dan
Penerbitan Sulawesi
Sehubungan dengan tindak pidana kasus pajak yang dilakukan
oleh PT.
Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan
Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan
Wajib Pajak (WP), sepanjang menyangkutpelanggaran
ketentuan administrasi perpajakan dikenakan
sanksi administrasi, sedangkan yangmenyangkut tindak pidana
dibidang perpajakan dikenakan sanksi pidana.

8A. Sanksi Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan1. Setiap orang


yang karena kealpaannya :a)

tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) ataub.


menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkanketerangan yang isinya tidak
benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatannegara dan perbuatan tersebut merupakan
perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali,didenda paling
sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar danpaling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau
dipidanakurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama
1 (satu) tahun.2. Setiap orang yang dengan sengaja :a)
tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib
Pajak atau tidakmelaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak; ataub)

menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok


Wajib Pajak atauPengukuhan Pengusaha Kena Pajak;c)

tidak menyampaikan SPT; ataud)

menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak


benar atau tidak lengkap;ataue)

menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau - memperlihatkan


pembukuan, pencatatan,atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar, atau tidakmenggambarkan
keadaan yang sebenarnya; atauf)

tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak


memperlihatkan atau tidakmeminjamkan buku, catatan, atau
dokumen lainnya; ataug)

tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi


dasar pembukuan ataupencatatan dan dokumen lain termasuk
hasil pengolahan data dari pembukuan yangdikelola secara
elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi
on-line
diIndonesia ; atauh)

tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut,


sehingga dapatmenimbulkan kerugian pada pendapatan
negara dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 6 (enam)
bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2
(dua)kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
dan paling banyak 4 (empat)kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar.Apabila seseorang melakukan lagi
tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1(satu)
tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara
yang dijatuhkan,dikenakan pidana 2 (dua) kali lipat dari
ancaman pidana yang diatur sebagaimana butir2.

93. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan


tindak pidana menyalahgunakan ataumenggunakan tanpa hak
NPWP atau Pengukuhan PKP, atau menyampaikan Surat
Pemberitahuandan/atau keterangan yang isinya tidak benar
atau tidak lengkap dalam rangka mengajukan
permohonanrestitusi atau melakukan kompensasi pajak atau
pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjarapaling
singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan denda
paling sedikit 2 (dua) kali jumlahrestitusi yang dimohonkan
dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan
paling banyak 4(empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan
dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.4.
Setiap orang yang dengan sengaja :a)

menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti


pemungutan pajak, bukti pemotonganpajak, dan/atau bukti
setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang
sebenarnya; ataub. menerbitkan faktur pajak tetapi belum
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dipidanadengan
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6
(enam) tahun sertadenda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah
pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak,
buktipemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan
paling banyak 6 (enam) kali jumlah pajakdalam faktur pajak,
bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau
bukti setoranpajak5. Sanksi tindak pidana berlaku juga bagi
wakil, kuasa, atau pegawai dari Wajib Pajak, yang
menyuruhmelakukan, yang turut serta melakukan, yang
menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindakpidana di
bidang perpajakan.B. Daluwarsa Tindak Pidana Di Bidang
PerpajakanTindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat
dituntut setelah lampau waktu sepuluh tahun sejaksaat
terutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya
Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnyaTahun Pajak yang
bersangkutan.

C. Delik Aduan Dan SanksinyaSetiap pejabat baik petugas


pajak maupun mereka yang melakukan tugas di bidang
perpajakan,dilarang mengungkapkan kerahasiaan WP yang
menyangkut masalah perpajakan. Pelanggaran ataslarangan
mengungkapkan kerahasiaan WP tersebut dapat diancam sanksi
pidana sebagai berikut :1)

Pejabat yang karena kealpaanya tidak memenuhi kewajiban


merahasiakan masalah perpajakanWajib Pajak antara lain:
Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan lain-lain yang
dilaporkanoleh Wajib Pajak, data yang diperoleh dalam rangka
pelaksanaan pemeriksaan, dokumendan/atau data yang
diperoleh dari pihak ketiga yang bersifat rahasia, dan dokumen
dan/ataurahasia Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berkenaan,dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
denda paling banyakRp25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah).2)

Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya


atau seseorang yang menyebabkantidak dipenuhinya kewajiban
merahasiakan masalah perpajakan Wajib Pajak, dipidana
dengan

10pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling


banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).D.
Keterlibatan dan Sanksi bagi Pihak Ketiga1)

Setiap orang yang wajib memberikan keterangan atau


bukti yang diminta sebagaimanadimaksud dalam Pasal 35 tetapi
dengan sengaja tidak memberi keterangan atau bukti,
ataumemberi keterangan atau bukti yang tidak benar dipidana
dengan pidana kurungan paling lama1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).2)

Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau


mempersulit penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda palingbanyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima
juta rupiah).3)
Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35A ayat (1) yang bunyinya: ”Setiap instansi pemerintah,
lembaga, asosiasi, dan pihak lain,
wajib memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan
perpajakan kepada DirektoratJenderal Pajak yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah dengan
memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2)
(yaitu ”Dalam hal pihak
-pihak yaitubank, akuntan publik, notaris, konsultan pajak,
kantor administrasi, dan/atau pihak ketigalainnya yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang dilakukan
pemeriksaan pajak,penagihan pajak, atau penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan terikat oleh
kewajibanmerahasiakan, untuk keperluan pemeriksaan,
penagihan pajak, atau penyidikan tindak pidana dibidang
perpajakan, kewajiban merahasiakan tersebut ditiadakan,
kecuali untuk bank, kewajiban
merahasiakan ditiadakan atas permintaan tertulis dari Menteri
Keuangan”), dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satumiliar rupiah).4)

Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan tidak


terpenuhinya kewajiban pejabat danpihak lain yaitu
memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan
perpajakan kepadaDirektorat Jenderal Pajak, dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan ataudenda
paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).5)

Setiap orang yang dengan sengaja tidak memberikan data


dan informasi yang diminta olehDirektur Jenderal Pajak
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan
ataudenda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah).6)

Setiap orang yang dengan sengaja menyalahgunakan data dan


informasi perpajakan sehinggamenimbulkan kerugian kepada
negara dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu)tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah). Ketentuan iniberlaku juga bagi yang
menyuruh melakukan , yang menganjurkan atau membantu
melakukantindak pidana di bidang perpajakan.

11C. PENYELESAIAN MASALAHPenyelesaian masalah yang


dilaksanakan terkait dengan kasus pidana PT.Percetakan dan
PenerbitanSulawesi ialah tidak lain melalui jalur hokum yang
sudah ditentukan oleh UU yang berlaku .

Upaya penanggulangan tindak pidana perpajakanUpaya


dilakukan untuk menanggulangi tindak pidana secara optimal,
pendekatan yang perludilakukan adalah dengan melakukan
pendekatan sistem pertanggungjawaban pidana sebagai salah
satukebijakan kriminalisasi. Kebijakan kriminalisasi sebagai
usaha-usaha yang rasional untuk mengendalikankejahatan
problem sosial yang dinamakan kejahatan dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Sudahbarang tentu tidak hanya dengan
menggunakan sarana penal (hukum pidana) tetapi dapat juga
denganmenggunakan sarana-sarana non penal. Penanggulangan
kejahatan dengan sarana hukum pidanaberarti mengadakan
pemilihan untuk pencapaian hasil perundangan pidana yang
paling baik dalam artimemenuhi syarat keadilan dan daya
guna.Salah satu upaya menanggulangi kejahatan
denganmenggunakan sarana hukum termasuk hukum pidana
merupakan bidang kebijakan penegakan hukumyang bertujuan
untuk pencapaian kesejahteraan masyarakat. Upaya
penanggulangan kejahatan padahekekatnya merupakan bagian
integral dari upaya perlindungan masyarakat (
social wefare
). Olehkarenanya dapat dikatakan bahwa tujuan utama dari
politik kriminal ialah perlindungan masyarakatuntuk mencapai
kesejahteraan masyarakat.Pendekatan penanggulangan tindak
pidana dalam pembahasan makalah ini terkait tindak
pidanaperpajakan dengan menerapkan rezim anti
money laundering
(pencucian uang) didasarkan bahwapentingnya pajak bagi
penyelenggaraan Negara, dalam upaya mencegah berbagai
rekayasameminimalisasi beban pajak. Penanggulangan tindak
perpajakan dan akses negatif padapenyelenggeraan Negara
dapat dibandingkan diberbagai negara dalam kerangka
penanggulangan tindakpidana perpajakan seperti Belanda,
terdapat doktrin
fraus legis
(distorsi hukum) dan
richtige heffing
(penetapan kemudian) sebagai dasar untuk mengabaikan
berbagai mekanisme rekayasa yangdimanfaatkan oleh Wajib
Pajak untuk meminimalisir beban pajak dan selanjutnya secara
sederhanamenetapkan jumlah pajak terutang
dengan menganggap rekayasa transaksi itu tidak pernah ada.

Secarapsikologis dan ekonomis, seseorang yang melakukan


rekayasa penggelapan pajak mengetahui secarapasti bahwa ia
telah bertindak melawan hukum dengan implikasi sosial dan
psikologis, seperti adanyastigma merasa bersalah dan
mengundang risiko terbongkar dengan sanksi hukum pidana
badan dandenda. Sebaliknya, hal seperti ini tidak terdapat
dalam praktik penghindaran pajak karena tidak adanyatindakan
melawan hukum yang dilakukan.

12Prinsip pertanggungjawaban pelaku kejahatan di dalam


hukum pidana pada sistem hukum diIndonesia dilandasi oleh
adanya kesalahan
(shuld)
di dalam perbuatan melawan hukum
(wederechtelijk)
sebagai syarat untuk pengenaan pidana,sehingga untuk
pertanggungjawaban suatu perbuatan pidana didalam faham
KUH Pidana
diperlukan beberapa
syarat
yakni:
Pertama
, adanya suatu tindak pidana yangdilakukan oleh kealpaan.
Kedua
, adanya unsur kesalahan berupa kesengajaan atau kealpaan.
Ketiga
,adanya pembuat yang mampu bertanggungjawab dan tidak ada
alasan pemaaf. Kesalahan (
schuld
)sangat erat kaitannya dengan suatu kejahatan yang dilakukan
oleh subjek hukum manusia alamiah yangmengandung arti
bahwa dapat dipidananya seseorang tidaklah cukup apabila
orang itu telah melakukanperbuatan yang bertentangan dengan
hukum atau sifat melawan hukum. Meskipun
perbuatannyamemenuhi rumusan tindak pidana dalam undang-
undang dan tidak dapat dibenarkan, namun haltersebut belum
memenuhi syarat untuk penjatuhan pidana karena penjatuhan
pidana memerlukanadanya syarat bahwa orang yang melakukan
perbuatan itu mempunyai kesalahan atau bersalah(
subjective guilt
).

Hal ini tentunya mengambarkan bahwa perbuatan melawan


hukum berhubungan dengan kesalahansebagai syarat
penjatuhan pidana dalam rangka meminta pertanggungjawaban
pelaku sesuai denganasas
geen straf zonder schuld
di dalam faham hukum pidana, untuk menentukan kesalahan
sebagaidasar penjatuhan pidana tentunya didasarkan kepada
perbuatan yang dilakukan bertentangan denganhukum atau
bersifat melawan hukum.Selanjutnya pendekatan menyangkut
penanggulangan tindak pidana perpajakan melalui rezim anti
money laundering
didasarkan modus opzet pelaku dengan maksud untuk
meminimalkan risikoterdeteksi biasanya para pelaku
penggelapan pajak berusaha menyembunyikan atau
mengaburkan asal-usul "hasil kejahatan" (
proceeds of crime
) dengan melakukan tindak kejahatan lanjutannya yaitu
praktikpencucian uang, agar dapat memaksimalkan utilitas
ekspektasi pendapatan dari penggelapan pajaktersebut. Untuk
itu diperlukan prinsip-prinsip transaksi keuangan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pemcegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang.Transaksi keuangan yang menjadi unsur pencucian uang
adalah transaksi keuangan mencurigakan dantransaksi
keuangan yang dilakukan secara tunai yang belum dilaporkan
dan mendapat persetujuan dariKepala PPATK.

13D. SOLUSI HASIL PENGAMATANSolusi dalam hasil


pengamatan berikut oleh penulis ialah :1)

Perlunya sosialisasi oleh pihak terkait dalam hal ini Kantor


Pajak terhadap keseluruhanwajib pajak , yang mana setiap
adanya pembaruan ataupun informasi terbaru
mengenaipelaporan perpajakan ataupun hal yang berhubungan
dengan kewajiban wajib pajak.2)
Kesadaran wajib pajak perlu dipupuk kembali , mengingat
dengan maraknya kasuspajak yang beredar dari tahun tahun
lalu , seperti hal nya kasus pajak dalampembahasan ini
menimbulkan kerugian Negara yang berdampak pada
kelangsunganpembiayaan maupun pendapatan Negara.3)

Pengawasan sangat perlu apabila adanya indikasi tindak kasus


penyelewenganterhadap mekanisme perpajakan yang
seharusnya diterapkan oleh keseluruhan wajibpajak
berdasarkan perundang undangan yang berlaku .E.
KONTRIBUSI TERHADAP PERMASALAHAN YANG ADA
PADA MATERIKontribusi yang ada dalam permasalahan pada
pembahasan berikut , yang mana kembali kepadakesadaran dan
kesepahaman khususnya bagi seluruh wajib pajak , dan perihal
pajak sangatberkontribusi juga bagi perekonomian Negara .

14
BAB IIIPENUTUP
Demikian makalah ini penulis paparkan semoga bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya danmenambah wawasan khususnya
untuk kesadaran perlakuan pajak terhadap pembaca , wajib
pajakbahwasannya pentingnya kepatuhan tentang tata cara
perpajakan yang berlaku . Dan penulis mohonmaaf apabila ada
kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat yang tidak jelas ,
dan penulismengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca
terhadap penulisan makalah ini , untuk perbaikankedepan dalam
penulisan makalah selanjutnya . Sekian penutup dari penulis ,
dan diucapkan terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai