Dokumen - Tips - LP Perforasi Gaster
Dokumen - Tips - LP Perforasi Gaster
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktik Klinik Keperawatan II Prodi D-IV
Keperawatan Semester 4
Dosen Pembimbing: Ns. Ida Mardalena, S.Kep., M.Si
Perforasi terjadi apabila isi dari kantung masuk ke dalam kavum abdomen,
sehingga menyebabkan terjadinya peritonitis. Contohnya seperti pada kasus perforasi
gaster atau perforasi duodenum. Selain itu, 10 – 15 % pasien yang didiagnosa
divertikulitis akut akan berkembang menjadi perforasi. Pasien biasanya akan datang
ke tempat perawatan dengan gejala peritonitis umum. Kadar mortalitas secara
relatifnya tinggi yaitu hampir 20 – 40 %. Kebanyakkan disebabkan oleh komplikasi
seperti syok septik kegagalan multi organ. Kecederaan berkaitan usus yang
disebabkan endoskopi (endoscopy-associated bowel injuries) jarang menyebabkan
terjadinya perforasi.
B. ANATOMI LAMBUNG
C. ETIOLOGI
1. Perforasi non-trauma
Akibat volvulus gaster karena overdistensi dan iskemia, bayi baru lahir yang
terimplikasi syok dan stress ulcer, anti inflamasi non steroid dan steroid :
terutama pada pasien usia lanjut, serta faktor predisposisi termasuk ulkus
peptik
D. PATOFISIOLOGI
Pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, fase ini disebut fase
peritonitis kimia. Adanya nyeri di bahu menunjukkan adanya rangsangan
peritoneum di permukaan bawah diafragma. Reaksi peritoneum berupa
pengenceran zat asam yang merangsang itu akan mengurangi keluhan untuk
sementara sampai kemudian terjadi peritonitis bakteria.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Radiologis memiliki peran nyata dalam menolong ahli bedah dalam memilih
prosedur diagnostik dan untuk memutuskan apakah pasien perlu dioperasi.
Deteksi pneumoperitoneum minimal pada pasien dengan nyeri akut abdomen
karena perforasi gaster adalah tugas diagnostik yang paling penting dalam
status kegawatdaruratan abdomen, dengan menggunakan teknik radiologi
maka dapat mendeteksi jumlah udara sebanyak 1 ml. dalam melakukannya,
perlu teknik foto abdomen klasik dalam posisi berdiri dan posisi lateral
decubitus kiri.
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi adalah metode awal untuk kebanyakan kondisi akut
abdomen. Pemeriksaan ini khususnya berharga untuk mendeteksi cairan bebas
di pelvik kecil menggunakan teknik kandung kemih penuh. Kebanyakan,
ultrasonografi tidak dapat mendeteksi udara bebas.
3. CT Scan
1. Pasang akses intravena (infuse). Berikan terapi cairan kristaloid pada pasien
dengan gejala klinis dehidrasi atau septikemia.
H. KOMPLIKASI
Kegagalan luka operasi (kerusakan parsial atau total pada setiap lapisan luka
operasi) dapat terjadi segera atau lambat. Faktor-faktor berikut ini
dihubungkan dengan kegagalan luka operasi yaitu malnutrisi, sepsis, uremia,
diabetes mellitus, terapi kortikosteroid, obesitas, batuk yang berat, hematoma
(dengan atau tanpa infeksi), abses abdominal terlokalisasi, kegagalan
multiorgan dan syok septik
2. Syok septik
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
1) Nyeri
Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien
untuk meminta pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah
saluran gastrointestinal dan organ aksesori. Dalam mengkaji nyeri,
perawat dapat melakukan pendekatan PQRST
2) Mual muntah
4) Ketidaknyamanan Abdomen
5) Diare
6) Konstipasi
Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang. Hal
ini terjadi apabila individu mengalami dehidrasi atau apabila tindakan
BAB ditunda sehingga memungkinkan lebih banyak air yang terserap
keluar sewaktu feses berada di usus besar. Orang yang sehari-harinya
jarang bergerak berisiko tinggi mengalami konstipasi.
Perawat mengkaji riwayat MRS (masuk rumah sakit) dan penyakit berat
yang pernah diderita, penggunaan obat2 dan adanya alergi.
Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi
kuantitas maupun kualitas akan memberi dampak yang merugikan
f. Riwayat alergi
3. Pemerikasaan fisik
f. Bibir: bibir dikajia terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta
adanya lesi.
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Diagnosa Keperawatan
d. Nyeri berhubungan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga
oral.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E., 1999, Rencana Asuhan Kepeawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, (Edisi 3), Jakarta, EGC.
Mitchell, Richard N., 2008, Buku Saku Dasar Patologis Penyakit, Jakarta , EGC.
Smeltzer, Suzanne C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta,
EGC.