Ruptur Korneo-Sklera
Ruptur Korneo-Sklera
AGUSTUS 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RUPTUR KORNEO-SKLERA
OLEH :
Wilda Veramita Fangidae, S.Ked
1108011023
PEMBIMBING :
dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M
Mengetahui
Pembimbing
2.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 2 Agustus 2017
bertempat di ruang perawatan kelas III wanita (Cempaka) RSUD W. Z. Johannes
Kupang.
Keluhan utama : Nyeri pada mata kanan
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang diantar oleh suaminya dengan keluhan nyeri pada mata sebelah kanan
akibat terjatuh sejak ± 15 menit sebelum tiba di IGD (30 Juli 2017).Nyeri disertai
dengan darah yang keluar terus menerus dari dalam mata, kelopak mata bengkak dan
tidak bisa membuka mata akibat nyeri yang dirasakan.Menurut pasien kejadian terjadi
ketika pasien turun dari sepeda motor dan kaki pasien tersangkut dengan pedal motor
sehingga pasien langsung terjatuh dan mata kanan pasien membenturbatu yang ada di
bawahnya. Setelah terjatuh pasien masih sempat membuka mata namun pasien merasa
nyeri hebat, penglihatannya kabur dan pusing serta ada darah yang mengalir dari dalam
mata pasien sehingga langsung dibawa ke rumah sakit.
Saat ini pasien hanya mengeluhkan nyeri setelah operasi yang sudah berkurang.
Riwayat penyakit dahulu :Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga :Tidak ada
Riwayat pengobatan :Terhadap pasien sudah dilakukan tindakan operasi
pengangkatan bola mata pada tanggal 31 Juli 2017 di RSUD W.Z. Johannes Kupang.
OD OS
2/60 (pasien di tempat
Tidak dievaluasi Visus
tidur)
Tidak dievaluasi TIO Tidak dievaluasi
Edem (+) hematom (+) Palpebra Edem (-) hematom (-)
Hiperemis (+) Konjungtiva Hiperemis (-)
Tidak dievaluasi Kornea Edem (-)
Tidak dievaluasi COA Normal
Pupil: bulat di tengah,
Tidak dievaluasi Iris /pupil refleks cahaya langsung
(+)
Iris: intak
Tidak dievaluasi Lensa Jernih
2.4 Resume
Pasien wanita usia 26 tahun datang dengan keluhan nyeri hebat pada mata
kanan sejak 3 hari yang lalu akibat terjatuh 15 menit sebelum tiba di IGD. Keluhan
disertai perdarahan aktifdan bengkak pada kelopak mata serta mata yang sulit
dibuka.Pada keadaan umum didapatkan pasien tampak sakit sedang.Dari status
oftalmologi, mata kanan pasien tidak dilakukan evaluasi karena pasien telah
mendapatkan tindakan berupa eviserasi.Pada pemeriksaan mata kiri normal, tidak
didapati adanya kelainan.
2.5 Diagnosis
Ruptur Korneosklera
2.6 Terapi
- Cefotaxim 2x1 g (i.v)
- Drip ketorolac 30 mg/24 jam
- Cito operasi (eviserasi)
- Amoxicillin 3x500 mg (p.o)
- Asam mefenamat 3x500 mg (p.o)
- Oxytetracyclin CO 3x OD
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya,
merupakan lapisan jaringan menutup bola mata sebelah depan.Kornea dewasa rata-rata
mempunyai tebal 0,54mm di tengah, sekitar 0,65mm di tepi, dan diameternya sekitar
11,5mm. Dari anterior ke posterior kornea mempunnyai lima lapisan yang berbeda-
beda; lapisan epitel, lapisan Bowman, stroma, membrane Descement, dan lapisan
endotel.1
1. Lapisan epitel
a. Tebalnya 50µm, terdiri atas, 5 lapisan epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng
b. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel
gepeng, sel basal berkaitan erat dengan sel basal disampingnya dan sel
polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan
ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan gukosa yang merupakan
barrier.
c. Sel basal menghasilkan membrane basal yng melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
d. Epitel berasal dari ectoderm permukaan
2. Membrana bowman
a. Terletak dibawah membrane basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma.
b. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Jaringan stroma
a. Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur
sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang;terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang
sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit mebentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan
embrio datu sesudah trauma.
4. Membrane descement
a. Merupakan membrane aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
b. Bersifat sangat elastic dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40µm.
5. Endotel
a. Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40
mm. endotel melekat pada membrane descement melalui hemidosom
dan zonula akluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrane Bowman melepaskan selubung
Schwannya.Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara.Daya regenerasi
saraf sesudah dipotong di daerah libus terjadi dalam waktu 3 bulan.Sumber nutrisi
kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air mata.
Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh darah
limbus, humor aquous, dan air mata.Kornea superfisial juga mendapatkan oksigen
sebagian besar dari atmosfer.Saraf-saraf sensorik kornea didapatkan dari percabangan
pertama (oftalmika) dari nervus kranialis V (trigeminus). Transparansi kornea
disebabkan oleh strukturnya yang seragam, avaskularitasnya, dan deturgensinya.1
3.2.1 Definisi
Trauma mata adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita,
kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai
indra penglihatan.
Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari
cedera.Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh bubungan
bertulang yang kuat.Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang
bagi benda asing dan mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami
kerusakan.Meskipun demikian, mata dan struktur di sekitarnya bisa mengalami
kerusakan akibat cedera, kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus
diangkat.
3.2.2 Klasifikasi
3.2.3Etiopatogenesis
Beratnya trauma yang terjadi ditentukan oleh ukuran benda, komposisi dan
kecepatan pada saat bertumbukan.Benda tajam seperti pisau akan menimbulkan luka
laserasi yang jelas pada bola mata. Berbeda dengan kerusakan akibat benda asing yang
terbang beratnya kerusakan ditentukan oleh energi kinetik yang dimiliki. Contohnya
pada peluru pistol angin yang besar dan memiliki kecepatan yang tidak terlalu besar
memiliki energi kinetik yang tinggi dan menyebabkan kerusakan mata yang cukup
parah. Kontras dengan pecahan benda tajam yang memiliki massa yang kecil dengan
kecepatan tinggi akan menimbulkan laserasi dengan batas yang jelas dan beratnya
kerusakan lebih ringan dibandingkan kerusakan akibat peluru pistol angin.
Ruptur bola mata dapat terjadi ketika objek tumpul menekan orbita
mengakibatkan tekanan pada bola mata dalam aksis anterior posterior menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular, sehingga menyebabkan robekan kornea dan
sklera.Ruptur akibat trauma tumpul sering kali terjadi pada daerah-daerah tertipis pada
sklera, pada insersi otot-otot ekstraokular, pada limbus dan pada daerah yang telah
terjadi operasi intraokular sebelumnya.
Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma okuli yaitu:4
1. Coup,
2. Countercoup,
3. Equatorial, dan
4. Global reposititioning.
Coup adalah kekuatan yang disebabkan langsung oleh trauma.Countercoup
merupakan gelombang getaran yang diberikan oleh cuop, dan diteruskan melalui
okuler dan struktur orbita.Akibat dari trauma ini, bagian equator dari bola mata
cenderung mengambang dan merubah arsitektur dari okuli normal. Pada akhirnya, bola
mata akan kembali ke bentuk normalnya, akan tetapi hal ini tidak selalu seperti yang
diharapkan.4
Pemeriksaan Penunjang
1. USG B-scan
Dengan menggunakan alat ini, dapat mendeteksi sekiranya terdapat objek
asing yang masih tersisa pada bola mata. Selain itu, pemeriksaan ini juga
dapat menilai kondisi posterior bola mata apa ada terjadi ablasi retina atau
tidak.
2. CT-Scan
Dengan menggunakan CT-Scan kontur dari bola mata dapat dievaluasi
dengan teliti apa ada kedangkalan pada bilik mata depan, dislokasi lensa,
ablasi koroid, perdarahan vitrous, dan juga objek asing.
3.2.6 Penatalaksanaan
Empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma mata adalah :
1. Memperbaiki penglihatan
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Mempertahankan struktur dan anatomi mata,
4. Mencegah sekuele jangka panjang
Pre-Operatif
1. Bagian mata diperban dengan kasa yang steril
2. Hindari menggunakan obat topikal ataupun intervensi-intervensi lain yang
perlu membuka tutup mata
3. Berikan obat yang sesuai untuk sedatif, dan juga kontrol kesakitan
4. Intravena antibiotik
Operatif
Jika hanya merupakan suatu laserasi kornea kecil maka tidak membutuhkan
penjahitan karena bisa menyembuh sempurna.
Pada luka kornea dengan ukuran medium atau yang lebih besar maka harus
dilakukan hecting kornea, Penyembuhan luka kornea adalah perlahan karena
sifat kornea yang aselular, masa penyembuhan bisa berbulan-bulan.
Pada kasus ruptur bola mata dengan kerusakan yang parah maka harus dilakukan
tindakan pengangkatan bola mata berupa eviserasi.Eviserasi adalah
pengangkatan isi bola mata dengan meninggalkan bagian dinding bola mata,
sklera, otot-otot ekstra okuli dan saraf optik.
Indikasi dari pembedahan eviserasi adalah keadaan kebutaan pada mata dengan
infeksi berat atau kondisi mata yang sangat nyeri.
Tumor intraocular dan phitisis merupakan kontraindikasi dalam meaksanakan
pembedahan eviserasi. Eviserasi memiliki keuntungan dibandingkan enukleasi
yaitu pembedahan dapat dilaksanakan dengan komplikasi yang lebih sedikit,
anastesi dapat dilakukan dengan anastesi local berupa blok retrobulbar dan
proses pebedahan dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.
Medikamentosa
Dapat diberikan antibiotic spectrum luas ntuk mencegah infeksi sebelum dan
sesudah operasi dan dapat diberikan anti nyeri.
3.2.7. Komplikasi
1. Anophthalmic orbit
a) Enophthalmos
b) Sulkus superior dalam
c) Kekenduran kelopak dalam bawah
d) Ptosis
e) Kelainan socket mengendur
f) Kelainan socket mengerut
g) Kelainan socket karena implant
2. Perdarahan
3. Infeksi
3.2.8 Prognosis
Trauma mata adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita,
kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai
indra penglihatan.
Menurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT), trauma mata dibagi
menjadi:trauma mata tertutup bila tidak menembus melewati struktur dinding bola
mata (non-full thickness) dan trauma terbuka bila melewati seluruh struktur dinding
bola mata (full thickness).Langkah pertama dalam evaluasi trauma kornea adalah
menentukan apakah termasuk luka full-thickness atau bukan dan mengakibatkan
rupture bola mata, yaitu aqueous humor keluar dari bilik mata depan, yang ditandai
dengan kornea yang rata, gelembung air di bawah kornea, pupil asimetris sekunder
karena iris yang menonjol kearah defek kornea, dan juga tanda dari ruptur sklera yaitu
adanya khemosis konjungtiva, hifema total, bilik depan yang dalam, tekanan bola mata
yang sangat rendah, dan pergerakan bola mata terhambat terutama ke arah tempat
ruptur.
Pada kasus ini Ny. TL (26 tahun) datang dengan keluhan nyeri hebat pada
mata sebelah kanannya setelah terjatuh dan terkena batu.Saat datang, mata disertai
dengan perdarahan aktif dan bengkak serta mata menjadi sulit dibuka.Pemeriksaan
fisik dilakukan setelah pasien mendapatkan penanganan, sehingga tidak dapat
dilakukan evaluasi awal melalui gambaran klinis apakah termasuk luka full thickness
atau tidak. Namun dapat dipastikan bahwa ini merupakan suatu ruptur korneo-sklera
karena pada anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami trauma mataterbuka oleh
benda tumpul dimana ketika pasien terjatuh, mata pasien terkena batu dan batu
tersebutyang menekan orbita sehingga mengakibatkan tekanan pada bola mata dalam
aksis anterior posterior menyebabkan peningkatan tekanan intraokular, sehingga terjadi
robekan kornea dan sclera.
Sesuai teori bahwa tindakan penanganan untuk trauma sehingga
menyebabkan ruptur dari bola mata yang menyebabkan nyeri hebat dan kebutaan maka
harus dilakukan tindakan eviserasi, yaitu pengangkatan isi bola mata dengan
meninggalkan bagian dinding bola mata, sklera, otot-otot ekstra okuli dan saraf optik.
Pada pasien ini dilakukan cito operasi dengan tujuan untuk memperbaiki rupture.
Ketika di lakukan operasi, terlihat kerusakan yang terjadi sampai ke iris dan koroid
sehingga diputuskan untuk dilakukan tindakan eviserasi.Dilihat dari kerusakannya pun
dapat diduga bahwa kemungkinan perdarahan aktif yang dialami oleh pasien berasal
dari kumpulanarteri utama dan cabang dari badan siliar, arteri koroid, vena badan siliar,
pembuluh darah iris pada sisi pupil akibat kerusakan tesebut.
Pada penanganan medikamentosa dapat diberikan antibiotic spectrum luas
untuk mencegah kemungkinan akibat terjadinya infeksi pasca trauma dan operasi. Pada
pasien ini diberikan amoxicillin dengan dosis 3x500 mg per oral dan diberikan asam
mefenamat yang merupakan golongan NSAID dengan fungsinya selain sebagai
antiinflamasi juga dapat menghilangkan rasa nyeri dengan dosis 3x500 mg per oral.
Setelah perawatan 3 hari, pasien dipulangkan dengan anjuran untuk kontrol kembali 1
minggu setelah dirawat untuk mengevaluasi kondisi matanya setelah dioperasi apakah
terdapat komplikasi dari eviserasi atau tidak berupa Anophthalmic orbit
(Enophthalmos, Sulkus superior dalam, Kekenduran kelopak dalam bawah, Ptosis,
Kelainan socket mengendur, Kelainan socket mengerut), perdarahan, atau infeksi. Jika
kondisi mata baik, maka dapat dilakukan pemasangan protesa atau pemasangan bola
mata palsu pada mata yang telah dilakukan eviserasi.
Prognosis dari kasus ini tidak sampai menyebabkan pasien meninggal, namun
untuk pasien dengan ruptur korneo-sklera post eviserasi maka pasien sudah dipastikan
kehilangan fungsi dari penglihatannya yang juga dapat mempengaruhi keadaan
psikiologi pasien.Untuk kemungkinan berulangnya kejadian ini tergantung pada pasien
bagaimana pasien dapat melindungi dirinya agar sebisa mungkin terhindar dari trauma.
BAB 5
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus pada pasien atas nama Ny. TL 26 tahun yang
dengan keluhan nyeri pada mata kanan sejak 3 hari lalu akibat terjatuh dan mata
kanannya membentur batu 15 menit sebelum diantar ke rumah sakit.Keluhan disertai
perdarahan aktif, bengkak, dan sulit membuka mata.
Pasien dilakukan cito operasi berupa tindakan eviserasi dan 2 hari setelah
operasi pasien dipulangkan dengan terapi pulang berupa antibiotik (amoxicillin 3x500
mg dan Oxytetracyclin CO 3x OD) dan antiinflamasi (asam mefenamat 3x500mg),
dengan anjuran untuk kontrol kembali 1 minggu kemudian untuk dilakukan evaluasi
kembali.
DAFTAR PUSTAKA