Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA LAPORAN KASUS

AGUSTUS 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA

RUPTUR KORNEO-SKLERA

OLEH :
Wilda Veramita Fangidae, S.Ked
1108011023

PEMBIMBING :
dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama/Stambuk : Wilda Veramita Fangidae/1108011023
Laporan Kasus : Ruptur Korneosklera
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian SMF Ilmu
Penyakit Mata RSUD Prof. DR. W.Z Johannes Kupang.

Kupang, Agustus 2017

Mengetahui
Pembimbing

dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M


BAB 1
PENDAHULUAN

Trauma okuli merupakan salah satu masalah kesehatan dunia.Meskipun


termasuk kasus yang masih dapat dicegah, trauma okuli tetap menjadi salah satu
penyebab mortilitas, morbiditas dan keterbatasan fisik.Dalam kenyataannya, trauma
okuli menjadi kasus tertinggi penyebab kebutaan unilateral di seluruh dunia terutama
pada anak dan dewasa muda.Dewasa muda terutama laki-laki merupakan kelompok
yang kemungkinan besar mengalami trauma okuli. Kecelakaan di rumah, kekerasan,
ledakan, cedera akibat olah raga, dan kecelakaan lalulintas merupakan keadaan
keadaan yang paling sering menyebabkan trauma mata.1
Trauma okuli terbagi secara garis besar menjadi trauma closed globe (tetutup)
dan trauma open globe(tebuka). Trauma tertutup pada bola mata adalah luka pada salah
satu dinding bola mata (sclera atau kornea) dan luka ini tidak merusak bagian dari
intraocular.Sedangkan pada trauma terbuka terdapat luka full thickness atau luka
ketebalan lengkap, mengenai keseluruhan dinding dari bola mata termasuk kornea,
sklera atau keduanya (sklera dan kornea).
Tipe dan luasnya kerusakan akibat trauma pada mata sangat tergantung dari
mekanisme dan kuatnya trauma yang terjadi.Dampak trauma mata dapat menimbulkan
kerugian yang sangat besar akibat hilangnya penglihatan, hilangnya waktu kerja, dan
kerugian dalam hal besarnya biaya yang dikeluarkan.Penanganan dini trauma okular
secara tepat dapat mencegah terjadinya kebutaan maupun penurunanfungsi
penglihatan. Penanganan trauma ocular secara komprehensif dalam waktu kurang dari
6 jam dapat menghasilkan hasil yang lebih baik.2
BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. TL
Usia : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katholik
Alamat : Oebobo
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal MRS IGD : 30 Juli 2017
Tanggal MRS ruangan: 30 Juli 2017
Tanggal operasi : 31 Juli 2017
Tanggal KRS : 2 Agustus 2017
No. RM : 472220

2.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 2 Agustus 2017
bertempat di ruang perawatan kelas III wanita (Cempaka) RSUD W. Z. Johannes
Kupang.
Keluhan utama : Nyeri pada mata kanan
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang diantar oleh suaminya dengan keluhan nyeri pada mata sebelah kanan
akibat terjatuh sejak ± 15 menit sebelum tiba di IGD (30 Juli 2017).Nyeri disertai
dengan darah yang keluar terus menerus dari dalam mata, kelopak mata bengkak dan
tidak bisa membuka mata akibat nyeri yang dirasakan.Menurut pasien kejadian terjadi
ketika pasien turun dari sepeda motor dan kaki pasien tersangkut dengan pedal motor
sehingga pasien langsung terjatuh dan mata kanan pasien membenturbatu yang ada di
bawahnya. Setelah terjatuh pasien masih sempat membuka mata namun pasien merasa
nyeri hebat, penglihatannya kabur dan pusing serta ada darah yang mengalir dari dalam
mata pasien sehingga langsung dibawa ke rumah sakit.
Saat ini pasien hanya mengeluhkan nyeri setelah operasi yang sudah berkurang.
Riwayat penyakit dahulu :Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga :Tidak ada
Riwayat pengobatan :Terhadap pasien sudah dilakukan tindakan operasi
pengangkatan bola mata pada tanggal 31 Juli 2017 di RSUD W.Z. Johannes Kupang.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6)
Tanda vital : TD : 100/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5oC
RR : 16x/menit
Mata :

OD OS
2/60 (pasien di tempat
Tidak dievaluasi Visus
tidur)
Tidak dievaluasi TIO Tidak dievaluasi
Edem (+) hematom (+) Palpebra Edem (-) hematom (-)
Hiperemis (+) Konjungtiva Hiperemis (-)
Tidak dievaluasi Kornea Edem (-)
Tidak dievaluasi COA Normal
Pupil: bulat di tengah,
Tidak dievaluasi Iris /pupil refleks cahaya langsung
(+)
Iris: intak
Tidak dievaluasi Lensa Jernih

2.4 Resume
Pasien wanita usia 26 tahun datang dengan keluhan nyeri hebat pada mata
kanan sejak 3 hari yang lalu akibat terjatuh 15 menit sebelum tiba di IGD. Keluhan
disertai perdarahan aktifdan bengkak pada kelopak mata serta mata yang sulit
dibuka.Pada keadaan umum didapatkan pasien tampak sakit sedang.Dari status
oftalmologi, mata kanan pasien tidak dilakukan evaluasi karena pasien telah
mendapatkan tindakan berupa eviserasi.Pada pemeriksaan mata kiri normal, tidak
didapati adanya kelainan.

2.5 Diagnosis
Ruptur Korneosklera

2.6 Terapi
- Cefotaxim 2x1 g (i.v)
- Drip ketorolac 30 mg/24 jam
- Cito operasi (eviserasi)
- Amoxicillin 3x500 mg (p.o)
- Asam mefenamat 3x500 mg (p.o)
- Oxytetracyclin CO 3x OD
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 ANATOMI BOLA MATA


Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di
bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat
bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.3

Gambar 1. Gambar anatomi bola mata4

Gambar 2.Potongan sagital bola mata.5


Bola mata dibungkus oleh tiga lapis jaringan:3
1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
terdepan sclera disebut kornea yang bersifat transparan yang
memudahkan sinar masuk ke bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar
di banding sclera.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan uvea dan sklera
dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah jika terjadi
perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan
suprakoroid.Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar dan koroid.
Pada iris didapatkan pupil yang oleh tiga susunan otot dapat mengatur
jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Badan siliar yang terletak di
belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (aquos humor) yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris dibatas
kornea dan sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis
membrane neurosesnsoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan
ke saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial
antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang
disebut ablasi retina.
Konjungtiva merupakan membran mukosa transparan yang menutupi sklera
dan kelopak bagian belakang.Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui
konjungtiva ini.Sel epitel superfisial konjungtiva mengandung sel-sel goblet bulat
atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan
diperlukan untuk dispersi lapisan airmata diseluruh prekornea.1
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian yaitu :3
a. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar
digerakkan dari tarsus.
b. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera
dibawahnya.
c. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya,
merupakan lapisan jaringan menutup bola mata sebelah depan.Kornea dewasa rata-rata
mempunyai tebal 0,54mm di tengah, sekitar 0,65mm di tepi, dan diameternya sekitar
11,5mm. Dari anterior ke posterior kornea mempunnyai lima lapisan yang berbeda-
beda; lapisan epitel, lapisan Bowman, stroma, membrane Descement, dan lapisan
endotel.1

Kornea terdiri dari 5 lapisan:

1. Lapisan epitel
a. Tebalnya 50µm, terdiri atas, 5 lapisan epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng
b. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel
gepeng, sel basal berkaitan erat dengan sel basal disampingnya dan sel
polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan
ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan gukosa yang merupakan
barrier.
c. Sel basal menghasilkan membrane basal yng melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
d. Epitel berasal dari ectoderm permukaan
2. Membrana bowman
a. Terletak dibawah membrane basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma.
b. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Jaringan stroma
a. Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur
sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang;terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang
sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit mebentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan
embrio datu sesudah trauma.
4. Membrane descement
a. Merupakan membrane aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
b. Bersifat sangat elastic dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40µm.
5. Endotel
a. Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40
mm. endotel melekat pada membrane descement melalui hemidosom
dan zonula akluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrane Bowman melepaskan selubung
Schwannya.Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara.Daya regenerasi
saraf sesudah dipotong di daerah libus terjadi dalam waktu 3 bulan.Sumber nutrisi
kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air mata.
Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh darah
limbus, humor aquous, dan air mata.Kornea superfisial juga mendapatkan oksigen
sebagian besar dari atmosfer.Saraf-saraf sensorik kornea didapatkan dari percabangan
pertama (oftalmika) dari nervus kranialis V (trigeminus). Transparansi kornea
disebabkan oleh strukturnya yang seragam, avaskularitasnya, dan deturgensinya.1

3.2 TRAUMA MATA

3.2.1 Definisi
Trauma mata adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita,
kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai
indra penglihatan.
Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari
cedera.Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh bubungan
bertulang yang kuat.Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang
bagi benda asing dan mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami
kerusakan.Meskipun demikian, mata dan struktur di sekitarnya bisa mengalami
kerusakan akibat cedera, kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus
diangkat.

3.2.2 Klasifikasi

Menurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT), trauma mata dibagi


menjadi:trauma mata tertutup bila tidak menembus melewati struktur dinding bola
mata (non-full thickness) dan trauma terbuka bila melewati seluruh struktur dinding
bola mata (full thickness). Berdasarkan BETT, trauma okuli dibagi atas 2 yaitu:6,7
1. Trauma bola mata tertutup (Closed Globe Injury)
a. Kontusiokerusakan yang disebabkan oleh kontak langsung dengan
benda dari luar terhadap bola mata tanpa menyebabkan robekan pada
dinding bola mata
b. Laserasi lamellar, terjadi apabila luka mengenai sebagian dinding bola

mata namun tidak melewatinya.

2. Trauma bola mata terbuka (OpenGlobe Injury)


a. Ruptur
Ruptur bola mata merupakan luka pada seluruh dinding bola mata
karena sebuah objek dari luar yang tumpul (blunt) namun efek trauma
dari objek tersebut bukan hanya pada area lokal yang bersentuhan
tetapi juga di area lain pada bola mata. Energi yang timbul dari objek
tersebut menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler sesaat
sehingga dinding bola mata akan bergerak ke arah titik yang paling
lemah (inside-out mechanism).
b. Laserasi: mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata yang
disebabkan benda tajam
- Penetrasi
Dikatakan trauma penetrasi bila terjadi luka masuk dan prolaps
dari isi bola mata.
- Intraocular foreign body (IOFB)
Dikatakan IOFB apabila terdapat satu atau lebih bagian objek
penyebab trauma tertinggal di dalam mata.Sama dengan penetrasi
tetapi dikelompokan sendiri karena memerlukan penanganan
berbeda.
- Perforasi
Dikategorikan sebagai perforasi apabila terdapat luka masuk dan
luka keluar pada bola mata.

3.2.3Etiopatogenesis

Beratnya trauma yang terjadi ditentukan oleh ukuran benda, komposisi dan
kecepatan pada saat bertumbukan.Benda tajam seperti pisau akan menimbulkan luka
laserasi yang jelas pada bola mata. Berbeda dengan kerusakan akibat benda asing yang
terbang beratnya kerusakan ditentukan oleh energi kinetik yang dimiliki. Contohnya
pada peluru pistol angin yang besar dan memiliki kecepatan yang tidak terlalu besar
memiliki energi kinetik yang tinggi dan menyebabkan kerusakan mata yang cukup
parah. Kontras dengan pecahan benda tajam yang memiliki massa yang kecil dengan
kecepatan tinggi akan menimbulkan laserasi dengan batas yang jelas dan beratnya
kerusakan lebih ringan dibandingkan kerusakan akibat peluru pistol angin.
Ruptur bola mata dapat terjadi ketika objek tumpul menekan orbita
mengakibatkan tekanan pada bola mata dalam aksis anterior posterior menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular, sehingga menyebabkan robekan kornea dan
sklera.Ruptur akibat trauma tumpul sering kali terjadi pada daerah-daerah tertipis pada
sklera, pada insersi otot-otot ekstraokular, pada limbus dan pada daerah yang telah
terjadi operasi intraokular sebelumnya.
Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma okuli yaitu:4
1. Coup,
2. Countercoup,
3. Equatorial, dan
4. Global reposititioning.
Coup adalah kekuatan yang disebabkan langsung oleh trauma.Countercoup
merupakan gelombang getaran yang diberikan oleh cuop, dan diteruskan melalui
okuler dan struktur orbita.Akibat dari trauma ini, bagian equator dari bola mata
cenderung mengambang dan merubah arsitektur dari okuli normal. Pada akhirnya, bola
mata akan kembali ke bentuk normalnya, akan tetapi hal ini tidak selalu seperti yang
diharapkan.4

3.2.4. Gejala Klinis


Langkah pertama dalam evaluasi trauma kornea adalah menentukan apakah
termasuk luka full-thickness atau bukan dan mengakibatkan rupture bola mata.
- aqueous humor keluar dari bilik mata depan, yang ditandai dengan kornea
yang rata,
- gelembung air di bawah kornea,
- pupil asimetris sekunder karena iris yang menonjol kearah defek kornea.
Ruptur sklera ditandai oleh adanya khemosis konjungtiva, hifema total, bilik
depan yang dalam, tekanan bola mata yang sangat rendah, dan pergerakan bola mata
terhambat terutama ke arah tempat ruptur.
3.2.5 Penegakan Diagnosis
Anamnesis
- Mekanisme trauma harus ditanyakan dengan detail dan lengkap
- Bentuk dan ukuran benda penyebab trauma.
- Asal dari objek penyebab trauma.
- Kemungkinan adanya benda asing pada bola mata dan atau pada orbita.
- Keadaan saat terjadinya trauma
- Waktu dan lokasi terjadinya trauma.
- Aksesoris mata yang dapat melindungi atau berkontribusi pada trauma akut.
- Riwayat mata :
o Operasi mata sebelumnya, dapat membuat jaringan lebih mudah
ruptur.
o Penglihatan sebelum terjadinya trauma pada kedua mata.
o Penyakit mata yang ada.
o Medikasi yang sedang dijalani termasuk obat tetes mata dan
alergi.
Pemeriksaan Fisik

Menilai dari depan ke belakang


1. Menilai tajam penglihatan dan pergerakan bola mata
2. Palpebra
3. Inspeksi konjungtiva
4. Pemeriksaan permukaan kornea dan sclera
5. Kamera okuli anterior
6. Pupil, iris, lensa
Pemeriksaan fisik dilakukan secara hati-hati dan manipulasi dilakukan
seminimal mungkin.Pada pemeriksaan fisik lihat tanda-tanda trauma apakah
sampai melibatkan sclera (full thickness) atau tidak.Ruptur bola mata harus
diperbaiki di kamar operasi. Dapat terjadi prolapse iris, tekanan bola mata
umumnya rendah, namun pengukuran merupakan kontraindikasi untuk
menghindari penekanan pada bola mata.4Segmen anterior Pada pemeriksaan
dengan lampu sliIt, bisa ditemukan defek pada iris, laserasi kornea, prolaps iris,
hifema, dan kerusakan lensa. Bilik mata depan dangkal dapat menjadi tanda
ruptur bola mata dengan prognosis yang buruk. 8

Pemeriksaan Penunjang
1. USG B-scan
Dengan menggunakan alat ini, dapat mendeteksi sekiranya terdapat objek
asing yang masih tersisa pada bola mata. Selain itu, pemeriksaan ini juga
dapat menilai kondisi posterior bola mata apa ada terjadi ablasi retina atau
tidak.
2. CT-Scan
Dengan menggunakan CT-Scan kontur dari bola mata dapat dievaluasi
dengan teliti apa ada kedangkalan pada bilik mata depan, dislokasi lensa,
ablasi koroid, perdarahan vitrous, dan juga objek asing.

3.2.6 Penatalaksanaan
Empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma mata adalah :
1. Memperbaiki penglihatan
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Mempertahankan struktur dan anatomi mata,
4. Mencegah sekuele jangka panjang

Pre-Operatif
1. Bagian mata diperban dengan kasa yang steril
2. Hindari menggunakan obat topikal ataupun intervensi-intervensi lain yang
perlu membuka tutup mata
3. Berikan obat yang sesuai untuk sedatif, dan juga kontrol kesakitan
4. Intravena antibiotik

Operatif
Jika hanya merupakan suatu laserasi kornea kecil maka tidak membutuhkan
penjahitan karena bisa menyembuh sempurna.
Pada luka kornea dengan ukuran medium atau yang lebih besar maka harus
dilakukan hecting kornea, Penyembuhan luka kornea adalah perlahan karena
sifat kornea yang aselular, masa penyembuhan bisa berbulan-bulan.

Pada kasus ruptur bola mata dengan kerusakan yang parah maka harus dilakukan
tindakan pengangkatan bola mata berupa eviserasi.Eviserasi adalah
pengangkatan isi bola mata dengan meninggalkan bagian dinding bola mata,
sklera, otot-otot ekstra okuli dan saraf optik.
Indikasi dari pembedahan eviserasi adalah keadaan kebutaan pada mata dengan
infeksi berat atau kondisi mata yang sangat nyeri.
Tumor intraocular dan phitisis merupakan kontraindikasi dalam meaksanakan
pembedahan eviserasi. Eviserasi memiliki keuntungan dibandingkan enukleasi
yaitu pembedahan dapat dilaksanakan dengan komplikasi yang lebih sedikit,
anastesi dapat dilakukan dengan anastesi local berupa blok retrobulbar dan
proses pebedahan dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.

Medikamentosa
Dapat diberikan antibiotic spectrum luas ntuk mencegah infeksi sebelum dan
sesudah operasi dan dapat diberikan anti nyeri.
3.2.7. Komplikasi
1. Anophthalmic orbit
a) Enophthalmos
b) Sulkus superior dalam
c) Kekenduran kelopak dalam bawah
d) Ptosis
e) Kelainan socket mengendur
f) Kelainan socket mengerut
g) Kelainan socket karena implant
2. Perdarahan
3. Infeksi

3.2.8 Prognosis

Dubia ad vitam : Bonam

Dubia ad Functionam : Malam

Dubia ad sanationam : Dubia ad bonam


BAB 4
PEMBAHASAN

Trauma mata adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita,
kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai
indra penglihatan.
Menurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT), trauma mata dibagi
menjadi:trauma mata tertutup bila tidak menembus melewati struktur dinding bola
mata (non-full thickness) dan trauma terbuka bila melewati seluruh struktur dinding
bola mata (full thickness).Langkah pertama dalam evaluasi trauma kornea adalah
menentukan apakah termasuk luka full-thickness atau bukan dan mengakibatkan
rupture bola mata, yaitu aqueous humor keluar dari bilik mata depan, yang ditandai
dengan kornea yang rata, gelembung air di bawah kornea, pupil asimetris sekunder
karena iris yang menonjol kearah defek kornea, dan juga tanda dari ruptur sklera yaitu
adanya khemosis konjungtiva, hifema total, bilik depan yang dalam, tekanan bola mata
yang sangat rendah, dan pergerakan bola mata terhambat terutama ke arah tempat
ruptur.
Pada kasus ini Ny. TL (26 tahun) datang dengan keluhan nyeri hebat pada
mata sebelah kanannya setelah terjatuh dan terkena batu.Saat datang, mata disertai
dengan perdarahan aktif dan bengkak serta mata menjadi sulit dibuka.Pemeriksaan
fisik dilakukan setelah pasien mendapatkan penanganan, sehingga tidak dapat
dilakukan evaluasi awal melalui gambaran klinis apakah termasuk luka full thickness
atau tidak. Namun dapat dipastikan bahwa ini merupakan suatu ruptur korneo-sklera
karena pada anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami trauma mataterbuka oleh
benda tumpul dimana ketika pasien terjatuh, mata pasien terkena batu dan batu
tersebutyang menekan orbita sehingga mengakibatkan tekanan pada bola mata dalam
aksis anterior posterior menyebabkan peningkatan tekanan intraokular, sehingga terjadi
robekan kornea dan sclera.
Sesuai teori bahwa tindakan penanganan untuk trauma sehingga
menyebabkan ruptur dari bola mata yang menyebabkan nyeri hebat dan kebutaan maka
harus dilakukan tindakan eviserasi, yaitu pengangkatan isi bola mata dengan
meninggalkan bagian dinding bola mata, sklera, otot-otot ekstra okuli dan saraf optik.
Pada pasien ini dilakukan cito operasi dengan tujuan untuk memperbaiki rupture.
Ketika di lakukan operasi, terlihat kerusakan yang terjadi sampai ke iris dan koroid
sehingga diputuskan untuk dilakukan tindakan eviserasi.Dilihat dari kerusakannya pun
dapat diduga bahwa kemungkinan perdarahan aktif yang dialami oleh pasien berasal
dari kumpulanarteri utama dan cabang dari badan siliar, arteri koroid, vena badan siliar,
pembuluh darah iris pada sisi pupil akibat kerusakan tesebut.
Pada penanganan medikamentosa dapat diberikan antibiotic spectrum luas
untuk mencegah kemungkinan akibat terjadinya infeksi pasca trauma dan operasi. Pada
pasien ini diberikan amoxicillin dengan dosis 3x500 mg per oral dan diberikan asam
mefenamat yang merupakan golongan NSAID dengan fungsinya selain sebagai
antiinflamasi juga dapat menghilangkan rasa nyeri dengan dosis 3x500 mg per oral.
Setelah perawatan 3 hari, pasien dipulangkan dengan anjuran untuk kontrol kembali 1
minggu setelah dirawat untuk mengevaluasi kondisi matanya setelah dioperasi apakah
terdapat komplikasi dari eviserasi atau tidak berupa Anophthalmic orbit
(Enophthalmos, Sulkus superior dalam, Kekenduran kelopak dalam bawah, Ptosis,
Kelainan socket mengendur, Kelainan socket mengerut), perdarahan, atau infeksi. Jika
kondisi mata baik, maka dapat dilakukan pemasangan protesa atau pemasangan bola
mata palsu pada mata yang telah dilakukan eviserasi.
Prognosis dari kasus ini tidak sampai menyebabkan pasien meninggal, namun
untuk pasien dengan ruptur korneo-sklera post eviserasi maka pasien sudah dipastikan
kehilangan fungsi dari penglihatannya yang juga dapat mempengaruhi keadaan
psikiologi pasien.Untuk kemungkinan berulangnya kejadian ini tergantung pada pasien
bagaimana pasien dapat melindungi dirinya agar sebisa mungkin terhindar dari trauma.
BAB 5
PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus pada pasien atas nama Ny. TL 26 tahun yang
dengan keluhan nyeri pada mata kanan sejak 3 hari lalu akibat terjatuh dan mata
kanannya membentur batu 15 menit sebelum diantar ke rumah sakit.Keluhan disertai
perdarahan aktif, bengkak, dan sulit membuka mata.
Pasien dilakukan cito operasi berupa tindakan eviserasi dan 2 hari setelah
operasi pasien dipulangkan dengan terapi pulang berupa antibiotik (amoxicillin 3x500
mg dan Oxytetracyclin CO 3x OD) dan antiinflamasi (asam mefenamat 3x500mg),
dengan anjuran untuk kontrol kembali 1 minggu kemudian untuk dilakukan evaluasi
kembali.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, Arif, Kuspuji Triyanti et al. 2005.Kapita Selekta Kedokteran edisi


ketiga.Jakarta: Media Aesculapius
2. Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
;
3. Augsburger J, Asbury T. Ocular & Orbital Trauma. In: Vaughan & Asbury's
General Ophthalmology, 16th ed.; San Fransisco: McGraw-Hill; 2004. P.: 371-9.
4. Djelantik AAAS, Andayani A, Widiana IGR. The Relation of Onset of Trauma
and Visual Acuity on Traumatic Patient. JOI. 2010; 7(3):85-90.
5. Webb LA. Manual of eye emergencies, diagnosis and management. Butterworth-
Heinemann. Toronto.2004. p.1-2
6. Zorab RA, Straus H, Dondrea, et.al. The Eye. In: Fundamental and Principles of
Ophtalmology. Section 2. International ophtalmology american academy of
ophtalmology.;2008-2009. p.43
7. Sutphin EJ, Dana MR, et.al. External Disease and Kornea. Section 8. International
ophtalmology american academy of ophtalmology. The Eye M.D;2008-2009. p.9,
p.38-9, p.407-18
8. Khurana KA. Comprehensive Opthalmology 4th Edition. New Delhi 2007. p.52,
p.401-10
9. Lang GK. Ophtalmology : A Short Text Book. Thieme Stuttgart. New York. 2000.
P.497-513
10. Sujipto, Hoesin RG. Protesa Mata Paska Enukleasi dan Eviserasi. Jurnal
Oftalmologi Indonesia. 2008;6(2):69-80.

Anda mungkin juga menyukai