Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
FRAKTUR HUMERUS PADA LANSIA

Disusun Oleh :
Kelompok 4 Kelas 3A S1 Ilmu Keperawatan
1. Eva Tri H.
2. M. Azky D. R.
3. Nur Lailatul M.
4. Siti Pujiati
5. Sulela Mutiara
6. Syahrul Romadhon
7. Uli Andriyani
8. Uyun Lare S.
9. Wahyuning Tyas P.
10. Wilda Nur Enggi L. S.
11. Wiwit Novita S.
12. Yusril Anugrah M.

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2019
Daftar Isi
BAB 1 TINJAUAN TEORI .................................................................................
Definisi .................................................................................................................
Etiologi .................................................................................................................
Anatomi dan Fisiologi tulang humerus ................................................................
Fungsi tulang ........................................................................................................
Klasifikasi patah tulang(fraktur) ..........................................................................
Macam-macam fraktur humerus ...........................................................................
Patofisiologi .........................................................................................................
Manifestasi klinis..................................................................................................
Dampak masalah...................................................................................................
Biologi penyembuhan tulang ................................................................................
Pemulihan fraktur humerus ..................................................................................
Komplikasi fraktur................................................................................................
BAB II TINJAUAN KASUS ...............................................................................
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................
BAB IV KESIMPULAN ......................................................................................
Daftar pustaka ......................................................................................................
Lampiran gambar ..................................................................................................
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Mansjoer, Arif, et al, 2000).
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. (L
J Carpenito,2010). Patah tulang merupakan terputusnya kontinuitas
tulang dan tulang rawan (Kapita selekta kedokteran,2012). Patah Tulang
Humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang
humerus.
B. Etiologi
Menurut Long (2006:356) penyebab fraktur antara lain :
1. Trauma Langsung
Yaitu fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda
paksa misalnya benturan atau pukulan pada anterbrachi yang
mengakibatkan fraktur
2. Trauma Tak Langsung
Yaitu suatu trauma yang menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat kejadian kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

C. Anatomi dan fisiologi tulang humerus


Tulang humerus terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaput (ujung
atas), korpus, dan ujung bawah.

1. Kaput
Sepertiga dari ujung atas humerus terdiri atas sebuah kepala,
yang membuat sendi dengan rongga glenoid dari skapla dan
merupakan bagian dari banguan sendi bahu. Dibawahnya terdapat
bagian yang lebih ramping disebut leher anatomik. Disebelah luar
ujung atas dibawah leher anatomik terdapat sebuah benjolan, yaitu
Tuberositas Mayor dan disebelah depan terdapat sebuah benjolan
lebih kecil yaitu Tuberositas Minor. Diantara tuberositas terdapat
celah bisipital (sulkus intertuberkularis) yang membuat tendon dari
otot bisep. Dibawah tuberositas terdapat leher chirurgis yang mudah
terjadi fraktur.
2. Korpus
Sebelah atas berbentuk silinder tapi semakin kebawah semakin
pipih. Disebelah lateral batang, tepat diatas pertengahan disebut
tuberositas deltoideus (karena menerima insersi otot deltoid). Sebuah
celah benjolan oblik melintasi sebelah belakang, batang, dari
sebelah medial ke sebelah lateral dan memberi jalan kepada saraf
radialis atau saraf muskulo-spiralis sehingga disebut celah spiralis
atau radialis.
3. Ujung Bawah
Berbentuk lebar dan agak pipih dimana permukaan bawah sendi
dibentuk bersama tulang lengan bawah. Trokhlea yang terlatidak di
sisi sebelah dalam berbentuk gelendong-benang tempat persendian
dengan ulna dan disebelah luar etrdapat kapitulum yang bersendi
dengan radius. Pada kedua sisi persendian ujung bawah humerus
terdapat epikondil yaitu epikondil lateral dan medial. (Pearce,
Evelyn C, 2007)

D. Fungsi Tulang :
1. Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.
2. Tempat melekatnya otot.
3. Melindungi organ .
4. Tempat pembuatan sel darah.
5. Tempat penyimpanan garam mineral (Ignatavicius, Donna D,2008)

E. Klasifikasi patah tulang/fraktur


1. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar.
a. Closed frakture (fraktur tertutup): Fraktur yang tidak
menyebabkan luka terbuka pada kulit.
b. (fraktur terbuka) :Adanya hubungan antara fragmen tulang yang
patah dengan dunia luar.
2. Berdasarkan jenisnya
a. Fraktur komplit :Garis fraktur mengenai seluruh korteks tulang.
b. Fraktur tidak komplit : Garis fraktur tidak mengenai seluruh
korteks.
3. Berdasarkan garis fraktur
a. Fraktur transversa : Garis fraktur memotong secara transversal.
Sumbu longitudinal.
b. Fraktur obliq :Garis fraktur memotong secara miring sumbu
longitudinal.
c. Fraktur spiral: Garis fraktur berbentuk spiral.
d. Fraktur butterfly : Bagian tengah dari fragmen tulang tajam dan
melebar ke samping.
e. Fraktur impacted (kompresi) : Kerusakan tulang disebabkan oleh
gaya tekanan searah sumbu tulang.
f. Fraktur avulsi : Lepasnya fragmen tulang akibat tarikan yang kuat
dari ligamen.
4. Berdasarkan jumlah garis patah.
a. Fraktur kominutif :Fragmen fraktur lebih dari dua.
b. Fraktur segmental : Pada satu korpus tulang terdapat beberapa
fragmen fraktur yang besar.
c. Fraktur multiple: Terdapat 2 atau lebih fraktur pada tulang yang
berbeda.
F. Macam-macam Fraktur Humerus
Macam-macam patah tulang humerus adalah sebagai berikut.
1. Fraktur humerus proksimal umumnya karena jatuh pada bahu dan
bisa disertai dengan dislokasi bahu. Ini adalah cedera yang umum
pada lanjut usia bahkan setelah jatuh. Karena sifat cancellous tulang
humerus di bagian ini (seperti spons), tulang bagian ini dapat ada
dapat runtuh dan terdeformasi bersama dengan fraktur, hal ini
menyebabkan perlunya reformasi tulang pada saat pengobatan.
2. Fraktur Midshaft humerus sebagian besar terjadi setelah jatuh pada
siku atau kecelakaan di jalan. Saraf radialis berjalan sangat dekat ke
bagian tulang humerus sehingga dapat terluka karena trauma primer,
atau karena terjebak antara ujung tulang retak, atau bahkan selama
pengobatan. Oleh karena itu, perawatan harus dilakukan di setiap
langkah untuk memastikan integritas dari saraf.

G. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 2006). Tapi apabila
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall,
2006). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta
saraf dalam korteks, dan jaringan lunak yang membungkus tulang
rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan
ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn
vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.
Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang
nantinya (Black, J.M, et al, 2008)
H. Manifestasi Klinis.
1. Bengkak
2. Spasme otot karena kontraksi involunter di sekitar fraktur.
3. Nyeri, karena kerusakan jaringan dan perubahan fraktur yang
meningkat karena penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian
fraktur.
4. Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf,
di mana saraf ini dapat terjepit atau terputus oleh fragmen tulang.
5. Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal karena ketidakstabilan
tulang, nyeri atau spasme otot.
6. Pergerakan abnormal (menurunnya rentang gerak).
7. Krepitasi yang dapat dirasakan atau didengar bila fraktur digerakkan.

I. Dampak Masalah
Ditinjau dari anatomi dan patofisiologi diatas, masalah klien yang
mungkin timbul terjadi merupakan respon terhadap klien terhadap
penyakitnya. Akibat fraktur terrutama pada fraktur hunerus akan
menimbulkan dampak baik terhadap klien sendiri maupun keada
keluarganya.
1. Terhadap Klien
a. Bio
Pada klien fraktur ini terjadi perubahan pada bagian tubuhnya
yang terkena trauma, peningkatan metabolisme karena digunakan
untuk penyembuhan tulang, terjadi perubahan asupan nutrisi
melebihi kebutuhan biasanya terutama kalsium dan zat besi
b. Psiko
Klien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri
dari fraktur, perubahan gaya hidup, kehilangan peran baik dalam
keluarga maupun dalam masyarakat, dampak dari hospitalisasi
rawat inap dan harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru serta
tuakutnya terjadi kecacatan pada dirinya.
c. Sosio
Klien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam
masyarakat karena harus menjalani perawatan yang waktunya tidak
akan sebentar dan juga perasaan akan ketidakmampuan dalam
melakukan kegiatan seperti kebutuhannya sendiri seperti biasanya.
d. Spiritual
Klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai
dengan keyakinannya baik dalam jumlah ataupun dalam beribadah
yang diakibatkan karena rasa nyeri dan ketidakmampuannya.
2. Terhadap Keluarga
Masalah yang timbul pada keluarga dengan salah satu anggota
keluarganya terkena fraktur adalah timbulnya kecemasan akan
keadaan klien, apakah nanti akan timbul kecacatan atau akan
sembuh total. Koping yang tidak efektif bisa ditempuh keluarga,
untuk itu peran perawat disini sangat vital dalam memberikan
penjelasan terhadap keluarga. Selain itu, keluarga harus bisa
menanggung semua biaya perawatan dan operasi klien. Hal ini
tentunya menjadi beban bagi keluarga.
Masalah-masalah diatas timbul saat klien masuk rumah sakit,
sedang masalah juga bisa timbul saat klien pulang dan tentunya
keluarga harus bisa merawat, memenuhi kebutuhan klien.

J. Biologi penyembuhan tulang


Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain.
Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah
dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang.
Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium
penyembuhan tulang, yaitu:
1. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar
daerah fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi
tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan
fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan
berhenti sama sekali.
2. Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi
fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone
marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami
proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan
disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis.
Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan
kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam
setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.
3. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik
dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi
oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan
mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan
tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada
permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur
menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang
pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
4. Stadium Empat-Konsolidasi
aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang
berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan
memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis
fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang
tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses
yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat
untuk membawa beban yang normal.
5. Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat.
Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk
ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-
menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang
tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang,
rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip
dengan normalnya.(Black, J.M, et al, 2008)

K. Pemulihan fraktur humerus didasarkan pada beberapa faktor,


1. Jumlah dan dislokasi fragmen tulang
2. Tingkat keparahan fraktur humerus dan cedera jaringan lunak
3. Usia penderita
4. Lokasi dan konfigurasi fraktur
5. Pergeseran awal fraktur
6. Vaskularisasi pada kedua fragmen.
7. Reduksi serta imobilisasi
8. Waktu imobilisasi
9. Waktu tunda antara cedera dan pengobatan
10. Latihan rehabilitasi Fraktur humerus

Sebuah pemulihan fraktur humerus lengkap memerlukan waktu


sekitar 3-4 bulan, yang mencakup beberapa bulan untuk
penyembuhan fraktur humerus diikuti dengan penggunaan brace
pelindung fraktur humerus selama beberapa bulan untuk mendukung
latihan dan rehabilitasi fraktur humerus.

L. Komplikasi fraktur
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar,
dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan
emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius
yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh
darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau
perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain
itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang
terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius
yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi
karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk
ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah
rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi,
hypertensi, tachypnea, demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit
(superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain
dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke
tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis
tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karenn\a penurunan supai darah ke tulang.
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9
bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih
pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis.
Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
c. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).
Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang
baik. (Black, J.M, et al, 2008)
3. Penatalaksanaan Fraktur
Yang harus diperhatikan pada waktu mengenal fraktur adalah :
a. Recognisi/pengenalan.
Di mana riwayat kecelakaannya atau riwayat terjadi fraktur
harus jelas.
b. Reduksi/manipulasi.
Usaha untuk manipulasi fragmen yang patah sedapat mungkin
dapat kembali seperti letak asalnya.
c. Retensi/memperhatikan reduksi
Merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen
d. Traksi
Suatu proses yang menggunakan kekuatan tarikan pada bagian
tubuh dengan memakai katrol dan tahanan beban untuk
menyokong tulang.
e. Gips
Suatu teknik untuk mengimobilisasi bagian tubuh tertentu dalam
bentuk tertentu dengan mempergunakan alat tertentu.
f. Operation/pembedahan
Saat ini metode yang paling menguntungkan, mungkin dengan
pembedahan. Metode ini disebut fiksasi interna dan reduksi
terbuka. Dengan tindakan operasi tersebut, maka fraktur akan
direposisi kedudukan normal, sesudah itu direduksi dengan
menggunakan orthopedi yang sesuai

BAB II
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Nama : Tn. D
b. Tempat/tgl lahir : 65 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Status perkawinan : Kawin
e. Agama : Islam
f. Suku : Jawa, Indonesia
2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
a. Pekerjaan saat ini : Supir
b. Pekerjaan sebelumnya : Supir
c. Sumber pendapatan : Pendapatan Tn. D ± 200.000/bulan
dari hasil nyupir.
d. Kecukupan pendapatan : Dengan pendapatan sebesar itu Tn.
D merasa sudah cukup, karena Tn. D tidak mempunyai banyak
tanggungan. Ia hanya memiliki satu orang anak dan sudah
berkeluarga.
3. Lingkungan tempat tinggal
Rumah Tn. D merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran
kurang lebih 100 m2. Termasuk rumah permanent, berdinding tembok
lantainya dari semen. Mempunyai 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1
ruang makan, 1 dapur , 1 kamar mandi dan WC. Saat dilakukan
pengkajian ventilasi rumah sudah cukup. Penerangan dalam ruangan
dirumah Tn. D kurang terang pada siang hari dikarenakan jendela
rumah jarang dibuka sehingga sirkulasi dalam ruangan tidak nyaman,
keadaan kamar tidur kurang rapi, dapur terlihat berantakan karena
alat-alat dapur tidak disusun dengan rapi, kamar mandi tampak kotor
dan berlumut.
Keluarga memperoleh air minum dari sumur pompa yang ada
dirumahnya. Kualitas air jernih dan tidak berbau. Keluarga selalu
memasak air sumur sampai mendidih. Persediaan air mencukupi
kebutuhan keluarga, apabila pompa rusak keluarga berusaha untuk
membeli air minum.
Keluarga mempunyai jamban sendiri, pembuangan tinja melalui
septik tank. Kebiasaan keluarga Tn. D memelihara jamban tidak
dimanfaatkan dengan baik sehingga jamban menjadi tumpukan
sampah, tidak terpelihara dan berbau.
Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah dan biasanya
keluarga membakar sampah dibelakang rumahnya. Pengolahan air
limbah keluarga kurang baik, dibuang ke selokan dan tersumbat akibat
sampah yang dibuang sembarangan.
Lingkungan rumah Tn. D tampak bersih, pekarangan tidak
dimanfaatkan secara maksimal hanya ada beberapa tanaman saja.
4. Riwayat kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama :
Tn. D mengeluh nyeri pada lengan kanan atas.
2) Gejala yang dirasakan :
Tn. D mengeluh nyeri pada lengan kanan atas dengan skala
nyeri 6, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan timbul jika untuk
bergerak, nyeri berlangsung terus menerus. klien cemas
dengan kondisinya saat ini
3) Factor pencetus :
klien mengatakan mengalami kecelakaan 3 hari yang lalu.
Kendaraan yang ia kemudikan mengalami rem blong dan
menabrak tugu pembatas jalan. Oleh sebab itu pasien
menderita fraktur (patah tulang).
4) Timbulnya keluhan : Nyeri timbul jika untuk bergerak, nyeri
seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6, nyeri berlangsung terus
menerus berhenti jika posisi nyaman dan tidak bergerak.
5) Upaya mengatasi : Keluarga mengatakan Tn. D langsung
dilarikan ke rumah sakit pasca kecelakaan. Tulang lengan
kanan atas pasien mengalami fraktur tertutup, luka sudah
diobati dan Dokter sudah melakukan pemasang gips.
6) Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dokter praktek/bidan/perawat?
Tn. D langsung di bawa ke RS pasca kecelakaan.
7) Mengkonsumsi obat-obatan sendiri?, obat tradisional? Dari dr?
Keluarga mengatakan Tn. D mengonsumsi obat-obatan yang
diresepkan oleh dokter
8) Lain-lain….
Karna di RS hanya muntilan hanya dilakukan pembidaian dan
diberi perban. Keluarga meminta pasien dirujuk ke RSO Prof.
Dr. R. Soeharso, Surakarta, pada hari Rabu tanggal 5 juni 2019
jam 19.00 WIB.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah diderita :
Tn. D mengatakan tidak ada penyakit masa lalu
2) Riwayat alergi (obat,makanan, binatang, debu, dll) :
Tn. D mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan maupun
obat-obatan.
3) Riwayat kecelakaan :
Keluarga mengatakan Tn. D belum pernah mengalami
kecelakaan sebelumnya.
4) Riwayat pernah dirawat di RS :
Tn. D mengatakan tidak pernah dirawat di RS
5) Riwayat pemakaian obat :
Tn. D mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit, Tn. D
hanya meminum obat yang ada diwarung, karna ini fraktur
(patah tulang) maka klien mengonsumsi obat-obatan yang
diresepkan oleh dokter RS tersebut.
5. Pola Fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan :
Tn. D mengatakan selalu menjaga kesehatannya dengan makan
teratur. Klien tidak ada riwayat merokok maupun minum-
minuman keras. Jika anggota keluarga sakit, keluarga
meminum obat yang ada di warung maupun obat yang telah
diresepkan oleh dokter.
b. Nutrisi metabolic :
Kebiasaan keluarga untuk makan dan minum setiap anggota
keluarga tidak sama. Tn.D mempunyai kebiasaan makan yang
teratur 3x sehari. Pasca kecelakaan, makan pun dipersiapkan
oleh ahli gizi RS, dan klien kooperatif mau mengikuti anjuran
dari ahli gizi RS tersebut.
c. Eliminasi :
Tn. D BAB 1 sampai 2 kali sehari
BAK 4 sampai 5 kali sehari
d. Aktifitas pola latihan :
Kegiatan yang biasa dilakukan Tn. D sebagai sebagai supir
angkutan umum, bahkan terkadang hingga larut malam
melakukan pekerjaan tersebut. Saat dirawat di Rumah Sakit
pasien hanya terbaring di tempat tidur dan terkadang duduk.
Dalam melakukan aktivitas pasien dibantu oleh keluarganya.
e. Pola istirahat tidur :
Tn. D jarang tidur siang atau hampir tidak pernah tidur siang,
untuk malam biasanya tidur diatas pukul 22.00 sampai dengan
05.00 WIB dan setelah itu tidak tidur lagi. Saat sakit pasien
mengalami kesulitan dalam tidur karena pasien khawatir
dengan kondisi tangannya ketika ia tidur.
f. Pola kognitif persepsi :
Tn. D mengatakan optimis dengan kondisi tubuhnya saat ini
dan berharap akan cepat pulih kembali.
g. Persepsi diri-pola konsep diri :
Tn. D beranggapan bahwa ia mampu menjalani keadaannya
saat ini.. Tn. D masih tetap semangat meskipun dalam keadaan
sakit. Ia percaya bahwa ia akan segera sembuh dari
penyakitnya.
h. Pola peran-hubungan :
Tn. D tinggal bersama anak satu-satunya yang sudah
berkeluarga. Istrinya sudah meninggal dua tahun yang lalu.
Sedangkan anak Tn. D sudah berkeluarga dan tinggal serumah
bersama Tn. D, ia mau membantu Tn. D untuk melakukan
aktivitas sehari-hari.
i. Seksualitas :
Tn. D mempunyai 1 orang anak yang sudah dewasa dan sudah
berkeluarga. Tn. D sudah tidak pernah melakukan hubungan
seksual lagi karena istrinya sudah meninggal dunia 2 tahun
yang lalu.
j. Koping-pola toleransai stress :
Tn. D mengatakan jika ada kesulitan dalam keluarga, masih
mampu untuk mengatasinya dengan cara bermusyawarah
dengan anggota keluarga dirumah.
k. Nila-pola keyakinan :
Tn.D menganut agama Islam dan percaya terhadap agama
yang dianutnya. Tn. D mengatakan selalu berdoa kepada
Tuhan jika keluarga ada masalah.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : compos mentis
b. TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 82x/i
S : 36,2°C
RR : 20x/i
c. BB/TB : 60 kg/160 cm
d. Kepala
Rambut : pendek, lurus, dan mulai memutih
Mata : konjungtiva tidak anemis dan sclera
tidak ikterik
Telinga : bersih, tidak ada serumen
Mulut, gigi dan bibir : kotor, terdapat karang gigi, gigi
tidak lengkap dan sudah ada yang
berlubang, bibir tampak lembab.
e. Dada : simetris dan tidak ada
pembengkakan
f. Abdomen : simetris, tidak terdapat nyeri tekan
g. Kulit : berwarna sawo matang dan tidak
pucat
h. Ekstremitas atas : simetris dan kekuatan otot baik,
fraktur humerus pada bagian lengan kanan atas.
i. Ekstremitas bawah : simetris dan kekuatan otot mulai
menurun.
7. Pengkajian Khusus
a. Fungsi kognitif SPMSQ
No. Pertanyaan Benar Salah Keterangan
1. Tanggal berapa hari  Klien menjawab
ini? tanggal 17
2. Hari apa sekarang?  Klien menjawab
hari ini hari
senin
3. Apa nama tempat  Klien menjawab
ini? ini adalah
rumahnya
4. Dimana alamat  Klien menjawab
anda? di RT 3 RW 2
Bumijawa
5. Berapa umur anda?  Klien menjawab
65 tahun
6. Kapan anda lahir  Klien menjawab
(minimal tahun 1954
lahir)?
7. Siapa presiden  Klien menjawab
Indonesia Jokowi
sekarang?
8. Siapa presiden  Klien menjawab
Indonesia tidak tahu
sebelumnya?
9. Siapa nama Ibu  Klien menjawab
anda? Dalikem
10. Berapa 20-3?  Klien menjawab
Tetap pengurangan 20-3=17
3 dari setiap angka 17-3=13
baru, semua secara
menurun berurutan.
Jumlah 8 2
Interpretasi Hasil :
Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 8-10 : Kerusakan intelektual berat

Kesimpulan :
Klien Tn. D saat dilakukan pemeriksaan dengan SPMSQ, Tn.
D menjawab 8 pertanyaan dengan benar dan menjawab 2
pertanyaan dengan salah. Berdasarkan hasil pemeriksaan, Tn.
D termasuk dalam kategori kerusakan intelektual utuh.
b. Status fungsional (Katz Indeks)
Klien Tn. D termasuk dalam kategori mandiri dalam makan,
kontinensia (BAB dan BAK), menggunakan pakaian, mandi,
pergi ke toilet dan berpindah.
c. MMSE
No. Aspek Nilai Nilai Keterangan
kognitif maks klien
1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan
waktu benar
 Tahun : 2019
(benar)
 Musim :
kemarau
(benar)
 Tanggal : 17
(benar)
 Hari : senin
(benar)
 Bulan : juni
(benar)
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang
tempat  Kabupaten
Tegal (benar)
 Kecamatan
Bumijawa
(benar)
 Desa jejeg
(benar)
2. Registrasi 3 3 Sebutkan 3 obyek
(menunjukan (oleh pemeriksa) 1
objek terdekat) detik untuk
mengatakan masing-
masing obyek.
Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga
obyek tadi (untuk
disebutkan)
□ Obyek 1 : Rumah
Sakit (benar)
□ Obyek 2 : Kantor
(benar)
□ Obyek 3 :
Puskesmas (benar)
4. Perhatian dan 5 1 Minta klien untuk
kalkulasi memulai dari angka
100 kemudian
dikurangi 7 sampai 5
kali
100 - 7 = 93
93 - 7 = 87
5. Mengingat 3 3 Minta klien untuk
mengulangi ketiga
obyek pada no 2 tadi,
bila benar 1 point
untuk masing-masing
obyek
□ Obyek 1 : Rumah
Sakit (benar)
□ Obyek 2 : Kantor
(benar)
□ Obyek 3 :
Puskesmas (benar)
5. Bahasa 9 5 Tunjukkan pada klien
suatu benda dan
tanyakan namanya
pada klien
□ Mengetahui nama :
kertas (benar)
Minta pada klien untuk
mengulang kata
berikut “tak ada jika,
dan, atau, tetapi”. Bila
benar, nilai 1 poin.
□ Tak ada jika (salah)
□ Dan (salah)
□ Atau (salah)
□ Tetapi (salah)

Minta klien untuk


mengikuti perintah
berikut yang terdiri
dari 3 langkah :
“Ambil kertas di
tangan anda. Lipat dua
dan taruh di lantai”
□ Ambil kertas
(benar)
□ Lipat dua (benar)
□ Taruh di lantai
(benar)

Perintahkan pada klien


untuk hal berikut
Tutup mata anda
□ Aktifitas sesuai
perintahTutup mata
anda (benar)

>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik


18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤ 17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
Interpretasi hasil :
Klien Tn. D saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner
MMSE memperoleh total skor sebanyak >23, Tn. D termasuk
dalam kategori kerusakan aspek fungsi mental baik.

d. APGAR keluarga
Penilaian : jika pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2),
kadang-kadang (poin 1) hampir tidak pernah (0).
APGAR Keluarga
No. Fungsi Uraian Skore
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga 2
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 2
membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya.
3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya 2
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru.
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 1
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-
emosi saya seperti marah, sedih atau mencintai.
5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya 2
menyediakan waktu bersama-sama.

Kesimpulan : jumlah APGAR score 9 artinya kondisi status


sosial keluarga Tn. D dalam keadaan baik
e. Skala depresi
No. Pertanyaan Jawaban Jawaban
yang klien
sesuai
1. Apakah sebenarnya anda puas dengan kehidupan anda? Ya Ya
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan Tidak
minat/kesenangan anda?

3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? Tidak Y

4 Apakah anda merasa sering bosan? Tidak Ya

5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap Ya Ya


saat?

6. Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk akan Tidak Ya


terjadi pada anda?

7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar Ya Ya


hidup anda?

8. Apakah anda merasa sering tidak berdaya? Tidak Ya

9. Apakah anda lebih sering di rumah daripada pergi Tidak Tidak


keluar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah Tidak Tidak
dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan
orang?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang Ya Tidak
menyenangkan?

12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan Tidak Ya


anda saat ini?

13. Apakah anda merasa penuh semangat? Ya Tidak

14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada Tidak Tidak
harapan?

15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik Tidak Ya
keadaannya dari pada anda?
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisa Data
No. Data Problem Etiologi
1. DS : Nyeri akut Terputusnya
P: klien mengatakan nyeri kontinuitas
Q: nyeri seperti ditusuk- jaringan
tusuk
R: di lengan kanan atas
(humerus)
S: skala nyeri 6
T: nyeri dirasakan terus-
menerus
DO :
Tampak lengan kanan atas
klien dibalut dan dibebat.
Klien tampak meringis
menahan rasa sakit
TTV: TD 120/80 mmHg, N
82x/menit, RR 22x/menit, S
36,7°C
2. DS : Hambatan Kerusakan
Klien mengatakan nyeri pada mobilitas fisik musculoskeletal
lengan kanan atas
Keluarga klien mengatakan
klien mengalami kecelakaan
ketika sedang menyetir
Keluarga klien mengatakan
dokter menganjurkan klien
agar tidak terlalu banyak
melakukan aktivitas dulu
karena dikhawatirkan akan
memperparah kondisi klien.
DO :
Tampak lengan kanan atas
klien dibebat
Klien tampak mernahan rasa
sakit
Klien tidak bisa melakukan
banyak aktivitas
3. DS : Resiko cedera
Klien mengatakan tidak
nyaman dengan kondisi
tangannya terbebat.
Keluarga klien mengatakan
klien sering bergerak atau
berganti-ganti posisi.
DO :
Lengan klien yang
mengalami fraktur tampak
tidak tersokong dengan baik.
Posisi tidur klien tampak
tidak nyaman
TTV: TD 120/80mmHg, N
82x/menit, RR 22x/menit, S
36,7°C
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal
3. Resiko cedera

C. Rencana Asuhan Keperawatan


No. Tujuan Umum dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Setelah dilakukan tindakan D :Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan selama 1x24 jam secara komprehensif termasuk
diharapkan nyeri berkurang dengan lokasi, karakteristik, durasi,
criteria hasil : frekuensi, kualitas dan faktor
a. klien mengatakan nyeri berkurang presipitasi
b. klien tampak nyaman O : Observasi reaksi nonverbal
c. skala nyeri berkurang dari 6 Ke 4 dari ketidaknyamanan
N : Tingkatkan relaksasi masase.
Bantu klien terkait dengan
tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi dan noninvasife.
Berikan kesempatan waktu
istirahat bila terasa nyeri dan
berikan posisi yang nyaman,
misalnya waktu tidur, belakang
tubuh klien dipasang bantal kecil

E : Ajarkan relaksasi: tenik untuk


menurunkan ketegangan otot
rangka yang dapat mengurangi
intensitas nyeri.

K : Kolaborasi dengan dokter


dalam pemberian analgesic.
2. Setelah dilakukan tindakan D ; Kaji secara teratur fungsi
keperawatan selama 1x24 jam motorik.
diharapkan klien mampu melaksanakan
aktivitas fisik sesuai dengan O : Observasi adanya
kemampuannya dan bertahap dengan peningkatan kerusakan pada
criteria hasil : lengan atas.
a. klien dapat ikut seta dalam program N : Bantu klien melakukan ROM
latihan dan perawatan diri sesuai
b. klien tidak mengalami kontraktur toleransi.
sendi
c. kekuatan otot bertambah E : Ajarkan klien melakukan
d. klien menunjukan tindakan untuk latihan gerak aktif pada
meningkatkan mobilitas. ekstermitas yang tidak sakit.

K : Kolaborasi dengan ahli


fisioterapi untuk melatih fisik
klien.

3. Setelah dilakukan tindakan D Pertahankan imobilisasi pada


keperawatan selama 1x24 jam lengan atas
diharapkan cedera tidak terjadi dengan
criteria : O Bila klien menggunakan gips,
a. klien mau berpartisipasi dalam pantau adanya penekanan
mencegah cedera setempat dan sirkulasi perifer
N Bila terpasang bebat, sokong
fraktur dengan bantal atau
gulungan selimut agar posisi tetap
netral

E edukasikan kepada pasien dan


keluarga mengenai manajemen
lingkungan: keamanan, untuk
menghindari resiko cedera.

K kolaborasi dengan keluarga


pasien mengenai pengawasan
lingkungan pasien.

D. Implementasi
No. Implementasi Respon klien
1. a. Memeriksa TTV DS : klien mengatakan bersedia
dilakukan pemeriksaan
DO: klien tampak kooperatif
b. Memberikan posisi yang DS: klien mengatakan merasa
nyaman, dengan memberi bantal lebih nyaman
pada punggung klien DO: klien tampak nyaman
c. Melatih tehnik relaksasi untuk DS: klien mengatakan nyeri
mengurangi intensitas nyeri berkurang menjadi skala 4
DO: klien tampak rileks
d. Memberikan obat analgesic DS: klien menanyakan apakah
sesuai ajuran Dokter. nyerinya akan berkurang
DO: klien tampak meminum obat
2. a. Membantu klien melakukan DS: klien mengatakan bersedia
ROM untuk mempertahankan melakukan ROM
fleksibilitas sendi DO: klien mengikuti instruksi
b. Membantu klien memenuhi perawat
ADL DS: klien mengatakan terimakasih
kepada perawat
DO: klien tampak senang
c. Melatih klien melakukan latihan DS: klien mengatakan bersedia
gerak aktif pada ekstremitas DO: klien mengikuti instruksi
yang tidak sakit perawat
3. a. Menyokong fraktur DS: klien mengatakan lebih
menggunakan bantal untuk nyaman
memepertahankan posisi agar DO: klien tampak nyaman
tetap netral
b. Mengajarkan pada klien dan DS: klien dan keluarga
keluarga mengenai manajemen mengatakan paham
lingkungan : keamanan, untuk DO: klien dan keluarga tampak
mencegah cedera kooperatif

E. Evaluasi
No. Dx. Hari/Tanggal/Jam Catatan Perkembangan
Kep.
1. S : klien mengatakan nyeri
berkurang dari skala 6 ke skala 4
O : klien tampak rileks
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi:
 Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
 Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
 Tingkatkan relaksasi masase.
Bantu klien terkait dengan
tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi dan
noninvasife.
 Berikan kesempatan waktu
istirahat bila terasa nyeri dan
berikan posisi yang nyaman,
misalnya waktu tidur,
belakang tubuh klien
dipasang bantal kecil
 Ajarkan relaksasi: tenik
untuk menurunkan
ketegangan otot rangka yang
dapat mengurangi intensitas
nyeri.
 Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgesic.
2. S : klien mengatakan badannya lebih
nyaman, tidak kaku dan lebih segar
untuk melakukan aktivitas.
O : klien ikut serta dalam melakukan
latihan.
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

3. S : klien mengatakan lebih aman dan


nyaman.
O : posisi netral anggota yang fraktur
tampak tersokong dengan baik.
Posisi tidur klien tampak nyaman
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot dan
tendon. Masalah yang berhubungan dngan struktur ini sangat sering
terjadi dan mengenai semua kelompok usia. Seiring bertambahnya
usia, seseorang menjadi lebih beresiko terhadap terjadinya
penurunan dari massa tulang atau tulang menjadi rapuh sehingga
mudah patah saat orang tersebut terjatuh. Pada usia lanjut dijumpai
proses kehilangan massa tulang dan kandungan kalsium tubuh,
serta perlambatan remodelling dari tulang. Massa tulang akan
mencapai puncak pada pertengahan usia duapuluhan (di bawah usia
30 tahun). Proses degenerasi juga terjadi pada persendian dapat
dijumpai pada hampir semua manusia usia lanjut. Faktor- faktor
seperti predisposisi genetik, riwayat trauma pada persendian,
obesitas, nutrisi, dan overuse dapat berinteraksi secara kompleks
dalam proses degenerasi sendi.
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain.
Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang
patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan
tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
Pembentukan Hematoma, Proliferasi Seluler, Pembentukan Kallus,
Konsolidasi Remodelling. Pemulihan fraktur juga didasarkan pada
beberapa faktor, yaitu : Jumlah dan dislokasi fragmen tulang,
tingkat keparahan fraktur humerus dan cedera jaringan lunak, usia
penderita, Lokasi dan konfigurasi fraktur, pergeseran awal fraktur,
vaskularisasi pada kedua fragmen, reduksi serta imobilisasi,waktu
imobilisasi, waktu tunda antara cedera dan pengobatan, latihan
rehabilitasi Fraktur humerus. Sebuah pemulihan fraktur humerus
lengkap memerlukan waktu sekitar 3-4 bulan, yang mencakup
beberapa bulan untuk penyembuhan fraktur humerus diikuti
dengan penggunaan brace pelindung fraktur humerus selama
beberapa bulan untuk mendukung latihan dan rehabilitasi fraktur
humerus.
Asuhan keperawatan pada lansia tidak begitu berbeda jauh
dengan asuhan keperawatan fraktur pada dewasa atau anak-anak
umunya, hanya kepada lansia perawat harus benar-benar
memperhatikan dan memerlukan ketelitian karena sebagaimana
kita pahami bahwa pada lansia telah mengalami penurunan, baik
secara fisiologis ataupun psikologis. Disinilah peran dan kolaborasi
keluarga sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. Graham ,2006. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley,
Widya Medika, Jakarta.
Buku saku Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 –
NANDA International
Carpenito (2010), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. 6,
EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Dudley (2012), Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi 11, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Dunphy & Botsford (2007), Pemeriksaan Fisik Bedah, Yayasan Essentia
Medica, Jakarta.
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2012, Buku Saku Diagnosis
Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi
9). Jakarta: ECG
LAMPIRAN GAMBAR

Anda mungkin juga menyukai