Anda di halaman 1dari 22

Dicetak pada tanggal 2018-11-23

Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Kognitif

1. Pengertian Kemampuan Kognitif

Kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan anak yang harus di

rangsang kemampuannya sejak dini. Menurut Henmon (dalam Sujiono, 2009 :

114) kognitif dan pengetahuan disebut intelegensi. Jadi kognitif merupakan

bagian dari intelegensi. Apabila kognitif tinggi maka intelegensi tinggi pula.

Kemampuan kognitif merupakan salah satu dari bidang pengembangan

oleh guru untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak sesuai dengan tahap

perkembangannya. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap sejalan

dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan

syaraf. Sejalan dengan hal itu Beaty (dalam Wahyudin dan Agustin, 2011 : 37)

berasumsi bahwa anak mengembangkan kemampuan kognitifnya melalui kegiatan

bermain dengan tiga cara yaitu memanipulasi (meniru) apa yang terjadi dan apa

yang dilakukan oleh orang dewasa atau objek yang ada disekitar anak, mastery

yaitu menguasai suatu aktivitas dengan mengulangi suatu kegiatan yang tentunya

menjadi kesenangan dan memberikan kebermaknaan dalam diri anak dan terakhir

meaning yaitu memberikan kebermaknaan pada diri anak sehingga menumbuhkan

motivasi bagi anak dalam melakukannya.

Menurut Renzulli (dalam Sujiono, 2009 : 118) ciri-ciri kemampuan

kognitif (untuk anak berbakat kognitif) yaitu antara lain mudah menangkap

pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berfikir logis,
Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 9

kritis, memahami hubungan sebab akibat), daya konsentrasi baik, menguasai

banyak bahan tentang macam-macam topik, senang dan sering membaca,

ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang memepelajari

kamus, peta dan ensiklopedi, cepat memecahkan soal, cepat menemukan

kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, daya

abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal, mampu membaca pada usia

yang lebih muda.

Melalui pengembangan kemampuan kognitif diharapkan anak mampu

menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah, pengembangan kemampuan

logika matematika, kemampuan memilih dan mengelompokkan dan persiapan

pengembangan kemampuan berfikir teliti. Kemampuan kognitif anak dalam

kegiatan belajar biasanya tercermin pada kemampuan mengklasifikasi,

menentukan warna, dan tilikan ruang. Tentunya kemampuan tersebut akan

menjadi modal bagi anak dimasa yang akan datang.

Kemampuan kognitif memiliki hubungan dengan kecerdasan jamak yaiu

penekanan pada aspek kecerdasan tilikan ruang (pada penentuan ukuran-ukuran

tertentu: besar, kecil, panjang, pendek dan memberikan warna yang “pantas” pada

suatu objek yang disukainya) dan kecerdasan naturalistik (dengan menentukan

warna, bentuk ataupun sesuatu yang sesuai dengan kondisi alaminya) (Jamaris

dalam Wahyudin dan Agustin, 2011 : 37)

Menurut Binet (dalam Sujiono, 2009 : 114-115) terdapat tiga aspek

kemampuan dalam kognitif yaitu:


Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 10

a. Konsentrasi yaitu kemampuan pikiran kepada suatu masalah yang harus

dipecahkan.

b. Adaptasi yaitu kemampuan mengadakan adaptasi atau penyesuaian terhadap

masalah yang dihadapinya atau fleksible dalam menghadapi masalah.

c. Bersikap kritis yaitu kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap

masalah yang dihadapi maupun terhadap dirinya sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

kognitif adalah hal yang harus dicapai pada aspek kognitif dalam hal ini ialah

intelegensi seseorang yaitu auditory, visual, taktil, kinestetik, aritmatika, dan

sains.

2. Karakteristik Kemampuan kognitif Anak Usia 4-5 tahun

Anak-anak usia 4 tahun aktif memanipulasi lingkungan mereka dan

membangun makna atas dunia mereka. Pada usia ini anak-anak sangat egosentris

dalam cara berfikir mereka. Sifat egosentris adalah kecenderungan lebih

menyadari sudut pandang mereka sendiri dari pada sudut pandang orang lain

(Piaget dalam Carol dan Barbara, 2008 : 78). Cara berfikir dan bernalar anak-anak

usia empat tahun itu konkrit dan biasanya mereka berfikir dari yang khusus

kepada yang umum. Pada usia lima tahun meskipun anak egosentris dalam

berfikir, tapi mereka mulai sadar akan perasaan dan sudut pandang orang lain.

Selain itu juga pada usia lima tahun anak-anak belum mengembangkan strategi

untuk mengingat (Siegler dalam Carol dan Barbara, 2008 : 79-83).

Anak usia empat tahun apabila menggolongkan benda-benda kedalam

sejumlah kategori, mereka cenderung fokus pada satu aspek dari benda itu dan
Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 11

mengabaikan ciri-ciri khas lainnya. Pada usia ini juga bila anak-anak mensortir

objek-objek masuk ke kategori-kategori khusus, maka mereka mensortir benda

benda berdasarkan satu sifat. Pada saat anak berusia lima tahun, penalarannya

masih konkret, namun mereka agak kurang bernalar dari yang khusus ke yang

khusus (Gelman, dalam Carol dan Barbara, 2008 : 79-81). Pada usia empat tahun,

anak-anak juga mulai mengembangkan makna tentang apa yang nyata dan apa

yang tidak nyata ini disebut pembedaan penampilan atau kenyataan (Flavel dalam

Carol dan Barbara, 2008 : 79).

Anak usia lima tahun senang menyortir dan mengelompokkan (Flavel,

Miller & Miller dalam Carol dan Barbara, 2008 : 82). Anak usia lima tahun bisa

belajar abjad jika itu dihubungkan dengan pengalaman yang akrab dengan

mereka. Mereka juga bisa mengingat bagian sebuah cerita sesudah cerita itu

dibaca dua kali (Marrow dan Smith dalam Carol dan Barbara, 2008 : 83). Bagi

anak usia lima tahun memahami konsep waktu masih merupakan tantangan

(Flavell, Green dan Flavel dalam Carol dan Barbara, 2008 : 79).

Jamaris (http://repository.unib.ac.id/8495/1/I,II,III,I-14-ver-FK.pdf. 27

Maret 2016) membagi karakteristik kemampuan kognitif anak usia taman kanak–

kanak menjadi dua yaitu :

a. Kemampuan kognitif usia 4 tahun

1) Mulai dapat memecahkan masalah dengan berpikir secara intuitif.

Misalnya,munyusun puzzle berdasarkan coba–coba.

2) Mulai belajar mengembangkan keterampilan mendengar dengan tujuan

untuk mempermuda berinteraksi dengan lingkungannya.


Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 12

3) Sudah dapat menggambar sesuai dengan apa yang dipikirnya.

4) Proses berpikir selalu dikaitkan dengan apa yang ditangkap oleh panca

indera, seperti yang dilihat,didengar,dikecap,diraba,dan dicium,dan selalu

diikuti pernyataan mengapa ?

5) Semua kejadian yang terjadi disekitarnya mempunyai alasan, tetapi

berdasarkan sudut pandanganya sendiri (egosentris).

6) Mulai dapat membedakan antara fantasi dengan kenyataan yang

sebernanya.

b. Kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun

1) Sudah dapat memahami jumlah dan ukuran.

2) Tertarik dengan huruf dan angka. Ada yang sudah mampu menulisnya atau

menyalinnya,serta menghitungnya.

3) Telah mengenal sebagian warna.

4) Mulai mengerti tentang waktu, kapan harus pergi ke sekolaha dan pulang

dari sekolah, nama–nama hari dalam satu minggu.

5) Mengenal bidang dan bergerak sesuai dengan bidang yang dimilikinya.

6) Pada akhir usia 6 tahun, anak sudah mulai mampu membaca,menulis dan

berhitung

Menurut Soemanto (dalam Sujiono 2009 :28) pada usia 4-5 tahun yaitu

masa belajar matematika. Dalam tahap ini anak sudah mulai belajar matematika

sederhana, misalnya menyebutkan bilangan, menghitung urutan bilangan, dan

penguasaan jumlah kecil dari benda-benda.


Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 13

Menurut Sujiono (2009 : 28-29) karakteristik kemampuan kognitif anak

usia 3-6 tahun adalah :

a. Memahami konsep makna berlawanan: kosong/penuh atau ringan/berat.

b. Menunjukan pemahaman mengenai didasar/dipuncak, dibelakang/didepan,

diatas/dibawah.

c. Mampu memadankan bentuk lingkaran atau persegi dengan objek nyata atau

gambar.

d. Sengaja menumpuk kotak atau gelang menurut ukuran.

e. Mengelompokkan benda yang memiliki persamaan: warna bentuk dan ukuran.

f. Mampu mengetahui dan menyebutkan umurnya.

g. Memasangkan dan menyebutkan benda yang sama.

h. Mencocokkan segitiga, persegi panjang dan wajik.

i. Menyebutkan lingkaran dan kotak jika diperlihatkan.

j. Memahami konsep lambat/cepat, sedikit/banyak, tipis/tebal, sempit/luas.

k. Mampu memahami apa yang harus dilakukan jika tali sepatu lepas.

l. Mampu menerangkan mengapa seseorang memiliki kunci, lemari pakaian,

mobil dll.

m. Meyentuh dan menghitung 4-7 benda.

n. Merangkai kegiatan sehari-hari dan menunjukkan kapan setiap kegiatan itu

dilakukan.

o. Mengenal huruf kecil dan besar.

p. Mengenali dan membaca tulisan yang sering kali dilihat disekolah dan

dirumah.
Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 14

q. Mampu menerangkan fungsi-fungsi profesi yang ada di masyarakat, seperti:

dokter, perawat, petugas pos dll.

r. Mengenali dan menghitung angka sampai 20.

s. Mengetahui letak jarum jam untuk kegiatan sehari-hari.

t. Melengkapi 4 analogi yang berlawanan: es itu dingin, api itu,,,,

u. Memperkirakan hasil yang realistis untuk setiap cerita.

v. Menceritakan kembali buku cerita bergmabar dengan tingkat ketepatan yang

memadai.

w. Menceritakan kembali tiga gagasan utama dari suatu cerita.

x. Paham mengenai konsep arahan; ditengah/dipojok dan kiri/kanan.

y. Mengklasifikasikan angka, tulisan, buah dan sayur.

Anak usia 4-5 tahun berada pada tahap perkembangan kogniti pra-

operasional. Menurut Piaget (dalam Sujiono, 2009 : 312-315) karakteristik utama

pada tahap praoperasional yaitu:

Tabel 2. 1

Karakteristik Pada Tahap Praoperasional

Karakteristik Deskripsi
Egosentris Anak yang berada pada tahap ini menganggap bahwa
anak-anak yang lain juga dapat merasakan, berfikir dan
merasa sama seperti diri mereka sendiri. Menurut piaget
keadaan ini didasari atas pembatasan-pembatasan yang
lain dalam tahap ini.
Berfikir animistis Anak pada tahap ini menganggap bahwa benda-benda
mati memiliki kehidupan, sama seperti mereka sendiri.
Persepsi- Anak pada tahap ini selalu membuat penilaian dengan
lompatan terburu-buru, berdasarkan penampilan dari objek
pemikiran tersebut.
Pemusatan Anak pada tahap ini cenderung memperhatikan pusat
pikiran pada satu dari suatu aspek dalam suatu situasi dan mengabaikan
aspek hal-hal lain yang lebih penting.
Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 15

Bagian dari Anak pada tahap ini hanya dapat memfokuskan dirinya
sesuatu vs dalam waktu yang cepat, dimana kelemahan mereka
perubahan bentuk adalah terlalu cepat dalam mempertimbangkan
perubahan-perubahan bentuk dinamis disekitar mereka.
Tidak dapat Anak pada tahap ini tidak dapat berfikir dengan cara
diubah yang berurutan dalam suatu masalah dan lalu mundur
kembali, tetapi haruslah dimulai kembali dari awal.
Alasan transduktif Anak pada tahap ini kurang dapat memperhatikan
keterangan yang didasarkan atas fakta-fakta.
Tidak dapat Anak pada tahap inii mendapat kesulitan dalam
mengklasifikasi mengelompokkan benda-benda berdasarkan kelas-kelas
secara hierarkis dan subkelasnya.

Dari beberapa indikator karakteristik kemampuan kognitif di atas, dapat

diperkuat oleh peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 146 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 PAUD mengenai indikator

pencapaian perkembangan pada lingkup perkembangan berfikir logis dan berfikir

simbolik anak usia 3-5 tahun pada aspek kognitif diantaranya yaitu:

1. Mengenal konsep banyak dan sedikit

2. Membilang banyak benda dari 1-10

3. Mengenal konsep bilangan

4. Mengenal lambang bilangan mengenal lambang huruf

3. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Kognitif

Apabila perkembangan kognitif terganggu maka secara langsung juga

mempengaruhi kemampuan kognitif. Menurut Sujiono (2009 : 125-127) faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif antara lain :


Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 16

a. Faktor hereditas/keturunan

Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat

Schopenhauer, mengemukakan bahwa manusia yang lahir sudah membawapotensi

tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Taraf intelegensi sudah

ditentukan sejak lahir. Para ahli psikologi Loehlin, Lindzer dan Spuhler

berpendapat bahwa taraf intelegensi 75-80% merupakan warisan atau faktor

keturunan.

b. Faktor lingkungan

John Locke berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci

seperti kertas putih yang belum ternoda, dikenal dengan teori tabula rasa. Taraf

intelegensi ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari

lingkungan hidupnya.

c. Faktor Kematangan

Tiap organ (fisik maupun psikis) dikatakan matang jika telah mencapai

kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Hal ini berhubungan degan

usia kronologis.

d. Faktor pembentuk

Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang

mempengaruhi perkembangan intelegensi. Ada dua pembentukan yaitu

pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh

alam sekitar).
Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 17

e. Faktor minat dan bakat

Minat mengarahkan perbuatan kepada tujuan dan merupakan dorongan

untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Sedangkan bakat diartikan sebagai

kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih

agar dapat terwujud. Bakat sesorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya.

Artinya seseorang yang memiliki bakat tertentu maka akan semakin mudah dan

cepat ia mempelajarinya.

f. Faktor kebebasan

Kebebasan yaitu kebebasan manusia untuk berpikir divergen (menyebar)

yang berarti bahwa manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan

masalah dan bebas memilih masalah sesuai kebutuhan.

Bedasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yang juga secara langsung

mempengaruhi kemampuan kognitif pada anak. Faktor kematangan merupakan

faktor utama yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak. Faktor

kematangan berkaitan dengan fisik atau psikis seseorang dalam melaksanakan

fungsinya dalam kehidupan. Selain itu, terdapat faktor lingkungan dalam hal ini

adalah pengalaman.

Berdasarkan hasil penelitian Solihin dkk (2013 : 63) menunjukkan bahwa

kurang gizi pada anak usia dini, salah satunya tercermin dari keadaan stunting,

berdampak pada rendahnya kemampuan kognitif dan nilai IQ yang dicirikan

dengan rendahnya kemampuan belajar dan pencapaian prestasi di sekolah.

Stunting dapat menyebabkan anak kehilangan IQ sebesar 5-11 poin. Stunting pada
Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 18

anak usia dini dikaitkan dengan kemampuan kognitif yang rendah di akhir masa

remaja, yang dapat dikoreksi dengan stimulasi pada usia muda.

B. Konsep Bilangan

1. Pengertian Konsep Bilangan

Bilangan merupakan salah satu bagian dari konsep matematika yang

paling penting dipelajari anak usia tiga, empat dan lima tahun. Bilangan adalah

bagian dari pengalaman anak-anak sehari-hari (Carol dan Barbara 2008 : 393).

Sejalan dengan pertumbuhan dan pengalaman , anak-anak usia tiga, empat dan

lima tahun awalnya mengembangkan konsep “satu” dan “lebih dari satu”

(Unglaub 1997, dalam Carol dan Barbara 2008 : 393). Ketika kepekaan terhadap

bilangan berkembang, anak-anak usia empat tahun mulai mengerti bahwa kata

“satu” menunjuk satu benda tunggal dan bahwa “lebih banyak dari satu”

dihubungkan dengan bilangan-bilangan sesudahnya yaitu dua, tiga, empat, lima

dan seterusnya.

Konsep bilangan dan keselarasan bilangan satu lawan satu menjadi lebih

solid bagi anak-anak usia lima tahun anak-anak melakukan lebih banyak usaha

untuk menetapkan nilai bilangan pada benda yang mereka hitung. Anak usia lima

tahun mengembangkan pengertian lebih baik tentang bilangan dan nama bilangan

(Sophian 1995 dalam Carol dan Barbara 2008 : 393).

Menurut Sujiono (2009 : 1111) konsep angka melibatkan pemikiran

tentang “berapa jumlahnya atau berapa banyak” termasuk menghitung,

menjumlahkan satu tambah satu. Menghitung merupakan cara belajar mengenai

nama angka, kemudian menggunakan nama angka tersebut untuk


Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 19

mengidentifikasi jumlah benda. Menghitung merupakan kemampuan akal untuk

menjumlahkan. Menurutnya pemahaman konsep angka berkembang seiring waktu

dan kesempatan mengulang kerja dengan sekelompok benda dan membandingkan

jumlahnya. Anak yang kemampuannya tentang angka tidak dikembangkan

mungkin akan berkata “5 gajah lebih banyak dari lima semut” karena gajah lebih

besar dari semut. Anakk belajar menunjukan angka dengan tiga cara yaitu sering

mneyebut bilangan, belajar lambang bilangan dan belajar menulis lambang

bilangan.

Menurut Caufield (dalam Carol dan Barbara 2008 ; 393) mempelajari

nama yang sesuai dengan bilangan juga merupakan bagian dari belajar tata cara

berhitung. The National Council of Teacher of Mathematics (dalam Carol &

Barbara, 2008 : 392) mengemukakan standar yang menjadi acuan untuk

mengukur kemampuan mengenal konsep bilangan anak usia tiga, empat dan lima

tahun yaitu:

a. Anak dapat menghitung (misal menghitung anak tangga yang dinaiki) .

b. Anak dapat mengenal penafsiran kuantitas “lebih banyak” “kurang banyak”.

c. Anak dapat memahami hubungan satu lawan satu antara bilangan dengan

benda.

d. Anak dapat mengenal lambang bilangan dan nama bilangan.

2. Karakteristik pengenalan konsep bilangan bagi anak usia 4-5 tahun

Anak usia 4-5 tahun berada pada masa peka dan dengan karakternya yang

unik. Rasa ingin tahu anak yang tinggi memberikan peluang yang cukup baik
Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 20

dalam upaya menstimulasi agar anak mengalami peningkatan kemampuan

kognitif khususnya konsep bilangan dengan optimal.

Pengenalan bilangan kepada anak hendaknya berawal dari hal yang

mendasar menuju hal yang kompleks. Adapun cara pengenalan konsep bilang bisa

dilakukan sebagai berikut:

a. mengenal penafsiran kasar dari kuantitas “lebih banyak” bisa dilakukan

dengan cara guru mengelompokan anak laki-laki dan anak perempuan

kemudian guru mengatakan anak laki-laki lebih banyak dari anak perempuan.

b. Mengenal hitung-menghitung dapat dilakukan dengan menyuruh anak

menghitung jumlah makanan yang dibawa, menghitung anak tangga,

menghitung jumlah siswa laki-laki atau perempuan.

c. Mengenal bilangan dapat dilakukan dengan menanyakan nomor rumah pada

anak, mengajak anak untuk menulis angka untuk tinggi dan berat badan dll.

Hal ini diperkuat oleh pandangan Montolalu (2008 : 64) bahwa, anak usia

4-5 tahun perlu dikembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, memberi alasan,

memecahkan masalah serta menemukan hubungan sebab akibat yang meliputi

aspek sebagai berikut:

a. Mengelompokkan, memasangkan benda yang sama dan sejenis atau sesuai

pasangannya.

b. Menyebutkan 7 bentuk seperti (lingkaran, bujur sangkar, segi tiga, segi

panjang, segi enam, belah ketupat, trapesium).

c. Membedakan beragam ukuran.

d. Menyebutkan bilangan 1-10.


Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 21

e. Mengelompokkan lebih dari 5 warna dan membedakannya.

f. Menyusun kepingan hingga menjadi bentuk utuh.

g. Mencoba menceritakan apa yang terjadi jika warna dicampur, biji ditanam,

balon ditiup, besi berani didekatkan dengan macam-macam benda, melihat

dengan kaca pembesar dan sebagainya.

Dari beberapa indikator konsep bilangan di atas, dapat diperkuat oleh

peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146

tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 PAUD mengenai indikator pencapaian

perkembangan anak usia 3-5 pada aspek kognitif diantaranya yaitu:

a. Membilang secara urut 1-10

b. Menghubungkan benda konkret dengan lambang bilangan 1-10

c. Mampu mengenal konsep banyak dan sedikit melalui kegiatan membandingkan

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik

konsep bilangan anak usia 4-5 yakni;

1) Mampu menyebutkan bilangan.

2) Mampu berhitung (misal menghitung anak tangga yang dinaiki) .

3) Anak mampu mengenal penafsiran kuantitas “lebih banyak” “kurang banyak”.

4) Anak mengenal satu lawan satu antara bilangan dengan benda.

5) Anak dapat mengenal lambang bilangan dan nama bilangan.

C. Bermain Grafik

1. Definisi bermain Grafik

Bermain merupakan kegiatan utama anak dari usia dini untuk

perkembangan kognitifnya. Bermain dapat mengembangkan seluruh aspek


Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 22

perkembangan anak. Hurlock (dalam Sofyan 2014 : 56) mengemukakan bermain

adalah suatu kegiatan yang apabila dilakukan dapat menimbulkan kesenangan

tanpa mempertimbangkan hasil akhir, dilakukan secara suka rela dan tidak ada

paksaan atau tekanan dari luar.

Grafik adalah penyajian data dalam bentuk grafik yang terdiri atas garis

vertikal dan horizontal. Grafik sendiri merupakan bentuk perluasan dari memilih

dan mengelompokkan benda.

Bermain Grafik adalah bentuk kegiatan anak dalam menyajikan data.

Menurut Carol dan Barbara (2008 : 402) bermain grafik merupakan bentuk

penyajian data dengan menggunakan benda konkret dan gambar yang mana data

tersebut di dapat dari mengumpulkan data berdasarkan pengalaman-pengalaman

anak.

Melalui membuat grafik anak dapat menampilkan berbagai data atau

informasi dalam bentuk yang berlainan. Pada anak usia dini bermain grafik dapat

dilakukan dengan cara memadukan kedalam aneka kegiatan. Misal ketika anak-

anak menanggalkan sepatu bot mereka, meminta mereka menyortir berdasarkan

warna dan buat grafik dari tiap warna sepatu bot. Pada waktu makan, grafikan

pilihan anak-anak untuk susu, sari buah, dan air. Tanyakan pada anak pilihan

mereka. Kemudian setiap anak menempatkan sebuah bulatan dengan namanya

pada garis diatas makanan pilihannya.


Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 23

2. Penerapan bermain grafik

Pada anak usia dini banyak benda yang bisa diterapkan menjadi permainan

grafik diantaranya:

a. Bermain grafik berdasarkan warna yang disukai

1) Alat dan bahan bermain grafik

Adapun alat bahan bermain grafik berdasarkan warna yang disukai antara lain:

kertas kap kue warna-warni, lem, papan grafik (grafik bisa juga dibuat di

kertas HVS).

b. Tahap-tahap bermain grafik

2) Anak mengelompokkan kertas kap kue bedasarkan warna.

3) Minta anak menempel kertas kap kue tersebut diatas papan grafik atau

kertas HVS yang telah guru buat grafik, dengan keterangan angka pada

garis tegak dan dan keterangan warna untuk garis tidur.

3. Manfaat bermain grafik.

Bermain grafik memiliki banyak kelebihan diantaranya anak dapat

memilki kemampuan untuk memahami perbedaan-perbedaan dalam jumlah dan

perbandingan dari hasil pengamatan terhadap suatu objek (dalam bentuk visual).

Menurut Whitin (dalam Carol dan Barbara 2008 : 401) anak-anak belia

bisa diperkenalkan kepada pembuatan grafik dan belajar bagaimana grafik

memungkinkan mereka untuk membuat perbandingan kuantitas benda-benda atau

hal-hal yang disukai.

Menurut Carol dan Barbara (2008 : 401-403) pada anak usia tiga, empat

dan lima tahun penting untuk membuat grafik sederhana yang berhubungan
Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 24

dengan pengalaman-pengalaman anak karena dengan hal itu akan memberikan

kesempatan kepada anak untuk menyampaikan perbandingan-perbandingan dan

jumlah benda didalam sebuah kategori membantu anak untuk mengerti konsep-

konsep seperti “lebih banyak”, “kurang dari” dan “sama” dan semua hal itu akan

menopang pemahaman anak akan konsep-konsep dasar matematika.

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa adapun manfaat

bermain grafik adalah sebagai berikut:

a. Memberi pemahaman konsep-konsep dasar matematika pada anak.

b. Anak dapat mengenal perbandingan kuantitas jumlah benda-benda.

c. Mengenalkan konsep “lebih banyak” “kurang dari” dan “sama”.

D. Keterkaitan Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep bilangan Melalui

Bermain Grafik

Kemampuan Kognitif adalah salah satu aspek yng harus dikembangkan

terutama dalam hal matematika yaitu konsep bilangan. Untuk mengenalkan

konsep bilangan pada anak pra sekolah dapat dilakukan dengan membilang 1-10,

menghubungkan bilangan dengan banyak benda, dan membandingkan banyak dan

sedikit dari blangan.

The Princple and Standards for School Mathematics (prinsip dan standar

untuk matematika sekolah) yang dikembangkan oleh kelompok pendidik dari

National Council of Teachers of Mathematics (NTMC) memaparkan harapan-

harapan matematika yang dapat dipahami untuk anak usia tiga, empat dan lima

tahun salah satunya adalah konsep bilangan dan membuat grafik.


Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 25

Pendapat Sujiono (2009 : 1111) ciri-ciri pengembangan konsep

matematika diantaranya : penguasaan konsep jumlah, pemahaman konsep

menghitung, membedakan dengan menunjukan nomor atau bilangan dengan

simbol atau lambang. Penguasaan jumlah merupakan dasar dimana anak sudah

dapat memakai konsep bilangan atau angka dengan menggunakan media yang

konkrit, misalnya 3 buah kelereng, 2 buah tutup botol.

Agar kemampuan kognitif mengenal konsep bilangan dapat berkembang

dengan baik maka diperlukan kegiatan permainan yang menarik dan

menyenangkan. Selain menarik Alat permainan yang digunakan juga harus sesuai

dengan tingkat perkembangan anak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan Eliyawati (2005 : 62). alat permainan yang digunakan berupa benda

yang digunakan didalam kegiatan belajar-mengajar agar dapat berlangsung secara

lancar, teratur, efektif dan efisien sehingga tercapai tujuan pendidikan serta dapat

memberikan kesenangan bagi anak.

Alat permainan merupakan bahan mutlak bagi anak untuk

mengembangkan dirinya yang menyangkut seluruh aspek perkembangannya,

sama hal nya dengan alat permainan Grafik. Bermain Grafik dipilih karena jarang

dilihat dan digunakan bermain anak sehingga menarik perhatian anak.

Adapun keterkaitan kemampuan kognitif dengan permainan Grafik adalah

pada permainan grafik dimana anak yang belum mengenal konsep bilangan, anak

tersebut akan melihat langsung angka yang tertera pada grafik. Selain itu anak

juga mengenal konsep bilangan lainnya yaitu mengenal kuantitas benda yang

sesuai dengan bilangan sehingga anak dapat menghitung dengan sendirinya maka
Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 26

konsep bilangan “lebih banyak”, “sama” dan “kurang banyak” juga dapat

dikenalkan melalui permainan grafik ini.

Dengan demikian anak dengan sendirinya sudah mengenal konsep bilang.

Permainan grafik ini mengajarkan kepada anak konsep bilangan yaitu

menyebutkan bilangan, mampu mengenal penafsiran kuantitas “lebih banyak”,

“sama” dan “kurang banyak”, mengenal satu lawan satu antara bilangan dengan

benda.

E. Kajian Penelitian yang Relevan

Pada dasarnya suatu penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan

penelitian lain yang dapat dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian.

Sedangkan penelitian tentang meningkatkan kemampuan kognitif mengenal

bilangan melalui permainan grafik belum pernah dilakukan. Penelitian yang

relevan yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Nur’aini, dkk (2015) dalam jurnal penelitian yang berjudul Peningkatan

kemampuan mengenal konsep bilangan melalui media manipulatif pada

kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Karang asem tahun ajaran

2014/2015. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan peningkatan

kemampuan mengenal konsep bilangan anak pada setiap siklus. Sebelum

tindakan, terdapat 8 anak atau 34,78% yang kemampuan mengenal konsep

bilangannya baik. Pada siklus I, mencapai 56,53% atau 13 anak, pada siklus II

meningkat 82,61% atau 19 anak. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas

yang dilaksanakan dalam dua siklus tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan

penggunaan media manipulatif dapat meningkatkan kemampuan mengenal


Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 27

konsep bilangan pada anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal

Karangasem Tahun Ajaran 2014/2015.

2. Fedriyenti (2012) dalam artikel ilmiahnya yang berjudul meningkatkan

kemampuan matematika anak usia dini melalui jam pintar di taman kanak-

kanak Pembina kecamatan Berangin sawahlunto. Hasil penelitian nya

menunjukan terjadi peningkatan kemampuan matematika terutama pada

kemapuan mengenal konsep bilangan melalui permainan jam pintar. Hal ini

terlihat dari meningkatnya nilai amat baik terhadap kesenangan belajar

maupun hasil belajar yang dicapai oleh anak, yang mana pada siklus I anak

memperoleh nilai rata-rata amat baik 42% dan pada siklus II meningkat

menjadi 81%. Indikator yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan

matematika adalah membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-

benda) sampai 10. Dengan menggunakan tingkat pencapaian, indikator dan

hasil belajar yang sesuai maka pelaksanaan pada setiap siklus dapat berjalan

dengan lancar. Hal ini cocok dengan pendapat Depdiknas bahwa konsep

angka atau konsep bilangan adalah pemahaman dan pengertian tentang

sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkret seperti pengenalan

warna, bentuk dan menghitung. Kegiatan permainan jam pintar merupakan

salah satu cara untuk meningkatkan pengenalan konsep angka, karena dengan

bermain anak dapat mengembangkan kognitifnya, sesuai pendapat Musfiroh

(2008:2) bermain adalah aktivitas yang dilakukan karena ingin bukan karena

memenuhi tujuan atau keinginan orang lain. Tigkat kesenangan belajar anak

juga dapat diperkuat dengan elihat hasil wawancara yang diberikan secara
Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 28

langsung kepada anak dengan menggunakan tiga pertanyaan terlihat nilai rata-

rata anak pada siklus II melebihi 75%. Hasil ini membuktikan bahwa

penelitian yang dilakukan guru dalam pembelajaran menunjukan peningkatan

yang lebih baik, karena didukung oleh hasil wawancara. Berdasarkai uraian

diatas dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan jam

pintar dapat meningkatkan kemampuan matematika.

Berdasarkan penelitian yang relevan diatas, maka dapat digambarkan

bahwa penelitian yang akan dilakukan peneliti akan berhasil dikarenakan terdapat

kesamaan pada penelitian diatas dengan penelitian yang akan peneliti lakukan.

Namun juga terdapat perbedaan yakni pada subjek penelitian, waktu penelitian

latar penelitian. Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti yaitu sama-sama meningkatkan kemampuan kognitif pada

bidang matematika yaitu bilangan. Yang mana alat penelitian berupa permainan

nya pun walaupun tidak serupa namun permainan ini konsepnya sama. Hal itu

terlihat pada permainan yang sama-sama tertera angka, yang mana melalui angka

ini anak akan mengenal konsep bilangan sehingga terjadi peningkatan pada

kemampuan kognitif anak.

F. Kerangka Pemikiran

Kemampuan anak mengenal konsep bilangan merupakan kemampuan

matematika yang urgen untuk dikembangkan. Anak dikatakan telah mengenal

konsep bilangan apabila anak mampu menyebutkan bilangan, mampu mengenal

penafsiran kuantitas “lebih banyak” “kurang banyak”, mengenal satu lawan satu

antara bilangan dengan benda.


Dicetak pada tanggal 2018-11-23
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f52 29

Kemampuan mengenal konsep bilangan merupakan bentuk dari

perkembangan kognitif anak lewat mengenal dan memikirkan bentuk angka-

angka 1-10. Kemampuan dipengaruhi faktor internal (dari dalam diri anak) dan

eksternal (lingkungan).

Untuk mempermudah pemahaman maka dibuat kerangka berfikir sebagai

berikut:

Gambar 2.1

Desain Kerangka Pemikiran

G. Hipotesis

Kemampuan kognitif anak mengenal konsep bilangan akan meningkat

melalui permainan grafik. Pembuktian hipotesis ditunjukan melalui tercapainya

kemampuan kognitif anak dengan indikator

1. Anak mampu mengenal bilangan 1-10

2. Anak mampu menghubungkan bilangan dengan banyak benda

3. Anak mampu mengenal konsep banyak dan sedikit

4. Anak mampu menyebutkan bilangan dan mengenal lambang bilangannya

Anda mungkin juga menyukai