Anda di halaman 1dari 13

TUGAS ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Bentuk perjanjian perjanjian Jaminan sesuai dengan obyek


jaminan dari perjanjian kredit.

Disusun Oleh :

1. Akbar Alif Hutama 041511233038


2. Inal Wicaksono 041511233068
3. Muhammad Khoirul Umam 041511233157
4. Pitri Hermawan Widodo 041511233190
5. Happy Agta Sela Wardhani 041511233242
6. Mohammad Firda Ari Sanjaya 041511233266

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Airlangga
2018
Bentuk-bentuk Lembaga Jaminan

Terdapat beberapa jenis-jenis jaminan yang secara sederhana dikategorikan ke dalam dua hal,
yakni jaminan orang dan jaminan benda. Jaminan orang berarti suatu jaminan yang di back-up dan
dilindungi oleh orang yang bertindak sebagai penjamin atau guarantor. Orang yangdimaksud
sebagi penjamin secara hukum dapat berupa orang (pribadi) atau badan (badan hukum atau bukan
badan hukum). Apabila orang yang bertindak sebagai penanggung (atau penjamin) itu disebut
dengan personal guaranty sedangkan apabila yang bertindak sebagai penanggung adalah badan
(perusahaan) maka penanggung tersebut dinamakan corporate guaranty. Menurut konsep
KUHPerdata pasal 1820 jaminan orang ini disebut dengan penanggung yang artinya suatu
persetujuan (perjanjian pen) dimana pihak ketiga demi kepentingan kreditur, mengingatkan diri
untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenuhi perikatannya. Dengan
demikian orangatau badan ini akan menggantikan posisi debitur saat debitur tidak mampu
membayar pinjamannya kepada kreditur. Meskipun demikian penjamin tisak langsung membayaar
uang oinjaman saat debitur default. “Kekebalan” penjamin itu kemudian dinamakan hak istimewa
penjamin. Akibatnya, harta kekayaan debitur lebih dulu harus dijual sebelum penjamin
melaksanakankewajibannya membayar utang debitur yang talh gagal bayar berdasarkan perjanjian
penanggungannya. Penangguangdapat langsung membayar ketika debitur default dalam hal
penanggung melepaskan hak istimewanya.

Selain orang yang bertindak sebagai penanggung, telah menjadi kebiasaan dalam prktik bisnis pula
apabila para pelaku usaha menggunakan benda sebagai jaminan terhadap uang yang dipinjam oleh
debitur kepada krediturnya (misalnya bank dalam hal kredit bank). Dalam praktik bisnis perbankan
jaminan ini lazim disebut dengan agunan (collateral). Benda yang umum digunakan oleh debitur
adalah benda yang menjadi asset (harta kekayaan) miliknya. Kepemilikan orang atas suatu benda
yang hendak dijaminkan merupakan salah satu konsep penting dalam perjanjian pinjam meminjam
uang atau perjanjian kredit atau perjanjian pembiayaan. Benda yang akan diagunkan,menurut
hukum, dapat dikategorikan kedalam benda bergerak dan benda tidak bergerak. Benda bergerak
dapat berupa kendaraan bermotor,surat berharga, atau perhiasaan. Adapun contoh benda tidak
bergerak dapat berupa antara lain tanah dan bangunan. Benda bergerak dapat digunakan untuk
Lembaga jaminan gadai atau fidusia, sedangakn benda tidak bergerak dapat memanfaatkan
Lembaga jaminan hipotek dan hak tanggung.
Terdapat dua pilihan bagi debitur saat akan meminjam dana (kredit) dari kreditur terkait dengan
jaminan benda ini, yakni apakah ia akan meminjam dana dari kreditur dengan menyerahkan benda
apapun sebagai agunannya. Terlebih dari aspek praktis bisnis perbankan, saat ini disediakan
pilihan bagi masyarakat untuk memilih meminjam kredit dengan agunan atau tanpa agunan.
Biasanya suatu kredit yang diberikan oleh bank tanpa agunan memiliki besaran jumlah kredit
yangterbatas misalnya hanya untuk kredit yang mencapai 150 juta rupiah saja.

GADAI

Hak yang diperoleh kreditor atas suatu barang yang bergerak yang diberikan kepadanya oleh
debitor atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu utang. Selain itu, memberikan
kewenangan kepada kreditor untuk mendapatkan pelunasan dari barang tersebut terebih dahulu
dari kreditur lainnya, terkecuali biaya untuk melelang barang dan biaya yang dikeluarkan untuk
memelihara benda itu dan biaya-biaya itu mesti didahulukan.

Sifat-sifat gadai :

a. Gadai adalah untuk benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud.

b. Gadai bersifat accesoir artinya merupakan tambahan dari perjanjian pokok untuk menjaga
jangan sampai debitor itu lalai membayar hutangnya kembali.

c. Adanya sifat kebendaan


d. Syarat inbezieztelling, artinya benda gadai harus keluar dari kekuasaan memberi gadai, atau
benda gadai diserahkan dari pemberi gadai kepada pemegang gadai.

e. Hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri.

f. Hak preferensi sesuai dengan pasal 1130 dan pasal 1150 KUHP

g. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi artinya sebagian hak gadai tidak akan menjadi hapus dengan
dibayarnya sebagian dengan hutang oleh karena itu gadai tetap melekat atas seluruh benda itu.

Objek gadai :

Semua benda bergerak dan pada dasarnya bisa digadaikan, baik benda bergerak berwujud maupun
tidak berwujud yang berupa berbagai hak untuk mendapatkan pembayaran uang, yakni berwujud
surat-surat piutang kepada pembawa, atas tunjuk, dan atas koma.

Hak pemegang gadai :

a. Berhak untuk menjual benda digadaikan atas kekuasaan sendiri

b. Berhak untuk mendapatkan ganti rugi yang berupa biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkan benda gadai.

c. Berhak menahan benda gadai sampai ada pelunasan hutangdari debitur.

d. Berhak mempunyai referensi

e. Berhak untuk menjual benda gadai dengan perantara hakim

f. Atas ijin hakim tetap menguasai benda gadai.

Kewajiban pemegang gadai :

a. Pasal 1157 ayat 1 KUHP perdata pemegang gadai bertanggung jawab atas hilangnya harga
barang yang digadaikan yang terjadi atas kelalaiannya.

b. Pasal 1156 KUHP ayat 2 berkewajiban untuk memberitahukan pemberi gadai jika barang gadai
dijual.

c. Pasal 1159 KUHP ayat 1 beranggung jawab terhadap hasil penjualan barang gadai

d. Kewaijban untuk mengembalikan benda gadai jika debitur melunasi hutangnya.


e. Kewajiban untuk melelang benda gadai.

Hapusnya gadai :

a. Perjanjian pokok

b. Musnahnya benda gadai

c. Pelaksanaan eksekusi

d. Pemegang gadai telah melepaskan hak gadai secara sukarela

e. Pemegang gadai telah kehilangan kekuasaan atas benda gadai

f. Penyalahgunaan benda gadai.

HIPOTIK

Satu hak kebendaan atas benda tidak bergerak untuk mengambil pergantian daripadanya bagi
perlunasan suatu perutangan.

Sifat hipotik :

a. Bersifat accesoir

b. Bersifat zaaksgefolg

c. Lebih didahulukan pemenuhannya dari piutang yang lain berdasarkan pasal 1133-1134 KUHP
ayat 2

d. Objeknya benda-benda tetap

Objek hipotik

Berdasarkan pasal 509 KUHP, pasal 314 KUHD ayat 4, dan UU no. 12 tahun 1992 tentang
pelayaran. 2. UU nomor 15 tahun 1992 tentang penerbangan.

Perbedaan gadai dan hipotik :

a. Gadai harus disertai dengan pernyataan kekuasaan atas barang yang digadaikan, sedangkan
hipotik tidak.
b. Gadai hapus jika barang yang digadaikan berpindah tangan ke orang lain, sedangkan hipotik
tidak, tetapi teap mengikuti bendanya walaupun bendanya dipindahtangankan ke orang lain.

c. Satu barang tidak pernah dibebani lebih dari satu gadai walaupun tidak dilarang, tetapi beberapa
hipotik yang bersama-sama dibebankan diatas satu benda adalah sudah merupakan keadaan biasa.

d. Adanya gadai dapat dibuktikan dengan segala macam pembuktian yang dapat dipakai untuk
membuktikan perjanjian pokok sedangkan adanya perjanjian hipotik dibuktikan dengan akta
otentik.

FIDUSIA

Surat perjanjian accesor antar debitor dan kreditor yang isinya penyerahan hak milik secara
kepercayaan atas benda bergerak milik debitor kepada kreditor.

Jaminan Fidusia :

Menurut UU No. 42 tahun 1999 pasal 1angka (1) : Pengalihan suatu atas dasar kepercayaan dengan
ketentuan bahwa hak kepemilikannya diahlikan dan penguasaan tetap ada pada pemilik benda. (2).
Pasal 1 angka 2 UUJF : Hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak
berwujud dan tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan yang
tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan atas perlunasan uatang tertentu,
yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada pemberi fidusia terhadap kreditur lainnya.

Perbedaan Fidusia dengan Jaminan Fidusia :

Fidusia merupakan proses pengalihan hak kepemilikan sedangkan jamian fidusia adalah jaminan
yang diberikan dalam bentuk fidusia.

Objek Jaminan Fidusia :

Benda segala sesuatu yang dapat memiliki dan dialihkan yang terdaftar maupun tidak terdaftar
yang bergerak maupun yang tidak bergerak dan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan atau
hipotik.
Hapusnya jaminan Fidusia :

a. hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia

b. pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh debitur

c. musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia

4. Konkorndansi :

a. Dasar yang efektif untuk mempelajari kata-kata

b. Buku petunjuk untuk menemulan ayat-ayat dalam kitab suci

c. Index,daftar,alfabetis kata pokok dari sebuah buku atau karya seorang penulis konteks terdekat.

HAK TANGGUNGAN

Pengertian Hak Tanggungan

Hak tanggungan menurut ketentuan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang
Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, adalah :“Hak
tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengantanah, yang selanjutnya disebut
hak tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud
dalamUndang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,
berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk
pelunasan utangtertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu
terhadap kreditor- kreditor lainnya.

Sifat dan Ciri Hak Tanggungan

Hak tanggungan sebagai lembaga jaminan atas tanah yang kuat danmampu memberikan kepastian
hukum bagi para pihak, mempunyai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada pemegangnya (kreditor


tertentu)
Dari definisi mengenai hak tanggungan sebagaimana dikemukakandi atas, diketahui bahwa hak
tanggungan memberikan kedudukan yangdiutamakan kepada kreditor terhadap kreditor-kreditor
lain. Yang dimaksud dengan “kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap
kreditor-kreditor lain”.

2. Selalu mengikuti objek yang dijaminkan di tangan siapapun objek itu berada.

Ketentuan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah menyatakan bahwa hak tanggungan tetap mengikuti
objeknya dalam tangan siapapun objek tersebut berada, sehingga hak tanggungan tidak akan
berakhir sekalipun objek hak tanggungan itu beralih ke pihak lain oleh sebab apa pun juga.

3. Memenuhi asas spesialitas dan asas publisitas, sehingga dapat mengikat

pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak yang berkepentingan. Asas
spesialitas diaplikasikan dengan cara pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan oleh Pejabat
Pembuat Akta Tanah. Sedangkan asas publisitas diterapkan pada saat pendaftaran pemberianhak
tanggungan di Kantor Pertanahan. Pendaftaran tersebut merupakan syarat mutlak untuk lahirnya
hak tanggungan tersebut dan mengikatnya hak tanggungan terhadap pihak ketiga

4. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya.

Keistimewaan lain dari hak tanggungan yaitu bahwa hak tanggungan merupakan hak jaminan atas
tanah yang mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Apabila debitor wanprestasi tidak perlu
ditempuh cara gugatan perdata biasa yang memakan waktu dan biaya. Bagi kreditor pemegang
hak tanggungan disediakan cara-cara khusus, sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 20
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda
Yang Berkaitan Dengan Tanah. dana kepada masyarakat dan secara tidak langsung dapat
menciptakan iklim yang kondusif dan lebih sehat dalam pertumbuhan dan perkembangan
perekonomian.

Disamping memiliki empat ciri di atas Hak Tanggungan juga mempunyai beberapa sifat, seperti :

a. Hak Tanggungan tidak dapat dibagi-bagi

Maksud dari hak tanggungan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu haktanggungan membebani secara utuh
objeknya dan setiap bagian daripadanya. Pelunasan sebagian utang yang dijamin tidak
membebaskan sebagian objek dari beban hak tanggungan. Hak tanggungan yang bersangkutan
tetap membebani seluruh objek untuk sisa utang yangbelum dilunasi. Akan tetapi seiring
berkembangnya kebutuhan akan perumahan,ketentuan tersebut ternyata menimbulkan
permasalahan yaitu dalam halsuatu proyek perumahan atau rumah susun ingin diadakan
pemisahan.

b. Hak tanggungan merupakan perjanjian accesoir.

Hak tanggungan diberikan untuk menjamin pelunsaan hutang debitor kepada kreditor, oleh karena
itu hak tanggungan merupakan perjanjian accesoir pada suatu perjanjian yang menimbulkan
hubungan hukum utang-piutang sebagai perjanjian pokok. Kelahiran, eksistensi, peralihan,
eksekusi, berakhir dan hapusnya hak tanggungan dengan sendirinya ditentukan oleh peralihan dan
hapusnya piutang yang dijamin pelunasannya

Objek Hak Tanggungan

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, menyebutkan bahwa yang menjadi Objek Hak
Tanggungan adalah :

a. Hak milik;

b. Hak guna usaha;

c. Hak guna bangunan;

d. Hak pakai atas tanah negara, yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut
sifatnya dapat dipindah tangankan dapat juga dibebani dengan hak tanggungan.

Subjek Hak Tanggungan

Subjek Hak Tanggungan adalah:

1. Pemberi Hak Tanggungan

Pemberi hak tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang mempunyai
kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan yang
bersangkutan.
2. Pemegang Hak Tanggungan

Pemegang hak tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang berkedudukan
sebagai pihak yang berpiutang. Penerima hak tanggungan, yang sesudah pemasangan hak
tanggungan akan menjadi pemegang hak tanggungan, yang adalah juga kreditor dalam perikatan
pokok, juga bisa orang perseorangan maupun badan hukum.

Pembebanan Hak Tanggungan

Pembebanan hak tanggungan merupakan suatu proses yang terdiri atas dua tahap, yaitu diawali
dengan tahap pemberian hak tanggungan dan akan diakhiri dengan tahap pendaftaran. Dimana tata
cara pembebanan hak tanggungan ini wajib memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda
Yang Berkaitan Dengan Tanah.

Proses pembebanan hak tanggungan akan diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap pemberian Hak Tanggungan Pemberian hak tanggungan didahului dengan janji akan
memberikan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu. Janji tersebut wajib
dituangkan di dalam dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian utang-piutang
yang bersangkutan atau perjanjian lainnya menimbulkan utang.

2. Tahap pendaftaran Hak Tanggungan

Dengan dilakukan pemberian hak tanggungan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan, hak
tanggungan ini baru memenuhi syarat spesialitas, sampai pada tahap tersebut hak tanggungan
yangbersangkutan belum lahir dan kreditor pemegangnya belum memperoleh kedudukan yang
diutamakan

3. Pembebanan Hak Tanggungan Atas Tanah Hak Milik Pembebanan hak tanggungan atas tanah
dengan status tanah Hak Milik dapat ditemukan dalam rumusan ketentuan Pasal 25 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang menyatakan
secara tegas bahwa tanah dengan status Hak Milik dapat dijaminkan dengan membebani hak atas
tanah tersebut dengan hak tanggungan.

4. Pembebanan Hak Tanggungan Atas Hak Guna Usaha Mengenai pembebanan hak atas tanah,
dalam ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria dapat diketahui bahwa tanah dengan status Hak Guna Usaha dapat dijaminkan
dengan membebani hak atas tanah tersebut dengan hak tanggungan

5. Pembebanan Hak Tanggungan Atas Hak Guna Bangunan Hak Guna Bangunan sebagai Hak
Atas Tanah yang dapat dibebankan dengan hak tanggungan dapat ditemukan rumusannya dalam
Pasal 39 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
yang menyatakan bahwa: “Hak Guna Bangunan dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani
hak tanggungan”.

6. Pembebanan Hak Tanggungan Atas Hak Pakai Dimungkinkannya Hak Pakai dibebani dengan
suatu hak jaminan kebendaan dapat kita temui rumusannya dalam ketentuan Pasal 52 dan Pasal 53
Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak
Pakai.

Hapusnya Hak Tanggungan

Dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah
Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah disebutkan sebab-sebab hapusnya hak
tanggungan, sebagai berikut:

a. Hapusnya hutang yang dijamin dengan hak tanggungan.

b. Dilepaskannya hak tanggungan oleh pemegang hak tanggungan.

c. Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh

d. Ketua Pengadilan Negeri.

e. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan

Beralihnya Hak Tanggungan

 Konsekuensi sifat accesoir hak tanggungan

Perjanjian accesoir adalah perjanjian yang mempunyai ciri-ciri:

a. Tidak dapat berdiri sendiri.

b. Adanya atau timbulnya maupun hapusnya bergantung dari


c. perikatan pokoknya.

d. Apabila perikatan pokoknya dialihkan, accesoir-nya turut beralih

 Dasar beralihnya hak tanggungan menurut pasal 16 Undang-Undang Hak Tanggungan.

a. Cessie

a. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia,

b. suatu perjanjian pada asasnya merupakan perjanjian obligator,

c. kecuali undang-undang menentukan lain. Hal itu berarti, bahwa

d. dengan ditutupnya perjanjian tersebut, yang muncul barulah

e. perikatan-perikatan yang mengikat kedua belah pihak

Merger

Peristiwa beralihnya hak tagih berdasarkan perikatan pokok antara kreditor dan debitor bisa juga
terjadi karena adanya peleburan (merger) dua perseroan, biasanya dua bank, sehingga semua
aktiva dan passiva kedua bank tersebut dialihkan kepada Bank yang baru, kalau demikian, maka
(sesuai dengan sifat perjanjian penjaminan) jamianan-jaminan yang accessoir pada perjanjian
pokoknya turut beralih kepada kreditor baru.

Pendaftaran Peralihan Hak Tanggungan

Peralihan hak tanggungan atas dasar apa yang disebutkan dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan
Dengan Tanah wajib didaftarkan ke Kantor Pertanahan. Didalam penjelasan Undang-undanag
Bagian 8 dan pasal 16 ayat 1, disana digunakan istilah “pencatatan”. Kedua istilah “pendaftaran
dan “pencatatan” bisa mempunyai arti dan memberikan peluang penafsiran yang lain sekali.

Eksekusi Hak Tanggungan

Eksekusi hak tanggungan merupakan suatu upaya bagi pemegang hak tanggungan untuk
memperoleh kembali piutangnya, manakala debitor wanprestasi. Untuk itu Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan
Dengan Tanah memberikan kemudahan dan kepastian dalam pelaksanaan eksekusi hak
tanggungan.

Anda mungkin juga menyukai