Di susun oleh:
1. Khalid Alfiady, S.Kep
2. Purwo Jati Kanaka, S.Kep
3. M. Berlian Al Kindi, S.Kep
4. Viki Setya Nizar, S.Kep
5. Nurul Choriah, S.Kep
6. Nazalia Indah L, S.Kep
7. Asti Yulfa Riani, S.Kep
8. Laxmita Putri A, S.Kep
9. Asri Setyaningrum, S.Kep
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan laporan Stase
Manajemen Keperawatan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir stase
manajemen program pendidikan profesi ners di Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri. Dalam menyelesaikan tugan ini, penyusun menyadari banyak
mengalami hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan dan
pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya tugas ini dapat diselesaikan. Untuk itu
pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Yuyun Kristina, S.Kep.Ns selaku Kepala Ruang Sekartaji RSUD Gambiran Kota
Kediri.
2. Catur S.Kep,Ns. Selaku Pembimbing Klinik
3. Putri Kristyaningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing akademik stase
manajemen Institut Ilmu Bhakti Wiyata Kediri.
Penyusun mempunyai harapan semoga laporan ini bermanfaat bagi tenaga
kesehatan khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Kelompok 2
BAB I
7
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen didefinisikan secara umum
sebagai upaya-upaya yang dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan melalui
orang lain yang mencerminkan dinamika suatu organisasi. Manajemen tersebut
mencakup kegiatan planning, organizing, actuating, controlling (POAC) terhadap
staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2007).
Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang difokuskan pada
produksi dan banyak hal lain untuk menghasilkan suatu keuntungan.
Kelly dan Hoidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan
dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, prngorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Manajer keperawatan
dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengevaluasi
sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan
yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat.
Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang dibentuk karena tuntutan
kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks, karena masyarakat mulai
menyadari arti pentingnya kesehatan. Hal tersebut menuntut rumah sakit untuk
memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Tuntutan tersebut
akan bertambah berat dalam menghadapi era sekarang yang perubahannya sangat
cepat dan serentak apabila tidak diikuti keberadaan sumber daya manusia rumah
sakit yang professional dan bermutu tinggi (Amriyati, 2003).
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009, Rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. Rumah sakit juga merupakan organisasi yang sangat kompleks
dan merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat Indonesia. Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara
pelayanan kesehatan, salah satunya adalah penyelenggara pelayanan asuhan
keperawatan senantiasa memberikan pelayanan yang memuaskan kepada klien
maupun keluarganya (Depkes, 2012) dan supaya tujuan tersebut dapat tercapai
maka diperlukan suatu cara pengelolaan pelayanan keperawatan yang mengikuti
prinsip-prinsip manajemen.
Rumah Sakit Gambiran kota kediri sebagai salah satu penyelenggara
pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan
8
masyarakat. Agar dapat terlaksana tujuan tersebut maka rumah sakit perlu
didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) yang tepat.
Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu kerangka
kerja yang mendefinisikan keempat unsur : standart, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan & sistem MAKP. Sistem MAKP yaitu Fungsional, Tim,
Primer, Kasus. Pada Ruang Sekartaji menggunakan MAKP jenis Tim.
Berdasarkan Teori Grant & Massey (1997) & Marquis & Huston (1998), Model
Tim terdiri dari 6-7 perawat profesional & perawat associate bekerja sebagai suatu
tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Menurut Gillies (1986) pada metode keperawatan primer terdapat
kontinuitas keperawatan yang bersifat komprehensif serta dapat
dipertanggungjawabkan, dengan ratio 1:4 atau 1:5 dengan perbandingan perawat :
pasien. Setiap perawat primer biasanya mempunyai 4-6 pasien kelolaan &
bertanggungjawab selama 24 jam selama pasien di rawat dirumah sakit.
Berdasarkan teori di atas, kami dalam praktik manajemen keperawatan di RSUD
Gambiran Kediri di Ruang Sekartaji kami akan menggunakan Model Asuhan
Keperawatan Profesional yang sesuai yaitu jenis primer, dimana kami mahasiswa
berjumlah 9 orang yang terdiri dari perawat profesional yang merawat 8 pasien
kelolaan.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan selama 4
minggu di Ruang Sekartaji RSUD Gambiran Kota Kediri, diharapkan
mahasiswa Pendidikan Profesi Ners mampu memahami tentang manajemen
keperawatan baik dalam hal pengelolaan maupun kegiatan keperawatan di
tatanan klinik.
2. Tujuan khusus
9
F. Peserta Praktek
Mahasiswa tahap Program Pendidikan Profesi Ners Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri stase manajemen keperawatan tahun 2019, beranggotakan 9
mahasiswa yang terdiri dari:
1. Purwo Jati Kanaka S. Kep
2. Khalid Alfiady S. Kep
3. M. Berlian Al Kindi S. Kep
4. Viki Setya Nizar S. Kep
5. Nurul Choriah S. Kep
6. Asti Yulfa Riani S. Kep
7. Asri Setyaningrum S. Kep
8. Nazalia Indah L S. Kep
9. Laxmita Putri A S. Kep
BAB 2
PENGUMPULAN DATA
11
Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses manajemen keperawatan
yang meliputi pengumpulan data, analisa SWOT dan identifikasi masalah.
A. VISI, MISI, MOTO, RSUD GAMBIRAN KEDIRI
1. Visi
Sebagai Rumah Sakit yang bermutu, profesional dan berdaya saing dalam
pelayanan kesehatan.
2. Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan kepada seluruh
pelanggan
b. Meningkatkan kuantitas, kualitas sumber daya manusia dan sarana
prasarana yang terstandart
c. Menjadikan Rumah Sakit pusat rujukan pelayanan kesehatan untuk
wilayah Kediri dan sekitarnya
3. Moto
Pelayanan EMPATI : efektif, memadahi, praktis, aman dan simpati
4. Semboyan
“Gambiran ASRI : aman, sehat, ramah, dan indah”
5. Falsafah
Bekerja adalah ibadah.
Tabel 2.4 Jumlah Ketergantungan Pasien Kelolaan di Ruang Sekartaji pada tanggal
15 April 2019
Klasifikasi Jumlah Pagi Siang Malam
Pasien
Mandiri 0 0 x 0,17 = 0 0 x 0,14 = 0 0 x 0,10 = 0
Partial Care 6 6 x 0,27 = 1,62 6 x 0,15 = 0,9 6 x 0,7 = 4,2
Total Care 2 2 x 0,36 = 0, 72 2 x 0,30 = 0,6 2 x 0,20 = 0,4
Jumlah 8 2,34 1,5 4,6
Tabel 2.6 Jumlah Ketergantungan Pasien Kelolaan di Ruang Sekartaji pada tanggal
16 April 2019
Klasifikasi Jumlah Pagi Siang Malam
Pasien
Mandiri 0 0 x 0,17 = 0 0 x 0,14 = 0 0 x 0,10 = 0
Partial Care 3 3 x 0,27 = 0,81 3 x 0,15 = 0,45 3 x 0,7 = 2,1
Total Care 2 2 x 0,36 = 0, 72 2 x 0,30 = 0,6 2 x 0,20 = 0,4
Jumlah 5 1,53 1,05 2,5
Sistem Administrasi
Pada sistem administrasi ini, di uraikan tentang alur pelayanan pasien mulai masuk
Ruang Sekartaji sampai keluar dari Ruang Sekartaji.
Pasien Datang IRD/Poliklinik Loket Pendaftaran
Pulang SELESAI
14
a. Struktur organisasi
KEPALA RUANGAN
Yuyun Kristina, S.Kep.,Ns
KATIM 1 KATIM II
Alfiati Hasanah, S.Kep. Ns
Ipung Yunendra, AP. SST
PA PA
Keterangan:
MAN
MA STATI
KAM
MAN
STATI
AR
DAP
DI
AR
RUAN RUAN R
G
DI
ON ALA
SUK
ON G G UR MA DARU
Sekartaji RSUD Gambiran Kediri dengan uraian denah sebagai berikut:
T
KEPA OBAT NDI
ME RAT
RUAN LA DIS
G GUD
MAH ANG
ASIS HCU A HCU B HCU C
WA
KAM
MAN
KAM
KAM
MAN
MAN
KAM
MAN
KAM
KAM
MAN
MAN
AR
AR
AR
DI
AR
DI
DI
AR
AR
DI
DI
DI
11 2 3 4 11 2 3 4 11 2 3 4
16
2. Lingkungan Kerja
Di Ruang Sekartaji didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur sebanyak 23
tempat tidur dengan rincian sebagai berikut :
a. Ruangan HCU A : 4 bed pasien, 4 lemari, 4 kursi, 4 standar infus, 1 kamar mandi,
1 wastafel cuci tangan, 2 kipas angin 4 jendela.
b. Ruangan HCU B : 4 bed pasien, 4 lemari, 4 kursi, 4 standar infus, 1 kamar mandi,
1 wastafel cuci tangan, 2 kipas angin, 5 jendela.
c. Ruangan HCU C : 4 bed pasien, 4 lemari, 4 kursi, 4 standar infus, 1 kamar mandi,
1 wastafel cuci tangan, 2 kipas angin, 4 jendela.
d. Ruangan Paru A : 4 bed pasien, 4 lemari, 4 kursi, 4 standar infus, 1 kamar mandi
pasien, 1 wastafel cuci tangan, 2 kipas angin, 4 jendela.
e. Ruangan Paru B : 4 bed pasien, 4 lemari, 4 kursi, 4 standar infus, 1 kamar mandi
pasien, 1 wastafel cuci tangan, 2 kipas angin, 5 jendela.
f. Ruangan VIP : 1 bed pasien, 1 lemari, 1 sofa, 1 kursi, 1 standar infus, 1 kamar
mandi pasien, 1 wastafel cuci tangan, 1 AC, 1 TV, 1 kulkas
g. Ruangan Isolasi : 2 bed pasien, 2 lemari, 2 kursi, 2 standar infus, 1 kamar mandi
pasien, 1 wastafel cuci tangan, AC 2
h. Sarana dan Prasarana Petugas Kesehatan
1) Fasilitas perawat
Tabel 2.7 Fasilitas Perawat
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Kipas angina 1 Baik
2 Kamar mandi 1 Baik
3 Komputer 2 Baik
4 Kursi lipat 11 Baik
5 Lemari es 1 Baik
6 Loker 16 kotak 2 Baik
7 Printer 2 Baik
8 Meja kayu 4 Baik
9 Kursi sekertaris 1 Baik
10 Troli linen 2 Baik
12 Lemari Dokumen 3 Baik
2) Denah ruangan
a) Ruang Karu : di tengah ruang pasien
b) Ruang perawat : di tengah ruang pasien
c) Kamar mandi dan wc pegawai : di selatan kamar mandi pasien
3) Ruang penunjang
17
2.8 Peralatan & Bahan Kesehatan di Ruang Sekartaji RSUD Gambiran Kota
Kediri
24 Baskom 32 cm 3 Baik
25 Baskom kesil 20 cm 2 Baik
26 Kom + tutup 2 Baik
27 Pispot 2 Baik
28 Glasfluid 100 ml 1 Baik
29 Manset Rister 1 Baik
30 Pen light 1 Baik
31 Reflek Humer 1 Baik
32 HandleMash 2 Baik
33 Bantal Angina 2 Baik
34 Kirbod ice 3 Baik
35 Flish light 1 Baik
36 Manset dewasa manual riester 4 Baik
37 Bengkok 5 Baik
38 Kursi Roda 2 Baik
39 ECG 1 Baik
40 Syiringe pump 2 Baik
41 Infus pump 2 Baik
42 Nebulizer 2 Baik
43 Suction 2 Baik
44 Troli 4 Baik
45 Timbangan 2 Baik
46 Termometer raksa 1 Baik
47 Termometer digital 1 Baik
48 Ambubag 1 Baik
49 Monitor 6 Baik
50 Bad 23 Baik
51 Oksigen sentral 20 Baik
52 Standart infus 30 Baik
53 Urinal 6 Baik
54 Wastefel 7 Baik
55 Tabung oksigen kecil 1 Baik
56 Scoop stretcher 1 Baik
57 Tempat sampah non medis 8 Baik
58 Tempat sampah medis 2 Baik
59 Nampan/baki plastic 3 Baik
60 Bak Instrumen sedang 2 Baik
5) Inventaris obat
Tabel 2.9 persediaan obat
No Nama Obat
1 WFI
2 Cefoperazone
3 Ceftriaxone
4 Dexametasone
5 Neurosanbe
8 Natrium clorida 0,9%
9 Furosemid
10 Ranitidine
11 Ringer laktat
12 Epinephrine injeksi
19
13 Amiodarone injeksi
14 Lidocain 2% injeksi
15 Norepinephrine injeksi
16 Dopamin injeksi
17 Dobutamin injeksi
18 Sulfas atropin injeksi
19 MGSO4 40 %
20 MGSO4 20%
21 Natrium bicarbonas injeksi
22 Diazepam injeksi
23 Difenhidramin
24 D40
25 Surflow uk 24
26 Surflow uk 22
27 Surflow uk 20
28 Surflow uk 18
29 Surflow uk 16
30 Suction Catheter No. Fr 6
31 Suction Catheter No. Fr 8
32 Suction Catheter No. Fr 10
33 Suction Catheter No. Fr 12
34 Spuit 5 cc
35 Spuit 10 cc
profesional, tehnikal & pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu
(Nursalam 2002). Model tim yang diterapkan di Ruang Sekartaji sudah sesuai
dengan teori diatas dimana terdapat 2 tim dengan jumlah 16 perawat profesional
& perawat associate bekerja sebagai suatu tim.
Kepala Ruangan
Pasien Pasien
Gambar 2.3 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Team Nursing” (Marquis &
Huston, 1998, p. 149)
1. Unsur-unsur MAKP
a. Penerimaan pasien baru
Berdasarkan observasi pada tanggal 15-16 April 2019 terdapat 2
pasien baru di Ruang Sekartaji. Pada proses penerimaan pasien baru sudah
diterapkan, namun belum sesuai dengan alur sesuai teori, dimana di Ruang
Sekartaji ketika pasien masuk diterima oleh perawat kemudian dilakukan
serah terima pasien antara perawat IGD & Perawat ruangan di Nurse Station
mengenai tindakan yang sudah dilakukan & yang perlu dilanjutkan, terdapat
lembar penerimaan pasien baru. Dimana di serahkan buku status pasien
kepada perawat ruangan kemudian di sampaikan diagnosa medis pasien,
kemudian pasien diantar ke ruangan, tidak dilakukan orientasi ruangan,
perawat tidak melakukan perkenalan diri, tidak diperkenalkan teman yang 1
kamar dengan pasien, terkadang tidak dijelaskan dokter yang menangani
pasien, tidak dijelaskan jam kunjung serta tidak diberikan kartu penunggu
pasien, selanjutnya di lakukan pemeriksaan TTV.
Berdasarkan wawancara pada tanggal 15-16 April 2019 penerimaan
pasien baru dilakukan serah terima pasien, penyampaian diagnosa medis
21
pasien serta tindakan yang sudah & belum dilakukan di IGD oleh perawat
IGD & perawat ruangan.
Berdasarkan kuesioner terhadap perawat pada tanggal 15-16 April
2019 mengenai tindakan penerimaan pasien baru 60% (3 perawat).
Kami mahasiswa mengkaji pada tanggal 15-16 April 2019
berdasarkan Nursalam (2002), tahap penerimaan pasien baru ; 1) pasien
datang ke ruangan diterima oleh kepala ruang/perawat primer/perawat yang
di delegasi; 2) perawat memperkenalkan diri pada pasien & keluarganya; 3)
perawat bersama dengan karyawan lain memindahkan pasein ke tempat
tidur (apabila pasien datang dengan brankar/ kursi roda) & berikan posisi
nyaman; 4) perawat memperkenalkan dokter yang merawat & jadwal visite
serta tata tertib ruangan; 5) perawat melakukan orientasi ruangan, serta
menjelaskan tata tertib ruangan; 6) bila keluarga pasien sudah faham
menandatangani lembar penerimaan pasien baru.
b. Timbang terima
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 15-16 April 2019 di Ruang
Sekartaji timbang terima telah dilakukan diruang Nurse Station untuk serah
terima pasien dari tim 1 & tim 2 yang di pimpin oleh kepala ruangan/ wakil
kepala ruang dengan menggunakan status pasien. Timbang terima
menyampaikan jumlah pasien, diagnosa medis, diagnosa keperawatan yang
muncul tidak disampaikan, namun pada lembar CPPT tertulis diagnosa
keperawatan, perawat menyampaikan tindakan yang sudah dilaksanakan &
belum di laksanakan serta rencana yang akan dilaksanakan. Kemudian
dilakukan validasi pada pasien di bed pasien kemudian klarifikasi. Timbang
terima dilakukan 3x pada pagi pukul 7.30, siang 14.15, malam 21.00
Berdasarkan wawancara pada tanggal 15-16 April 2019, di Ruang
Sekartaji timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift, di mulai dari
nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima.
menyampaikan yang berkaitan masalah pasien, rencana tindakan yang sudah
dilaksanakan & belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan. Setelah berdiskusi di nurse station, perawat keliling ke ruang
paisen untuk validasi kemudian kembali lagi keruangan untuk menindak
lanjuti laporan yang telah disampaikan.
Berdasarkan kuesioner pada perawat tanggal 15-16 April 2019,
mengenai timbang terima di dapatkan hasil 100% (5 perawat).
c. Ronde keperawatan
Berdasarkan observasi pada tanggal 15-16 April 2019, ronde
keperawatan tidak dilakukan.
22
bahwa pasien akan pulang, menjelaskan aturan minum obat & waktu
kontrol, tidak diberikan pendidikan kesehatan mengenai penanganan pasien
dirumah, diit serta aktifitas istrirahat setelah keluar dari RS. Perawat
terkadang menjelaskan mengenai kondisi pasien ketika keluarga
menanyakan / membutuhkan penjelasan,
Berdasarkan wawancara pada tanggal 15-16 April 2019 di ruang
sekartaji untuk pasien yang akan pulang dilakukan discharge planning
dengan menjelaskan aturan minum obat & waktu kontrol, tidak terdapat
liflet yang digunakan sebagai edukasi pasien. Terdapat format discharge
planing & diisi ketika pasien akan pulang
Berdasarkan kuesioner pada tanggal 15-16 April 2019 mengenai
penatalaksanaan discharge planning sudah dilaksanakan 100% (5 perawat).
f. Supervisi
Berdasarkan observasi pada tanggal 15-16 April 2019 ruang sekartaji
belum dilakukan supervisi, pada kumpulan data-data yang tersimpan
terdapat SOP tindakan keperawatan namun tidak terdapat format supervisi.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 16 april 2019, dengan
melakukan wawancara Kepala Ruang Sekartaji bahwa supervisi ruang sudah
pernah dilakukan tentang pelayanan kesehatan, terakhir dilakukan Bulan
Desember 2018. Terdapat SOP tindakan keperawatan untuk supervisi.
Berdasarkan kuesioner pada tanggal 15-16 April 2019 mengenai
pelaksanaan supervisi 80% (4 perawat).
g. Dokumentasi Keperawatan
Berdasarkan observasi pada tanggal 15-16 April 2019, Sistem
pendokumentasian di Ruang Sekartaji berdasarkan POR (Problem Oriented
Record) yaitu sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan mengenai
masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat, atau tenaga kesehatan lain
yang terlibat dalam pemberian layanan pada klien. Diruang Sekartaji dalam
pendokumentasian catatan perkembangan pasien terintegrasi menggunakan
SOAP, untuk catatan yang dilaporkan oleh dokter menggunkan SBAR.
Untuk catatan perencanaan pasien, Tindakan yang belum dilaksanakan dan
yang sudah dilaksanakan perawat mendokumentasikan pada buku laporan
perawat.
Berdasarkan wawancara pada tanggal 15-16 April 2019, sistem
pendokumentasian keperawatan menggunakan SOAP, untuk perencanaan
pasien yang akan dilakukan sebagai laporan perawajt menggunakan buku
laporan.
E. KEUANGAN (M4-MONEY)
24
Berdasarkan observasi pada tanggal 15-16 April 2019, data yang diperoleh
dari bagian administrasi, pasien yang di rawat di Ruang Sekartaji 95%
menggunakan asuransi kesehatan BPJS.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian administrasi pada tanggal 15-
16 April 2019, di Ruang Sekartaji hampir 100% pasien menggunakan BPJS
kesehatan, dimana pembayaran secara umum biasanya yang menempati ruang
VIP.
Berdasarkan kuisioner pada tanggal 15-16 April 2019, mengenai sumber
keuangan dengan hasil bahwa pasien di Ruang Sekartaji menggunakan BPJS tidak
diperkenankan memilih dokter yang menanganinya namun pasien VIP
diperkenankan untuk memilih dokter yang menangani penyakitnya sebanyak
100% (5 perawat).
F. MARKETING (M5)
Berdasarkan hasil observasi dashboar Ruang Sekartaji dari tanggal 1 April –
15 April 2019 mutu pelayanan di Ruang Sekartaji cukup baik, dimana angka
kejadian yang tidak diinginkan dan angka kesalahan sangat minimal. Berdasarkan
hasil wawancara terhadap perawat, perawatan infus dan perawatan kateter
dilakukan setiap 3 hari sekali.
Berdasarkan hasil wawancara kepada pasien terkait kepuasan dalam
pelayanan ialah pasien merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan, sehingga
menurut kami mutu pelayanan di ruang sekartaji cukup baik, dimana
dilaksanakannya komunikasi terapeutik setiap akan dilakukan tindakan,
melakukan kolaborasi dengan keluarga terhadap tindakan yang akan dilakukan,
serta memberikan kesempatan pasien untuk mengutarakan keluhannya.
Kami mahasiswa mengkaji pada tanggal 15-16 April 2019, Berdasarkan teori
Nursalam (2013), suatu pelayanan keperawatan harus memiliki mutu yang baik
dalam pelaksanaannya, diantara lain : Caring, kolaborasi, kecepatan, empati,
Courtesy, Sincerety, komunikasi teraupetik.
1. Bed Occupancy Ratio (BOR)
BOR / Angka penggunaan tempat tidur adalah presentase pemakaian tempat tidur
pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal
adalah antara 60% - 85%. (Departemen Kesehatan, 2005).
Rumus : Jumlah Tempat Tidur Yang Tersedia
X 100%
Jumlah Tempat Tidur Seluruhnya
a. Jumlah BOR di ruang Sekartaji pada tanggal 15 April 2019
Tabel 2.16 Jumlah BOR Ruang Sekartaji 15 April 2019
No Shift HCU PARU VIP ISOLASI BOR
25
2. Mutu Pelayanan
Berdasarkan hasil observasi dashboar Ruang Sekartaji dari tanggal 1
April–15 April 2019 mutu pelayanan di Ruang Sekartaji cukup baik, dimana
angka kejadian yang tidak diinginkan dan angka kesalahan sangat minimal.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap perawat, perawatan infus dan
perawatan kateter dilakukan setiap 3 hari sekali. Berdasarkan hasil
wawancara kepada pasien terkait kepuasan dalam pelayanan ialah pasien
merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan, sehingga menurut kami
mutu pelayanan di ruang sekartaji cukup baik, dimana dilaksanakannya
komunikasi terapeutik setiap akan dilakukan tindakan, melakukan kolaborasi
dengan keluarga terhadap tindakan yang akan dilakukan, serta memberikan
kesempatan pasien untuk mengutarakan keluhannya.
Kami mahasiswa mengkaji pada tanggal 15-16 April 2019,
Berdasarkan teori Nursalam (2013), suatu pelayanan keperawatan harus
memiliki mutu yang baik dalam pelaksanaannya, diantara lain : Caring,
kolaborasi, kecepatan, empati, Courtesy, Sincerety, komunikasi teraupetik.
a. Indikator
1) Pasien Pulang Paksa
Berdasarkan dashboar Ruang Sekartaji pada tanggal 1 April – 15 April
2019 diperoleh hasil tidak terdapat pasien yang pulang paksa.
2) Kematian pasien >48 jam
Berdasarkan dashboar Ruang Sekartaji pada tanggal 1 April – 15 April
2019 diperoleh kematian pasien >48 perawatan sebanyak 11 pasien.
Kematian pasien <48 jam
Berdasarkan dashboar Ruang Sekartaji pada tanggal 1 April – 15 April
2019 diperoleh kematian pasien <48 jam perawatan sebanyak 5
pasien.
3) Infeksi
a) Plebitis
26
0,2 4 0,8
0,2 4 0,8
TOTAL 1 4
WEAKNESS
1. Rendahnya kedisiplinan 0,4 3 1,2
pengunjung akan tata tertib yang
ada diruangan
2. Tidak adanya pegawai yang
0,3 4 1,2
mengikuti pelatihan manajemen
bangsal
3. Belum terdapat aturan jam kunjung
pasien yang tertera di ruangan 0,3 3 0,9
TOTAL 1 3,3
28
2 M2 (MATERI)
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH/KEKUATAN
1. Mempunyai sarana dan prasarana
0,2 3 0,6 S–W
yang memadai untuk pasien
= 3,7 –
termasuk universal precaution untuk 3,3
perawat.
2. Tersedianya nurse station = 0,4
3. Terdapat administrasi penunjang 0,1 4 0,4
yang memadai seperti buku injeksi
dan TTV,laporan TIM, dll. 0,2 4 0,8
4. Pengelolaan sampah yang memadai:
a. Safety box : Jarum, Ampul, dan
benda tajam lainnya
b. Yellow plastic gol. A : Botol 0,2 4 0,8
infus dan botol kaca
c. Yellow plastic gol. B : Benda
bekas kontak langsung dengan
pasien/sampah medis
d. Black plastic : Sampah non-medis
lainnya
5. Pengelolaan linen kotor yang
memadai :
a. Yellow plastic : linen yang
terpapar cairan tubuh pasien
b. Blue Plastic : linen yang tidak 0,1 3 0,3
terpapar cairan tubuh pasien.
6. Tersedianya box kit emergency
0,2 4 0,8
TOTAL 1 3,7
WEAKNESS/KELEMAHAN
1. Belum tersedianya tirai per bed 0,2 4 1,2
pasien
2. SOP tidak di letakkan di dekat alat
0,2 3 0,9
dan belum di gunakan secara
maksimal
3. Belum terdapat gambar five
moment hand hygiene 0,4 4 1,2
TOTAL 1 3,3
30
TOTAL 1 3
THREATENED/ANCAMAN
1. Adanya tuntutan yang tinggi dari 0,5 4 1,5
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan profesional
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat
0,5 4 1
akan pentingnya kesehatan.
TOTAL 1 2,5
3 M3 (METHODS)
1. Penerapan MAKP
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
S–W
1. RS memiliki visi, misi dan motto
0,2 4 0,8 = 3,6 – 3
sebagai acuan melaksanakan
= 0,6
kegiatan pelayanan
2. Ruang Sekartaji menggunakan
0,2 4 0,8
MAKP dengan metode
modifikasi tim
3. Ketenagaan keperawatan sudah
0,2 4 0,8
memenuhi syarat untuk MAKP
(S1 Keperawatan 7 orang)
4. Mempunyai standar asuhan
0,2 3 0,6
keperawatan
5. Mempunyai protap setiap
0,2 3 0,6
tindakan
TOTAL 1 3,6
WEAKNESS/KELEMAHAN
1. Ronde keperawatan belum 0,5 3 1,5
terlaksanakan
2. Supervisi belum dilaksanakan 0,5 3 1,5
terakhir Desember 2018
TOTAL 1 3
31
TOTAL 1 3,2
WEAKNESS/KELEMAHAN
1. Saat kunjungan ke pasien, 0,3 4 1,2
perawat sudah memperkenalkan
tim yang akan bertukar dinas
tetapi belum secara keseluruhan
2. Saat kegiatan validasi sudah 0,3 3 0,9
terjalin komunikasi antara
perawat dengan pasien tetapi
belum keseluruhan
3. Saat timbang terima rata-rata 0,4 4 1,6
tidak menyebutkan diagnosa
keperawatan
TOTAL 1 3,7
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY/PELUANG
1. Adanya mahasiswa yang 0,5 3 1,5 O-T
melaksanakan praktek profesi = 4 – 2,5
manajemen keperawatan. = 0,5
2. Adanya kerjasama antara 0,5 3 1,5
mahasiswa dengan perawat
ruangan
TOTAL 1 3
THREATENED/ANCAMAN
1. Adanya tuntutan pasien untuk 0,5 2 1
mendapatkan pelayanan
keperawatan profesional.
2. Meningkatnya tuntutan terhadap 0,5 3 1,5
tanggung jawab dan tanggung
gugat perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan.
TOTAL 1 2,5
33
3. Supervisi
a. Internal Faktor (IFAS)
S-W
STRENGTH
= 2,4 – 3
1. Kepala ruangan mendukung
0,3 2 0,6 = -0,6
kegiatan supervisi dan delegasi
demi meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan
2. Adanya tenaga yang kompeten
0,4 3 1,2
untuk menjadi supervisor (Karu,
Katim 1, Katim 2)
3. Adanya kemampuan ruangan
0,3 2 0,6
untuk melakukan pembenahan.
TOTAL 1 2,4
WEAKNESS/KELEMAHAN
1. Kegiatan supervisi belum 0,3 4 1,2
dilaksanakan secara rutin
2. Belum adanya program kegiatan
supervisi yang terjadwal dengan 0,3 3 0,6
baik
3. Belum optimalnya kegiatan
supervisi (aplikasi fair, feed back, 0,2 2 0,4
dan follow up)
4. Belum adanya dokumentasi 0,2 4 0,8
supervisi
TOTAL 1 3
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY O–T
1. Adanya mahasiswa yang praktik 0,4 3 1,2 = 2,7 –
managemen keperawatan 2,5
2. Adanya teguran dari kepala 0,3 2 0,6 = 0,2
ruangan bagi perawat yang tidak
melaksanakan tugas dengan baik
3. Mahasiswa yang melakukan 0,3 3 0,9
tindakan keperawatan di dampingi
oleh perawat
TOTAL 1 2,7
34
THREATENED
1. Tuntutan pasien sebagai konsumen 0,5 3 1,5
untuk mendapatkan pelayanan
yang profesional
2. Adanya perkembangan dalam 0,5 2 1
acuan SOP
TOTAL 1 2,5
4. Sentralisasi Obat
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Telah dilaksanakan sentralisasi S-W
obat 0,2 4 0,8 = 3,7 – 3
2. Tersedianya sarana dan prasrana = 0,7
untuk pengolahan sentralisasi 0,1 4 0,4
obat
3. Kepala ruangan mendukung
sentralisasi obat
4. Adanya lembar observasi 0,1 4 0,4
pemberian obat
5. Adanya buku injeksi 0,1 4 0,4
6. Sudah ada penangggung jawab
tentang sentralisasi obat
7. Terdapat instrument penunjang 0,1 3 0,3
proses sentralisasi obat berupa 0,1 2 0,2
loker obat untuk masing-masing
pasien 0,1 4 0,4
8. Perawat selalu memberikatn
etiket kepemilikan obat
9. Adanya pendokumentasian obat
yang diterima
0,1 4 0,4
0,1 4 0,4
TOTAL 1 3,7
WEAKNESS
1. Belum adanya daftar 0,5 3 1,5
keterangan obat LASA
2. Belum adanya Inform
0,5 3 1,5
Consent terkait sentralisasi obat.
TOTAL 1 3
35
TOTAL 1 3
THREATENED/ANCAMAN
1. Adanya tuntutan dari pasien 0,5 3 1,5
untuk mendapatkan obat sesuai
dengan waktu pemberian
2. Makin tinggi kesadaran
0,5 2 1
masyarakat akan kesehatan
TOTAL 1 2,5
5. Discharge Planning
a. Internal Faktor (IFAS)
S–W
STRENGTH
= 3,5 –
1. Adanya surat kontrol untuk
0,5 4 2 3,1
pasien pulang
= 0,4
2. Adanya kemampuan perawat
0,5 3 1,5
untuk memberikan HE kepada
pasien dan keluarga
TOTAL 1 3,5
WEAKNESS
1. Keterbatasan waktu dan tenaga 0.3 2 0,6
perawat dalam mempersiapkan
perencanaan pasien pulang
2. Pemberian penkes dilakukan 0,4 4 1,6
secara lisan setiap pasien atau
keluarga
3. Tidak menggunakan leaflet yang 0,3 3 0,9
tersedia untuk pasien saat pulang
TOTAL 1 3,1
36
TOTAL 1 2,5
37
WEAKNESS
1. Kegiatan ronde keperawatan 0,3 4 1,2
belum dilakukan.
2. Kurangnya waktu perawat 0,3 3 0,9
dalam melakukan ronde
keperawatan 0,2 3 0,6
3. Tidak adanya kasus-kasus yang
dominan di Irna Sekartaji 0,2 4 0,8
4. Keterbatasan waktu tenaga
kesehatan lain dalam kegiatan
ronde keperawatan
TOTAL 1 3,5
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY O–T
1. Adanya dukungan dari 0,4 4 1,2 = 3,3 – 3
pihak rumah sakit untuk = 0,3
melakukan ronde keperawatan
2. Adanya mahasiswa 0,3 4 1,2
profesi keperawatan yang
melakukan praktek manajemen
keperawatan
3. Adanya kesediaan dari 0,3 3 0,9
keluarga pasien untuk
memperoleh informasi yang di
butuhkan
TOTAL 1 3,3
THREATENED
1. Tuntutan masyarakat untuk 0,5 3 1,5
mendapatkan pelayanan Asuhan
Keperawatan semakin tinggi.
2. Persaingan dalam pemberian 0,5 3 1,5
pelayanan semakin kuat.
TOTAL 1 3
38
7. Dokumentasi Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
S–W
1. Format asuhan keperawatan
0,3 3 0,9 = 3,3 – 3
sudah lengkap
= 0,3
2. Sudah ada sistem
0,3 4 1,2
pendokumentasian SOAP
3. Adanya kemauan perawat untuk
0,2 3 0,6
melakukan pendokumentasian
4. Adanya kesadaran perawat
0,2 3 0,6
tentang tanggung jawab dan
tanggung gugat
TOTAL 1 3,3
WEAKNESS
1. Proses pendokumentasian 0,5 3 1,5
keperawatan sudah dilakukan
akan tetapi pada prosesnya belum
secara optimal.
2. Belum tersedianya format 0,5 3 1,5
pendokumentasian berupa resume
keperawatan
TOTAL 1 3
THREATENED
1. Tingkat kesadaran masyarakat 0,3 3 0,9
akan pentingnya kesehatan
2. Tuntutan masyarakat terhadap 0,3 2 0,6
pelayanan asuhan keperawatan
profesional semakin meningkat
3. Adanya tuntutan tanggung jawab 0,4 2 0,8
dan tanggung gugat dari
masyarakat terhadap pelayanan
masyarakat
TOTAL 1 2,3
8. Penerimaan Pasien baru
a. Interna faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Tersedianya sarana untuk S–W
penerimaan pasien baru 0,5 3 1,5 = 2,5 – 3
2. Penerimaan pasien baru = -0.5
sudah dilakukan secara
optimal yakni perawat lebih 0,5 2 1,0
fokus kepada keadaan pasien
setelah itu baru mengurus
administrasi pasien
TOTAL 1 2,5
WEAKNESS
1. Perawat sudah melakukan
perkenalan diri tetapi belum 0,5 3 1,5
secara keseluruhan pada
semua pasien baru.
2. Belum adanya orientasi
0,5 3 1,5
ruangan bagi pasen baru
TOTAL 1 3
c. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa yang
0,5 2 1,0 O-T
praktek klinik dan profesi di
= 2,5 –
ruang Sekartaji
2,1
2. Kerja sama antar perawat dan
0,5 3 1,5 = 0,4
tenaga medis lainnya
TOTAL 1 2,5
40
THREATENED
1. Adanya tuntutan masyarakat 0,4 3 1,2
untuk mendapatkan
informasi yang jelas tentang
status kesehatan
2. Adanya tuntutan masyarakat
0,3 2 0,6
untuk memperoleh
pelayanan memuaskan
3. Meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang tanggung 0,3 1 0,3
jawab dan tanggung gugat
perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan
TOTAL 1 2,1
M4 (KEUANGAN)
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH/KEKUATAN
1. Pengelolaan RSUD Gambiran
0,3 4 1,2 S–W
Kediri di kelola oleh pemerintah
= 3,7 –
Daerah
2. Pengadaan dana dan operasional 3,5
ruangan didapatkan dari RSUD 0,4 4 1,6 = 0,2
Gambiran Kediri bekerja sama
dengan pasien BPJS ,pasien Umum
dan pasien dengan asuransi
kesehatan yang lain
3. Proses pembayaran administrasi
berlangsung 24 jam. 0,3 3 0,9
TOTAL 1 3,7
b. WEAKNESS/KELEMAHAN
1. Ketika hari libur administrassi
0,5 4 2
di ambil alih oleh perawat yang
bertugas pada saat itu
merangkap sebagai
administrasi.
2. Daftar biaya perawatan dan tarif
0,5 3 1,5
ruangan di Sekartaji belum
tertera.
TOTAL 1 3,5
41
THREATENED/ANCAMAN
1. Adanya tuntutan dari pasien 1 2 2
tentang administrasi yang
terperinci sesuai dengan
tindakan yang di berikan oleh
perawat dan dokter
TOTAL 1 2
M5 (MARKETING) S–W
a. Internal Faktor (IFAS) 0,4 3 1,2 =3–2
STRENGTH/KEKUATAN =1
1. Kepuasan pasien terhadap
pelayanan kesehatan di rumah
0,3 3 0,9
sakit
2. Masarakat bisa menggunakan
jasa BPJS 0,3 3 0,9
3. Sebagai tempat praktik
mahasiswa keperawatan D-3
maupun S-1
TOTAL 1 3
WEAKNESS/KELEMAHAN
1. Tidak ketersediaannya 1 2 2
petunjuk five momen hand
hygine
TOTAL 1 2
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY/PELUANG O–T
1. Sebagai Rumah Sakit rujukan
0,5 3 1,5 =3–2
di Kota Kediri
2. Termasuk Rumah Sakit Tipe B =1
yang sudah ter akreditasi di 0,5 3 1,5
Wilayah Kota Kediri
TOTAL 1 3
THREATENED/ANCAMAN
1. Adanya persaingan dari 1 2 2
Rumah Sakit yang lain dalam
memberikan pelayanan
kesehatan
TOTAL 2
42
Keterangan :
RK = Ronde Keperawatan
SV = Supervisi
PPB = Penerimaan Pasien Baru
DK = Dokumentasi Keperawatan
DP = Discharg Planning
M2 = Material
M4 = Money
MAKP = Model Askep Profesional
M1 = Man
TT = Tmbang Terima
M5 = Market
SO = Sentralisasi Obat
DAFTAR PUSTAKA
44
BAB IV
PELAKSANAAN & EVALUASI
Pada bab ini akan diuraikan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
yang dilaksanakan dalam Praktik Profesi Manajemen Keperawatan di Ruang Sekartaji
RSUD Gambiran Kediri pada tanggal 15 April - 12 Mei 2019. Pelaksanaan MAKP
ditekankan pada komponen utama yaitu (1) Ronde Keperawatan, (2) Supervisi, (3)
Timbang Terima, (4) Discharge Planning, (5) Penerimaan Pasien Baru, (6) Sentralisasi
Obat.
A. Pengorganisasian
Untuk efektifitas pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional dalam
menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum kelompok menyusun
struktur organisasi sebagai berikut:
Ketua Kelompok : Khalid Alfiady
Sekretaris : 1. Nurul Choriah, S. Kep
2. Asti Yulfa Riani, S. Kep
Bendahara : Asri Setiyaningrum, S. Kep
Sie Humas : 1. Purwo Jati Kanaka, S.Kep
2. Viki Setya Nizar, S. Kep
3. M. Berlian Alkindi, S. Kep
4. Nazalia Indah L., S. Kep
5. Laxmita Putri, S. Kep
Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan pengorganisasian dalam
pembagian peran sebagai berikut:
1. Kepala Ruangan
2. Perawat Primer
3. Perawat pelaksana
Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan, setelah pelaksanaan Model Asuhan
Keperawatan Profesional di ruangan.
5. Evaluasi
Dalam penataan ketenagaan kelompok mempersiapkan buku catatan harian jumlah
pasien dan tingkat ketergantungan pasien, konsep penghitungan kebutuhan tenaga
perawat.
a. Evaluasi Struktur
Pelaksanaan evaluasi dengan memberikan kuisioner pada klien yang berisi 22
pertanyaan untuk jawaban “sangat tidak puas” 1, “tidak puas” 2, “puas” 3 dan
47
“sangat puas” 4. Kategori penilaian sangat tidak puas (0%), puas (9%) dan
sangat puas (91%).
b. Evaluasi Proses
Pada pelaksanaan penataan ketenagaan, kelompok mengalami sedikit
hambatan karena terdapat beberapa format belum dipersiapkan waktu
pelaksanaan.
c. Evaluasi Hasil
Kebutuhan tenaga rata-rata per hari selama pelaksanaan praktek manajemen
keperawatan dapat terpenuhi sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien
adalah sebesar 8 pasien di HCU B & C, sedangkan jumlah mahasiswa adalah 9
orang.
Kepala Ruangan
PP I PP II
PA PA
Pasien Pasien
Diagram 4.1 Sistem pemberian Model Asuhan Keperawatan Primer (Marquis & Huston,
1988: 138), Nursalam, 2014.
2. Pelaksanaan
Uji coba penerapan model asuhan keperawatan profesional dilaksanakan pada
minggu kedua hingga minggu ketiga pada tanggal 22 April sampai 5 Mei 2019.
Masing-masing anggota kelompok berperan sebagai Kepala Ruangan, Perawat Primer
& Perawat associate yang dibagi menjadi 3 shift (pagi, siang, malam) dengan peran
yang terjadwal sebagai kepala ruangan, Perawat Primer & Perawat associate. (Jadwal
peran dan jadwal dinas terlampir) jadwal dinas pagi, sore dan malam.
48
1. Dukungan
a. Kepala ruang, pembimbing dan Staf mendukung pelaksanaan model asuhan
keperawatan profesional Primer
b. Adanya kepercayaan pasien terhadap perawat
c. Adanya sarana dan prasarana yang mendukung
d. Adanya SDM yang dapat diandalkan
2. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Melakukan penghitungan jumlah kebutuhan perawat
2) Melakukan penghitungan BOR pasien
3) Melakukan pembagian kriteria ketergantungan pasien : minimal care, partial
care dan total care
b. Evaluasi Proses
1) Terbentuk struktur organisasi primer
2) Terdapat deskripsi tugas dan tanggung jawab PP
c. Evaluasi Hasil
1) Dapat diterapkan model asuhan keperawatan profesional primer
2) Klien puas dengan pelaksanaan MAKP primer
A. Timbang Terima
1. Persiapan
Persiapan timbang terima mulai direncanakan pada minggu pertama. Persiapan
yang dilakukan antara lain:
a. Dibuat proposal timbang terima keperawatan setelah dibentuk penanggung jawab
pelaksanaan timbang terima keperawatan.
b. Menyiapkan kelengkapan status-status pasien untuk dilakukan timbang terima
c. Menyiapkan pelaksanaan timbang terima keperawatan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan timbang terima dilaksanakan secara penuh selama 2 minggu, yaitu
saat penerapan dinas 24 jam menjadi 3 shift, dilaksanakan setiap pergantian shift
(pagi ke sore, sore ke malam, malam ke pagi). Bimbingan senantiasa diberikan oleh
pembimbing akademik dan pembimbing klinik untuk meningkatkan ketrampilan,
pengetahuan dan sikap sehingga pelaksanaan timbang terima bisa berjalan lancar,
sesuai teori dengan aplikasi yang mudah diterapkan.
49
3. Hambatan
Selama pelaksanaan tidak terdapat hambatan yang berarti, karena adanya
koordinasi yang baik antara anggota kelompok yang berperan, namun mahasiswa
masih membutuhkan penyesuaian menyangkut isi timbang terima dan pesan khusus
yang akan disampaikan.
4. Dukungan
Dukungan positif selalu diberikan baik oleh pembimbing akademik,
pembimbing klinik saat pelaksanaan timbang terima keperawatan. Bimbingan dan
arahan selalu diberikan secara langsung ataupun tidak langsung.
5. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Pada pelaksanaan timbang terima, KARU, PP dan PA pagi telah memahami
tugas dan tanggung jawab masing-masing sehingga tidak terjadi kesalahan
prosedur maupun overlapping peran dalam pelaksanaan timbang terima
keperawatan.
Sarana dan prasarana sudah tersedia dan siap digunakan saat pelaksanaan
timbang terima keperawatan meliputi status pasien. Kepala ruangan memimpin
kegiatan timbang terima keperawatan yang dilaksanakan pada pergantian shift, dari
shift pagi ke shift sore.
b. Evaluasi Proses
Proses pelaksanaan timbang terima yang diterapkan sudah sesuai dengan teori
dan konsep timbang terima keperawatan. Timbang terima dilaksanakan setiap
50
dapat dilaksanakan dengan baik. Penerimaan pasien baru dilakukan oleh kepala ruangan,
dan didelegasikan kepada PP dan PA. Pada saat penerimaan pasien baru juga dilakukan
sentralisasi obat dengan memberikan infomed consent tentang pengelolaan obat.
1. Persiapan
a. Menentukan penanggung jawab penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat
b. Menyusun proposal kegiatan penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat dengan
memperhatikan masukan dari pembimbing klinik.
c. Menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan penerimaan pasien
baru dan sentralisasi obat.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat dilakukan pada hari
Selasa 30 April 2019 pukul 14.00 WIB. Penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat
dilakukan langsung pada pasien Tn. B dengan dekompensasi cordis. Penerimaan
pasien baru dan sentralisasi obat dilakukan oleh Khalid Alfiady, S.Kep sebagai Karu,
Asri setiyaningrum, S.Kep sebagai PP, Berlian Alkindi, S.Kep sebagai PA, Viki Setya
Nizar, S.Kep sebagai perawat IGD. Penerimaan pasien baru dihadiri oleh pembimbing
klinik, kepala ruang Sekartaji RSUD Gambiran Kediri dan pembimbing akademik
manajemen. Pada penerimaan pasien baru telah dilakukan orientasi & informed
consent sentralisasi obat, pengkajian dan penetapan masalah keperawatan, serta serah
terima obat.
3. Hambatan
Pelaksanaan penerimaan pasien baru diadakan pada pasien yang sudah ada bukan
pada pasien yang baru datang, namun di setting sesuai alur penerimaan pasien baru
datang, dikarenakan pada jadwal yang telah di buat tidak terdapat pasien baru.
4. Dukungan
Kepala ruangan dan pembimbing klinik mendukung kegiatan penerimaan pasien
baru serta memfasilitasi kegiatan penerimaan pasien baru. Sedangkan sentralisasi
obat, resep langsung dikelola oleh farmasi dan tersentral di ruang sentralisasi obat
sesuai dengan pasien dan selanjutnya dikelola oleh perawat dan terjalin kerja sama
yang baik antara kelompok dengan perawat & farmasi.
5. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar penerimaan pasien
baru, infomed consent sentralisasi obat, format pengkajian, buku status pasien,
serta lembar tata tertib pasien dan pengunjung.
52
b. Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh KARU, PP dan PA.
Sedangkan pada shift sore dan malam dilakukan oleh PA.
2. Evaluasi proses
a. Pasien baru disambut oleh KARU, PP dan PA.
b. KARU membuka dan memperkenalkan perawat yang bertugas dan
memberitahu dokter yang merawat.
c. Pasien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan, perawatan (termasuk
sentralisasi obat), medis, serta tata tertib ruang oleh PP.
d. PP dibantu PA melakukan pengkajian keperawatan dan pemeriksaan fisik
kepada pasien baru.
e. PP merencanakan intervensi yang akan diberikan kepada pasien sesuai dengan
masalah keperawatannya.
f. KARU menutup kegiatan penerimaan pasien baru.
3. Evaluasi hasil
a. Pasien mengetahui tentang perawat yang bertugas dan dokter yang merawat,
mengetahui fasilitas ruangan, perawatan medis, serta tata tertib ruang.
b. Pasien belum menandatangani informed consent penerimaan pasien baru dan
persetujuan sentralisasi obat.
c. Evaluasi proses dan alur role play sudah baik pada penerimaan pasien baru,
namun seharusnya saat operan dari perawat IGD kepada PP ruangan tidak
boleh terlalu lama di bed pasien. Pada saat penjelasan mengenai sentralisasi
obat belum tampak alur pelaksanaanya, harus dilakukan setiap ada pasien baru
dan perlu memperhatikan pendokumentasian pemberian obat dan kontrol sisa
obat. Keluarga pasien harus tahu alur sentralisasi obat dan tanda tangan
keluarga harus ada setiap kali pemberian obat.
C. Supervisi Keperawatan
1. Persiapan
a. Menentukan penanggung jawab supervisi keperawatan.
b. Menyusun proposal kegiatan supervisi dengan menetapkan supervisi tindakan
keperawatan (sentralisasi obat).
c. Menyusun instrumen supervisi sentralisasi obat, format penilaian supervisi dan
lembar hasil kegiatan supervisi.
d. Menyiapkan pelaksanaan kegiatan supervisi keperawatan.
2. Pelaksanaan
53
dengan alur supervisi. Sebelum kegiatan dimulai Karu membuka kegiatan untuk
memberitahukan tentang rencana kegiatan supervisi yang akan dilakukan kepada
PP. Selanjutnya PP dibantu PA menyiapkan format yang digunakan untuk kegiatan
supervisi yaitu proses sentralisasi obat. Setelah persiapan selesai, Karu, PP dan PA
melakukan kegiatan supervisi sesuai dengan peran masing-masing.
c. Evaluasi Hasil
Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala ruangan didokumentasikan dengan
baik namun belum menjelaskan mengenai lembar penilaian supervisi terhadap PP
& belum terdapat skor penilaian pada lembar penilaian. Hasil masukan yang
diberikan oleh pembimbing akademik dan lahan yaitu PP belum menjelaskan
pengertian sentralisasi obat serta tujuan sentralisasi obat. Kepala ruang sudah
dilaksanakannya pembinaan 3F (Fair, Feed Back, Follow Up) namun belum
maksimal.
D. Discharge Planning
1. Persiapan
a. Menyiapkan format discharge planning : resume keperawatan, lembar discharge
planning, leaflet.
b. Mengadakan pendekatan/kontrak dengan pasien dan keluarga mengenai rencana
pelaksanaan discharge planning.
2. Pelaksanaan
Selama praktek manajemen yang dilaksanakan di Ruang Sekartaji, discharge
planning diberikan ketika pasien pulang.
Pelaksanaan discharge planning dimulai pada minggu ketiga namun sebelum
pelaksanaan role play discharge planning tiap pasien yang pulang diberikan health
education. Kegiatan discharge planning yang dihadiri oleh pembimbing klinik
manajemen keperawatan dilaksanakan pada Senin, 29 April 2019 jam 14.00 WIB,
pada Tn.S dengan diagnosa DHF, pesan yang disampaikan meliputi diet/nutrisi yang
harus dikonsumsi, aktifitas dan istirahat, penggunaan obat, dan waktu kontrol. Dalam
pelaksanaan Discharge planning kita juga menyertakan surat kontrol, hasil
pemeriksaan penunjang, dan obat. Kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai dengan
proposal yang telah disusun sebelumnya.
3. Hambatan
Selama dalam melaksanakan kegiatan discharge planning, ada sedikit hambatan
yaitu menunggu resep dan obat.
4. Dukungan
55
b. Evaluasi Proses
Pelaksanaan discharge planning dimulai pada minggu ketiga. Pelaksanaan
discharge planning yang dihadiri oleh pembimbing klinik, kepala ruang Sekartaji
RSUD Gambiran Kediri dan pembimbing akademik manajemen, discharge
planning ini melibatkan Karu, PP, PA, pasien dan keluarga. Setiap peran
menjalankan tugasnya sesuai dengan job description masing-masing namun
masih kurang pemahaman dari masing-masing peran sehingga dalam
penyampaian leaflet PP kurang menjelaskan secara rinci tentang keadaan pasien
dan perawatan di rumah atau ketika terjadi kekambuhan dirumah belum
dijelaskan kepada keluarga harus membawa pasien kemana. PP diperankan oleh
Nurul Choriah, S.Kep, PA diperankan oleh Asri setiyaningrum, S.Kep dan Karu
diperankan oleh Asti Yulfa Riani, S.Kep
c. Evaluasi hasil
Informasi yang disampaikan pada saat discharge planning dapat diterima dan
dipahami oleh pasien dan keluarga. Seharusnya melakukan discharge planning
ketika mulai pasien awal masuk, ketika di rawat hingga pasien pulang, sehingga
pemberian serta penerimaan informasi/pengetahuan lebih maksimal.
yang di rawat di Irna Bougenvile rata-rata lama perawatan hanya 3-7 hari. Sehingga
pada role play Ronde Keperawatan diganti dengan case conference.
Pelaksanaan case conference yang dihadiri oleh pembimbing dilaksanakan
tanggal 19 April 2017 jam 10.00 WIB. Case comference dilaksanakan pada pasien
Tn.S dengan diagnosa medis TB Paru, Serosis Hepatis, HIV/AIDS dengan masalah
keperawatan : bersihan jalan nafas inefektif dan hambatan mobilitas fisik.
3. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Untuk menunjang terlaksananya case conference diperlukan sarana dan
prasarana yaitu antara lain persiapan pasien dengan masalah keperawatan yang
kompleks dan belum teratasi, status pasien dan penyusunan tim case comfrence.
Tim case conference mulai dari Karu, PP1, PP2, anggota PA, Konselor, Dokter
dan Ahli gizi. Persiapan pelaksanaan case conference telah dilakukan satu hari
sebelum pelaksanaan.
b. Evaluasi Proses
Kegiatan case comfrence dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19 April 2017.
Pada saat case comfrence dimulai dengan pembukaan yang dilakukan oleh kepala
ruangan, kemudian PP 1 yang bertanggung jawab terhadap pasien yang dilakukan
case conference menjelaskan status dan data pasien, masalah yang sudah dan
belum terselesaikan, kemudian ditanggapi oleh PP 2 dan melakukan validasi ke
bed pasien. Kemudian semua tim case conference berdiskusi dan membahas
permasalahan yang belum terselesaikan dan langsung ditindaklanjuti. Semua
peserta telah melaksanakan tugas sesuai dengan peran masing-masing secara aktif
dalam memberikan saran.
c. Evaluasi Hasil
Pelaksanaan case conference telah dilaksanakan oleh kelompok yang diikuti
oleh pembimbing klinik dan akademik. Secara umum pelaksanaan case
conference berjalan dengan baik sesuai dengan rencana. Masukan yang diberikan
oleh pembimbing akademik yaitu lebih fokus pada tindakan keperawatan sesuai
dengan masalah keperawatan yang muncul, validasi kurang karena persiapan alat
belum matang. Masukan dari pembimbing klinik yaitu memberikan KIE
pentingnya penggunaan APD (masker) kepada pasien dan keluarga, penyampaian
kegiatan lanjutan yang harus dilakukan pada pasien setelah pelaksanaan ronde.
F. Dokumentasi Keperawatan
57
1. Persiapan
Pengkajian tentang dokumentasi keperawatan dan pendokumentasian askep
dilakukan pada minggu II yaitu tanggal 27 Maret 2017. Dengan kelengkapan format
askep antara lain pengkajian awal pasien rawat inap, analisa data dan intervensi,
catatan terintegrasi (SOAP) yang merujuk pada NANADA, NIC dan NOC, tindakan
keperawatan, grafik umum, lembar observasi, dokumen farmasi pasien, pengkajian
ulang resiko jatuh dewasa, lembar pemeriksaan laboratorium, lembar pemeriksaan
penunjang, rencana pemulangan pasien, resume keperawatan, pernyataan persetujuan
rawat inap dan lembar discharge planning.
2. Pelaksanaan
Selama praktek manajemen yang dilaksanakan di Irna Bougenvile, dokumentasi
yang digunakan berfokus pada diagnosa medis dari pada diagnosa keperawatan.
5. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Sistem pendokumentasian dapat berjalan baik dengan tersedianya format
askep antara lain pengkajian awal pasien rawat inap, analisa data dan intervensi,
58
G. KEPUASAN PASIEN
Pada awal praktek manajemen mahasiswa melakukan membagikan kuesioner
kepada seluruh pasien diruang Bougenvile dengan jumlah pertanyaan 22 soal dan
kriteria penilaian yang digunakan yaitu “Sangat Tidak Puas, Tidak Puas, Puas, Sangat
Puas”. Penilaian kepuasan dilakukan berdasarkan rentang presentasi yang diadopsi
dari kriteria Nursalam 2017, dimana 1 (Sangat Tidak puas), 2 (Tidak Puas), 3 (Puas), 4
(Sangat puas). Hasil survei yang dilakukan pada tanggal 27 Maret - 23 April 2017
terhadap 56 pasien (responden) di Irna Bougenvile kelas III pria dan ruang
Keperawatan Paru, di dapatkan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan perawatan
adalah 1% tidak puas, 38% sangat puas dan 61% puas. Selama 4 minggu melakukan
praktek manajemen diruang Bougenvile dengan jumlah pasien 56 orang. Selama setiap
ada pasien pulang kami memberian kuesioner untuk menilai tingkat kepuasan setelah
dilakukan pelayanan kesehatan selama di ruang Bougenvile RSUD kota Kediri.
59
Sebelum pelaksanaan MAKP kasus sebanyak 25% menyatakan sangat puas dan 75%
menyatakan puas. Responden yang diambil sebelum dilakukannya MAKP adalah 8 orang
yang menjadi kelolaan mahasiswa.
BAB VI
60
6.1. Kesimpulan
MAKP Tim memberikan dampak yang positif terhadap pasien dan keluarga ditandai
dengan tingginya tingkat kepuasan pasien. Hal ini karena MAKP Tim mampu
puas dengan presentasi (30%), dan 1 orang menyatakan kurang puas dengan
presentasi (10%). Setelah dikelola oleh mahasiswa, dari 10 orang pasien didapatkan
mengatakan puas dengan presentasi (40%) dan 2 orang mengatakan cukup puas
Pamenang B RSUD Gambiran Kediri dalam sehari pada shift pagi, siang dan malam
mulai tgl 21-26 Januari 2019: shift pagi 6 orang, shift sore 2 orang, shift malam 2
orang, libur 2 orang, kepala ruangan 1 orang ,wakil kepala ruangan 1 orang dan 1
orang admin. Jumlah total perawat 24 orang dengan rata-rata jumlah pasien 21 orang
setiap harinya. Untuk perhitungan ketenagaan mahasiswa dalam sehari pada shift
pagi, siang dan malam mulai tgl 28 Januari - 10 Februari 2019: shift pagi 2 orang,
61
shift sore 2 orang, shif malam 2 orang dan kepala ruangan 1 orang. Jumlah total
6.1.3. Timbang terima dilaksanakan oleh mahasiswa setiap hari sesuai dengan pergantian
shift, sedangkan untuk di ruangan pelaksanaan timbang terima hanya dilaksanakan saat
shift sore. Timbang terima di ruangan pada hari sabtu dan minggu dilaksanakan hanya
6.1.4 Ronde keperawatan sudah dilaksanakan mahasiswa dengan lancar. Selama proses
pelaksanaan inti dari ronde keperawatan sudah berjalan, seperti adanya proses
terstruktur.
6.1.5. Pengelolahan obat di Ruang Pamenang B RSUD Gambiran Kediri selama praktik
managemen sudah berjalan dengan baik, model yang diterapkan adalah ODD (One
day dose), dimana obat dikelola oleh farmasi yang kemudian diserahkan ke perawat
6.1.6. Supervisi yang dilaksanakan mahasiswa dilakukan secara informal maupun secara
formal. Supervisi secara informal dilakukan saat terdapat situasi yang membutuhkan
formal dilakukan pada tanggal 08 Februari 2019 saat ada role play. Di ruangan lebih
6.1.7. Discharge planning dilakukan mahasiswa setiap ada pasien masuk (PPB), selama, dan
saat pasien pulang atau direncanakan pulang, pendidikan kesehatan dan buku tanda
62
sudah dilakukan penerimaan pasien baru juga pelaksanaan pasien pulang dengan
ketenagaan terkadang menjadi kendala terutama pada shift sore dan malam.
individu, sarana untuk evaluasi, sarana untuk meningkatkan kerjasama antar disiplin
dalam tim kesehatan, sarana pendidikan lanjutan, dan memantau kualitas asuhan
keperawatan.
6.2 Saran
6.2.1. Metode asuhan keperawatan yang diterapkan di Ruang Pamenang B RSUD Gambiran
Kota Kediri berupa MAKP Tim perlu dipertahankan dan ditingkatkan dengan
menyesuaikan tenaga yang ada, karena terbukti mampu memberikan kepuasan bagi
pasien dan keluarga.
6.2.2. Pelaksanaan supervisi perlu dilakukan secara terstruktur dengan jadwal dan format
yang jelas sehingga bisa dilaksanakan dengan baik.
6.2.3. Timbang terima yang dilakukan perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi dengan
tetap mempertimbangkan waktu yang digunakan untuk proses timbang terima
sehingga tidak menimbulkan kejenuhan bagi perawat.
6.2.4. Ronde keperawatan hendaknya diterapkan di Ruang Pamenang B RSUD Gambiran
Kota Kediri, khususnya bila dijumpai pasien dengan masalah yang belum teratasi,
pasien dengan masalah yang kompleks, dan pasien yang belum pernah dirawat.
6.2.5. Pendokumentasian asuhan keperawatan pasien perlu ditingkatkan dengan
memperhatikan prinsip lengkap, akurat, relevan dan baru dengan menyediakan format
khusus untuk asuhan keperawatan.
6.2.6. Discharge planning yang sudah dilakukan harus dipertahankan dan ditingkatkan
kualitasnya sehingga memberikan nilai tambah bagi pasien dan keluarga yang
dirawat.
.6.2.7 Setralisasi obat model ODD perlu dilakukan pada semua pasien, baik obat oral, obat
injeksi, dan cairan dengan penerapan yang lebih sempurna sehingga model ODD