20infiltrasi PDF
20infiltrasi PDF
1. PENDAHULUAN
2. PRINSIP
Gambar 1. Laju infiltrasi sebagai fungsi dari waktu untuk dua tanah
dengan perbedaan kandungan air pada awal infiltrasi
(Sumber: Arsyad, 2000)
-1
dimana: qs (Lt ) = laju infiltrasi pada kondisi kesetimbangan (quasi-steady
3 -1
infiltration rate); Q (L t ) = volume air yang terinfiltrasi per satuan waktu
(the corresponding quasi-steady flow rate); a (L) = radius ring, H (L) =
kedalaman genangan dalam ring pada kondisi kesetimbangan (the steady
depth of ponded water), d (L) = kedalaman/bagian ring yang masuk ke
dalam tanah, C1 =0,361π dan C2 = 0,184 π (merupakan konstanta untuk d
≥ 3 cm dan H ≥ 5 cm), α* = sifat pori tanah/soil macroscopis capilarity
(Tabel 1).
Persamaan (1) mengindikasikan bahwa infiltrasi (quasy-steady
state infiltration) ditentukan oleh konduktivitas hidrolik tanah dalam
keadaan jenuh (Kfs), kedalaman penggenangan (H), kedalaman ring/tinggi
ring yang masuk ke dalam tanah/cylinder insertion depth (d), jari-jari ring
infiltrometer (a), dan panjang pori makro/soil macroscopic capilarity length
(α*). Persamaan tersebut juga mengindikasikan adanya tiga komponen
aliran (quasy-steady flow) pada ring infiltrometer, yaitu aliran yang
disebabkan oleh tekanan hidrostatik dari genangan air dalam ring (term
satu dari persamaan satu bagian kanan), aliran yang dipengaruhi oleh
kapilaritas tanah dalam keadaan tidak jenuh/capilarity suction (term kedua
dari persamaan satu bagian kanan), dan aliran yang dipengaruhi oleh
gravitasi (term ketiga dari persamaan satu bagian kanan). Aliran lateral
(penyimpangan aliran) yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik dan
kapilaritas dinyatakan secara implisit dalam term (C1d+C2a).
Pada kondisi tertentu dimana H=d=0, misalnya pada kondisi
genangan dangkal, maka persamaan (1) dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan yang dikemukakan oleh Wooding dalam Reynolds et al.
(2002), yakni:
Α*
Kategori tekstur dan struktur tanah -1
cm
Kompak, tidak berstruktur, berbahan liat atau lempung; contoh tanah
timbunan (land fill and liners), lacustrine atau tanah marin 0,01
Tanah bertekstur halus (berliat atau berdebu) dan tidak berstuktur;
termasuk juga beberapa tanah berpasir halus 0,04
Sebagian besar tanah berstruktur (most structured soil) dari liat sampai
lempung; juga termasuk pasir halus-sedang tak berstruktur. Sebagian
besar lahan pertanian termasuk dalam kategori ini. 0,12
Pasir kasar dan berbatu; tanah dengan tingkat agregasi tinggi, tanah
dengan banyak rekahan (cracks) dan pori makro. 0,36
3. METODE
3.1. Alat
3.2 Prosedur
constant head
water level (H) ring luar
(penyangga)
Kedalaman
ring (d) a
Wetting front
dari ring
penyangga
wetting front
dari ring pengukur
Tensiometer
(optional) Marriote
reservoir
3.3. Analisis
qs
K fs
H / C1d C 2 a) 1 / * (C1d C 2 a 1
(4)
-3
1,3 x 10 cm
Persamaan (2): K qs
fs 1 /( * C 3 a 1 det
-1
-3
Persamaan (3): Kfs = qs 1,8 x 10 cm
-1
det
Persamaan (4):
qs -3
K 1,2 x 10 cm
fs
H / C 1 d C 2 a ) 1 / * ( C 1 d C 2 a 1 det
-1
3.4. Catatan
1 1 / 2
i St Ks (5)
2
dimana: i = kumulatif infiltrasi; S=S(θo, θi) adalah sorptivity, merupakan
fungsi dari kadar air boundary dan kadar air awal. Cara sederhana untuk
mengukur sorptivity adalah dengan menetapkan kemiringan dari I (laju
1/2
infiltari) versus t pada saat awal (initial values dari t); Ks= konduktivitas
hidrolik dalam keadaan jenuh atau steady infiltrability.
f f c ( f o f c ) e kt (6)
5. DAFTAR PUSTAKA