Anda di halaman 1dari 131

ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL LAGU DAINANG DAN TORTOR NI

HALAK BATAK YANG DIPERTUNJUKKAN DALAM GAYA AKULTURASI


OLEH SIANTAR RAP FOUNDATION

Skripsi Sarjana

Dikerjakan Oleh:

NAMA : SRI REZEKI


NIM : 140707011

Disetujui Oleh
Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D. Drs. Bebas Sembiring,M.Si


NIP : 196512211991031001 NIP : 195703131992031001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2018
PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia ujian Fakutas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah
satu syarat ujian Sarjana Seni (S.Sn.) dalam bidang Etnomusikologi di Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Hari :

Tanggal :

Panitia Ujian: Tanda Tangan

1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. ( )

2. Drs. Bebas Sembiring, M.Si ( )

3. Drs. Fadlin, M.A. ( )

4. Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. ( )

ii
DISETUJUI OLEH:

PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Medan
Program Studi Etnomusikologi
Ketua,

Arifninetrirosa SST., M.A.


NIP. 196502191994032002

iii
PERNYATAAN

Dengan ini saya nyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis disebutkan dalam
daftar pustaka.

Medan, Oktober 2018

Sri Rezeki
NIM. 140707011

iv
ABSTRAK

Skripsi sarjana ini berjudul “Analisis Tekstual dan Musikal Lagu Dainang dan
Tortor Ni Halak Batak yang dipertunjukkan dalam Gaya Akulturasi oleh Siantar Rap
Foundation.” Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis musikal dan makna yang
terkandung pada lagu Dainang dan Tortor Ni Halak Batak yang dibawakan oleh Siantar
Rap Foundation. Untuk menjawab pertanyaan di atas penulis menggunakan teori
semiotik yang dikemukakan oleh Panuti Sudjiman dan Van Zoest (Bakar 2006: 45-52),
teori ini digunakan untuk memahami bagaimana makna diciptakan dan
dikomunikasikan melalui sistem simbol yang membangun peristiwa seni baik dari segi
syair maupun melodi. Kemudian teori Bruno Nettl (1975:35) yang mengatakan bahwa
mentranskripsi musik kedalam bentuk notasi adalah satu-satunya cara yang digunakan
peneliti untuk dapat menganalisis suatu musik.Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 1989:3). Penulis juga berpedoman kepada
pendapat yang dikemukakan oleh Allan P. Merriam yang mengatakan bahwa penelitian
dalam etnomusikologi ada tiga yaitu metode ilmu pengetahuan (methods of science),
kerja lapangan (field work), dan kerja laboratorium (desk word). Adapun hasil yang
diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut. (A) Dari sisi tekstual, lagu Dainang
menggunakan bahasa Batak dan Indonesia, yang memiliki makna konotatif dan
denotatif tertentu. Secara umum makna semiotik dalam lagu ini adalah ekspresi kasih
sayang ibu kepada anaknya. Lagu Tortor Ni Halak Batak menggunakan bahasa Batak,
dan mengandung makna semiotik secara umum sebagai bentuk kecintaan seseorang
kepada gondang dan tortor (seni budaya) Batak. (B) Dari sisi musikal menunjukkan
bahwa lagu Dainang menggunakan tangga nada heptatonic dengan tempo 68 (adagio)
dan lagu Tortor Ni Halak Batak menggunakan tangga nada heptatonic dengan tempo
110 (allegretto).

Kata Kunci: Hiphop, Rap, Siantar Rap Foundation, Pematangsiantar.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat

kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul

“Analisis Tekstual dan Musikal Lagu Dainang dan Tortor Ni Halak Batak yang

dipertunjukkan dalam Gaya Akulturasi oleh Siantar Rap Foundation” adalah sebuah

syarat akhir untuk menyelesaikan perkuliahan di Program Studi Etnomusikologi,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk

mencapai hasil yang terbaik. Namun kemudian penulis menyadari bahwa terdapat

berbagai kekurangan dalam penulisan skripsi ini, hal ini disebabkan oleh keterbatasan

penulis dan pengalaman penulis yang masih kurang. Untuk itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun dari semua pihak terutama dari

dosen pembimbing penulis.

Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Maka

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum., sebagai rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara.

3. Ibu Arifninetrirosa, SST., M.A., selaku ketua Program Studi Etnomusikologi

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., selaku sekteraris Program Studi

Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan

vi
selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan banyak waktu serta

pelajaran dalam menyusun skripsi.

5. Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang

telah memberikan banyak waktu, arahan, saran-saran, dan pelajaran berharga

dalam menulis serta telah membimbing penulis dengan sangat baik sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D.,

Bapak Drs. Irwansyah, M.A., Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si, Ibu Dra.

Heristina Dewi, M.Pd., Bapak Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si, Drs.

Perikuten Tarigan, M. Si., Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., Ph.D,

Bapak Drs. Fadlin, M.A., Ibu Drs. Rithaony Hutajulu, M.A., yang telah

banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama bertahun-

tahun mengikuti perkuliahan. Semoga doa dan berkat dari Bapak dan Ibu

dosen menyertai penulis sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang diterima

kepada masyarakat nantinya.

7. Secara khusus, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua yang sangat

penulis hormati dan sayangi yaitu Bapak Weslin Simatupang, S.Pd dan ibu

Nenty Lenteria Simarmata, S.Pd. Terimakasih atas segala doa, kasih sayang,

kerja keras, semangat, kesabaran, ketabahan, dukungan moril dan material

yang diberikan kepada penulis selama ini sampai penulis dapat

menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Ilmu Budaya jurusan Etnomusikologi

Universitas Sumatera Utara. Terimakasih untuk semua perjuangan yang

vii
diberikan kepada penulis, kiranya Tuhan memberkati dan selalu memberikan

kebahagiaan kepada Bapak dan Ibu.

8. Arwin Manurung, Alfred Klinton Manurung, Alfred Reynaldo Sitanggang,

Petrus Novlin Ulianto Simarmata, Sandy Sinaga, dan Marsius Sitohang

selaku informan penulis. Terimakasih untuk segala informasi yang sudah

penulis terima sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Terimakasih

juga untuk seluruh kru Siantar Rap Foundation dan para Srangers.

9. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada keluarga besar Op.

Zivana Simarmata/br.Manik, Op.Clara Simarmata, dan orang tua angkat

penulis Kasmir Siagian dan Pasu Simarmata. Tak lupa juga untuk paman

penulis P.Siallagan/br.Simangunsong dan ketiga adik penulis Bornok

Siallagan, Jernihta Siallagan dan Golden Siallagan yang selalu memberikan

doa kepada penulis.

10. Terimakasih penulis ucapkan buat kakak kandung penulis, Eva Malina

Simatupang, S.E, M.Si, Dwi Pebrina Simatupang, S.Hut, Astri Floren

Simatupang, Amd dan saudara kembar penulis Wahyu Hasoloan

Simatupang, S.Pd. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan buat

segala motivasi, bantuan, dorongan serta doa yang kakak dan abang berikan,

sehingga penulis bisa menyelesaikan perkuliahan ini. Terimakasih juga

kepada abang ipar penulis M. Siadari dan Darlin Puhut Sihotang yang juga

turut mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi. Tak lupa juga

kepada keponakan penulis Shane Togi Joshua yang sangat penulis sayangi,

terimakasih sudah memberikan kebahagiaan tersendiri kepada penulis di

setiap waktu. Terimakasih juga kepada sepupu saya Yunita Ambarita dan

suami Okman Silaen beserta kedua keponakan penulis Clara Lydia

viii
Chairstiona Silaen dan Chalista Elisia Silaen yang mendoakan dan

memberikan semangat kepada penulis.

11. Kepada sahabat kecil penulis Fitriani Purba dan sahabat di Gereja Evi Tanty

Grace Sipahutar. Terimakasih sudah menjadi sahabat terbaik yang selalu

ada dalam suka dan duka, memberikan dukungan, motivasi dan doa

sehingga penulis selalu bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepada Dhea Vacarey Saragih, terimakasih sudah menjadi adik yang baik

semasa sekolah hingga saat ini dan terimakasih untuk segala bantuan yang

telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Tak lupa kepada Vici Candle Ginting Jawak yang menjadi teman terbaik

semasa SMA, selalu mendengar cerita penulis dan banyak memberikan

canda tawa. Kepada Martina Girsang yang sangat penulis sayangi,

terimakasih sudah menjadi salah satu teman berharga penulis. Terimakasih

juga kepada Rio Simanjuntak, Fransiskus Manurung, Royvin

Simangunsong, Horas Tua Marbun, Wendy Christian Manullang, Samuel

Parlindungan Sidauruk, Roymanto Lingga, Agnes Manullang dan kepada

teman-teman alumni XI IPA 2 SMA Assisi Siantar angkatan 2014 lainnya.

14. Terimakasih untuk Little Fams, Friztian Richard Tobing yang sangat

membantu penulis dalam meyelesaikan skripsi ini denggan memberikan

banyak ide, saran, dan motivasi yang luar biasa, Fey Sinaga yang selalu

menemani penulis saat menulis skripsi ini hingga memberikan tumpangan

untuk tinggal di kontrakan, Gaditri Sagala yang selalu mencairkan suasana

dan memberikan ketenangan kepada penulis, dan Lestari Hutabarat yang

ikut memberikan motivasi kepada penulis. Terimakasih untuk semua doa

ix
dan dukungan yang diberikan, semoga kebersamaan Little Fams selalu

terjaga.

15. Tak lupa juga untuk sahabat penulis dalam pelayanan Kristina Samosir dan

Kasri Situmeang. Terimakasih untuk semua kebersamaan yang telah

terjalin.

16. Kepada sahabat penulis Lisa Yanti Sitorus dan Dolok Purba yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, memberikan

dukungan penuh kepada penulis dan selalu mendoakan penulis. Tak lupa

juga kepada sahabat penulis Po Silalahi, Hendra Siregar, Bestari Natalia

Purba, Marimar Manihuruk, Yohannes Antonio Simorangkir, Dicky

Pratama, Armando Haloho, Sefty Andayani, Reinhard Hutapea dan

Johannes Nababan. Terimakasih untuk segala kebaikan yang diberikan

kepada penulis. Dan terimakasih kepada seluruh mahasiswa etnomusikologi

stambuk 2014 lainnya.

17. Terimakasih juga kepada Yusuf Natanael Silaban, Gopas Valentino

Lumbantoruan, Ary Hutasoit yang banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini dengan memberikan ide dan saran.

18. Penulis juga berterimakasih untuk keluarga Ikatan Mahasiswa

Etnomusikologi (IME), abang kakak stambuk 2011, 2012, 2013, dan adik

stambuk 2015, 2016 Etnomusikologi, USU.

19. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas

semua bantuannya.

x
Akhirnya harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi usaha

peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan di era globalisasi ini, dan menjadi suatu

bahan penelitian selanjutnya yang relevan.

Medan, 2018
Penulis,

Sri Rezeki
NIM. 140707011

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hiphop1 berkembang pada tahun 1970-an yang pada dasarnya lahir dan

tumbuh berkembang di kalangan masyarakat Afro-Amerika2 dan juga Latin-

Amerika. Hiphop pada awalnya tumbuh dikarenakan protes, perlawanan, dan

penyesalan serta kesedihan akan penindasan, dan perbudakan yang dialami oleh

orang-orang kulit hitam di Amerika.

Masyarakat Afro-Amerika ini selama hidup mereka dipekerjakan dengan

paksa tanpa gaji untuk majikannya. Pada saat bekerja pun mereka tidak

diperbolehkan berkomunikasi satu dengan yang lainnya sehingga mereka

merasakan semakin tertekan. Namun sebuah kebijakan dari majikan yang

memberikan kesempatan kepada para budak untuk beribadah pada setiap hari

minggunya, inilah kesempatan para budak dapat berkomunikasi dan menceritakan

pengalaman mereka satu dengan yang lain, ada yang sambil beryanyi ada juga yang

sambil bermain alat musik, mengekspresikan perasaan mereka (Waruwu, 2013:1).

1
Dalam skripsi sarjana ini, istilah hiphop ditulis miring pada penampilan awal saja, karena
dalam tulisan ini akan terus berulang-ulang. Tujuannya adalah untuk mengefisienkan teknik
penulisan. Adapun kata hiphop adalah istilah asing dan bukan bahasa Indonesia, untuk itu perlu
ditulis miring atau italic.
2
Afro-Amerika adalah kelompok etnik keturunan Afrika yang hidup dan tinggal di
Amerika, mereka disebut juga Negro (id.m.wikipedia.org/wiki/Afrika-Amerika#). Amerika Serikat
sendiri adalah negara multietnik, dengan dasar etnisitas pada e pluribus unum. Artinya secara
harfiah “dari banyak menjadi satu,” bersatu dalam segala perbedaan. Selain masyarakat Afro-
Amerika di Amerika Serikat ini juga ada masyarakat Hispanik Amerika, Jews Amerika, dan lain-
lainnya. Etnik asal Amerika adalah Indian dan kemudian datanglah bangsa-bangs Anglosakson dari
Britania Raya.

1
Kebersamaan akan pengalaman hidup yang mereka alami membuat mereka

mulai menceritakan protes mereka akan eksploitasi3 yang mereka hadapi,

menceritakannya dalam lirik, juga bernyanyi melepaskan semua kegundahan,

bahkan ada juga yang menari dengan penuh emosi menumpahkan semua emosi dan

kesakitan yang mereka alami lewat tarian. Inilah yang menjadi cikal bakal tumbuh

dan berkembangnya hiphop di Amerika, dimana musik dijadikan pelarian mereka

sebagai warga yang tertindas.

Budaya hiphop adalah sub-kultur yang mulai muncul karena kekerasan dan

berkembang di lingkungan anak-anak kulit hitam dan hispanic4 yang tinggal di

daerah Bronx di kota New York, Amerika Serikat. Budaya hiphop ditandai dengan

adanya break dance, Rapper (MC), Graffiti, Dj. Musik hiphop punya ciri yang khas

berupa beat drum dan bass yang kuat serta dibumbui dengan lirik-lirik yang

mengalir yang bersifat bercerita.

Isi dari lirik-lirik lagu mereka bercerita akan perbedaan ras yang pada masa

itu sangat menekan dan menindas keberadaan dan perbedaan antara keturunan

Afrika yang berkulit hitam dengan keturunan kulit putih Amerika. Tidak jarang

juga lirik-lirik bercerita tentang perjuangan dan penolakan terhadap kebijakan-

kebijakan pemerintah. Masa awal bertumbuhnya hiphop ini tidak jarang mereka

secara frontal menolak kebijakan itu dengan menuangkan kata-kata kotor dan

hujatan di dalam liriknya, namun dewasa ini semua perjuangan itu seakan sirna tak

berarti lagi. Hiphop pada masa sekarang ini (khususnya pada masa awal abad ke-

3
Eksploitasi dalam konteks ini adalah pemerasan, penindasan, perbudakan, dan lain-lain,
yang memberangus hak-hak mereka dan menafikan sisi kemanusiaan universal.
4
Hispanik atau dalam bahsa Inggris Hispanic adalah sebutan untuk keturunan Latin di
Eropa yang tinggal di Amerika.

2
21) kebanyakan bercerita tentang cinta, bercerita tentang apa yang terjadi disekitar

mereka, dan kehidupan sehari-hari. Dewasa ini hiphopers juga telah menjadikan

hiphop itu sebagai gaya hidup yang sangat glamor, berbeda dari hiphop awalnya,

dewasa ini hiphop menjadi ajang fashion, mereka mengenakan pakaian-pakaian

yang mewah dan mahal, menggunakan aksesoris yang blink-blink (seperti cincin,

kalung, sepatu, dan lain sebagainya), serta menggunakan mobil mewah merupakan

ciri khas dari hiphop. Mereka mengekspresikan seni musikal mereka dengan

fashion, dikarenakan musik mereka pun sekarang telah menjadi musik mahal yang

menuntut untuk memiliki gaya/style yang glamor.

Di Indonesia, hiphop telah merebak dan meng-influence anak-anak muda.

Dimulai dengan diproduksinya beberapa album hiphop di Indonesia pada awal

tahun 1990-an, dan artis hiphop Indonesia adalah pada masa itu adalah Iwa K, Boys

Got No Brain dan NEO. Tahun 2000-an Saykoji dan Mista D ikut memeriahkan

dunia hiphop Indonesia yang membuat musik hiphop tampil beda, dimana dengan

lirik-lirik nyleneh dan dapat mengundang tawa (sumber: Wikipedia.org)

Satu kunci yang mendasari perbedaan antara hiphop Indonesia dengan

hiphop Amerika adalah dari segi bahasa. Rapper Indonesia kebanyakan

menggunakan bahasa Indonesia dalam lirik-liriknya, serta mencampurkan juga

bahasa slang dan bahasa ibu di dalam karya mereka. Dalam pemilihan kata juga

kebanyakan rapper Indonesia memilih menggunakan kata-kata yang sopan dan

tidak terlalu vulgar, dan jarang sekali mengangkat tema-tema tentang kekerasan dan

seks bebas. Walau pada masa itu rapper-rapper Amerika lebih banyak mengangkat

tema tentang ketidakpuasaan rasial (Afro-Amerika), rapper Indonesia lebih banyak

3
mengangkat tentang ketidakpuasan pemerintahan pada masa itu (Orde Baru).

Termasuk juga para rapper di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.

Di kota Pematangsiantar ada sebuah grup yang beraliran hiphop/rap yang

bernama Siantar Rap Foundation. Grup ini terbentuk pada tanggal 16 Agustus

2013. Terbentuknya grup ini berawal ketika Arwin Manurung atau yang dikenal

dengan nama Awenz yang juga merupakan seorang rapper asal Pematangsiantar

mencoba untuk memadukan musik tradisional Batak Toba dengan unsur hiphop/rap

dan. Awenz melatih dan mengamati beberapa anak muda yang ingin belajar rap/hip

hop dengannya. Berkat kegigihan beliau berhasil menemukan 4 orang yang akan

menjadi anggota Siantar Rap Foundation atau biasa disingkat dengan SRF, mereka

adalah Alfred Klinton Manurung atau dikenal dengan Alfred Phobia, Diknal Sitorus

atau dikenal dengan D.I.C, Alfred Reynaldo Sitanggang atau dikenal dengan Alfred

Rey, dan Petrus Novlin Ulianto Simarmata atau dikenal dengan P.N.Si.

Menurut Koentjaraningrat, pengertian akulturasi adalah proses sosial yang

terjadi jika terdapat kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan

dengan kebudayaan asing. Kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan

diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur

kebudayaan kelompok itu sendiri. Hal inilah yang dilakukan oleh Siantar Rap

Foundation. Memadukan unsur musik tradisi Batak Toba dengan unsur musik

hiphop atau rap modern.

Pada umumnya lagu Batak Toba yang dinyanyikan oleh penyanyi Batak lain

diiringi dengan alat musik keyboard, saxophone, gitar, bass, drum, sulim, taganing,

dan lain sebagainya. Namun berbeda dengan Siantar Rap Foundation, materi musik

4
yang mereka bawakan disetiap album memadukan unsur tradisional Batak seperti

taganing, hasapi, ogung, sulim, dan sarune dengan unsur musik hiphop atau rap

modern. Grup ini merupakan pelopor pertama grup Batak Rap yang memberikan

nuansa baru pada musik Batak. Grup ini membawakan lagu-lagu Batak yang

sebelumnya sudah pernah dipopulerkan dan mereka memiliki beberapa lagu yang

diciptakan oleh mereka sendiri dan mengemasnya dalam album.

Kemudian penulis tertarik untuk mengkaji keberadaan hiphop ini, seperti

juga yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam konteks perkembangan ilmu-ilmu di

dunia, adalah seperti uraian pada wikipedia berikut ini.

Hip hop studies is a multidisciplinary field of study that


encompasses sociology, anthropology, communication and rhetoric
studies, religious studies, cultural studies, critical race theory,
missiological studies, art history, dance, musicology, ethnomusico-logy,
music theory, and gender studies. The term "hip hop studies" began
circulating in the mid-2000s, and though it is not clear who first coined
the term to label the field, the field of hip hop studies is oft cited as
having been crystallized by the publication of That's the Joint!: The Hip
Hop Studies Reader in 2003. That's the Joint! includes approximately
25 years of scholarship, criticism, and journalism. The publication of
this anthology was unprecedented, and highlights the evolving and
continuous influence of "one of the most creative and contested
elements of global popular culture since its advent in the late 1970s."
The publication of the first edition of That's the Joint! marked a
consolidating moment for the field of hip hop studies because it brought
together key writings on hip hop from a diversity of hip hop authorities
(https://en.wikipedia.org/wiki/Hip-hop_in_ acade-mia).

Dari kutipan paragraf di atas, selama ini dalam konteks ilmu pengetahuan, studi

terhadap hiphop adalah bidang studi multidisiplin yang mencakup disiplin-disiplin:

sosiologi, antropologi, komunikasi dan retorika, studi agama, studi budaya, teori ras

kritis, studi misiologi, sejarah seni, tari, musikologi, etnomusikologi, teori musik,

dan studi gender. Istilah "studi hiphop" mulai beredar pada pertengahan tahun

5
2000-an, dan meskipun tidak jelas siapa yang pertama kali menciptakan istilah itu

untuk memberi labelnya, bidang studi hip hop sering dikutip sebagai telah

dikristalkan oleh publikasi yang berjudul That's the Joint!: The Hip Hop Studies

Reader pada tahun 2003. Untuk kajian ini disediakan beasiswa, kritik, dan

jurnalisme yang dilakukan selama 25 tahun. Publikasi antologi ini belum pernah

terjadi sebelumnya, dan menyoroti pengaruh yang terus berkembang dan terus

menerus dari "salah satu unsur budaya populer global yang paling kreatif dan

dipertentangkan sejak kemunculannya pada akhir 1970-an." Publikasi edisi pertama

That's The Joint! menandai momen konsolidasi untuk bidang studi hiphop karena

menyatukan tulisan-tulisan kunci pada hiphop dari keragaman otoritas hiphop.

Jadi apa yang penulis lakukan dalam mengkaji hiphop ini juga menjadi

bahagian dalam konteks pengembangan disiplin ilmu etnomusikologi dalam

konteks multidisiplin ilmu. Dalam hal ini ilmu utama etnomusikolog, ditambah

bahasa, antropologi, sosiologi, dan lainnya.

Satu hal yang menarik lainnya dari hiphop yang disajikan oleh Siantar

Rap Foundation, hanya memberikan warna, bukan sebagai identitas hiphop yang

kuat. Para musisinya lebih mengutamakan sajian dalam gaya musik populer Batak,

dan mengadopsi juga unsur-unsur musik tradisi Batak. Inilah fenomena yang akan

penulis kaji. Adapun lagu yang menjadi sampling adalah lagu Dainang dan Tortor

Ni Halak Batak, dengan alasan pada kedua lagu ini terdapat unsur-unsur musik

akulturasi seperti telah disebutkan, yakni musik tradisi Batak Toba, musik populer

Batak, dan hiphop.

6
Melihat dari lagu yang dibawakan oleh SRF sangat berbeda dengan lagu

Batak Toba yang biasanya dibawakan dalam musik pop, maka penulis merasa

tertarik untuk menyusun tulisan ini dengan judul: “Analisis Tekstual dan

Musikal Lagu Dainang dan Tortor Ni Halak Batak yang dipertunjukkan dalam

Gaya Akulturasi oleh Siantar Rap Foundation.”

1.2 Pokok Permasalahan

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana unsur musikal dalam lagu Dainang dan Tortor Ni Halak

Batak yang dibawakan oleh Siantar Rap Foundation?

2. Apa makna tekstual pada lagu Dainang dan Tortor Ni Halak Batak yang

dibawakan oleh Siantar Rap Foundation?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu:

1. Untuk menganalisis musikal yang terkandung pada lagu Dainang dan

Tortor Ni Halak Batak yang dibawakan oleh Siantar Rap Foundation.

2. Untuk menganalisis makna lagu Dainang dan Tortor Ni Halak Batak

yang dibawakan oleh Siantar Rap Foundation.

7
1.3.2 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana di

Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara.

2. Sebagai proses pengaplikasian ataupun pengembangan ilmu yang di

peroleh penulis selama mengikuti perkuliahan di Program Studi

Etnomusikologi.

3. Sebagai referensi untuk peneliti lainnya yang mempunyai topik

keterkaitan dengan judul penelitian.

4. Sebagai bahan untuk mengenalkan grup Siantar Rap Foundation.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Menurut R. Merton dalam Koentjaraningrat, konsep merupakan defenisi

dari apa yang perlu diamati. Konsep juga merupakan unsur pokok dari suatu

penelitian (Koentjaraningrat, 1987:36). Konsep diperlukan untuk memberikan

pemahaman yang sama sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda

antara penulis dan pembaca. Oleh sebab itu penulis akan menguraikan konsep yang

berhubungan dengan tulisan ini.

Menurut Nardy bahwa pengertian akulturasi (acculturation atau culture

contact) adalah proses sosial yang timbul jika suatu kelompok manusia dengan

kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing dengan

8
sedemikian rupa, sehingga unsur kebudayaan asing lambat laun diterima dan diolah

ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian

kebudayaan sendiri. Akulturasi yang terjadi pada penulisan ini adalah musik hiphop

yang diterima oleh masyarakat Batak Toba khususnya pada grup Siantar Rap

Foundation dengan memadukan musik etnik Batak Toba tanpa meninggalkan

musik Batak Toba itu sendiri.

Merriam (1964:187) berpendapat bahwa teks merupakan bagian yang utuh

dari musik dan terdapat potongan bukti yang jelas bahwa bahasa yang digunakan

dalam hubungannya dengan musik berbeda dari wacana ilmiah biasa. Sesuai

dengan judul tulisan ini, penulis akan menganalisa makna dari teks lagu Dainang

dan Tortor Ni Halak Batak yang dibawakan oleh Siantar Rap Foundation. Penulis

memilih ke dua lagu tersebut karena lagu Dainang merupakan salah satu lagu

andalan dalam album pertama yang diminati oleh banyak masyarakat dengan lirik

yang siapa saja mendengarnya akan tersentuh pada lagu ini dan lagu Tortor Ni

Halak Batak merupakan lagu pop Batak yang sudah lama tidak terdengar dan

Siantar Rap Foundation membawa lagu ini kembali yang dirilis dalam single.

Menurut Speer, 2005, hal. 2 dalam tulisannya yang berjudul Computable

Theories of Music Analysis mengatakan bahwa analisa musik adalah suatu proses

kompleks yang perlu meletakkan secara bersama informasi tentang berbagai aspek

musik. Teori formal tentang analisa musik biasanya tidak menunjuk semua aspek

ini, hanya memilih satu aspek saja, sebab masing-masing aspek mempunyai

kesulitan sendiri. Konsep analisis ini digunakan penulis sebagai panduan dalam

9
menganalisa struktur musik lagu Dainang dan Tortor Ni Halak Batak yang

dibawakan oleh Siantar Rap Foundation.

1.4.2 Teori

Bentuk dan struktur lagu, menurut Nettl (1964:146-147) yang dialih

bahasakan oleh Nathalian H.P.D Putra, bentuk adalah hubungan-hubungan diantara

bagian-bagian dari sebuah kompisisi, termasuk hubungan di antara unsur-unsur

melodis dan ritmis. Untuk menganalisa sebuah komposisi, terlebih dahulu harus

mengelompokkannya sesuai dengan bagian-bagiannya, patokan-patokan yang dapat

dipakai dalam pembagian tersebut adalah (1) pengulangan komposisi biasa

dianggap sebagai satu unit, (2) frase-frase dan istirahat, (3) pengulangan dengan

perubahan (umpamanya transposisi lagu atau pengulangan pola ritme dengan nada-

nada lain). Bruno Nettl juga mengatakan bahwa untuk mendeskripsikan komposisi

musikal harus memperhatikan unsur-unsur berikut (1) perbendaharaan nada, (2)

tangga nada (Inggris: modus), (3) tonalitas, (4) interval, (5) kontur melodi, (6)

ritme, (7) tempo, dan (8) bentuk. Teori musik ini diharapkan dapat menuntun dalam

menganalisa data-data dalam tulisan ini.

Untuk mendalami makna teks lagu-lagu Batak Toba yang dibawakan

Siantar Rap Foundation penulis menggunakan teori semiotik. Istilah kata semiotik

ini berasal dari bahasa Yunani, semeioni. Panuti Sudjiman dan van Zoest (bakar

2006: 45-52) menyatakan bahwa semiotika berarti tanda atau isyarat dalam satu

sistem lambang yang lebih besar. Teori semiotik adalah sebuah teori mengenai

lambang yang dikomunikasikan.

10
Sebuah definisi unik dan penuh makna pernah diusulkan oleh seorang

penulis dan pakar semiotika kontemporer, yakni Umberto Eco. Ia mendefinisikan

semiotika sebagai sebuah disiplin yang mengkaji segala sesuatu yang dpat

digunakan untuk berbohong (Eco, 2009:7). Meski terkesan bermain-main dan tidak

serius, ini merupakan definisi yang cukup mendalam karena ternyata kita memiliki

kemampuan untuk merepresentasikan dunia dengan cara apa pun yang kita

inginkan melalui tanda-tanda, pun dengan cara-cara penuh dusta atau yang

menyesatkan (Danesi, 2010:33). Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang

pemikir strukturalis yang gencar mempraktekkan model linguistik dan semiologi

Saussurean. Ia juga intelektual dan kritikus sastra Perancis yang ternama. Roland

Barthes adalah tokoh strukturalis terkemuka dan juga termasuk ke dalam salah satu

tokoh pengembang utama konsep semiologi dari Saussure. Bertolak dari prinsip-

prinsip Saussure, Barthes menggunakan konsep sintagmatik dan paradigmatik

untuk menjelaskan gejala budaya, seperti sistem busana, menu makan, arsitektur,

lukisan, film, iklan, dan karya sastra. Ia memandang semua itu

sebagai suatu bahasa yang memiliki sistem relasi dan oposisi. Beberapa kreasi

Barthes yang merupakan warisannya untuk dunia intelektual adalah konsep

konotasi yang merupakan kunci semiotik dalam menganalisis budaya, dan konsep

mitos yang merupakan hasil penerapan konotasi dalam berbagai bidang dalam

kehidupan sehari-hari. Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan

pengaruh pada bidang-bidang seni rupa, seni tari, seni film, desain produk,

arsitektur, termasuk desain komunikasi visual.

11
Dalam menganalisis lagu Dainang dan Tortor Ni Halak Batak yang

dibawakan oleh Siantar Rap Foundation, penulis menggunakan teori semiotik

Barthes terutama melakukan pemaknaan teks melalui aspek konotasi (makna

harfiah dari teks) dan makna denotasi (makna dalam konteks sosial dan budaya)

dari teks nyanyian tersebut.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk

mendapatkan data-data yang sesuai dengan fakta dan kebenaran yang ada

dilapangan. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 1989:3). Penulis memilih

metode kualitatif karena menganggap bahwa metode ini akan memberikan hasil

yang sesuai dengan yang penulis harapkan karena hasil informasi dan data yang

diperlukan dapat terkumpul dengan maksimal.

Penulis juga berpedoman kepada pendapat yang dikemukakan oleh Alan P.

Merriam yang mengatakan bahwa penelitian dalam etnomusikologi ada tiga yaitu

metode ilmu pengetahuan (methods of science), kerja lapangan (field work), dan

kerja laboratorium (desk word).

1.5.1 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan untuk menjadi kerangka acuan di dalam

penulisan juga untuk melengkapi data-data. Koentjaraningrat (2009:35)

12
menyatakan bahwa studi pustaka bersifat penting karena membantu penulis untuk

menemukan gejala-gejala dalam objek penelitian. Melalui studi pustaka, penulis

sebagai peneliti diperkaya dengan informasi-informasi yang terdapat dalam

berbagai sumber buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

Studi kepustakaan perlu dilakukan untuk mengumpulkan data-data dan

sumber bacaan yang mendukung penelitian. Sumber bacaan ini dapat berupa buku-

buku, skripsi etnomusikologi, jurnal, maupun bacaan-bacaan yang diperlukan

dalam mendukung penelitian.

Dalam hal ini penulis telah membaca skripsi sarjana Etnomusikologi

(Waruwu, Evendi Januar Salomowa. 2013. Rap: Eksistensi dari sebuah Perjuangan

Lewat Lirik dalam Hip Hop: Kajian Struktur Tekstual) yang mendukung kepada

penulisan skripsi ini. Selain itu penulis mencari sumber data dari internet dengan

kata kunci World Wide Web (WWW).

1.5.2 Kerja Lapangan

Dalam kerja lapangan (field work), penulis melakukan kerja lapangan

dengan observasi langsung ke daerah penelitian yaitu kota Pematangsiantar. Kerja

lapangan ini mencakup: wawancara, observasi, dan perekaman data di lapangan.

1.5.2.1 Wawancara

Salah satu metode yang digunakan adalah wawancara kepada narasumber.

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal seperti percakapan yang

bertujuan memperoleh informasi. Wawancara ini semi terstruktur, dengan maksud

13
agar proses wawancara dapat berjalan dengan lebih santai dan terbuka, namun tetap

rapi.

Wawancara adalah teknik mengumpulkan data yang digunakan peneliti

untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan

berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti

(Mardalis, 2006:64). Dalam wawancara, penulis menetapkan narasumber, yaitu

Arwin Manurung, beliau sosok yang melahirkan grup Siantar Rap Foundation.

Alfred Klinton Manurung, beliau merupakan salah satu anggota grup Siantar Rap

Foundation. Selain itu, penulis juga mewawancarai beberapa anggota yang terlibat

pada setiap penampilan grup Siantar Rap Foundation.

1.5.2.2 Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan

pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan

yang dilakukan (Riduwan, 2004:104). Observasi dalam penelitian sangat penting

karena untuk menunjang data-data penelitian agar lebih akurat. Observasi dilakukan

secara langsung maupun tidak langsung.

1.5.2.3 Perekaman Data

Dalam hal ini penulis melakukan perekaman audio dan video. Perekaman

audio dan video dilakukan dengan aplikasi rekaman yang terdapat dalam

smartphone LG X Power.

14
1.5.3 Kerja Laboratorium

Pelaksanaan kerja laboratorium penulis akan mengumpukan data mulai dari

wawancara, dokumentasi dan perekaman yang di urai secara rinci, detail sehingga

dilakukan dengan pendekatan emik dan etik. Data perekaman audiovisual menjadi

objek yang diteliti oleh penulis dengan cara ditranskripsikan apa yang didengar dan

menuliskannya kedalam notasi balok.

Selanjutnya data tersebut diklarifikasikan dan dibentuk sebagai data. Data

tersebut diperbaiki dan diperbaharui agar tidak rancu sesuai objek penelitian dalam

menulis skripsi. Pengelolaan data ini dilakukan bertahap, karena data-data tersebut

tidak dapat diperoleh sekaligus. Data-data tersebut juga merupakan data yang

diperlukan sesuai dengan kriteria etnomusikologi.

1.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian penulis di kota Pematangsiantar karena kasus dan

informan yang penulis tentukan bertempat di Pematangsiantar. Adapun fokus

perhatian pada dua peristiwa. Pertama pertunjukan yang dilakukan pada HUT

Pematangsiantar. Yang ke dua pertunjukan di Patarias Coffe Shop.

15
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN KEHIDUPAN PENDUDUK KOTA
PEMATANGSIANTAR SERTA MASUKNYA HIPHOP

2. 1 Deskripsi Kota Pematangsiantar

2.1.1 Sejarah Kota Pematangsiantar

Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar

merupakan Daerah kerajaan. Pematangsiantar yang berkedudukan di Pulau Holing

dan raja terakhir dari dinasti ini adalah keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sang

Nawaluh Damanik yang memegang kekuasaan sebagai raja tahun 1906.

Di sekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan

tempat tinggal penduduk diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Bayu, Suhi

Kahean, Pantoan, Suhi Bah Bosar, dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian

menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu :

1. Pulau Holing menjadi Kampung Pematang

2. Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota

3. Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol, Kampung Melayu,

Martoba, Sukadame, dan Bane

4. Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba

dan Martimbang

Setelah Belanda memasuki Daerah Sumatera Utara, Daerah Simalungun

menjadi daerah kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah

kekuasaan raja-raja. Kontroleur Belanda yang semula berkedudukan di

Perdagangan, pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu

16
Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang

baru, bangsa Cina mendiami kawasan Timbang Galung dan Kampung Melayu.

Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar. Kemudian pada

tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No. 285 Pematangsiantar berubah

menjadi Gemente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939

berdasarkan Stad Blad No. 717 berubah menjadi Gemente yang mempunyai

Dewan.

Pada zaman Jepang berubah menjadi Siantar State dan Dewan dihapus.

Setelah Proklamasi kemerdekaan Pematangsiantar kembali menjadi Daerah

Otonomi. Berdasarkan Undang-undang No.22/ 1948 Status Gemente menjadi Kota

Kabupaten Simalungun dan Walikota dirangkap oleh Bupati Simalungun sampai

tahun 1957.

Berdasarkan UU No.1/ 1957 berubah menjadi Kota Praja Penuh dan dengan

keluarnya Undang-undang No.18/ 1965 berubah menjadi Kota, dan dengan

keluarnya Undang-undang No. 5/ 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di

Daerah berubah menjadi Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1981 Kota Daerah Tingkat

II Pematangsiantar terbagi atas empat wilayah kecamatan yang terdiri atas 29

Desa/Kelurahan dengan luas wilayah 12,48 Km2 yang peresmiannya dilaksanakan

oleh Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1982.

17
Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu :

1. Kecamatan Siantar Barat

2. Kecamatan Siantar Timur

3. Kecamatan Siantar Utara

4. Kecamatan Siantar Selatan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1986 tanggal 10 Maret

1986 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar diperluas menjadi 6 wilayah

kecamatan, dimana 9 desa/ Kel dari wilayah Kabupaten Simalungun masuk

menjadi wilayah Kota Pematangsiantar, sehingga Kota Pematangsiantar terdiri dari

38 desa/kelurahan dengan luas wilayah menjadi 70,230 Km2 Kecamatan-

kecamatan tersebut yaitu :

1. Kecamatan Siantar Barat

2. Kecamatan Siantar Timur

3. Kecamatan Siantar Utara

4. Kecamatan Siantar Selatan

5. Kecamatan Siantar Marihat, dan

6. Kecamatan Siantar Martoba

Selanjutnya, pada tanggal 23 Mei 1994 dikeluarkan kesepakatan bersama

Penyesuaian Batas Wilayah Administrasi antara Kota Pematangsiantar dan

Kabupaten Simalungun dengan SKB Bersama No : 1994/4620/1361994/ 3140/136.

Adapun hasil kesepakatan tersebut adalah wilayah Kota Pematangsiantar menjadi

seluas 79,9706 Km2.

18
Pada tahun 1997 Wilayah Administrasi di Kota Pematangsiantar mengalami

perubahan status sesuai dengan SK yang meliputi:

(a) SK Gubsu No. 140. 050. K/ 97 tertanggal 13 Pebruari 1997 dan

direalisasikan oleh SK Walikota KDH Tk II Kota Pematangsiantar

No.140/1961/Pem/97 tertanggal 15 April 1997 tentang: Pembentukan Lima

Kelurahan Persiapan di Kec. Siantar Martoba.

 SK Gubsu No.140/ 2610. K/95 tertanggal 4 Oktober 1995 serta

direalisasikan oleh SK WaliKota KDH Tk II Kota Pematangsiantar No.140/

1961 /Pem /97 tertanggal 2 Juli 1997 tentang Perubahan Status 9

Sembilan) Desa Menjadi Kelurahan.

Sehingga pada tahun 1997 wilayah administrasi Kota Pematangsiantar

menjadi 43 Kelurahan.

Pada tahun 2007, diterbitkan 5 Peraturan Daerah tentang pemekaran

wilayah administrasi Kota Pematangsiantar yaitu:

1. Peraturan Daerah No.3 tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Siantar

Sitalasari

2. Peraturan Daerah No.6 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan

Siantar Marimbun

3. Peraturan Daerah No.7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Bah

Sorma

4. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan

Tanjung Tongah, Naga Pitu dan Tanjung Pinggir

19
5. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tetang Pembentukan Kelurahan

Parhorasan Nauli, Sukamakmur, Marihat Jaya, Tong Marimbun, Mekar

Nauli dan Nagahuta Timur

Dengan demikian jumlah Kecamatan di Kota Pematangsiantar ada sebanyak

8 (delapan) kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak 53 (lima puluh tiga)

Kelurahan.

2.1.2 Lokasi dan Keadaan Geografis Kota Pematangsiantar

Kota Pematangsiantar merupakan Kotamadya Tingkat II dan juga sebagai

kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Utara. Kota ini menjadi lebih strategis

karena dikelilingi oleh Kabupaten Simalungun yang merupakan salah satu

Kabupaten di Sumatera Utara Kedudukan Kabupaten Simalungun disini sebagi

daerah penyokong perekonomian kota Pematangsiantar. Bahkan hasil dari

pertanian, perkebunan, peternakan, dan segalanya dibawa masuk kekota untuk

memenuhi kebutuhan pokok warga dikota.

20
Tata letak dari kota ini juga tergolong strategis. Letak kantor-kantor

pemerintahan dengan pusat perdagangan, pusat perindustrian, perhotelan dan

sebagainya sangat berdekatan. Sehingga dapat diakses dengan cukup mudah,

ditambah dengan sarana transportasi yang sangat memadai. Kawasan wisata yang

menjadi andalan provinsi Sumatera Utara adalah Danau Toba. Untuk mencapai

daerah tersebut para pengunjung harus melewati kota Pematangsiantar. Kota

Siantar sering disebut sebagai kota persinggahan atau transit bagi wisatawan.

Ketika hari libur besar tiba, maka kota Siantar dipadati dengan pengunjung yang

ingin berlibur ke Danau Toba. Kota Pematangsiantar memiliki keberagaman suku

dan etnis. Suku Simalungun dan Batak Toba menjadi suku dominan di

Pematangsiantar. Lalu juga terdapat suku Mandailing, Minang, Karo, Jawa,

Melayu, dan Tionghoa.

21
Data dari BMKG Kota Pematangsiantar mengenai letak geografis Kota

Pematang Siantar sendiri bertitik di garis 2° 53’ 20” - 3° 01’ 00” Lintang Utara dan

99° 1’00” – 99° 6’ 35” Bujur Timur, dan berada tepat di Tengah-tengah wilayah

Kabupaten Simalungun. Luas daratan kota Pematangsiantar sendiri mencapai

79,971 Km², terletak di ketinggian 400 – 500 meter di atas permukaan laut (Mdpl).

Berdasarkan luas kota Pematangsiantar, kecamatan yang terluas adalah Kecamatan

Siantar Sitalasari dengan luas wilayah 22,723 km² atau sama dengan 28,41% dari

total luas wilayah kota Pematangsiantar.

2.1.3 Luas Wilayah Kota Pematangsiantar

Berdasarkan dengan peraturan pemerintah No. 35 tahun 1982 mengenai

kota daerah Tingkat II Pematangsiantar terbagi atas empat wilayah kecamatan.

Terdiri atas 29 Desa atau Kelurahan dengan luas wilayah 12,48 km² yang

peresmiannya dilaksanakan oleh Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 17 maret

1982. Kecamatan-kecamatan tersebut di antaranya:

1. Kecamatan Siantar Timur,

2. Kecamatan Siantar Barat,

3. Kecamatan Siantar Utara,

4. Kecamatan Siantar Selatan.

Berselang beberapa tahun kemudian dengan dikeluarkannya peraturan

pemerintah No 15 tahun 1986 tanggal 10 Maret. Kota daerah Tingkat II

Pematangsiantar diperluas kawasannya menjadi 6 kecamatan, 9 Desa atau

Kelurahan yang dahulunya berada di Kabupaten Simalungun masuk kedalam

22
kawasan wilayah kota Pematangsiantar. Dengan adanya pertambahan 9 Desa

tersebut secara otomatis jumlah Desa di Pematangsiantar bertambah menjadi 38

desa. Luas wilayah kota Pematangsiantar juga ikut bertambah menjadi 70,230 km2.

Adapun kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:

a. Kecamatan Siantar Timur

Kelurahan Asuhan, Kelurahan Tomuan, Kelurahan Kebun Sayur, Kelurahan

Pahlawan, Kelurahan Pardomuan , Kelurahan Merdeka, Kelurahan Siopat Suhu.

b. Kecamatan Siantar Barat

Kelurahan Bantan, Kelurahan Banjar, Kelurahan Proklamasi, Kelurahan

Dwikora, Kelurahan Telada, Kelurahan Sipingol-pinggol, Kelurahan Simarito,

Kelurahan Timbang Galung.

c. Kecamatan Siantar Utara

Kelurahan Bane, Kelurahan Sigulang-gulang, Kelurahan Sukadame,

Kelurahan Kabean, Kelurahan Bayu, Kelurahan Melayu, Kelurahan Martoba.

d. Kecamatan Siantar Selatan

Kelurahan Aek Nauli, Kelurahan Martimbang, Kelurahan Kristen,

Kelurahan Toba, Kelurahan Karo, Kelurahan Simalungun.

23
e. Kecamatan Siantar Marihat

Kelurahan Suka Maju, Kelurahan Pardamean, Kelurahan Nagahuta,

Kelurahan Baringin Pansur Nauli, Kelurahan Pamatang Marihat, Kelurahan

Simarimbun.

f. Kecamatan Siantar Martoba

Desa Bah Kapul, Desa Martoba, Desa Tambun Nabolon.

Pada tanggal 23 Mei 1994 pemerintah Kotamadya Pematangsiantar

mengeluarkan surat kesepakatan bersama mengenai penyesuaian batas wilayah

administrasi kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun. Adapun hasil

kesepakatan tersebut mengenai wilayah kota Pematangsiantar menjadi seluas

79,9706 km².

Kemudian pada tahun 2007 diterbitkan lima (5) peraturan daerah tentang

pemekaran wilayah administrasi Pematangsiantar yaitu :

a. Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2007 tentang pembentukan Kecamatan

Siantar Sitalasari

b. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2007 tentang pembentukan Kecamatan

Siantar Simarimbun

c. Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2007 tentang pembentukan Kelurahan Bah

Sorma

d. Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2007 tentang pembentukan Kelurahan

Tanjung Tongah, Nagapitu, dan Tanjung Pinggir

24
e. Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2007 tentang pembentukan Kelurahan

Parhorasan Nauli, Suka makmur, Marihat Jaya, Tong Marimbun, Mekar

Nauli, dan Nagahuta Timur

Dengan demikian sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Tahun 2007

dapat dikatakan bahwa Kota Pematangsiantar terapat 8 (delapan) Kecamatan yang

tersebar di seluruh kota dan dari ke 8 (delapan) kecamatan tersebut juga terdapat

kelurahan yang merupakan bagian dari setiap Kecamatan-kecamatan yang ada

menjadi 53 (lima puluh tiga) Kelurahan atau Desa.

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kecamatan Kota Pematangsiantar


Luas Rasio Total
No. Kecamatan Wilayah (%) Desa/Kelurahan
(Km 2)

1 Siantar Barat 3.205 4.01% 8

2 Siantar Marihat 7.825 9.78% 7

3 Siantar Marimbun 18.006 22.52% 6

4 Siantar Martoba 18.002 22.54% 7

5 Siantar Selatan 2.020 2.53% 6

6 Siantar Sitalasari 22.723 28.41% 5

7 Siantar Timur 4.250 5.65% 7

8 Siantar Utara 3.650 4.56% 7

Jumlah 79.971 100% 53

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar Tahun 2018

25
2.1.4 Data Kependudukan

Pada dasarnya penduduk adalah merupakan modal dasar pembangunan,

oleh karena itu data statistik kependudukan mutlak diperlukan untuk kepentingan

perencanaan pembangunan dengan segala aspeknya. Pertumbuhan penduduk yang

tidak seimbang dengan pertumbuhan kesempatan kerja, mengakibatkan

meningkatnya jumlah pengangguran.

Pada tahun 2017 penduduk Kota Pematangsiantar mencapai 251.513 jiwa

dengan kepadatan penduduk 3.145 jiwa per km2 . Penduduk perempuan di Kota

Pematangsiantar lebih banyak dari penduduk laki-laki. Pada tahun 2017 penduduk

Kota Pematangsiantar yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 122.626 jiwa dan

penduduk perempuan 128.887 jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Kota

Pematangsiantar sebesar 95,14.

Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia Pada Tahun 2017

Usia (Tahun) Laki-Laki Perempuan Jumlah

0-4 11.324 11.050 22.374

5-9 12.083 11.776 23.859

10-14 11.746 11.444 23.190

15-19 13.081 13.216 26.297

20-24 10.252 11.277 21.529

25-29 8.895 8.779 17.674

26
30-34 8.435 8.607 17.042

35-39 8.331 8.754 17.085

40-44 8.278 8.951 17.229

45-49 7.709 8.178 15.887

50-54 6.772 7.611 14.383

55-59 5.653 6.361 12.014

60-64 4.497 4.863 9.360

65-69 2.693 3.307 6.000

70-74 1.557 2.276 3.833

75+ 1.320 2.490 3.810

Jumlah 122.626 128.890 251.513

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar tahun 2018

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan kota


Pematangsiantar
Jumlah Penduduk Tiap Tahun
Kecamatan
2015 2016 2017

Siantar Marihat 18.867 19.096 19.449

Siantar Marimbun 15.427 15.607 15.895

Siantar Selatan 17.726 17.859 18.125

Siantar Barat 36.731 37.125 37.784

Siantar Utara 48.165 48.539 49.277

27
Siantar Timur 39.893 40.202 40.812

Siantar Martoba 40.086 40.466 41.142

Siantar Sitalasari 28.209 28.517 29.029

Jumlah 245.104 247.411 251.513

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar tahun 2018

2.1.5 Agama dan Suku di Kota Pematangsiantar

Mayoritas penduduk Pematangsiantar menganut agama Kristen. Data BPS

Sensus 2017 penduduk yang beragama Kristen sebanyak 51.25% (Kristen Protestan

46.54%, Katolik 4.71%), Islam 43.90%, Buddha 4.36%, Konghucu 0.01% dan Hindu

0.11% dari 247.411 jiwa penduduk.

Kota Pematang Siantar memiliki banyak suku bangsa di dalamnya. Mulai

dari suku Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Karo, Jawa, Minang, Melayu,

Banjar, India Tamil, dan juga suku Tionghoa.

Keberagaman Agama dan Suku inilah yang menjadikan kota

Pematangsiantar menjadi salah satu kota terbaik dengan toleransi agama paling

tinggi, hal ini ditunjukan dengan tidak pernah adanya pergesekan sosial ataupun

konflik antar umat beragama di kota Pematangsiantar.

2.1.6 Sistem Mata Pencaharian

Pada dasarnya penduduk adalah merupakan modal dasar pembangunan,

oleh karena itu data statistik kependudukan mutlak diperlukan untuk kepentingan

perencanaan pembangunan dengan segala aspeknya. Pertumbuhan penduduk yang

28
tidak seimbang dengan pertumbuhan kesempatan kerja, mengakibatkan

meningkatnya jumlah pengangguran. Pada tahun 2017 penduduk Kota

Pematangsiantar mencapai 251.513 jiwa dengan kepadatan penduduk 3.145 jiwa

per km2. Penduduk perempuan di Kota Pematangsiantar lebih banyak dari

penduduk laki-laki. Pada tahun 2017 penduduk Kota Pematangsiantar yang berjenis

kelamin laki-laki berjumlah 122.626 jiwa dan penduduk perempuan 128.887 jiwa.

Dengan demikian sex ratio penduduk Kota Pematangsiantar sebesar 95,14.

2.2 Kesenian di Kota Pematangsiantar

Kesenian merupakan ekspresi perasaan manusia terhadap keindahan, dalam

kebudayaan suku-suku bangsa yang pada mulanya bersifat deskriptif

(Koentjaraniningrat, 1980: 395-397). Kesenian di kota Pematangsiantar sangat

beragam karena suku yang ada di kota tersebut juga sangat beragam. Walaupun

suku yang paling dominan di Pematangsiantar adalah suku Simalungun dan Batak

Toba, namun kesenian dari suku lain juga hidup di kota Pematangsiantar. Salah satu

kesenian yang sudah melekat pada masyarakat Pematangsiantar ialah seni tari yang

berasal dari kebudayaan Simalungun, yakni tortor Sombah. Tari ini biasa diadakan

saat perayaan besar di kota Pematangsiantar dan tari ini dipersembahkan untuk

menyambut tamu besar. Contoh kesenian lainnya yang berasal dari kebudayaan lain

yang ada di kota Pematangsiantar ialah kesenian Barongsai yang berasal dari suku

Tionghoa. Kesenian ini biasanya diadakan pada saat perayaan Imlek maupun

kegiatan acara lain pada suku Tionghoa.

29
2.3 Hiphop

2.3.1 Hiphop Secara Umum

Hiphop merupakan salah satu aliran musik yang berasal dari Kota Bronx di

New York dan terus berkembang dengan pesat hingga ke seluruh dunia. Hiphop

pertama kali diperkenalkan oleh seorang Afro-Amerika, Grandmaster Flash dan

The Furious Five. Musik Hiphop hanya diisi dengan musik dari Disk Jockey

dengan membuat variasi dari putaran disk hingga menghasilkan bunyi-bunyi yang

unik. Rapping menjadi unsur utama dalam mengisi vokal dari bunyi-bunyi tersebut,

sedangkan untuk koreografinya musik tersebut kemudian diisi dengan tarian patah-

patah yang dikenal dengan breakdance. Perkembangan Hiphop juga dianggap

sebagai bagian dari seni dan untuk mengekspresikan seni visual yaitu graffity

sebagai bagian dari budaya Hip Hop. (Jube, 2008:166)

Hiphop berasal dari slogan para penari yaitu Hiphop (Be Bob) don’t stop

(Jube, 2008: 167). Pendapat lain mengatakan bahwa Hiphop sebenarnya berasal

dari kosakata Afro-Amerika, yakni “hip” yang secara harafiah dapat diartikan

sebagai "memberitahu" dan akhiran “hep” yang berarti "sekarang".

Menurut Keith Wiggins (Hylamz. 2009) salah satu anggota Grandmaster

Flash dan The Furious Five, istilah Hiphop terinspirasi saat ia bercanda dengan

temannya yang baru bergabung dengan angkatan bersenjata. Bunyi Hiphop sendiri

merupakan tiruan bunyian hentakan kaki tentara.

Menurut Davey D (Bambaataa, 2005: 27) Hiphop adalah kultur yang

mempunyai empat unsur utama yaitu seni grafitty, breakdancing, DJ-ing, Mcing.

30
Salah satu unsur Hiphop adalah Mc-ing atau lebih dikenal dengan rapping, orang

yang melakukan rapping disebut rapper. Rapper adalah seseorang yang

melantunkan lirik dengan cepat dan isinya tentang kebingungan, mengacu pada

kekerasan dan seksualitas (Ortiz, 2002: 232). Lirik-liriknya merupakan ungkapan

bernada kontradiksi yang melahirkan semangat baru dalam menciptakan kreativitas

masyarakat terutama remaja.

Rapping pada Hiphop dilakukan pertama kali oleh Melle Mel (Forman.

2004:45). Rapping yang dilakukan Melle Mel yaitu dengan mengeluarkan rasa

bencinya pada pemerintah dan pandangannya tentang kehidupan lewat lirik-

liriknya. Mulai saat itu musik Hiphop lebih banyak menceritakan tentang

kehidupan disekitar masyarakat kulit hitam dan protes mereka kepada pemerintahan

yang berlaku tidak adil. Lirik-lirik musik Hiphop cenderung keras dan tegas.

Hiphop yang merupakan budaya barat ternyata bisa dipadukan dengan

budaya lokal dalam arti Hiphop dapat dipadukan dengan budaya Indonesia tanpa

mengurangi ciri khas musik Hiphop sendiri. Hiphop menjadi media kaum muda

untuk mengembangkan kreativitasnya, maka dari itu kebanyakan penggemar

Hiphop dan musisi Hiphop adalah kaum muda. Kreativitas kaum muda di Indonesia

menciptakan suatu musik Hiphop yang liriknya berisikan kritik sosial terhadap

pemerintah, gaya hidup anak muda, maupun kondisi sosial lainnya. Penikmat musik

Hiphop yang kebanyakan kaum muda mengakibatkan Hiphop di Indonesia

berkembang tidak kalah dengan genre musik populer yang diusung oleh industri

musik Indonesia seperti pop, dangdut, rock dan lain sebagainya.

31
2.3.2 Hiphop di Indonesia

Seperti kebanyakan aliran musik lainnya yang ada di Indonesia, kedatangan

Hiphop ke tanah air juga merupakan kedatangan karena dibawa oleh media asing

masuk dan sangat disukai di Indonesia. Indonesia, yang merupakan bangsa dengan

begitu banyak sekali budaya juga tidak terlepas dari budaya ini. Meskipun bukan

budaya asli bangsa Indonesia, kenyataannya hiphop itu telah merebak dan meng-

influence anak-anak muda. Sejak tahun 1990, hiphop di Indonesia telah menyebar-

luas terutama ketika artis-artis Indonesia juga memulai karir mereka dengan

mengeluarkan album-album bertemakan Hiphop, seperti Iwa K yang sampai kini

masih menekuni rap dan merupakan artis Indonesia pertama yang merilis full-

lenght hiphop album, yang telah merilis lima album hingga saat ini (kuingin

kembali, topeng, kramotak, mesin imajinasi, Vinividivunky). Sebelum merilis

album solo Iwa sempat berkolaborasi dengan Meliyana manuhutu dalam album

beautify yang dirilis di Jepang. Selain Iwa K rapper yang bisa dibilang eksis pada

era itu adalah Denada, Boys got no brain dan NEO. Ada juga Saykoji dan Mista D

yang membuat musik hiphop tampil beda, dimana dengan lirik-lirik nyleneh dan

dapat mengundang tawa. Hal ini tidak menjadi maslah yang sangat signifikan

karena yang terpenting adalah menjadi diri sendiri, karena memang hiphopers

Indonesia memiliki atribut be yourself.

Rapper-rapper Indonesia mencoba mengkombinasikan bahasa slang, serta

simbol-simbol anak muda, serta bahasa pergaulan pada saat itu dan juga

mengangkat bahasa regional atau daerah setempat. Satu kunci yang mendasari

perbedaan antara hiphop Indonesia dengan hiphop Amerika pada masa

32
pertumbuhannya adalah dari segi bahasa, kebanyakan rapper Indonesia

menggunakan kata-kata yang sopan dan tidak terlalu vulgar, dan jarang sekali

mengangkat tema-tema tentang kekerasan dan sex bebas. Jika rapper-rapper

Amerika pada waktu itu lebih banyak mengangkat tema tentang ketidakpuasaan

rasial (Afro-America), rapper Indonesia lebih banyak mengangkat tentang

ketidakpuasan pemerintahan pada masa itu (orde baru). Namun kini dengan

berkembangnya tekhnologi dan kemampuan masyarakat untuk bersekolah hingga

jenjang lebih tinggi, bahasa internasional sudah mulai dipergunakan dalam lirik-

liriknya.

2.3.3 Hiphop di Kota Pematangsiantar

Sekitar tahun 2010, demam musik hiphop terjadi di kota Pematangsiantar.

Musik hiphop mulai dinikmati oleh anak-anak muda khususnya para pelajar yang

ada di kota Pematangsiantar. Hal ini terlihat dari adanya beberapa pelajar membuat

sebuah kumpulan rapper dan beatboxer di sekolah masing-masing dan akhirnya

terbentuklah sebuah komunitas yang bernama Siantar Hiphop Soul. Alfred Klinton

Manurung (Alfred Phobia) yang merupakan salah satu rapper asal Pematangsiantar

membentuk komunitas tersebut dan salah satu pendirinya ialah Alfred Reynaldo

Sitanggang (Alfred Rey). Komunitas ini memiliki kegiatan latihan rutin pada sore

hari di lapangan H.Adam Malik Pematangsiantar. Terbentuknya komunitas hiphop

Siantar menjadi wadah bagi anak-anak muda khususnya pelajar untuk belajar dan

mengetahui hiphop dan juga menjadi ajang pertemuan bagi pecinta dan penikmat

hiphop.

33
Kurangnya perhatian dari pemerintah kota Pematangsiantar membuat

komunitas hiphop Siantar memiliki wadah yang sempit dalam menunjukkan bakat

dan kreasi mereka. Acara pentas seni sekolah menjadi salah satu tempat dimana

mereka dapat beraksi dalam menunjukkan bakat dan kreatifitas mereka. Selain itu

mereka menggunakan media sosial facebook untuk mepublikasikan hasil karya

mereka.

Musisi hiphop atau rapper yang pertama kali memulai karier sebagai musisi

hiphop di kota Pematangsiantar ialah Arwin Manurung atau yang dikenal dengan

nama Awenz. Beliau memulai karier dalam dunia hiphop setelah sebelumnya

mengawali perjalanan kariernya dengan beberapa grup band yang berasal dari kota

Pematangsiantar. Pada pertengahan 2006, beliau memutuskan untuk berkarier

menjadi seorang rapper dan membentuk sebuah komunitas rap di kota Medan

dengan nama Noside Family. Pada tahun 2013, beliau membentuk sebuah grup

hiphop atau rap yang berasal dari kota Pematangsiantar yaitu Siantar Rap

Foundation. Siantar Rap Foundation inilah yang menjadi pelopor pertama batak

rap.

34
BAB III
DESKRIPSI KEBERADAAN DAN
PENGELOLAAN SIANTAR RAP FOUNDATION

3.1 Sejarah Terbentuknya Siantar Rap Foundation

Siantar Rap Foundation (disingkat SRF) merupakan sebuah grup hiphop

atau rap yang berasal dari kota Pematangsiantar dimana mereka memadukan unsur

tradisional Batak dengan unsur hiphop atau rap modern. Grup ini terbentuk pada

tanggal 16 Agustus 2013 dan dibentuk oleh Arwin Manurung atau yang dikenal

dengan nama Awenz yang merupakan rapper asal kota Pematangsiantar.

Sejarah terbentuknya Siantar Rap Foundation dimulai dari Awenz yang

berkarya pada tahun 2009, dimana pada saat itu beliau merupakan seorang rapper di

kota Medan dan masih berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Methodist

Indonesia, Medan. Beliau menciptakan sebuah lagu yang berjudul “Back to Siantar

City”, dimana lagu ini menceritakan tentang kota Pematangsiantar dan bentuk

kecintaan sebagai warga Pematangsiantar. Dan pada tahun 2010 lagu tersebut mulai

bersinar di Pematangsiantar. Hingga beberapa anak muda Siantar berniat untuk

mengikuti jejak karier dari Awenz sendiri. Banyak anak muda datang menemui

beliau dan meminta agar beliau melatih serta mengajarkan mereka musik hiphop.

Melihat dari banyaknya anak-anak muda yang berbakat dan berpotensi untuk

berkarier dalam dunia hiphop, beliau pun memutuskan untuk membentuk sebuah

grup hiphop. Dari sekian banyaknya anak muda yang dilatih, maka terpilihlah

empat orang yang menjadi anggota grup hiphop yang ingin dibentuk. Empat orang

tersebut ialah Alfred Klinton Manurung atau dikenal dengan Alfred Phobia, Diknal

Sitorus atau dikenal dengan D.I.C, Alfred Reynaldo Sitanggang atau dikenal

35
dengan Alfred Rey, dan Petrus Novlin Ulianto Simarmata atau dikenal dengan

P.N.Si. Namun pada tahun 2017, Diknal Sitorus (D.I.C), resmi dinyatakan keluar

dari Siantar Rap Foundation. Sejak saat itu, Siantar Rap Foundation beranggotakan

3 personil yaitu Alfred Phobia, Alfred Rey, dan P.N.Si. Siantar Rap Foundation

tidak menambah atau menggantikan personil yang sudah keluar.

Setelah menemukan anggota yang tepat, Awenz memberi nama grup

tersebut dengan nama Siantar Rap Foundation. Siantar Rap Foundation memiliki

makna tersendiri bagi Awenz, “Siantar” yang diambil dari kota asal grup, “Rap”

yang merupakan unsur dari hiphop dan menjadi genre dari grup ini sendiri, dan

“Foundation” yang secara harafiah artinya yayasan. Maka makna dari nama

tersebut adalah suatu keingan memiliki yayasan atau organisasi untuk musisi

hiphop atau rapper yang ada di Pematangsiantar.

3.2 Profil Siantar Rap Foundation

3.2.1 Anggota Siantar Rap Foundation

Siantar Rap Foundation merupakan sebuah grup dimana untuk menjadi

anggota grup ini terlebih dahulu melakukan pelatihan dan pembinaan oleh Arwin.

Anggota grup saat ini ialah:

a. Alfred Klinton Manurung (Alfred Phobia)

Alfred Klinton Manurung atau dikenal dengan nama panggung Alfred

Phobia lahir di Pematangsiantar pada tanggal 19 Agustus 1993. Beliau salah satu

rapper yang berasal dari kota Pematangsiantar dan merupakan alumni dari

Universitas Negeri Riau. Beliau mengawali karyanya pada tahun 2009 dan

36
merupakan sosok dibalik terbentuknya komunitas Hiphop di Pematangsiantar.

Dalam pengalaman manggung beliau sudah sangat baik dan hal ini terbukti dari

banyaknya acara besar yang telah diikutinya, seperti di Development Basketball

League Riau menjadi bintang tamu pada tahun 2012 dan 2013, Kratingdaeng Dance

Indonesia Competition pada tahun 2013, dan menjadi Juara Rap Competition of

Riau pada tahun 2012 dan 2013. Untuk acara nasional, beliau pernah menjadi

finalis di National Rap Contest se-Indonesia yang diselenggarakan oleh BKKBN

dan Hiphop Nasional di Bandung tahun 2012 dan Jakarta pada tahun 2013, dimana

acara ini menjadi satu-satunya acara Hiphop Nasional terbesar di Indonesia.

Selain sebagai anggota Siantar Rap Foundation, beliau juga bertanggung

jawab sebagai Co.Produser yakni membantu produser dalam penyelesaian projek.

Beliau juga ikut menciptakan beberapa lagu dalam album Siantar Rap Foundation.

Gambar 3.1
Foto Alfred Klinton Manurung (Alfred Phobia), Anggota SRF
(Dokumentasi Siantar Rap Foundation)
b. Alfred Reynaldo Sitanggang (Alfred Rey)

37
Alfred Reynaldo Sitanggang memiliki nama panggung Alfred Rey, lahir

pada tanggal 4 Maret 1996 di Pematangsiantar. Beliau memulai karyanya di tahun

2011 dan di tahun 2013 ia mengeluarkan single sendiri. Ada 16 buah lagu yang

dijadikan single dan beberapa lagu tersebut merupakan ciptaan beliau sendiri.

Sebelum bergabung di Siantar Rap Foundation, beliau berkarier solo. Dengan

tampil di berbagai acara, seperti pentas seni sekolah dan pesta ulang tahun

membuat beliau semakin mantap untuk tampil dengan musik hiphop.

Dalam album Siantar Rap Foundation, beliau ikut berpartisipasi

menciptakan lagu. Selain menciptakan lagu untuk grup sendiri, beliau juga

menciptakan beberapa lagu untuk penyanyi lainnya seperti Dian Sitio, Dhea

Vacarey.

Saat ini beliau sedang menjenjang pendidikan di Universitas Pahrayangan,

Bandung. Selain berkarier di dunia hiphop, beliau juga aktif di berbagai organisasi.

Pada tahun 2015, beliau merupakan ketua BEM kampus dan ketua eksternal

Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia. Dan saat ini beliau aktif

sebagai anggota Ikatan Pemuda Karya (IPK).

38
Gambar 3.2
Foto Alfred Reynaldo Sitanggang (Alfred Rey), anggota SRF
(Dokumentasi Siantar Rap Foundation)

c. Petrus Novlin Ulianto Simarmata (P.N.Si)

Petrus Novlin Ulianto Simarmata dengan nama panggung P.N.Si merupakan

anggota termuda Siantar Rap Foundation yang lahir pada tanggal 30 November

1999 di Pematangsiantar. Sebelum bergabung dengan Siantar Rap Foundation,

beliau ikut bergabung sebagai anggota Siantar Hiphop Soul. Saat ini beliau

berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Sumatera Utara. Selain sebagai rapper,

beliau juga sebagai vokalis utama dalam Siantar Rap Foundation.

39
Gambar 3.3
Foto Petrus Novlin Ulianto Simarmata (P.N.Si), anggota SRF
(Dokumentasi Siantar Rap Foundation)

3.2.2 Manajemen Tim Produksi

Manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan

bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan

organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Terry (2005: 1)

Ada 5 fungsi utama manajemen yaitu: (1) Planning, atau dalam bahasa

Indonesia disebut perencanaan, yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak

dicapai pada masa yang akan datang dan apa yang akan diperbuat agar dapat

mencapai tujuan itu. (2) Organizing, atau dalam bahasa Indonesia disebut

pengorganisasian, adalah pengelompokan, dan menentukan berbagai kegiatan

penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan itu. (3) Staffing,

(penentuan sumber daya manusia) yaitu menentukan keperluan kerja. (4)

Motivating, yaitu mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan

40
yang hendak dicapai. (5) Controlling, yaitu pengawasaan kegiatan dalam bentuk

mengukur pelaksanaan sesuai dengan tujuan, menetapkan sebab-sebab

penyimpangan dan mengambil tindakan kreatif yang diperlukan (Takari, 2008: 43).

a. Arwin Manurung

Arwin Manurung atau yang lebih dikenal dengan nama Awenz, lahir pada

tanggal 12 Mei 1989 di Medan. Beliau adalah seorang rapper, pencipta lagu,

arranger dan produser. Beliau memulai kariernya dalam dunia Hiphop setelah

sebelumnya mengawali perjalanan kariernya dengan beberapa grup band yang

berasal dari kota Pematangsiantar. Pada pertengahan 2006, beliau memutuskan

untuk serius berkarier menjadi rapper, dan membentuk sebuah komunitas Rap di

kota Medan dengan nama Noside Family. Beliau juga pernah berkolaborasi dengan

seorang rapper yang berasal dari kota Medan yaitu Ucok Munthe. Pada tahun 2009

beliau menciptakan sebuah lagu yang berjudul “Back to Siantar City” dan lagu ini

diminati oleh masyarakat Pematangsiantar khususnya kaum muda-mudi. Pada

awalnya beliau tidak mengetahui bahwa lagu ciptaannya sudah diminati oleh

masyarakat Siantar, hingga pada saat beliau diundang untuk mengisi sebuah acara

perayaan HUT kota Pematangsiantar tahun 2010 beliau menyadari bahwa lagu

ciptaannya diterima oleh masyarakat Siantar. Dan ini merupakan awal bersinarnya

karier seorang Awenz.

Awenz merupakan sosok yang paling berpengaruh dalam perkembangan

industri musik Batak, khususnya sisi musik digital melalui Siantar Rap Foundation.

Beliau yang telah membentuk grup ini dan menjadikan sebuah grup rap Batak yang

diterima oleh banyak masyarakat khususnya masyarakat Batak. Dalam grup ini

41
beliau memiliki tanggungjawab yang sangat besar sebagai produser rekaman.

Produser rekaman ialah orang yang bekerja di dalam industri musik yang tugasnya

ialah mengawasi, dan mengatur proses produksi, dan rekaman dari artis musik.

Seorang produser memiliki banyak tugas, diantaranya adalah mengumpulkan ide

untuk sebuah projek, menyeleksi, dan memilih lagu dan/atau musisi, melatih artis

dan musisi di studio, mengendalikan proses rekaman, dan mengawasi seluruh

proses produksi termasuk mixing, dan mastering. Produser juga seringkali memiliki

peran yang lebih besar, seperti pengaturan anggaran, jadwal, dan negosiasi. Selain

bertanggung jawab sebagai produser rekaman, ia juga sebagai pengisi musik

dengan memainkan alat musik gitar, piano dan turn table.

Gambar 3.4
Foto Arwin Manurung (Awenz), produser rekaman SRF
(Dokumentasi Siantar Rap Foundation)
b. Krisman Manurung (Pak Guru)

42
Krisman Manurung atau biasa disapa dengan Pak Guru lahir pada tanggal 9

Desember 1960 di Pematangsiantar. Ia merupakan seorang pemain musik tradisi

Batak dan pengalamannya dalam bermain musik tradisi sudah cukup lama. Untuk

proses produksi album Siantar Rap Foundation, beliau memainkan alat musik

tradisi yakni sulim dan beliau sudah bekerja sama dengan Siantar Rap Foundation

sejak album pertama.

Gambar 3.5
Foto Krisman Manurung (Pak Guru), additional player
(Dokumentasi Siantar Rap Foundation)

c. Eko Tambunan (Echo Vicho)

Eko Tambunan lahir pada tanggal 16 Januari 1990 di Pematangsiantar.

Beliau memiliki nama panggung Echo Vicho dan sudah bekerja sama dengan

Siantar Rap Foundation sejak album pertama. Dalam grup Siantar Rap Foundation

beliau memainkan alat musik taganing.

43
Gambar 3.6
Foto Eko Tambunan (Echo Vicho), additional player
(Dokumentasi Siantar Rap Foundation)

d. Jordan Siagian

Jordan Siagian lahir pada tanggal 5 Mei 1999 di Pematangsiantar. Beliau

merupakan salah satu murid yang diajarkan Pak Guru untuk bermain sulim. Berkat

latihan dan ajaran dari Pak Guru, Awenz akhirnya merekrut beliau sebagai pemain

sulim pada tahun 2017.

Gambar 3.7
Foto Jordan Siagian, additional player
(Dokumentasi Siantar Rap Foundation)

44
3.2.3 Kru

Dalam hal ini kru bertanggungjawab untuk mengatur segala sesuatu

kebutuhan artis ketika akan tampil di panggung, bertanggung jawab pada

kelancaran jalannya pentas artis di panggung, dan bertugas mempersiapkan segala

sesuatu peralatan yang digunakan oleh pemusik.

a. Bintang Tambunan

Bintang Tambunan lahir di pematangsiantar pada tanggal 18 April 1994.

Bermula dari pertemanannya dengan Awenz, beliau dipilih sabagai salah satu kru

Siantar Rap Foundationsejak album pertama. Beliau bertugas untuk mengamankan

dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan diatas panggung dan

bertanggung jawab untuk teknisi diatas panggung.

Gambar 3.8
Foto Bintang Tambunan, kru SRF
(Dokumentasi Siantar Rap Foundation)

45
b. Sandy Sinaga

Sandy Sinaga lahir pada tanggal 14 Desember 1995 di Pematangsiantar dan

saat ini beliau berstatus sebagai salah satu mahasiswa Sekolah Tinggi Sultan

Agung, Pematangsiantar. Berawal dari pertemanan beliau dengan Awenz di awal

tahun 2017, beliau dipilih menjadi kru Siantar Rap Foundation. Beliau bertugas

untuk mempersiapkan segala keperluan di atas panggung, mulai dari

mempersiapkan alat musik, mic, hingga cek sound.

Gambar 3.9
Foto Sandy Sinaga, kru SRF
(Dokumentasi Siantar Rap Foundation)

c. Tania Lubis

Tania Lubis lahir pada tanggal 9 Mei 1997 di Pematang Raya. Beliau

bertanggung jawab sebagai make up artist untuk personil dan tim pemusik Siantar

Rap Foundation saat tampil. Selain sebagai penata rias Siantar Rap Foundation,

beliau juga bekerja di salah satu salon kecantikan di kota Medan.

46
Gambar 3.10
Foto Tania Lubis, make up artist SRF
(Dokumentasi Siantar Rap Foundation)

3.2.4 Koleksi Lagu

3.2.4.1 Album

Album atau album rekaman adalah suatu koleksi audio atau musik yang

didistribusikan untuk publik. Lagu pada suatu album dapat memiliki subjek,

suasana, atau suara yang senada, atau bahkan dirancang untuk mengekspresikan

suatu pesan atau menuturkan suatu cerita (contohnya pada suatu album konsep),

atau dapat juga hanya menggambarkan suatu pengelompokan rekaman yang dibuat

pada suatu masa atau tempat, atau rekaman-rekaman yang hak komersialnya diatur

oleh suatu label rekaman tertentu.

47
Siantar Rap Foundation telah menciptakan album trilogy5 yang bernuansa

rap Batak dan album ke empat bernuansa rohani. Materi dalam setiap album

digarap oleh Awenz.

a. Batak Swag Ethnic

Album perdana Siantar Rap Foundation bertajuk Batak Swag Ethnic yang

dirilis pada Maret 2014 menghasilkan 10 buah lagu, dimana 6 buah lagu

berbahasa Batak dan 4 lagu lainnya berbahasa Indonesia dan 2 diantaranya

merupakan lagu Batak yang sudah ada namun diaransemen ulang menjadi nuansa

hiphop Batak atau rap Batak. Dalam album ini juga berkolaborasi dengan penyanyi

lainnya yakni Pitta Rose Girsang dan Hani. Penggarapan album perdana ini, Siantar

Rap Foundation juga bekerjasama dengan beberapa media partner dari

Pematangsiantar dan Jakarta untuk melancarkan produksinya, seperti

HipHopHeroes.net, BK Ethnic, GoBatak.com, dan wenzCreation Music. Hingga

saat ini album perdana Siantar Rap Foundation telah terjual sebanyak 200.000

keping.

Berikut daftar lagu-lagu dalam album Batak Swag Ethnic:

1. Dainang (ft. Pitta Rosse), cipt. Alfred Phobia

2. Sai Horas Ma Batak Toba, cipt. Alfred Phobia

3. Cinta Dan Wanita, cipt. Alfred Rey

4. Taradigadindang, cipt. NN

5. Holan Ho Do (ft. Pitta Rosse), cipt. Awenz

6. Jauh Cinta Berharap (ft. Hani), cipt. Awenz

5
Trilogi adalah kesatuan gagasan atau pokok pikiran yang dituangkan dalam tiga bagian
yang saling terhubung. (https://id.wikipedia.org/wiki/Trilogi).

48
7. Sinanggar Tullo, cipt. NN

8. Batak Swag Ethnic, cipt. Awenz

9. Nyanyian Pagi, cipt. Awenz

10. Siantar City Swagga, cipt. Awenz

Dalam album ini juga terdapat bonus track dari artis yang mendukung
album perdana Batak Swag Ethnic:

1. Awenz – Don’t Let Them Fight, cipt. Awenz

2. Putri Ci – I’m a Lady, cipt. Awenz

Gambar 3.11
Foto Album Batak Swag Ethnic
(Dokumentasi Penulis, September 2018 )

b. Tobanese

Pada album ke dua yang dirilis pada Agustus 2015 diberi tajuk Tobanese.

Album ini berisi 10 lagu yang terdiri dari 8 lagu baru dan 2 lagu batak yang sudah

49
ada namun di aransemen ulang menjadi nuansa hiphop. Dalam album ini, Awenz

fokus untuk bercerita mengenai budaya Batak Toba sendiri. Dari materi musik dan

liriknya, Siantar Rap Foundation berhasil mengangkat kebudayaan dan falsafah

Batak Toba ke dalam lagu yang dikemas dalam aliran Hip Hop. Dalam album ini

juga berkolaborasi dengan Pitta Rose Girsang. Dalam album ini Siantar Rap

Foundation juga bekerjasama dengan Plur.Net, HipHopHeroes.net, BK Ethnic,

GoBatak.com, wenzCreation Music, Kiyan Ulos Pematangsiantar, dan KPU

Simalungun.

Berikut daftar lagu-lagu dalam album Tobanese:

1. Hapogosonta (ft. Pitta Rosse), cipt. Alfred Phobia

2. Boru Ni Raja, cipt. Alfred Rey

3. Dalihan Na Tolu, cipt. Alfred Phobia

4. Rege Rege (ft. Pitta Rosse), cipt. NN

5. Dolok Pusuk Buhit, arr: Awenz, lirik: Tonggo-tonggo

6. Sik Sik Sibatumanikam, cipt. NN

7. Ingot Do Au, cipt.Alfred Phobia

8. Tapasada, cipt. Awenz

9. Ai So Ise, cipt. D.I.C

10. Tobanese, cipt. Awenz

50
Gambar 3.12
Foto Album Tobanese
(Dokumentasi Penulis, September 2018 )

c. Sada Dua Tolu

Siantar Rap Foundation kembali merilis Album ketiganya dengan tajuk

Sada Dua Tolu pada Juli 2016. Dalam album ini Siantar Rap Foundation

membawakan materi-materi lagu Batak yang sangat berkarakter. Album ini berisi

10 lagu yang terdiri dari 8 lagu berbahasa Batak dan 2 lagu berbahasa Indonesia.

Dalam album ini Siantar Rap Foundation berkolaborasi dengan Jessica Saragih dan

Dian. Dalam album ketiga ini Siantar Rap Foundation bekerjasama dengan Frame

Clan, GAPERINDO, GAP, dan wenzCreation Music.

Berikut daftar lagu-lagu dalam album Sada Dua Tolu:

1. Sapele-Sapele, cipt. NN

2. Sada Dua Tolu, cipt. Awenz

3. Latteung, cipt. NN

4. Bulan, cipt. Awenz

51
5. Tao Toba, cipt. Awenz

6. Lupahon Ma (ft. Dian), cipt. Awenz

7. Gabe Sega, cipt. Awenz

8. Mulak Ma Ho, cipt. Alfred Phobia

9. Dustai Cinta, cipt. Awenz

10. Naeng Pajumpang (ft. Jessica), cipt. Alfred Phobia

Gambar 3.13
Foto Album Sada Dua Tolu
(Dokumentasi Penulis, September 2018 )

d. Buah Roh

Album ini bernuansa rohani dan dikeluarkan pada bulan November 2016.

Dari 10 lagu yang dibawakan, lima lagu bertema Natal dan 5 lagu lagi bernuansa

Religi dan pada album ini tetap membawa karakter musik Batak.

52
Berikut daftar lagu-lagu dalam album Buah Roh:

1. Buah Roh, cipt. Alfred Phobia

2. Ku Menang

3. Ku Berbahagia, Kidung Jemaat No.392

4. Ku Kan Menari

5. Halalas Ni Roha Godang, Buku Ende HKBP No.62

6. Hai Dunia

7. Boru Sion (ft. Dian)

8. Natal Na Parjolo I (ft. Dian)

9. Nunga Jumpang Muse Ari Pesta I

10. Ingat Akan Nama Yesus

Gambar 3.14
Foto Album Buah Roh
(Dokumentasi Penulis, September 2018 )

53
3.2.4.2 Single

Dalam industri musik, single atau juga rekaman tunggal adalah salah satu

jenis rilis di dunia musik. Jumlah lagu yg ada didalam satu single juga lebih sedikit

daripada yg ada direkaman album, biasanya berjumlah 1-3 lagu dengan durasi total

3 sampai 10 menit. Single didistribusikan dalam berbagai format, seperti CD, DVD,

bahkan file digital yang bisa diunduh dari internet.

Berikut beberapa judul lagu pada single yang telah dirilis oleh Siantar Rap

Foundation:

1. Pelangi, cipt. Awenz - 2015

2. Kita Satu, cipt. Awenz – 2016

3. Indonesia Bisa, cipt. Awenz - 2016

4. Gabe Sega, cipt. Awenz - 2016

5. BK Ethnic, cipt. Awenz - 2017

6. Mardalan Marsada-sada, cipt. Tilhang Gultom - 2017

7. Tortor Ni Halak Batak, cipt. Addimar Panjaitan - 2017

8. Ingot Ma Au, Cipt. Alfred Phobia - 2018

9. Lissoi, cipt. Nahum Situmorang – 2018

3.2.4.3 Talent

Selain membuat album dan single sendiri, Siantar Rap Foundation juga ikut

berkolaborasi dalam beberapa album dan single artis lainnya. Diantaranya Putri Ci

(Satu, Take On Me, I’ve Got You), Dhea Vacarey (Mardua Huta), New Las Uli

54
Trio (Selamat Tinggal, Lupahon Ma), Dian Sitio (Dang Boi Dao), dan The 2INS

(Rege Ni Parmitu).

3.2.5 Sarana dan Prasarana

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan

suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila

kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat

mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.

3.2.5.1 Sarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan bahan

untuk mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi.

a. Mikrofon

Mikrofon (bahasa Inggris: microphone) adalah suatu jenis transduser yang

mengubah energi-energi akustik (gelombang suara) menjadi sinyal listrik. Mikrofon

merupakan salah satu alat untuk membantu komunikasi manusia. Mikrofon dipakai

pada banyak alat seperti telepon, alat perekam, alat bantu dengar, dan pengudaraan

radio serta televisi.

55
Gambar 3.15
Foto Mikrofon jenis kondesor, digunakan untuk perekaman vokal
(Dokumentasi Penulis, September 2018 )

b. Headphone

Headphone adalah perangkat output suara dengan desain yang

memungkinkan untuk langsung diposisikan atau dipasangkan pada telinga.

Headphone merupakan perangkat output suara alternatif selain speaker.

Gambar 3.16
Foto Headphone, untuk kebutuhan monitor rekaman
(Dokumentasi Penulis, September 2018 )

56
c. Komputer

Komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah data menurut prosedur

yang telah dirumuskan dimana komputer itu sendiri merupakan perangkat

elektronik yang terdiri dari beberapa komponen yang saling bekerja sama

membentuk sebuah sistem kerja yang dapat menjalankan pekerjaan secara otomatis

berdasarkan urutan istruksi ataupun program yang diberikan kepadanya sehingga

dapat menghasilkan suatu informasi berdasarkan program dan data yang ada.

Gambar 3.17
Foto Komputer, alat pendukung rekaman
(Dokumentasi Penulis, September 2018 )

d. Turntable

Turntable merupakan alat pemutar media khusus untuk vinyl (piringan

hitam), biasanya berbentuk kotak yang dibagian atasnya terdapat sebuah piringan

yang berputar.

57
Gambar 3.18
Foto Turn Table, berfungsi sebagai pemutar vynil (piringan hitam)
(Dokumentasi Penulis, September 2018 )

e. Keyboard

Keyboard adalah sebuah alat musik yang dimainkan seperti piano, namun

keyboard dapat memainkan beragam suara, seperti trompet, suling, gitar, biola, dan

lain sebaginya. Perbedaan yang jelas terlihat antara keyboard dengan piano adalah

bahwa keyboard selalu menggunakan listrik.

Gambar 3.19
Foto Keyboard, sebagai substitusi Piano dan alat pengiring lagu
(Dokumentasi Penulis, September 2018 )

58
f. MIDI Controller

MIDI (Musical Instrument Digital Interface) controller adalah sebuah

perangkat yang digunakan untuk mengoperasikan intrumen virtual pada komputer.

Pada umumnya MIDI Controller berwujud keyboard dengan papan nada sebanyak

25, 49, 61, dan 88 dan pada umumnya juga dilengkapi slider modulation dan pitch

bend. Pada MIDI Controller juga terdapat kenop-kenop yang dapat

diatur/diintegrasikan fungsinya, tergantung dengan software music/DAW yang

digunakan. Bedanya dengan keyboard biasa adalah MIDI Controller tidak memiliki

sound bank atau bunyi-bunyian yang sudah terprogram secara internal di dalam

hardware, melainkan MIDI Controller digunakan untuk mengoperasikan berbagai

instrument virtual dengan berbagai macam jenis suara yang tersedia di dalam

komputer. Sehingga alat musik ini tidak memiliki internal speaker.

Gambar 3.20
Foto MIDI Controller, alat yang digunakan untuk mengkontrol midi
(Dokumentasi Penulis, September 2018 )

g. Gitar

Gitar adalah sebuah alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara

dipetik, umumnya menggunakan jari maupun plektrum. Gitar terbentuk atas sebuah

bagian tubuh pokok dengan bagian leher yang padat sebagai tempat senar yang

umumnya berjumlah enam didempetkan.

59
Gambar 3.21
Foto Gitar, sebagai alat pengiring lagu
(Dokumentasi Penulis, September 2018 )

h. Taganing

Taganing adalah salah satu alat musik Batak Toba, yang terdiri lima buah

gendang yang berfungsi sebagai pembawa melodi dan juga sebagai ritem variable

dalam beberapa lagu. Klasifikasi instrumen ini termasuk ke dalam kelompok

membranophone, dimainkan dengan cara dipukul membrannya dengan

menggunakan stik.

60
Gambar 3.22
Foto Taganing, sebagai pembawa melodi dan ritem pada lagu
(Dokumentasi Penulis, September 2018 )

i. Sulim

Sulim yaitu salah satu alat musik yang terbuat dari bambu, memiliki enam

lobang nada dan satu lubang tiupan. Dimainkan dengan cara meniup dari samping

(slide blow flute) yang dilakukan dengan meletakkan bibir secara horizontal pada

pinggir lobang tiup.

61
Gambar 3.23
Foto Sulim, sebagai alat pengiring lagu
(Dokumentasi Penulis, September 2018 )

j. Hasapi

Hasapi adalah salah alat musik Batak Toba yang dikelompokkan ke alat

musik dawai atau senar yang dimainkan dengan cara dipetik menggunakan alat

bantu petik (pick) dan memiliki dua senar.

Gambar 3.24
Foto Hasapi, sebagai pembawa ritem
(Dokumentasi Penulis, September 2018 )

62
k. FL Studio

FL Studio (mulanya Fruity Loops) adalah sebuah aplikasi untuk komputer

yang digunakan untuk merekam, mengubah, dan membuat audio. FL Studio

dikembangkan oleh perusahaan bernama Image-Line. Aplikasi ini memiliki 4 edisi

untuk Microsoft Windows. Yaitu Fruity Edition, Producer Edition, Signature

Bundle dan All Plugins Bundle.

Gambar 3.25
Foto FL Studio, aplikasi yang digunakan untuk merekam, mengubah dan membuat
audio rekaman
(Dokumentasi Penulis, September 2018 )

3.2.5.2 Prasarana

Prasarana ialah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama

terselenggaranya produksi. Dalam hal ini prasarana ditujukan terhadap tempat atau

ruang produksi dan latihan yaitu studio musik. Secara umum studio musik dapat

diartikan sebagai ruangan untuk menikmati musik, dimana dalam ruangan tersebut

63
seseorang tidak perlu khawatir bahwa apa yang dia dengarkan akan mengganggu

tetangga dan suara-suara dari luar tidak mengganggu. Secara khusus studio musik

adalah sebuah tempat untuk merekam suara. Studio rekaman musik biasanya

mampu mengerjakan berbagai pekerjaan audio editing seperti:

(a) merekam lagu untuk grup musik, band, maupun solois,

(b) membuat jingle atau lagu iklan untuk tv dan radio komersial,

(c) mengerjakan movie scoring/ilustrasi musik, dan pekerjaan audio lainnya.

Studio musik Siantar Rap Foundation bernama Metronome Records yang

beralamat di Jl.Cornel Simanjuntak, Pematangsiantar dan studio ini dikelola oleh

Awenz. Selain sebagai tempat untuk rekaman, biasanya studio ini juga menjadi

tempat Siantar Rap Foundation untuk berkumpul dan latihan.

Gambar 3.26
Foto Studio Rekaman Metronome Records
(Dokumentasi Penulis, September 2018 )

64
3.3 Struktur Pengelolaan Siantar Rap Foundation

3.3.1 Pelatihan

Pelatihan merupakan kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan secara

sistematis. Untuk tampil maksimal didalam membawakan lagu-lagu di atas

panggung maka dibutuhkan pelatihan yang dikelola dengan baik. Didalam mencapi

prestasi pun latihan juga harus dikembangkan dengan maksimal.

a. Jadwal Latihan

Siantar Rap Foundation memiliki jadwal tampil yang tidak menentu,

sehingga dalam jadwal latihan mereka memilih sekali sebulan dan dilakukan pada

akhir bulan. Namun saat akan tampil, mereka juga akan melakukan latihan sebelum

jadwal untuk tampil terlaksana.

b. Pelatih

Pelatih memiliki tugas sebagai pemimpim didalam setiap proses latihan juga

untuk mengarahkan anggota didalam setiap perencanaan kegiatan yang hendak

dicapai. Pelatih juga juga disebut sebagai pemimpin dalam latihan bertugas untuk

mengarahkan penyanyi dengan pemain musik agar dapat bermain dengan kompak.

Pelatih dalam grup ini ialah Awenz yang juga sebagai produser rekaman.

Awenz. Ia akan memberikan saran, ide, serta kritikan pada setiap latihan agar saat

diatas panggung dapat tampil dengan sempurna.

65
c. Pemusik

Pemusik bertanggung jawab untuk mengiringi penyanyi saat tampil. Dalam

hal ini Awenz memilih Pak Guru, Eko Tambunan dan Jordan Siagian sebagai

pemain alat musik tradisi dan Awenz sendiri sebagai pemain gitar dan dj.

3.4 Eksistensi Siantar Rap Foundation

Siantar Rap Foundation pertama kalinya menunjukkan eksistensi di atas

panggung pada tahun 2014 dimana grup ini bintang tamu pada perayaan HUT kota

Pematangsiantar ke 143 di lapangan H. Adam Malik, Pematangsiantar. Dalam acara

tersebut Siantar Rap Foundation sekaligus mempromosikan album pertama mereka

yang bertajuk Batak Swag Ethnic. Setelah penampilan grup ini di HUT kota

Pematangsiantar, grup ini banyak tawaran untuk tampil di berbagai acara, seperti

pada acara Gondang Naposo di Pangururan, Samosir, sebagai bintang tamu pada

pertunjukan live music di Patarias Coffe Shop, dan mengisi berbagai acara di kota

Pematangsiantar. Pada tahun 2014 juga Siantar Rap Foundation melakukan tour

pertama dalam kota se kabupaten Simalungun yang bekerja sama dengan KPU

Simalungun. Tour ini juga mendatangkan beberapa penyanyi ibukota, seperti

Judika Sihotang, Jenita Janet, Zaskia Gotik, Siti Badriah, Ikke Nurjanah, dan masih

ada beberapa artis lainnya.

Setelah album ke dua diterbitkan pada tahun 2015, Siantar Rap Foundation

melakukan tour ke dua yang juga bekerja sama dengan KPU Simalungun. Dan kali

ini Pemko Siantar (perusahaan daerah) juga ikut bekerja sama. Dalam tour ini

Siantar Rap Foundation mulai tampil di luar kabupaten Simalungun, seperti

66
Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, dan Pekanbaru, Riau. Setelah

bekerja sama dengan Pemko Siantar, Siantar Rap Foundation juga selalu menjadi

bintang tamu dalam acara pemerintahan yang resmi atau formal dimana

dilaksanakan oleh Pemko Siantar (perusahaan daerah).

Pada acara Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) tahun 2015, Siantar Rap

Foundation dipilih untuk tampil mewakili kota Pematangsiantar dan kabupaten

Simalungun. Dan di tahun yang sama Siantar Rap Foundation diliput salah satu

stasiun televisi swasta Indonesia, yakni Trans7 dalam acara Doeloe Sekarang.

Mereka diliput karena album karyanya yang sangat berbeda dengan album batak

lainnya dan merupakan pelopor pertama album grup rap Batak.

Pada tahun 2016, Siantar Rap Foundation meluncurkan album ke tiganya.

Mereka melakukan promosi album ke tiga di salah satu acara yang ditayangkan

stasiun televisi iNews TV. Di album ke tiga ini Siantar Rap Foundation mulai

tampil di luar pulau Sumatera. Grup ini pertama kali tampil di kota Surabaya,

Sidoarjo, Madura, Jakarta, Bali, dan kota terakhir Bandung. Pada tahun yang sama,

grup ini diundang untuk tampil dalam pertunjukan seni Indonesia Kaya “Preman

Parlente” yang diliput oleh stasiun televisi SCTV dan Metro TV. Dalam acara ini

mereka berkolaborasi dengan Agus Nur, Butet, Viky Sianipar, Aduk, Cak Lontong,

Akbar, Alsant Nababan, Marwoto, dan masih ada beberapa seniman lainnya.

Di tahun 2018, Siantar Rap Foundation dipilih untuk mengisi sound track

lagu dalam film Pariban yang akan segera tayang di akhir tahun 2018. Lagu yang

dibawakan dalam film ini ada dua yang berjudul Pariban dan Boru ni Raja (remake

67
dari album Tobanese). Selain mengisi sound track lagu, mereka juga ikut berperan

dalam film ini dimana mereka berperan sebagai anak-anak muda Batak.

Selama berkarier, Siantar Rap Foundation telah banyak tampil untuk

mengisi berbagai acara bersama artis dan penyanyi lokal maupun ibukota. Beberapa

artis dan penyanyi tersebut antara lain, Tongam Sirait, Arvindo Simatupang, Trio

Ambisi, Amigos band, Marsada Band, Shine Band (finalis Indonesian Got Talent

SCTV), Ocha Mamamia (Juara 1 Mamamia Indosiar 2014), Maria Chalista, Edo

Kondologit, Tessa Kaunang dan beberapa band ibukota Repvblik, Radja, NTRL,

dan Jamrud.

68
BAB IV
ANALISIS TEKSTUAL LAGU DAINANG DAN TORTOR NI HALAK BATAK
YANG DIBAWAKAN OLEH SIANTAR RAP FOUNDATION

4.1 Analisis Tekstual Lagu Dainang

Teks dapat dipahami sebagai suatu rangkaian pernyataan bahasa secara

terstruktur. Lirik lagu merupakan sebuah teks karena di dalam lagu tersebut

terdapat rangkaian pernyataan bahasa, secara konkret berupa untaian kata-kata dan

baris-baris kalimat yang disusun oleh pencipta lagu tersebut. Dengan demikian

yang dimaksud dengan analisis tekstual adalah analisis wacana yang bertumpu

secara internal pada teks yang dikaji, yaitu berupa lirik lagu tersebut (Sumarlam,

2004 : 87).

4.1.1 Isi Teks Lagu Dainang

Di hahurangan ki, ai hodo patikkoshon au


Molo borngin lasni ari ingot do ho tu au
Mauliate ma inang di sude haholongan mi
Inanghu naburju na uli lagu
[Pada ketidaksempurnaan ini, engkaulah yang menyempurnakan
Di setiap saat, engkau selalu mengingatku
Terimakasih ibu atas segala kasih sayangmu
Ibuku yang sangat baik]

Di tangiangni i inang, di haholongan mi tu au


Apus ma ilumi inang, posroham posroham ale inang
[Di dalam doamu ibu, kasih sayangmu padaku
Hapuslah kesedihanmu ibu, tenanglah tenanglah ibu]

69
Rap 1:
Langkah kaki tertatih seolah lelah berdiri
Menyeret langkah perlahan enggan untuk berhenti
Hodo inanghu na burju na uli na lagu
Idokhon ho anakhon ki do hamoraon di au
[Kaulah ibuku yang sangat baik
Engkau mengatakan bahwa anakkulah yang paling berharga bagiku]

Tertawa coba melawan hati


Berburu sola di gurun melawan sola di lawan mengungkap tiada berhenti
Sola sendiri hati lelah menanti
Satu masa tak pasti tak lagi engkau nikmati

Di tangiangni i inang, di haholongan mi tu au


Apus ma ilumi inang, posroham posroham ale inang
[Di dalam doamu ibu, kasih sayangmu padaku
Hapuslah kesedihanmu ibu, tenanglah tenanglah ibu]

Rap 2:
Bakar telapak hapus amarah telanjang kaki
Tangan mengepal mata layu tahan dahaga
Tanpa mencela peluh bagai permata
Tangis jadi irama asa yang tak terkira
Buatmu mama sabar jadi lencana
Walau kaki bernana keras takkan menyerah
Arah tak mampu seakan siap tersapu
Hanya padamu, Mama aku siap berpatuh

Godang do dosaku tuho da inang


Godang hadangolonmu tarbahen au
Hupasahat endeku tu ho da inang
Inangku na burju na lagu
[Banyak kesalahanku padamu ibu
Banyak kesedihanmu karena perbuatanku
Kupersembahkanlah lagu ini untukmu ibu
Ibuku yang sangat baik]

Di tangiangni i inang, di haholongan mi tu au


Apus ma ilumi inang, posroham posroham ale inang
[Di dalam doamu ibu, kasih sayangmu padaku

70
Hapuslah kesedihanmu ibu, tenanglah tenanglah ibu]

Hooo…oooo

Di tangiangni i inang, di haholongan mi tu au


Apus ma ilumi inang, posroham posroham ale inang
[Di dalam doamu ibu, kasih sayangmu padaku
Hapuslah kesedihanmu ibu, tenanglah tenanglah ibu
Tenanglah tenanglah ibu]

Tema utama lagu ini adalah tentang ibu yang sangat menyayangi anaknya,

berjuang untuk memberikan yang terbaik kepada anaknya. Masyarakat Batak

dikenal sangat menyayangi anak-anaknya, bahkan rela banting tulang, bekerja keras

asal hidup anaknya jauh lebih baik darinya. Khususnya ibu orang Batak, mereka

tidak memikirkan perhiasan, baju, barang apa yang akan ia kenakan, mereka hanya

memikirkan bagaimana agar kelak anaknya menjadi orang sukses. Kehidupannya

hanya diserahkan untuk anaknya.

4.1.2 Makna Teks Lagu Dainang

Masyarakat Batak terkenal dengan falsafah anakhon hi do hamoraon di au,

artinya anakku adalah harta yang sangat berharga bagiku, tidak dapat dinilai

melebihi apapun. Ini juga merupakan motivasi orangtua untuk menyekolahkan

anak-anaknya hingga mendapat gelar yang tinggi agar kehidupan anak jauh lebih

baik daripada orangtuanya. Falsafah ini digunakan dalam lirik lagu Dainang,

dimana falsafah ini dapat memberi makna yang mendalam pada lirik lagu tersebut,

yakni bahwa si ibu berjuang agar kehidupan anaknya jauh lebih baik walaupun

anaknya belum memberikan apa yang diinginkannya. Namun si anak tetap

71
memberikan kekuatan pada si ibu agar tetap berusaha dan berdoa supaya kehidupan

si anak jauh lebih baik dan si anak dapat memberikan kebahagiaan kepada ibunya.

Pada bait pertama, terdapat kalimat “Di hahurangan ki, ai hodo patikkoshon

au, molo borngin lasni ari ingot do ho tu au”, dalam bahasa Indonesia artinya pada

ketidak sempurnaan atau kekurangan ini, engkau yang menyempurnakan atau

memperbaiki menjadi lebih baik, di malam dan siang hari engkau selalu

mengingatku. Kalimat ini mengungkapkan bahwa begitu banyak keburukan dan

kesalahan yang diperbuat si anak, namun si ibu mencoba untuk memperbaiki segala

sesuatunya. Dalam bahasa Indonesia, kalimat ingot do ho tu au ialah ingatnya

engkau padaku. Namun pada lagu ini kalimat tersebut mengandung makna bahwa si

ibu memikirkan anaknya. Sehingga, makna pada kalimat “molo borngin lasni ari

ingot do ho tu au” ialah bahwa setiap saat, setiap waktu si ibu selalu memikirkan

anaknya, ia tidak pernah sedetikpun untuk tidak memikirkan si anak. Ibu selalu

memikirkan apa yang terbaik untuk anaknya. Memberikan doa dan harapan agar

anaknya menjadi yang terbaik. Itu merupakan sifat dan sikap dari seorang ibu yang

tidak bisa dipungkiri. Pada kalimat “mauliate ma inang di sude haholongan mi”,

haholongan diartikan sebagai kasih sayang, cinta ibu pada anaknya. Kalimat

“inanghu naburju na uli lagu”, naburju artinya yag baik, na uli artinya yang cantik,

mengandung makna bahwa si ibu memiliki sifat yang baik, tidak hanya rupa yang

cantik namun jati diri si ibu juga baik. Sifat baik yang dimiliki si ibu menjadi

contoh dan pautan untuk si anak.

Pada bait ke tiga terdapat kalimat, “di tangiangni i inang, di haholongan mi

tu au, apus ma ilumi inang, posroham posroham ale inang”. Dalam doa si ibu selalu

72
membawa nama anaknya, baik dalam suka maupun duka, siang dan malam, si ibu

tak pernah lupa mendoakan anaknya. Dengan cucuran air mata ibu meminta kepada

Tuhan agar diberi yang terbaik untuk anaknya. Dalam lirik tersebut juga dapat

dilihat bahwa si anak mencoba untuk menghibur dan memeberi ketenangan pada

ibunya dengan berkata, tenanglah ibu, dimana kalimat tersebut meminta kepada si

ibu agar bersabar dan selalu mendoakannya agar kelak menjadi orang sukses dan

dapat menggantikan peluh dan air mata si ibu.

Dalam lagu ini terdapat bagian rap, dimana liriknya tidak terlalu terpaku

pada sampiran dan sajak. Kalimat pada bagian langkah kaki tertatih seolah lelah

berdiri, menyeret langkah perlahan enggan untuk berhenti, menceritakan bahwa si

ibu yang sudah tua, mulai membungkuk dan bila berjalan pun dengan bantuan

tongkat. Namun si ibu tidak putus asa, walaupun ia akan berjalan dengan susah

karena kakinya yang mulai sulit untuk melangkah, namun demi anaknya ia akan

terus berjuang. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, lirik “idokhon ho anakhon hi

do hamoraon di au” memiliki makna bahwa sejak dalam kandungan si anak adalah

harta yang sangat berharga, sumber kebahagiaan, sehingga tidak ada yang bisa

menggantikan kasih sayang orangtua. Pada lirik ” tertawa coba melawan hati”,

diibaratkan si ibu yang sedang sedih berusaha untuk menghibur dirinya sendiri,

melawan segala kesedihan dalam diri namun tetap memikirkan yang terbaik untuk

anaknya. Kesepian yang kadang kala melanda hidupnya, ia tepis dengan mencoba

menghibur diri sendiri yaitu dengan berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar

kebahagiaan meliputi kehidupan keluarganya. Pada lirik “Seolah sendiri, hati lelah

menanti, satu masa tak pasti tak lagi engkau nikmati”, diartikan bahwa si ibu yang

73
merasa dirinya sendiri lelah menanti sesuatu yang belum pasti, menanti akan

kesuksesan anaknya namun belum ia dapat.

Pada lirik rap bagian ke dua, menceritakan kesusahan si ibu demi

memperjuangkan kesuksesan anaknya. Bakar telapak hapus amarah telanjang kaki,

diartikan bahwa si ibu yang tidak menggunakan alas kaki. Tangan mengepal,

diartikan tangan si ibu yang sedang memegang tongkatnya. Mata layu tahan dahaga

yang berarti si ibu yang sudah lelah, capek, namun tetap semangat

memperjuangkan kesuksesan anaknya. Tanpa mencela peluh bagai permata, tangis

jadi irama asa yang tak terkira, diartikan si ibu yang tidak mengeluarkan sedikit pun

kata lelah, bahkan tangisannya tidak dapat dilihat karena ia menahan kesedihan

dalam diri. Buatmu mama sabar jadi lencana, walau kaki bernana keras takkan

menyerah, arah tak mampu seakan siap tersapu, hanya padamu mama aku siap

berpatuh, dalam lirik ini si anak menguatkan si ibu dengan berkata sabarlah ibu,

walaupun kau merasakan kesakitan di setiap langkahmu, kerasnya hidup, namun

percayalah bahwa semuanya akan terlewati dan atas segala kebaikan si ibu, si anak

berjanji untuk patuh dan taat pada ibunya.

Pada lirik lagu “Godang do dosaku tuho da inang, godang hadangolonmu

tarbahen au. Hupasahat endeku tu ho da inang, inangku na burju na lagu”,

merupakan ungkapan rasa bersalah si anak kepada ibunya. Banyak kesalahan yang

diperbuat sehingga membuat ibunya bersedih. Si anak juga ingin memberikan

kebahagiaan untuk ibunya, walaupun ia belum dapat memberikannya. Melalui lagu,

si anak mencoba untuk mengungkapkan perasaan, kasih sayang dan terimakasihnya

pada ibu dan berharap si ibu akan tetap dan selalu menyayanginya.

74
4.2 Analisis Tekstual Lagu Tortor Ni Halak Batak

Teks dapat dipahami sebagai suatu rangkaian pernyataan bahasa secara

terstruktur. Lirik lagu merupakan sebuah teks karena di dalam lagu tersebut

terdapat rangkaian pernyataan bahasa, secara konkret berupa untaian kata-kata dan

baris-baris kalimat yang disusun oleh pencipta lagu tersebut. Dengan demikian

yang dimaksud dengan analisis tekstual adalah analisis wacana yang bertumpu

secara internal pada teks yang dikaji, yaitu berupa lirik lagu tersebut (Sumarlam,

2004: 87).

4.2.1 Isi Teks Lagu Tortor Ni Halak Batak

Masihol, masihol do rohakku tahe


Mamereng horja ni Bataki
Masihol, masihol do rohakku tahe
Mamereng tortor ni Bataki
[Rindu, rindu hatiku
Melihat adat Batak itu
Rindu, rindu hatiku
Melihat tarian Batak itu]

Tung na tabo ma tahe pakkuling ni ogung i


Tung na tabo ma tahe soara ni sarune i
Marhuratak nang taganing nai tahe
Tung na tabo ma soara ni i
[Betapa indahnnya suara ogung itu
Betapa indahnya suara sarune itu
Marhuratak taganing itu
Betapa indah suara itu]

Tung so tarlupahon ahu saleleng mangolu ahu


Ima gondang ni hita Batak i
Tarbarita do tahe tu luat sileban i

75
Ima tortor ni halak Batak i
[Tak akan pernah ku lupakan selama hidupku
Itulah musik orang Batak itu
Tersiar ke seluruh penjuru
Tarian Batak itu]

Masihol, masihol do rohakku tahe


Mamereng horja ni Bataki
Masihol, masihol do rohakku tahe
Mamereng tortor ni Bataki
[Rindu, rindu hatiku
Melihat adat Batak itu
Rindu, rindu hatiku
Melihat tarian Batak itu]

Tung na tabo ma tahe pakkuling ni ogung i


Tung na tabo ma tahe soara ni sarune i
Marhuratak nang taganing nai tahe
Tung na tabo ma soara ni i
[Betapa indahnnya suara ogung itu
Betapa indahnya suara sarune itu
Marhuratak taganing itu
Betapa indah suara itu]

Tung so tarlupahon ahu saleleng mangolu ahu


Ima gondang ni hita Batak i
Tarbarita do tahe tu luat sileban i
Ima tortor ni halak Batak i
[Tak akan pernah kulupakan selama hidupku
Itulah musik orang Batak itu
Tersiar ke seluruh penjuru
Tarian Batak itu]

Tung na tabo ma tahe pakkuling ni ogung i


Tung na tabo ma tahe soara ni sarune i
Margurakan nang taganing nai tahe
Tung na tabo ma soara ni i
[Betapa indahnnya suara ogung itu
Betapa indahnya suara sarune itu
Marhuratak taganing itu

76
Betapa indah suara itu]

Tung so tarlupahon ahu saleleng mangolu ahu


Ima gondang ni hita Batak i
Tarbarita do tahe tu luat sileban i
Ima tortor ni halak Batak i
[Tak akan pernah kulupakan selama hidupku
Itulah musik orang Batak itu
Tersiar ke seluruh penjuru
Tarian Batak itu]

Tung so tarlupahon ahu saleleng mangolu ahu


Ima gondang ni hita Batak i
Tarbarita do tahe tu luat sileban i
Ima tortor ni halak Batak i
[U…wo…
Tak akan pernah kulupakan selama hidupku
Itulah musik orang Batak itu
Tersiar ke seluruh penjuru
Tarian Batak itu]

Lagu ini menceritakan kerinduan akan budaya Batak, awal dimana kesenian

dan kebudayaan Batak itu sesungguhnya. Masyarakat Batak terkenal dengan

adatnya yang sangat dijunjung tinggi. Dimana pun mereka berada, mereka akan

tetap membawa nama Batak. Mereka tidak malu untuk mengenalkan diri mereka

sebagai suku Batak. Oleh karena itu, Batak sudah dikenal oleh dunia.

4.2.2 Makna Teks Lagu Tortor Ni Halak Batak

Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia.

Kehidupan masyarakat Batak adalah kehidupan yang sangat menjunjung tinggi

adatnya. Masyarakat Batak bahkan sebelum lahir ke dunia pun (masih dalam

kandungan) sudah melakoni adat sampai seorang Batak tersebut meninggal dan

77
menjadi tulang-belulang masih ada serangkaian adat. Ini bukan menunjukkan

rumitnya Batak dan adatnya, ini menunjukkan bahwa Dalihan Natolu (Somba

marhula-hula, Elek marboru, Manat mardongan tubu) selalu ditunjukkan dengan

perayaan serta syukuran dan adat digunakan sebagai pertanda.

Dalam masyarakat Batak adat merupakan persatu-paduan kebudayaan

kerohanian dan kemasyarakatan yang meliputi kehidupan, keagamaan, hukum,

kemasyarakatan atau kekerabatan, bahasa, seni, tehnologi, dan sebagainya. Orang

Batak percaya bahwa adat yang diturunkan oleh nenek-moyang itu diilhami

oleh Debata Mulajadi Nabolon. Menurut mitologi suku Batak, Debata Mulajadi

Nabolon adalah ilah yang tidak bermula dan tidak berakhir. Dia adalah awal

dari semua yang ada. Dia dipercaya sebagai Allah Yang Mahatinggi, yang

menjadikan langit, bumi dan segala isinya, yang secara terus-menerus memelihara

hidup in

Namun seiring berjalannya waktu, akibat perubahan zaman dan masuknya

agama, kebudayaan awal Batak mulai berubah. Kesenian awal masyarakat Batak

juga mulai berubah bahkan ada yang hampir dilupakan.

Lagu ini merupakan sebuah penyampaian seseorang akan kerinduan

kebudayaan Batak yang mulai pudar. Terlihat dari liriknya yang menggunakan kata

”masihol” yang artinya rindu. Pada bait pertama terdapat lirik yang mengatakan

“masihol, masihol do rohakku tahe. Mamereng horja ni Batak i”, kata “horja”

artinya kerja namun pada masyarakat Batak horja yang dimaksud ialah kebudayaan

ataupun upacara adat yang dilakukan masyarakat Batak. Maka makna dalam lirik

lagu tersebut merupakan kerinduan seseorang akan kebudayaan ataupun upcara

78
adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat Batak. Pada lirik selanjutnya terdapat

kalimat yang mengatakan “masihol mamereng tortor ni Batak i”, tortor merupakan

salah satu tarian tradisional masyarakat Batak dimana gerakan tarian ini seirama

dengan iringan musik gondang. Pada lirik ini menceritakan kerinduan seseorang

dengn tarian Batak, bagaimana tari tortor yang sesungguhnya dibawakan sebelum

adanya perubahan tari tortor pada zaman ini. Jika dilihat tortor merupakan tarian,

namun bila dilihat dengan seksama gerakan-gerakan tortor memiliki makna yang

menunjukkan bahwa tortor merupakan sebuah media komunikasi, di mana melalui

gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara. Pada awalnya

tortor digunakan sebagai sarana penyampaian batin baik kepada roh-roh leluhur

dan maupun kepada orang yang dihormati (tamu-tamu) dan disampaikan dalam

bentuk tarian menunjukkan rasa hormat, namun semakin lama tortor digunakan

untuk seni pertunjukan. Inilah yang membuat masyarakat Batak rindu akan tortor

sesungguhnya.

Masyarakat Batak kaya akan seni. Salah satunya adalah seni musik. Musik

pada masyarakat Batak disebut dengan gondang, dimana kumpulan alat musiknya

taganing, gordang, sarune, ogung, hesek dan masih banyak lagi. Pada bait ke dua

menceritakan bahwa suara yang dikeluarkan dari alat musik Batak seperti ogung

dan sarune begitu indah didengar. Pada bait ke dua terdapat kata “marhuratak”,

merupakan istilah dari bunyi pinggiran kayu taganing yang dimainkan dengan

indah. Dalam bermain taganing, biasanya pargonci (sebutan untuk pemain musik

pada masyarakat Batak) akan melakukan huratak disela-sela permainan.

79
Pada bait ke tiga, menceritakaan bentuk kecintaannya akan kebudayaan

Batak, tidak akan pernah melupakan segala sesuatu pada masyarakat Batak, baik

kegiatan upacara adat hingga kesenian musik. Pada bait ke tiga ini juga terdapat

kalimat “tarbarita do tahe tu luat sileban i, ima tortor ni halak Batak i”, artiya

kebudayaan Batak sudah terdengar diseluruh penjuru. Penyebaran kebudayaan

Batak bisa diakibatkan oleh masyarakat Batak yang pergi merantau dan mereka

tidak malu untuk membawa adat istiadat Batak ditempat yang baru. Inilah Batak

yang memiliki adat istiadat yang sangat kuat, hingga dimanapun berada

kebudayaan Batak tetap dibawa.

80
BAB V
ANALISIS MUSIKAL LAGU DAINANG DAN TORTOR NI HALAK
BATAK YANG DIBAWAKAN OLEH SIANTAR RAP FOUNDATION

Sebelum menganalisis, langkah pertama yang dikerjakan ialah mengubah

bunyi musik ke dalam lambang visual melalui sebuah proses kerja yang disebut

transkripsi. Nettl mengatakan bahwa transkripsi ialah proses menotasikan bunyi,

mengalihkan bunyi menjadi simbol visual, atau kegiatan memvisualisasikan bunyi

musik ke dalam bentuk notasi dengan cara menuliskannya ke atas kertas. Pada

umumnya dalam budaya oral, notasi yang digunakan ialah notasi konvensional

Barat, hal ini menjadi alternatif pilihan yang paling besar kemungkinannya

digunakan, terutama jika dalam budaya musikal yang diteliti tidak tersedia sistem

penulisan notasi musik.

5.1 Analisis Musikal Lagu Dainang

Dalam menganalisis lau Dainang, penulis berpedoman kepada teori yang

dikemukakan oleh Bruno Nettl yaitu bahwa untuk mendeskripsikan komposisi

musikal harus memperhatikan unsur-unsur berikut (1) perbendaharaan nada, (2)

tangga nada (Inggris: modus), (3) tonalitas, (4) interval, (5) kontur melodi, (6)

ritme, (7) tempo, dan (8) bentuk.

5.1.1 Perbendaharaan Nada

Nada-nada yang terdapat dalam lagu Dainang berjumlah sepuluh nada,

diantaranya terdapat dua nada rendah dan delapan nada oktaf. Nada nada tersebut

81
penulis susun dari nada yang paling rendah ke nada yang paling tinggi. Maka akan

terlihat seperti berikut ini: B1 – C#1 – E – F# – G# – A – A# – B – C# – D# .

5.1.2 Tangga Nada (Modus)

Netll (1964:145 ), mengemukakan cara-cara mendeskripsikan tangga nada

dengan menuliskan nada yang dipakai tanpa melihat fungsi masing-masing dalam

lagu. Tangga nada dalam musik barat dapat diartikan sebagai satu kumpulan not

yang diatur sedemikian rupa dengan aturan yang telah ada (baku) sehingga

memberikan karakter tertentu.

Tangga nada digolongkan menurut beberapa klasifikasi, menurut jumlah

nada yang dipakai. Tangga nada ditonic (dua nada), tritonic (tiga nada), tetratonic

(empat), pentatonic (lima nada), hexatonic (enam nada), heptatonic (tujuh nada).

Serta menurut interval antara nada-nada yang disusun dari nada terendah sampai

nada tertinggi seperti mayor dan minor dua nada, dengan jarak satu oktaf biasanya

dianggap satu nada saja (Bruno Nettl terj. Nathalian 2012: 142). Berdasarkan

pendapat tersebut, tangga nada lagu Dainang disebut heptatonic (tujuh nada). Nada-

nada diatas jika digambarkan dalam notasi balok, maka hasilnya seperti berikut:

E F# G# A B C# D# E’

82
5.1.2.1 Nada Dasar

Tonalitas merupakan nada yang menjadi dasar sebuah lagu. Menentukan

nada dasar sebuah lagu merupakan hal yang terkadang sulit. Beberapa cara yang

dikemukakan oleh Bruno nettl dalam menentukan nada dasar yakni:

1. Nada yang paling sering dipakai

2. Nada yang harga ritmisnya paling besar

3. Nada akhir, tengah, atau awal komposisi

4. Nada paling rendah

5. Nada yang berada pada posisi oktaf

6. Nada dengan tekanan ritmis paling kuat

7. Harus diingat bahwa barang kali ada gaya-gaya musik yang mempunyai

sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-patokan

diatas. Mendeskripsikan sistem tonalitas seperti ini, cara terbaik tampaknya

adalah berdasarkan pengalaman, pengenalan yang akrab dengan gaya

musik tersebut akan dapat ditentukan tonalitas dari musik yang diteliti.

Nada dasar lagu Dainang


Metode 1 2 3 4 5 6 7
Nada dasar E E EBE B D# E E
Tabel 5.1

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat kecenderungan nada dasar ada pada

nada E maka penulis menjadikannya sebagai nada dasar lagu ini.

83
5.1.2.2 Modulasi

Modulasi ialah perpindahan nada dasar dari suatu lagu ke nada yang lebih

tinggi dan biasanya dilakukan ditengah lagu.

Modulasi pada lagu Dainang sebagai berikut:

F# G# A# C# D#

5.1.2.3 Interval

Interval merupakan jarak (range) antara nada satu dengan nada lainnya yang

diukur berdasarkan sistim laras dari masing-masing nada. Interval terdiri atas dua

yaitu; (1) interval harmonis, yaitu nada-nada dibunyikan secara bersamaan (2)

interval melodis, yaitu nada-nada yang dibunyikan secara tidak bersamaan.

Penentuan sebuah interval nada berdasarkan jarak nada nada tersebut. Jika

dari nada dasar C maka nada C-C disebut prime, C-D disebut sebagai sekunda, C-E

disebut terts, C-F disebut kwart, C-G disebut kwint, C-A disebut sekta, C-B disebut

septime, dan C-c' disebut oktaf. Penamaan interval juga ditambahi dengan mayor,

minor, agumentik, dan diminis. Penentuan tersebut berdasarkan jika laras sebuah

nada diturunkan atau dinaikkan dari ketepan laras yang sudah ditentukan. Untuk

lebih jelasnya penulis menggambarkannya dalam bentuk tabel dibawah ini.

84
Rumus Interval

Nada Interval Laras

C-C Prime perfect 0

C-D Sekunda mayor 1

C-E Terts mayor 2

C-F Kwart perfect 2½

C-G Kwint perfect 3½

C-A Sekta mayor 4½

C-B Septime mayor 5½

C-c' Oktaf perfect 6

Tabel 5.2

Berdasarkan penjabaran diatas, lagu Dainang memiliki interval prime,

sekunda, terts, dan kwart. Untuk lebih jelasnya dan masing masing jumlah

intervalnya terdapat pada tabel dibawah ini.

Interval Lagu Dainang

Nama Interval Posisi Interval Jumlah Interval

1P 297

2M 71

3M 11

3m 6

4P 2

2M 70

85
3M 8
3m 2

4P 1

Total : 468

Tabel 5.3

Dari hasil analisis, dapat diketahui interval yang paling banyak digunakan

dalam penyajian lagu Dainang ialah interval prime perfect (1P) dengan jumlah 297

kali, interval sekunda mayor (2M) 141 kali, terts mayor (3M) 19 kali, terts minor

(3m) 8 kali. Sedangkan jumlah interval paling sedikit ialah kwart perfect (4P) 3.

Hal ini terjadi karena faktor dari akulturasi antara musik Batak dan musik hiphop,

dimana pada musik hiphop atau pada bagian rap lebih dominan interval prime

perfect. Dengan demikian, 1P, 2M, 3M, dan 4P mempunyai peranan penting dalam

membentuk lagu Dainang.

5.1.2.4 Kontur Melodi

Kontur adalah garis melodi yang terdapat pada sebuah komposisi musik

yang dapat diidentifikasi berdasarkan pergerakan melodinya dan diperlihatkan

melalui grafik garis. Pada komposisi musik yang relatif panjang, identifikasi kontur

didasarkan pada bentuk melodi musiknya.

 bila gerak melodinya naik disebut ascending;

 bila menurun disebut descending;

 bila melengkung bergelombang disebut pendulous;

 bila berjenjang disebut terraced;

86
 dan apabila gerakan-gerakan intervalnya sangat terbatas disebut static.

Dengan mengacu pada identifikasi kantur di atas, maka kantur lagu

Dainang dapat di lihat sebagai berikut.

1. Kontur ascending dan descending

2. Kontur pendulous

3. Kontur terraced

4. Kontur static

87
5.1.2.5 Durasi Not

Durasi not dalam lagu ini diturunkan dari ritme atau irama, yang merupakan

gerak nada yang teratur karena adanya aksen yang tetap. Berdasarkan penggunaan

durasi pada hasil transkripsi lagu Dainang dapat dilihat sebagai berikut.

1. Penuh

Sebuah not dengan nilai penuh.

2. Not setengah

Sebuah not dengan nilai dua ketuk.

3. Single

Sebuah not dengan nilai seperempat.

4. Duple

Dua buah not yang masing masing bernilai seperdelapan.

88
5. Triple

Satu ketukan dasar yang terdiri dari tiga nada masing masing nada bernilai

seperdelapan. Gambar diatas menunjukkan pada ketukan dasarnya tidak diberi nada

(rest).

Satu ketukan dasar yang terdiri dari tiga nada masing masing nada bernilai

seperdelapan.

6. Quardruplet

Satu ketukan dasar yang terdiri dari empat nada masing-masing nada

bernilai seperenambelas.

5.1.3 Tempo

Tempo merupakan ukuran kecepatan dalam birama sebuah lagu. Sering juga

disebut sebagai pulsa/ketukan dasar. Tempo diukur berdasarkan konsep waktu

permenit, jika sebuah lagu ketukan dasarnya 60 maka setiap ketukan berdurasi satu

detik. Tempo dilaksifikasikan berdasarkan kecepatannya terbagi atas grave (15-39),

large (40-59), larghetto (60-65), adagio (66-75) andante (76-89), moderato (90-

89
104), allegretto (105-114), alegro (115-129), vivace (130-167), presto (168-199),

prestissimo (200-500). Lagu Dainang memiliki tempo 68 (adagio).

5.1.4 Pola Kadens

Berdasarkan sudut pandang etnomusikologi istilah kadensa diartikan

sebagai pola penyelesaian atau akhir untaian melodi baik itu dalam frase ataupun

bentuk pada materi ini, kadensa yang dimaksud adalah hanya berhubungan dengan

melodi dan bukan akord, yang terdapat dan dianggap relevan pada lagu Dainang.

Kadens frasa A Kadens frasa B

Kadensa frasa C

5.1.5 Formula Melodi

Formula melodi dalam hal ini terdiri atas bentuk, frasa, dan motif. Bentuk

adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa

adalah bagian-bagian kecil dari melodi. Motif adalah ide melodi sebagai dasar

pembentukan melodi. Berikut beberapa istilah untuk menganalisis bentuk, yang

dikemukakan oleh William P. Malm :

1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang diulang-ulang.

2. Ireratif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang memakai formula melodi yang kecil

90
dengan kecenderungan pengulang-pengulang di dalam keseluruhan nyanyian.

3. Strofic yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks

nyanyian/melodi yang baru atau berbeda.

4. Reverting yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian/melodi terjadi pengulangan

pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi.

5. Progressive yaitu bentuk nyanyian/melodi yang terus berubah dengan

menggunakan materi melodi yang selalu baru.

Pada lagu Dainang, penulis menyimpulkan dari kutipan diatas bahwa bentuk

melodi lagu Dainang adalah bentuk Repetitif dan dimana dalam lagu Dainang

tersebut dinyanyikan dengan melodi yang cenderung pengulangan dan memakai

formula kecil.

Frasa A

Frasa B

91
Frasa C

Frasa D

Frasa E

5.2 Analisis Musikal Lagu Tortor Ni Halak Batak

92
Dalam menganalisis lau Tortor Ni Halak Batak, penulis berpedoman kepada

teori yang dikemukakan oleh Bruno Nettl yaitu bahwa untuk mendeskripsikan

komposisi musikal harus memperhatikan unsur-unsur berikut (1) perbendaharaan

nada, (2) tangga nada (Inggris: modus), (3) tonalitas, (4) interval, (5) kontur melodi,

(6) ritme, (7) tempo, dan (8) bentuk.

5.2.1 Perbendaharaan Nada

Nada-nada yang terdapat dalam lagu Tortor Ni Halak Batak berjumlah

delapan nada, diantaranya terdapat tiga nada rendah dan lima nada oktaf. Nada nada

tersebut penulis susun dari nada yang paling rendah ke nada yang paling tinggi.

Maka akan terlihat seperti berikut ini: G1 – A1 – B1 – C – D – E – F – G .

5.2.2 Tangga Nada (modus)

Netll (1964:145), mengemukakan cara-cara mendeskripsikan tangga nada

dengan menuliskan nada yang dipakai tanpa melihat fungsi masing-masing dalam

lagu. Tangga nada dalam musik barat dapat diartikan sebagai satu kumpulan not

yang diatur sedemikian rupa dengan aturan yang telah ada (baku) sehingga

memberikan karakter tertentu.

Tangga nada digolongkan menurut beberapa klasifikasi, menurut jumlah

nada yang dipakai. Tangga nada ditonic (dua nada), tritonic (tiga nada), tetratonic

(empat), pentatonic (lima nada), hexatonic (enam nada), heptatonic (tujuh nada).

Serta menurut interval antara nada-nada yang disusun dari nada terendah sampai

nada tertinggi seperti mayor dan minor dua nada, dengan jarak satu oktaf biasanya

93
dianggap satu nada saja (Bruno Nettl terj. Nathalian 2012: 142). Berdasarkan

pendapat tersebut, tangga nada lagu Tortor Ni Halak Batak disebut heptatonic

(tujuh nada). Nada-nada diatas jika digambarkan dalam notasi balok, maka hasilnya

seperti berikut:

C D E F G A B C’

5.2.2.1 Nada Dasar

Tonalitas merupakan nada yang menjadi dasar sebuah lagu. Menentukan

nada dasar sebuah lagu merupakan hal yang terkadang sulit. Beberapa cara yang

dikemukakan oleh Bruno nettl dalam menentukan nada dasar yakni:

1. Nada yang paling sering dipakai

2. Nada yang harga ritmisnya paling besar

3. Nada akhir, tengah, atau awal komposisi

4. Nada paling rendah

5. Nada yang berada pada posisi oktaf

6. Nada dengan tekanan ritmis paling kuat

7. Harus diingat bahwa barang kali ada gaya-gaya musik yang mempunyai

sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-patokan

diatas. Mendeskripsikan sistem tonalitas seperti ini, cara terbaik tampaknya

adalah berdasarkan pengalaman, pengenalan yang akrab dengan gaya

musik tersebut akan dapat ditentukan tonalitas dari musik yang diteliti.

94
Nada dasar lagu Tortor Ni Halak Batak
Metode 1 2 3 4 5 6 7
Nada dasar C C CGC G G C C
Tabel 5.4

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat kecenderungan nada dasar ada pada

nada C maka penulis menjadikannya sebagai nada dasar lagu ini.

5.2.2.2 Interval

Interval merupakan jarak (range) antara nada satu dengan nada lainnya yang

diukur berdasarkan sistim laras dari masing-masing nada. Interval terdiri atas dua

yaitu; (1) interval harmonis, yaitu nada-nada dibunyikan secara bersamaan (2)

interval melodis, yaitu nada-nada yang dibunyikan secara tidak bersamaan.

Penentuan sebuah interval nada berdasarkan jarak nada nada tersebut. Jika

dari nada dasar C maka nada C-C disebut prime, C-D disebut sebagai sekunda, C-E

disebut terts, C-F disebut kwart, C-G disebut kwint, C-A disebut sekta, C-B disebut

septime, dan C-c' disebut oktaf. Penamaan interval juga ditambahi dengan mayor,

minor, agumentik, dan diminis. Penentuan tersebut berdasarkan jika laras sebuah

nada diturunkan atau dinaikkan dari ketepan laras yang sudah ditentukan. Untuk

lebih jelasnya penulis menggambarkannya dalam bentuk tabel dibawah ini.

95
Rumus Interval

Nada Interval Laras

C-C Prime perfect 0

C-D Sekunda mayor 1

C-E Terts mayor 2

C-F Kwart perfect 2½

C-G Kwint perfect 3½

C-A Sekta mayor 4½

C-B Septime mayor 5½

C-c' Oktaf perfect 6

Tabel 5.5

Berdasarkan penjabaran diatas, lagu Tortor Ni Halak Batak memiliki

interval prime, sekunda, terts, kwart dan kwint. Untuk lebih jelasnya dan masing

masing jumlah intervalnya terdapat pada tabel dibawah ini.

Interval Lagu Tortor Ni Halak Batak

Nama Interval Posisi Interval Jumlah Interval

1P 167

2M 81

3m 1

4P 12

2M 79

3m 14

96
4P 13

5P 2

Total : 369
Tabel 5.6

Melalui tabel di atas, dapat diketahui interval yang paling banyak digunakan

dalam penyajian lagu Tortor Ni Halak Batak ialah interval prime perfect (1P)

dengan jumlah 167 kali, interval sekunda mayor (2M) 160 kali, terts minor (3m) 15

kali, kwart perfect (4P) 25 kali. Sedangkan jumlah interval paling sedikit ialah

kwint perfect (4P) 2 kali. Dengan demikian, 1P, 2M, 3M, 4P dan 5P mempunyai

peranan penting dalam membentuk lagu Tortor Ni Halak Batak.

5.2.2.3 Kontur Melodi

Kontur adalah garis melodi yang terdapat pada sebuah komposisi musik

yang dapat diidentifikasi berdasarkan pergerakan melodinya dan diperlihatkan

melalui grafik garis. Pada komposisi musik yang relatif panjang, identifikasi kontur

didasarkan pada bentuk melodi musiknya.

(a) bila gerak melodinya naik disebut ascending;

(b) bila menurun disebut descending;

(c) bila melengkung bergelombang disebut pendulous;

(d) bila berjenjang disebut terraced;

(e) dan apabila gerakan-gerakan intervalnya sangat terbatas disebut static.

Dengan mengacu pada identifikasi kantur di atas, maka kantur lagu Tortor

Ni Halak Batak dapat di lihat sebagai berikut.

97
1. Kontur ascending dan descending

2. Kontur pendulous

3. Kontur terraced

4. Kontur static

98
5.2.2.4 Durasi

Durasi membentuk ritme atau irama, yang merupakan gerak nada yang

teratur karena adanya aksen yang tetap. Berdasarkan penggunaan durasi pada hasil

transkripsi lagu Tortor Ni Halak Batak dapat dilihat sebagai berikut.

1. Penuh

Sebuah not dengan nilai penuh.

2. Not setengah

Sebuah not dengan nilai dua ketuk.

3. Single

Sebuah not dengan nilai seperempat.

4. Duple

Dua buah not yang masing masing bernilai seperdelapan.

99
5. Triple

Satu ketukan dasar yang terdiri dari tiga nada masing masing nada bernilai

seperdelapan. Gambar diatas menunjukkan pada ketukan dasarnya tidak diberi nada

(rest).

Satu ketukan dasar yang terdiri dari tiga nada masing masing nada bernilai

seperdelapan.

6. Quardruplet

Satu ketukan dasar yang terdiri dari empat nada masing-masing nada

bernilai seperenambelas.

5.2.3 Tempo

Tempo merupakan ukuran kecepatan dalam birama sebuah lagu. Sering juga

disebut sebagai pulsa/ketukan dasar. Tempo diukur berdasarkan konsep waktu

permenit, jika sebuah lagu ketukan dasarnya 60 maka setiap ketukan berdurasi satu

detik. Tempo dilaksifikasikan berdasarkan kecepatannya terbagi atas grave (15-39),

large (40-59), larghetto (60-65), adagio (66-75) andante (76-89), moderato (90-

100
104), allegretto (105-114), alegro (115-129), vivace (130-167), presto (168-199),

prestissimo (200-500). Lagu Tortor Ni Halak Batak memiliki tempo 110

(allegretto).

5.2.4 Pola Kadens

Berdasarkan sudut pandang etnomusikologi istilah kadensa diartikan

sebagai pola penyelesaian atau akhir untaian melodi baik itu dalam frase ataupun

bentuk pada materi ini, kadensa yang dimaksud adalah hanya berhubungan dengan

melodi dan bukan akord, yang terdapat dan dianggap relevan pada lagu Tortor Ni

Halak Batak.

Kadensa frasa A

Kadensa frasa B

5.2.5 Formula Melodi

Formula melodi dalam hal ini terdiri atas bentuk, frasa, dan motif. Bentuk

adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa

adalah bagian-bagian kecil dari melodi. Motif adalah ide melodi sebagai dasar

pembentukan melodi. Berikut beberapa istilah untuk menganalisis bentuk, yang

dikemukakan oleh William P. Malm:

101
1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang diulang-ulang.

2. Ireratif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang memakai formula melodi yang kecil

dengan kecenderungan pengulang-pengulang di dalam keseluruhan nyanyian.

3. Strofic yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks

nyanyian/melodi yang baru atau berbeda.

4. Reverting yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian/melodi terjadi pengulangan

pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi.

5. Progressive yaitu bentuk nyanyian/melodi yang terus berubah dengan

menggunakan materi melodi yang selalu baru.

Pada lagu Tortor Ni Halak Batak, penulis menyimpulkan dari kutipan di atas

bahwa bentuk melodi lagu Tortor Ni Halak Batak adalah bentuk Repetitif dan

dimana dalam lagu Tortor Ni Halak Batak tersebut dinyanyikan dengan melodi

yang cenderung pengulangan dan memakai formula kecil.

Frasa A

102
Frasa B

Frasa C

103
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hiphop identik dengan budaya Amerika. Namun karena kulturnya yang

sangat mengena pada anak muda, maka penyebarannya sangat cepat hingga ke

seluruh dunia. Begitu juga di Indonesia khususnya di kota Pematangsiantar. Hiphop

dan rap berkembang pesat dan menjadi salah satu musik yang digemari oleh

kalangan remaja.

Siantar Rap Foundation merupakan salah satu grup yang beraliran

hiphop/rap yang berasal dari kota Pematangsiantar dan merupakan pelopor pertama

grup Batak rap. Musik yang dibawakan memadukan musik tradisional Batak Toba

dan unsur hiphop/rap. Lirik yang digunakan juga memadukan bahasa daerah.

Hiphop yang disajikan oleh Siantar Rap Foundation, hanya memberikan

warna pada lagu, bukan sebagai identitas hiphop yang kuat. Lebih mengutamakan

sajian dalam gaya musik populer Batak, dan mengadopsi juga unsur-unsur musik

tradisi Batak.

(A) Dari sisi tekstual, lagu Dainang menggunakan bahasa Batak dan

Indonesia, yang memiliki makna konotatif dan denotatif tertentu. Secara umum

makna semiotik dalam lagu ini adalah ekspresi kasih sayang ibu kepada anaknya.

Lagu Tortor Ni Halak Batak menggunakan bahasa Batak, dan mengandung makna

semiotik secara umum sebagai bentuk kecintaan seseorang kepada gondang dan

tortor (seni budaya) Batak.

104
(B) Dari sisi musikal menunjukkan bahwa pada lagu Dainang, penulis

memperoleh nada dasar E dengan menggunakan tangga nada heptatonic dan tempo

68 (adagio) serta memiliki jumlah nada sebanyak 10 nada yang diantaranya

terdapat dua nada rendah dan delapan nada oktaf, bila disusun dari nada paling

rendah ke nada yang paling tinggi: B1 – C#1 – E – F# – G# – A – A# – B – C# – D#

. Dan pada lagu Tortor Ni Halak Batak, penulis memperoleh nada dasar E dimana

lagu ini menggunakan tangga nada heptatonic dengan tempo 110 (allegretto) dan

memiliki jumlah nada sebanyak delapan, diantaranya terdapat tiga nada rendah dan

lima nada oktaf, bila disusun dari nada paling rendah ke nada paling tinggi: G1 – A1

– B1 – C – D – E – F – G .

6.2 Saran

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam proses penyusunan tulisan

mengenai lagu-lagu yang dibawakan oleh Siantar Rap Foundation. Salah satunya

adalah kurangnya sumber-sumber referensi mengenai lagu yang dikaji. Penulis

berharap dilain waktu, peneliti-peneliti berikutnya dapat menyempurnakan tulisan

ini. Bagi para peneliti berikutnya, penulis menyarankan beberapa hal untuk

dipersiapkan dalam penyusunan tulisan. Pertama, harus memiliki pengetahuan

umum tentang musik tradisi Batak Toba dan hiphop beserta unsur-unsur yang ada

dalam hiphop. Sehingga pada saat menerapkan teknik-teknik penelitian lapangan

kita dapat mengetahui dan menyusun konsep pengerjaan selanjutnya secara

bertahap juga sistematis. Selanjutnya, sebagai masyarakat yang memiliki identitas

kebudayaan, sebaiknya kita melestarikan setiap unsur kebudayaan khususnya musik

105
tradisi. Walaupun memberi warna baru pada musik tersebut, namun jangan pernah

untuk menghilangkan makna dan tujuan dari musik tersebut. Khususnya kaum

generasi bangsa, mari melestarikan kebudayaan yang sudah melekat pada diri sejak

lahir.

Demikianlah penulis menyelesaikan tulisan ini dengan harapan semoga

tulisan ini memberikan kontribusi yang positif dalam dunia pendidikan, secara

khusus untuk kemajuan etnomusikologi, serta kontribusi yang baik bagi hiphop

dalam meraih eksistensi di kalangan masyarakat. Terimakasih.

106
LAMPIRAN

Langkah ka- ki tertatih seolahlelahberdiri menyeretlangkahperlahan engganuntukberhenti

Ho do i-nang hu na bur-ju na- u- li na la- gu i- dokhon ho a- nakhonki do ha- mo ra- on di au

107
Tertawa coba me-lawan ha- ti berburu seolah diburuh me- lawan seolah menghentak tia-da berhenti

Seolah sen-di- ri ha- ti le- lah menanti sa- tu ma- sa tak pas-ti tak la- gi engkau nikmati

Apus ma i- lumi i-nang pos ro-

Bakar te- lapak ha-pus amarah telanjang kaki ta-

ngan mengepal ma-ta la- yu ta- han da- ha-ga tan- pa men-ce-la pe-luh ba- gai per-ma-ta ta- ngis ja-

di i- ra- ma a-sa yang tak terki-ra Bu- at- mu mama sa- bar ja- di lenca- na wa-lau ka- ki ber-

na- na ke- ras takkan me-nyerah a- rah tak mampu sea- kan si- ap ter-sa-pu ha- nya pa-da- mu

ma-ma a- ku si- ap ber-pa- tuh Godang do do- sa- ku tu ho a- le i- nang

Go-dang ha- da ngo-lon- mu tar- ba- hen au Hu-pa-sa hat en-de ku tu ho da i- nang i-

108
nang hu na bur- ju nau-li la-gu

109
sihol masiholdoro hak ku ta he ma mereng horjani Batak I Ma- sihol masihol do ro-

110
lingni ogung itung na tabo ma tahe soa- ra ni sa-ru-ne i mar- hu ratak nangtaganing na

i ta- he

lengmangoluau i- ma gondang ni hita Batak i

hak- ku ta- he ma- merenghorjani Batak I Ma- sihol masihol do ro-

-ling ni ogung i tung na

tabo matahe so- a-ra ni sarune i mar- hu- ratak nangtaganing na- i ta- he tung na

111
ta- bo ma so-a ra ni i

gondangni hita Batak i

112
-ling ni ogung i tung na ta- bo ma ta- he so- a- ra

ni sa-ru-ne i Mar- hu- ratak nang taganingna ita- he tung na ta-bo ma soa- ra ni-

i tung so- tarlupahon au sa- le-lengmangolu au i- ma gondang ni hita Batak i

tarlu- pa- hon au sa- le-lengmangolu au i- ma gondang ni hi-ta Batak i Tar-ba-

113
Komunitas Siantar Hiphop Soul

Dokumentasi Siantar Rap Foundation

Bintang tamu dalam perayaan HUT Tapanuli di Tarutung

114
Bersama Viky Sianipar

Tampil dalam pertunjukan seni Indonesia Kaya bersama seniman lainnya

115
Tampil dalam pertunjukan seni Indonesia Kaya bersama Alsant Nababan

Siantar Rap Foundation, Awenz, Eko Tambunan, Pak Guru, dan Dhea Vacarey

116
Penulis bersama Siantar Rap Foundation, Awenz, dan Eko Tambunan

117
DAFTAR PUSTAKA

Adhe. 2005. Hiphop: Perlawanan dari Gettho by Afrika Bambaataa & His
Brothas. Yogyakarta: Alinea.

Agsety, Hya Shinta Pristiu. 2012. Analisis Struktur dan Teknik Permainan Piano
“Concerto Pour La Main Gauche En Re Majeur” Karya Maurice Ravel.
Yogyakarta: Skripsi Sarjana Program Studi Pendidikan Seni Musik, Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.

Banoe, Pono.2003. Kamus Musik. Jakarta: Penerbit Kanisius.

Departemen Pendidikan Nasional.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Pusat Bahasa.

Indonesia, Nasional Geografi.2007. Kelelawar Panama Jawara Bersayap, Planet


Hiphop.Jakarta: PT. Gramedia Percetakan.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Rineka


Cipta.

Malm. William P. 1977. Music Culture of the Pasific, the Near East, and Asia
(terjemahan). Medan. Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara (terjemahan Takari).

Manalu, Kartini R.M. 2014. Analisis Komposisi dan Teknik Bernyanyi Seriosa
Indonesia. Medan: Skripsi Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan
Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Mardalis. 2006. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi


Aksara.

Merriam. Alan P. The Atropology Of Music. Nortwestern: Univercity Press.

Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method of Ethnomusicology. New York: The Free
Press.

Pasaribu. Ben.M. 1986. Taganing Batak Toba: Suatau Kajian Konteks


Sabangunan. Medan: Skripsi Sarjana Jurusan Etnomusikologi, Fakultas
Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

118
Waruwu, Evendi Januar Salomowa. 2013. Rap: Eksistensi dari sebuah Perjuangan
Lewat Lirik dalam Hip Hop: Kajian Struktur Tekstual. Medan: Skripsi
Sarjana Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara.

https://www.whiteboardjournal.com/ideas/hip-hop-indo/

https://www.hipwee.com/opini/tentang-musik-rap-dan-hip-hop-sebuah-aliran-

musik-dan-budaya-yang-terasingkan/

https://www.musikpopuler.com/2017/10/sejarah-hip-hop.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Rap

https://id.wikipedia.org/wiki/Disjoki

https://id.wikipedia.org/wiki/Drumset_elektrik
https://id.wikipedia.org/wiki/Grafiti
https://en.wikipedia.org/wiki/Indonesian_hip_hop
https://id.wikipedia.org/wiki/Siantar_Rap_Foundation
http://batakgaul.com/batak-kali/siantar-rap-foundation-rap-nya-anak-muda-batak-
937-1.html
http://saharasinarr9a.blogspot.com/2016/03/siantar-rap-foundation.html
http://www.infodanpengertian.com/pengertian-akulturasi-menurut-para-ahli
https://en.wikipedia.org/wiki/Hip-hop_in_academia
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/flow/article/viewFile/1608/914
http://frezeamenadivine.blogspot.com/2010/05/analisis-wacana-tekstual-dan.html

119
DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Arwin Manurung (Awenz)


Umur : 29 Tahun
Pekerjaan : Musisi hiphop, rapper, arranger, produser
Alamat : Jl. Cornel Simanjuntak, Pematangsiantar

2. Nama : Alfred Klinton Manurung (Alfred Phobia)


Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : Musisi hiphop, rapper
Alamat : Jl. Cornel Simanjuntak, Pematangsiantar

3. Nama : Petrus Simarmata (P.N.Si)


Umur : 18 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa, musisi hiphop, rapper
Alamat : Jl. Kasiavera 1, Perumnas Batu 6, Pematangsiantar

4. Nama : Alfred Reynaldo Sitanggang (Alfred Rey)


Umur : 22 Tahun
Pekerjaan : Musisi hiphop, rapper
Alamat : Jl. Cornel Simanjuntak, Pematangsiantar

5. Nama : Sandy Sinaga


Umur : 22 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa, soundman
Alamat : Jl. Setia Negara, Pematangsiantar

6. Nama : Marsius Sitohang


Umur : 65 Tahun
Pekerjaan : Dosen Etnomusikologi, seniman musik tradisi
Alamat : Jl. Martoba, Medan

120

Anda mungkin juga menyukai