Anda di halaman 1dari 25

Makalah

Akhlak
dosen Pembimbing:
Drs.Hassanuddin,MA

di susun oleh:

Muhamad Ananda Indirwan

Npm: 1007210097
kelas:

IIIc (teknik sipil)

Universitas Muhammadiyah Sumatra


Utara
Tahun ajaran:
2010-201

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita kesehatan dan

kesempatan, sehingga makalah yang berjudul AKHLAK ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.

Sholawat dan salam atas junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan

teladan dan panutan kepada ummat Manusia di dunia.

Ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam

penyusunan makalah ini, yang telah memberikan ilmunya sehingga makalah ini dapat terselesaikan

walaupun masih jauh dari kesempurnaan.

saya berharap adanya kritik dan saran dari saudara dan saudari sekalian,

Akhir kata Wassalamualaikum Wr. Wb

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL .........................................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................................ II

DAFTAR ISI .................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4

1. Latar Belakang ................................................................................. 4

2. Rumusan Masalah ........................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 6

A. Pengertian akhlak

1. apa itu akhlak................................................................................... 6

2. Sumber dan ciri-ciri akhlak islami...................................................... 7

3. Akhlak islami dalam kaitannya dengan status pribadi........................... 10


B. Akhlak Pribadi

1. Pribadi sebagai Hamba Allah ....................................................................... 10

2. Pribadi sebagai Anak ................................................................................... 13

3 Akhlak Pada Ayah dan Ibu .................................................................. ...... 14


4. Akhlak kepada Anggota Masyarakat/ Jama’ah ..................................... ...... 17
5. Akhlak Da’I/ Mubaligh ....................................................................... ...... 20
6. Akhlak Pemimpin ............................................................................... ...... 21
7. Akhlak Mahmudah dan Mazmumah.................................................... ...... 23

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 24

1. Kesimpulan ...................................................................................... 24

2. Saran ............................................................................................... 24

Daftar isi ....................................................................................................... 25

3
BAB I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

akhlak merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan suatu perbuatan

yang dilakukan seseorang. Kita misalnya mengatakan orang itu baik dan orang itu buruk. Masalahnya

apakah yang disebut baik dan buruk itu? Dan apa ukuran atau indicator yang dapat digunakan untuk

menilai pebuatan itu baik atau buruk? Dan apakah baik dan buruk itu merupakan sesuatu yang

mutlak atau relative? Dan bagaimana pandangan islam terhadap baik dan buruk berikut hal-hal yang

tekait dengan keduanya itu?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dicarikan jawabannya sehingga pada saat kita menilai

sesuatu itu baik atau buruk memiliki patokan atau indicator yang pasti. Untuk itu pada makalah ini

akan dibahas pengertian akhlak, ukuran untuk menilai baik dan buruk, sifat baik dan buruk, serta

pandangan islam mengenai baik dan buruk nya suatu akhlak. Pembahasan masalah ini kita

masukkan, sehingga dikatakan bahwa ilmu akhlak ini membahas tentang tingkah laku dan perbuatan

manusia dan menetapkannya baik atau buruk.

2. Rumusan Masalah
4
Pada makalah ini penulis mengemukan beberapa permasalahan, yaitu:

a. Apakah pengertian akhlak ?

b. Bagaimana penentuan akhlak baik dan buruk ?

c. Bagaimana sikap baik dan buruk nyasuatu akhlak? ?

d. Bagaimana baik dan buruk nya akhlak dalam ajaran Islam ?

BAB II

5
PEMBAHASAN

1. Pengertian Akhlak
‫ لخلللل ق‬yang menurut
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun ‫ق‬
bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung
‫ خخلل ق‬yang berarti kejadian, yang juga erat
segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun ‫ق‬
‫ خخللاَلل ق‬yang berarti pencipta; demikian pula dengan akhluqun
hubungannya dengan khaliq ‫ق‬
‫ خملخلللو ق‬yang berarti yang diciptakan.
‫ق‬
Secara epistemologi atau istilah akhlak bisa diartikan berbagai perspektif sesuai dengan para
ahli tasawuf diantaranya :
Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:
‫س ٍوداوعيوةة ٍلوواَهِ ٍاوول ٍاوفكفوعاَهِولواَهِ ٍومكن ٍوغ كوي ٍفوككةر ٍوورروويةة‬
‫وحاَهِلل ٍلولِنيفكف و‬

Artinya:
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:
‫صردرر ٍاكولفكفوعاَهِرل ٍبورسرهكولوةة ٍوويركسةرومكن ٍوغ كوي ٍوحاَهِوجةة ٍاوول ٍفوككةر ٍووررويةة‬ ‫اوكلرلِرق ٍوعباَهِرةة ٍعن ٍهيئوةة ٍوف ٍالنيفكف و و ة‬
‫س ٍوراسوخة ٍوعكنفوهاَهِ ٍتو ك‬ ‫ر و و و ك وك‬
Artinya:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan pertimbangan pikiran(lebih dahulu)”.

Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak “Adatul-Iradah” atau
kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:
‫ت ٍوشكيلأ ٍفوفوعاَهِودتفروهاَهِ ٍوهوي ٍالكرموسيماَهِرة ٍبواَهِكلرلِروق‬ ‫و‬ ‫و و‬
‫ضرهكم ٍاكلرلِروق ٍبوأونيره ٍوعاَهِودرة ٍاكلوراودة ٍيفوكعون ٍأوين ٍاكولوراودوة ٍاوذا ٍاكعتواَهِود ك‬
‫ف ٍبفوكع ر‬
‫وعور و‬
Artinya:
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang
dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu
dinakamakan akhlak.”
Makna kata kehendak dan kata kebiasaan dalam penyataan tersebut dapat diartikan
bahwa kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang
kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-

6
masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan
dari kekuatan yang besar inilah dinamakan Akhlak.
Sekalipun ketiga definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi sebenarnya tidak
berjauhan maksudnya, Bahkan berdekatan artinya satu dengan yang lain. Sehingga Prof. Kh.
Farid Ma’ruf membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut:
“Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena
kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.

2. Sumber dan Ciri-Ciri Akhlak Islami


Persoalan “Akhlak” di dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat pada Al-Qur’n
dan Al-Hadits. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hari bagi
manusia. Ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa
yang semestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah
dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.
Kita telah mengetahui bahwa akhlak islam adalah merupakan system moral/akhlak
yang berdasarkan islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah pada
nabi/Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.
Memang sbagaimana disebutkan terdahulu bahwa secara umum akhlak/moral terbagi
atas moral yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan akhirat dan kedua
moral yang sama sekali tidak berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan, moral ini timbul dari
sumber-sumber sekuler.
Akhlak islam, karena merupakan system akhlak yang berdasarkan kepercayaan
kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama itu sendiri. Dengan
demikian, dasar/sumber pokok daripada akhlak islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang
merupakan sumber utama dari agama islam itu sendiri.
Dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi:
‫ل ٍوورسنيوة ٍوووررسكولووه‬
‫ضلِلوا ٍمواَهِ ٍوتويسككترم ٍوبوماَهِ ٍكوتواَهِب ٍا و‬
‫و‬ ‫ك و‬
‫و‬ ‫ ٍتوفركك و‬:ٍ ‫ك ٍقواَهِول ٍالنيلب ٍصيلِىَّ ٍال ٍعلِويوه ٍوسلِيم‬
‫ت ٍفكيرككم ٍاوكموريكون ٍلوكن ٍتو ك‬
‫و ر وك وو و و ر‬
‫س ٍبون ٍماَهِولو ة‬
‫وعكن ٍاونو و ك‬
Artinya:
“ Dari Anas Bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw: Telah kutinggalkan atas kamu sekalian
dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu
Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya”.
Memang tidak disangsikan lagi dengan bahwa segala perbuatan/tidakan manusia apapun
bentuknya pada hakikatnya adalah bermaksud untuk mencapai kebahgiaan (saadah), dan hal

7
ini adalah sebagai “natijah” dari problem akhlak. Sedangkan saadah menurut system
moral/akhlak yang agamis(islam), dapat dicapai dengan jalan menuruti perintah Allah yakni
dengan menjahui segala larangan Allah dan mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana
yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sehubungan dengan Akhlak Islam, Drs. Sahilun A, Nasir menyebutkan bahwa Akhlak Islam
berkisar pada:
a. Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan dirinya kepada Allah, untuk mencapai
keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa kini maupun yang
akan datang.
b. Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunah Rasul-Nya, membawa
konsekuensi logis, sebagai standard dan pedoman utama bagi setiap moral muslim. Ia
member sangsi terhadap moral dalam kecintaan dan kekuatannya kepada Allah, tanpa
perasaan adanya tekanan-tekanan dari luar.
c. Keyakinannya akan hari kemuadian/pembalasan, mendorong manusia berbuat baik dan
berusaha menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala pengabdiannya kepada Allah.
d. Islam tidak moral yang baru, yang bertentangan dengan ajaran dan jiwa islam, berasaskan
darI Al-Qur’an dan Al-Hadits, diinterprestasikan oleh ulama mujtahid.
e. Ajaran Akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia berdasrkan asas kebaikan dan
bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya mengajarkan tetapi menegakkannya, dengan
janji dan sangsi Illahi yang Maha Adil. Tuntutan moral sesuai dengan bisikan hati nurani ,
yang menurut kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci keburukan.[1]
Dengan demikian dapat ditegasakan disini bahwa dasar dari akhlak islam secara global
hanya ada dua yakni: Percaya adanya Tuhan dan percaya adanya hari kemudian/ pembalasan,
sebagai disebutkan oleh Abul A’la Maududi bahwa system moral/akhlak ada yang
berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan setelah mati.
Dalam islam, budi pekerti merupakan refleksi iman dari seseorang sebagai contoh(suri
tauladan) yang pas dan benar ialah Rasullah Saw. Beliau memiliki akhlak yang sangat muia,
agung dan teguh. Sehingga tidak mustahil kalau Allah memilih beliau sebagai pemimpin
umat manusia.
“Akhlak” di dalam iajaran islam sangat rinci, berwawasan multi dimensial bagi
kehidupan, sistematis dan beralasan realitas. Juga “Akhlak” banyak dibicarakan tentang
konsekuensi yang bagi manusia yang tidak berpegang pada “ akhlak islam”.

8
“Akhlak islam” bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban
manusia dan mengobati bagi penyakit social dari jiwa dan mental. Tujuan berakhlak yang
baik untuk mendapatkan kebahagiann di dunia dan akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang
diidamkan manusia bukan semata berakhlak secara islami hanya bertujuan untuk kebahagiaan
dunia saja.
Dalam ajaran Islam memelihara terhadap sifat terpuji. Dan ada cirri-ciri akhlak islamiyah
yaitu:
1. Kebajikan yang mutlak
Islam menjamin kebajikan mutlak. Karena Islam telah menciptakan akhlak yang luhur. Ia
menjamin kebaikan yang murni baik untuk perorangan atau masyarakat pada setiap keadaan,
dan waktu bagaimanapun. Sebaliknya akhlak yang diciptakan manusia, tidak dapat menjamin
kebaikan dan hanya mementingkan diri sendiri.
2. Kebaikan yang menyeluruh
Akhlak islami menjamin kebaikan untuk seluruh manusia. Baik segala jaman, semua tempat,
mudah tidak mengandung kesulitan dan tidak mengandung perintah berat yang tidak
dikerjakan oleh umat manusia di luar kmampuannya. Islam menciptakan akhlak yang mulia,
sehingga dapat dirasakan sesuai dengan jiwa manusia dan dapat diterima akal yang sehat.
3. Kemantapan
Akhlak Islamiayah menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada diri manusia. Ia bersifat
tetap, langgeng dan mantap, sebab yang menciptakan Tuhan yang bijaksana, yang selalu
memliharanya dengan kebaikan yang mutlak. Akan tetapi akhlak/etika ciptaan manusia
bersifat berubah-rubah dan tidak selalu sama sesuai dengan kepentingan masyarakat dalam
satu jaman atau satu bangsa. Sebagai contoh aliran materialism, hati nurani dana lain
sebagainya.
4. Kewajiban yang dipatuhi
Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib ditaati manusia sebab ia mempunyai daya
kekuatan yang tinggi menguasai lahir batin dan dalam keadaan suka dan duka, juga tunduk
pada kekuasaan rohani yang dapat mendorong untuk tetap berpegang kepadanya. Juga
sebagai perangsang untuk berbuat kebaikan yang diiringi dengan pahala dan mencegah
perbuatan jahat, karena takut skan siksaan Allah SWT.
5. Pengawasan yang menyeluruh
Agama islam adalah pengawas hati nurani dan akal yang sehat, islam menghargai hati nurani
bukan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan beberapa usaha. Firman Allah dalam surat Al-

9
Qiyamah: 1-2 ; yang artinya: “Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan aku bersumpah
dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”.

3. Akhlak islami dalam kaitannya dengan status pribadi


Dibagian ini kami akan menjelaskan “Akhlak islami” yang mengatur dan
membatasi kedudukan (satus) pribadi sebagai:

1. Hamba Allah
2. Anak

3. Ayah/ibu

4. Anggota masyarakat

5. Jama’ah

6. Da’i/Muballigh

7. Pemimpin

Dengan demikian “akhlak islami” mengarah kepada status pribadi yang berada pada
kelompok social yang beraneka ragam. Fungsi, peran dan bagaimana semestinya berperilaku
pada posisi(kedudukan) dalam kelompok sosial tersebut, dengan adanya “akhlak Islami”
dapat dihindari (pola hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan
kholiqnya) keliruan bertindak.

B. Akhlak Pribadi
1. Pribadi sebagai Hamba Allah
Kenyataan di jagad raya (dunia) membuktikan bahwa ada kekuatan yang tidak
Nampak. Dia mengatur dan memelihara alam semesta ini.Juga Dialah yang menjadi sebab
adanya semua ini. Dalam pengaturan alam semesta ini terlihat ketertiban, dan ada suatu
peraturan yang berganti-ganti dan gejala dating dengan keteraturan-Nya.
Semua kenikmatan tersebut, bukan berarti “ Sang Pencipta mempunyai maksud kepada
manusia supaya membalas dengan sesuatu, itu tidak, tetapi Allah SWT.memerintahkan
manusia agar senantiasa beribadah kepada-Nya.

10
Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan makhluk dengan kholiknya. Dalam
masalah ketergantungan , hidup manusia selalu mempunyai ketergantungan kepada yang lain.
Dan tumpuan serta pokok ketergantungan adalah ketergantungan kepada yang Maha Kuasa,
Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Sempurna, ialah Allah Rabul ‘alamin,
Allah Tuhan Maha Esa.

Ketergantungan manusia kepada Allah ini, difirmankan Allah:


{2:‫صخملد}ُالخلصا‬
‫ال ال ص‬
Artinya:
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”.(QS.Al-Ikhlas:2)
Kalau di dalam sesuatu hal dalam hidup sehari-hari untuk mencapai suatu tujuan tergantung
kepada “Sesuatu”, maka kita harus memperhatikan ketentuan dari “Sesuatu” itu agar tujuan
kita tercapai. Memenuhi ketentuan “Sesuatu” itu adalah sesuatu keharusan bagi kita.
Kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, tergantung kepada izin dan ridha Allah. Dan
untuk itu Allah memberikan ketentuan-ketentuan agar manusia dapat mencapainya. Maka
untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat itu dengan sendirinya kita harus mengikuti
ketentuan-ketentuan dari Allah SWT.
Dari segi kemanusiaan, sebagai manusia yang normal yang mempunyai sifat kemanusiaan,
harus tahu berterima kasih kepada segala pihak yang telah memberikan jasa. Kita akan
disebut orang yang “ tak tahu diri”, kalau kita ditolong oleh seseorang, kemudian orang itu
tidak kita terima kasih apalagi malah orang itu kita marahi.
Kalau kita ditolong oleh orang lain dalam hidup kita ini, maka sewajarnyalah kalau kita
berterima kasih kepada orang yang telah member pertolongan itu.
Maka akan timbul di dalam hati bagaimana dapat membalas jasa atau membalas budi kepada
orang yang telah member pertolongan itu. Maka akan timbul di dalam hati bagaimana dapat
membalas jasa atau membalas budi kepada oaring yang telah member tolong itu tadi. Kalau
tidak dapat dapat memberikan balasan budi yang sepadan, sekurang-kurangnya akan
mengatakan terima kasih dengan perbuatan yang hormat, menunjukkan betapa berterima
kasihnya dan keinginan membalas budi walaupun tidak terbalas oleh dirinya, dia
mengharapkan mudah-mudahan dibalas kebaikannya itu dengan pahala yang berlipat ganda
oleh Allah.
Kalau kita diberi sesuatu sebagai hadiah oleh seseorang, yang hadiah itu sangat bermanfaat
bagi kita,tentu kita akan senang dan berterima kasih kepada orang yang member it. Malah

11
timbul kehendak ingin membalas kebaikannya orang itu dengan sesuatu yang berharga
baginya.
Sifat berterima kasih kepada orang yang telah berjasa kepada dirinya adalah sifat
kemanusiaan, yang sesuai dengan bisikan hati nurani setiap orang.Dari tindakan moral inilah
kemudian timbul adat-istiadat, sopan-santun dan tata susila.
Karena itulah kiranya sangat wajar dan seharusnya, apabila setiap anak harus hormat dan
berbudi baik kepada orang tuanya, seseorang harus berbudi baik kepada temannya. Seorang
atasan harus berterima kasih dan berbudi kepada bawahannya, karena bawahannya telah
memberikan bantuan kelancaran programnya. Bawahan harus berterima kasih dan berbudi
baik kepada atasannya karena bimbingan dan kebijaksanaannya. Apa yang telah kita terima
dari Allah SWT. Sungguh tak dapat dihitung dan tak dapat dinilai dengan materi banyaknya.
Dan kalau kita mau menghitungnya, karena terlalu amat sangat banyaknya. Firman Allah:
{18:‫ل ٍلوغورفكورر ٍوروحكيةم ٍ}النخل‬ ‫و‬ ‫و و‬ ‫و‬
‫صكووهاَهِ ٍاين ٍا و‬
‫وواكن ٍتوفكعلدكوا ٍنكعوموة ٍاللِه ٍول ٍرتك ر‬
Artinya:
“Dan jaika kamu menghitung-hitung nikamat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi maha Penyayang”.
(QS.An-Nahl:18)
Secara moral manusiawi, manusia mempunyai kewajiban kepada Allah sebagai kholiknya,
yang telah member kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya.
Pada garis besarnya kewajiban manusia kepada Allah menurut hadits Nabi, yang
diriwayatkan dari sahabat Mu’adz bin Jabal bahwa Nabi Saw. Bersabda kepada Mu’
‫و‬ ‫و و‬ ‫و وو‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫و‬
‫ُ ٍوهكل ٍتوكدوركى ٍوحيق ٍال ٍوعولِىَّ ٍعبواَهِده ٍوووماَهِ ٍوحيق ٍكالعبواَهِد وعولِىَّ ٍال ٍ؟ ٍقرفكلِ ر‬،‫ ٍيواَهِ ٍرموعاَهِرذ‬:ٍ ‫ل ٍعلِيه ٍوسلِيوم ٍوعولِىَّ ٍحواَهِور ٍيفروقاَهِرل ٍلوره ٍعر و كفيفةر ٍفوفوقاَهِول‬
‫ ٍالر‬:ٍ ‫ت‬ ‫صولِىَّ ٍا ر‬ ‫ت ٍوركد و‬
‫ف ٍالينوب ٍ و‬ ‫ركنك ر‬
‫ل ٍعولِىَّ ٍالكعوباَهِود ٍاوكن ٍيفعبردوه ٍووليكشرركوا ٍبووه ٍوشيلأ ٍوحلق ٍالعوباَهِود ٍعولِىَّ ٍا و‬
‫ ٍياَهِ ٍرسوول ٍا و‬:ٍ ‫ ٍقرفكلِت‬,ٍ ‫ل ٍاوكن ٍوليفعذذب ٍمن ٍول ٍيكشوروك ٍبووه ٍوشيلأ‬ ‫و‬
‫ل ٍ! ٍاوفوول‬ ‫ر و ور‬ ‫ك‬ ‫رو و و ك ر‬ ‫ك وو و و‬ ‫و كر ك ر و ر‬ ‫و‬ ‫ ٍفووإين ٍا و‬:ٍ ‫ووررسكولرره ٍاوكعلِورم ٍقواَهِول‬
‫ ٍول ٍتفربوذشكررهكم ٍفوفيوتيوكلِركوا‬:ٍ ‫اربوذشرر ٍبووه ٍالنياَهِوس؟ ٍقواَهِول‬

Artinya:
“Adalah aku duduk di belakang Nabi di atas sebuah keledai yang dinamai Ufair, maka
bersabda Nabi: Hai Mu’adz apakah engkau mengetahui hak Allah atas hamba-Nya dan apa
hak engkau mengetahui hak hamba terhadap Allah? Menjawab aku, Allah dan Rasul-Nya
yang lebih mengetahui. Bersabda Nabi: maka bahwasanya hak Allah atas para hamba, ialah :
Mereka menyembah-Nya dan tidak memperserikatkan Dia dengan sesuatu dan hak para
hamba terhadap Allah, Tiada Allah mengadzabkan orang yang tidak memperserikatkan Dia
dengan sesuatu. Mka berkata aku, ya Rasullah, apa tidak lebih baik saya menggembirakan

12
para manusia dengan dia? Bersabda Nabi, jangan kamu menggembirakan mereka yang
menyebabkan mereka akan berpegang kepada untung saja”.
(Al-Lu’la uwal Marjan I:8)
Jadi berdasarkan hadits ini kewajiban manusia kepada Allah pada garis besarnya ada 2( dua):

1. Mentauhidkan-Nya yakni tidak memusyrikkan-Nya kepada sesuatupun.


2. Beribadah kepada-Nya.

Orang yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa oleh Allah, bahkan akan diberi
pahala dengan pahala yang berlipat ganda, dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali
lipat bahkan dengan lipat ganda yang tak terduga banyaknya oleh manusia.

2. Pribadi sebagai Anak


Ketika nabi Ibrahim masih kecil, berdialog kepada ayahnya tentang Tuhan. Dan
kesimpulannya bahwa Tuhan telah member petunjuk kepada manusia bahwa memperTuhan
benda adalah sangat keliru.
Dengan demikian, dunia anak sangat penting diperhatikan. Apabila keliru dalam mendidik
akhlak anak, bias jadi dunia anak akan tidak mengenal akhlak yang lebih lanjut anak akan
melakukan perbuatan yang abnormal kriminalitas dan lain sebagainya. Contoh dalam
pendidikan akhlak, apabila anaka-anak sekolah berdusta di dalam segala apa yang mereka
bicarakan, didukung para gurunya berdusta juga di dalam mengajar dan segala
pembicaraannya, maka masyarakat (anak-anak) tidak dapat berujud. Dan apabila dunia anak
terancam demikian, masyarakat yang akan dating tidak dapat berwujud karena adanya tiap-
tiap yang dibicarakan menjurus dusta. Dan yang membekas dan berwujud pada masyarakat
yang merusak dan rendah martabatnya.
Maka model mendidik akhlak anak, tidak langsung berkata itu baik, atau itu buruk, apabila
seorang anak baru saja belajar membaca, menurut kita itu jelek/buruk namun kita tidak
seharusnya berkata demikian. Sebab dapat menyakiti hati dan patah semangat. Tetapi kita
beri semangat dan dorongan yang dapat memacu dan bergiatnya si anak.
Selain daripada itu, kisah luqman yang diberi hikmah oleh Allah. Hal ini dijelaskan di dalam
surat Luqman: 12:
‫ولووقكد ٍواتوفيفنواَهِ ٍلركقماَهِون ٍاكلوككموة ٍاوون ٍاكشركر ٍلولِيوه ٍومن ٍيكشركر ٍفووإينواَهِ ٍيكشركر ٍولنوفكفوسوه ٍومن ٍوكوفر ٍفووإين ٍال ٍوغون ٍ وو‬
{12:‫حكيةد ٍ}لقماَهِن‬ ‫و ن‬ ‫وو ك و‬ ‫و ر‬ ‫ك وو ك و ر‬ ‫و‬ ‫ك و‬ ‫و‬
Artinya:

13
“Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu bersyukurlah kepada
Allah. Dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur
untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya Lagi Maha Terpuji”.
(QS.Luqman: 12)
Kelanjutan kisah Luqman yang termuat dalam ayat di atas, bahwa beliau menasehati dan
member pesan kepada generasi selanjutnya (anak-anak) untuk mewarisi nilai-nilai akhlak
sebagai berikut:

a. Dilarang berbuat syirik (Menyekutukan) Allah (Luqman: 13)


b. Kewajiban berbakti kepada kedua oaring tua (Luqman: 14)

c. Keharusan tetap berbakti kedua orang tua di dunia(Luqman: 15)

d. Perintah menegakkan sholat, amar ma’ruf, nahi munkar dan sabar (Luqman: 17)

e. Tidak bersikap sombong, angkuh dan membanggakan diri sendiri (Luqman: 18)

f. Perintah bersikap sopan, santun dalam berjalan atau berbicara (Luqman: 19)

3. Akhlak Pada Ayah dan Ibu


Betapa berat tangguangan seorang ibu dikala mengandung dan demikian pula kalau sudah
dating waktunya melahirkan. Dengan mengerahkan seluruh perhatian, jiwa raga dan tenaga si
ibu melahirkan jabang bayinya dengan harap-harap cemas. Berharap agar si bayi yang
dilahirkannya sehat dan sempurna keadaannya sebagai manusia sempurna anggota badannya,
seperti susunan jasmaninya dan tumbuh dalam keadaan yang wajar baik jasmani maupun
rohaninya. Cemas kalau-kalau jabang bayinya tidak normal baik jasmani dan rohaninya atau
ada gangguan-ganguan yang tidak diinginkannya. Di samping itu derita jasmani si ibu
menahan dikala melahirkan jabang bayinya tersebut.
Setelah jabang bayinya lahir, betapa kasih saying si ibu kepada anaknya, seakan-akan segala
yang ada pada si ibu adalah untuk anaknya. Jiwa, raga perhatian, kasih saying semuanya
ditumpahkan untuk si jabang bayi itu, agar si bayi selamat sentosa dalam pertumbuhannya
menjadi manusia yang baik. Kata sanjung dan manjaan, kata timang yang mengandung doa
dan harapan meluncur dicurahkan untuk si bayi, semoga kelak menjadi manusia yang ideal.
Mengapa demikian besar kasih sayang ibu kepada anaknya. Padahal sewaktu belum
mengandung seakan belum mau mempunyai anak. Atau karena anaknya sudah dua tiga ingin

14
tidak ada yang keempat. Tetapi karena dikarunia Tuhan anak yang selanjutnya kasih saying
ibu tidak ada bedanya antar kepada yang pertama yang kedua dan seterusnya.
Dari mana datangnya cinta kasih saying kepada putranya, padahal tiada pamrih. Lain dengan
cinta seorang kekasih kepada pacarnya, yang kalau kasihnya tiada terbalas bias berbalik
menjadi benci. Tetapi kasih ibu bagaimanapun tiada akan berubah dan hilang, walaupun si
anak tiada membalas kasih dan cinta ibu.
Memang itu kareana “Hidayah”, anugerah dari pada Allah Yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Hidayah itu tersebut insting atau naluri, dalam ilmu agama disebut “Hidayah-
ghariziyyah”.
Beberapa perkara yang harus di perhatikan dan dilaksanakan oleh seorang anak kepada Orang
tua yakni:
a. Berbuat Baik kepada Ibu dan Ayah, Walaupun keduanya Lalim
Seorang anak menurut ajaran islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan ayahnya,
dalam keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai seorang anak samapai menyinggung
perasaan orang tuanya, walaupun seandainya orang tuanya berbuat lalim kepada anaknya,
dengan melakukan yang tidak semestinya, maka jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik,
atau membalas atau mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepada anaknya. Allah tidak
meridhoinya sehingga orang tua itu meridhoinya.
b. Berkata Halus dan mulia kepada Ibu dan Ayah
Kewajiban anak kepada orang tuanya berbicara menurut ajaran islam harus berbicara
sopan, lemah lembut dan mempergunakan kata-kata mulia hal ini dituturkan dalam Firman
Allah:
‫ض‬ ‫و‬
‫ ٍوواكخف ك‬.ِ‫ف ٍووول ٍتوفكنفوهكررهواَهِ ٍووقركل ٍولروماَهِ ٍقوفكولل ٍوكوركيلاَه‬ ‫ك ٍاويل ٍتوفكعبرردكوا ٍاويل ٍاوياَهِره ٍووبواَهِلكوولووديكون ٍاوكحوساَهِنواَهِ ٍاويماَهِ ٍيوكفبفلِرغوين ٍوعكنودوك ٍالكوكو وب ٍاووحردرهواَهِ ٍاوكو ٍكولورهواَهِ ٍفو و‬
‫ل ٍتوفرقكل ٍولروماَهِ ٍار ف‬ ‫ضىَّ ٍوربل و‬
‫ووقو و‬
{24-23ٍ :‫ص وكغيفلرا ٍ}السراء‬ ‫ولروماَهِ ٍوجنواَهِوح ٍاليذذل ٍاليركحووة ٍووقركل ٍور ذ‬
‫ب ٍاكروحكرهوماَهِ ٍوكوماَهِ ٍوربفييواَهِون ٍ و‬
Artinya:
“Dan Tuhan telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain kepada-Nya dan
hendaknya kamu berbuat baik kepada ibu bapak kamu dengan seabaik-baiknya. Jika salah
satu dari keduanya atau kedua-duanya samapi berumur lanjut dalam pemeliharaan kamu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka dengan penuh kesayangan dan ucapakan doa:”Wahai Tuhanku,
kasihanilah mereka kedua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil.”
(QS.Al-Isra: 23-24)
15
Dari ayat-ayat tersebut, dapat di tarik kesimpulan bahwa sewajarnya seorang anak untuk
berbuat baik kepada orang tua baik berbicara dan yang lain- lain. Dengan cara tidak
menyinggung perasaan orang tua dan tidak berkata kasar kepada mereka.
c. Berbuat baik kepada Ibu dan atau Ayah yang sudah meninggal dunia
Apabila ibu dan ayah masih hidup, si anak berkewajiban berbuat baik, dan itu mudah
dilakukan dengan berbagai macam cara, baik yang bersifat moaral, maupun yang bersifat
material.
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ayah dan atau ibunya yang sudah tiada. Hal ini
agama islam mengajarkan supaya seorang anak:
a. Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan memintakan ampun kepada Allah dari segala
dosa orang tua kita. Doa yang sering di amalkan yakni:
‫ص وكغيفلرا‬ ‫اللِيرهيم ٍاكغوفكرول ٍوولوووالوود ي‬
‫ى ٍوواكروحكرهوماَهِ ٍوكوماَهِ ٍوربفييواَهِون ٍ و‬
b. Menepati janji kedua ibu bapak, Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji kepada
seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji tersebut. Umpamanya
beliau akan naik haji, yang belum sampai melaksanakannya. Maka kewajiban anaknya untuk
menunaikan haji untuk orang tuanya tersebut. Dan hal ini diperbolehkan menurut hadits
riwayat Al-Bukhari dari Ibnu Abbas:
‫ ٍاوين ٍارذمىَّ ٍنوذر و‬:ٍ ‫ل ٍعولِيوه ٍوسلِيوم ٍفوفقاَهِلوت‬
‫و‬ ‫اوين ٍامرأولة ٍومن ٍجهيفنة ٍجاَهِء و‬
َّ‫ ٍرحذجى‬,ٍ ‫ ٍنفووعكم‬:ٍ ‫ت ٍأوفوأورحيج ٍوعكنفوهاَهِ؟ ٍقواَهِول‬ ‫ت ٍاين ٍوتويج ٍفوفلِوكم ٍوتويج ٍوح ي‬
‫ت ٍوماَهِ ٍتو ك‬ ‫وكك‬ ‫صولِىَّ ٍا و و و و ك‬ ‫ت ٍاول ٍالينوب ٍ و‬
‫و ك ر و كو و و و ك‬
‫ل ٍاووحيق ٍبواَهِلكووفواَهِوء‬
‫ل ٍفاَهِ ر‬ ‫ت ٍقواَهِ ٍوضيوره ٍ؟ ٍارقك ر‬
‫ضوا ٍا و‬
‫ك ٍدين ٍاووككن و‬ ‫و‬
‫ ٍوعنكفوهاَهِ ٍأوورأويكت ٍولووكاَهِون ٍوعولِىَّ ٍارذم و و ك ة‬
{‫ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ ٍ}رواه ٍالبخاَهِرى‬

Artinya:
“Bahwa seorang perempuan dari Juhainah dating kepada Nabi Saw, ia bertanya kepada
Rasullah: Bahwasannya ibu saya telah bernazar untuk berhaji, tapi ia tidak haji sampai
meninggal dunia. Apakah boleh saya menghajikannya? Jawab Rasullah:”ya, hajikanlah!
Apakah kau tahu, kalau seandainya ibu mempunyai hutang, apakah engkau
membayarkannya? Bayarkan (tepatilah) kepada Allah, sesungguhnya Allah lebih berhak
untuk ditepati!”
c. Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Di waktu hidupnya ibu dan ayah, beliau-beliau
mempunyai teman-teman akrab, yang segulung-segalang orang tua kita dengan temannya.
d. Bersilaturrahmi kepada orang-orang yang mempunyai hubungan dengan kedua orang tua.

16
4. Akhlak kepada Anggota Masyarakat/ Jama’ah
Pokok utama kerasulan nabi Muhammad Saw adalah menyempurnakan akhlak yang mulia.
Mencakup semua bentuk sikap dan perbuatan yang terpuji dikalangan orang-orang
(masyarakat) yang bertaqwa. Di samping terpuji berdasarkan norma-norma yang ditetapkan
Allah SWT.
Akhlak mulia merupakan akhlak yang berlaku dan berlangsung di atas jalur Al-Qur’an dan
perbuatan nabi Muhammad Saw. Dalam sikap dan perbuatan. Seperti di dalam Al-Qur’an
surat l-Qalam ayat 4.”Dan sesungguhnya engkau Muhammad mempunyai akhlak yang
mulia”.
Dengan demikian setiap muslim diwajibkan untuk memlihara norma-norma (agama) di
masyarakat terutama di dalam pergaulan sehari-hari baik keluarga rumah tangga, kerabat,
tetangga dan lingkungan kemasyarakatan.
Tolong-menolong untuk kebaikan dan takwa kepada Allah adalah perintah Allah, yang dapat
ditarik hokum wajib kepada setiap kaum muslimin dengan cara yang sesuai dengan keadaan
objek orang bersangkutan, Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah, ayat 2:
{2:‫ووتوفوعاَهِوونروا ٍوعولِىَّ ٍالو ذبى ٍوواليتقووى ٍووولتوفوعاَهِوونفركوا ٍوعولِىَّ ٍاول كوث ٍووالعركدوواون ٍ}الاَهِئدة‬

Artinya:
… dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan
janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran/permusuhan”.
Dalam pergaulan yang sesuai dengan norma-norma agama, ada beberapa yang harus di
perhatikan yakni bagaimana cara berbahasa, cara salam, cara makan dan minum, cara di
majles pertemuan, cara minta ijin masuk, cara member ucapan selamat, cara berkelakar atau
becanda, cara menjenguk orang sakit, dan cara ta’ziah. Dan kesemnilan tata cara diatas akan
diterangkan secara terperinci di bawah ini:
a. Tata cara berbahasa
Setiap muslim (umat islam) dan semua orang diperintah untuk selalu berbahasa dengan
bahasa yang jelas dan baik, bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara, sesuai tingkat
usia, masyarakat dan tingkat kedudukannya. Di dalam islam ada peribahasa yang menyatakan
bahwa “bahasa menunjukkan taqwa”.
b. Tata cara salam
Setiap masyarakat, agama atau bangsa memiliki tata cara member salam, sebagaimana juga
dengan islam. “Salam” telah menempati kedudukan sendiri dalam Islam. Lebih istimewa
disbanding dengan agama di luar Islam.

17
Sebagaimana landasan salamdi dalam firman Allah surat An-Nur ayat 27:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang buka rumahmu
sebelum meminta ijin dan member salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik
bagimu agar kamu(selalu) ingat”.
(QS.An-Nur: 27)
c. Tata cara makan dan minum
Cara memegang sesuatu makanan dan minuman dengan tangan kanan. Dimulai membasuh
sebelum makan, membaca “basmallah” dan diakhiri mengucapkan “Alhamdulillah”. Sikap
yang dimiliki oleh orang yang sedang makan dan minum adalah dengan duduk yang baik.
Tanpa bersuara, tanpa bersandar sambil makan dan minum. Apabila sifatnya undangan bagi
yang mengundang mempersilahkan dengan bahasa yang sopan. Dan bagi yang diundang
dengan menyambut yang baik, mendoakan si pengundang, mendahulukan orang yang lebih
tua, jangan mencaci hidangan yang ada di depannya, walaupun tak berselera.
Dalam adab minum, tidak boleh menggunakan peralatan dari emas dan perak, jangan menarik
nafas dan menghembuskan kembali ke dalam cangkir. Apabila menggunakan kendi (dan
sejenisnya) tidak boleh melekat pada mulut di bibir kendi.
d. Tata cara di majelis pertemuan
Bagaimana adab kita berada di majles pertemuan? Jawabannya adalah pertama kali baru
masuk member salam, kemudian baru dapat duduk yang telah disediakan, menyalami teman
yang mendahului duduk, jangan sekali-kali menggeser tempat duduk milik orang lain. Di
samping itu juga jangan menggunakan bahasa yang dapat menyinggung perasaan teman
duduk. Ketika ingin meninggalkan tempat minta ijin, juga bila ke luar membaca doa kifaratul
majelis.
e. Tata cara minta ijin masuk
Di dalam masyarakat dan Negara ada aturan-atauran tertentu baik ijin masuknya, waktu
maupun prosedurnya bagi setiap orang yang ingin memasuki kamar, rumah orang lain atau
Negara.
Aturan Islam bagi seseorang yang ingin masuk rumah orang lain, maka paling awal yang
dilakukan adalah member salam. Apabila tidak baik kembali. Di dalam mengetuk pintu
dilakukan secara wajar, menyatakan nama diri. Tidak boleh berdiri tepat di tengah-tengah
pintu ketika dibukakan. Apabila ditolak tidak boleh sedih hati namun harus dikendalikan
dengan hati yang bersih.
f. Tata cara member ucapan selamat

18
7(tujuh) rangkaian(munasabah) yang ada dalam islam ketika mengucapkan salam “ucapan
salam”. Ketujuh rangkaian tersebut antara lain:
a. Dalam rangka acara pernikahan
b. Dalam rangka kelahiran seorang bayi kepada ibunya
c. Kembalinya seorang musafir (yang berpergaian)
d. Pulangnya seorang dari jihad
e. Sekembalinya dari haji
f. Pada hari raya idul fitri dan idul adha
g. Ketika seseorang mendapat kenikmatan tertentu seperti kenaikan pangkat, mendapat hadiah
apa saja yang membuat seseorang merasakan kebahagiaan.
Ketujuh peristiwa pada waktu dan suasana pemberian “ucapan selamat” tersebut telah
ditentukan cara bagaimana member ucapan selamat (sebagaimana keterangan b).
g. Tata cara bekelar
Di dalam ajaran Islam, berkelar atau becanda diperbolehkan. Namun hal itu bukan berarti
bebas, sesuka hati, sehingga tak ingat norma social. Ada tiga syarat diperbolehkan bercanda
yaitu:
a. Tidak boleh berlebih-lebihan sehingga menjadikan lupa kepada Allah
b. Tidak boleh berkelar sehingga menyakiti baik yang bersifat jasmaniah dan rohaniah seperti
ucapan hinaan.
c. Tidak bersifat dusta atau penipuan dan kata-kata kotor.
h. Tata cara menjenguk orang sakit
Seseorang yang hidup di masyarakat, mau mengunjungi orang sakit tetangganya (jamaah)
adalah suatu tindakan terpuji. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan, dalam kunjungan
orang sakit yaitu:
a. Segera mungkin setelah ada orang sakit
b. Mengungkapkan dengan kata-kata yang meringankan beban batinnya orang yang sakit.
c. Ajarkan doa peringan perih pada bagian tubuh
d. Mendoakan secara khusus bagi si sakit ketika masuk
e. Duduk agak dekat dengan kepala si sakit
f. Mintalah ia mendoakan kita
g. Bila sudah gawat ajari si sakit dengan kalimat tauhid dan bacaan surat yasin.
i. Tata cara ta’ziah

19
Ta’ziah dilakukan jamaah (masyarakat) dalam rangka meringankan beban lahir batin bagi
keluarga yang ditimpa musibah. Mka sikap dan tindakan tersebut bermaksud untuk
menentramkan hati mereka. Menurut ajaran islam, tata cara ta’ziah atara lain:
a. Mengucapkan perkataan yang pernah diucapkan oleh nabi Saw. Dan para sahabatnya.
b. Member makan keluarga yang terkena musibah
c. Menunjukkan rasa belasungkawa
d. Member nasehat yang baik.

5. Akhlak Da’I/ Mubaligh


Telah jelas ujian bagi penyebar agama islam yang paling hebat adalah para nabi. Kemudian
orang-orang saleh, para Da’i/ mubaligh yang menyeri atau mengangguk manusia untuk
mentauhidkan Allah dan ikhlas dalam beribadah.
Dalam mempersiapkan diri yang telah mengikrarkan untuk berjalan mengikuti manhaj para
nabi dalam dakwah, maka para nabi harus membekali diri dengan akhlakul karimah. Sebab
Da’i/mubaligh di masyarakat menjadi suri tauladan secara langsung. Baik perilaku, sikap
perbuatan maupun perkataannya.
Jalan yang harus ditempuh selanjutnya, da’I harus berusaha terus membersihkan jiwa. Segala
apa yang mengganjal, menutup dan tersembunyi di hati nurani, Da’I harus berusaha juga
menerangi segala rahasia dirinya. Dan senantiasa mohon petunujuk dan pertolongan dari
Allah. Dengan demikian dirinya menjadi baik atas kuasa Allah SWT.
Para Da’i memiliki ilham yang man merupakan martabat yang tinggi dalam dirinya yang
selalu menghubungkan dengan Allah. Di dalam hati Da’I ada bisikan-bisikan yang benar
yang berada pada lisannya karena tergisik dari hati yang bersih.

Menurut Jamludin Kafie, sebagai Da’I, pelaksana dakwah harus memperhatikan


prinsip-prinsip kemimpinan yang baik yaitu:
a. Sifat terbuka
b. Berani berkorban
c. Aktif berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat
d. Sanggup menjadi pelopor dan perintis dalam kebajikan
e. Mengembangkan sifat-sifat kooperatif, kemusiaan dan sikap-sikap toleransi, kebijaksanaan
dan keadilan social
f. Tidak menjadi parasit atau membebani masyarakat

20
g. Percaya diri dan yakin akan kebenaran yang dibawanya
h. Optimis dan tidak putus asa[2]
Dengan demikian sikap Da’I harus memahami kondisi dan situasi masyarakat yang
menjadi sasarannya. Juga perlu terus menambah wawasannya. Kerena beraneka ragam
budaya , kompleksitas permasalahan di masyarakat.

6. Akhlak Pemimpin
Tugas pemimpin tidak ringan. Tanggung jawab yang ia pikul senantiasa bernafaskan
amanat. Baik amanat dari masyarakat/ warga atau Negara. Bahkan agama. Agama islam
sangat memperhatikan masalah kepemimpinan. Menurut Islam. Semua pemimpin akan
dimintai pertanggung jawabnya. Pemimpin keluarga bertanggung jawab atas kebahagiaan,
kesejahteraan keluarganya, pemimpin Negara/bangasa akan dimintai pertanggung jawabnya
oleh masyarakat dan lain sebagainya.
Sebagai contoh seorang pemimpin sejati adalah Rasullah Saw dan para sahabatnya
seperti Abu bakar sebagai orang yang berwibawa dan tenang. Oerangnya penuh ramah tamah,
cinta sesama dan selalu membenarkan dan menepati pada rasul yang agung. Umar bin khotob
sebagai pemimpin yang mempunyai pendapat yang berbobot. Dia adalah orang yang
terpercaya terhadap rahasia-rahasianya. Utsman sebagai pengumpul firman Kitab Allah. Dia
adalah seorang pemimpin yang meluruskan akida. Sedangkan Ali bin Abi Thalib sebagai
pemimpin yang pandai menyusun pasukan perang untuk mengalahkan orang-orang jahat.
Dan Ali adalah seorang pemimpin yang mampu sebagai pewaris ilmu rasullah dan pemelihara
janjinya.
Demikianlah akhlak pemimpin yang dicontohkan kepada kita untuk menjadi
pemimpin sejati. Akhlak pemimpin baik, sebab sifat, perilaku dan sikapnya dapat
membahagiakan orang lain (umat manusia) dan menampakkan karismatiknya pada yang
dipimpin, jadi dapat dikemukakan di sini, bahwa pemimpin berakhlak baik apabila memiliki
kepribadian yang sesuai dengan tata aturan (ketentuan) agama, masyarakat, keluarga dan
Negara/bangsa.

21
7. Akhlak Mahmudah dan Mazmumah

Ada 2 (dua) penggolongan akhlak secara garis besar yaitu: akhlak mahmudah(fadilah)
dan akhlak mazmumah(qabihah). Di samping istilah tersebut Imam Al-Ghazali menggunakan
juga istilah “munjiyat” untuk akhlak mahmudah dan “muhlihat” untuk yang mazmumah.
Di kalangan ahli tasawuf, kita mengenal system pembinaan mental, dengan istilah: Takhalli,
tahalli dan tajalli.
Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, karena sifat-
sifat tercela itulah yang dapat mengotori jiwa manusia.
Dan tahalli adalah mengisi jiwa ( yang telah kosong dari sifat-sifat tercela) dengan
sifat-sifat yang terpuji (mahmudah).
Jadi dalam rangka pembinaan mental, pensucian jiwa hingga dapat berada dekat
dengan Tuhan, maka pertama kali yang dilakukan adalah pengosongan atau pembersihan jiwa
dari sifat-sifat tercela, hingga akhirnya sampailah pada tingkat berikutnya dengan apa yang
disebut “tajalli”, yakni tersikapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur Ilahi.
Sedangkan yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah segala macam sikap dan tingkah
laku yang baik (yang terpuji). Sebaliknya segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela
disebut dengan akhlak mazmumah. Akhlak mahmudah tentunya dilahirkan oleh sifat-sifat
mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia, demikian pula akhlak mazmumah
dilahirkan oleh sifat-sifat mazmumah. Oleh karena itu sebagaimana telah disebutkan
terdahulu bahwa sikap dan tingkah laku yang lahir adalah merupakan cermin/ gambaran
daripada sifat/kelakuan batin.

Beberapa akhlak mahmudah seperti bersikap setia, jujur, adil, pemaaf, disenangi,
menepati janji, memelihara diri, malu, berani, kuat, sabar, kasih sayang, murah hati, tolong
menolong, damai, persaudaraan, menyambung tali persaudaraan, menghoranati tamu,
merendahkan diri, berbuat baik, menundukkan diri, berbudi tinggi, memlihara kebersihan
badan, cenderung kepada kebaikan, merasa cukup dengan apa yang ada, tenang, lemah
lembut, bermuka manis, kebaikan, menahan diri dari berlaku maksiat, merendahkan diri
kepada Allah, berjiwa kuat dan lain sebagainya.
Sedangkan yang termasuk dalam akhlak mazmumah, antara lain; egoistis, lacur, kikir,
dusta, peminum khamr, khianat, aniaya, pengecut, aniaya, dosa besar, pemarah, curang, culas,
mengumpat, adu domba, menipu, memperdaya, dengki, sombong, mengingkari nikmat,

22
homosex, ingin dipuji, ingin didengar kelebihannya, makan riba, berolok-olok, mencuri,
mengikuti hawa nafsu, boros, tergopoh-gopoh, membunuh, penipuan, dusta, berlebih-lebihan,
berbuat kerusakan, dendam, merasa tidak perlu pada yang lain dan lain sebagainya yang
menunjukkan sifat-sifat yang tercela[3]

23
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat kita tarik beberapa kesimpulan yang mendasari penulisan ini,

‫ لخلللل ق‬yang menurut


Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun ‫ق‬
bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung
‫ خخلل ق‬yang berarti kejadian, yang juga erat
segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun ‫ق‬
hubungannya dengan khaliq ‫ق‬ ‫ خخللاَلل ق‬yang berarti pencipta; demikian pula dengan akhluqun
‫ خملخلللو ق‬yang berarti yang diciptakan.
‫ق‬
Secara epistemologi atau istilah akhlak bisa diartikan berbagai perspektif sesuai dengan para
ahli tasawuf diantaranya :
Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:
‫س ٍوداوعيوةة ٍلوواَهِ ٍاوول ٍاوفكفوعاَهِولواَهِ ٍومكن ٍوغ كوي ٍفوككةر ٍوورروويةة‬
‫وحاَهِلل ٍلولِنيفكف و‬

Artinya:
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:
‫صردرر ٍاكولفكفوعاَهِرل ٍبورسرهكولوةة ٍوويركسةرومكن ٍوغ كوي ٍوحاَهِوجةة ٍاوول ٍفوككةر ٍووررويةة‬ ‫اوكلرلِرق ٍوعباَهِرةة ٍعن ٍهيئوةة ٍوف ٍالنيفكف و و ة‬
‫س ٍوراسوخة ٍوعكنفوهاَهِ ٍتو ك‬ ‫ر و و و ك وك‬
Artinya:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan pertimbangan pikiran(lebih dahulu)”.

2. SARAN

Dengan kita telah pelajari makalah tentang Akhlak ini semoga kita semua lebih menjadi lebih
mengerti apa itu Akhlak Baik dan Buruk, dan dengan bertambahnya pengetahuan kita tentang Ahklak
ini marilah kita bersama-sama berbenah diri, karena kita hidup di dunia ini hanya sementara, dan
kehidupan yang kekal adalah alam Akhirat, jadi marilah kita bersama-sama untuk selalu melakukan
kebajikan untuk bekal kita di Akhirat kelak.

24
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad, Etika (ilmu ahlak),(ter.) Farid Ma’ruf,dari judul asli al- Akhlaq, (Jakarta: Bulan Bintang,

1983),cet.III.

Asfahani,al-Raghib,Mu’jam Mufradat Alfadz Al-Qur’an,(Beirut:Dar al-Fikr,t,t.).

Charis Zubair, Ahmad, Kuliah Etika, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990)cet II.

Nata, Abuddin, MA,,Dr.H, Aklak Tasawuf, JAKARTA, PT Raja Grafindo Jakarta, 2002

25

Anda mungkin juga menyukai