Disusun oleh:
Arsal Ahsan Ath-Thariq (1841111057)
2018
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kami
panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Macam-Macam
Akhlak”
Dalam penyusunan makalah ini, kami mengalami beberapa hambatan dalam penyusanan
makalah ini. Namun atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak alhamdulilah akhirnya
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Maka dari itu kami
mengucapkan banyak terima kasih kepda pihak pihak yang telah membantu dan membimbing
kami dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini yang berjudul “Macam-Macam Akhlak” dapat
bermanfaat dan memberikan insfirasi baik itu bagi pembaca maupun bagi kami sebagai
penulis.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i
A. Kesimpulan ...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Allah menciptakan manusia bermcam-macam dan dengan alasan,tujuan dan manfaat
tersendiri, tak terkecuali manusia. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang
sempurna juga tak luput dari kesalahan karena mannusia sendiri diberikan dan dibekali oleh
Allah akal dan nafsu ditambah lagi dengan qalbu kesinambungan akal dan nafsu disertai hati
yang bersih menjadikan manusia mendapatkan derajat yang tinggi dari malaikat.
Akhlak merupakan masalah yang sangat penting dalam islam. Seorang dapat dikatan
berakhlak ketika dia menerapkan nilai-nilai islam dalam aktifitas hidupnya. Jika aktifitas itu
terus dilakukan berulang-ulang dengan kesadaran hatimaka akan menghasilkan kebiasaan
hidup yang baik.
Dengan demikian, sudah seharusnya kita selaku manusia mengetahui dan memahami
macam-macam akhlak agar dengan keberagamannya dapat menyatukan seluruh umat islam.
Allah pun menguus Rasulullah kedunia fana ini untuk menyempurnakan akhlak manusia.
.
B Rumusan Masalah
C.Tujuan
Sebagaimana rumusan masalah diatas tujuan dibuat makalah ini adalah untuk
mengetahui apa itu akhlak dan macam macam akhlak berdasarkan penerapan akhlak .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Secara etimologi (lughotan) akhlaq (Bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari
khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari
kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (Pencipta),
makhluq (yang diciptakan) dan khalq (penciptaaan).
Kesamaan akar kata diatas mengisyaratkan bahwa dalam akhlaq tercakup
pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq (Tuhan) dengan
perilaku mahkluq (manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap
orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlaq yang yang hakiki
manakala tindakan atau perilaku tersbut didasarkan kepada kehendak khaliq
(Tuhan). Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlak bukan saja merupakan tata
aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi
juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan
dengan alam semesta sekalipun.
Islam adalah agama yang mengatur cara berperilaku manusia. Tanpa perilaku
yang baik manusia akan sangat berpotensial dalam membuat kerusakan. Perlunya
membina ahlak adalah sebagai salah satu misi nabi Muhammad S.A.W dalam
haditsnya:
األخالق مكارم ألتمم بعثت إنما
Artinya: “Sesunnguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keutamaan-
keutamaan”. Hadits shahih riwayat al-bukhari dalam al-adabul mufrad dari abu
hurairah R.A.
Ahlak nabi adalah al-qur’an itu sendiri sebagaimana yang diriwayatkan aisyah
R.A ketika ditanya tentang akhlak nabi S.A.W beliau menjawab: “akhlak nabi
adalah al-qur’an”. Ibnu katsir mengatakan: artinya nabi adalah pengaplikasian al-
qur’an baik menjalan perintahnya ataupun meninggalkan larangannya, sebagai sifat
dan budi pekertinya. Istiqamah pada al-qur’an dalam menjalankan perintah dan
meninggalkan larangannya. Mempunyai akhlak yang dipuji oleh al-qur’an dan
menjauhi diri dari semua yang al-quran cela.
Secara terminologis (ishtbilahan) ada beberapa definisi tentang akhlaq.
Penulis pilihkan tiga di antaranya :
1. Imam al-Ghazali
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
2. Ibrahim Anis
Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya
lahirlah nacam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
3. Abdul Karim Zaidan
(Akhlak) adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa,
yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai
perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan
atau meninggalkannya.
Ketiga definisi yang dikutip di atas sepakat menyatakan bahwa akhlaq atau
khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul
secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan
lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Dalam Mu’jam al-Wasith di
sebutkan min ghairi ba’jah ilâ fikr waru’yah (tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan). Dalam ibyâ’ ‘Ulȗm ad-Din dinyatakan tashduru al-af’âl bi suhȗlah wa
yusr, min ghairi hajah ila fikr wa ru’yah (yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan). Sifat
spontanitas dari akhlaq tersebut dapat diilustrasikan dalam contoh berikut ini. Bila
seorang menyumbang dalam jumlah besar dalam pembangunan masjid setelah
mendapat dorongan dari seorang da’i (yang mengemukakan ayat-ayat dan hadits-
hadits tentang keutamaan membangun masjid di dunia), maka orang tadi belum bisa
dikatakan mempunyai sifat pemurah, karena kepemurahannya waktu itu lahir setelah
mendapat dorongan dari luar, dan belum tentu muncul lagi pada kesempatan yang
lain. Boleh jadi, tanpa dorongan seperti itu, dia tidak akan menyumbang, atau
kalaupun menyumbang hanya dalam jumlah yang sedikit. Tapi manakal tidak ada
doronganpun dia tetap menymbang, kapan dan dimana saja, barulah bisa dikatakan
dia mempunyai sifat pemurah.
Dari keterangan diatas jelas bagi kita bahwa akhlaq itu haruslah bersikap
konstan, spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan
serta dorongan dari luar.
Sekalipun jelaslah bagi kita bahwa akhlaq itu haruslah bersifat netral, belum
menunjuk kepada baik dan buruk, tapi pada umumnya apabila disebut sendirian, tidak
dirangkai dengan sifat tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlak yang mulia.
Misalnya bila seorang berlaku tidak sopan kita mengatakan padanya, “kamu tidak
berakhlak”. Padahal tidak sopan itu adalah akhlaqnya. Tentu yang kita maksud adalah
kamu tidak memiliki akhlaq yang mulia, dalam hal ini sopan.
Disamping istilah akhlaq, juga dikenal istilah etika dan moral. Ktiga masalah
itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia.
Perbedaanya terletak pada standar masing-masing . Bagi akhlaq standarnya adalah Al-
Qur’an dan Sunnah, bagi stika standarnya pertimbangan akal pikiran; dan bagi moral
standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku dimasyarakat.
Sekalipun dalam pengertiannya antara ketiga istilah diatas (akhlaq, etika, dan
moral) dapat dibedakan, namun dalam pembicaraan sehari-hari, bahkan dalam
beberapa literatur keislaman, penggunaannya sering tumpang tindih. Misalnya judul
buku Ahmad Amin, al-Akhlaq, diterjemahkan oleh Prof. Farid Ma’ruf dengan Etika
(Ilmu Akhlaq). Dalam Kamus Inggris-Indonesia karya John M. Echols dan Hassan
Shadily, moral juga diartikan akhlaq.
B. Macam-Macan Akhlak
a. Akhlak terhadap Allah
Menurut Kahar Mansyur akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai
sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh oleh manusia sebagai
makhluk kepada Tuhan sebagai khaliq. Sehingga akhlak kepada Allah dapat
diartikan sebagai segala sikap atau perbuatan manusia yang dilakukan tanpa
dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri
manusia (sebagai hamba) kepada Allah swt.
b) CINTA
c) IKHLAS
e) TAWAKAL
Tawakal adalah membebaskan hati dari segala
ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan
keputusan sefala seuatunya kepada-Nya. Tawakal adalah
buah keimanan.
Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha
maksimal (ikhtiar). Tidaklah dinamai tawakal jika hanya
pasrah menunggu nasib sambil berpangku tangan tidak
melakukan apa apa.
f) SYUKUR
Syukur ia;ah memuji si Pemberi nikmat atas kebaikan
yang telah dilakukannya. Syukurnya seorang hamba
berkisar tiga hal, yang apabila ketiganya tidak berkumpul,
maka tidaklah dinamakan bersyukur, yaitu: mengakui
nikmat dalam batin, membicarakannya secara lahir, dan
menjadikannya sebagai sarana untuk taat kepada Allah.
b. Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim
bahwa dia selalu diawasi oleh Allah SWT. Dengan demikian
dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan kesempurnaan-
Nya sehingga ia merasa akrab, merasa senang, merasa
berdampingan, dan menerima-Nya serta menolak selain
Dia.Firman Allah SWT :
علَ ْي ُك ْم َر ِقيبًا
َ َاِن للا
Artinya : “Sesungguhnya Allah itu maha
mengawasimu.” (QS. An-Nisa : 1)
c. Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah
menyempatkan diri pada suatu waktu untuk menghitung-hitung
amal hariannya. Firman Allah SWT yang Artinya : “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)
d. Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh,
berperang melawan hawa nafsu. Hawa nafsu senantiasa
mencintai ajakan untuk terlena, menganggur, tenggelam dalam
nafsu yang mengembuskan syahwat, kendatipun padanya
terdapat kesengsaraan dan penderitaan.Firman Allah SWT yang
Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari
kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh
kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyanyang.” (QS. Yusuf : 53)
3. Berakhlak terhadap Akal
a. Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi
setiap muslim, sekaligus sebagai bentuk akhlak seorang
muslim. Sebuah hadits Rasulullah SAW menggambarkan yang
Artinya : “Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap
muslim.” (HR. Ibnu Majah)
b. Memiliki Spesialisasi Ilmu yang dikuasai
Setiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang
sangat urgen dalam kehidupannya. Menurut Dr. Muhammad
Ali Al-Hasyimi (1993 : 48), hal-hal yang harus dikuasai setiap
muslim adalah : Al-Qur'an, baik dari segi bacaan, tajwid dan
tafsirnya; kemudian ilmu hadits; sirah dan sejarah para sahabat;
fikih terutama yang terkait dengan permasalahan kehidupan,
dan lain sebagainya. Setiap muslim juga harus memiliki bidang
spesialisasi yang harus ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus
bersifat ilmu syariah, namun bisa juga dalam bidang-bidang
lain, seperti ekonomi, tehnik, politik dan lain sebagainya.
Dalam sejarahnya, banyak diantara generasi awal kaum
muslimin yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu.
c. Mengajarkan Ilmu pada Orang Lain
Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah
menyampaikan atau mengajarkan apa yang dimilikinya kepada
orang yang membutuhkan ilmunya.Firman Allah SWT yang
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali
orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka;
maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan828 jika kamu tidak mengetahui” (An-Nahl:43)
d. Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan
Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya
adalah merealisasikan ilmunya dalam “alam nyata.” Karena
akan berdosa seorang yang memiliki ilmu namun tidak
mengamalkannya.
Firman Allah SWT yang Artinya : “Wahai orang-
orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan.” (QS. As-Shaff)
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah
mengganggu tetangganya.”
5. Akhlak terhadap Berbangsa dan Bernegara
1. Kewajiban Membela Negara
Kewajiban membela Negara merupakan kewajiban seluruh warga
Negara yang ada di negeri ini, dalam rangka menyelamatkan Negara dari
berbagai ancaman, tantangan maupun gangguan terhadap kadaulatan
Negara.
Dalam tuntunan Islam, membela Negara itu hukumnya wajib. Perintah
untuk menggerakkan tentara tentara Islam ini di jelaskan dalam al-Qur’an
surat Al-Anfal ayat 65 yang artinya:“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat para
mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu,
niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika
ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat
mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu
kaum yang tidak mengerti”. Maka dalam hal ini membela Negara adalah
mutlak wajib bagi seorang muslim dan sebagai warga Negara. Membela
Negara itu bukan hanya ketika Negara terancam oleh pihak luar (penjajah)
tetapi juga ketika nagara ini terancam dari dalam, misalnya pemberontakan,
penghianatan, dan penyelewengan.Rasulullah memberikan dasar-dasar
pembelaan Negara sebagaimana terdapat dalam Hadits yang diriwayatkan
oleh Muslim,
َوان لـَـ ْم,سانـِـه
َ ـطيـْع فـبـِـلـِـ ْ َ فـ,ِـنكـرا فـَـلـيـُغــيّـ ِ ْرهُ بـِـيَــده
ِ َ اءن لـ َ ْم يـَـسْتـ ً ُ ـن َراى مـِـنـْكـ ُ ْم مـْ َ مـ
(مسلم )رواه .االيـْـ َمان ـف
ُ َ اضْعـ وذلك فـَـبقـَـلبـِـه ــستــطـيع
ِ َي
Artinya : barang siapa melihat kemungkaran (kejahatan) maka rubahlah
dengan tangannya (dicegah dengan kekuatannya), apabila tidak mampu
maka rubahlah dengan mulutnya (dicegah dengan nasehat, melaporkan
dsb), apabila tidak mampu maka cegahlah dengan hatinya (membenci
perbuatan tersebut) yang demikian itu adalah selemah-lemah iman,”(HR.
Muslim).
2. Tujuan Bela Negara
Sebagaimana telah diungkapkan pada pembahasan yang telah ada,
bahwa pembelaan Negara itu dapat dilaksanakn dalam hal mempertahankan
Negara terhadap ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik dalam
maupun dari luar negar kita. Didalam GBHN disebutkan bahwa bela negara
merupakan sikap dan tindakan yang teratur menyeluruh terpadu dan
dilandasi cinta tanah air, kesadaran berbangsa, rela berkorban guna
meniadakan setiap ancaman baik dari dalam maupun dari luar negeri yang
membahayakan kedaulatan Negara.
Adapun fungsi dari warga Negara bela Negara adalah agar mampu
melaksanakan ketertiban umum, perlindungan rakyat, keamanan rakyat dan
perlawanan rakyat dalam rangka pertahanan dan keamanan Negara
(HAMKANEG), maka tujuan Negara itu untuk:
a) Melaksanakan fungsi ketertiban umum
Melaksanakn ketertiban umum berarti menjaga berbagi
kemungkinan yang menyebabkan terjadinya kekacauan
masyarakat. Perbuatan-perbuatan yang dapat meresahkan
masyarakat luas umpamanya: mabuk-mabukan, perkelahian,
tawuran, keonaran, pengacauan, fitnah, huru-hara, pemberontakan
dan sebagainya.
b) Melaksanakan fungsi perlindungan rakya
Melaksanakn fungsi perlindungan rakyat berarti melakukan
sikap atau tindakan untuk mencegah terjadinya perbuatan yang
merugikan rakyat dari tindak sewenang-wenangan seperti:
pemerasan, penipuan, ketidakadilan, penganiayaandan sebagainya.
c) Melaksanaka fungsi keamanan rakyat
Melaksanakan fungsi keamanan rakyat berarti melakukan
tidakan untuk mengamankan rakyat dari berbagai tindak kekerasan
yang merugikan kepentingan rakyat seperti: perampokan,
pencurian, pembunuhan dan sebagainya, diantaranya dengan cara
siskamling, membentuk satuan keamanan rakyat (HANDRA,
HANSIP) dsb.
d) Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat
Yaitu melakukan untuk membela negara dengan mengerahkan
tenaga atau fisik, berupa mempertahankan negara oleh rakyat
secara keseluruhan untuk menghadapi ancaman negara baik dari
dalam maupun dari luar,
Ancaman dari dalam seperti melakukan pemberontakan, PKI,
yang hendak mengulingkan pemerintahan yang sah dan mengganti
ideologi negara. Adapaun ancaman dari luar seperti: gangguan
terhadap negeri kita oleh bangsa lain, penyusupan kebudayaan
asing yang merusak bangsa kita, penjualan obat-obat terlarang dari
luar negeri, penjajahan bangsa asing yang harus dihadapi oleh
seluruh rakyat kita.
Dalam hal ini perlu digalang kekompakan dan kesatuan serta
persatuan rakyat demi persatuan bangsa dan negara kita.
Pentingnya persatuan dan kesatuan, sebagai wujud dari kekuatan
bangsa. Dipeintahkan allah sebagaimana firmannya dalam (QS.al-
imron:103) yang artinya: “Berpegang teguhlah kamu sekalian
dengan agama Allah,janganlah kamu bercerai-berai,ingatlah akan
nikmat Allah atas kamu sekalian, ketika(dulu) bermusuh-musuhan,
maka Allah lunakkan hatimu, Allah menjadikan kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara ketika itu kamu telah
berada ditepi juran neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya, demikian Allah menerangkan ayat-ayatnya, kepadamu,
agar kamu mendapat petunjuk.”
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kesimpulannya bahwa pengertian akhlak adalah tata aturan, atau perilaku
manusia. Secara terminologis akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma
perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang
mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dan bahkan dengan alam
semesta.Yang pertama yaitu akhlak kepada Allah yang diartikan sebagai segala
sikap atau perbuatan manusia yang dilakukan tanpa dengan berfikir lagi (spontan)
yang memang seharusnya ada pada diri manusia (sebagai hamba) kepada Allah.
Yang kedua yaitu akhlak kepada Rasul yang pada masa sekarang tidak bisa kita
wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana
para sahabat telah melakukannya. Yang ketiga akhlak terhadap lingkungan yaitu
manusia tidak dibolehkan memanfaatkan sumber daya alam dengan dengan jalan
mengeksploitasi secara besar-besaran sehingga timbul ketidakseimbangan alam dan
kerusakan bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Rosihan Anwar, Akidah Akhlak, Pustaka Setia, Bandung, 2008