Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKHLAK TERHADAP RASULULLAH SAW

DISUSUN Oleh :
(PAKET 16)
Dosen Pembimbing : Asri Karolina ,M.Pd.I

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayat-Nya dan tidak lupa sholawat serta salam kami hanturkan kepada
Nabi Agung kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Al-
Islam Kemuhammadiyahan, serta teman-teman yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“AKHLAK TERHADAP RASULULLAH SAW” kami menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan dalam makalah ini, sehingga kami senantiasa terbuka untuk
menerima saran dan kritik pembaca demi penyempurnaan makalh berikutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ 2


DAFTAR ISI ...................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 5
1.3 Tujuan penulisan Makalah ............................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akhlak .......................................................... 6
2.1.1 Mencintai dan Memuliakan Rasulullah .................. 7
2.1.2 Membaca Shalawat dan Salam .............................. 9
2.1.3 Cara Meneladani akhlak Rasulullah ...................... 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..................................................................... 15
3.2 Saran ............................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Etika Islam (bahasa Arab: ‫ )أخالق إسالمية‬atau "Adab dan Akhlak Islamiyah" adalah
etika dan moral yang dianjurkan di dalam ajaran Islam yang tercantum di dalam Al-
Quran dan Sunnah, dengan mengikuti contoh dari teladan Nabi Muhammad [1][2],
yang di dalam akidah Islamiyah dinyatakan sebagai manusia yang paling sempurna
akhlaknya.
Bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam
dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik,
disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhalak yang tercela sesuai
dengan pembinaannya. Jadi akhlak pada hakikatnya khulk (budi pekerti) atau
akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi
kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara
spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila
dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at
dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila
yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.
Mengejar nilai materi saja, tidak bisa dijadikan sarana untuk mencapai
kebahagiaan yang hakiki. Bahkan hanya menimbulkan bencana yang hebat, karena
orientasi hidup manusia semakin tidak memperdulikan kepentingan orang lain,
asalkan materi yang dikejar-kejarnya dapat dikuasainya, akhirnya timbul
persaingan hidup yang tidak sehat. Sementara manusia tidak memerlukan lagi
agama untuk mengendalikan segala perbuatannya, karena dianggapnya tidak dapat
digunakan untuk memecahkan persoalan hidupnya.
Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak
kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa
dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik
kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus
berakhlak baik kepada-Nya.
Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa
kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung
sebagaimana para sahabat telah melakukannya.
Pada dasarnya, utusan Tuhan (rasulullah) adalah manusia biasa yang tidak
berbeda dengan manusia lain. Namun demikian, terkait dengan status “rasul” yang
disandangkan Tuhan ke atas dirinya, terdapat ketentuan khusus dalam bersikap
terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain
pada umumnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Akhlak itu ?
2. Apa yang melatarbelakangi berakhlak kepada Rasullah ?
3. Bagaimana cara berakhlak dengan Rasulullah itu ?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah bagaimana kita dapat mengerti cara
yang tepat berakhlak kepada Rasullah, dikarenakan beliau adalah seorang manusia
sekaligus rasul yang paling sempurna akhlak diantara makhluk lain ciptaan Allah.
Jadi, tujuan penulisan makalah ini kurang lebih sebagai berikut: Untuk memenuhi
tugas mata kuliah Akidah Akhlak. Dengan mempelajari dan memahami bahan
makalah ini, tentang pembahasan Akhlak kepada Rasulullah, maka kita dituntut
agar dapat mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita bisa
menjadi umat yang berbakti kepada Rasulullah. Amien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN AKHLAK
pembicaraan mengenai definisi akhlak, akan ditelusuri melalui dua pendekatan,
yaitu pendekatan dari aspek bahasa (etimologi) dan dari sudut istilah Islam
(terminologi).
1. Definisi Akhlak Secara Etimologi Menurut pendekatan etimologi, perkataan
“akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” (
‫ )خلق‬yang menurut logat diartikan : budi pekerti, perangai, tingkah laku dan
tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan
“khalkun” (‫ )خلق‬yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq”
(‫ )خالق‬yang berarti Pencipta dan “Makhluk” ( ‫ ) مخلوق‬yang berarti diciptakan.
Perkataan akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di
dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat.
Di dalam Da ’iratul Ma’arif dikatakan: “Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang
terdidik”. Bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang
tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa
perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhalak
yang tercela sesuai dengan pembinaannya. Jadi akhlak pada hakikatnya khulk
(budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap
dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai
macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa
memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik
dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan
budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk,
maka disebutlah budi pekerti yang tercela.
2. Definisi “Akhlak” Aspek Terminologi : Berikut ini akan dibahas definisi
“akhlak” menurut aspek terminologi. Beberapa pakar mengemukakan definisi
akhlak sebagai berikut:
a. Ibn Miskawih “Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih
dulu).
b. Versi Imam Al-Ghazali “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa
yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu).
c. Prof. Dr. Ahmad Amin “Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut
akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlaak”. Menurut Ahmad
Amin, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah
bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang
sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan
kebiasaan ini mempunyai kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang besar
inilah yang bernama akhlak. Akhlak dermawan umpamanya, semula timbul
dari keinginan berderma atau tidak. Dari kebimbangan ini tentu pada
akhirnya timbul, umpamanya, ketentuan memberi derma. Ketentuan ini
adalah kehendak, dan kehendak ini bila dibiasakan akan menjadi akhlak,
yaitu akhlak dermawan.

2.2. Mencintai dan memuliakan Rasulullah


Mencintai dan memuliakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam adalah
syarat sahnya iman. Barangsiapa dalam hatinya tidak ada rasa cinta dan
penghormatan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam, niscaya dalam
hatinya tiada keimanan sedikit pun.
Semakin kuat rasa cinta seorang muslim kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa salam, niscaya keimanannya semakin kuat pula. Dan keimanan tersebut akan
mencapai puncaknya ketika seorang muslim lebih mencintai Rasulullah shallallahu
'alaihi wa salam daripada rasa cintanya kepada ayah, ibu, anak, istri, saudara dan
manusia siapapun juga.
Sebagaimana ditegaskan dalam hadits-hadits shahih:
‫ الَ يُْؤ ِمنُ َأ َح ُد ُك ْم َحتَّى‬،‫ «فَ َوالَّ ِذي نَ ْف ِسي بِيَ ِد ِه‬:‫ال‬
َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ َ ‫ َأ َّن َرس‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ِ ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
‫»َأ ُكونَ َأ َحبَّ ِإلَ ْي ِه ِم ْن َوالِ ِد ِه َو َولَ ِد ِه‬
Yang artinya :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu
'alaihi wa salam bersabda: "Demi Allah Yang nyawaku berada di tangan-Nya.
Salah seorang di antara kalian tidak beriman sehingga aku lebih ia cintai daripada
bapaknya dan anaknya sendiri." (HR. Bukhari no. 14)

ِ َّ‫ َحتَّى َأ ُكونَ َأ َحبَّ ِإلَ ْي ِه ِم ْن َوالِ ِد ِه َو َولَ ِد ِه َوالن‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم «الَ يُْؤ ِمنُ َأ َح ُد ُك ْم‬
‫اس‬ َ ‫ قَا َل النَّبِ ُّي‬:‫ال‬
َ َ ‫ ق‬،‫س‬ ٍ َ‫ع َْن َأن‬
َ‫»َأجْ َم ِعين‬
Yang artinya :
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa
salam bersabda: "Salah seorang di antara kalian tidak beriman sehingga aku lebih ia
cintai daripada bapaknya sendiri, anaknya sendiri dan seluruh manusia." (HR.
Bukhari no. 15 dan Muslim no. 44)

‫ َأ ْن‬:‫ث َم ْن ُك َّن فِي ِه َو َج َد َحالَ َوةَ اِإل ي َما ِن‬


ٌ َ‫ " ثَال‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َ ‫ ع َِن النَّبِ ِّي‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
ِ ‫ك َر‬ ِ ‫ع َْن َأن‬
ٍ ِ‫َس ب ِْن َمال‬
َ‫ َوَأ ْن يَ ْك َرهَ َأ ْن يَعُو َد فِي ال ُك ْف ِر َك َما يَ ْك َرهُ َأ ْن يُ ْق َذف‬،ِ ‫ َوَأ ْن يُ ِحبَّ ال َمرْ َء الَ ي ُِحبُّهُ ِإاَّل هَّلِل‬،‫يَ ُكونَ هَّللا ُ َو َرسُولُهُ َأ َحبَّ ِإلَ ْي ِه ِم َّما ِس َواهُ َما‬
ِ َّ‫فِي الن‬
‫ار‬

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa salam
bersabda: "Tiga perkara yang barangsiapa pada dirinya terdapat ketiga perkara
tersebut niscaya ia akan bisa meraih lezatnya keimanan: (1) Allah dan Rasul-Nya
lebih ia cintai dari manusia siapapun juga, (2) mencintai seseorang semata-mata
karena (orang tersebut taat kepada) Allah dan (3) benci kembali kepada kekafiran
setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran, sebagaimana rasa bencinya jika
dilemparkan ke dalam neraka." (HR. Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43)
Seorang muslim senantiasa mencintai dan mengagungkan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa salam. Di antara wujud mencintai dan mengagungkan beliau
adalah:

1. Membenarkan wahyu Al-Qur'an dan as-sunnah (hadits nabawi) yang beliau


terima dari Allah ta'ala.
2. Melaksanakan perintah-perintah beliau, baik hal yang wajib maupun yang
sunah.
3. Menjauhi larangan-larangan beliau, baik hal yang haram maupun yang
makruh.
4. Mempelajari, mengajarkan, mendakwahkan dan memperjuangkan ajaran
agama Islam yang beliau bawa.
5. Menjadikan syariat beliau, Al-Qur'an dan as-sunnah, sebagai satu-satunya
pedoman hidup dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara.
6. Mengorbankan jiwa raga, harta, tenaga, pikiran dan waktunya untuk
memperjuangkan tegaknya syariat beliau.
7. Memanjatkan shalawat kepada beliau dan memohon kepada Allah agar kelak
di hari kiamat diperkenankan menerima syafaat beliau.
8. Memusuhi dan membenci orang-orang yang membenci, memusuhi, mencaci
maki dan melecehkan beliau.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam adalah pribadi agung dan manusia


pilihan yang paling dicintai dan diagungkan oleh Allah Ta'ala. Oleh karenanya,
mengagungkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam adalah bagian dari
mengagungkan syiar-syiar agama Allah Ta'ala. Sebagaimana difirmankan oleh
Allah Ta'ala,

ِ ‫َذلِكَ َو َم ْن يُ َعظِّ ْم َش َعاِئ َر هَّللا ِ فَِإنَّهَا ِم ْن تَ ْق َوى ْالقُلُو‬


‫ب‬

"Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar- syiar


Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati." (QS. Al-Hajj [22]: 32)
Tuntunan Islam dalam menyikapi pelecehan terhadap Nabi shallallahu 'alaihi
wa salam
Islam memandang penghinaan, pelecehan dan caci makian kepada Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa salam sama artinya dengan penghinaan, pelecehan dan caci
makian kepada Allah Ta'ala dan agama Islam. Sebab, Allah Ta'ala-lah Yang telah
mengutus beliau sebagai penutup seluruh nabi dan rasul dengan membawa agama
Islam.
Demikian pula penghinaan, pelecehan dan caci makian kepada agama Islam
sama artinya dengan penghinaan, pelecehan dan caci makian kepada Allah Ta'ala
dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam. Tentu saja, penghinaan, pelecehan dan
caci makian kepada Allah Ta'ala juga merupakan penghinaan, pelecehan dan caci
makian kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam dan agama Islam.
Allah Ta'ala, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam dan agama Islam adalah
tiga hal yang saling berkait erat dan tidak bisa dipisahkan. Ketiganya wajib
diagungkan oleh seorang muslim. Penghinaan, pelecehan dan caci makian kepada
salah satunya berarti penghinaan, pelecehan dan caci makian kepada dua perkara
lainnya.
Seorang muslim akan mengikuti tuntunan Al-Qur'an, as-sunnah dan ijma'
ulama dalam menyikapi tindakan dan orang yang melakukan penghinaan,
pelecehan dan caci makian kepada Allah Ta'ala, atau Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa salam atau agama Islam. Lantas bagaimana Al-Qur'an, as-sunnah dan ijma'
ulama memandang penghinaan, pelecehan dan caci makian kepada Allah Ta'ala,
atau Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam atau agama Islam?

2.3. Membaca Shalawat dan Salam


Selawat atau Shalawat (bahasa Arab: ‫لوات‬£‫ )ص‬adalah bentuk jamak dari kata
salat yang berarti doa atau seruan kepada Allah SWT. Membaca shalawat untuk
Nabi SAW, memiliki maksud mendoakan atau memohonkan berkah kepada Allah
SWT untuk Nabi SAW dengan ucapan, pernyataan serta pengharapan, semoga
beliau (Nabi SAW) sejahtera (beruntung, tak kurang suatu apapun, keadaannya
tetap baik dan sehat).
Salam berarti damai, sejahtera, aman sentosa dan selamat. Jadi saat seorang
muslim membaca selawat untuk Nabi SAW, dimaksudkan mendoakan beliau
semoga tetap damai, sejahtera, aman sentosa dan selalu mendapatkan
keselamatan.Membaca Selawat harus disertai dengan niat dan dengan sikap hormat
kepada Nabi SAW. Orang yang membaca shalawat untuk Nabi SAW hendaknya
disertai dengan niat dan didasari rasa cinta kepada beliau dengan tujuan untuk
memuliakan dan menghormati beliau. Dalam penjelasan hadits (Akhbar Al-Hadits)
disebutkan bahwa apabila seseorang membaca shalawat tidak disertai dengan niat
dan perasaan hormat kepada Nabi SAW, maka timbangannya tidak lebih berat
ketimbang selembar sayap. Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya sahnya amal itu
tergantung niatnya”.
Ada tiga perkara yang timbangannya tidak lebih berat dari pada selembar
sayap, yaitu :
1. Shalat yang tidak disertai dengan tunduk dan khusyuk.
2. Dzikir dengan tidak sadar. Allah SWT tidak akan menerima amal orang yang
hatinya tidak sadar.
3. Membaca Shalawat untuk Nabi Muhammad SAW tidak disertai dengan niat dan
rasa hormat.
4. Nabi SAW bersabda : “Dan kalau kamu membaca shalawat, maka bacalah
dengan penuh penghormatan untuk ku.”

Siti Aisyah ra. berkata : “Barangsiapa cinta kepada Allah SWT, maka dia banyak
menyebutnya dan buahnya ialah Allah SWT akan mengingat dia, juga memberi rahmat
dan ampunan kepadanya, serta memasukannya ke surga bersama para Nabi dan para
Wali. Dan Allah SWT memberi kehormatan pula kepadanya dengan melihat keindahan-
Nya. Dan barang siapa cinta kepada Nabi SAW maka hendaklah ia banyak membaca
shalawat untuk Nabi SAW dan buahnya ialah ia akan mendapat syafa’at dan akan
bersama beliau di surga.”

Selanjutnya Nabi SAW bersabda : “Barang siapa membaca selawat untukku karena
memuliakanku, maka Allah SWT menciptakan dari kalimat (shalawat) itu satu malaikat
yang mempunyai dua sayap, yang satu di timur dan satunya lagi di barat. Sedangkan
kedua kakinya di bawah bumi sedangkan lehernya memanjang sampai ke Arasy”.

Contoh-contoh akhlak Rasulullah saw :


1. Akhlak Rasulullah saw dengan Allah swt
 Mengabdikan diri setiap detik dan masa kepada Allah dengan penuh
kepatuhan, ketaatan, kecintaan dan kesyukuran yang tidak berbelah bagi
terhadap Allah di samping redha dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah
kepadanya.
 Melaksanakan kewajipan yang wajib atau difardhukan serta amalan-amalan
sunat seperti bangun malam mengadakan Qiyamullail, berpuasa sunat, zikir,
istighfar, doa, tasbih, tahmid dan sebagainya.
2. Akhlak Rasulullah saw dengan sesama manusia
 Akhlak Rasulullah saw meliputi aspek kekeluargaan, soaial, ekonomi, politik
dan sebagainya. Dari aspek kekeluargaan, Rasulullah saw berjaya mewujudkan
suasana yang harmoni dan Rasulullah saw pernah bersabda : "Rumahku adalah
syurgaku."
 Rasulullah saw merupakan seorang yang bertanggungjawab, sentiasa memberi
kasih sayang, berlemah lembut dan bertolak ansur terhadap semua ahli
keluarganya.
 Rasulullah saw juga selalu berbincang dengan para sahabat dan menghargai
pandangan yang diberikan oleh mereka.
 Begitu juga akhlak dan sikap Rasulullah saw terhadap orang bukan Islam iaitu
menghormati mereka, bersopan santun dan memberi haknya kepada mereka
terutama dari segi kejiranan. Contohnya kisah baginda dengan seorang wanita
Yahudi (jirannya) yang akhirnya wanita Yahudi tersebut telah memeluk Islam
atas keprihatinan, kesabaran dan kemuliaan akhlak yang ditonjolkan oleh
Rasulullah saw.
3. Akhlak Rasulullah saw dengan makhluk lain.
 Rasulullah saw begitu peka dan prihatin terhadap makhluk yang lain seperti
haiwan, tumbuha-tumbuhan dan alam sekitar.
 Rasulullah saw menasihati umatnya supaya berlaku ihsan kepada haiwan dan
binatang ternakan serta tidak menzalimi atau menyiksa mereka. Demikian juga
tumbuh-tumbuhan dan alam sekitar.

12
Manfaat dari mengucapkan shalawat untuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dimana
ada 40 manfaat. Di antara manfaat itu adalah:

1. Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada perintah Allah.


2. Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bagi yang bershalawat sekali untuk beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam.
3. Diharapkan dikabulkannya do’a apabila didahului dengan shalawat tersebut.
4. Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafa’at dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam, jika ketika mengucapkan shalawat diiringi dengan permohonan kepada Allah
agar memberikan wasilah (kedudukan yang tinggi) kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam pada hari Kiamat.
5. Shalawat merupakan sebab diampuninya dosa-dosa.
6. Shalawat merupakan sebab sehingga Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab
orang yang mengucapkan shalawat dan salam kepadanya

LARANGAN GHULUW DAN BERLEBIH-LEBIHAN DALAM MEMUJI NABI


SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM

Ghuluw artinya melampaui batas. Dikatakan: “ ‫ َغالَ يَ ْغلُو ُغلُ ًّوا‬,” jika ia melampaui
batas dalam ukuran. Allah berfirman:

‫اَل تَ ْغلُوا فِي ِدينِ ُك ْم‬

“Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu.” [An-Nisaa': 171]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


‫ك َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم اَ ْل ُغلُوُّ فِي ال ِّد ْي ِن‬
َ َ‫ فَِإنَّ َما َأ ْهل‬،‫ِإيَّا ُك ْم َو ْال ُغلُ َّو فِي ال ِّد ْي ِن‬.

“Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama, karena


sesungguhnya sikap ghuluw ini telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.”
Salah satu sebab yang membuat seseorang menjadi kufur adalah sikap ghuluw
dalam beragama, baik kepada orang shalih atau dianggap wali, maupun ghuluw kepada
kuburan para wali, hingga mereka minta dan berdo’a kepadanya padahal ini adalah
perbuatan syirik akbar.
Sedangkan ithra’ artinya melampaui batas (berlebih-lebihan) dalam memuji serta
berbohong karenanya. Dan yang dimaksud dengan ghuluw dalam hak Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam adalah melampaui batas dalam menyanjungnya, sehingga
mengangkatnya di atas derajatnya sebagai hamba dan Rasul (utusan) Allah,
menisbatkan kepadanya sebagian dari sifat-sifat Ilahiyyah. Hal itu misalnya dengan
memohon dan meminta pertolongan kepada beliau, tawassul dengan beliau, atau
tawassul dengan kedudukan dan kehormatan beliau, bersumpah dengan nama beliau,
sebagai bentuk ‘ubudiyyah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, perbuatan ini
adalah syirik.
13

Dan yang dimaksud dengan ithra’ dalam hak Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah
berlebih-lebihan dalam memujinya, padahal beliau telah melarang hal tersebut melalui
sabda beliau:

ُ‫ فَقُوْ لُوْ ا َع ْب ُد هللاِ َو َرسُوْ لُه‬،ُ‫ فَِإنَّ َما َأنَا َع ْب ُده‬،‫صا َرى ا ْبنَ َمرْ يَ َم‬
َ َّ‫ت الن‬ ْ ‫طرُوْ نِي َك َما َأ‬
ِ ‫ط َر‬ ْ ُ‫الَ ت‬.

“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai-mana orang-orang Nasrani


telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka
kata-kanlah, ‘‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya).’”

Dengan kata lain, janganlah kalian memujiku secara bathil dan janganlah kalian
berlebih-lebihan dalam memujiku. Hal itu sebagaimana yang telah dilakukan oleh
orang-orang Nasrani terhadap ‘Isa Alaihissallam, sehingga mereka menganggapnya
memiliki sifat Ilahiyyah. Karenanya, sifatilah aku sebagaimana Rabb-ku memberi sifat
kepadaku, maka katakanlah: “Hamba Allah dan Rasul (utusan)-Nya.”

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Akhlak adalah budi perkerti yang dilihat dengan kasyaf mata, orang yang berakhlak
mulia akan selalu manis dilihat orang-orang di sekitar
1. Mengikuti dan mentaati Rasulullah SAW
2. Mencintai dan memuliakan Rasulullah
3. Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah
4. Mencontoh akhlak Rasulullah.
Melanjutkan Misi Rasulullah.
5. Menghormati Pewaris Rasul 7. Menghidupkan Sunnah Rasul

3.2 SARAN
HORMATILAH RASULULLAH DAN TELADANI SIFAT AGUNGNYA

Anda mungkin juga menyukai