Anda di halaman 1dari 10

KONTEKSTUALISASI AKHLAK MUSLIM Oleh: M.

Baihaqi Fadhlil Wafi


YANG HAKIKI
DEFINISI AKHLAK

Suatu perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa seseorang dan
merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya, secara
mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan atau direncanakan sebelumnya. (Ihya’
Ulumiddin)

“Kondisi jiwa yang mendorong perilaku tanpa dipikirkan dan tanpa


dipertimbangkan”

“Dorongan jiwa yang melahirkan tindakan secara otomatis”


ETIKA / AKHLAK
• Akhlak kata dasarnya khalaqa.
- Khalq: ciptaan - ijbari
- Khuluq: akhlak - ikhtiyari
• Targetnya: husnul khuluq
• Fokus garapannya: dimensi batin, ruh manusia dalam 4 variabel; daya
intelektualitas, daya emosi, daya nafsu, daya penyeimbang
• Husnul khuluq: mendayagunakan Intelek-Emosi-Nafsu secukupnya saja dan
menyibukkan diri dengan ideal akhlak karimah
• Jalan menuju husnul khuluq: mendapat anugerah dari Allah atau
diupayakan sendiri secara sungguh-sungguh atau keduanya
HAKIKAT AKHLAK
v Akhlak bukanlah pengetahuan (ma’rifah) tentang baik dan buruk maupun kodrat
(qudrah) baik dan buruk, bukan pula pengamalan (fi’il) yang baik dan buruk,
melainkan suatu keadaan jiwa yang mantap
v Menurut al-Ghazali: suatu kemantapan jiwa yang menghasilkan perbuatan atau
pengamalan dengan mudah, tanpa harus direnungkan dan disengaja, sehingga
menghasilkan amal-amal yang baik.
DUA SYARAT AKHLAK
1. Stabilitas: perbuatan-perbuatan yang dilakukan seseorang tersebut bersifat
permanen dan berkelanjutan
2. Spontanitas: perbuatan itu muncul dengan mudah dan tanpa paksaan
ONTOLOGI AKHLAK
Sumber: Pembawaan sejak lahir; lingkungan; perjalanan hidup
Jenis akhlak:
Al-khayr: nilai-nilai akhlak Islam yang universal bersumber dari wahyu
Al-Ma’ruf: nilai akhlak yang bersumber dari budaya setempat atau sesuatu yang
secara umum diketahui masyarakat sebagai kebaikan dan kepatuhan
Adab: akhlak yang bersifat lahir, tatakrama, sopan santun
EMPAT KEKUATAN AKHLAK
Nafsu – jika terkontrol dan sehat (sesuai akal dan syari’ah) – melahirkan iffah (sifat
menahan diri)
Amarah – jika terkontrol dan sehat (sesuai akal dan syari’ah) – melahirkan syaja’ah
(keberanian)
‘ilm – dapat membedakan antara pernyataan yang benar dan yang salah, antara
kepercayaan yang benar dan yang keliru, dan antara perbuatan yang baik dan
buruk – melahirkan hikmah (kebijaksanaan)
‘Adalah – jika terkontrol dan sehat (sesuai akal dan syari’ah) – melahirkan ‘adl
o Akhlak baik terdapat dalam jiwa, tidak dalam perilaku meskipun manifestasinya
adalah perilaku
o Parameter akhlak bukan citra
o Tujuan akhlak / pendidikan akhlak: melatih jiwa atau membiasakan jiwa dalam
kebaikan
o Orang yang membiasakan kebaikan sampai pada kebahagiaan
o Kebahagiaan terjadi bila kebaikan kita utuh – baik dari aspek lahir maupun batin
o Efek melakukan kebaikan adalah untuk diri sendiri
Kebahagiaan sempurna (Teori Aristoteles):
1. Kesehatan fisik
2. Kepemilikan harta
3. Reputasi / kehormatan di kalangan terhormat
4. Sukses dalam berbagai bidang kehidupan
5. Lurus dalam berpikir, sehat dalam keyakinan
SEBAB PERBEDAAN AKHLAK (IBN MISKAWAIH)
1. Watak yang dimiliki / alamiah
2. Kebiasaan
3. Tingkat pengetahuan dan kefahaman
4. Tingkat kesungguhan

Anda mungkin juga menyukai