0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
98 tayangan10 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang definisi akhlak sebagai kondisi jiwa yang mendorong perilaku tanpa dipikirkan, tujuan akhlak untuk mencapai kebaikan, dan empat kekuatan akhlak yaitu nafsu, amarah, ilmu, dan adil yang jika dikontrol dapat menghasilkan sifat-sifat kebaikan.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi akhlak sebagai kondisi jiwa yang mendorong perilaku tanpa dipikirkan, tujuan akhlak untuk mencapai kebaikan, dan empat kekuatan akhlak yaitu nafsu, amarah, ilmu, dan adil yang jika dikontrol dapat menghasilkan sifat-sifat kebaikan.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi akhlak sebagai kondisi jiwa yang mendorong perilaku tanpa dipikirkan, tujuan akhlak untuk mencapai kebaikan, dan empat kekuatan akhlak yaitu nafsu, amarah, ilmu, dan adil yang jika dikontrol dapat menghasilkan sifat-sifat kebaikan.
Suatu perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya, secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan atau direncanakan sebelumnya. (Ihya’ Ulumiddin)
“Kondisi jiwa yang mendorong perilaku tanpa dipikirkan dan tanpa
dipertimbangkan”
“Dorongan jiwa yang melahirkan tindakan secara otomatis”
ETIKA / AKHLAK • Akhlak kata dasarnya khalaqa. - Khalq: ciptaan - ijbari - Khuluq: akhlak - ikhtiyari • Targetnya: husnul khuluq • Fokus garapannya: dimensi batin, ruh manusia dalam 4 variabel; daya intelektualitas, daya emosi, daya nafsu, daya penyeimbang • Husnul khuluq: mendayagunakan Intelek-Emosi-Nafsu secukupnya saja dan menyibukkan diri dengan ideal akhlak karimah • Jalan menuju husnul khuluq: mendapat anugerah dari Allah atau diupayakan sendiri secara sungguh-sungguh atau keduanya HAKIKAT AKHLAK v Akhlak bukanlah pengetahuan (ma’rifah) tentang baik dan buruk maupun kodrat (qudrah) baik dan buruk, bukan pula pengamalan (fi’il) yang baik dan buruk, melainkan suatu keadaan jiwa yang mantap v Menurut al-Ghazali: suatu kemantapan jiwa yang menghasilkan perbuatan atau pengamalan dengan mudah, tanpa harus direnungkan dan disengaja, sehingga menghasilkan amal-amal yang baik. DUA SYARAT AKHLAK 1. Stabilitas: perbuatan-perbuatan yang dilakukan seseorang tersebut bersifat permanen dan berkelanjutan 2. Spontanitas: perbuatan itu muncul dengan mudah dan tanpa paksaan ONTOLOGI AKHLAK Sumber: Pembawaan sejak lahir; lingkungan; perjalanan hidup Jenis akhlak: Al-khayr: nilai-nilai akhlak Islam yang universal bersumber dari wahyu Al-Ma’ruf: nilai akhlak yang bersumber dari budaya setempat atau sesuatu yang secara umum diketahui masyarakat sebagai kebaikan dan kepatuhan Adab: akhlak yang bersifat lahir, tatakrama, sopan santun EMPAT KEKUATAN AKHLAK Nafsu – jika terkontrol dan sehat (sesuai akal dan syari’ah) – melahirkan iffah (sifat menahan diri) Amarah – jika terkontrol dan sehat (sesuai akal dan syari’ah) – melahirkan syaja’ah (keberanian) ‘ilm – dapat membedakan antara pernyataan yang benar dan yang salah, antara kepercayaan yang benar dan yang keliru, dan antara perbuatan yang baik dan buruk – melahirkan hikmah (kebijaksanaan) ‘Adalah – jika terkontrol dan sehat (sesuai akal dan syari’ah) – melahirkan ‘adl o Akhlak baik terdapat dalam jiwa, tidak dalam perilaku meskipun manifestasinya adalah perilaku o Parameter akhlak bukan citra o Tujuan akhlak / pendidikan akhlak: melatih jiwa atau membiasakan jiwa dalam kebaikan o Orang yang membiasakan kebaikan sampai pada kebahagiaan o Kebahagiaan terjadi bila kebaikan kita utuh – baik dari aspek lahir maupun batin o Efek melakukan kebaikan adalah untuk diri sendiri Kebahagiaan sempurna (Teori Aristoteles): 1. Kesehatan fisik 2. Kepemilikan harta 3. Reputasi / kehormatan di kalangan terhormat 4. Sukses dalam berbagai bidang kehidupan 5. Lurus dalam berpikir, sehat dalam keyakinan SEBAB PERBEDAAN AKHLAK (IBN MISKAWAIH) 1. Watak yang dimiliki / alamiah 2. Kebiasaan 3. Tingkat pengetahuan dan kefahaman 4. Tingkat kesungguhan