Anda di halaman 1dari 60

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Proyek


1. Latar Belakang Proyek
Kota Semarang merupakan salah satu kota yang memiliki tempat wisata
yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Dengan
berkembangnya budaya dan wisata di Kota Semarang, pemerintah meningkatkan
pembangunan baik pembangunan hotel, apartement, losmen, villa dan sebagainya
untuk meningkatkan potensi pariwisata di Kota Semarang. Hal ini dimaksudkan
untuk membantu para wisatawan yang berlibur ke Kota Semarang tidak merasa
kesulitan dalam mencari tempat untuk beristirahat. Jumlah pembangunan hotel di
Kota Semarang meningkat, sehingga menciptakan persaingan untuk memberikan
pelayanan hotel yang maksimal baik secara fasilitas maupun bangunan. Oleh
karena itu PT. Trimega Pilar Utama bermaksud untuk membangun Quest Hotel
Semarang.

Gambar I.1. Gambar Rencana Proyek


Proyek Quest Hotel Semarang merupakan proyek Hotel &
Perkantoran dengan konsep minimalis, berlokasi di Jalan Pemuda no. 169
Semarang. Pemilik proyek adalah PT. Trimega Pilar Utama. Dilihat dari
rancangan perspective design yang dibuat oleh Twenty Four, hotel ini
diperuntukkan bagi kalangan menengah keatas. Dengan land area 788 m2,
2

dimanfaatkan sebagai bangunan mixed used dengan 12 lantai, yang terdiri dari
hotel, basement dan office. Diperkirakan proyek ini akan selesai dibangun dalam
waktu 14 bulan. Pelaksanaan proyek ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
penginapan yang nyaman dan strategis bagi kalangan menengah ke atas.
Prediksi bahwa peluang bisnis properti akan semakin prospektif untuk
lima tahun kedepan menjadi acuan owner untuk menyediakan hotel, meeting
room, swimming pool, restaurant. Fasilitas tersebut diharapkan mampu menarik
minat para konsumen sebagai investasi jangka panjang. Konsep bangunan Quest
Hotel Semarang dilaksanakan oleh tenaga ahli bangunan agar dapat sesuai dengan
umur rencana hingga 50 tahun kedepan.
2. Tujuan dan Manfaat Pembangunan Proyek
Pelaksanaan proyek Quest Hotel Semarang diharapkan mampu mencapai
manfaat dan tujuan dari bangunan tersebut:
a. Untuk memenuhi kebutuhan penginapan di Kota Semarang.

b. Menyediakan penginapan yang strategis di pusat Kota serta dekat dengan


tempat wisata.

c. Memanfaatkan lahan yang ada sebagai sektor industri yang membantu


meningkatkan roda perekonomian Kota Semarang.

3. Sumber Dana dan Jangka Waktu


Investasi yang digunakan sebagai modal murni dari owner senilai
Rp. 24.750.000.000,- untuk pembangunan proyek prestise gedung megah Quest
Hotel itu, diperoleh tanpa memanfaatkan fasilitas pinjaman perbankan, agar
keuntungan dari pengelolaan gedung ini dapat segera diperoleh dan di lain sisi
dapat mengawali kesiapan Kota Semarang yang sedang berbenah sebagai kota
wisata. Proyek ini dimulai pada tanggal 25 Februari 2019 dan direncanakan
selesai pada tanggal 30 April 2020.
3

B. Data Teknis Proyek


Data teknis proyek merupakan salah satu jenis dari data sekunder yang
berhubungan dengan perencanaan struktur. Adapun data-data proyek Quest Hotel
Semarang, terbagi atas :
Luas bangunan : 6895 m2
Luas lahan : 788 m2
Tinggi bangunan : 46,5 m
Strutur : beton
Jenis pondasi : bored pile
Jenis DPT : soldier pile
Jenis tanah : clay / lempung

1. Tanah Dasar
Jenis tanah dasar pada lokasi pelaksanaan proyek termasuk dalam jenis
tanah lempung / clay jenuh air. Pondasi adalah konstruksi struktur bawah yang
memikul beban dari bangunan untuk diteruskan ke tanah berdasarkan daya
dukung tanah.
Pondasi Quest Hotel Semarang menggunakan jenis pondasi bore pile.
Pondasi bore pile adalah jenis pondasi dalam yang berbentuk tabung, berfungsi
meneruskan beban struktur bangunan diatasnya dari permukaan tanah sampai
lapisan tanah terkeras di bawahnya. Pondasi ini memiliki fungsi yang sama
dengan pondasi tiang pancang atau pondasi dalam lainya.
Pengerjaan bore pile dimulai dengan pelubangan tanah sampai pada
kedalaman yang telah direncanakan, kemudian pemasangan tulangan besi yang
dilanjutkan dengan pengecoran beton.
2. Jenis Struktur
Struktur yang digunakan pada proyek Quest Hotel Semarang adalah
struktur rangka atau skeleton, yaitu struktur yang terdiri dari kolom dan balok.
Kolom adalah struktur vertikal sebagai penyalur beban dan gaya menuju plat
dibawahnya, sedangkan balok adalah struktur horisontal sebagai media
4

penyaluran beban secara merata ke struktur bawah berupa pondasi dan kemudian
diteruskan ke tanah. Kolom dan balok harus mampu menahan tekuk lentur.
Selanjutnya dilengkapi dengan komponen lain berupa dinding, dan plat
lantai untuk melengkapi kebutuhan dalam membentuk ruang. Komponen tersebut
disusun pada elemen rangka bangunan sehingga dapat disebut sebagai elemen
non-struktural.
Elemen non struktural untuk dinding basement 4 sampai lantai atap
direncanakan menggunakan jenis pasangan bata ringan. Pada dinding lift
menggunakan jenis dinding geser berupa shear wall. Shear wall adalah jenis
struktur dinding yang berbentuk beton bertulang yang biasanya dirancang untuk
menahan gaya geser yang diakibatkan oleh gempa bumi. Dengan dibuatnya
dinding shear wall pada setiap titik rawan maka gaya lateral gempa dapat diredam
oleh dinding geser tersebut.
3. Bahan Utama
Yang menjadi bahan utama pada pekerjaan pengecoran adalah beton
bertulang. Bahan atau material yang digunakan pada pekerjaan pembesian adalah
baja tulangan dengan diameter bervariasi, kawat bendrat, dan coupler.
Baja tulangan untuk pekerjaan pembesian beton menggunakan baja
tulangan deformasi / ulir dengan tegangan leleh minimum 40 kN/cm2 (BJTD 40)
dengan diameter beragam. Alur pekerjaan pembesian diawali dengan gambar Soft
Drawing berupa denah penempatan dan detail. Dari gambar tersebut diwujudkan
di lapangan. Untuk keperluan pengikat rangkaian baja tulangan digunakan kawat
bendrat dan coupler. Ketentuan penggunaan kawat bendrat apabila panjang tulang
penyambung lebih dari 2 meter, dan menggunakan coupler apabila kurang dari 1,5
meter.
Persayaratan spesifikasi beton ready mix yang didatangkan dari CV. Jati
Kencana Beton yaitu mutu beton, nilai slump, dan komposisi materialnya.
Pengujian mutu dilakukan mengambil sample silinder pada saat melakukan
pengecoran. Untuk pengujian konsistensi / kekentalan adukan beton (slump)
dilakukan di tempat hauling concrete mixer truck. Spesifikasi slump adalah 12 ± 2
cm, dan komposisi materialnya NFA (Non Fly Ash).
5

4. Fasilitas Penunjang
4a). Fasilitas Proyek Konstruksi Untuk Tukang dan Pekerja Bangunan
Dalam proyek pembangunan skala besar harus diimbangi dengan fasilitas
kerja yang memadahi sehingga aktifitas dapat berjalan lancer, nyaman dan
mendukung program adanya keselamatan kerja. Beberapa fasilitas proyek
konstruksi untuk tukang dan pekerja bangunan perlu diatur sedemikian rupa
menyesuaikan kondisi lapangan sertarencana pembangunan. Fasilitas yang
disediakan yaitu:
1) Direksi keet, tempat untuk melaksanakan pengawasan, pengendalian
pekerjaan, rapat dan pekerjaan administrasi proyek.
2) Barak pekerja, berfungsi sebagai tempat tinggal dan istirahat pekerja
selama proyek berlangsung
3) Kamar mandi & WC, tempat untuk MCK agar lingkungan proyek
senantiasa terjaga kebersihanya maka harus dibuat senyaman mungkin.
4) Kantor safety dan tempat pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan
kerja.
5) Kantin/ warung makan, menyediakan kebutuhan makan dan minum
pekerja pada saat jam istirahat selama proyek pembangunan berlangsung.
4b). Fasilitas Utama Gedung
Menurut The Liang Gie (2006:22) Fasilitas adalah segenap kebutuhan
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dalam suatu usaha
kerja sama manusia. Sedangkan menurut Suyanto (2008) menyatakan bahwa,
fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar
pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang. Sehingga
secara garis besar dapat disimpulkan bahwa fasilitas merupakan sesuatu yang
dibutuhkan untuk memudahkan, memperlancar, dan menyelesaikan suatu
pekerjaan.atau usaha. Sedangkan definisi umum menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata umum menurut sifatnya adalah untuk orang banyak; (untuk orang)
siapa saja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fasilitas umum merupakan sesuatu
yang dibutuhkan untuk memudahkan, memperlancar, dan menyelesaikan suatu
pekerjaan atau usaha, yang diperuntukan bagi siapa saja.
6

Owner Quest Hotel Semarang menyediakan beragam fasilitas umum untuk


menarik minat customer. Fasilitas umum ini diantaranya :
1) Kamar, merupakan fasilitas utama yang disediakan Quest Hotel untuk
tempat menginap atau tempat beristirahat pengunjung hotel.
2) Parking area, yaitu tempat untuk memarkirkan kendaraan pengunjung
3) All day dining, yaitu salah satu jenis restoran yang menyajikan makanan
pada tiap waktu. Kebutuhan untuk makan pagi / sarapan, siang, malam,
dan makanan ringan semua ada dalam satu tempat.
4) Meeting room, yaitu sebuah ruangan yang digunakan sebagai tempat
pertemuan baik rapat maupun diskusi dengan internal perusahaan
maupun eksternal perusahaan.
5) Executive lounge, adalah sarana bagi tamu untuk duduk dan bersantai.
Biasanya digunakan sebagai ruang tunggu.
6) Lobby, merupakan suatu ruang teras di dekat pintu masuk bangunan
hotel, biasanya dilengkapi dengan berbagai perangkat meja dan kursi,
berfungsi sebagai ruang penerima tamu check in, check out, duduk atau
ruang tunggu.
7) Pool merupakan suatu bangunan konstruksi yang dirancang untuk diisi
dengan air dan digunakan untuk berenang, menyelam, atau aktivitas air
lainnya.
7

BAB II
MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN PROYEK

A. Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses untuk memanfaatkan sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan tertentu (Sahid, Muh.
Nur, 2017:1). Sumber daya lain yang dimaksut adalah bahan, mesin / peralatan,
metode / cara kerja, modal uang (money), dan pasar. Terkadang sumber daya
tidak selalu ada, sehingga timbulah masalah yang mungkin akan berpengaruh
dalam pencapaian tujuan pelaksanaan proyek. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
proses menejemen untuk memanfaatkan sumber daya dan mengurangi kendala
yang mungkin dapat terjadi. Proses menejemen dapat juga disebut dengan fungsi
menejemen, yang dikelompokkan menjadi :
1. Penetapan Tujuan (Goal Setting)
Tujuan adalah suatu batas capaian yang ingin dicapai. Suatu tujuan harus
memiliki sifat yang spesifik, realistik, terukur dan terbatas waktu.
2. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan suatu proses pemilihan dan pembuatan asumsi
asumsi mengenai keadaan dimasa mendatang, juga merumuskan kegiatan kegiatan
yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang sebelumnya sudah ditentukan.
3. Staffing
Staffing adalah proses menejemen yang berkenaan dengan pengerahan
(recruitment), penempatan, pelatihan, dan pengembangan tenaga kerja dalam
suatu lingkup organisasi. Prinsip staffing adalah menempatkan seseorang sesuai
dengan kemampuan (ability), dan keahlian (skill) yang dimiliki.
4. Directing
Directing adalah usaha untuk memobilisasi sumber sumber daya yang
dimiliki oleh organisasi agar dapat bergerak dalam suatu kesatuan sesuai dengan
rencana yang telah dibuat. Dalam tahapan ini mencakup usaha bagaimana
memotivasi seseorang agar dapat bekerja dengan baik, memimpin sehingga
8

memungkinkan goal setting dapat tercapai, dan koordinasi dengan seluruh bagian
organisasi berjalan baik.
5. Supervising
Supervising adalah interaksi langsung yang terjadi antara masing masing
individu dalam suatu lingkup organisasi, agar kinerja kerja sesuai harapan dan
tujuan organisasi tercapai.

B. Organisasi Proyek
1. Unsur-Unsur Pengelola Proyek
Dalam pelaksanaan pekerjaan Proyek Quest Hotel Semarang ada beberapa
pihak yang terlibat, berkaitan, dan saling bersinergi guna mencapai tujuan
pelaksaan proyek yang diharapkan. Masing masing pihak memiliki tugas,
tanggung jawab, dan wewenang agar kegiatan pelaksanaan konstruksi berjalan
lancar. Adapun pihak-pihak tersebut sebagai berikut :
a) Pemilik proyek (owner) : PT. Trimega Pilar Utama
b) Konsultan desain arsitek : Twenty Four
c) Konsultan struktur : Ir. Suharno Gitomarsono MS
d) Pelaksana Proyek (kontraktor) : PT. Purikencana Mulyapersada
1a). Pemilik Proyek (owner)
Pemilik proyek (owner) adalah suatu pihak baik perseorangan maupun
badan usaha (badan hukum atau bukan badan hukum) baik pemerintah maupun
swasta yang mempunyai kekuasaan penuh terhadap kepemilikan suatu proyek
konstruksi dan memberi pekerjaan kepada pihak lain untuk melaksanakan proyek
tersebut dengan membayar semua biaya pekerjaan kepada pihak yang telah
ditetapkan. Pada proyek ini pemilik proyek (owner) adalah PT. Trimega Pilar
Utama.
Adapun tugas, tanggung jawab, dan wewenang pemilik proyek adalah
sebagai berikut :
1) Menyediakan lahan yang akan digunakan sebagai lokasi pembangunan
proyek
9

2) Mengurus perijinan dan menyelesaikan persyaratan yang harus dipenuhi


oleh pihak terkait dalam pembangunan proyek tersebut
3) Menyediakan dana bagi penyelenggaraan proyek
4) Memilih, menentukan dan mengangkat konsultan pengawas atau
manager konstruksi, konsultan perencana, dan kontraktor/pelaksana
utama
5) Meminta laporan kerja dan penjelasan tentang pelaksanaan pekerjaan
konstruksi kepada konsultan manajemen konstruksi dan kontraktor
pelaksana
6) Mengambil keputusan akhir yang mengikat mengenai pembangunan
proyek, menerima proyek yang telah selesai dan menyetujuinya.
7) Mengadakan rapat koordinasi yang dihadiri pemilik proyek (owner),
konsultan perencana, dan kontraktor pelaksana
8) Memeriksa dan menyetujui gambar kerja detail pelaksanaan (shop
drawing) dari kontraktor pelaksana
1b). Konsultan desain arsitek
Konsultan desain arsitektur yang ditunjuk oleh owner, berada langsung
dibawah owner karena memegang peranan penting untuk perencanaan awal /
konsep desain dari segi arsitektur dan estetika ruangan. Tugas dari konsultan
perencanaan arsitektur adalah :
1) Membuat gambar / desain dan dimensi bangunan secara lengkap dengan
spesifikasi teknis, fasilitas dan penempatannya.
2) Menentukan spesifikasi bahan bangunan untuk finishing pada bangunan
proyek ini.
3) Membuat gambar gambar rencana dan syarat syarat teknis secara
administrasi untuk pelaksanaan proyek.
4) Membuat perencanaan dan gambar gambar ulang atau revisi bilamana
diperlukan.
5) Bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil perencanaan yang dibuatnya
apabila sewaktu waktu terjadi hal hal yang tidak diinginkan.
10

1c). Konsultan struktur


Konsultan struktur bertugas merencanakan dan merancang struktur yang
sesuai dengan keinginan pemilik proyek melalui kontraktor utama, baik struktur
atas maupun struktur bawah dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain
: kondisi tanah, fungsi bangunan, bentuk bangunan (segi arsitektur), kondisi lahan,
serta kondisi alamnya. Tugas dan wewenang konsultan perencana struktur antara
lain adalah :
1) Membuat perhitungan seluruh proyek berdasarkan teknis yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2) Membuat rancangan detail yang meliputi pembuatan gambar gambar
detail serta rincian volume pekerjaan.
3) Memberikan penjelasan atas permasalahan yang timbul selama masa
konstruksi.
1d). Kontraktor / Pelaksana Proyek
Kontraktor / pelaksana proyek adalah perseorangan atau badan usaha
(badan hukum atau bukan badan hukum) yang melaksanakan pembangunan fisik
berdasarkan gambar kerja perencanaan, perhitungan dan spesifikasi teknis yang
sesuai dokumen kontrak kerja.
Kontraktor / pelaksana bertanggung jawab secara langsung pada pemilik
proyek (owner). Dalam melaksanakan pekerjaanya, kontraktor pelaksana diawasi
oleh konsultan manajemen konstruksi dan dapat berkonsultasi secara langsung
apabila ada kendala yang terjadi dalam pelaksanaan proyek sehingga
menyebabkan terjadi perubahan desain kerja yang harus dikonsultasikan langsung
dengan pemilik proyek (owner) untuk disetujui. Dalam proyek ini selaku
kontraktor adalah PT. Purikencana Mulyapersada.
Adapun tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari kontraktor pelaksana
adalah sebagai berikut :
1) Melaksanakan tugas pekerjaan lapangan sesuai dengan surat perintah
mulai kerja (SPMK) dari dokumen kontrak
2) Menyiapkan tenaga ahli dan tenaga tidak ahli atau tenaga kerja, bahan
dan material, alat konstruksi, dan jasa yang diperlukan sesuai dengan
11

spesifikasi teknis adan gambar kerja yang telah ditentukan dengan


memperhatikan biaya pelaksanaan, waktu pelaksanaan, kualitas
pekerjaan, keamanan keselamatan kerja, dan lingkungan
3) Kontraktor/pelaksana dapat melimpahkan pekerjaan jika diperlukan
sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan kepada sub kontraktor
4) Bertanggung jawab sepenuhnya atas segala jenis pekerjaan serta
kesalahan dari pekerjaan yang mempunyai hubungan kerja
5) Menyerahkan laporan hasil pekerjaan secara rutin kepada konsultan
manajemen konstruksi yang memuat :
a) Laporan pelaksanaan pekerjaan
b) Prestasi atau kemajuan kerja yang dicapai (progress kerja)
c) Jumlah tenaga kerja yang digunakan
d) Jumlah bahan dan material yang masuk
e) Keadaan cuaca pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi
f) Laporan lain
6) Melindungi alat konstruksi, bahan konstruksi, dan pekerjaan terhadap
kehilangan dan kerusakan sampai pada saat penyerahan pekerjaan kepada
pemilik proyek (owner)
7) Kontraktor/ pelaksana harus segera melaporkan secara tertulis jika terjadi
force majeur. Yang dimaksud dengan force majeur adalah :
a) Bencana alam (gempa bumi, tanah longsor, dan banjir)
b) Perang, huru-hara, pemogokan tenaga kerja, dan kondisi epidemic
yang secara keseluruhan ada hubungan langsung dengan penyelesaian
pekerjaan konstruksi
c) Terjadi kenaikan harga bahan bangunan dan perubahan upah tenaga
kerja sesuai dengan kebijakan pemerintah
d) Kejadian lainyang dapat diterima oleh pemilik proyek akibat tindakan
pemerintah di bidang moneter dan ekonomi yang pelaksanaannya
sesuai dengan pengumuman pemerintah
12

2. Hubungan Kerja Antara Unsur Pengelola Proyek


Hubungan kerja adalah hubungan dalam pelaksanaan pekerjaan proyek
pembangunan antar unsur-unsur pengelola proyek yang terlibat secara langsung
suatu pembangunan konstruksi. Setiap unsur saling berkoordinasi sesuai garis
koordinasinya agar penyampaian informasi dapat tersampaikan dengan tepat dan
efisien. Hubungan kerja antar unsur pengelola proyek dapat digambarkan seperti
dibawah ini.

Gambar. II.1. Hubungan kerja antar unsur pengelola proyek


Keterangan :
: Garis Koordinasi
: Garis Perintah

2a). Hubungan antara Owner dan Konsultan Pengawas.


PT. Trimega Pilar Utama selaku owner memiliki garis koordinasi dengan
MK Intern Quest Hotel selaku konsultan pengawas, dimana owner sebagai
pemilik proyek memberikan tanggung jawab / perintah langsung pada konsultan
pengawas untuk mengawasi dan mengontrol jalannya pelaksanaan proyek, agar
hasil pelaksanaan proyek sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati owner
dan kontraktor pelaksana. Tugas lain dari pengawas adalah meminimalisir segala
sesuatu yang terkait penyimpangan dalam pelaksanaan proyek. Pengawas
mempertanggungjawabkan hasil pengawasannya pada PT. Trimega Pilar Utama.
13

2b). Hubungan antara Owner dan Konsultan Perencana.


Konsultan perencana yang terlibat dalam pelaksanaan proyek Tentrem
Semarang terbagi 4 bidang yang masing masing memiliki kewenangan tersendiri
untuk mengelola tanggung jawabnya. Tiap konsultan mendapat garis perintah
langsung dengan owner, untuk mendiskusikan, menentukan, dan menetapkan
perencanaan fisik proyek. Perencanaan fisik proyek Tentrem terkait perencanaan
disain dan arsitektur, struktur, mesin dan kelistrikan, serta biaya. Hasil dari
perencanaan itu kemudian dilelang untuk menentukan kontraktor pelaksana.
2c). Hubungan antara Owner dan Kontraktor.
Owner dapat memberi perintah langsung pada PT. Purikencana
Mulyapersada, selaku kontraktor / pelaksana terkait pelaksanaan proyek yang
sedang dijalankan sesuai dengan rancangan kerja dan kontrak yang telah
disepakati. PT. Purikencana Mulyapersada juga memberikan tanggung jawab
berupa laporan mingguan yang dilaporkan pada owner. Proyek yang akan selesai
juga akan diserahkan pada owner.
2d). Hubungan antara Kontraktor dengan Konsultan pengawas.
Dalam pelaksanaan proyek Quest Hotel yang dikejakan PT. Purikencana
Mulyapersada selaku kontraktor, mendapat pengawasan dan pengarahan langsung
dari MK Intern Quest Hotel sebagai konsultan manajemen / konsultan pengawas.
Pengawasan tersebut dicatat dan dilaporkan pada owner, sehingga progres
pekerjaan yang dilakukan oleh pelaksana dapat terpantau sesuai dengan dokumen
kontrak dan time schedule yang telah disepakati owner dan pelaksana. Bila terjadi
masalah pada pelaksanaan di lapangan sehingga tidak sesuai dengan rencana kerja
awal karena faktor external, pengambilan keputusan harus dengan pertimbangan
dan persetujuan konsultan pengawas. Saran kemudian dapat diberikan oleh MK
Intern Quest Hotel untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Pemilik proyek (owner), konsultan pengawas, konsultan perencana, dan
kontraktor / pelaksana terikat oleh kontrak, dan Undang-undang yang berlaku
yang harus ditaati oleh semua unsur pengelola proyek.
14

3. Organisasi Kontraktor

Gambar II.2. Struktur Organisasi Kontraktor

3a). Project Manager (PM)


Memimpin dan mengkoordinasi pelaksanaan proyek agar dapat berjalan
sesuai dengan rencana baik menyangkut biaya, mutu dan waktu.
Tugas dan tanggung jawab dari Project Manager adalah sebagai berikut :
1) Memimpin kegiatan perencanaan proyek, sampai tersusun RAP.
2) Merencanakan kebutuhan biaya proyek secara periodik.
3) Mengendalikan biaya, waktu dan mutu pekerjaan.
4) Menyediakan metode kerja, bahan, alat dan tenaga yang menjadi
tanggungjawabnya sesuai jadwal pelaksanaan.
5) Bertanggung jawab kepada Kantor Pusat dan Dinas atas segala pekerjaan
dilapangan.
15

Wewenang Project Manager :


1) Turut menyelesaikan, menerima dan mengatur penempatan tenaga kerja
di proyek.
2) Mengatur bawahan apabila melakukan penyimpangan terhadap disiplin
kerja.
3) Memberikan rekomendasi atas penawaran suplier dan sub kontraktor.
4) Menetapkan hasil pelaksanaan baik dari segi volume maupun biaya.
5) Mengesahkan pengeluaran uang sebatas yang telah ditetapkan.
6) Menandatangani daftar sisa bahan proyek.
7) Menandatangani kontrak kerja dengan tenaga kerja di proyek.
3b). Site Manager (SM)
Site Manager (SM) merupakan seseorang yang dipilih dengan kemampuan
tertentu untuk memimpin orang- orang dalam proyek dengan berbagai
karakteristik, latar belakang dengan tujuan tertentu dari suatu proyek. Tugas dan
tanggung jawab Site Manager adalah:
1) Mampu menyelesaikan masalah secara efektif
2) Mampu membuat anggaran biaya proyek, analisis kelayakan investasi
agar keuangan proyek dapat berjalan optimal.
3) Menyusun jadwal proyek
3c). Quality Control (QC)
Quality Control (QC) merupakan penanggung jawab dalam pengendalian
mutu pelaksanaan proyek. Adapun tugas dan tanggung jawab Quality Control
adalah sebagai berikut :
1) Menyusun rencana inspeksi dan tes untuk material datang serta rencana
inspeksi dan tes proses pekerjaan di lapangan.
2) Memeriksa kualitas setiap item pekerjaan di lapangan
3) Melakukan verifikasi pemeriksaan hasil pekerjaan maupun tahap
pekerjaan apakah sudah sesuai spek.
4) Melakukan pengecekan terhadap kualitas material yang datang dan
melakukan pengujian sesuai dengan spesifikasi teknik yang ditetapkan
dalam RMP (Rencana Mutu Proyek) bila diperlukan.
16

5) Melakukan analisa terhadap hasil pengujian laboratorium


6) Melakukan analisa terhadap laporan kalibrasi peralatan pengujian
(kecuali alat-alat survey)
Wewenang quality control :
1) Melakukan koordinasi dengan Project Manager, terkait dengan kualitas
hasil pekerjaan.
2) Melakukan koordinasi dengan Site Manager, terkait dengan persiapan
lahan kerja dan hasil pekerjaan.
3) Melakukan koordinasi dengan owner / konsultan, terkait dengan chek list.
4) Melakukan koordinasi dengan Engineer, terkait dengan metode kerja dan
spesifikasi teknis.
5) Melakukan koordinasi dengan penagawas K3, terkait dengan K3.
3d). Administrsi
Mengkoordinasi dan melaksanakan kegiatan administrasi atas penerimaan,
pencatatan, penyimpanan dan pendistribusian dokumen sistem manajemen mutu.
Tugas dan Tanggung Jawab administrasi adalah sebagai berikut :
1) Melaksanakan kegiatan pencatatan dokumen sistem manajemen mutu.
2) Melaksanakan kegiatan penyimpanan dokumen sistem manajemen
mutu.
3) Melaksanakan kegiatan pendistribusian dokumen sistem manajemen
mutu.
17

3e). Logistik
Mengkoordinasi dan melaksanakan kegiatan administrasi atas penerimaan,
pencatatan, penyimpanan serta mengendalikan bahan dan alat proyek secara tepat
baik waktu, mutu, harga dan jumlah.
Tugas dan Tanggung Jawab Logistik adalah sebagai berikut :
4) Melaksanakan kegiatan penerimaan, pencatatan, penyimpanan material
dan alat proyek.
5) Menjamin kelancaran distribusi material dan alat dari gudang
penyimpanan ke proyek.
6) Menyusun permintaan bahan dan peralatan sesuai kebutuhan proyek.
7) Menyimpan serta mengamankan dengan benar terhadap semua bahan
dan peralatan yang ada di gudang maupun lokasi proyek / lapangan.
8) Memonitor dan melaporkan penggunaan dan sisa bahan serta peralatan
yang ada di proyek secara berkala.
Wewenang logistik :
1) Melakukan pendataan secara rinci atas kebutuhan bahan dan peralatan.
2) Membuat daftar permintaan bahan dan alat sesuai kebutuhan lapangan.
3) Mengontrol atas jumlah maupun mutu bahan dan peralatan yang masuk
ke proyek.
4) Mengontrol atas jumlah bahan dan peralatan yang keluar dari gudang
untuk dipakai pelaksana.
3f). Pelaksana
Pelaksana adalah sebuah profesi yang mempunyai keahlian dalam
perhitungan volume, penilaian pekerjaan konstruksi, administrasi kontrak,
sehingga suatu pekerjaan dapat dijabarkan dan biayanya dapat dikalkulasi,
dianalisa, direncanakan, dan dikendalikan.
Tugas dan tanggung jawab pelaksana adalah sebagai berikut :
1) Melaksanakan perhitungan volume pelaksanaan pekerjaan.
2) Melaksanakan evaluasi volume pelaksanaan yang berkaitan dengan alat,
material dan tenaga.
3) Menyediakan perhitungan volume dan biaya baru.
18

4) Menyelenggarakan dan menghitung estimasi volume pekerjaan.


5) Membuat laporan terjadinya pekerjaan tambah kurang.
Wewenang pelaksana :
1) Memonitor dan menghitung tiap kemajuan pekerjaan.
2) Mengevaluasi hasil kemajuan proyek.
3g). Surveyor
Membantu Project Manager dalam melaksanakan kegiatan kegiatan
pengukuran yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek.
Tugas dan Tanggung Jawab surveyor adalah sebagai berikut :

1) Membantu kegiatan survey dan pengukuran diantaranya pengukuran


topografi lapangan dan melakukan penyusunan dan penggambaran
data-data lapangan.
2) Mencatat dan mengevaluasi hasil pengukuran yang telah dilakukan
sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan melakukan tindak koreksi
dan pencegahannya.
3) Mengawasi survey lapangan yang dilakukan kontraktor untuk
memastikan pengukuran dilaksanakan dengan akurat telah mewakili
kuantitas untuk pembayaran sertifikat bulanan untuk pembayaran
terakhir.
4) Mengawasi survey lapangan yang dilakukan kontraktor untuk
memastikan pengukuran dilaksanakan dengan prosedur yang benar dan
menjamin data yang diperoleh akurat sesuai dengan kondisi lapangan
untuk keperluan peninjauan desain atau detail desain.
5) Mengawasi pelaksanaan staking out, penetapan elevasi sesuai dengan
gambar rencana.
6) Melakukan pelaksanaan survey lapangan dan penyelidikan dan
pengukuran tempat-tempat lokasi yang akan dikerjakan terutama untuk
pekerjaan
7) Melaporkan dan bertanggung jawab hasil pekerjaan ke kepala proyek
Wewenang surveyor :
1) Mengajukan usulan perubahan gambar kepada Project Manager.
19

C. Pelelangan
Tender / pelelangan adalah sebuah proses yang dilakukan oleh pemilik
proyek dalam rangka mendapatkan / memilih kontraktor pelaksana pembangunan
proyeknya berdasarkan kriteria kriteria yang ditetapkan sebelumnya. (Suteja, I
Wayan, 2011)
1. Jenis Pelelangan :
Jenis pelelangan menurut KEPRES No.29 tahun 1984 pasal 19 adalah
sebagai berikut:
a. Pelelangan umum, adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan
mengumumkan secara luas melalui media masa atau pada pengumuman
resmi untuk penerangan umum, sehingga dunia usaha yang berminat dapat
mengikutinya.
b. Pelelangan terbatas, adalah jenis pelelangan untuk jenis pekerjaan tertentu
yang dilakukan diantara rekan yang dipilih yang tercatat dalam Daftar
Rekanan Mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha atau ruang lingkup
atau kualifikasi kemampuan.
c. Penunjukan langsung pemborong (Kontraktor) yaitu menunjuk pelaksana
dalam pemborongan tanpa melalui pelelangan umum maupun pelelangan
terbatas, dan dilakukan kurang lebih tiga penawar dari pemborong
(Kontraktor) yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM).
d. Pengadan langsung adalah pelaksanaan pemborongan dari golongan
ekonomi lemah tanpa melalui tiga proses diatas.
Jenis pelelangan yang digunakan pada proyek Tentrem Semarang ini adalah
pelelangan terbatas. Dimana pemilik proyek menetapkan / memberikan
undangan pada 10 kontraktor terpilih sebagai peserta lelang, untuk mengikuti
pelelangan, dengan menetapkan pemenang berdasarkan harga yang dapat
dipertanggung jawabkan oleh peserta lelang.
20

2. Proses Pelelangan :
Dalam suatu proyek agar didapat suatu pekerjaan konstruksi yang murah
dengan mutu tetap terjaga, maka oleh pemilik proyek mengadakan suatu
pelelangan. Dalam proses / pelaksanaan pelelangan ini akan melibatkan beberapa
pihak, pihak pertama adalah pemberi tugas (owner), dan pihak kedua adalah pihak
kontraktor yang mengikuti pelelangan. Suatu pelelangan dapat terjadi karena ada
penawaran yang diajukan. Pengajuan penawaran didasarkan atas persyaratan-
persyaratan yang telah ditetapkan dari suatu proyek yang akan dilelangkan, berupa
syarat-syarat (bestek), gambar for tender, dan persyaratan lain yang diperlukan.
Kepada setiap peserta pelelangan harus diberlakukannya persyaratan dan
ketentuan yang sama. Dengan bahan-bahan tersebut pihak penawar (kontraktor)
akan membuat perhitungan biaya untuk diajukan sebagai penawaran harga
bangunan.
Proses pelelangan proyek Quest Hotel Semarang dapat dirangkum sebagai
berikut :
1) Pengumuman pelelangan terbatas proyek Quest Hotel Semarang dari pihak
owner pada media massa, dan menyatakan 10 calon kontraktor terpilih
sebagai peserta lelang.
2) Pemberitahuan dan konfirmasi pada peserta terpilih. Pemberitahuan
dilakukan oleh owner dengan memberikan undangan pada calon peserta,
kemudian owner menerima konfirmasi dari calon peserta mengenai
kesanggupannya dalam mengikuti pelelangan.
3) Pengambilan gambar for tender dan kontrak oleh peserta lelang
4) Peserta lelang diberikan jangka waktu satu bulan untuk pengerjaan
perhitungan RAB sesuai dengan gambar for tender dan persyaratan.
5) Pengumpulan berkas dan struktur organisasi kontraktor pelaksana
6) Pemilihan kontraktor pelaksana oleh owner berdasarkan harga bangunan
yang dapat dipertanggung jawabkan, juga pengalaman kerja dari masing
masing peserta lelang.
7) Penandatanganan kontrak oleh peserta lelang terpilih.
8) Pemberian surat perintah kerja dari owner pada peserta lelang terpilih
21

D. Pengendalian Proyek
Pengendalian proyek (controlling project) adalah usaha yang sistematik
untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan konstruksi
dengan membandingkan pelaksanaan di lapangan dengan standar yang berlaku,
menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan di lapangan
dengan standar yang berlaku untuk selanjutnya secara efektif dan efisien dalam
rangka mencapai sasaran tujuan yang telah direncanakan.
Wujud nyata dari pengendalian proyek ini adalah tindakan pengawasan
atas semua pekerjaan yang telah dilaksanakan. Hasil pengawasan dapat digunakan
untuk mengoreksi dan menilai suatu pekerjaan, agar dapat dipakai sebagai
pedoman pada pekerjaan berikutnya. Secara umum proses pengendalian meliputi
hal-hal sebagai berikut :
1. Penentuan standar, yaitu sebagai tolak ukur dalam penilaian hasil pekerjaan
baik dalam hal kualitas maupun waktu pelaksanaan.
2. Pemeriksaan, yaitu diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat
kesesuaian hasil pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan rencana yang
telah ditentukan. Langkahnya adalah membuat interprestasi hasil-hasil
pemeriksaan yang kemudian dijadikan sebagai bahan untuk memberi saran.
3. Perbandingan, yaitu kegiatan membandingkan hasil yang telah dicapai dengan
rencana yang telah ditentukan. Hasil perbandingan ini akan memberikan suatu
kesimpulan.
4. Tindakan koreksi, yaitu mengadakan perbaikan meluruskan penyimpangan
serta mengantisipasi keadaan yang tidak terduga. Tindakan yang berupa
penyesuaian, modifikasi rencana dan perbaikan syarat-syarat pelaksanaan.
Secara garis besar pengendalian proyek meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pengendalian Mutu
a. Pengendalian mutu beton
Pengendalian mutu beton pada proyek pembangunan gedung ini
dilakukan dengan slump dan uji kuat tekan beton yang dilakukan oleh
pihak quality control dan pihak management consultant.
22

Menurut SNI-03-1972-1990 slump adalah besaran kekentalan (viscosity) /


plastisitas dan kohesif dari beton segar. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk
mengetahui angka slump beton sebagai salah satu pengendalian mutu beton. Pada
pengujian slump menggunakan alat yang disebut dengan kerucut Abram’s, yaitu
kerucut yang terbuat dari besi dengan ukuran tinggi 30 cm dengan diameter di
bawah 20 cm dan di atas 10 cm. Setiap akan melakukan pekerjaan pengecoran
dilakukan pengujian slump agar sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
Nilai slump yang disyaratkan adalah 12 ± 2 cm.
Pada pengambilan sample beton segar tiap pekerjaan berbeda. Pola
pengambilan sample pada pekerjaan pengecoran plat dilakukan secara acak, pada
mixer truck satu dan dua diambil satu sample. Mixer truck tiga sampai lima
diambil satu sample. Mixer truck enam sampai sepuluh diambil satu sample.
Mixer truck sebelas sampai dua puluh diambil satu sample. Selanjutnya
pengambilan satu sample tiap kelipatan sepuluh mixer truck. Satu sample
pengecoran plat dibuat empat benda uji silinder. Pada pengecoran kolom, diambil
sample setiap muatan mixer truck. Satu sample pengecoran kolom dibuat lima
benda uji silinder.
Beton ready mix yang digunakan untuk pengecoran juga diuji kuat
tekannya. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada laboratorium Universitas
Diponegoro Semarang. Sample beton diambil pada waktu pengujian slump,
dengan memasukkan beton ready mix kedalam cetakan silinder dengan ukuran
15 cm x 30 cm.
Perbedaan pengambilan jumlah sample beton terletak pada hari pengujian.
Untuk satu set sample yang berjumlah 5 akan ada pengujian dengan satu sample
pada hari ke 3 dan 7, dan dengan dua sample pada hari ke 28. Sedangkan satu set
sample berjumlah 4 akan diuji satu sample pada hari ke 7, dan dua sample pada
hari ke 28. Masing masing set mempunyai sisa satu sample silinder yang akan
digunakan untuk spare. Apabila dari masing masing pengujian ada yang
mengalami kegagalan, pengujian akan diulangi dengan sample spare. Dan bila
pengujian sample spare masih gagal, maka PT. Jati Kencana Beton selaku
penerima tugas akan dievaluasi kinerjanya oleh kontraktor dan pengawas.
23

b. Pengendalian mutu pembesian


Pengendalian mutu pembesian dilakukan dengan checking mill sheet di
lapangan dan pengujian kuat tarik baja oleh quality control dari pihak kontraktor
dan perwakilan dari pihak management consultan. Mill sheet adalah sertifikat
inspeksi atau pengujian sebagai dokumen jaminan kualitas yang digunakan dalam
industri logam yang mengesahkan bahan kimia dan sifat fisik dari logam agar
sesuai dengan standar organisasi internasional. Dalam dokumen ini terdapat
beberapa item yang harus dicek kesesuaiannya dengan produk yang dipesan dan
akan digunakan di lapangan, contohnya dimensi material, spesifikasi produk,
properti mekanis, analisis kimia, perlakuan panas, dan lain lain. Pengambilan
sample dilakukan tiap 100 ton. Pelaksanaan pengujian kuat tarik dilakukan di
laboratorium Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
(UNIKA). Spesifikasi pembesian menggunakan BJTD 40. Sebelum dapat
dilakukan pengecoran, terlebih dahulu dilakukan monitoring terhadap kualitas
anyaman penulangan. Pengecekan terhadap jarak tulangan, diameter tulangan,
ikatan binddraad maupun sambungan dengan coupler harus sesuai dan dalam
keadaan baik.
2. Pengendalian Waktu
Waktu merupakan dasar variabel yang sangat penting dalam perencanaan
pengawasan dan penyelesaian dalam suatu kegiatan. Tujuan pengendalian dan
pengawasan adalah agar pelaksanaan pekerjaan tidak melebihi waktu yang telah
ditetapkan oleh pemilik proyek. Proyek pembangunan gedung ini pengawasan
waktu menggunakan Curve “S”.
Curve S merupakan time schedule yang dilengkapi dengan bobot atau nilai
pekerjaan yang berupa grafik kumulatif dari masing-masing pekerjaan terhadap
waktu. Curve S lebih sering digunakan, karena mudah dimengerti dan mudah
dilaksanakan di lapangan. Prestasi pekerjaan dapat dilihat dari bobot pekerjaan
yang telah selesai. Persentase bobot pekerjaan dibuat dalam bentuk curve S. Bobot
masing-masing pekerjaan dapat dihitung dengan rumus:
24

biaya suatu jenis pekerjaan


Bobot Pekerjaan  x100%
biaya total
Curve S menunjukan uraian tentang pekerjaan yang mencakup macam-
macam pekerjaan untuk merealisasikan masing-masing pekerjaan atau waktu
pelaksanaan pekerjaan. Derajat kelengkungan curve S menunjukkan jumlah
aktivitas di dalam pelaksanaan suatu proyek, dimana semakin tegak kurva maka
semakin banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu dan
sebaliknya.
Di dalam pekerjaan proyek terdapat dua jenis curve S yang selalu
berhubungan dan berkaitan yaitu :
a. Curve S Rencana
Curve S rencana adalah volume pekerjaan rencana (dalam bentuk %) yang
dirancang sedemikian rupa oleh pihak perencana dalam hal ini yang berhak
membuat adalah PT. Purikencana Mulyapersada selaku konsultan
perencana.
b. Curve S Aktual
Curve S aktual adalah volume pekerjaan (dalam bentuk %) kenyataan atau
riil yang ada di lapangan.
Jika curve S aktual yang didapat di bawah curve S rencana maka proyek
mengalami keterlambatan, demikian juga sebaliknya jika curve S aktual berada di
atas curve S rencana maka proyek mengalami kemajuan. Selisih antara curve S
rencana dan curve S aktual disebut dengan deviasi. Idealnya besarnya bobot
pelaksanaan sama dengan bobot rencana sehingga diperoleh curve S yang saling
berimpit. Namun, dalam praktek di lapangan hal tersebut sulit untuk diterapkan
karena banyak faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proyek.
Pengendalian waktu dengan curve S dapat dilakukan dengan melihat
capaian bobot prestasi pada laporan harian atau mingguan yang telah dibuat
(disesuaikan dengan satuan waktu yang ada pada curve S). Capaian bobot prestasi
tersebut kemudian sesuaikan dengan curve S berdasarkan satuan waktunya.
Apabila capaian bobot prestasi melebihi bobot rencana pada curve S artinya
pelaksanaan di lapangan tidak akan mengalami keterlambatan karena sudah
25

melebihi target bobot rencana. Namun apabila terjadi deviasi karena bobot aktual
kurang dari bobot rencana maka prediksi proyek tersebut dapat mengalami
keterlambatan.
Selain menggunakan curve S, pengendalian waktu juga dapat dilakukan
dengan mengontrol mutu tukang, memberikan upah tukang standart, dan
menggunakan metode kerja yang efisien. Sehingga capaian progress pelaksanaan
proyek dapat sesuai dengan rencana.
3. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya sangat penting dilakukan, jumlah biaya pada
pelaksanaan di lapangan tidak boleh melebihi jumlah biaya yang telah ditetapkan
pada kontrak kerja agar tidak terjadi penyimpangan di luar apa yang telah
ditetapkan. Adapun langkah pengendalian yang dilakukan adalah berupa evaluasi
anggaran yang disusun setiap jangka waktu tertentu. Pada proyek ini disusun
dengan jangka waktu perbulan. Jadi evaluasi anggaran dilakukan dengan
membandingkan biaya aktual yang ada pada rekapitulasi pengeluaran tiap bulan
dan biaya rencana. Apabila biaya aktual lebih besar dari biaya rencana maka
dinyatakan bahwa biaya membengkak / over budgeting. Sehingga perlu dilakukan
beberapa langkah agar biaya yang membengkak dapat dihindari dengan :
9) Membeli stok bahan untuk kebutuhan mendatang
10) Menggunakan material yang murah tetapi memiliki mutu yang baik
11) Menggunakan tukang yang berpengalaman dan tidak terlalu mahal
12) Tidak menunda pekerjaan
13) Kemampuan dalam memprediksi harga pasar
26

BAB III
PELAKSANAAN PROYEK

A. Bahan Bangunan

Bahan bangunan merupakan salah satu komponen penting yang ada


dalam sebuah bangunan, sebagai bahan utama maupun penunjang dalam
pekerjaan kostruksi. Sehingga pada intinya keberadaan sebuah bangunan sangat
erat kaitannya dengan lebih dari satu jenis material bangunan.
Dibawah ini adalah beberapa bahan bangunan yang paling dominan digunakan
antara lain :
1. Bore pile
Menurut Zainal secara umum jenis struktur bawah (pondasi) pada
dasarnya dibagi menjadi 2 jenis yaitu pondasi dalam dan pondasi dangkal. Bore
pile merupakan salah satu jenis pondasi dalam. Pondasi bore pile digunakan
apabila tanah dasar yang memiliki daya dukung besar terletak pada kedalaman
kurang lebih 15 meter, mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan
cara menyerap lenturan. Jenis pondasi ini memiliki pangkal yang menjadi satu
kesatuan (monolot) dengan tumpuan pondasi (Nakazawa. K, 1983).Tugas dari
pemasangan pondasi bore pile di serahkan pada PT. Graha Pondasi. Spesifikasi
mutu beton yang digunakan pada pekerjaan bore pile 25 MPa, tulangan BJTD 40
dengan fy 400 MPa.

2. Pembesian

Pembesian (penulangan) merupakan tahap pekerjaan awal pada beton


bertulang. Pekerjaan pembesian mempunyai peranan yang sangat penting dari
aspek kualitas pelaksanaan, sebab fungsi tulangan yang penting dalam kekuatan
struktur gedung. Pembesian merupakan faktor terpenting dalam beton bertulang
selain mutu beton itu sendiri. Fungsi tulangan sebagai tendon (urat) dalam beton.
Besi baja sebagai tulangan bertujuan untuk meningkatkan kuat tarik beton yang
pada dasarnya beton sangat lemah untuk menerima gaya tarik namun kuat untuk
menerima gaya tekan. Pekerjaan ini terbagi menjadi dua berdasarkan lokasi
27

perakitan, yaitu area pabrikasi (workshop) atau area pengecoran (cast in place).
Tahapan kerja perakitan besi tulangan yaitu penyediaan material baja tulangan,
pemotongan, pembengkokan, dan perakitan (Taruna Mawantara, 2015).

Menurut SNI 2847-2013, tulangan yang digunakan pada beton bertulang


dibatasi hanya pada baja tulangan dan kawat baja. Baja tulangan pada umumnya
terdapat dua jenis, yaitu tulangan ulir (BjTD) dan tulangan polos (BjTP).
Tulangan ulir biasanya digunakan untuk tulangan longitudinal (atau tulangan
memanjang), sedangkan tulangan polos digunakan untuk tulangan geser / begel /
sengkang. Ukuran diameter batang tulangan ulir diberi simbol D, misal D10
(diameter 10 mm). Untuk ukuran diameter batang tulangan polos diberi simbol ϕ,
misal ϕ10 (diameter 10 mm). (Asroni, 2017)
Pada pelaksanaan di lapangan, digunakan besi tulangan dengan spesifikasi
BjTD 40. Pekerjaan perakitan dilakukan pada area pengecoran.

Gambar III.1. Besi Tulangan Gambar III.2. Proses Pembengkokan


28

Gambar III.3. Proses Pemasangan Tulangan Kolom

3. Beton Ready Mix


Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang pada saat ini banyak
dipakai di Indonesia dalam pembangunan fisik. Penggunaan beton merupakan
pilihan utama karena bahan dasar yang mudah dibentuk dengan harga yang relatif
murah dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya.
Beton juga dapat didefinisikan sebagai bahan bangunan dan konstruksi
yang sifat sifatnya dapat ditentukan terlebih dahulu dengan mengadakan
perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahan bahan yang dipilih. Beton
adalah campuran dari agregat halus dan agregat kasar (pasir, kerikil, batu pecah
atau jenis agregat lain) dengan semen, yang dipersatukan oleh air dalam
perbandingan tertentu. Bahan yang terbentuk ini mempunyai kekuatan tekan yang
tinggi, dan ketahanan terhadap tarik rendah (Mandolang, Pandaleke, & Windah,
2016).
Menurut SNI 03-443-1997 mendefinisikan beton siap pakai adalah beton
yang dicampur dalam suatu mesin pengaduk stasioner atau dalam truk pengaduk,
dan diserahkan kepada konsumen beton dalam keadaan segar. Beton segar ready
mix adalah beton segar yang belum mengalami proses pengikatan dan perkerasan
yang diproduksi di batching plant dengan penambahan bahan kimia (admixture),
tergantung pada jenis beton yang dipesan, kemudian dikirim ke lapangan dengan
menggunakan truk mixer. Beton ready mix diproduksi di pabrik dibawah
29

pengawasan menggunakan sistem operasi komputer, untuk memastikan beton


ready mix sampai dilapangan masih dalam keadaan plastis. Perlu perencanaan
yang lebih teliti dalam pembuatannya, sebab makin banyak jumlah beton yang
akan dikerjakan. Syarat beton maupun jumlah kubikasi dari setiap campuran perlu
diberitahukan kepada pemasok (Jawat, Sutarja, & Nadiasa, 2014).

Pada pembangunan gedung ini digunakan beton dengan mutu (f’c) 40


Mpa untuk pekerjaan pengecoran kolom, sedangkan mutu 33 Mpa untuk
pekerjaan pengecoran plat lantai dan balok. Beton ready mix di supply oleh PT.
Varia Usaha Beton dari batching plant Ungaran, dan Sayung.

Gambar III.4. Beton Ready Mix

Gambar III.5. Sample Beton Silinder


30

4. Beton Decking

Beton decking merupakan adukan pasir dan semen dengan perbandingan


1:1, benbentuk silinder dengan pengait kawat binddraad yang diletakkan di
tengahnya dan difungsikan sebagai selimut beton. Pemasangannya dilakukan
dengan cara mengikat kawat binddraad pada bagian luar anyaman tulangan. Jarak
pemsangan adalah satu meter panjang. Tebal beton decking untuk tiap pekerjaan
berbeda. Pada pekerjaan kolom, menggunakan beton decking dengan tebal 4 cm,
plat lantai menggunakan 2,5 cm.

Gambar III.6. Beton Decking pada Plat Gambar III.7. Beton Decking
Lantai

Gambar III.8. Beton Decking pada Kolom


31

Berikut ini merupakan kebutuhan bahan bangunan yang digunakan dalam


proyek pembangunan Quest Hotel Semarang by Aston :
No Jenis Bahan Volume Satuan
1 Kayu meranti 5/7 dan 4/6 145,422 m3
2 Kayu meranti 6/12 118,982 m3
3 Split 1/ 2 114,111 m3
4 Pasir beton 745,457 m3
5 Papan meranti 2/20 9,107 m3
6 Bata ex. Lokal 4343,040 bh
7 Beton readymix K300 NFA 2938,714 m3
8 Semen 40 kg ex. Holcim 4246,611 zak
9 Paku 5522,657 kg
10 Multiplex 12 mm 2636,141 lbr
11 Besi beton SNI 637352,479 kg
12 Bendrat 12315,990 kg
13 Waterproofing coating ex. Sika Top Seal 107 2089,856 m3
14 Viscocrete ex. Sika 1626,193 ltr
15 Kawat Ayam 2089,856 m3
16 Bata ringan tebal 7 cm 62579,313 bh
17 Bata ringan tebal 10 cm 17599,052 bh
18 Bata ringan tebal 12 cm 20235,075 bh
19 Perekat bata ringan 1053,447 zak
20 Plesteran bata ringan 6400,272 zak
21 Acian bata ringan 1072,336 zak
22 AM 40 4004,210 kg
23 AM Grout 2802,947 kg
24 Cat interior ex. Dulux 159,577 pail
25 Cat interior ex. Dulux Gloss 1,631 pail
26 Cat interior ex. Dulux V- Gloss 4,067 pail
27 Cat dasar interior ex. Dulux 165,274 pail
28 Cat eksterior ex. Dulux 47,564 pail
29 Cat dasar eksterior ex. Dulux 47,564 pail
30 Floor hardener 5 kg/ m2 739,722 m3
31 Skim coat ex. Sika 145,431 zak
32 Paving block ukuran 21x21x8 cm ex. Aldas 103,048 m3
Tabel. III. 1. Kebutuhan material Quest Hotel Semarang
32

B. Peralatan Proyek
Menurut Susy Fatena Rostiyanti (disadur Syahbana dan Laksono,
2011), berdasarkan fungsinya alat berat dapat dibagi atas berikut ini :
1. Alat Pengolahan Lahan
Kondisi lahan proyek kadang kadang masih merupakan lahan asli yang
harus dipersiapkan sebelum lahan tersebut mulai diolah. Jika lahan masih terdapat
semak atau pepohonan maka pembukaan lahan dapat dilakukan dengan
menggunakan dozer. Untuk pengangkatan lapisan tanah paling atas dapat
menggunakan scraper. Sedangkan untuk pembentukan permukaan lahan agar rata
selain dozer dapat digunakan motor grader.
2. Alat Penggali
Jenis alat ini dikenal juga dengan istilah excavator. Beberapa alat berat
digunakan untuk menggali tanah dan batuan. Yang termasuk didalam kategori ini
adalah front shovel, backhoe, dragline, dan clamshell.
3. Alat Pengangkut Material
Crane termasuk didalam kategori alat pengangkut material karena alat ini
dapat mengangkut material secara vertikal dan kemudian memindahkannya secara
horizontal pada jarak jangkau yang relatif kecil. Untuk pengangkutan material
lepas (loose material) dengan jarak tempuh yang relatif jauh, alat yang dapat
digunakan berupa belt, truck dan wagon. Alat alat ini memerlukan alat lain yang
membantu memuat material kedalamnya.
4. Alat Pemindah Material
Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang biasanya tidak
digunakan sebagai alat transportasi tetapi digunakan untuk memindahkan material
dari satu alat ke alat yang lain. Loader dan dozer adalah alat pemindah material.
5. Alat Pemadat
Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan tersebut
perlu dilakukan pemadatan. Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan,
baik untuk jalan tanah dan jalan dengan perkerasan lentur maupun perkerasan
kaku. Yang termasuk sebagai alat pemadat adalah tamping roller, pneumatictired
roller, compactor, dan lain lain.
33

6. Alat Pemroses Material


Alat ini dipakai untuk mengubah bantuan dan mineral alam menjadi suatu
bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan
bergradasi, semen, beton, dan aspal. Yang termasuk dalam alat ini adalah
crusher, dan concrete mixer truck. Alat yang dapat mencampur material material
diatas juga dikategorikan ke dalam alat pemroses material seperti concrete batch
plant dan asphalt mixing plant.
Berikut adalah alat-alat yang digunakan dalam proyek pembangunan Quest
Hotel Semarang :
1. Kompresor Angin
Kompresor adalah pesawat / mesin yang berfungsi untuk memampatkan
atau menaikkan tekanan udara atau fluida gas, atau memindahkan fluida gas dari
suatu tekanan statis rendah ke suatu keadaan tekanan statis yang lebih tinggi (Tim
Fakultas Teknik UNY, 2004). Kompresor merupakan alat yang menghasilkan
udara bertekanan tinggi yang digunakan untuk membersihkan kotoran yang dapat
mengurangi mutu dan daya lekat tulangan pada beton seperti debu, potongan
kawat binddraad, dan serbuk kayu. Alat ini digunakan setelah proses pekerjaan
pembesian selesai.

Gambar III.9. Kompresor Angin


34

2. Bekisting
Menurut Wigbout (1997), bekisting merupakan cetakan sementara yang
digunakan sebagai penahan beton selama beton segar dituang dan dibentuk sesuai
dengan bentuk yang diinginkan, maka berikut ini adalah jenis jenis bekisting :
2a). Bekisting Konvensional
Bekisting konvensional adalah bekisting yang setelah dibongkar dapat
menjadi bagian bagian dasar, dapat disusun kembali menjadi sebuah bentuk lain.
Pada umumnya bekisting konvensional terdiri dari kayu papan atau material
balok, sedangkan konstruksi penopang disusun dari kayu balok (menopang
lantai). Bekisting konvensional ini memungkinkan pemberian setiap bentuk yang
diinginkan pada kerja beton. Keunggulan bekisting konvensional adalah harganya
yang murah, mudah dicari dan dapat dikerjakan dengan tanpa menggunakan ahli.
Sedangkan kelemahannya terdapat pada materialnya yang tidak awet, sehingga
tidak dapat digunakan berulang kali. Penggunaan material tambahan seperti paku
dan kayu, dan bentuknya yang dapat menjadi tidak presisi karena sifat materialnya
yang lentur.

Gambar III.10. Bekisting Plywood / Multiplex


2b). Bekisting Semi Sistem
Bekisting semi sistem merupakan bekisting yang terbuat dari plat baja atau
besi hollow. Sistem bekisting ini memiliki kelebihan dalam kemudahan
pemasangan, dan jika ditinjau dari segi biaya jauh lebih murah dari sistem
konvensional karena bekisting ini dapat digunakan berulang kali.
35

Gambar III.11. Bekisting Semi Gambar III.12. Bekisting Semi


Sistem Shear Wall Sistem Kolom
3. Concrete Vibrator
Merujuk pada SNI 4810:2013 Tata Cara Pembuatan dan Perawatan
Specimen Benda Uji di Lapangan dan SNI 2493:2011 Tata Cara Pembuatan dan
Perawatan Beton di Laboratorium, metode pemadatan yang dapat dilakukan
terbagi menjadi dua, yaitu dengan cara penusukan dan penggetaran.
3a). Penusukan
Metode penusukan menggunakan tongkat yang terbuat dari besi
berdiameter 16 mm dengan ujung berbentuk bola setengah bola. Beton
ditempatkan kedalam cetakan dalam jumlah lapisan yang diinginkan, tumbuk
setiap lapisan dengan tongkat penumbuk. Penusukan harus tersebar secara merata.
Setiap lapisan beton yang akan ditumbuk memiliki tebal 100 mm. Setelah setiap
lapisan ditumbuk, ketuk bagian samping cetakan dengan menggunakan palu karet
sebanyak sepuluh sampai lima belas kali untuk merapatkan setiap lubang yang
tersisa akibat penusukan.
3b). Penggetaran
Metode pemadatan dengan penggetaran terbagi kedalam dua jenis yaitu
penggetaran internal dan penggetaran eksternal. Lama getaran yang dibutuhkan
akan tergantung pada tingkat kemudahan pengerjaan beton dan keefektifan
penggetar. Biasanya penggetaran dilakukan hingga permukaan beton relatif licin.
Setelah itu melanjutkan pengetaran secukupnya hingga beton mencapai kepadatan
36

yang diperlukan. Kelebihan penggetaran dapat menimbulkan pemisahan pada


campuran.
Pada pelaksanaannya pemadatan beton baik dalam pekerjaan pengecoran
kolom, balok dan plat menggunakan concrete vibrator. Cara ini dilakukan dengan
memasukkan kepala vibrator pada beton segar selama dua menit pada satu titik,
kemudian pindah ke titik lain dengan jarak kurang lebih satu meter dari titik
sebelumnya. Pemadatan ini dilakukan agar rongga udara akibat penuangan beton
segar keluar dari beton sehingga beton menjadi lebih padat.

Gambar III.13. Pemadatan dengan Concrete Vibrator

Gambar III.14. Concrete Vibrator


37

4. Scaffolding / Perancah
Menurut Permenaker & trans No. PER-01/MEN/1980 tentang keselamatan
dan kesehatan kerja konstruksi bangunan, Perancah (Scaffolding) adalah bangunan
pelataran (platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai
penyangga tenaga kerja, bahan bahan serta alat alat pada setiap pekerjaan
konstruksi bangunan termasuk pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran.
Menurut Fransiska (2015), ada banyak jenis scaffolding yang saat ini banyak
digunakan pada pekerjaan konstruksi bangunan, antara lain :
a. Modular scaffold
Adalah scaffolding yang seluruh perlengkapannya dibuat melalui pabrikasi
termasuk rangka yang menyilang.
b. Frame scaffold
Rangka scaffolding yang dibuat secara pabrikasi termasuk rangka
menyilang dan perlengkapannya.
c. Independent scaffold
Scaffolding yang dilengkapi dengan tiang sebanyak dua atau lebih
dihubungkan satu dengan yang lain secara melintang dan membujur.
d. Hanging scaffold
Scaffolding Independent yang digantungkan pada salah satu struktur tetap
dan tidak dapat diangkat dan diturunkan.
e. Mobile scaffold
Scaffolding yang berdiri sendiri dan dapat berpindah dan dilengkapi roda
pada bagian bawah tiang.
f. Single pole scaffold
Scaffolding terdiri dari tiang satu deret yang disambung dengan ledger,
putlog diikat pada ledger dan diperkuat pada salah satu dinding struktur
tetap atau bangunan.
g. Tube scaffold
Scaffolding yang mempergunakan pipa sebagai tiang, rangka menyilang,
pengikat dan lain lain, yang disambung dengan klamp.
38

h. Overhead scaffold
Scaffolding yang dipasang disuatu ketinggian tertentu pada bagian luar
suatu bangunan yang sifatnya dibangun keatas atau kebawah yang berdiri sendiri
dengan bantuan batang penopang.
Perancah (scaffolding) yang digunakan pada proyek Quest Hotel dan
Semarang adalah modular scaffolding. Bagian bagian modular scaffolding terdiri
atas jack base, pipe support, dan u-head. Jack base merupakan alat yang dipasang
diatas muka tanah dan berfungsi meneruskan beban secara merata ke permukaan
tanah. Pipe support adalah pipa besi yang terletak diantara U-head dan jack base.
Fungsinya untuk menambah elevasi kerja sesuai dengan kebutuhan, dan
meneruskan beban vertikal yang diterima U-head ke jack base. U-head terpasang
diatas pipe support yang sudah di setting elevasinya, pada u head terdapat screw
jack untuk mengatur tinggi rendahnya U-head.

Gambar III.15. Jack Base Gambar III.16. U Head


39

Gambar III.17. Modular Scaffolding

Gambar III.18. Pipe Support

5. Concrete Pump
Menurut Yenny, Anwar, & Zaika (2014) concrete pump merupakan
sebuah alat yang digunakan untuk mentransfer cairan beton dengan cara dipompa.
Biasanya dipakai pada proyek gedug bertingkat tinggi dan pada area yang sulit
untuk dilakukan pengecoran. Sedangkan menurut Limanto (2010), concrete pump
adalah sebuah alat / mesin yang digunakan untuk menyalurkan adonan beton segar
dari bawah ke tempat pengecoran atau ke tempat pengecoran yang letaknya sulit
dijangkau truck mixer. Jenis concrete pump ada dua, yaitu mobile dan fixed.
Concrete pump jenis mobile berupa alat pompa beton yang menjadi satu kesatuan
dengan truk sehingga lebih fleksibel dan mudah untuk berpindah tempat.
40

Sedangkan concrete pump jenis fixed merupakan alat pompa beton yang biasanya
dalam posisi menetap.
Pada pelaksanaan pengecoran di proyek Hotel dan Apartment Tentrem
Semarang, jenis concrete pump yang digunakan adalah fixed concrete pump /
pompa kodok.

Gambar III.19. Fixed Concrete Pump


6. Pipa Tremi
Pada pengecoran plat lantai membutuhkan volume beton ready mix yang
besar, sehingga metode pelaksanaannya menggunakan concrete pump yang
disambung dengan pipa tremi. Dari concrete pump, disalurkan ke tempat
pengecoran melalui pipa tremi dengan diameter 160 mm, tebal 15 mm, dan
panjang tiap bentang pipa 3,5 m.

Gambar III.20. Pipa Tremi Sebelum Gambar III.21. Pipa Tremi pada
Dipasang pada Concrete Pump Pengecoran Plat Lantai
41

Gambar III.22. Setting Pipa Tremi


7. Concrete Bucket
Concrete bucket adalah suatu alat yang digunakan untuk menampung
beton yang akan dipindahkan secara vertikal dan horizontal dengan bantuan tower
crane pada lokasi pengecoran (Nanda, Pandia, & Jaya). Di bagian bawah terdapat
klep / pintu yang dapat dibuka dan ditutup oleh operator untuk mengeluarkan
beton ready mix. Pada penuangan beton, tinggi jatuh beton harus kurang dari satu
meter di atas tempat pengecoran. Metode pengecoran dengan menggunakan
concrete bucket biasanya pada pekerjaan pengecoran kolom.

Gambar III.23. Penuangan Beton Gambar III.24. Proses Pengecoran


Ready Mix pada Concrete Bucket Kolom
42

8. Tower Crane

Tower crane merupakan pesawat (untuk mempermudah) pengangkat dan


pengangkut muatan yang memiliki mekanisme gerakan cukup lengkap. Tower
crane dapat mengangkat muatan (lifting), menggesernya (trolleying), menahannya
tetap diatas dan membawa muatan ke tempat yang telah ditentukan pada sebuah
pekerjaan (slewing dan travelling) (Yenny, Anwar, & Zaika).

Ketinggian tower crane dapat ditambah dengan melakukan erection.


Erection merupakan penambahan section pada tower crane. Satu section
mempunyai tinggi 4 meter. Dan jumlah tower crane yang beroperasi ada tiga
buah.

Gambar III.26. Pengangkutan Material


Gambar III.25. Tower Crane
Dengan Menggunakan Tower Crane

9. Pile Driving
Pile driving atau biasa disebut juga alat pancang tiang pondasi digunakan
untuk memancang tiang pancang ke dalam tanah pada titik- titik yang sudah
ditentukan. Berikut adalah macam- macam alat pancang beserta spesifikasinya:
a. Diesel Hammer
Merupakan pemancang yang menggunakan mesin Diesel, Piston sebagai
pemukul, Uap panas untuk mengangkat ram/piston. Kelemahannya adalah
43

suara dan getaran yang ditimbulkan oleh proses pemancangan dengan


menggunakan alat ini cukup keras dan "mengganggu".
b. Vibratory Pile Driver
Cara kerja alat ini adalah dengan menggunakan getaran yang ditimbulkan
dari motor. Biasanya digunakan pada tanah granuler. Pemilihan
menggunakan alat ini biasanya untuk meminimalisir getaran yang terjadi
pada saat pemancangan. Umumnya getaran yang dibangkitkan untuk
memancang suatu tiang berkisar antara 1200 VPM (Vibration Per Minutes)
sampai 2400 VPM.
c. Hydraulic Hammer
Hydraulic hammeradalah alat pemancang yang menggunakan Sistem
Hidrolik seperti pada dongkrak mobil untuk menanam Tiang Pancang yang
ada.
d. Hydraulic Press-In
Penggunaan alat jenis ini memang dikhususkan untuk mengurangi segala
Getaran atau Suara yang ditimbulkan pada proses pemancangan dengan
metode “menekan tiang ke dalam tanah” menggunakan tenaga hidrolik.
10. Concrete Mixer Truck
Concrete mixer truck merupakan kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut adukan beton ready mix dari tempat pencampuran beton kelokasi
proyek dimana selama dalam pengangkutan mixer terus berputar dengan
kecepatan 8-12 putaran permenit agar beton tetap homogen serta tidak mengeras.

Gambar III.27. Concrete mixer truck


44

C. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Pekerjaan Plat Lantai
Marking Elevasi Marking Grid Line Begisting Balok
Kriteria lolos/Pemeriksaan Kriteria lolos/Pemeriksaan Kriteria lolos/Pemeriksaan
1. Marking pinjaman +1000 dari 1. Pemindahan grid line bawah 1. Elevasi bottom slab sesuai
top slab pada kolom/core ke lantai atasnya dgn alat PD3 SD, & dicek level maks per
wall/shear wall atau laser jarak 3 m
2. Penulisan marking elevasi 2. Marking pinjaman grid line 2. Dimensi balok sesuai SD
dengan tinta merah & ditulis dibuat dengan jarak 1000 dari 3. Ketebalan plywood sesuai
elevasi kumulatif grid line arah x & y spesifikasi dan konsultan
perencana/owner
4. Jarak perkuatan, support &
scaffolding sesuai method
statemen
Begisting Plat Lantai
Kriteria lolos/Pemeriksaan Install Rebar tulangan atas &
1. Elevasi bottom slab sesuai shop bawah
drawing & di cek level maksimal Kriteria lolos/Pemeriksaan
Fabrikasi Rebar
berjarak 3 m 1. Dimensi & jumlah pada
Kriteria lolos/Pemeriksaan
2. Ketebalan plywood sesuai tulangan pokok, begel &
1. Pembuatan BBS sesuai spesifikasi
spesifikasi dan konsultan sepihak telah sesuai
& shop drawing
perencana/owner dengan shop drawing
2. Bengkokan dan potong besi sesuai
3. Jarak perkuatan, support & 2. Panjang lap splice, hook,
BBS penjangkaran sesuai
scaffolding sesuai method
statement dengan shop drawing
4. Perimeter slab harus lurus & kuat
Stop cor dibuat pada jarak ¼
bentang harus lurus & kokoh
A
45

B
Status Engineering & persiapan
pengecoran
Beton deking & selimut beton Kaki ayam Kriteria lolos/Pemeriksaan
Kriteria lolos/Pemeriksaan Kriteria lolos/Pemeriksaan 1. Mix design & trial mix sudah
1. Beton deking terpasang sesuai 1. Kaki ayam terpasang tiap disetujui
dengan tebal selimut beton jarak 1m & di bawahnya 2. Metode, spesifikasi sudah
(untuk Balok = 4 cm, Plat = dipasang beton decking disetujui (waterproofing, bond
2cm) agent, bahan curring) dan
material M/E dipasang beton
decking

Persiapan/alat kerja
Kriteria lolos/Pemeriksaan
1. Area yang akan dicor bersih Tinggi jatuh dan vibrator
Batas cor Kriteria lolos/Pemeriksaan
dari kotoran
Kriteria lolos/Pemeriksaan 1. Tinggi jatuh beton ≤ 1 m
2. Peralatan dapat berfungsi
1. Stop cor ditentukan mengikuti 2. Vibrator tidak boleh
(vibrator, Chipping, bucket,
TC, lampu penerangan) grid lines harus lurus & kuat menempel besi
3. Tempat untuk melindungi dari
cuaca dengan luas sama
dengan luas yang akan di cor
C
46

Elevasi bottom begisting


Kriteria lolos/Pemeriksaan
1. Pastikan posisi begisting tidak
turun selama proses Curing
pengecoran, dimonotoring Kriteria lolos/Pemeriksaan
oleh tim survey. 1. Slab langsung dicuring ketika
2. Finish dengan baik pertemuan beton mengeras
beton lama dengan baru
sampai dengan elevasi kedua
permukaan rata dan padat
47

2. Pekerjaan Kolom

Marking grid Line Fabrikasi Rebar Install Rebar


Kriteria lolos/Pemeriksaan : Marking dimensi & Pinjaman Kriteria lolos/Pemeriksaan Kriteria lolos/Pemeriksaan
1. Tentukan marking grid Kriteria lolos/Pemeriksaan : 1. Pembuatan BBS 1. Dimensi & jumlah
line dari lantai bawah ke 1. Marking dimensi & sesuai spesifikasi & pada tulangan
lantai atasnya melalui posisi sepatu kolom shop drawing pokok, begel &
lubang survey dengan alat 2. Marking diperpanjang 2. Bengkokan dan sepihak telah
PD3 atau Laser line V/H 500 mm potong besi sesuai sesuai dengan shop
2. Buat marking pinjaman BBS drawing
1000 mm dari grid line 2. Panjang lap splice,
hook, penjangkaran
sesuai dengan shop
drawing

Beton deking & selimut beton Persiapan Pengecoran


Install begisting
Kriteria lolos/Pemeriksaan : Kriteria lolos/Pemeriksaan
Fabrikasi begisting Kriteria lolos/Pemeriksaan
1. Beton deking terpasang 1. Mix design sudah
1. Cek verticality
sesuai dengan tebal Kriteria lolos/Pemeriksaan : disetujui
dengan theodolite
selimut beton (untuk 1. Fabrikasi sesuai dengan 2. Metode, spesifikasi
& unting-unting
kolom = 4 cm) shop drawing sudah disetujui
2. Support terpasang
2. Bagian atas di ganjal kaso 2. Cek ukuran plywood, (bond agent, bahan
kuat untuk
agar besi tidak menempel perkuatan & support curring)
menahan begisting
begisting

A
48

Persiapan/alat kerja Cek verticality & posisi begisting


Tinggi jatuh dan vibrator
Kriteria lolos/Pemeriksaan : Batas cor Kriteria lolos/Pemeriksaan
Kriteria lolos/Pemeriksaan
1. Area yang akan dicor Kriteria lolos/Pemeriksaan : 1. Pastikan posisi begisting
1. Tinggi jatuh beton
bersih dari kotoran 1. Batas cor ditentukan tidak bergeser selama
≤1m
2. Peralatan dapat berfungsi (mis : +20mm dari pengecoran
2. Vibrator tidak
(vibrator, tremi, TC, bottom balok) 2. cek verticality begisting
boleh menempel
lampu penerangan) selama proses pengecoran
besi

Curing
Kriteria lolos/Pemeriksaan :
1. Kolom langsung dicuring
ketika begisting dibuka
49

BAB IV
PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum

Tinjauan pembahasan ini adalah pada penulangan pelat lantai basement 3.


Soft drawing dapat dilihat pada Gambar.4.1. Denah Balok dan Pelat Lantai
Basement 3. Data perencanaan penulangan pelat slantai basement 3 adalah
sebagai berikut :
1. f’c (plat lantai basement 3) = 33 MPa
2. fy = 400 MPa
3. Berat jenis beton bertulang = 24 kN/m3
4. Diameter tulangan = 10 mm
Dimensi tinjauan : (sumber dari gambar soft drawing)

1. Tebal pelat lantai = 150 mm

2. Panjang = 10,7 m

3. Lebar = 2,8 m

4. Selimut beton (beton decking) = 2,5 cm

Data rencana pembebanan : (sumber dari MK / Management Consultant)

1. Beban plat (qplat) = 0,288 Ton/m2


2. Beban keramik (qkeramik) = 0,024 Ton/m2
3. Beban plafon (qplafon) = 0,018 Ton/m2
4. Beban hidup (ql) = 0,25 Ton/m2

2. Perhitungan Pembebanan
a. Beban Mati (qD)
qplat = 0,288 Ton/m2
qkeramik = 0,024 Ton/m2
qplafon = 0,018 Ton/m2
qD = 0,33 Ton/m2 = 3,3 kN/m2
b. Beban Hidup (qL)
qL = 0,25 Ton/m2 = 2,5 kN/m2
50

c. Beban Perlu (qU)


qU = 1,2 x qD + 1,6 x qL
= 1,2 x 3,3 + 1,6 x 2,5
= 7,96 kN/m2
3. Perhitungan Momen
Perhitungan momen dengan menggunakan metode PB1 1971, pada
keaadaan plat terjepit penuh di semua sisi akibat beban terbagi rata.
1. ly (sisi panjang plat) = 10,7 m
2. lx (sisi pendek plat) = 2,8 m
3. Cly = 8
4. Clx = 42
5. Cty = 57
6. Ctx = 83
a. Mlx(+) (momen lapangan arah bentang x) = 0,001 x Clx x qU x lx2
= 0,001 x 42 x 7,96 x 2,82
= 2,621kNm
b. Mly(+) (momen lapangan arah bentang y) = 0,001 x Cly x qU x lx2
= 0,001 x 8 x 7,96 x 2,82
= 0,499kNm
c. Mtx(-) (momen tumpuan arah bentang x) = 0,001 x Ctx x qU x lx2
= 0,001 x 83 x 7,96 x 2,82
= 5,18kNm
d. Mty(-) (momen tumpuan arah bentang y) = 0,001 x Cty x qU x lx2
= 0,001 x 57 x 7,96 x 2,82
= 3,557kNm
4. Perhitungan Penulangan
a. Penulangan arah bentang x
- Penulangan daerah tumpuan:
Mtx(-) = 5,18 kNm,
Selimut beton = 25 mm
Mtx−
K =
∅ 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑2
51

5,18 x 106
=
0,9 𝑥 1000 𝑥 (150−25)2

= 0,368MPa
0,05 (𝑓′ 𝑐 −28)
𝛽 = 0,85 −
7
0,05 (33−28)
= 0,85 −
7
= 0,814
382,5 𝑥 𝛽 𝑥 𝑓′ 𝑐 𝑥 (600+𝑓𝑦 −225 𝑥 𝛽)
K maks =
(600+𝑓𝑦 )2

382,5 𝑥 0,814 𝑥 33 𝑥 (600+400−225 𝑥 0,814)


=
(600+400)2

= 8,393 MPa
Diperoleh K < K maks, sehingga :

2𝑥𝐾
a = (1 − √1 − 0,85 𝑥 𝑓′ ) 𝑥 𝑑
𝑐

2 𝑥 0,368
= (1 − √1 − 0,85 𝑥 33 ) 𝑥 125

= 1,651 mm
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐 𝑥 𝑎 𝑥 𝑏
 Tulangan pokok, As,u =
𝑓𝑦

0,85 𝑥 33 𝑥 1,651 𝑥 1000


=
400
= 115,764 mm2
Kontrol, As,u = 1,4 x b x d / fy
= 1,4 x 1000 x 125 / 400
= 437,5 mm2
As,u = ¼ x √𝑓 ′ 𝑐 x b x d / fy

= ¼ x √33 x 1000 x 125 / 400


= 448,794 mm2
As,u dipilih yang terbesar 448,794 mm2
52

¼ 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2 𝑥 𝑆
Jarak tulangan, s =
𝐴𝑠,𝑢
¼ 𝑥 𝜋 𝑥 102 𝑥 1000
=
448,794

= 174,913 mm
Kontrol, s ≤ 2xh
≤ 2 x 150
≤ 300 mm
Maka dipilih jarak tulangan s yang terkecil, dibulatkan 170 mm
Luas tulangan terpakai, As = ¼ x π x D2 x S / s
= ¼ x π x 102 x 1000 / 170
= 461,765 mm2
 Tulangan bagi, As,b = 20 % x As,u
= 20 % x 448,794
= 89,759 mm2
As,b = 0,002 x b x h
= 0,002 x 1000 x 150
= 300 mm2
Dipilih As,b yang terbesar, Asb,u = 300 mm2
Jaraktulangan, s = ¼ x π x D2 x S / Asb,u
= ¼ x π x 102 x 1000 / 300
= 261,67 mm
Kontrol, s ≤ 5xh
≤ 5 x 150
≤ 750 mm
Jarak tulangan s diambil yang terkecil kemudian dibulatkan menjadi
250 mm

Jadi pada daerah tumpuan digunakan tulangan :


As = D10 – 170 mm
As,b = D10 – 250 mm
53

- Penulangan daerah lapangan :


Mlx(+) = 2,621 kNm,
Selimut beton = 25 mm
Mlx+
K =
∅ 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑2
2,621 x 106
=
0,9 𝑥 1000 𝑥 (150−25)2

= 0,186MPa
K maks = 8,393 MPa
Diperoleh K < K maks, sehingga :

2𝑥𝐾
a = (1 − √1 − 0,85 𝑥 𝑓′ ) 𝑥 𝑑
𝑐

2 𝑥 0,186
= (1 − √1 − 0,85 𝑥 33) 𝑥 125

= 0,833 mm
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐 𝑥 𝑎 𝑥 𝑏
 Tulangan pokok, As,u =
𝑓𝑦

0,85 𝑥 33 𝑥 0,833 𝑥 1000


=
400
= 58,439 mm2
Kontrol, As,u = 1,4 x b x d / fy
= 1,4 x 1000 x 125 / 400
= 437,5 mm2
As,u = ¼ x √𝑓 ′ 𝑐 x b x d / fy

= ¼ x √33 x 1000 x 125 / 400


= 448,794 mm2
As,u dipilih yang terbesar 448,794 mm2
¼ 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2 𝑥 𝑆
Jarak tulangan, s =
𝐴𝑠,𝑢

¼ 𝑥 𝜋 𝑥 102 𝑥 1000
=
448,794

= 174,913 mm
Kontrol, s ≤ 2xh
54

≤ 2 x 150
≤ 300 mm
Maka dipilih jarak tulangan s yang terkecil, dibulatkan 170 mm
Luas tulangan terpakai, As = ¼ x π x D2 x S / s
= ¼ x π x 102 x 1000 / 170
= 461,765 mm2
As = D10 – 170 mm
b. Penulangan arah bentang y
- Penulangan daerah tumpuan:
Mty(-) = 3,557 kNm,
ds = sb + D
= 25 + 10 = 35
d = h - ds
= 150 – 3 = 115 mm
Mty−
K =
∅ 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑2
3,557x 106
=
0,9 𝑥 1000 𝑥 1152

= 0,299MPa
Diperoleh K < K maks, sehingga :

2𝑥𝐾
a = (1 − √1 − 0,85 𝑥 𝑓′ ) 𝑥 𝑑
𝑐

2 𝑥 0,299
= (1 − √1 − 0,85 𝑥 33) 𝑥 115

= 1,232 mm
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐 𝑥 𝑎 𝑥 𝑏
 Tulanganpokok, As,u =
𝑓𝑦

0,85 𝑥 33 𝑥 1,232 𝑥 1000


=
400
= 86,380 mm2
Kontrol, As,u = 1,4 x b x d / fy
= 1,4 x 1000 x 115 / 400
= 402,5 mm2
55

As,u = ¼ x √𝑓 ′ 𝑐 x b x d / fy

= ¼ x √33 x 1000 x 115 / 400


= 412,89 mm2
As,u dipilih yang terbesar 412,89 mm2
¼ 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2 𝑥 𝑆
Jarak tulangan, s =
𝐴𝑠,𝑢
¼ 𝑥 𝜋 𝑥 102 𝑥 1000
=
412,89

= 190,123 mm
Kontrol, s ≤ 2xh
≤ 2 x 150
≤ 300 mm
Maka dipilih jarak tulangan s yang terkecil, dibulatkan 190 mm
Luas tulangan terpakai, As = ¼ x π x D2 x S / s
= ¼ x π x 102 x 1000 / 190
= 413,367 mm2
 Tulangan bagi, As,b = 20 % x As,u
= 20 % x 412,89
= 82,578 mm2
As,b = 0,002 x b x h
= 0,002 x 1000 x 150
= 300 mm2
DipilihAs,b yang terbesar, Asb,u = 300 mm2
Jaraktulangan, s = ¼ x π x D2 x S / Asb,u
= ¼ x π x 102 x 1000 / 300
= 261,67 mm
Kontrol, s ≤ 5xh
≤ 5 x 150
≤ 750 mm
Jarak tulangan s diambil yang terkecil kemudian dibulatkan menjadi
250 mm. Jadi pada daerah tumpuan digunakan tulangan :
As = D10 – 190 mm
As,b = D10 – 250 mm
56

- Penulangan daerah lapangan:


Mly(+) = 0,499 kNm,
d = h - ds
= 150 – 35 = 115 mm
Mty−
K =
∅ 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑2
0,499x 106
=
0,9 𝑥 1000 𝑥 1152

= 0,042MPa
Diperoleh K < K maks, sehingga :

2𝑥𝐾
a = (1 − √1 − 0,85 𝑥 𝑓′ ) 𝑥 𝑑
𝑐

2 𝑥 0,042
= (1 − √1 − 0,85 𝑥 33 ) 𝑥 115

= 0,172 mm
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐 𝑥 𝑎 𝑥 𝑏
 Tulangan pokok, As,u =
𝑓𝑦

0,85 𝑥 33 𝑥 0,172 𝑥 1000


=
400
= 12,062 mm2
Kontrol, As,u = 1,4 x b x d / fy
= 1,4 x 1000 x 115 / 400
= 402,5 mm2
As,u = ¼ x √𝑓 ′ 𝑐 x b x d / fy

= ¼ x √33 x 1000 x 115 / 400


= 412,89 mm2
As,u dipilih yang terbesar 412,89 mm2
¼ 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2 𝑥 𝑆
Jarak tulangan, s =
𝐴𝑠,𝑢

¼ 𝑥 𝜋 𝑥 102 𝑥 1000
=
412,89

= 190,123 mm
Kontrol, s ≤ 2xh
≤ 2 x 150
57

≤ 300 mm
Maka dipilih jarak tulangan s yang terkecil, dibulatkan 190 mm
Luas tulangan terpakai, As = ¼ x π x D2 x S / s
= ¼ x π x 102 x 1000 / 190
= 413,367 mm2
As = D10 – 190 mm

5. Pembahasan

Plat dengan empat tumpuan yang saling sejajar merupakan jenis plat dua
arah, karena menahan momen lentur dalam dua arah, ly dan lx. Beban merata q
yang bekerja diatas plat dapat menyebabkan lendutan. Lendutan maksimum akan
terjadi di daerah lapangan atau tengah bentang. Pada umumnya tabel yang
digunaka nuntuk menghitung momen lentur plat bagi satu wilayah Negara saja.
Sedangkan di Indonesia perhitungan momen lentur terdapat dalam buku Peraturan
Beton Bertulang Indonesia tahun 1971 (PBI 1971). Metode perhitungan momen
lentur pada PBI 1971 dibedakan menjadi 3 jenis tumpuan yaitu terletak bebas,
menerus / terjepit elastis, dan terjepit penuh (Asroni, 2017, p. 196). Besarnya
momen lentur dapat dihitung dengan rumus :

Mi = 0,001 x Ci x q x lx2
Dimana, i : arah bentang yang ditinjau (lx atau ly)
Mi : momen (tumpuan / lapangan) pada arah bentang i, kNm
Ci : koefisien momen sesuai arah bentang i, pad tabel
lampiran PBI 1971
q : beban merata yang bekerja pada plat, kN/m2
lx : panjang bentang arah x (sisi pendek, as-as balok), m
Menurut Pasal 13.2.1 SNI 2847-2013, daerah tumpuan merupakan daerah tepi
plat yang diambil ¼ dari panjang bentang sisi pendek (lx). Sedangkan daerah
lapangan merupakan selisih luasan plat dengan daerah tumpuan, yang berada
ditengah bentang plat.
Hasil dari perhitungan penulangan dengan penulangan rencana dapat dilihat
pada tabel 4.1.
58

Tabel 4.1. Perbandingan Hasil Perhitungan Penulangan dengan Penulangan


Rencana
Hasil Perhitungan Penulangan Penulangan Rencana
Arah Tumpuan (sesuai gambar soft
Bentang Lapangan drawing)
Pokok Bagi
D10 – D10 – 150
lx D10 – 250 D10 – 170
170
D10 – D10 – 150
ly D10 – 250 D10 – 190
190

Gambar 4.2. Penulangan Plat Hasil Perhitungan

Gambar 4.3. Rencana Penulangan pada Gambar Soft Drawing


Pada hasil perhitungan maupun rencana penulangan pada gambar soft
drawing terdapat perbedaan diantaranya, pada rencana penulangan gambar soft
drawing tidak menggunakan daerah tumpuan dan lapangan seperti yang di maksut
dalam Pasal 13.2.1 SNI 2847-2013, akan tetapi momen yang bekerja pada plat
dianggap sama pada tiap bagian, sehingga tidak diperhitungkan bagianmana yang
memerlukan tulangan lebih maupun tidak. Kemudian jarak tulangan (s) pada hasil
perhitungan dan rencana penulangan berbeda. Selisih dari keduanya ± 2 - 4 cm
ditinjau pada bagian lapangan (dapat dilihat pada tabel 4.1.). Semakin kecil jarak
59

penulangan memang semakin baik karena susunan tulangannya juga semakin


rapat dan menyebabkan kekuatan plat menjadi lebih dari yang dibutuhkan untuk
menahan beban merata rencana. Akan tetapi hal ini dapat merugikan pelaksana /
kontraktor dikarenakan kebutuhan tulangan menjadi berlebih, dan akan
berdampak pada biaya pelaksanaan yang semakin besar.
60

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Jenis pelelangan yang digunakan pada proyek Tentrem Semarang ini
adalah pelelangan terbatas.
2. Jenis kontrak yang digunakan pada proyek Tentrem Semarang adalah lump
sum, dimana nilai pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan awal
dalam kontrak.
3. Sistem pembayaran yang digunakan pada proyek Tentrem adalah
pembayaran bulanan atau monthly payment, dimana pengajuan pembayaran
dilakukan tiap bulan.
4. Pengendalian mutu untuk beton dilakukan dengan uji slump, ambil sample
beton, dan melakukan uji kuat tekan beton di laboratorium Universitas
Diponegoro. Sedangkan untuk rebar dilakukan dengan checking mill sheet
di lapangan dan uji kuat tarik baja di laboratorium Politeknik Semarang.
5. Pengendalian waktu dilakukan dengan memantau dan mengevaluasi kurva
S terhadap laporan mingguan.
6. Pengendalian biaya dilakukan dengan membandingkan nilai biaya dari
bobot rencana pekerjaan dengan bobot aktual komulatif pada kurva S.
7. Menurut hasil analisa perhitungan, jarak penulangan lebih besar dari
rencana penulangan yang ada pada gambar soft drawing, sehingga
dimungkinkan pelaksanaan proyek ini akan terjadi over budgeting.
8. Perhitungan momen menggunakan metode PBI 1971.

B. SARAN
1. Agar lebih efektif dan efisien dalam menggunakan material, perencanaan
harus diperhitungkan dengan matang supaya tidak over budgeting.
2. Menggali lebih banyak informasi mengenai metode pelaksanaan proyek,
untuk kemudian ditanyakan ketika berada di lapangan.
3. Kemampuan membaca gambar sangat dibutuhkan dilapangan.

Anda mungkin juga menyukai