BAB I
PENDAHULUAN
dimanfaatkan sebagai bangunan mixed used dengan 12 lantai, yang terdiri dari
hotel, basement dan office. Diperkirakan proyek ini akan selesai dibangun dalam
waktu 14 bulan. Pelaksanaan proyek ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
penginapan yang nyaman dan strategis bagi kalangan menengah ke atas.
Prediksi bahwa peluang bisnis properti akan semakin prospektif untuk
lima tahun kedepan menjadi acuan owner untuk menyediakan hotel, meeting
room, swimming pool, restaurant. Fasilitas tersebut diharapkan mampu menarik
minat para konsumen sebagai investasi jangka panjang. Konsep bangunan Quest
Hotel Semarang dilaksanakan oleh tenaga ahli bangunan agar dapat sesuai dengan
umur rencana hingga 50 tahun kedepan.
2. Tujuan dan Manfaat Pembangunan Proyek
Pelaksanaan proyek Quest Hotel Semarang diharapkan mampu mencapai
manfaat dan tujuan dari bangunan tersebut:
a. Untuk memenuhi kebutuhan penginapan di Kota Semarang.
1. Tanah Dasar
Jenis tanah dasar pada lokasi pelaksanaan proyek termasuk dalam jenis
tanah lempung / clay jenuh air. Pondasi adalah konstruksi struktur bawah yang
memikul beban dari bangunan untuk diteruskan ke tanah berdasarkan daya
dukung tanah.
Pondasi Quest Hotel Semarang menggunakan jenis pondasi bore pile.
Pondasi bore pile adalah jenis pondasi dalam yang berbentuk tabung, berfungsi
meneruskan beban struktur bangunan diatasnya dari permukaan tanah sampai
lapisan tanah terkeras di bawahnya. Pondasi ini memiliki fungsi yang sama
dengan pondasi tiang pancang atau pondasi dalam lainya.
Pengerjaan bore pile dimulai dengan pelubangan tanah sampai pada
kedalaman yang telah direncanakan, kemudian pemasangan tulangan besi yang
dilanjutkan dengan pengecoran beton.
2. Jenis Struktur
Struktur yang digunakan pada proyek Quest Hotel Semarang adalah
struktur rangka atau skeleton, yaitu struktur yang terdiri dari kolom dan balok.
Kolom adalah struktur vertikal sebagai penyalur beban dan gaya menuju plat
dibawahnya, sedangkan balok adalah struktur horisontal sebagai media
4
penyaluran beban secara merata ke struktur bawah berupa pondasi dan kemudian
diteruskan ke tanah. Kolom dan balok harus mampu menahan tekuk lentur.
Selanjutnya dilengkapi dengan komponen lain berupa dinding, dan plat
lantai untuk melengkapi kebutuhan dalam membentuk ruang. Komponen tersebut
disusun pada elemen rangka bangunan sehingga dapat disebut sebagai elemen
non-struktural.
Elemen non struktural untuk dinding basement 4 sampai lantai atap
direncanakan menggunakan jenis pasangan bata ringan. Pada dinding lift
menggunakan jenis dinding geser berupa shear wall. Shear wall adalah jenis
struktur dinding yang berbentuk beton bertulang yang biasanya dirancang untuk
menahan gaya geser yang diakibatkan oleh gempa bumi. Dengan dibuatnya
dinding shear wall pada setiap titik rawan maka gaya lateral gempa dapat diredam
oleh dinding geser tersebut.
3. Bahan Utama
Yang menjadi bahan utama pada pekerjaan pengecoran adalah beton
bertulang. Bahan atau material yang digunakan pada pekerjaan pembesian adalah
baja tulangan dengan diameter bervariasi, kawat bendrat, dan coupler.
Baja tulangan untuk pekerjaan pembesian beton menggunakan baja
tulangan deformasi / ulir dengan tegangan leleh minimum 40 kN/cm2 (BJTD 40)
dengan diameter beragam. Alur pekerjaan pembesian diawali dengan gambar Soft
Drawing berupa denah penempatan dan detail. Dari gambar tersebut diwujudkan
di lapangan. Untuk keperluan pengikat rangkaian baja tulangan digunakan kawat
bendrat dan coupler. Ketentuan penggunaan kawat bendrat apabila panjang tulang
penyambung lebih dari 2 meter, dan menggunakan coupler apabila kurang dari 1,5
meter.
Persayaratan spesifikasi beton ready mix yang didatangkan dari CV. Jati
Kencana Beton yaitu mutu beton, nilai slump, dan komposisi materialnya.
Pengujian mutu dilakukan mengambil sample silinder pada saat melakukan
pengecoran. Untuk pengujian konsistensi / kekentalan adukan beton (slump)
dilakukan di tempat hauling concrete mixer truck. Spesifikasi slump adalah 12 ± 2
cm, dan komposisi materialnya NFA (Non Fly Ash).
5
4. Fasilitas Penunjang
4a). Fasilitas Proyek Konstruksi Untuk Tukang dan Pekerja Bangunan
Dalam proyek pembangunan skala besar harus diimbangi dengan fasilitas
kerja yang memadahi sehingga aktifitas dapat berjalan lancer, nyaman dan
mendukung program adanya keselamatan kerja. Beberapa fasilitas proyek
konstruksi untuk tukang dan pekerja bangunan perlu diatur sedemikian rupa
menyesuaikan kondisi lapangan sertarencana pembangunan. Fasilitas yang
disediakan yaitu:
1) Direksi keet, tempat untuk melaksanakan pengawasan, pengendalian
pekerjaan, rapat dan pekerjaan administrasi proyek.
2) Barak pekerja, berfungsi sebagai tempat tinggal dan istirahat pekerja
selama proyek berlangsung
3) Kamar mandi & WC, tempat untuk MCK agar lingkungan proyek
senantiasa terjaga kebersihanya maka harus dibuat senyaman mungkin.
4) Kantor safety dan tempat pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan
kerja.
5) Kantin/ warung makan, menyediakan kebutuhan makan dan minum
pekerja pada saat jam istirahat selama proyek pembangunan berlangsung.
4b). Fasilitas Utama Gedung
Menurut The Liang Gie (2006:22) Fasilitas adalah segenap kebutuhan
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dalam suatu usaha
kerja sama manusia. Sedangkan menurut Suyanto (2008) menyatakan bahwa,
fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar
pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang. Sehingga
secara garis besar dapat disimpulkan bahwa fasilitas merupakan sesuatu yang
dibutuhkan untuk memudahkan, memperlancar, dan menyelesaikan suatu
pekerjaan.atau usaha. Sedangkan definisi umum menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata umum menurut sifatnya adalah untuk orang banyak; (untuk orang)
siapa saja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fasilitas umum merupakan sesuatu
yang dibutuhkan untuk memudahkan, memperlancar, dan menyelesaikan suatu
pekerjaan atau usaha, yang diperuntukan bagi siapa saja.
6
BAB II
MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN PROYEK
A. Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses untuk memanfaatkan sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan tertentu (Sahid, Muh.
Nur, 2017:1). Sumber daya lain yang dimaksut adalah bahan, mesin / peralatan,
metode / cara kerja, modal uang (money), dan pasar. Terkadang sumber daya
tidak selalu ada, sehingga timbulah masalah yang mungkin akan berpengaruh
dalam pencapaian tujuan pelaksanaan proyek. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
proses menejemen untuk memanfaatkan sumber daya dan mengurangi kendala
yang mungkin dapat terjadi. Proses menejemen dapat juga disebut dengan fungsi
menejemen, yang dikelompokkan menjadi :
1. Penetapan Tujuan (Goal Setting)
Tujuan adalah suatu batas capaian yang ingin dicapai. Suatu tujuan harus
memiliki sifat yang spesifik, realistik, terukur dan terbatas waktu.
2. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan suatu proses pemilihan dan pembuatan asumsi
asumsi mengenai keadaan dimasa mendatang, juga merumuskan kegiatan kegiatan
yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang sebelumnya sudah ditentukan.
3. Staffing
Staffing adalah proses menejemen yang berkenaan dengan pengerahan
(recruitment), penempatan, pelatihan, dan pengembangan tenaga kerja dalam
suatu lingkup organisasi. Prinsip staffing adalah menempatkan seseorang sesuai
dengan kemampuan (ability), dan keahlian (skill) yang dimiliki.
4. Directing
Directing adalah usaha untuk memobilisasi sumber sumber daya yang
dimiliki oleh organisasi agar dapat bergerak dalam suatu kesatuan sesuai dengan
rencana yang telah dibuat. Dalam tahapan ini mencakup usaha bagaimana
memotivasi seseorang agar dapat bekerja dengan baik, memimpin sehingga
8
memungkinkan goal setting dapat tercapai, dan koordinasi dengan seluruh bagian
organisasi berjalan baik.
5. Supervising
Supervising adalah interaksi langsung yang terjadi antara masing masing
individu dalam suatu lingkup organisasi, agar kinerja kerja sesuai harapan dan
tujuan organisasi tercapai.
B. Organisasi Proyek
1. Unsur-Unsur Pengelola Proyek
Dalam pelaksanaan pekerjaan Proyek Quest Hotel Semarang ada beberapa
pihak yang terlibat, berkaitan, dan saling bersinergi guna mencapai tujuan
pelaksaan proyek yang diharapkan. Masing masing pihak memiliki tugas,
tanggung jawab, dan wewenang agar kegiatan pelaksanaan konstruksi berjalan
lancar. Adapun pihak-pihak tersebut sebagai berikut :
a) Pemilik proyek (owner) : PT. Trimega Pilar Utama
b) Konsultan desain arsitek : Twenty Four
c) Konsultan struktur : Ir. Suharno Gitomarsono MS
d) Pelaksana Proyek (kontraktor) : PT. Purikencana Mulyapersada
1a). Pemilik Proyek (owner)
Pemilik proyek (owner) adalah suatu pihak baik perseorangan maupun
badan usaha (badan hukum atau bukan badan hukum) baik pemerintah maupun
swasta yang mempunyai kekuasaan penuh terhadap kepemilikan suatu proyek
konstruksi dan memberi pekerjaan kepada pihak lain untuk melaksanakan proyek
tersebut dengan membayar semua biaya pekerjaan kepada pihak yang telah
ditetapkan. Pada proyek ini pemilik proyek (owner) adalah PT. Trimega Pilar
Utama.
Adapun tugas, tanggung jawab, dan wewenang pemilik proyek adalah
sebagai berikut :
1) Menyediakan lahan yang akan digunakan sebagai lokasi pembangunan
proyek
9
3. Organisasi Kontraktor
3e). Logistik
Mengkoordinasi dan melaksanakan kegiatan administrasi atas penerimaan,
pencatatan, penyimpanan serta mengendalikan bahan dan alat proyek secara tepat
baik waktu, mutu, harga dan jumlah.
Tugas dan Tanggung Jawab Logistik adalah sebagai berikut :
4) Melaksanakan kegiatan penerimaan, pencatatan, penyimpanan material
dan alat proyek.
5) Menjamin kelancaran distribusi material dan alat dari gudang
penyimpanan ke proyek.
6) Menyusun permintaan bahan dan peralatan sesuai kebutuhan proyek.
7) Menyimpan serta mengamankan dengan benar terhadap semua bahan
dan peralatan yang ada di gudang maupun lokasi proyek / lapangan.
8) Memonitor dan melaporkan penggunaan dan sisa bahan serta peralatan
yang ada di proyek secara berkala.
Wewenang logistik :
1) Melakukan pendataan secara rinci atas kebutuhan bahan dan peralatan.
2) Membuat daftar permintaan bahan dan alat sesuai kebutuhan lapangan.
3) Mengontrol atas jumlah maupun mutu bahan dan peralatan yang masuk
ke proyek.
4) Mengontrol atas jumlah bahan dan peralatan yang keluar dari gudang
untuk dipakai pelaksana.
3f). Pelaksana
Pelaksana adalah sebuah profesi yang mempunyai keahlian dalam
perhitungan volume, penilaian pekerjaan konstruksi, administrasi kontrak,
sehingga suatu pekerjaan dapat dijabarkan dan biayanya dapat dikalkulasi,
dianalisa, direncanakan, dan dikendalikan.
Tugas dan tanggung jawab pelaksana adalah sebagai berikut :
1) Melaksanakan perhitungan volume pelaksanaan pekerjaan.
2) Melaksanakan evaluasi volume pelaksanaan yang berkaitan dengan alat,
material dan tenaga.
3) Menyediakan perhitungan volume dan biaya baru.
18
C. Pelelangan
Tender / pelelangan adalah sebuah proses yang dilakukan oleh pemilik
proyek dalam rangka mendapatkan / memilih kontraktor pelaksana pembangunan
proyeknya berdasarkan kriteria kriteria yang ditetapkan sebelumnya. (Suteja, I
Wayan, 2011)
1. Jenis Pelelangan :
Jenis pelelangan menurut KEPRES No.29 tahun 1984 pasal 19 adalah
sebagai berikut:
a. Pelelangan umum, adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan
mengumumkan secara luas melalui media masa atau pada pengumuman
resmi untuk penerangan umum, sehingga dunia usaha yang berminat dapat
mengikutinya.
b. Pelelangan terbatas, adalah jenis pelelangan untuk jenis pekerjaan tertentu
yang dilakukan diantara rekan yang dipilih yang tercatat dalam Daftar
Rekanan Mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha atau ruang lingkup
atau kualifikasi kemampuan.
c. Penunjukan langsung pemborong (Kontraktor) yaitu menunjuk pelaksana
dalam pemborongan tanpa melalui pelelangan umum maupun pelelangan
terbatas, dan dilakukan kurang lebih tiga penawar dari pemborong
(Kontraktor) yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM).
d. Pengadan langsung adalah pelaksanaan pemborongan dari golongan
ekonomi lemah tanpa melalui tiga proses diatas.
Jenis pelelangan yang digunakan pada proyek Tentrem Semarang ini adalah
pelelangan terbatas. Dimana pemilik proyek menetapkan / memberikan
undangan pada 10 kontraktor terpilih sebagai peserta lelang, untuk mengikuti
pelelangan, dengan menetapkan pemenang berdasarkan harga yang dapat
dipertanggung jawabkan oleh peserta lelang.
20
2. Proses Pelelangan :
Dalam suatu proyek agar didapat suatu pekerjaan konstruksi yang murah
dengan mutu tetap terjaga, maka oleh pemilik proyek mengadakan suatu
pelelangan. Dalam proses / pelaksanaan pelelangan ini akan melibatkan beberapa
pihak, pihak pertama adalah pemberi tugas (owner), dan pihak kedua adalah pihak
kontraktor yang mengikuti pelelangan. Suatu pelelangan dapat terjadi karena ada
penawaran yang diajukan. Pengajuan penawaran didasarkan atas persyaratan-
persyaratan yang telah ditetapkan dari suatu proyek yang akan dilelangkan, berupa
syarat-syarat (bestek), gambar for tender, dan persyaratan lain yang diperlukan.
Kepada setiap peserta pelelangan harus diberlakukannya persyaratan dan
ketentuan yang sama. Dengan bahan-bahan tersebut pihak penawar (kontraktor)
akan membuat perhitungan biaya untuk diajukan sebagai penawaran harga
bangunan.
Proses pelelangan proyek Quest Hotel Semarang dapat dirangkum sebagai
berikut :
1) Pengumuman pelelangan terbatas proyek Quest Hotel Semarang dari pihak
owner pada media massa, dan menyatakan 10 calon kontraktor terpilih
sebagai peserta lelang.
2) Pemberitahuan dan konfirmasi pada peserta terpilih. Pemberitahuan
dilakukan oleh owner dengan memberikan undangan pada calon peserta,
kemudian owner menerima konfirmasi dari calon peserta mengenai
kesanggupannya dalam mengikuti pelelangan.
3) Pengambilan gambar for tender dan kontrak oleh peserta lelang
4) Peserta lelang diberikan jangka waktu satu bulan untuk pengerjaan
perhitungan RAB sesuai dengan gambar for tender dan persyaratan.
5) Pengumpulan berkas dan struktur organisasi kontraktor pelaksana
6) Pemilihan kontraktor pelaksana oleh owner berdasarkan harga bangunan
yang dapat dipertanggung jawabkan, juga pengalaman kerja dari masing
masing peserta lelang.
7) Penandatanganan kontrak oleh peserta lelang terpilih.
8) Pemberian surat perintah kerja dari owner pada peserta lelang terpilih
21
D. Pengendalian Proyek
Pengendalian proyek (controlling project) adalah usaha yang sistematik
untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan konstruksi
dengan membandingkan pelaksanaan di lapangan dengan standar yang berlaku,
menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan di lapangan
dengan standar yang berlaku untuk selanjutnya secara efektif dan efisien dalam
rangka mencapai sasaran tujuan yang telah direncanakan.
Wujud nyata dari pengendalian proyek ini adalah tindakan pengawasan
atas semua pekerjaan yang telah dilaksanakan. Hasil pengawasan dapat digunakan
untuk mengoreksi dan menilai suatu pekerjaan, agar dapat dipakai sebagai
pedoman pada pekerjaan berikutnya. Secara umum proses pengendalian meliputi
hal-hal sebagai berikut :
1. Penentuan standar, yaitu sebagai tolak ukur dalam penilaian hasil pekerjaan
baik dalam hal kualitas maupun waktu pelaksanaan.
2. Pemeriksaan, yaitu diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat
kesesuaian hasil pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan rencana yang
telah ditentukan. Langkahnya adalah membuat interprestasi hasil-hasil
pemeriksaan yang kemudian dijadikan sebagai bahan untuk memberi saran.
3. Perbandingan, yaitu kegiatan membandingkan hasil yang telah dicapai dengan
rencana yang telah ditentukan. Hasil perbandingan ini akan memberikan suatu
kesimpulan.
4. Tindakan koreksi, yaitu mengadakan perbaikan meluruskan penyimpangan
serta mengantisipasi keadaan yang tidak terduga. Tindakan yang berupa
penyesuaian, modifikasi rencana dan perbaikan syarat-syarat pelaksanaan.
Secara garis besar pengendalian proyek meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pengendalian Mutu
a. Pengendalian mutu beton
Pengendalian mutu beton pada proyek pembangunan gedung ini
dilakukan dengan slump dan uji kuat tekan beton yang dilakukan oleh
pihak quality control dan pihak management consultant.
22
melebihi target bobot rencana. Namun apabila terjadi deviasi karena bobot aktual
kurang dari bobot rencana maka prediksi proyek tersebut dapat mengalami
keterlambatan.
Selain menggunakan curve S, pengendalian waktu juga dapat dilakukan
dengan mengontrol mutu tukang, memberikan upah tukang standart, dan
menggunakan metode kerja yang efisien. Sehingga capaian progress pelaksanaan
proyek dapat sesuai dengan rencana.
3. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya sangat penting dilakukan, jumlah biaya pada
pelaksanaan di lapangan tidak boleh melebihi jumlah biaya yang telah ditetapkan
pada kontrak kerja agar tidak terjadi penyimpangan di luar apa yang telah
ditetapkan. Adapun langkah pengendalian yang dilakukan adalah berupa evaluasi
anggaran yang disusun setiap jangka waktu tertentu. Pada proyek ini disusun
dengan jangka waktu perbulan. Jadi evaluasi anggaran dilakukan dengan
membandingkan biaya aktual yang ada pada rekapitulasi pengeluaran tiap bulan
dan biaya rencana. Apabila biaya aktual lebih besar dari biaya rencana maka
dinyatakan bahwa biaya membengkak / over budgeting. Sehingga perlu dilakukan
beberapa langkah agar biaya yang membengkak dapat dihindari dengan :
9) Membeli stok bahan untuk kebutuhan mendatang
10) Menggunakan material yang murah tetapi memiliki mutu yang baik
11) Menggunakan tukang yang berpengalaman dan tidak terlalu mahal
12) Tidak menunda pekerjaan
13) Kemampuan dalam memprediksi harga pasar
26
BAB III
PELAKSANAAN PROYEK
A. Bahan Bangunan
2. Pembesian
perakitan, yaitu area pabrikasi (workshop) atau area pengecoran (cast in place).
Tahapan kerja perakitan besi tulangan yaitu penyediaan material baja tulangan,
pemotongan, pembengkokan, dan perakitan (Taruna Mawantara, 2015).
4. Beton Decking
Gambar III.6. Beton Decking pada Plat Gambar III.7. Beton Decking
Lantai
B. Peralatan Proyek
Menurut Susy Fatena Rostiyanti (disadur Syahbana dan Laksono,
2011), berdasarkan fungsinya alat berat dapat dibagi atas berikut ini :
1. Alat Pengolahan Lahan
Kondisi lahan proyek kadang kadang masih merupakan lahan asli yang
harus dipersiapkan sebelum lahan tersebut mulai diolah. Jika lahan masih terdapat
semak atau pepohonan maka pembukaan lahan dapat dilakukan dengan
menggunakan dozer. Untuk pengangkatan lapisan tanah paling atas dapat
menggunakan scraper. Sedangkan untuk pembentukan permukaan lahan agar rata
selain dozer dapat digunakan motor grader.
2. Alat Penggali
Jenis alat ini dikenal juga dengan istilah excavator. Beberapa alat berat
digunakan untuk menggali tanah dan batuan. Yang termasuk didalam kategori ini
adalah front shovel, backhoe, dragline, dan clamshell.
3. Alat Pengangkut Material
Crane termasuk didalam kategori alat pengangkut material karena alat ini
dapat mengangkut material secara vertikal dan kemudian memindahkannya secara
horizontal pada jarak jangkau yang relatif kecil. Untuk pengangkutan material
lepas (loose material) dengan jarak tempuh yang relatif jauh, alat yang dapat
digunakan berupa belt, truck dan wagon. Alat alat ini memerlukan alat lain yang
membantu memuat material kedalamnya.
4. Alat Pemindah Material
Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang biasanya tidak
digunakan sebagai alat transportasi tetapi digunakan untuk memindahkan material
dari satu alat ke alat yang lain. Loader dan dozer adalah alat pemindah material.
5. Alat Pemadat
Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan tersebut
perlu dilakukan pemadatan. Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan,
baik untuk jalan tanah dan jalan dengan perkerasan lentur maupun perkerasan
kaku. Yang termasuk sebagai alat pemadat adalah tamping roller, pneumatictired
roller, compactor, dan lain lain.
33
2. Bekisting
Menurut Wigbout (1997), bekisting merupakan cetakan sementara yang
digunakan sebagai penahan beton selama beton segar dituang dan dibentuk sesuai
dengan bentuk yang diinginkan, maka berikut ini adalah jenis jenis bekisting :
2a). Bekisting Konvensional
Bekisting konvensional adalah bekisting yang setelah dibongkar dapat
menjadi bagian bagian dasar, dapat disusun kembali menjadi sebuah bentuk lain.
Pada umumnya bekisting konvensional terdiri dari kayu papan atau material
balok, sedangkan konstruksi penopang disusun dari kayu balok (menopang
lantai). Bekisting konvensional ini memungkinkan pemberian setiap bentuk yang
diinginkan pada kerja beton. Keunggulan bekisting konvensional adalah harganya
yang murah, mudah dicari dan dapat dikerjakan dengan tanpa menggunakan ahli.
Sedangkan kelemahannya terdapat pada materialnya yang tidak awet, sehingga
tidak dapat digunakan berulang kali. Penggunaan material tambahan seperti paku
dan kayu, dan bentuknya yang dapat menjadi tidak presisi karena sifat materialnya
yang lentur.
4. Scaffolding / Perancah
Menurut Permenaker & trans No. PER-01/MEN/1980 tentang keselamatan
dan kesehatan kerja konstruksi bangunan, Perancah (Scaffolding) adalah bangunan
pelataran (platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai
penyangga tenaga kerja, bahan bahan serta alat alat pada setiap pekerjaan
konstruksi bangunan termasuk pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran.
Menurut Fransiska (2015), ada banyak jenis scaffolding yang saat ini banyak
digunakan pada pekerjaan konstruksi bangunan, antara lain :
a. Modular scaffold
Adalah scaffolding yang seluruh perlengkapannya dibuat melalui pabrikasi
termasuk rangka yang menyilang.
b. Frame scaffold
Rangka scaffolding yang dibuat secara pabrikasi termasuk rangka
menyilang dan perlengkapannya.
c. Independent scaffold
Scaffolding yang dilengkapi dengan tiang sebanyak dua atau lebih
dihubungkan satu dengan yang lain secara melintang dan membujur.
d. Hanging scaffold
Scaffolding Independent yang digantungkan pada salah satu struktur tetap
dan tidak dapat diangkat dan diturunkan.
e. Mobile scaffold
Scaffolding yang berdiri sendiri dan dapat berpindah dan dilengkapi roda
pada bagian bawah tiang.
f. Single pole scaffold
Scaffolding terdiri dari tiang satu deret yang disambung dengan ledger,
putlog diikat pada ledger dan diperkuat pada salah satu dinding struktur
tetap atau bangunan.
g. Tube scaffold
Scaffolding yang mempergunakan pipa sebagai tiang, rangka menyilang,
pengikat dan lain lain, yang disambung dengan klamp.
38
h. Overhead scaffold
Scaffolding yang dipasang disuatu ketinggian tertentu pada bagian luar
suatu bangunan yang sifatnya dibangun keatas atau kebawah yang berdiri sendiri
dengan bantuan batang penopang.
Perancah (scaffolding) yang digunakan pada proyek Quest Hotel dan
Semarang adalah modular scaffolding. Bagian bagian modular scaffolding terdiri
atas jack base, pipe support, dan u-head. Jack base merupakan alat yang dipasang
diatas muka tanah dan berfungsi meneruskan beban secara merata ke permukaan
tanah. Pipe support adalah pipa besi yang terletak diantara U-head dan jack base.
Fungsinya untuk menambah elevasi kerja sesuai dengan kebutuhan, dan
meneruskan beban vertikal yang diterima U-head ke jack base. U-head terpasang
diatas pipe support yang sudah di setting elevasinya, pada u head terdapat screw
jack untuk mengatur tinggi rendahnya U-head.
5. Concrete Pump
Menurut Yenny, Anwar, & Zaika (2014) concrete pump merupakan
sebuah alat yang digunakan untuk mentransfer cairan beton dengan cara dipompa.
Biasanya dipakai pada proyek gedug bertingkat tinggi dan pada area yang sulit
untuk dilakukan pengecoran. Sedangkan menurut Limanto (2010), concrete pump
adalah sebuah alat / mesin yang digunakan untuk menyalurkan adonan beton segar
dari bawah ke tempat pengecoran atau ke tempat pengecoran yang letaknya sulit
dijangkau truck mixer. Jenis concrete pump ada dua, yaitu mobile dan fixed.
Concrete pump jenis mobile berupa alat pompa beton yang menjadi satu kesatuan
dengan truk sehingga lebih fleksibel dan mudah untuk berpindah tempat.
40
Sedangkan concrete pump jenis fixed merupakan alat pompa beton yang biasanya
dalam posisi menetap.
Pada pelaksanaan pengecoran di proyek Hotel dan Apartment Tentrem
Semarang, jenis concrete pump yang digunakan adalah fixed concrete pump /
pompa kodok.
Gambar III.20. Pipa Tremi Sebelum Gambar III.21. Pipa Tremi pada
Dipasang pada Concrete Pump Pengecoran Plat Lantai
41
8. Tower Crane
9. Pile Driving
Pile driving atau biasa disebut juga alat pancang tiang pondasi digunakan
untuk memancang tiang pancang ke dalam tanah pada titik- titik yang sudah
ditentukan. Berikut adalah macam- macam alat pancang beserta spesifikasinya:
a. Diesel Hammer
Merupakan pemancang yang menggunakan mesin Diesel, Piston sebagai
pemukul, Uap panas untuk mengangkat ram/piston. Kelemahannya adalah
43
C. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Pekerjaan Plat Lantai
Marking Elevasi Marking Grid Line Begisting Balok
Kriteria lolos/Pemeriksaan Kriteria lolos/Pemeriksaan Kriteria lolos/Pemeriksaan
1. Marking pinjaman +1000 dari 1. Pemindahan grid line bawah 1. Elevasi bottom slab sesuai
top slab pada kolom/core ke lantai atasnya dgn alat PD3 SD, & dicek level maks per
wall/shear wall atau laser jarak 3 m
2. Penulisan marking elevasi 2. Marking pinjaman grid line 2. Dimensi balok sesuai SD
dengan tinta merah & ditulis dibuat dengan jarak 1000 dari 3. Ketebalan plywood sesuai
elevasi kumulatif grid line arah x & y spesifikasi dan konsultan
perencana/owner
4. Jarak perkuatan, support &
scaffolding sesuai method
statemen
Begisting Plat Lantai
Kriteria lolos/Pemeriksaan Install Rebar tulangan atas &
1. Elevasi bottom slab sesuai shop bawah
drawing & di cek level maksimal Kriteria lolos/Pemeriksaan
Fabrikasi Rebar
berjarak 3 m 1. Dimensi & jumlah pada
Kriteria lolos/Pemeriksaan
2. Ketebalan plywood sesuai tulangan pokok, begel &
1. Pembuatan BBS sesuai spesifikasi
spesifikasi dan konsultan sepihak telah sesuai
& shop drawing
perencana/owner dengan shop drawing
2. Bengkokan dan potong besi sesuai
3. Jarak perkuatan, support & 2. Panjang lap splice, hook,
BBS penjangkaran sesuai
scaffolding sesuai method
statement dengan shop drawing
4. Perimeter slab harus lurus & kuat
Stop cor dibuat pada jarak ¼
bentang harus lurus & kokoh
A
45
B
Status Engineering & persiapan
pengecoran
Beton deking & selimut beton Kaki ayam Kriteria lolos/Pemeriksaan
Kriteria lolos/Pemeriksaan Kriteria lolos/Pemeriksaan 1. Mix design & trial mix sudah
1. Beton deking terpasang sesuai 1. Kaki ayam terpasang tiap disetujui
dengan tebal selimut beton jarak 1m & di bawahnya 2. Metode, spesifikasi sudah
(untuk Balok = 4 cm, Plat = dipasang beton decking disetujui (waterproofing, bond
2cm) agent, bahan curring) dan
material M/E dipasang beton
decking
Persiapan/alat kerja
Kriteria lolos/Pemeriksaan
1. Area yang akan dicor bersih Tinggi jatuh dan vibrator
Batas cor Kriteria lolos/Pemeriksaan
dari kotoran
Kriteria lolos/Pemeriksaan 1. Tinggi jatuh beton ≤ 1 m
2. Peralatan dapat berfungsi
1. Stop cor ditentukan mengikuti 2. Vibrator tidak boleh
(vibrator, Chipping, bucket,
TC, lampu penerangan) grid lines harus lurus & kuat menempel besi
3. Tempat untuk melindungi dari
cuaca dengan luas sama
dengan luas yang akan di cor
C
46
2. Pekerjaan Kolom
A
48
Curing
Kriteria lolos/Pemeriksaan :
1. Kolom langsung dicuring
ketika begisting dibuka
49
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum
2. Panjang = 10,7 m
3. Lebar = 2,8 m
2. Perhitungan Pembebanan
a. Beban Mati (qD)
qplat = 0,288 Ton/m2
qkeramik = 0,024 Ton/m2
qplafon = 0,018 Ton/m2
qD = 0,33 Ton/m2 = 3,3 kN/m2
b. Beban Hidup (qL)
qL = 0,25 Ton/m2 = 2,5 kN/m2
50
5,18 x 106
=
0,9 𝑥 1000 𝑥 (150−25)2
= 0,368MPa
0,05 (𝑓′ 𝑐 −28)
𝛽 = 0,85 −
7
0,05 (33−28)
= 0,85 −
7
= 0,814
382,5 𝑥 𝛽 𝑥 𝑓′ 𝑐 𝑥 (600+𝑓𝑦 −225 𝑥 𝛽)
K maks =
(600+𝑓𝑦 )2
= 8,393 MPa
Diperoleh K < K maks, sehingga :
2𝑥𝐾
a = (1 − √1 − 0,85 𝑥 𝑓′ ) 𝑥 𝑑
𝑐
2 𝑥 0,368
= (1 − √1 − 0,85 𝑥 33 ) 𝑥 125
= 1,651 mm
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐 𝑥 𝑎 𝑥 𝑏
Tulangan pokok, As,u =
𝑓𝑦
¼ 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2 𝑥 𝑆
Jarak tulangan, s =
𝐴𝑠,𝑢
¼ 𝑥 𝜋 𝑥 102 𝑥 1000
=
448,794
= 174,913 mm
Kontrol, s ≤ 2xh
≤ 2 x 150
≤ 300 mm
Maka dipilih jarak tulangan s yang terkecil, dibulatkan 170 mm
Luas tulangan terpakai, As = ¼ x π x D2 x S / s
= ¼ x π x 102 x 1000 / 170
= 461,765 mm2
Tulangan bagi, As,b = 20 % x As,u
= 20 % x 448,794
= 89,759 mm2
As,b = 0,002 x b x h
= 0,002 x 1000 x 150
= 300 mm2
Dipilih As,b yang terbesar, Asb,u = 300 mm2
Jaraktulangan, s = ¼ x π x D2 x S / Asb,u
= ¼ x π x 102 x 1000 / 300
= 261,67 mm
Kontrol, s ≤ 5xh
≤ 5 x 150
≤ 750 mm
Jarak tulangan s diambil yang terkecil kemudian dibulatkan menjadi
250 mm
= 0,186MPa
K maks = 8,393 MPa
Diperoleh K < K maks, sehingga :
2𝑥𝐾
a = (1 − √1 − 0,85 𝑥 𝑓′ ) 𝑥 𝑑
𝑐
2 𝑥 0,186
= (1 − √1 − 0,85 𝑥 33) 𝑥 125
= 0,833 mm
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐 𝑥 𝑎 𝑥 𝑏
Tulangan pokok, As,u =
𝑓𝑦
¼ 𝑥 𝜋 𝑥 102 𝑥 1000
=
448,794
= 174,913 mm
Kontrol, s ≤ 2xh
54
≤ 2 x 150
≤ 300 mm
Maka dipilih jarak tulangan s yang terkecil, dibulatkan 170 mm
Luas tulangan terpakai, As = ¼ x π x D2 x S / s
= ¼ x π x 102 x 1000 / 170
= 461,765 mm2
As = D10 – 170 mm
b. Penulangan arah bentang y
- Penulangan daerah tumpuan:
Mty(-) = 3,557 kNm,
ds = sb + D
= 25 + 10 = 35
d = h - ds
= 150 – 3 = 115 mm
Mty−
K =
∅ 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑2
3,557x 106
=
0,9 𝑥 1000 𝑥 1152
= 0,299MPa
Diperoleh K < K maks, sehingga :
2𝑥𝐾
a = (1 − √1 − 0,85 𝑥 𝑓′ ) 𝑥 𝑑
𝑐
2 𝑥 0,299
= (1 − √1 − 0,85 𝑥 33) 𝑥 115
= 1,232 mm
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐 𝑥 𝑎 𝑥 𝑏
Tulanganpokok, As,u =
𝑓𝑦
As,u = ¼ x √𝑓 ′ 𝑐 x b x d / fy
= 190,123 mm
Kontrol, s ≤ 2xh
≤ 2 x 150
≤ 300 mm
Maka dipilih jarak tulangan s yang terkecil, dibulatkan 190 mm
Luas tulangan terpakai, As = ¼ x π x D2 x S / s
= ¼ x π x 102 x 1000 / 190
= 413,367 mm2
Tulangan bagi, As,b = 20 % x As,u
= 20 % x 412,89
= 82,578 mm2
As,b = 0,002 x b x h
= 0,002 x 1000 x 150
= 300 mm2
DipilihAs,b yang terbesar, Asb,u = 300 mm2
Jaraktulangan, s = ¼ x π x D2 x S / Asb,u
= ¼ x π x 102 x 1000 / 300
= 261,67 mm
Kontrol, s ≤ 5xh
≤ 5 x 150
≤ 750 mm
Jarak tulangan s diambil yang terkecil kemudian dibulatkan menjadi
250 mm. Jadi pada daerah tumpuan digunakan tulangan :
As = D10 – 190 mm
As,b = D10 – 250 mm
56
= 0,042MPa
Diperoleh K < K maks, sehingga :
2𝑥𝐾
a = (1 − √1 − 0,85 𝑥 𝑓′ ) 𝑥 𝑑
𝑐
2 𝑥 0,042
= (1 − √1 − 0,85 𝑥 33 ) 𝑥 115
= 0,172 mm
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐 𝑥 𝑎 𝑥 𝑏
Tulangan pokok, As,u =
𝑓𝑦
¼ 𝑥 𝜋 𝑥 102 𝑥 1000
=
412,89
= 190,123 mm
Kontrol, s ≤ 2xh
≤ 2 x 150
57
≤ 300 mm
Maka dipilih jarak tulangan s yang terkecil, dibulatkan 190 mm
Luas tulangan terpakai, As = ¼ x π x D2 x S / s
= ¼ x π x 102 x 1000 / 190
= 413,367 mm2
As = D10 – 190 mm
5. Pembahasan
Plat dengan empat tumpuan yang saling sejajar merupakan jenis plat dua
arah, karena menahan momen lentur dalam dua arah, ly dan lx. Beban merata q
yang bekerja diatas plat dapat menyebabkan lendutan. Lendutan maksimum akan
terjadi di daerah lapangan atau tengah bentang. Pada umumnya tabel yang
digunaka nuntuk menghitung momen lentur plat bagi satu wilayah Negara saja.
Sedangkan di Indonesia perhitungan momen lentur terdapat dalam buku Peraturan
Beton Bertulang Indonesia tahun 1971 (PBI 1971). Metode perhitungan momen
lentur pada PBI 1971 dibedakan menjadi 3 jenis tumpuan yaitu terletak bebas,
menerus / terjepit elastis, dan terjepit penuh (Asroni, 2017, p. 196). Besarnya
momen lentur dapat dihitung dengan rumus :
Mi = 0,001 x Ci x q x lx2
Dimana, i : arah bentang yang ditinjau (lx atau ly)
Mi : momen (tumpuan / lapangan) pada arah bentang i, kNm
Ci : koefisien momen sesuai arah bentang i, pad tabel
lampiran PBI 1971
q : beban merata yang bekerja pada plat, kN/m2
lx : panjang bentang arah x (sisi pendek, as-as balok), m
Menurut Pasal 13.2.1 SNI 2847-2013, daerah tumpuan merupakan daerah tepi
plat yang diambil ¼ dari panjang bentang sisi pendek (lx). Sedangkan daerah
lapangan merupakan selisih luasan plat dengan daerah tumpuan, yang berada
ditengah bentang plat.
Hasil dari perhitungan penulangan dengan penulangan rencana dapat dilihat
pada tabel 4.1.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Jenis pelelangan yang digunakan pada proyek Tentrem Semarang ini
adalah pelelangan terbatas.
2. Jenis kontrak yang digunakan pada proyek Tentrem Semarang adalah lump
sum, dimana nilai pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan awal
dalam kontrak.
3. Sistem pembayaran yang digunakan pada proyek Tentrem adalah
pembayaran bulanan atau monthly payment, dimana pengajuan pembayaran
dilakukan tiap bulan.
4. Pengendalian mutu untuk beton dilakukan dengan uji slump, ambil sample
beton, dan melakukan uji kuat tekan beton di laboratorium Universitas
Diponegoro. Sedangkan untuk rebar dilakukan dengan checking mill sheet
di lapangan dan uji kuat tarik baja di laboratorium Politeknik Semarang.
5. Pengendalian waktu dilakukan dengan memantau dan mengevaluasi kurva
S terhadap laporan mingguan.
6. Pengendalian biaya dilakukan dengan membandingkan nilai biaya dari
bobot rencana pekerjaan dengan bobot aktual komulatif pada kurva S.
7. Menurut hasil analisa perhitungan, jarak penulangan lebih besar dari
rencana penulangan yang ada pada gambar soft drawing, sehingga
dimungkinkan pelaksanaan proyek ini akan terjadi over budgeting.
8. Perhitungan momen menggunakan metode PBI 1971.
B. SARAN
1. Agar lebih efektif dan efisien dalam menggunakan material, perencanaan
harus diperhitungkan dengan matang supaya tidak over budgeting.
2. Menggali lebih banyak informasi mengenai metode pelaksanaan proyek,
untuk kemudian ditanyakan ketika berada di lapangan.
3. Kemampuan membaca gambar sangat dibutuhkan dilapangan.