Anda di halaman 1dari 23

A Novel Synthetic Receptor-

Based Immunoassay for


Influenza Vaccine
Quantification

By

Hashem AM, Gravel C, Farnsworth A, Zou W, Lemieux M,


et al.

PLoS ONE Biochemistry, Genetics and Molecular Biology


Biochemistry, Genetics and Molecular Biology (miscellaneous)
(2013)

Dibawakan oleh :

Hastian Nugrahanto

S2019010701 – QA LAT
Latar Belakang Pemilihan Jurnal

Pengujian potensi vaksin

substitusi

Produksi Vaksin In Vivo Method In Vitro Method

Masalah : Manfaat :

- Waktu pengujian relatif lama - Mengurangi Penggunaan hewan

- Membutuhkan fasilitas uji mahal - Menurunkan biaya

2
Abstrak

● Vaksinasi adalah metode paling efektif untuk mencegah penyakit


influenza.

● Perhitungan antigen vaksin influenza (Hemmagglutinin) merupakan


parameter kritis sebelum vaksin tersebut digunakan.
3
● Single Radial Immunodiffusion (SRID) merupakan metode umum yang
digunakan untuk menghitung jumlah protein HA pada vaksin. Metode ini
memiliki kelemahan yaitu sensitifitas yang rendah, rentang keberhasilan
uji kecil, dan membutuhkan tambahan referensi antiserum tiap tahun.

● Dikembangkan metode pengukuran protein Hemmaglutinin (HA)


berdasarkan ikatan asam sialic dari vaksin influenza dengan reseptor.

3
● Disintesis reseptor virus influenza dari manusia (asam N-asetilneuramin-2,6-laktosa)
dan unggas (N-asetilneuramin-2,3-laktosa) dengan prekursor azidopropyl lactoside dan
enzim sialyltransferase. dua reseptor ini terkonjugasi pada albumin serum tikus.
● Reseptor sintetis a-2,6-reseptor dan a-2,3-reseptor secara selektif dapat terikat pada
vaksin dan virus influenza yang digunakan.
● Vaksin dilakukan perlakuan pada suhu tinggi dan pH rendah untuk mengidentifikasi
adanya denaturasi protein dan mengetahui konformasi pengikatan optimal antara vaksin
4
dengan reseptor berdasarkan metode reseptor-ELISA (R-ELISA).
● Pengujian berbasis reseptor-ELISA (R-ELISA) ini menunjukkan kinerja lebih baik
daripada Single Radial Immunodiffusion (SRID) dalam menganalisis beberapa vaksin
influenza dari segi spesifisitas, sensitivitas, reproducibility, presisi, waktu penyelesaian
dan tingkat keberhasilan uji yang lebih tinggi.

4
Pendahuluan


Influenza merupakan penyakit pernafasan yang menular.

● Antigen virus influenza yang dapat beradaptasi pada manusia


adalah strain H1,H2,dan H3. Sedangkan pada unggas adalah strain
H5, H7, dan H9.

● Hemmaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA) merupakan protein


yang berperan penting dalam siklus hidup virus.
5
● Protein HA memiliki fungsi untuk penempelan ke sel inang
Struktur virus influenza sedangkan NA memiliki peran dalam pelepasan virus dari sel yang
terinfeksi.

SRID merupakan metode pengukuran vaksin (HA) berdasarkan difusi antigen


terhadap media yang telah dicampur antibodi atau strain virus yang digunakan.

5
SRID
Phelan MA, et.al (1983) Garcia-Canas, et.al (2007)
Bucher et.al (1976)
HPLC Fasa Terbalik Menggabungkan size exclusion
HPLC bisa mengisolasi subunit (RP-HPLC) dapat digunakan dan reversed-phase
HA1 dan HA2 yang berisi HA0 untuk mendeteksi chromatography
dan terbukti dapat mengidentifikasi telur yang diinaktivasi memberikan hasil yang lebih
komponen vaksin menggunakan formaldehid sensitif dan selektif untuk
sesuai ukuran protein atau turunan selnya penghitungan Luna LG, et.al (2008)
serta subunit vaksin. subunit HA1. William TL, et.al (2008)
Getie Kebtie M, et.al ( 2009)
Creskey MC, et. Al (2010)

6 Mass Spectrometry digunakan


untuk mengkarakterisasi
vaksin influenza

Tujuan Penelitian

Memodifikasi kit ELISA dan Legastelois et al. (2011) Dibutuhkan alat


Membuktikan bahwa metode uji yang mahal
Sandwich ELISA dapat
berbasis reseptor-ELISA digunakan dalam dan kompetensi
dapat dijadikan alternatif uji pengukuran HA yang baik
pengukuran protein HA
dalam vaksin

6
Metode penelitian

1. Sintesis Reseptor

2. ELISA
7

3. SRID

4. Perlakuan vaksin terhadap suhu dan pH

7
Alur Umum Sintesis Reseptor

Azidopropyl lactoside

Azidopropyl sialyllactoside

8 Aminopropyl sialyllactoside

Monoethyl squarate derivative

MSA-Receptor

8
1. Sintesis Reseptor

a. Sintesis azidopropyl sialyllactoside


- Avian Reseptor
pH 7, 37°C, 5 hour

+ 10 α-2,3-sialyltransferase
200 mg α-N-acetylneuraminic acid (NeuAc)-
Azidopropyl lactoside Campylobacter jejuni 2-3-Gal-β-1,4-Glc-β-O-propylazide
In 50 mM buffer tris (pH 7, 20 mL) Cst-I a-2,3-sialyltransferase
CMP-Neu5Ac(50 mM) and MgCl2
(20 mM)
9

- Human Reseptor
37°C, 70 min
+ 5 α-2,6-sialyltransferase
Purified with Biogel P-2
Column with water as eluent
Photobacterium sp.
170 mg α-N-acetylneuraminic acid (NeuAc)-
Azidopropyl lactoside α-2,6-sialyltransferase
In 50 mM Mes pH 6
2-6-Gal-β-1,4-Glc- β-O-propylazide
and CMP-Neu5Ac(50 mM)

9
b. Reduksi Azida

N-acetylneuraminic acid (NeuAc)-a-2-3-Galb-1,4-Glc-b-O- N-acetylneuraminic acid (NeuAc)-a-2-3-Galb-


propylazide Stirr, H2, 20 min 1,4-Glc-b-O-propylamin

or + or

10
N-acetylneuraminic acid (NeuAc)-a-2-6-Galb-1,4-Glc-b-O- N-acetylneuraminic acid (NeuAc)-a-2-6-Galb-
propylazide 1,4-Glc-b-O-propylamin
30 mg 10 % Pd-C
azidopropyl sialyllactoside (50% water, 10 mg) Aminopropyl sialyllactoside
in methanol 5 mL

10
c. Aktivasi reseptor

N-acetylneuraminic acid (NeuAc)-a-2-6-Galb-1,4-Glc-b-O-


propylamin
or + a-2,3-receptor
monoethylsquarate derivative
N-acetylneuraminic acid (NeuAc)-a-2-3-Galb-1,4-Glc-b-O-
propylamin

20 mg 40μL
aminopropyl sialyllactoside diethyl squarate
in phosphate buffered pH 7
saline 1,6 mL
(PBS:MeOH,5:3)
11 a-2,6-receptor
monoethylsquarate derivative
d. Konjugasi ke Mouse Serum Albumin

a-2,3-receptor
monoethylsquarate derivative
Room temperature, 30 hour
or + MSA α-2,3-sialyllactoside-MSA
Purified with
Column 0,5 Biogel-A
( PBS )
30 mg
a-2,6-receptor dilarutkan dalam 0,1 M
monoethylsquarate derivative Na2HPO4 pH 9
α-2,6-sialyllactoside-MSA
15 mg 11
2. ELISA
a. Umum

α-2,3-sialyllactoside-MSA
Overnight, 4°C
+ or
PBS-T 0,05% (v/v), Skim milk 5%
α-2,6-sialyllactoside-MSA

96-well 100 μL/well


ELISA plate coated by receptor
ELISA plate Receptor (4 μg/mL)
in 0,05 Buffer Carbonate (pH 9,6)
12 3x
PBS-T buffer

37°C, 1 hour 37°C, 1 hour


30 min
+ +
0,16 M H2SO4 6x PBS-T buffer 6x PBS-T buffer

HA Protein / Virus 100 μL


Λ = 450 nm TMB (Tetramethylbenzidine)
coloring agent Vaccine
(10 – 37 μg/mL )

12
b. Spesifitas ikatan antara reseptor manusia dan reseptor unggas

37°C, 1 hour
37°C, 1 hour
+ +
3x PBS-T buffer
6x PBS-T buffer
6x PBS-T buffer

100 μL
HA Protein Recombinant TMB
Vaccine (10 μg/mL) (Tetramethylbenzidine)
ELISA plate coated by receptor coloring agent
1. H1 (influenza A/New Caledonia/20/1999) 1. Uni-1
2. H5 (Influenza A/Vietnam/1203/2004)
3. H7 (Influenza A/Netherlands/219/03) 13 2. Anti H5
3. Anti H1
4. HB (influenza B/Malaysia/2506/2004 )

0,16 M H2SO4 30 min


c. Spesifitas dan Presisi

37°C, 1 hour 37°C, 1


+ + hour 30 min
3x PBS-T
buffer 6x PBS-T
buffer 6x PBS-T 0,16 M H2SO4
buffer
HA Protein
ELISA plate coated by receptor 100 μL TMB
Recombinant (Tetramethylbenzidine) Λ = 450 nm
Vaccine (A) Rabbit anti-HA from Influenza coloring agent
(10 μg/mL) A/California/7/2009 (H1N1),
(B) Rabbit anti-HA from Influenza
1. A/California/7/2009 (H1N1), A/Perth/16/2009 (H3N2)

13
2. A/Victoria/210/2009 (H3N2) (C) Rabbit anti-HA from Influenza
3. B/Brisbane/60/2008(Victoria-like)) B/Brisbane/60/2008
4. trivalent
Untuk uji presisi, konsentrasi Antigen dibuat 80%, 100%, dan 120%
3. Single Radial
Immunodiffusion

Mixtures

+
1
To petri dish

Antibodi/ HA Protein/ Virus


1% Agarose SRID Media

24 hour
14
Detergent 1%
Room temperature ,20 min
(1:2000)
2 + detergent +
Comassie Blue
Vaccine Zwittergent
10 - 37 μg/mL 3-14
Vaccine
1%

Diameter
Measurement

14
4. Perlakuan vaksin terhadap suhu dan pH

- Suhu

4, 50, & 100 °C


2. ELISA & 3. SRID
1 hour

100 μL
Vaccine 15

- pH

4, 4.5, 5, 5.5, 6, 7.2


+ 0,1 M 2. ELISA & 3. SRID
Acetate Buffer

100 μL
Vaccine

15
Hasil Penelitian

- Sintesis reseptor
●Reseptor dikarakterisasi menggunakan
matrix-assisted laser desorption/ionization
mass spectrometry. (MALDI-MS)

●Terdapat 18 molekul reseptor yang menempel


pada MSA untuk reseptor unggas.

●Terdapat 15 molekul reseptor yang menempel


pada MSA untuk reseptor manusia.
16 ● Reseptor berhasil disintesis.
- Spesifitas ikatan reseptor antara manusia dan unggas
● Pada reseptor manusia, protein rekombinan H1
memberikan serapan yang tinggi.

Pada reseptor unggas, protein rekombinan


H5 & H7 memberikan serapan yang tinggi.

● Virus influenza B dapat menempel pada kedua


reseptor sehingga muncul serapan

● Metode ini menunjukkan spesifitas yang baik


terhadap antigen.

16
- Perlakuan suhu dan pH

● Semakin tinggi suhu yang


digunakan semakin kecil nilai HA
yang didapatkan.

17

● Semakin rendah pH yang


digunakan semakin kecil nilai HA
yang didapatkan.

Metode berbasis reseptor


ini dapat mengidentifikasi
konformasi HA yang telah
terdenaturasi.

17
- Uji spesifitas dan presisi reseptor terhadap vaksin manusia

●Sinyal absorbansi muncul


ketika antigen/vaksin yang
digunakan sesuai dengan
HA virus.

18

●Besar masing-masing deviasi


pengukuran vaksin :

Vaksin A : 0.7 % - 20.8 %


Vaksin B : 1.5 % - 14,3 %
Vaksin C : 0.5% - 17.9 %

18
Perbandingan kinerja SRID dan R-ELISA

● Jumlah vaksin yang diuji


` menggunakan R-ELISA lebih mendekati
hasil konsentrasi standar.

● Koefisien variasi menunjukan


bahwa R-ELISA memiilki kinerja
lebih baik daripada SRID dalam
menentukan jumlah vaksin monovalent.

20
● Konsentrasi vaksin hasil pengujian
dengan R-ELISA lebih mendekati hasil
konsentrasi vaksin yang sebenarnya.

20
Kesimpulan

● Reseptor berhasil disintesis dan kit ELISA berhasil dimodifikasi.


21
● Metode pengukuran vaksin influenza (HA) berbasis reseptor-
ELISA dapat menjadi metode alternatif selain SRID.

21
22

Ada Pertanyaan ?

22
Evaluasi KS
bit.ly/evaluasiks

23
Join quizziz
https://quizizz.com/join
● Format user name : NIS <spasi> Nama

23
24

24

Anda mungkin juga menyukai